12. AWALAN PENENTU ( KATA SANDANG TERTENTU ) 12.1. Peraturan Umum
Bahasa Ibrani mengenal hanya satu cara untuk membuat kata benda menjadi tertentu, yakni dengan Awalan Penentu ( Kata Sandang Tertentu ) yang selalu bergabung dengan kata yang ditentukan. Awalan Penentu ( Kata Sandang Tertentu ) ini terdiri atas Satu Huruf Saja, yakni He dengan vokal Patakh yang disusul oleh Dagesh Forte dalam Huruf Pertama dari dari Kata yang ditentukan (
.
).
Contoh : Air
Air ITU
Suara
Suara ITU
Raja
Raja ITU
Perhatikan : Awalan Penentu paling umum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “ITU”, yang selalu ditempatkan di belakang kata yang ditentukan. Jangan dikacaukan dengan pemakaian kata “itu” sebagai Kata Ganti Penunjuk Jauh. Oleh karena itu, untuk menghindari kekacauan tersebut, usahakan sedapat mungkin menterjemahkan Awalan Penentu ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “Sang”, atau “Si” yang selalu diletakkan di depan kata yang ditentukan. 12.2. Awalan Penentu Di Depan Gutturals
Huruf-huruf Gutturals tidak dapat diduakalikan ( lihat kembali pelajaran 8.2.[3] ), maka vokal Patakh dalam Awalan Penentu akan mengalami perubahan / kompensasi dan Dagesh Forte hilang. 12.2.1. Di depan Gutturals Lemah (
,
,
), Awalan Penentu yang dipakai
adalah : Contoh : Lelaki
Lelaki ITU
Kota
Kota ITU
Kepala
Kepala ITU
27
,
Gutturals Kuat K uat ( 12.2.2. Di depan Gutturals
), Awalan Penentu yang dipakai adalah :
Contoh :
12.2.3. Di depan
Istana
Istana ITU
Kegelapan
Kegelapan ITU
dan
yang tidak mendapat penekanan dan di depan semua
, Awalan Penentu yang dipakai adalah :
12.2.4. Di depan
Gunung-gunung
Gunung-gunung ITU
Debu
Debu ITU
Bijaksana
Si Bijaksana
dan
yang mendapat penekanan, Awalan Penentu yang
dipakai adalah :
Contoh :
Gunung
Gunung ITU
Kuat
Lelaki kuat ITU
12.3. Awalan Penentu Di depan
Di depan adalah :
Contoh :
atau
atau kadangkala diterapkan pula pada
, Awalan Penentu biasanya
tanpa Dagesh Forte.
Contoh : Sungai
Sungai ITU
Jalan raya
Jalan raya ITU
Namun ada perkecualian untuk umum (
( raja-raja ) tetap mengikuti ketentuan
, raja-raja ITU ). Begitu pula dengan
tempat ) menjadi
( tempat-tempat ITU ).
Ketentuan yang sama juga diterapkan ketika disusul oleh Contoh :
atau
( tempat-
atau
sebagai suku kata pertama
maka Awalan Penentu akan tetap memakai Dagesh Forte. orang-orang orang-orang Yahudi ITU
28
12.4. Perubahan Vokal Pada Konsonan Pertama
Ada sejumlah kata benda dalam bentuk tunggalnya mengalami perpanjangan vokal pada konsonan pertama tatkala diberikan Awalan Penentu. Kita hanya dapat terbiasa dengan kata-kata benda tersebut dengan cara menghafalkannya. Kata-kata benda yang paling penting tersebut adalah sebagai berikut : Perubahan Vokal
Arti Kata Negeri ITU
Asal Kata
Gunung ITU Bangsa ITU Si Jahat Kebun ITU Sapi Jantan ITU Perayaan ITU Tabut ITU
12.5. Awalan Penentu Sebagai Kata Penunjuk
Sewaktu-waktu, Awalan Penentu dapat berfungsi sebagai Kata Penunjuk, misalnya : berarti “hari ITU” atau “hari ini”. 12.6. Awalan Penentu Untuk Hal Yang Unik
Hal atau orang yang dianggap unik, seringkali mendapat Awalan Penentu untuk dapat membedakannya membedakannya dari dar i pengert ian yang umum, misalnya misalnya : 12.6.1. 12.6.2. 12.6.3.
( Allah ) dibedakan dari ( bumi ) dibedakan dari
( Para ilah ), ( tanah/negeri ),
( Sang Raja ). Bila kata ini tidak disertai keterangan lain, maka
yang dimaksudkan adalah raja dari orang yang sedang berbicara atau penulis. Dalam kitab Mazmur
berarti “Raja Israel” atau “TUHAN”, yang
adalah Raja Orang Israel yang sebenarnya ( bandingkan dengan Mazmur 20:10 dalam teks Ibrani ).
29
TUGAS (5) A. Tulislah dalam bahasa Ibrani !
01 02 03 04 05
Langit Langit ITU Rumah ITU Bangsa ITU Perjanjian ITU Si Hamba
06 07 08 09 10
Si Besar 11 Sang Imam 12 Roh ITU 13 Si Miskin 14 Pintu ITU 15
Petang ITU Sang Nabi Tangan ITU Api ITU Sang Ibu
B. Berikanlah Awalan Penentu pada setiap kata yang ada di bawah ini !
01
09
05
01
02
10
06
02
03
11
07
03
04
12
08
04
C. Perbaikilah kata-kata berikut sehingga Titik Pengeras ditempatkan secara tepat !
06
01
07
02
08
03
09
04
10
05
D. Transliterasikan Ayat berikut di bawah ini ke dalam tulisan Latin !
( Mazmur 119:105 )
30
13. AWALAN PENGHUBUNG ( THE CONJUNCTION WAW ) 13.1. Bentuk Umum
Kata Penghubung yang paling umum digunakan dalam banyak bahasa adalah kata “dan”. Dalam bahasa Ibrani kata penghubung “dan” tidak dapat berdiri sendiri, melainkan digabungkan dengan kata berikutnya ( merupakan Awalan pada kata yang akan dihubungkan ). Biasanya ditulis dengan Waw ditambah Shewa Bersuara (
).
Contoh : Laki-laki dan perempuan Langit ITU dan bumi ITU 13.2. Bentuk-bentuk Lain
Di depan huruf-huruf tertentu, Shewa Bersuara di bawah Waw dapat mengalami perubahan sehingga timbul bentuk-bentuk Awalan Penghubung sebagai berikut : 13.2.1. Di depan huruf Labials ( Konsonan yang diucapkan dengan bantuan bibir : --- BuMaF ) dan di depan Shewa, Awalan Pengh P enghubung ubung ditulis
( Syureq ). Contoh : Putera dan puteri Daud dan Salomo Lelaki dan perjanji per janjian an
Perhatikan : Mengingat
merupakan suku suku kata terbuka, maka huruf BeGaD
KeFaT yang menyusul kemudian kehilangan kehilangan Dagesh Dage sh Lene-nya.
13.2.2. Di depan
( Yod ditambah ditambah Shewa Bersuara ), maka berubah menjadi
( Waw ditambah Khireq-yod ). Contoh : dan Yerusalem dan Yehuda dan terjadilah 13.2.3. Di depan konsonan yang memiliki Shewa Gabungan , maka Awalan Penghubung Waw mendapatkan vokal pendek dari pendek dari Shewa Gabungan itu ( perhatikan : sebuah Meteg selalu ditempatkan di samping vokal tepat sebelum Shewa Gabungan itu ). Contoh :
31
dan saya
( Kejadian 6:17 )
dan kebenaran
( Kejadian 24:49 )
dan penyakit
( Pengkhotbah Pengkhot bah 6:2 )
13.2.4. Di depan kata-kata yang yang bersuku kata satu, sat u, atau di depan suku kata yang mendapat penekanan utama dalam pengucapan, Awalan Penghubung selalu
.
ditulis :
selalu bergabung dengan dua kata dari kelas sama ( hampir
selalu berupa kata benda ) dan cenderung untuk merefleksikan relasi dekat antara keduanya. Contoh : baik dan jahat
( Kejadian 2:9 )
tanpa bentuk bentuk dan kosong
( Kejadian 1:2 )
sore dan malam 13.2.5. Ketentuan-ketentuan Khusus diterapkan ketika Awalan Penghubung merupakan Prefix ( awalan ) untuk Nama-nama Ilahi. Dua Nama Ilahi yang paling sering dipakai dalam Alkitab bahasa Ibrani adalah
( Allah ) dan
( YHWH/TUHAN ).
adalah bentuk jamak, pada umumnya berfungsi sebagai kata benda tunggal. Namun ia juga dapat berfungsi sebagai kata benda jamak, dirangkaikan dengan kata sifat jamak dan bentuk kata kerja jamak. Ini biasanya muncul tatkala referensi dibuat untuk menunjukkan “ilah-ilah” dari bangsa-bangsa.
bisa muncul dengan & tanpa Awalan Penentu.
Ketika Awalan Penghubung “Waw” ditambahkan pada
huruf
menjadi
quiescent ( hilang fungsi konsonannya ) dan hilang pula Shewa Gabungannya,
sehingga menjadi
. Oleh karena tidak pernah menutup sebuah suku kata,
maka vokal yang mendahuluinya, yang kini berdiri dalam bentuk suku kata terbuka dan tanpa penekanan itu harus diperpanjang ( dari Segol ke Tsere ), sehingga bentuk akhirnya menjadi
( dan Allah ).
adalah Nama Perjanjian untuk Allah Israel. Pada tahun-tahun awal sejarah Israel, nama
ini dinilai sangat sakral untuk diucapkan. Para
pembaca saleh menghindari ucapan nama tersebut dengan menggantikannya dengan kata
(
donay ), yang yang berarti “Tuhanku”.
Ketika para sarjana Masoret mulai menerapkan vokal pada teks konsonan
32
Untuk kitab-kitab di dalam Alkitab, mereka menerapkan vokal dari kepada
ini ini
Dengan modifikasi Shewa Gabungan di bawah non-guttural-
yod, maka bentuk akhirnya menjadi
diucapkan
atau
yang selalu
a
donay.
Jika tidak perlu lagi untuk menghindari ucapan dikenakan dikenakan seperti sepert i bentuk
maka vokal yang
dan dibaca “Yahweh”. Usaha untuk transliterasi transliterasi sebagai “Yehovah” atau ”Jehovah” tidak dipakai orang
hingga pada jaman Reformasi Protestan. Adakalanya dua nama Ilahi
muncul bersama-sama dalam
teks bahasa Ibrani ( lihat misalnya di Amsal 1:8 ). Berhubung akan sangat a
janggal untuk membacanya sebagai “ donay Masoret memilih sehingga terjadilah bentuk
a
donay”, maka para sarjana
dengan modifikasi vokal dari yang kemudian disederhanakan menjadi
yang harus diucapkan seperti tertulis memakai modifikasi modifikasi vokal dari da ri bahasa Indonesia “TUHAN”, sementara sementara itu dan
, diterjemahkan ke dalam diterjemahkan “ALLAH”
diterjemahkan “TUHAN ALLAH”.
Ketika Awalan Penghubung “Waw” dijadikan awalan pada
, ditulis
( lihat Kejadian 19:24 ), dan diucapkan seperti ia tertulis
,
“wa-do-nay” ( lihat 2 Raja-raja 7:6 ). 13.3. Terjemahan Tepat Bagi Awalan Penghubung “Waw”
Awalan Penghubung “Waw” dipakai untuk menghubungkan kata ( misalnya : “Ayah dan ibu” ) atau untuk menghubungkan kalimat ( misalnya : “Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam” ). Terjemahan dasar adalah “dan”, namun demikian dapat juga diterjemahkan lain, tergantung konteksnya. 13.3.1. Sebagai penghubung antar kalimat a> Diterjemahkan “maka” , misalnya :
( Kejadian 3:5 ) ( Pada hari kalian makan daripadanya daripadanya maka mata kalian akan terbuka )
33
( Jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, dan jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri - Kejadian 13:9 ) b> Diterjemahkan “atau” , bila menghubungkan dua kemungkinan. Misalnya Misalnya :
( Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan ... , Ayub 31:13 ) c> Diterjemahkan “tetapi” atau “melainkan” bila mempertentangkan dua hal yang saling berlawanan. Misalnya Misalnya :
( ... tetapi dari pohon pengetahuan ... janganlah engkau makan ... , Kejadian 2:16,17 )
( ...kalian datang untuk melihat-lihat ... Tidak tuanku ! Melainkan hamba-hambamu datang untuk membeli makanan --- Kejadian 42:9-10 ) d> Diterjemahkan “baik ... maupun ...” bila menghubungkan dua hal. Misalnya :
( ... Satu ketetapan ket etapan harus berlaku bagi kali kalian, an, baik bagi bagi orang asing, maupun bagi orang Israel asli --- Bilangan 9:14 ). 13.3.2. Pada permulaan kalimat atau permulaan alenia baru, Awalan Penghubung diterjemahkan dengan “maka” atau “lalu”. 13.3.3. Di depan kata kerja, Awalan Penghubung dapat memiliki arti khusus, yang akan dibahas kemudian.
34
Dengan demikian, setiap kali bertemu dengan Awalan Penghubung, perlu diputuskan terjemahan mana yang tepat. Bila ragu-ragu, pakailah dahulu terjemahan standar “dan”. TUGAS (6) A. Terjemahkanlah ungkapan-ungkapan di bawah ini ! 10
01
11
02
12
03
13
04
14
05
15
06
16
07
17
08
18
09
B. Terjemahkanlah ke dalam bahasa Ibrani !
01 02 03 04 05 06
Tangan dan kaki Kota ITU dan rumah ITU Baik siang maupun malam Sang raja dan bangsa ITU Sang imam dan sang hamba Baik emas maupun perak
07 08 09 10 11 12
Baik Baik Yehuda maupun Mesir Air ITU dan api ITU Putera Puter a dan puteri puter i Bapa dan ibu Nyanyian Nyanyian dan pengajaran Para suami dan para istri
14. KATA SIFAT Pada dasarnya sebuah kata sifat dapat digunakan dengan dua cara utama, yakni :
Kata Sifat yang berfungsi sebagai keterangan langsung ( Atributif ) untuk sebuah kata benda. Misalny Misalnyaa : - Lelaki yang jahat - Sang nabi yang baik - Rumah yang tua ITU Kata Sifat yang berfungsi sebagai sebutan ( Predikatif ) sebuah kalimat. Misalnya : - Lelaki ITU adalah jahat - Sang nabi adalah baik - Rumah ITU adalah tua
35
Demikianlah pemakaian kata sifat dalam bahasa Indonesia hanya dibedakan melalui kata “yang” untuk pemakaian secara Atributif dan melalui kata “adalah” untuk pemakaian secara Predikatif. Namun dalam bahasa Ibrani, perbedaan antara dua cara ini lebih besar dan nyata sehingga perlu dipelajari dan dikuasai dengan baik. 14.1. Kata Sifat Sebagai Atribut
14.1.1. Urutan Kata Kata Sifat yang dipakai sebagai keterangan langsung ( Atribut ), ditempatkan langsung di belakang kata benda yang diterangkannya. Contoh :
( Lelaki yang jahat )
Perhatikan bahwa dalam bahasa Ibrani tidak perlu kata penghubung “yang”, sebab kata sifat menyusul langsung setelah kata bendanya. 14.1.2. Kata Sifat & Awalan Penentu Bila kata sifat menerangkan kata benda yang memiliki Awalan Penentu, maka kata sifat tersebut harus juga dilengkapi dengan Awalan Penentu. Misalnya : Sang nabi yang baik, atau : Nabi yang baik ITU Rumah yang tua ITU Awalan Penentu di depan kata sifat menunjukkan betapa erat hubungannya dengan kata bendanya. Namun perhatikanlah bahwa Awalan Penentu di depan kata sifat tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia. 14.1.3. Satu Kata Benda Dengan Beberapa Kata Sifat Atributif Atributif Bila SATU kata benda dengan Awalan Penentu diterangkan melalui lebih dari satu kata sifat, maka masing-masing kata sifat itu juga diberi Awalan Penentu. Misalnya : Sang Nabi yang baik dan tua Rumah yang besar dan kudus ITU 14.2. Kata Sifat Sebagai Predikat Predikat
Pemakaian kata sifat yang kedua disebut “predikatif” sebab dalam kasus ini kata sifat berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat yang kecil, yang dapat terdiri atas subyek dan predikat saja. Misalnya : ( Rumah ITU adalah tua )
36
14.2.1. Urutan Dalam Kalimat Sebelum kita membahas penempatan kata sifat yang dipakai secara predikatif, perlu untuk membahas urutan dalam kalimat bahasa Ibrani, yang berbeda dengan pola kalimat bahasa Indonesia.
Æ
Bahasa Indonesia :
Æ
Subyek Subyek (1) + Predikat (2) ( 2) + Obyek (3) Sang nabi menulis buku Å
Bahasa Ibrani :
Æ
Å
Å
Obyek Obyek (3) + Subyek (2) + Predikat (1) buku sang nabi menulis
Dengan menempatkan predikat pada urutan pertama dalam tiap kalimat ternyata bahwa bahasa Ibrani menganggap unsur kegiatan yang dinyatakan melalui predikat adalah yang terpenting ! Dengan demikian, kita tidak perlu merasa heran bahwa kata sifat yang dipakai secara predikatif biasanya mendahului kata benda ( subyek ), dan bukan di belakangnya sebagaimana pada pemakaian atributif. Perhatikanlah contoh berikut ini ! ( TUHAN adalah kudus ) Dalam terjemahan bahasa Indonesia biasanya kata “adalah” akan disisipkan di antara subyek dan kata sifat. Kemungkinan terjemahan lain, yang lebih mendekati cara ungkapan bahasa Ibrani adalah : “Kuduslah TUHAN”. 14.2.2. Kata Sifat & Awalan Penentu Kata sifat yang dipakai secara predikatif tidak pernah mendapat Awalan Penentu , sekalipun subyek kalimat memilikiny memilikinya. a. Contoh Conto h : Adillah Sang Raja ( Raja ITU adalah adil ) Tualah orang ITU ( Orang ITU adalah tua ) Baiklah malam ITU ( Malam ITU adalah baik ) Perhatikanlah : Dalam contoh nomor 3, ternyata kata sifat yang dipakai secara predikatif sewaktuwaktu dapat menyusul setelah subyek. Namun demikian, terjemahannya tidak membingungkan, sebab kata sifat tersebut tidak memiliki Awalan Penentu, tanda bahwa kata sifat sifat tersebut dipakai secara predikatif. predikatif.
37
15. KATA BENDA & KATA SIFAT 15.1. Jenis ( Gender ) Kata Benda
Dalam bahasa Ibrani, setiap kata benda dianggap memiliki jenis ( gender ) tertentu, yang mempengaruhi penggunaan kata benda tersebut. Pada umumnya kata benda memiliki salah satu dari dua jenis ( gender ) berikut ini : a> Kata benda jenis ( gender ) laki-laki atau Maskulin ( m ), b> Kata benda jenis ( gender ) perempuan atau Feminin ( f ). 15.1.1. Kata Benda B enda Feminin
15.1.1.1. Kata benda yang berakhir dengan
,
, atau
biasanya Feminin.
Misalnya : Perempuan
Puteri
Nabiah
Pengetahuan
Keadilan
Pintu
15.1.1.2. Nama wanita dan tentunya juga semua fungsi wanita berjenis Feminin. Misalnya : Ibu
Ratu
Puteri
Kuda betina
15.1.1.3. Nama kota atau negeri adalah Feminin, sebab dianggap sebagai ibu para penduduknya. Misalnya : Bumi Yerusalem Kota 15.1.1.4. Sebutan untuk anggota tubuh yang berpasangan adalah Feminin. Misalnya : Tangan Kaki Mata
38
15.1.2. Kata Benda B enda Maskulin
Kata benda Maskulin lebih banyak jumlahnya daripada kata benda Feminin. Kata benda Maskulin tidak memiliki ciri tertentu yang menunjukkan jenisnya. Namun sebutan untuk manusia dan binatang tentu t entu mengikuti jenisnya jenisnya yang alamiah. Misalnya :
Perkecualian
Laki-laki ( m )
Putera ( m )
misalnya :
Malam ( m )
15.2. BENTUK JAMAK
Bilamana kata benda bahasa Ibrani muncul dalam bentuk jamak, maka lebih mudah untuk mengenal jenisnya ( gendernya ) sebab selalu nyata melalui akhiran-akhiran jamak yang khas. 15.2.1. Akhiran Jamak Pada Kata Benda Maskulin Kata benda Maskulin dalam bentuk jamak mempunyai akhiran
( full script ) atau
( defective script ) yang langsung ditambahkan pada kata benda bentuk tunggal. Tunggal
Kuda Jantan
Jamak ( Full Script )
Kuda-kuda Jantan
Jamak ( Defective Script )
Kuda-kuda Jantan
Perubahan Vokalisasi
Melalui penambahan akhiran jamak pada kata benda dasar, maka tekanan suara semakin berpindah ke bagian belakang kata tersebut. Hal ini seringkali mengakibatkan perubahan pada suku kata pertama yang akan menjadi lebih ringan. Tunggal Vokal Suku Pertama Qamets
Jamak Kata Vokal Suku Kata Pertama Shewa Bersuara
Bila Konsonan pertama adalah Gutturals, yang tidak dapat menerima Shewa Biasa, maka Qamets akan berubah menjadi Shewa Gabungan. Misalnya : Æ
( Tunggal )
( Jamak )
39
Kata-kata yang memiliki Segolata ( dua segol ) mengalami perubahan vokalisasi yang khas sebagai berikut : Tunggal Vokal Suku Kata Pertama : Segol/Tsere Suku Kata Kedua : Segol
Jamak Æ
Shewa Bersuara Æ Qamets
( Gutturals )
Suku kata yang memiliki vokal penuh ( vokal plus huruf vokal ) tetap panjang dan tidak dapat diperingan, meskipun ditambah akhiran. Misalnya : Tunggal
Jamak
Vokalisasi Khusus
Ada beberapa kata benda Maskulin yang mengalami perubahan vokalisasi yang khusus, yang tidak mengikuti salah satu peraturan di atas, yakni : Tunggal
Jamak
Lelaki (m) Putera (m) Siang/hari (m) Kepala (m) Bangsa (m) Rumah (m)
15.2.2. Akhiran Jamak Pada Kata Benda Feminin Feminin
Kata benda Feminin dalam bentuk jamak mempunyai mempunyai akhiran khusus, yakni ( full script script ) atau
( defective script ).
40
15.2.2.1. Kata benda Feminin yang mempunyai akhiran
akan kehilangan
akhirannya dan digantikan oleh akhiran jamak Tunggal
. Misalnya :
Jamak
Kuda Betina (f) Nabiah (f) Hukum (f) Keadilan (f)
15.2.2.2. Kata benda Feminin tanpa akhiran
menerima akhiran
langsung di
belakang bentuk tunggalnya. Perubahan vokalisasi pada kata induknya mengikuti pola yang sama seperti pada kata benda Maskulin. Contoh : TUNGGAL
JAMAK
Tangan (f) Jiwa (f) Roh (f) Pintu (f) Mata (f) Negeri (f)
15.2.3. Akhiran Jamak Yang Tidak Sesuai Gender Kata Benda 15.2.3.1. Ada beberapa kata benda Maskulin yang bentuk jamaknya mengikuti pola kata benda Feminin, Feminin, misalnya misalnya : Tunggal
Ayah (m) Hati (m) Hati (m) Malam (m) Mezbah (m) Tempat (m) Suara (m)
41
Jamak
Nama (m) Dosa (m)
15.2.3.2. Ada pula beberapa kata benda Feminin yang bentuk jamaknya mengikuti pola kata benda Maskulin, misalnya : Tunggal
Jamak
Batu (f) Wanita (f) Kota (f) Tahun (f)
15.2.4. Pengertian Bentuk Jamak Dalam bahasa Ibrani bentuk jamak tidak hanya berarti bahwa jumlah sesuatu hal itu lebih dari satu. Ada beberapa kemungkinan yang lain, sebagai berikut : 15.2.4.1. Bentuk jamak dapat mengandung pengertian luasnya ( tempat/waktu ) suatu hal ( disebut Extensive Plural ). Misalnya : Langit, Langit, Surga Air Air Wajah, permukaan, muka Hidup, kehidupan 15.2.4.2. Tidak jarang bentuk jamak pada kata benda abstrak mengandung pengertian Intensitas hal/keadaan ( disebut Intensive Plural ), misalnya : Berkat Berkat besar ( Mazmur 21:7 )
15.2.4.3. Ada pula jamak keagungan, yang ada kaitan dengan jamak intensitas. Pengertian ini khususnya pada nama Allah (
). Bila bentuk
tunggal tampaknya tidak cukup untuk mengekspresikan pengertian “wajah” atau “langit”, apalagi untuk Allah. Ia melebihi segala sesuatu dalam segala hal.
42
15.3. Bentuk DUAL
Bentuk akhiran Dual ini dipakai untuk benda-benda yang muncul dalam bentuk pasangan ( berjumlah dua ), secara khusus untuk anggota-anggota tubuh. Bentuk akhiran Dual ini dipakai baik untuk kata benda Maskulin, maupun kata benda Feminin. 15.3.1. Bentuk Akhiran Dual ini biasanya ditulis
( Patakh yang beraksen, plus
Yod, plus Khireq, plus Mem Final ). Contoh : Tunggal
Arti Telinga (f)
Jamak DUAL
Arti Sepasang telinga
Tangan (f)
Sepasang tangan
Sayap (f)
Sepasang sayap
Mata (f)
Sepasang mata
Kaki (f)
Sepasang kaki
Bibir (f)
Sepasang bibir bibir
Hari (f)
Dua hari
Kuda Jantan (f)
Dua ekor kuda jantan
15.3.2. Bilamana Bilamana kata kat a benda yang memiliki memiliki akhiran akhiran Feminin
harus mendapatkan
akhiran Dual, maka dari akhiran Feminin itu akan menjadi
dan akhiran
Dual ditambahkan dit ambahkan di belakangnya, misalnya misalnya : Bibir (f)
Sepasang bibir bibir
Kuda betina (f)
Dua ekor kuda betina
15.3.3. Ada perkecualian yang tidak jelas alasannya, sejumlah kata benda yang muncul dengan bentuk akhiran Dual, namun tanpa arti Dual ( berpasangan ). Misalnya : Air
Yerusalem
Langit, Langit, Surga
Mesir
43
TUGAS (7)
A. Berikanlah bentuk jamak untuk kata-kata di bawah ini ! Kenalilah & tuliskan gender dari setiap kata tersebut !! 09
05
01
10
06
02
11
07
03
12
08
04
B. Berikanlah akhiran Dual pada kata-kata di bawah ini ! Terjemahkan pula setiap kata dalam bentuk Dual tersebut !! 06
01
07
02
08
03
09
04
10
05
C. Terjemahkanlah kalimat-kalimat Ibrani di bawah ini ! 06
01
07
02
08
03
09
04
10
05
D. Berikanlah tanda lingkaran pada kata yang tampaknya salah ditempatkan pada setiap kelompok kata di bawah ini ! 06
01
07
02
08
03
09
04
10
05
44
15
11
16
12
17
13
18
14
15.4. Gender & Jumlah Kata Sifat
Bentuk Kata Sifat harus selalu sesuai dengan bentuk Kata Benda yang diterangkannya a> Dalam hal gender : Maskulin atau Feminin, dan b> Dalam hal jumlah : tunggal atau jamak. Peraturan ini berlaku untuk pemakaian Kata Sifat baik secara atributif maupun secara predikatif. Sama seperti Kata Benda, demikian pula pada Kata Sifat dapat terjadi perubahan vokal kata dasar atau perubahan konsonan terakhir bilamana dibubuhi akhiran Feminin atau jamak. 15.4.1. Kata Sifat yang vokalnya tidak berubah Maskulin TUNGGAL Maskulin JAMAK Feminin Feminin TUNGGAL TUN GGAL Feminin JAMAK
Contoh : Sang putera ( adalah ) baik atau : Baiklah Baiklah sang putera. Pohon-pohon yang baik Sang puteri yang baik ITU. Baiklah para nabiah ITU 15.4.2. Kata Sifat yang terdiri atas dua suku kat a, dengan Qamets dalam suku suku kata pertama ; Qamets itu akan berubah menjadi Shewa Bersuara ( di bawah Gutturals akan berubah menjadi Shewa Gabungan ) bilamana Kata Sifat tersebut dibubuhi akhiran Feminin atau jamak. Perhatikan tabel berikut di bawah ini !
45
Besar
Tua
Jujur
Fasik
Bijaksana
M. Tunggal M. Jamak F. Tunggal F. Jamak Contoh : Kaki (f) yang besar. Bijaksanalah perjanjian (f) ITU. Bapak-bapak yang yang tua ITU. Jujurlah para wanita ITU. Nabi-nabi yang fasik. 15.4.3. Beberapa Kata Sifat yang terdiri atas satu suku kata saja ; Konsonan kedua akan menerima Dagesh Forte ( dalam kasus Gutturals terjadi kompensasi ) bilamana Kata Sifat tersebut dibubuhi akhiran Feminin atau jamak. Lihat tabel berikut ! Banyak
Hidup
Miskin Miskin
Jahat
M. Tunggal M. Jamak F. Tunggal F. Jamak
Perhatikanlah : [1] Bilamana Kata Sifat menerangkan Kata Benda yang akhirannya tidak sesuai dengan gendernya, maka akhiran Kata Sifat akan sesuai dengan gender Kata Benda tersebut & bukan sesuai dengan bentuk akhirannya. Misalnya : Malam (m) yang baik, Selamat Malam. Istri-istri (f) yang baik. Bijaksanalah para bapak (m) ITU.
46
[2] Kata Benda yang hanya muncul dalam bentuk jamak, biasanya mendapat Kata Sifat dalam bentuk jamak pula, meskipun pengertiannya tunggal. Misalnya : Banyak air, Air yang banyak Wajah yang jahat.
[3] Kata Sifat yang menerangkan
( Allah ) selalu dalam bentuk
Tunggal. Misalnya :
Adillah Allah. Jahatlah para ilah ITU. [4] Tidak ada bentuk Dual untuk Kata Sifat ! Oleh karena itu, bila Kata Bendanya menyandang akhiran Dual, maka Kata Sifat yang menerangkannya memakai akhiran jamak biasa. Misalnya : Sepasang tangan yang besar. [5] Pengertian Jamak Intensif berlaku hanya untuk beberapa Kata Benda dan tidak berlaku untuk Kata Sifat. Dengan kata lain,
,
,
tidak boleh diterjemahkan “baik-baik”, “besar-besar”, melainkan hanya menunjukkan bahwa Kata Benda yang diterangkannya tersebut dalam status jamak.Terjemahan Kata Sifat tersebut dalam bahasa Indonesia tetap memakai bentuk tunggal, “baik”, “besar”. TUGAS (8)
A. Terjemahkanlah ke dalam bahasa Ibrani, kalimat-kalimat berikut di bawah ini ! 01. Lagu-lagu yang indah. 02. Fasiklah bangsa ITU. 03. Besarlah berkat ITU. 04. Bapat ITU baik. baik. 05. Suami dan istri. 06. Langit dan bumi. 07. Adillah imam ITU dan benarlah benar lah sang nabiah. 08. Para suami yang tua dan para istri yang bijaksana. 09. Sepasang Kuda jantan dan sepasang kuda betina. 10. Allah ITU benar dan para ilah ITU jahat.
47
B. Terjemahkanlah ke dalam bahasa Indonesia, kalimat berikut di bawah ini ! 02
01
04
03
06
05
08
07
10
09
16. KATA GANTI ( PRONOUNS ) 16.1. Kata Ganti Orang ( Independent Independent Personal Per sonal Pronouns ) Kata Ganti Orang ditulis sebagai bentuk terpisah dan hanya dipakai untuk menyatakan Subyek dalam sebuah kalimat. Untuk menyatakan obyek, bahasa Ibrani memiliki pronominal suffixes khusus, yang ditempatkan sebagai akhiran pada kata lain ( kata kerja, kata depan, atau kata benda ). Bentuk-bentuk suffix ini akan dipelajari pada pelajaran-pelajaran selanjutnya. Untuk sementara ini, kita membatasi diri kepada Kata Ganti Orang, yang berdiri sendiri sebagai Subyek Kalimat. Bentuk-bentuk Kata Ganti Orang ( Independent Personal Pronouns ) ini adalah sebagai berikut : Tunggal
,
Jamak
Saya (m/f )
Kami/kita (m/f )
Engkau (m)
Kalian (m)
Engkau (f)
,
Dia (m)
,
Dia (f)
,
Kalian (f) Mereka (m) Mereka (f)
Catatan : [1] Kata Ganti Orang Kedua Jamak (f) jarang muncul. [2] Kata Ganti Orang Ketiga Tunggal (f) terdapat sepanjang sepanjang kitab-kitab kitab-kitab Pentateuch. Pentat euch. Contoh : Akulah Allah YHWH. Engkaulah lelaki ITU. Dialah sang raja yang besar ITU. Merekalah para hamba yang baik.
48
16.2. Kata Ganti Penunjuk ( Demonstrative Pronouns ) Kata Ganti Penunjuk adalah kata ganti yang menunjukkan sesuatu benda atau seseorang yang khusus harus diberi perhatian. Dalam bahasa Ibrani ada dua macam Kata Ganti Penunjuk, yakni : a> Menunjuk pada hal-hal yang dekat : ini, b> Menunjuk pada hal-hal hal-hal yang jauh : itu. Dalam hal ini bisa jadi pemakaian kata “itu” membingungkan, sebab kata tersebut juga dipinjam sebagai Kata Sandang Tertentu ( Awalan Penentu ) yang sebenarnya tidak ada dalam bahasa Indonesia. Adapun bentuk-bentuk Kata Ganti Penunjuk ini adalah sebagai berikut : Tunggal
Jamak
Ini/This (m)
Ini/These (m)
Ini/This (f)
Ini/These (f)
Itu/that (m)
,
Itu/Those (m)
Itu/that (f)
,
Itu/Those (f)
Perhatikan, Kata Ganti Orang Ketiga dipinjam untuk berfungsi sebagai Kata Ganti Penunjuk. Dalam bahasa Ibrani, Kata Ganti Penunjuk memiliki fungsi yang sama seperti Kata Sifat ( dapat dipakai secara atributif & predikatif ). Dalam hal ibi Kata Ganto Penunjuk harus sesuai dalam hal : gender & jumlah dengan Kata Benda yang diterangkannya. 16.2.1. Kata Ganti Penunjuk yang berfungsi sebagai Keterangan Langsung ( dipakai secara Atributif ) untuk sebuah Kata Benda selalu : Ditempatkan di belakang Kata Benda yang diterangkannya, Mendapat Awalan Penentu sama seperti Kata Bendanya. Contoh : Lelaki ini. Lelaki itu. Negeri ini. Kota-kota Kota-kot a ini. ini. Bila sebuah Kata Benda dimodifikasi oleh sebuah Kata Sifat, maka Kata Ganti Penunjuknya akan selalu berdiri setelah Kata Sifat. Misalnya :
49
Hal yang besar ini. ini. Negeri Neger i yang baik ini. Tahun-tahun Tahun-t ahun yang baik ini. Padang gurun yang besar itu. 16.2.2. Kata ganti Penunjuk yang dipakai secara predikatif : a. Ditempatkan di depan Kata Benda. b. Tidak pernah mendapat Awalan Penentu. Misalnya : Inilah hari ITU. Inilah wanita yang jujur ITU. Itulah kota yang besar ITU. Itulah Raja yang bijaksana ITU. 16.3. Kata Ganti Tanya ( Interrogative Inter rogative Pronouns ) Ada dua Kata Ganti Tanya dalam bahasa Ibrani. Posisi Kata Ganti Tanya tersebut biasanya pada awal kalimat. 16.3.1. Kata Ganti Tanya Tanya
( Siapa ? ). Misalnya : Siapa engkau ? Siapa lelaki ITU ?
16.3.2. Kata Ganti Tanya Tanya
( Apa ? atau Alangkah ... ! ).
Biasanya dihubungkan dengan kata berikutnya melalui garis Maqqef dan huruf pertama kata berikutnya berikutnya tersebut akan mendapat mendapat Dagesh Forte. Fort e. Misalnya : Apa ini ? Alangkah baiknya !
Bila
bertemu dengan Gutturals dalam kata berikutnya, maka vokalisasi akan berubah sesuai dengan peraturan yang telah diuraikan
sebelumnya sebelumnya sehubungan dengan Awalan Penentu, Pe nentu, sehingga melalui kompensasi akan terjadi bentuk-bentuk sebagai berikut ( tanpa Dagesh Forte ) :
50
Apa yang telah kaulakukan ? Apakah kesalahanku dan apakah dosaku ? Dan apakah yang lebih kuat dari seekor singa ? ( Hakim-hakim 14:18 ) Apakah hambamu ? ( 2 Samuel 9:8 )
dan
sewaktu-waktu juga diterjemahkan “barangsiapa” dan “apa saja”.
Yang menentukan dalam hal ini adalah konteksnya. 16.4. Awalan Tanya ( Interrogative “He” ) Berhubung tidak ada tanda tanya dalam bahasa Ibrani, maka kata atau hal yang dipertanyakan dibubuhi Awalan Tanya :
( dalam bahasa Indonesia memakai akhiran
-kah ). Misalnya : Besarkah pohon-pohon ITU ? Bukankah engkau laki-laki ? Selamatkah ? ( Apa kabar ? ) Di depan Gutturals, Awalan Tanya dapat mengalami perubahan vokal sehingga menjadi atau
, sama seperti Awalan Penentu. Untuk membedakan Awalan Tanya dari
Awalan Penentu, perlu diperhatikan : Vokal Awalan Tanya yang biasa adalah Khatef-patakh, sedangkan vokal Awalan Penentu adalah Patakh. Awalan Tanya tidak diikuti oleh Dagesh Forte. Awalan Tanya agak jarang ditemukan, sedangkan Awalan Penentu amat sering dipakai. 16.5. Kata Keterangan Keter angan Tanya Tanya ( Interrogative Interrogat ive Adverbs Adverbs ) Pertanyaan-pertanyaan dapat juga diperkenalkan dengan Interrogative Adverbs ( Kata Keterangan Tanya ). Interrogative Adverbs yang paling umum dipakai adalah : 1
Di mana ?
6
2
Di mana ?
7
3
Di mana ?
8
4
Kapankah ? Dari manakah ? Dari manakah ?
9
5
Bagaimana ? Dimanakah ? Pada tempat apakah ?
, ,
Mengapa ? Mengapa ?
51
Contoh : Di manakah Habel saudaramu ? Mengapa engkau sendirian ?
52