1.
Kesehatan Masyarakat
1.1
Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920)
Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha“Usaha usaha pengorganisasian pengorganisasian masyarakat “ untuk : 1) Perbaikan sanitasi lingkungan 2) Pemberantasan penyakit-penyakit menular 3) Pendidikan untuk kebersihan perorangan 4) Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan. 5) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. (Notoatmodjo, 2003)
1.2
Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948)
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat. Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan masyarakat
antara
lain,
Biologi,
Kimia,
Fisika,
Kedokteran,
Kesehatan
Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Psikologi, Antropologi, dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain : 1) Administrasi Kesehatan Masyarakat 2) Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku 3) Biostatistik/Statistik Kesehatan
4) Kesehatan Lingkungan Lingkungan 5) Gizi Masyarakat 6) Kesehatan Kerja 7) Epidemiologi
1.3
Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow
Menurut Winslow yang di maksud dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan keterampilan untuk mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup, memelihara kesehatan jasmani dan rohani dengan jalan usaha masyarakat yang terorganisir untuk penyehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan setiap orang dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan (dalam Setyarini, Buku IKM Kelas X).
1.4
Kesehatan Masyarakat Menurut CDC Foundation
“Public health is the science of protecting and improving the health of families and communities through promotion of healthy lifestyles, research for disease and injury prevention and detection and control of infectious diseases. Overall, public health is concerned with protecting the health of entire populations (CDC Foundation).” Kesehatan masyarakat adalah ilmu tentang melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat melalui promosi gaya hidup sehat, penelitian untuk penyakit dan pencegahan cedera dan deteksi dan pengendalian dari penyakit menular. Secara keseluruhan, kesehatan masyarakat berfokus dengan melindungi kesehatan seluruh populasi (CDC Foundation).
1.5
Kesehatan Masyarakat Menurut WHO
“Public health refers to all organized measures (whether public or private) to prevent disease, promote health, and prolong life among the population as a whole. Its activities aim to provide conditions in which people can be healthy and focus on entire populations, not on individual patients or diseases. Thus, public health is concerned with the total system and not only the eradication of a particular disease.” disease. ”
4) Kesehatan Lingkungan Lingkungan 5) Gizi Masyarakat 6) Kesehatan Kerja 7) Epidemiologi
1.3
Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow
Menurut Winslow yang di maksud dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan keterampilan untuk mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup, memelihara kesehatan jasmani dan rohani dengan jalan usaha masyarakat yang terorganisir untuk penyehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan setiap orang dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan (dalam Setyarini, Buku IKM Kelas X).
1.4
Kesehatan Masyarakat Menurut CDC Foundation
“Public health is the science of protecting and improving the health of families and communities through promotion of healthy lifestyles, research for disease and injury prevention and detection and control of infectious diseases. Overall, public health is concerned with protecting the health of entire populations (CDC Foundation).” Kesehatan masyarakat adalah ilmu tentang melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat melalui promosi gaya hidup sehat, penelitian untuk penyakit dan pencegahan cedera dan deteksi dan pengendalian dari penyakit menular. Secara keseluruhan, kesehatan masyarakat berfokus dengan melindungi kesehatan seluruh populasi (CDC Foundation).
1.5
Kesehatan Masyarakat Menurut WHO
“Public health refers to all organized measures (whether public or private) to prevent disease, promote health, and prolong life among the population as a whole. Its activities aim to provide conditions in which people can be healthy and focus on entire populations, not on individual patients or diseases. Thus, public health is concerned with the total system and not only the eradication of a particular disease.” disease. ”
Kesehatan masyarakat merujuk kepada semua langkah yang terorganisir (apakah publik atau pribadi) untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan memperpanjang hidup masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan kondisi di mana orang bisa sehat dan fokus pada seluruh populasi, bukan pada pasien pa sien individu atau penyakit. pen yakit. Dengan demikian, kesehatan masyarakat berkaitan dengan total sistem dan tidak hanya pemberantasan penyakit tertentu. The three main public health functions are:
The assessment and monitoring of the health of communities and populations at risk to identify health problems and and priorities.
The formulation of public policies designed to solve identified local and national health problems and priorities.
To assure that all populations have access to appropriate and cost-effective care, including health promotion and disease prevention services.
Tiga fungsi utama kesehatan masyarakat adalah:
Penilaian dan pemantauan kesehatan masyarakat dan populasi beresiko untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan prioritas.
Perumusan kebijakan publik yang dirancang untuk memecahkan identifikasi masalah kesehatan lokal dan nasional serta prioritas.
Untuk memastikan bahwa semua penduduk memiliki akses ke perawatan yang tepat dan hemat biaya, termasuk promosi kesehatan dan pelayanan pencegahan penyakit.
1.6 Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow
“Public Health is the science and the art of preventing disease, prolonging life, and promoting physical health and efficiency through organized community efforts for the sanitation of the environment, the control of community infections, the education of the individual in principles of personal hygiene, the organization of medical and nursing services for the early diagnosis and preventive treatment of disease, and the development of the social machinery which will ensure to every individual in the community a standard of living adequate for the maintenance of health.” — From — From C E
A Winslow, The Untilled Fields of Public Health (PDF), Science 51(1306): 23-33 (Jan. 9, 1920) “Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mengenai pecegahan penyakit, memperpanjang hidup dan mempromosikan kesehatan fisik dan efisiensi melalui upaya masyarakat terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pengendalian infeksi masyarakat, pendidikan individu dalam prinsip-prinsip kebersihan, organisasi layanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan pencegahan penyakit, dan pengembangan mesin sosial yang akan menjamin kepada setiap individu di komunitas standar hidup yang memadai untuk pemeliharaan kesehatan.”
2.
Indikator Sehat
Kata indikator memiliki berbagai macam definisi menurut beberapa ahli yang berbeda, salah satunya adalah menurut WHO (World Health Organization), 1981, yaitu “variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.” Bukan hanya definisi yang dimilikinya, indikator juga memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Valid yang berarti bahwa indikator benar-benar dapat dipakai sebagai pengukur atas sesuatu yang akan diukur. diukur. 2) Reliable Reliable yang berarti bahwa indikator mampu menunjukkan hasil yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda, dan dihitung oleh orang yang berbeda pula. 3) Sensitive Sensitive yang berarti bahwa indikator cukup peka dan tepat sebagai pengukur sehingga jumlahnya jumlahnya tidak perlu banyak. 4) Specific Specific yang berarti bahwa indikator mampu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas. 5) Relevant yang yang berarti bahwa indikator sesuai dengan aspek kegiatan yang diukur. Kelima hal tersebut merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh sebuah indikator. WHO juga mengemukakan beberapa indikator kesehatan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat, yaitu indikator komprehensif
dan indikator spesifik. Ada juga indikator kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Indikator indonesia sehat merupakan sebuah indikator standar suatu kesehatan yang dalam hal ini lingkupnya adalah negara, Indonesia. Setiap penetapan indikator harus mempertimbangkan berbagai kesepakatan atau peraturan yang telah dibuat. Kesepakatan nasional dari indikator Indonesia Sehat diantaranya menyangkut kesehatan anak, penyalahgunaan narkotika dan zat aditif, serta hal yang lebih global seperti pemberantasan Polio dan HIV/AIDS. Indikator kesehatan adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukkan status kesehatan sekelompok orang dalam populasi tertentu. Indikator Sehat yang Mengarah Indikator Sehat yang Mengarah Pada Pada Paradigma Sehat Paradigma Sakit A. Indikator Kesehatan dalam IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat) No
Pernyataan
1
Proporsi perilaku cuci tangan
2
Akses sanitasi
2
3
Akses air bersih
3
4 Cakupan persalinan oleh nakes 5 Cakupan pemeriksaan neonata 6 Cakupan imunisasi lengkap 7 Cakupan penimbangan balita B. Indikator Kesehatan Menurut Mentri Kesehatan RI Angka kelahiran total (Total 1 Fertility Rate/TFR) Persentase penduduk dengan akses air minum yang 2 berkualitas menjadi 68% pada 2014 Annual Parasite Index untuk 3 penyakit malaria peningkatan umur harapan hidup Persentase penduduk 15 tahun 4 ke atas yang memiliki
No Pernyataan Prevalensi balita gizi buruk dan 1 kurang
4 5 6 7
Prevalensi balita sangat pendek dan pendek Prevalensi balita sangat kurus dan kurus Prevalensi balita gemuk Prevalensi diare Prevalensi pnemonia Prevalensi hipertensi
8
Prevalensi gangguan mental
9
Prevalensi asma
10
Prevalensi penyakit gigi dan mulut
11
Prevalensi disabilitas
12
Prevalensi cedera
5
pengetahuan tentang HIV/AIDS Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan
13
Prevalensi penyakit sendi
14 15
Prevalensi ISPA Proporsi merokok tiap hari
16 Ratio Dokter/Puskesmas 17 Ratio bidan/desa C. Indikator Kesehatan menurut Indonesia Sehat 2010 dari Depkes RI tahun 2003 Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir 1 Indikator status gizi 1 Angka-angka mortalitas 2 Angka-angka morbiditas Indikator hasil antara 1 Indikator keadaan lingkungan Indikator perilaku hidup 2 masyarakat Indikator akses dan mutu 3 pelayanan kesehatan Indikator Proses dan Masukan 1 Indikator pelayanan kesehatan Indikator sumber daya 2 kesehatan 3 Indikator manajemen kesehatan Indikator kontribusi sektor4 sektor terkait Indikator Sehat Menurut Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Menurunnya angka kematian ibu Persentase rumah tangga yang dari 359 per 100.00 kelahiran hidup 1 mempraktikkan Perilaku Hidup 1 (SP 2010), 346 menjadi 306 per Bersih dan Sehat (PHBS) 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 2 Presentase Desa siaga aktif 2 kelahiran hidup. 3. Menurunnya persentase BBL Persentase obat yang memenuhi Menurunnya persentase BBLR dari 3 standar mutu, khasiat dan 3 10,2% menjadi 8% keamanan Menurunnya beban rumah tangga Meningkatnya upaya untuk membiayai 4 peningkatan perilaku hidup 4 pelayanan kesehatan setelah bersih dan sehat memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10% Meningkatnya upaya Menurunnya persentase ibu hamil 5 5 peningkatan promosi kesehatan kurang energi kronik sebesar 18,2%
6
7
8
9
10
3.
dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif Meningkatnya indeks responsiveness terhadap 6 pelayanan kesehatan dari 6,80 menjadi 8,00 Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan 7 sebesar 85%
Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar 40% Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%
Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang Menurunnya prevalensi merokok memiliki kebijakan Perilaku 8 pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 5,4% sebesar 80% Persentase kab/kota yang Angka kematian ibu per 100.000 memenuhi kualitas kesehatan 9 kelahiran hidup lingkungan sebesar 40% Presentase kabupaten/ kota yang Angka kematian bayi per 1.000 mencapai 80 persen imunisasi 10 kelahiran hidup dasar lengkap pada bayi Prevalensi kekurangan gizi 11 (underweight) pada anak balita (persen) Prevalensi stunting (pendek dan 12 sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun) (persen) Prevalensi Tuberkulosis (TB) per 13 100.000 penduduk 14 Prevalensi HIV (persen) Jumlah kabupaten/kota mencapai 15 eliminasi malaria Prevalensi tekanan darah tinggi 16 (persen) Zat Pewarna Spiritus
Spiritus basicnya adalah alkohol dgn 1 rantai karbon yang di sebut metanol. Mengapa berwarna biru sebab penambahan seyawa cupric sulfat (CUSO4) yang dimaksudkan sebagai bahan beracun agar spiritus tidak disalah gunakan menjadi bahan tambahan minuman keras menimbulkan efek berwarna sedikit kebiruan atau keunguan. Sementara pewarnaan pada spiritus menggunakan pewarna metylen blue atau metylen violet. Mengapa harus di beri warna? Untuk
membedakan dari alkohol-etanol. Dimana etanol dalam perdagangan terkena pajak cukai, sedangkan metanol tidak, namun tujuan utama pemberian warna adalah sebagai pembeda dan pertanda bahwa cairan tersebut merupakan spiritus yang beracun.
4.
GHS
4.1
Pengertian GHS
Globally Harmonized System (Sistem Harmonisasi Global) adalah suatu pendekatan
universal
dan
sistematik
untuk
mendefinisikan
dan
mengklasifikasikan bahaya kimia dan mengkonfirmasikan bahaya tersebut pada label dan lembar data keselamatan. GHS menyediakan prinsip-prinsip dasar untuk penetapan program keselamatan bahan kimia.
4.2
Aplikasi GHS
1) Mencakup seluruh bahan kimia berbahaya, baik tunggal maupun campuran 2) Berbeda menurut tipe produk dan tahap pada siklus produk 3) Aplikasi GHS tidak mencakup produk farmasi, aditif makanan, kosmetika, barang (article) dan reside pestisida pada makanan, tetapi tetap diaplikasikan apabila pekerja terpapar di pabrik dan pada saat transportasi
4.3
Manfaat Mengadopsi GHS
1) Memperluas perlindungan terhadap keselamatan manusia dan lingkungan dengan menyediakan komunikasi bahaya yang dapat dipahami secara internasional 2) Memfasilitasi perdagangan kimia internasional dimana bahaya kimia yang ada lebih diteliti dan diidentifikasikan secara internasional 3) Mengurangi keperluan untuk penduplikasian pengetesan dan evaluasi terutama penggunaan binatang untuk pengetesan 4) Membantu negara-negara dan organisasi internasional dalam manajemen kimia secara menyeluruh
4.4
Kategori Bahaya dan Piktogram GHS
4.5
Sasaran
Pekerja industri, konsumen, pekerja transport, emergency responders, petani, dan bagi yang memberikan layanan kepada pihak di atas akan menemukan informasi yang berguna, seperti tim medis, ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan safety engineers.
4.6
Informasi yang Diperlukan pada Label GHS
1) Kata Sinyal* 2) Pernyataan Bahaya*
3) Simbol Bahaya/Piktogram* 4) Pernyataan Kehati-hatian 5) Identitas Produk/Bahan Kimia 6) Identitas Pemasok * Distandardkan dan diberikan pada masing-masing tanda bahaya
4.7
Pemberlakuan GHS di Indonesia a.
Wajib Bahan Kimia Tunggal, baik produksi dalam negeri maupun impor
b.
Wajin Bahan Kimia Campuran hasil produksi dalam negeri maupun impor sejak 31 Desember 2016
(Kemterian Perindustrian Republik Indonesia)
5.
Cara
Menginformasikan
Kepada
Masyarakat
Mengenai
Bahaya
Kandungan Pada Tinja. 5.1
Konsep Dasar Penting Pemberdayaan Masyarakat Tentang Cara Pencegahan Penyakit
Pada umumnya masyarakat belum menyadari bahwa penularan penyakit dipengaruhi dua faktor penting yaitu perilaku dan kondisi lingkungan masyarakat sendiri. Masyarakat belum mengerti akan hubungan antara kesehatan dengan perilaku dan kondisi lingkungan. Di daerah pedesaan masih banyak masyarakat yang mempunyai perilaku buang air besar di tempat terbuka, menggunakan air dari sarana yang tidak memenuhi syarat kesehatan misalnya menggunakan air dari sungai untuk minum dan masak. Dengan melakukan perilaku praktis sehari-hari, misalnya cuci tangan dengan benar, yaitu dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir serta kapan mereka harus cuci tangan, merubah kebiasaan buang air besar di tempat terbuka menjadi perilaku buang air besar di jamban, menjaga kualitas air dan mencegah terjadinya pencemaran air, mulai dari sumber air, cara pengambilan air, cara pengangktan air, cara penyimpanan air, sehingga masyarakat dapat menggunakan air secara hygienis, sudah dapat mencegah terjadinya penularan penyakit. Perilaku praktis tersebut yang belum membudaya di masyarakat.
Berikut ini cara pemberdayaan masyarakat agar menyadari efek negative tinja 1) Masyarakat Memahami Penyakit yang menjadi Masalah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang alur penularan penyakit tersebut, dengan cara : a. Masyarakat melalui diskusi kelompok memepelajari bagaimana terjadinya alur dari kuman yang keluar dari tubuh manusia kemudian masuk kedalam lingkungan dan kemudian masuk kedalam tubuh orang yang akan ditulari. b. Agar masyarakat mampu mndiskusikan alur penularan penyakit tersebut perlu difasilitasi oleh fasilitator masyarakat, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan bukan dengan cara menggurui. c. Agar fasilitator mampu memfasilitasi masyarakat, maka fasilitator harus mengetahui diagram alur penularan dari masing-masing penyakit menular. Contoh sederhana alur penualaran penyakit diare yang digambarkan dengan diagram 5 F, sangat memudahkan bagi fasilitator untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang terjadinya alur kontaminasi penyakit diare. 2) Masyarakat dapat Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya Penyebaran Penyakit di Wilayah Mereka Untuk membantu masyarakat dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit di suatu wilayah mereka, dilakukan melaui transect walk untuk mengunjungi kondisi lingkungan dan diskusi. Dengan melalui transect walk dan diskusi, masyarakat dapat mengidentifikasi
kondisi
lingkungan
kaitannya
dengan
perilaku
masyarakat sendiri. Melalui transect walk dan diskusi masyarakat dapat mengidentifikasi perilaku apa yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit, dapat mengidentifikasi kondisi lingkungan dan kondisi sarana yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit. Sebagai contoh masyarakat dapat mengidentifikasi tempat-tempat terbuka yang masih digunakan untuk buang air besar dan pembuangan tinja bayi
dan balita, sumber air yang belum ditingkatkan [belum memenuhi syarat] yang masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan minum dan masak, dan lain-lain. 3) Methodology for Participatory Assesment – Participatory Hygiene Sanitation Transfomation (MPA – PHAST) Methodology for Participatory Assesment – Participatory Hygiene Sanitation Transfomation yang kemudian disingkat dengan MPA – PHAST merupakan salah satu upaya pendekatan atau pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. MPA – PHAST diartikan sebagai transformasi hidup bersih dan sanitasi dengan menggunakan metode partisipasi. MPA mempunyai tujuan fokus pada perencanaan sarana air bersih dan sanitasi. Sedangkan PHAST mempunyai tujuan fokus pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat serta pencegahan penyakit. Model pembangunan ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi dalam kurun waktu
tertentu,
sesuai
dengan
kemampuannya
berdasarkan
hasil
musyawarah dan mufakat diantara masyarakat itu sendiri. Keuntungan dari metode yang berbasis masyarakat seperti MPA-PHAST ini adalah akan menjamin keberlanjutan penggunaan sarana. Karena masyarakat sasaran terlibat aktif, tercipta rasa memiliki yang tinggi dari masyarakat terhadap sarana yang tersedia, sehingga ada kemauan untuk memanfaatkan dan memelihara sarana dengan memberikan biaya untuk pengoperasian dan pemeliharaan sarana. Dengan berbasis masyarakat diharapkan masyarakat miskin, dan juga perempuan akan terlibat dalam pembangunan sarara tersebut. Oleh sebab itu, mereka wajib dilibatkan secara intensif dalam proses pengambilan keputusan, mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pemantauan dan evaluasinya.
5.2
Permasalahan
Yang
Mungkin
Ditimbulkan
Akibat
Buruknya
Penanganan Buangan Tinja
1) Mikroba. Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang. 2) Materi Organik. Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik). Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir 40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman. 3) Telur Cacing. yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita. 4) Nutrien. Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae).
Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.
6. Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals atau SDGs adalah seperangkat program dan target yang ditujukan untuk pembangunan global di masa mendatang. SDGs menggantikan program MDGs ( Millennium Development Goals), sebuah program yang memiliki maksud dan tujuan yang sama yang alan kadaluarsa pada akhir taghun 2015 ini. SDGs dibahas secara formal pada United Nations Conference on Sustainable Development yang dilangsungkan di Rio De Janiero, Juni 2012. Proposal SDGs yang telah diusulkan mengandung 17 tujuan dengan 169 target
yang
melingkupi
hal-hal
terkait
isu
pembangunan
berkelanjutan
atau sustainable development. Isu-isu ini berupa penghapusan kemiskinan dan kelaparan, peningkatan kesehatan dan pendidikan, pemberdayaan kota yang berkelanjutan, perang melawan perubahan iklim, dan perlindungan laut dan kemaritiman. SDGs lahir karena adanya berbagai permasalahan dalam MDGs. Semenjak pertama dicanangkan, pencapaian atas sejumlah target secara global MDGs dirasa masih sangat lamban bahkan dibeberapa kawasan tertentu seperti Sub Sahara Afrika dikawatirkan beberapa target tidak akan pernah tercapai. Banyak pihak menilai bahwa KTT Rio+20 dapat dijadikan momentum politis untuk menyepakati perlunya SDGs ditetapkan sebagai agenda global paska MDGs. Lebih dari itu diusulkan pula agar SDGs sebaiknya mencakup seluruh negara bukan hanya untuk negara berkembang saja sebagaimana MDGs.
Sustainable Development Goals Goal 1. End poverty in all its forms everywhere Goal 2. End hunger, achieve food security and improved nutrition and promote sustainable agriculture Goal 3. Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages Goal 4. Ensure inclusive and equitable quality education and promote lifelong learning opportunities for all
Goal 5. Achieve gender equality and empower all women and girls Goal 6. Ensure availability and sustainable management of water and sanitation for all Goal 7. Ensure access to affordable, reliable, sustainable and modern energy for all Goal 8. Promote sustained, inclusive and sustainable economic growth, full and productive employment and decent work for all Goal 9. Build resilient infrastructure, promote inclusive and sustainable industrialization and foster innovation Goal 10. Reduce inequality within and among countries Goal 11.
Make cities and human settlements inclusive, safe, resilient and sustainable
Goal 12. Ensure sustainable consumption and production patterns Goal 13. Take urgent action to combat climate change and its impacts* Goal 14. Conserve and sustainably use the oceans, seas and marine resources for sustainable development Goal 15. Protect, restore and promote sustainable use of terrestrial ecosystems, sustainably manage forests, combat desertification, and halt and reverse land degradation and halt biodiversity loss Goal 16. Promote peaceful and inclusive societies for sustainable development, provide access to justice for all and build effective, accountable and inclusive institutions at all levels Goal 17. Strengthen the means of implementation and revitalize the global partnership for sustainable development * Acknowledging that the United Nations Framework Convention on Climate Change is the primary international, intergovernmental forum for negotiating the global response to climate change.
1. Efek Rumah Kaca 1.1 Pengertian Efek Rumah Kaca
Menurut Frick dan Suskiyatno (1998), istilah efek rumah kaca berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari suhu di dalam rumahkaca lebih tinggi dari pada suhu di diluarnya. Oleh WWF dijelaskan bahwa Efek Rumah Kaca (ERK) dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses. Pada kenyataannya, dilapisan atmosfer terdapat selimut gas. Rumah kaca adalah analogiatas bumi yang dikelilingi gelas kaca di mana panas matahari masukke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di alam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca. Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer (Gas Rumah Kaca = GRK) sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Panas matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula. Semua proses di atas disebut Efek Rumah Kaca.
1.2 Apakah yang dimaksud dengan Gas Rumah Kaca (GRK)?
Menurut WWF, Gas Rumah Kaca (Green House Gases) adalah gas-gas di atmosfir yang memiliki fungsi seperti panel-panel kaca di rumah kaca yang bertugas menangkap energi panas matahari agar tidak dilepas seluruhnya ke atmosfir kembali. Tanpa gas-gas ini, panas akan hilang ke angkasa dan temperatur rata-rata Bumi dapat menjadi 60ºF (33ºC) lebih dingin. GRK dapat ditemukan di atmosfir mulai dari permukaan bumi sampai ketinggian 15 km. Lapisan gas rumah kaca sendiri terbentuk di ketinggian 6.2 - 15 km. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pasal 1 Nomer 3, Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut GRK adalah gas yang
terkandung dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah. GRK yang berdampak terbesar :
Karbon dioksida (CO2)
Nitro Oksida (NOx)
Sulfur Oksida (Sox)
Metana (CH4)
Chloroflurocarbon (CFC)
Hydrofluorocarbon (HFC)
1.3 Apakah Efek Gas Rumah Kaca? Bagaimana terjadinya?
Menurut WWF, ketika sinar matahari memasuki atmosfir Bumi, sinar tersebut harus melalui lapisan gas-gas rumah kaca. Setelah mencapai seluruh permukaan bumi, tanah, air, dan ekosistem lainnya menyerap energi dari sinar tersebut. Setelah terserap, energi ini akan dipancarkan kembali ke atmosfir. Sebagian energi dikembalikan ke angkasa, tetapi sebagian besar ditangkap oleh gas-gas rumah kaca di atmosfir dan dikembalikan ke Bumi sehingga menyebabkan Bumi menjadi lebih panas.
1.4 Selain pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, apa lagi aktifitas manusia yang melepaskan GRK ke atmosfer?
Mengendarai mobil. Bensin termasuk dari bahan bakar fosil, Pembuangan
gas pada mobil juga mengandung banyak polusi gas kimia lainnya.
Tempat pembuangan sampah . Saat kita membuang makanan dan sampah
taman ke dalam tempat sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat pembuangan sampah. Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan, terbentuklah gas methan.
CFC untuk lemari es dan aerosol . CFC kepanjangan dari chloro-fluoro-
carbo'. CFC tidak terbentuk secara alami. Kita memakainya untuk keseluruhan proses industri. CFCdigunakan sebagai pendingin di lemari es dan bahan pembakar pada aerosol. Hanya ada dalam jumlah kecil di atmosfer (kurang dari 0,000001%), namun mereka memiliki sekitar 10.000 kali 'efek rumah
kaca' dari CO2. CFC juga menghancurkan ozon - bagian penting yang berada di lapisan atas atmosfer.
Pertanian dan peternakan . Saat petani menambah pupuk penyubur nitrogen
ke dalam tanah, beberapa dari nitrogen tersebut berubah menjadi Nitro Oksida (N2O) - gas rumah kaca yang sangat kuat.Sapi menciptakan gas methan saat rumput mengalami peragian di perut mereka. Ada sekitar 1,2 miliar ternak sapi didunia, semuanya menambah kadar gas rumah kaca seluruh dunia.
1.5 Apakah pemanasan global berhubungan dengan lapisan ozon?
Pemanasan global dan lubang pada lapisan ozon merupakan dua hal yang berbeda tetapi berhubungan. Pemanasan global dan efek rumah kaca mengacu ke pemanasan bagian bawah atmosfer (troposfer) karena peningkatan konsentrasi dari gas-gas yang memerangkap panas (gas rumah kaca). Sedangkan lubang ozon mengacu kepada hilangnya lapisan ozon di lapisan atas atmosfer (stratosfer) yang merupakan ancaman yang cukup serius karena ozon menghalangi radiasi ultraviolet dari matahari yang berbahaya bagi tanaman, binatang dan manusia. Dua hal diatas berhubungan dalam beberapa cara, diantaranya:
Lapisan ozon memerangkap panas, sehingga apabila hilang maka stratosfer
akan
menjadi
dingin,
sehingga
menyeimbangkan
efek
pemanasan dari gas lain yang memerangkap panas. Tetapi ini bukan berarti alasan untuk merasa lega karena pendinginan stratosfer dapat menyebabkan perubahan iklim yang berakibat pada perubahan pola cuaca di daerah yang terletak pada garis lintang bumi yang lebih tinggi.
Pemerangkapan panas troposfer berakibat semakin sedikit panas yang terlepas ke angkasa luar, sehingga stratosfer akan mendingin. Semakin dingin stratosfer, semakin besar kerusakan yang terjadi pada l apisan ozon.
Mengurangi gas-gas yang merusak lapisan ozon amatlah penting untuk mencegah semakin parahnya kerusakan lapisan ozon. Tetapi bukan berarti hanya dengan mengurangi emisi gas-gas tersebut akan menyelesaikan masalah pemanasan global. Sedangkan di sisi lain, usaha untuk mengurangi semua jenis emisi gas-gas rumah kaca untuk mengurangi pemanasan global juga merupakan usaha untuk memperbaiki lapisan ozon.
2. Pengkodean Nomor Registrasi BPOM
Nomor Izin Edar, atau disingkat NIE, merupakan nomor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI). 2.1 Obat
NIE obat diawali dengan kode 3 huruf dan diikuti dengan 12 digit angka. Formatnya adalah XXX 123456789123, dimana XXX adalah kode 3 huruf. Atau sebagai contoh dapat dilihat seperti dibawah ini: KODE OBAT
DIGIT
KETERANGAN
Digit 1
D
: Nama Dagang/Paten
Kode Huruf 1
G
: Nama Generik
K
: Obat Keras
T
: Obat Bebas Terbatas
B
: Obat Benas
N
: Narkotika
P
: Psikotropika
Digit 3
I
: Obat Jadi Impor
Kode Huruf 3
L
: Obat Jadi Produksi Lokal
Digit 2
Kode Huruf 2
Menunjukkan tahun terdaftarnya produk di BPOM Periode daftar, misalnya: 72 : disetujui pada tahun 1972 - 1974, Digit 4, 5
73 : disetujui pada tahun 1974 - 1976, 76 : disetujui pada tahun 1976 - 1978, 77 : disetujui pada tahun 1978 - 1980, dan seterusnya...
Digit 6, 7, 8
Digit 9, 10, 11
Menunjukkan nomor urut pabrik. Jumlah pabrik yang ada antara 100 ± 1000 Menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masingmasing pabrik
Menunjukkan macam bentuk sediaan yang ada (lebih dari 26 Digit 12, 13
macam)
A
: menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang pertama disetujui
B
: menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang kedua disetujui
Digit 14
C
: menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang ketiga disetujui,
Dst. Menunjukkan kemasan berbeda untuk setiap nama, yaitu : 1. kemasan utama Digit 15
2. beda kemasan yang pertama 3. beda kemasan yang kedua 4. beda kemasan yang ketiga, dst
2.2 Golongan Obat
Kemudian ada juga golongan obat, yang diberi kode berupa lingkaran berwarna. Untuk Obat Bebas, warna pada lingkaran adalah Hijau Untuk Obat Terbatas, warna pada lingkaran adalah Biru Untuk Obat Keras, warna pada lingkaran adalah Merah dan ada huruf K di dalamnya.
2.3 Obat Tradisional
NIE obat tradisional diawali dengan POM diikuti koder 2 huruf dan diikuti dengan 9 digit angka.
KODE OBAT TRADISIONAL DIGIT
Kode Huruf
KETERANGAN
TR
: Obat Tradisional Lokal
TI
: Obat Tradisional Import
TL
: Obat Tradisional Lisensi
HT
: Obat Tradisional Terstandar
FF
: Fitofarmaka
BTR : Produk berbatasan local BTI : Produk berbatasan impor BTL : Produk berbatasan lisensi
Tahun mulai didaftarkan pada Depkes.RI 1976 ditulis 76 Angka 1, 2
1978 ditulis 78 2000 ditulis 00 Dst. Menunjukkan bentuk perusahaan
Angka 3
1
: Pabrik Farmasi
2
: Pabrik Jamu (IOT)
3
: Perusahaan Jamu (IKOT/UJR)
Menunjukkan bentuk sediaan
Angka 4
1
: Bentuk Rajangan
2
: Bentuk Serbuk
3
: Bentuk Kapsul
4
: Bentuk Pil, Granul, Boli, Pastiles, Jenang, Tablet/Kaplet
5
: Bentuk Dodol, Majun
6
: Bentuk Cairan
7
: Bentuk Salep, Krim
8
: Bentuk Plester/Koyo
9
: Bentuk Lain Seperti Dupa, Ratus, Mangir, Permen
Menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar
Angka 5, 6, 7, 8
Menunjukkan jenis atau macam kemasan ( volume) 1 : 15 ml
Angka 9
2 : 30 ml 3 : 45 ml Berikut contoh penomoran NIE Obat Tradisional
Jadi Counterpain No.Reg. BTR 001700032, berarti : BTR : obat ini berbatasan local 00
: mulai didaftarkan pada tahun 2000
1
: obat ini dibuat oleh pabrik farmasi
7
: obat in ibuat dalam bentuk sediaan salep atau krim
0003 : produk memiliki nomor urut 0003 yang terdaftar dari pabrik tersebut 2
: kemasan 30 ml
2.4 Kosmetik KODE KOSMETIK
DALAM NEGERI
: CD
LUAR NEGERI
: CL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
. DIGIT Kode Huruf Pertama
KETERANGAN
C
: Pertanda bahwa kode ini merupakan kode kosmetik
Menunjukkan lokasi kosmetika tersebut diproduksi. Kode Huruf
L
: Luar Negeri
Kedua
D
: Dalam Negeri
01 = Sediaan Bayi 02 = Sediaan Mandi 03 = Sediaan Kebersihan Badan 04 = Sediaan Cukur 05 = Sedian Wangi-Wangian 06 = Sediaan Rambut Angka 1, 2
07 = Sediaan Pewarna Rambut 08 = Sediaan Rias Mata 09 = Sediaan Rias Wajah 10 = Sediaan Perawatan Kulit 11 = Sediaan Mandi Surya Dan Tabir Surya 12 = Sediaan Kuku 13 = Sediaan Higiene Mulut Menunjukkan
Angka 3, 4
sub bagian dari 2 angka sebelumnya, sebagai
contoh 0905 (09 merupakan sediaan rias wajah, dan 05 merupakan lip-gloss).
Angka 5, 6
Angka ini merupakan tahun dibuat namun dengan terbalik, sebagai contoh tahun 2009, menjadi 90.
Angka
Menunjukkan nonmor urut produk yang diproduksi oleh
7, 8, 9, 10
perusahaan.
CD0201010012 ini berarti : CD: kode kosmetik dalam negeri 02: Sediaan mandi 01: sediaan sabun mandi 01: tahun 2010 0012: nomor urut diproduksinya produk
2.5 Suplemen Makanan
NIE Suplemen Makanan diawali dengan POM diikuti kode 2 huruf dan diikuti dengan 9 digit angka. Kode Huruf: SD : Suplemen Makanan Lokal SI : Suplemen Makanan Import SL : Suplemen Makanan Lisensi Berikut contoh penomoran Nomor Notifikasi Kosmetik: POM SI 123456789
2.6 Obat Kuasi
Obat Kuasi diawali dengan POM diikuti kode huruf dan diikuti dengan 9 digit angka. Kode Huruf: QD : Obat Kuasi Lokal QI : Obat Quasi Import QL : Obat Kuasi Lisensi Berikut contoh penomoran NIE Obat Kuasi: POM QL 123456789
2.7 Pangan Olahan
Nomor Izin Edar (NIE) Pangan diawali dengan kode BPOM RI diikuti kode 2 huruf dan diikuti dengan 12 digit angka. Kode huruf: MD : Pangan produksi Industri Dalam Negeri ML : Pangan Produksi Industri Luar Negeri Berikut contoh penomoran NIE Pangan Olahan : BP POM RI MD 123456789123
KODE PP-IRT (PRODUK PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA) DIPERUNTUKKAN BAGI INDUSTRI RUMAH TANGGA
Pengurusan izin edar bagi P-IRT cukup dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan (DinKes) daerah setempat. Sebelum mendapatkan nomor PP-IRT terlebih dahulu harus mempunyai SPP-IRT (Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Ta ngga). Pangan yang diproduksi pada nomor pendaftaran PP-IRT tidak boleh berupa : - Susu dan hasil olahannya Daging - Ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku - Pangan kaleng berasam rendah (PH> 4,5) - Pangan bayi - Minuman beralkohol - Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) - Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI - Pangan lain yang ditetapkan oleh Badan POM. DIGIT P-IRT
KETERANGAN
Sebagai kode P-IRT Digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan
Angka 1
Angka 2, 3
Digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut/kode jenis pangan IRTP (Kode Jenis Pangan Yang Diizinkan Untuk Memperoleh
Spp-Irt) 01 = Hasil Olahan Daging Kering 02 = Hasil Olahan Ikan Kering 03 = Hasil Olahan Unggas Kering 04 = Sayur Asin Dan Sayur Kering 05 = Hasil Olahan Kelapa 06 = Tepung Dan Hasil Olahnya 07 = Minyak Dan Lemak 08 = Selai, Jeli Dan Sejenisnya 09 = Gula, Kembang Gula Dan Madu 10 = Kopi, Teh, Coklat Kering Atau Campurannya 11 = Bumbu 12 = Rempah-Rempah 13 = Minuman Ringan, Minuman Serbuk 14 = Hasil Olahan Buah 15 = Hasil Olahan Biji-Bijian Dan Umbi 16 = Lain-Lain Es Digit ke- 4,5,6 dan 7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota 1100 Prov. Aceh 1101 Kab. Simeulue Angka 4, 5, 6, 7
1102 Kab. Aceh Singkil 3100 Prov. D K I Jakarta 3200 Prov. Jawa Barat 3300 Prov. Jawa Tengah 3400 Prov. D I Yogyakarta 3500 Prov. Jawa Timur 3578 Kota Surabaya, dst.
Angka
Digit ke- 10,11,12 dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP di
10, 11, 12, 13
kabupaten/kota yang bersangkutan.
Angka 14, 15
Digit ke 14 dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku
3. Pengganti Hydrochlorofluorocarbon (HCFC) Pada Tahun 2040
Berdasarkan ketentuan dalam konvensi Wina dan Protokol Montreal tentang bahan-bahan yang merusak lapisan ozon, bahwa negara berkembang wajib melaksanakan penghapusan penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) secara bertahap sampai batas
waktu tertentu,
maka Kementerian Perindustrian
mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor : 41/M-IND/PER/5/2014 tentang Larangan Penggunaan Hydrochloroflourocarbon (HCFC) di Bidang Perindustrian, yang diundangkan pada tanggal 4 Juni 2014. HCFC merupakan salah satu BPO yang digunakan sebagai bahan baku dan penolong pada bidang industri dan pemenuhannya secara penuh berasal dari impor (KEMENPERIN, 2014). Pelarangan tersebut didasarkan atas adanya senyawa kimia yang berpotensi dapat merusak molekul ozon di lapisan stratosfer, dalam kesehariannya HCFC digunakan sebagai bahan baku penolong proses produksi atau pengoperasian produk seperti, pendingin ruangan (AC), mesin pengatur suhu udara, alat/mesin refrigerasi, busa atau foam, pemadam api dan pelarut. HCFC yang dimaksud dapat didaur ulang, hasil daur ulang sebagaimana dimaksud hanya dapat digunakan untuk pemeliharaan barang yang sistem kerjanya menggunakan HCFC. Sedangkan pelarangan untuk pemeliharaan barang berlaku mulai 31 Desember 2030 (KEMENPERIN, 2014). Tahapan pelarangan pemakaian dimulai pada 1 Januari 2015 untuk HCFC jenis HCFC-22 dan HCFC-141b yang dilarang untuk digunakan pada, (1) pengisian dalam proses produksi mesin pendingin ruangan (AC), mesin pengatur suhu udara dan alat refrigerasi, (2) proses produksi rigit foam untuk barang freezer, domestic refrigerator, boardstock/laminated, refrigerated truck, dan, (3) proses produksi integral skin untuk penggunaan di sektor otomotif dan furniture. Pelarangan ini digunakan bagi investasi baru dan/atau dalam rangka perluasan (KEMENPERIN, 2014). Adapun barang yang tidak menggunakan HCFC wajib diberi logo bebas CFC dan HCFC, sebagaimana yang telah ditentukan dalam Permenperin ini. HCFC impor dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong dan/atau
pengoperasian
produk.
Importasinya
harus
proses produksi
berdasarkan
Surat
Pertimbangan Teknis dari Direktur Jenderal Pembina Industri melalui Unit Pelayanan Publik (UP2) Pusat(KEMENPERIN, 2014). Pengawasan dalam pemakaian HCFC dilakukan oleh Dirjen Pembina Industri berkoordinasi dengan instansi terkait. Bagi perusahaan industri yang melanggar ketentuan tersebut maka akan dikenai sanksi administrasi berupa pencabutan Izin Usaha Industri (IUI) atau Tanda Daftar Industri (TDI) (KEMENPERIN, 2014). Berikut ini merupakan beberapa alternafif pengganti untuk HCFC. Sektor Yang
No
Menghasilkan
BPO (Bahan Perusak
Alternatif Pengganti
OZON)
1
AC
HCFC-22
HFC-32, HFC 245fa
2
Refrigerasi
HCFC-123
HC, HFC-32
3
Foam
HCFC-141b
HC,HFC-245 fa
HFC bukan merupakan Bahan Perusak Ozon, tetapi termasuk dalam Gas Rumah Kaca (memiliki GWP yang tinggi) sehingga diharapkan penggunaan HCFC dapat dihilangkan karena Gas Rumah Kaca yang terakumulasi dan memapari manusia justru dapat mengganggu kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya.
4. Cara Menaikkan Kadar Oktan Bahan Bakar (Bensin) Selain TEL, TML, Pb
Karakteristik utama yang harus dimiliki oleh sebuah bahan bakar minyak adalah sifat pembakarannya. Kualitas Pembakaran yang baik merujuk pada kemampuan bahan bakar dalam mencegah terjadinya ketukan pada mesin. Untuk bahan bakar bensin, Kualitas pembakaran ini dinyatakan dengan bilangan oktan.
Bilangan oktan atau Octane Number merupakan
bilangan yang
merepresentasikan ukuran anti ketukan atau antiknocking dari bahan bakar minyak atau bensin. Bilangan oktan didefinisikan sebagai persentase volume iso-oktan dalam bahan bakar standar atau rujukan yang menghasilkan intensitas ketukan yang sama dengan bahan bakar yang diuji. Bahan bakar rujukan merupakan campuran
n-heptana dan iso-oktan. Senyawa n-heptana merupakan senyawa yang diberi bilangan oktan nol, 0 dan iso-oktan diberi bilangan oktan seratus, 100. Untuk merubah bilangan oktan menjadi lebih tinggi, dapat dilakukan dengan menambah zat aditif, seperti tetraetillead (TEL) atau Pb(C2H5)4 dan TML (Tetra Methyl Lead) atau MTBE (metil tersier butil eter). Penambahan 6 mL TEL ke dalam satu galon bensin dapat meningkatkan bilangan oktan antara 15 – 20 satuan. Namun demikian TEL dan TML memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan emisi bahan bakar yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Sedangkan MTBE mudah laruh dalam air dan bersifat karsinogenik (zat penyebab penyakit kanker). Jika tercecer ke tanah dapat mencemari air tanah dan membahayakan kesehatan manusia. Semakin tinggi bilangan oktan, maka bahan bakar bensin akan menjadi relatif sulit terbakar secara spotan, atau sulit terbakar dengan sendirinya. Istilah pembakaran Spontan merujuk pada keadaan dimana bensin terbakar bukan karena percikan api dari busi, namun terbakar akibat terjadinya perubahan tekanan dan temperatur ketika proses kompresi oleh piston. Kompresi oleh piston menyebabkan volume ruang bakar mengecil, akibatnya tekanan dan temperatur menjadi naik. Kenaikan Tekanan dan temperatur ini dapat menyebabkan bahan bakar bensin terbakar secara spontan. Jika Bahan Bakar bensin terbakar dengan sendirinya, yaitu sebelum piston mencapai titik mati atas, atau TMA, maka ledakan atau letupan dari Pembakaran ini akan menimbulkan gaya tekan yang berlawanan dengan gerakan piston yang sedang menuju ke TMA (titik mati atas). Peristiwa dan suara yang ditimbulkan disebut dengan istilah knocking. Biasanya pada mesin akan terdengar suara “nglitik”. Untuk suatu mesin dengan rasio kompresi, atau compression ratio (CR) tertentu, maka bahan bakar bensin yang dapat digunakan harus memiliki bilangan oktan tertentu juga. Secara umum dapat dikatakan bahwa mesin yang memiliki compression ratio tinggi, mensyaratkan bahan bakar bensin yang memiliki bilangan oktan tinggi.
5. Pengganti Thermometer Air Raksa
Berikut jenis-jenis dan aplikasi-aplikasi lain dari berbagai macam thermometer. 5.1 Termometer Bimetal Mekanik
Termometer Bimetal Mekanik adalah sebuah termometer yang terbuat dari dau buah kepingan logam yang memiliki koefisien muai berbeda yang dikeling (dipelat) menjadi satu. Kata Bimetal sendiri memiliki arti yaitu bi berarti dua sedangkan kata metal berarti logam, sehingga bimetal berarti “dua logam”. Prinsipnya, apabila suhu berubah menjadi tinggi, keping bimetal akan melengkung ke arah logam yang keoefisien muainya lebih tinggi, sedangkan jika suhu menjadi rendah, keping bimetal akan melengkung ke arah logam yang keofisien muainya lebih rendah. Logam dengan koefisien muai lebih besar (tinggi) akan lebih cepat memanjang sehingga kepingan akan membengkok (melengkung) sebab logam yang satunya lagi tidak ikut memanjang. Biasanya keping bimetal ini terbuat dari logam yang koefisien muainya jauh berbeda, seperti besi dan tembaga. Pada thermometer keping bimetal dapat difungsikan sebagai penunjuk arah karena jika kepingan menerima rangsangan berupa suhu, maka keping akan langsung melengkung karena pemuaian panjang pada logam. Selain digunakan sebagai termometer, keping bimetal juga digunakan pada lampu sein mobil, termostat, setrika, dan lain-lain. 5.2 Termometer Infra Merah
Termometer Infra Merah menawarkan kemampuan untuk mendeteksi temperatur secara optik – selama objek diamati, radiasi energi sinar infra merah diukur, dan disajikan sebagai suhu. Mereka menawarkan metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal dimana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan/alat medis/obat-obatan/produk atau test, dan lain-lain). Termometers Infra Merah mengukur suhu menggunakan radiasi kotak hitam (biasanya infra merah) yang dipancarkan objek. Kadang disebut termometer laser jika menggunakan laser untuk membantu pekerjaan pengukuran, atau termometer tanpa sentuhan untuk menggambarkan kemampuan alat mengukur suhu dari jarak
jauh. Termometer Infrared dapat digunakan untuk beberapa fungsi pengamatan temperatur. 5.3 Termokopel
Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan panas dalam benda yang diukur temperaturnya menjadi perubahan potesial/ tegangan listrik (voltase). Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas, hingga 1800 K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu 0 – 100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor dan RTD lebih cocok. 5.4 Termometer Digital
Termometer digital yang ditenagai oleh batere kecil, menggunakan sensor panas elektronik untuk mendeteksi suhu tubuh. Sebagian besar termometer digital dapat melakukan pengukuran suhu tubuh melalui mulut dibawah lidahnya (oral), dibawah lengan (axillary) ataupun melalui anus (rectal). Dan hasilnya dapat diketahui dalam jangka waktu 30 detik atau kurang. Hasil pembacaan termometer tersebut akan muncul pada layar kecil di bagian atas termometer. Termometer digital mempunyai harga yang lebih ekonomis & sesuai untuk bayi, anak kecil ataupun orang dewasa. 5.5 Termometer Strip
Termometer strip mengandung cairan Kristal yang dapat bereaksi terhadap panas. Cukup tempelkan saja termometer tersebut pada bagian dahi, maka termometer strip tersebut akan mendeteksi suhu tubuh melalui perubahan warna pada cairan. Termometer strip ini dapat digunakan untuk bayi, anak-anak serta orang dewasa. Akan tetapi hasil pengukuran termometer strip ini tidak terlalu akurat. Jadi jika anda menginginkan hasil pengukuran yang lebih akurat, lebih baik gunakan termometer digital.
6. IARC
The International Agency for Research on Cancer (IARC) is the specialized cancer agency of the World Health Organization.
Lokasi IARC IARC berada di Jalan 150 Cours Albert Thomas,69008, Lyon, Prancis.
The objective of the IARC is to promote international collaboration in cancer research. The Agency is inter-disciplinary, bringing together skills in epidemiology, laboratory sciences and biostatistics to identify the causes of cancer so that preventive measures may be adopted and the burden of disease and associated suffering reduced. A significant feature of the IARC is its expertise in coordinating research across countries and organizations; its independent role as an international organization facilitates this activity. The Agency has a particular interest in conducting research in low and middle-income countries through partnerships and collaborations with researchers in these regions.
7. Alat Yang Digunakan Untuk Mendeteksi Radon
“Radon is a radioactive gas found naturally in the environment. It is produced by the decay of uranium found in soil, rock or water. Radon is invisible, odourless and tasteless and emits ionizing radiation. As a gas, radon can move freely through the soil enabling it to escape to the atmosphere or seep into buildings. When radon escapes from the bedrock into the outdoor air, it is diluted to such low concentrations that it poses a negligible threat to health. However, if a building is built over bedrock or soil that contains uranium, radon gas can be released into the building through cracks in foundation walls and floors, or gaps around pipes and cables (Natural Resources Canada, 2008).” When radon is confined to enclosed or poorly ventilated spaces, it can accumulate to high levels. Radon levels are generally highest in basements and crawl spaces because these areas are nearest to the source and are usually poorly ventilated. In the open air, the amount of radon gas is very small and does not pose a health risk” (Natural Resources Canada, 2008). Radon adalah gas radioaktif yang ditemukan secara alami di lingkungan. Radon terproduksi melalui proses pembusukan uranium di dalam tanah, bebatuan, atau air. Radon tidak terlihat, tak berbau, dan tak berasa dan memancarkan radiasi pengion. Sebagai gas, radon dapat berpindah atau bergerak dengan mudah melalui tanah memungkinkan untuk menuju ke atmosfer atau meresap ke dalam bangunan. Ketika radon lolos dari batuan dasar ke udara luar, radon menjadi seperti dilemahkan dengan konsentrasi yang rendah seperti bahwa hal itu
membuatnya menjadi sebuah ancaman yang diabaikan terhadap kesehatan. Meskipun demikian, jika bangunan dibangun di atas fondasi atau tanah yang mengandung uranium, gas
radon dapat dilepaskan ke dalam gedung melalui
celah-celah dinding pondasi dan lantai, atau celah-celah di sekitar pipa dan kabel (Natural Resources Canada, 2008)." Ketika radon terkurung pada ruang berventilasi tertutup atau buruk, hal itu dapat terakumulasi menjadi level yang tinggi. Level dari radon umumnya tertinggi di dalam basement dan kolong atau gorong-gorong karena daerah ini adala h lokasi yang paling dekat dengan sumber dan biasanya memiliki ventilasi udara yang buruk. Di udara terbuka, jumlah gas radon sangat kecil dan tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan (Natural Resources Canada, 2008). Berikut ini alat yang dapat digunakan untuk mengukur kadar radon : a. Metode Langsung 1) Alat sedot udara (air dust sampler) yang dilengkapi kertas filter tertentu (misal HE- 40T) 2) Alpha particle scintillation counting, dengan ZnS atau liquid scintillators 3) Internal ionization chamber counter 4) Two filter methods 5) Alpha particle spectroscopy 6) Combined alpha particle and beta particle spectroscopy b. Metode Kontinyu Pemantauan konsentrasi radon dalam metode kontinyu ini, dilakukan secara terusmenerus menggunakan alat Scintillation chamber yang ditutup dengan filter udara. Dengan kondisi filter udara yang ditutupkan dan scintilasi dari partikel alfa yang dipancarkan oleh radon dan turunannya diukur secara terus menerus. Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan interval perbedaan integrasi yang dipakai untuk analisis data adalah sekitar 180 menit dan hasilnya dapat dilihat dengan photomultiplier. Untuk aliran udara konstan, bacaan pada skala alat sebanding dengan konsentrasi radon. Metode ini biasanya digunakan pada konsentrasi radon yang relatif tinggi, misalkan dalam tambang bawah tanah atau air tanah.
c. Metode Tidak Langsung 1) Etched track detectors (biasanya menggunakan detektor CR-39) 2) TLD (thermoluminescence detector ) 3) Detektor adsorpsi arang (charcoal adsorption detectors)
8. Contoh Penggunaan Asbestos
Asbestos adalah bentuk serat mineral silica termasuk dalam kelompok serpentine dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan, termasuk: actinolite, amosite (asbescoklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite, chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut. Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah tanah, namun yang paling umum adalah melalui penambangan terbuka (open-pit mining). Tambang asbes di Indonesia ada di Kuningan Jawa Barat, Papua, Pulau Halmahera Maluku, dan Pulau Seram Maluku. Sifat Fisik asbestos tahan api, tahan panas hingga 1200°C, tahan zat asam, lentur, tidak bisa menguap, tidak mudah terurai di alam bebas, dan tidak mampu dikeluarkan secara alami oleh tubuh manusia. Berikut iti merupakan aplikasi penggunaan Asbestos : a. Packing boiler / Gland Packing
b. Insulasipiping
c. Kanvas Rem Kendaraan
d. Atap Rumah
e. Pakaian Pemadam Kebakaran
f. Koil Alat Pemanas
g. Pelapis Kabel
h. Pelapis Tembok
i.
Aplikasi di Dalam Rumah
9. Alat Pendeteksi Zat Radioaktif
a. Kamar Kabut Prinsip kerja alat ini adalah dengan memanfaatkan uap jenuh. b. Elektrosop Ultra c. Pencacah Geiger – Muller d. Kamar Gelembung e. Emulsi Film f. Detektor Sintilasi
10. Badan Yang Melarang Penggunaan Pestisida Jenis DDT
a. Badan
Dunia
yang
Melarang
Penggunaan
DDT
adalah
EPA
(Environmental Protection Agency) di Amerika Serikat b. Badan Nasional yang Melarang Penggunaan DDT adalah Departemen Pertanian Indonesia
11. Badan Dunia yang Menguji atau Mengklasifikasian BPO (Bahan Perusak Ozon)
Badan Dunia yang mengklasifikasikan atau menguji BPO (Bahan Perusak Ozon) adalah UNEP (United Nations Environment Program). UNEP adalah salah satu organisasi PBB yang dibidang program perlindungan lingkungan dan alam. Salah satu kesepakatan dunia mengenai pengurangan pengeluaran bahan yang menyebabkan lapisan ozon telah ditandatangani yaitu Protokol Montreal.
12. Cara Pemerintah Membuat Standar yang Aman untuk Kualitas Air Minum
Dalam penetapan standar kualitas air minum, pemerintah menetapkan beberapa peraturan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Dalam peraturan ini dijelaskan mengenai beberapa hal yaitu : 1
Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air
Ada empat klasifikasi mutu air, yaitu :
1) Kelas satu, air yang diperuntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut 2) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut 3) Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk imengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut 4) Kelas
empat,
air
yang
peruntukannya
dapat
digunakan
untuk
mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut 2
Pemantauan dan pengelolaan kualitas air pada:
1) Sumber air yang berada dalam wilayah Kabupaten / Kota dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota 2) Sumber air yang berada dalam dua atau lebih daerah Kabupaten / Kota dalam satu propinsi dikoordinasikan oleh Pemerintah Propinsi dan dilaksanakan oleh masing-masing Pemerintah Kabupaten / Kota 3) Sumber air yang berada dalam dua atau lebih daerah propinsi dan atau sumber air yang merupakan lintas batas negara kewenangan pemantauannya berada pada Pemerintah.
Pemantauan kualitas air dilakukan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diselengarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem. 3
Pengendalian Pencemaran Air
Dalam melakukan pengendalian pencemaran air, Pemerintah baik Pemerintah Pusat, Propinsi, maupun Kabupaten/Kota melakukan tindakan sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka pengendalian pencemaran air pada sumber air berwenang, yaitu: 1) Menetapkan daya tampung beban pencemaran; 2) Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar; 3) Menetapkan persyaratan air iimbah untuk aplikasi pada tanah; 4) Menetapkan persyaratan pembuangan air iimbah ke air atau sumber air; 5) Memantau kwalitas air pada sumber air; dan 6) Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air. 4
Retribusi Pembuangan Air Limbah
5
Pelaporan, Pembinaan, dan Pengawasan Kualitas Air
13. Satuan Kekeruhan Menurut PP 492
1. Epidemiologi 1.1 Pengertian Epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata epidemiologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu “epi” yang berarti pada atau tentang, “demos” yang berati penduduk dan kata terakhir adalalah “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi adalah : “ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor – faktor yang mempengaruhinya). Menurut Depkes (2012) Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari kejadian dan penyebaran penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada sekelompok manusia tertentu. Epidemiologi
merupakan
suatu
ilmu
yang
awalnya
mempelajari
timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut. 1.2 Epidemiologi Sebagai Ilmu Dasar Kesehatan Epidemiologi dikatakan sebagai ilmu dasar dalam bidang kesehatan karena metode epidemiologi digunakan untuk menginvestigasi penyebab penyakit, mengidentifikasi trend suatu penyakit yang mungkin membutuhkan pelayanan medis atau kesehatan masyarakat, dan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi medis dan kesehatan masyarakat. Menurut CEA Winslow, pemimpin besar ilmu keesehatan pada awal abad 20 menyebutkan bahwa epidemioogi sebagai alat diagnosis ilmu kesehatan. Epidmiologi juga memiliki kemampuan untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan. Oleh karena itu dalam semua prosesnya sampai hasil dari epidemiologi, ilmu ini sangat mempengaruhi dan membantu dalam bidang kesehatan dan menjadi ilmu dasar dalam bidang kesehatan.
2. Tujuan Akhir Epidemiologi
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Selain itu tujuan akhir dari epidemiologi juga dapat dipakai untuk mencegah dan sebagai pengendalian penyebaran penyakit.
3. Jenis-jenis Penelitian Epidemiologi Deskriptif
Penelitian Observasional
Mortality Statistics Morbidity Statistics Population at risk General Surveys etc. Analitik Cross-sectional Study Cross-control Study Monitoring and Surveilance etc.
DESAIN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
Praeksperimental
Penelitian Eksperimental
One Shoot Case Study One Group Pre-test and Post-test Study Static Group Comparison etc. Eksperimental
Single Variable Design True Experimental Design Post Test Only Control Group Solomon Four Groups Design, etc. Quasi Experimental Design Factorial Design
3.1 Penelitian Observasional
Studi obervasional. Dengan studi observasional peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional mencakup studi kohor, studi kasus kontrol, dan studi potong-lintang. Agar diperoleh kesimpulan yang benar secara internal (validitas internal) tentang hubungan/ pengaruh variabel, maka peneliti harus mengontrol bias dan kerancuan (confounding). Peneliti harus menghindari bias dalam memilih subjek penelitian (bias seleksi) dan bias dalam mengukur variabel (bias informasi, bias pengukuran). 3.1.1 Epidemiologi deskriptif Epidemiologi deskriptif mempelajari distribusi penyakit dengan karakter mnusia seperti umur, jenis kelamin, etnik, kebiasaan, karekter tempat (variasi geografi), dan variable waktu (perubahan insiden dalam waktu lama, variasi musim, ataupun waktu sejak suatu wabah penyakit dimulai). Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit. Hipotesis yang dihasilkan dari epidemiologi deskirptif dapat diuji melalui studi epidemiologi analitik. Tujuan epidemiologi deskriptif: (1) Memberikan informasi tentang distribusi penyakit, besarnya beban penyakit (disease burden), dan kecenderungan (trend) penyakit pada populasi, yang berguna dalam perencanaan dan alokasi sumber daya untuk intervensi kesehatan; (2) Memberikan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit; (3) Merumuskan hipotesis tentang paparan sebagai faktor risiko/ kausa penyakit. 3.1.2 Epidemiologi analitik Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya
hubungan/
pengaruh
paparan
terhadap
penyakit.
Tujuan
epidemiologi analitik: (1) Menentukan faktor risiko/ faktor pencegah/ kausa/
determinan penyakit, (2) Menentukan faktor yang mempengaruhi prognosis kasus; (3) Menentukan efektivitas intervensi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada populasi. Dua asumsi melatari epidemiologi analitik. Pertama, keadaan kesehatan dan penyakit pada populasi tidak terjadi secara random melainkan secara sistematis yang dipengaruhi oleh faktor risiko/ kausa/ faktor pencegah/ faktor protektif (Hennekens dan Buring, 1987; Gordis, 2000). Kedua, faktor risiko atau kausa tersebut dapat diubah sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan penyakit pada level individu dan populasi (Risser dan Risser, 2002). 3.2 Penelitian Eksperimental
Dengan studi eksperimental, peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan
berbagai
level
intervensi
kepada
subjek
penelitian
dan
membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu. Kelompok subjek yang mendapatkan intervensi disebut kelompok eksperimental (kelompok intervensi). Kelompok subjek yang tidak mendapatkan intervensi atau mendapatkan intervensi lain disebut kelompok kontrol. Kelompok kontrol mendapatkan intervensi kosong (plasebo, sham treatment), intervensi lama (standar), atau intervensi dengan level/ dosis yang berbeda. Dalam
eksperimen,
peneliti
mengontrol
kondisi
penelitian
untuk
meningkatkan validitas internal, yaitu agar kesimpulan yang ditarik tentang efek intervensi memang merupakan efek yang sesungguhnya dari intervensi tersebut. Terdapat lima cara mengontrol kondisi penelitian: (1) Memberikan gradasi intervensi yang berbeda; (2) Melakukan randomisasi; (3) Melakukan restriksi; (4) Melakukan “pembutaan” (blinding); dan (5) Melakukan “intention-to-treat analysis”.
4. Keterbatasan Ilmu Epidemiologi
Studi epidemiologi peka terhadap banyak sumber kesalahan seperti confounding factor, bias, subyek yang mengundurkan diri dalam studi follow-up (cohort), serta tidak dapat membuktikan sebab akibat. Studi dengan sejumlah besar subyek nampaknya lebih valid daripada jumlah subyek yang kecil. Hubungan yang kuat dalam bentuk RR(Relative Risk) atau OR(Odds Ratio) yang
tinggi tampaknya mengindikasikan satu kebenaran hubungan sebab akibat, apalagi sudah diketahui mekanisme terjadinya penyakit Kelemahan Surveilans Epidemiologi : a. Memerlukan aktifitas petugas yang intensif. b. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data menyita waktu. c. Terbatas pada indikator-indikator tertentu. d. Untuk mengetahui kecendrungan suatu peristiwa diperlukan waktu beberapa tahun. e. Sulit dipakai untuk menilai dampak jika populasi yang dipantau kecil atau jika tidak ada populasi pembanding. f. Laporan data surveilans epidemiologi sering kali tidak lengkap, baik tentang jenis data, jumlah data, sumber data, maupun frekuensi pengirimannya.
5. Kegunaan Statistik Dalam Bidang Kesehatan
Dunia ini penuh dengan ketidak-pastian, dimana ilmu tidak selalu bisa memberikan jawaban thd pertanyaan masyarakat, shg untung ada statistics menyediakan cara mempelajari paling tidak membantu masyarakat tentang apa yang masyarakat fikirkan apa yang mereka ingin ketahui. Kebanyakan studi epidemiologi atau studi di bidang kes masyarakat lainnya sangat bergantung pada statistic untuk menganalisis dan menginterpretasikan data. Analisis statistik bisa mendapatkan probabilitas (p) dari apa yg diobservasi yang mengindikasikan hasilnya adalah signifikan secara statistik, dan studi pada populasi besar nampak lebih valid ketimbang dengan subyek kecil, walau sumber error selain variasi random banyak di populasi besar. Pengetahuan statistik juga penting untuk mengevaluasi uji skrining, dipakai untuk pendekatan pencegahan sekunder untuk mendeteksi penyakit, sehingga dapat diobati dalam fase dini. Uji yang punya sensitivitas tinggi punya kecenderungan menghasilkan positif palsu (false positive), sedangkan uji yang punya spesifikasi tinggi cenderung menghasilkan negatif palsu (false negative). Kebanyakan program skrining pakai test sensitif dan follow up hasil positif dengan test yang lebih mahal dan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
Untuk kondisi-kondisi yang jarang di populasi yang sedang di skrining, maka jumlah false positive mungkin lebih tinggi daripada jumlah true positif. Selain
itu
penggunaan
metode
dan
prosedur
statistik
dalam
bidang
kesehatan/kedokteran juga dapat dipakai untuk: a. Mengukur peristiwa-peristiwa penting atau vital event yang terjadi di masyarakat. b. Mengukur status kesehatan masyarakat dan mengetahui masalah-masalah kesehatan yangterdapat di dalam berbagai kelompok masyarakat. c. Membandingkan status kesehatan masyarakat di satu tempat dengan tempat lain atau statuskesehatan masyarakat sekarang dengan status kesehatan lampau. d. Meramalkan status kesehatan masyarakat di masa-masa mendatang. Evaluasi tentang perjalanan, keberhasilan dan kegagalan dan suatu program kesehatan atau pelayanankesehatan yang sedang dilaksanakan. e. Keperluan estimasi tentang kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sertamenentukan secara pasti target pencapaian tujuan. f. Keperluan penelitian pada masalah-masalah kesehatan, keluarga berencana, lingkunganhidup dan lain-lain. g. Perencanaan dan sistem administrasi kesehatan. h. Keperluan publikasi ilmiah di media massa
6. Kegunaan Health Risk Assessment
Risk assessment adalah proses formal untuk menghitung probabilitas berbagai kejadian yang merugikan, dimana pengukuran secara ilmiah sering bertentangan dengan risiko persepsi dari masyarakat . Usaha kesehatan masyarakat untuk proteksi kesehatan penduduk membutuhkan perhitungan “risk” .
“The risk assessment process involves limitations of exposure data, many assumptions, and subjective choices that need to be considered when using this approach to provide guidance for health policy or action (Markku Nurminen, dkk : 1999)”
“Proses penilaian/analisis risiko meliputi keterbatasan pengukuran data, banyak asumsi dan pilihan subyektif yang perlu dipertimbangkan ketika menggunakan pendekatan ini memberikan petunjuk bagi kebijakan kesehatan atau tindakan.” Proses analisis resiko sangat berhubungan dengan bidang kesehatan dan epidemiologi karena dalam proses epidemiologi memerlukan prinsip analisis resiko dalam prosesnya. Misalnya pada proses penentuan epidemiologi suatu penyakit, analisis resiko perlu diterapkan untuk mengetahui resiko apa saja yang akan terjadi pada kasus penyakit tertentu tersebut sehingga dapat diketahui pula alur epidemiologi penyakit tersebut dan penentuan tindakan sekajutnya sehingga resiko dari penyebaran penyakit tersebut dapat dicegah.
7. Peranan Data Dalam Ilmu Kesehatan PUBLIC HEALTH
Mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Memiliki PILAR
Administrasi Kesehatan Masyarakat
Pend. Biostatistik Kesehatan /Statistik Kesling & Ilmu Kesehatan Perilaku
Gizi Masya -rakat
Data Statistik adalah tanda vital kesehatan masyarakat,
KesKer
Epid
Data dimana pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota mengumpulkan data penduduknya dimulai dengan membuat sertifikat (akte) kelahiran dan diakhiri dengn sertifikat (akte) kematian. Statistik kesehatan dipergunakan untuk semua aspek pembuatan
kebijakan kesehatan masyarakat dan evaluasi, meliputi identifikasi, analisis masalah,
trend,
riset
bidang
kesehatan,
evaluasi
program,
budgeting,
pertimbangan dan pembuatan keputusan, serta pendidikan kesehatan. Jadi, data merupakan cikal bakal dan hal yang paling mendasar agar ilmu kesehatan masyarakat dan prosesnya dapat berkembang dan dapat berjalan dengan baik.