HUKUM MLM
( Mul Multti L ev el Ma Marr k eti ng )
Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi, S.Si, MSI Dosen Fiqih Muamalah STEI Hamfara Jogjakarta
POKOK BAHASAN
MLM M (1) Pengertian / Fakta ML
(2) Hukum MLM
(3) Kritik Terhadap Pendapat Yang Membolehkan MLM
POKOK BAHASAN
MLM M (1) Pengertian / Fakta ML
(2) Hukum MLM
(3) Kritik Terhadap Pendapat Yang Membolehkan MLM
PENGERTIAN / MLM M FAKTA ML
PENGERTIAN MLM
)
(
MLM adalah sistem pemasaran langsung untuk memasarkan produk-produk melalui para pembeli, dengan memberikan komisi kepada mereka, sebagai kompensasi adanya para pembeli (baru) yang membeli produk melalui mereka (pembeli lama) menurut syarat-syarat tertentu.
Ziyad Ghazal, Mas yru ’ Qanun A l B uyu’ , hlm. 193
PENGERTIAN MLM Gambaran faktanya sbb :
Misalkan ada perusahaan MLM (PT X) yang akan memasarkan sabun seharga Rp 20 ribu per buah.
PT X lalu menawarkan kepada seorang calon pembeli (misal Zaid).
PT X berkata kepada Zaid,”Jika Anda membeli sabun kami seharga Rp 20 ribu, maka kami akan memberi kesempatan kpd Anda untuk memasarkan kembali sabun tsb secara
PENGERTIAN MLM
Untuk setiap pembeli yang membeli dari Anda, anda akan mendapat komisi Rp 3 ribu rupiah.
Yang harus Anda lakukan hanyalah mencari dua orang pembeli lagi.”
Maka Zaid pun mencari dua pembeli lagi, misalnya bernama Khalid dan Umar.
Komisi yang diperoleh Zaid adalah = Rp 3 ribu x 2 orang = Rp 6 ribu.
PENGERTIAN MLM
Khalid dan Umar masing2 kemudian juga mencari 3 pembeli baru (misal).
Khalid merekrut A, B, C, sedang Umar merekrut D, E, dan F.
Maka komisi yang diperoleh sbb :
Khalid = Rp 3 ribu x 3 = Rp 9 ribu.
Umar = Rp 3 ribu x 3 = Rp 9 ribu.
Zaid juga mendapat komisi dengan jumlah yang sama dgn Khalid dan Umar, yaitu Rp 9 ribu.
PENGERTIAN MLM
Misalkan 3 pembeli melalui Khalid (A, B, C), dan 3 pembeli melalui Umar (D, E, F), masing-masingnya diharuskan mencari 3 pembeli lagi.
Maka komisi yang diperoleh sbb :
(1) Khalid mendapat komisi sebesar =
Rp 3 ribu x 3 x 3 orang = Rp 27 ribu
(2) Umar juga mendapat komisi =
Rp 3 ribu x 3 x 3 orang = Rp 27 ribu
Zaid juga mendapat Rp 27 ribu.
PENGERTIAN MLM
Demikianlah seterusnya, sehingga struktur para pembeli itu akan menyerupai piramida.
Lihat : Washfiy ‘Aasyuur Abu Zaid, Hukmu At Tas wiiq A s yabki fi Dhau’ A l Maqas hid .
http://www.salahsoltan.com/future-scientists/2236-2011-07-30-1103-08.html
PENGERTIAN MLM Perhatikan gambar ilustrasinya sbb :
PENGERTIAN MLM
Dari paparan fakta di atas, terdapat beberapa fakta yang menonjol dalam MLM sbb :
(1) Yang menjadi tujuan utama bisnis MLM bukanlah produk, tapi komisi, yang akan semakin besar setiap kali struktur piramida semakin tinggi.
Besarnya komisi ini mencapai ratusan kali dib di h d k
dapat lipat di i
PENGERTIAN MLM
(2) Harga produk yang dijual di MLM jauh lebih mahal daripada harga pasar.
Harga produk MLM bisa mencapai dua atau tiga kali lipat dari harga pasar.
(3) Struktur piramida suatu saat akan berhenti, dan akan memakan korban, yaitu lapisan terbawah yang tidak mempunyai lapisan bawahnya lagi.
Akibatnya, mereka (lapisan terbawah ini) akan mengalami kerugian,
PENGERTIAN MLM
Mengapa rugi?
Karena mereka sudah membeli produk yang harganya lebih mahal dari harga pasar, namun mereka tidak mendapat komisi.
Sedangkan lapisan-lapisan di atas mereka telah mendapat komisi dengan adanya lapisan terbawah tsb.
Ziyad Ghazal, Masyru’ Qanun A l Buyu’ , hlm. 195.
HUKUM MLM
HUKUM MLM
MLM hukumnya secara syar ’i adalah haram,
Inilah pendapat yang rajih (terkuat) dalam masalah ini, yg merupakan pendapat dari :
(1) A l Lajnah A l Da`imah lil B uhuts A l Ilmiyyah wal Ifta` (Arab Saudi).
(2) Majma’ A l Fiqh A l Is lami (Sudan),
(3) Lajnah A l Fatwa bi J amaah A ns har
A s
S unnah
(Mesir)
Al
Muhammadiyyah
HUKUM MLM
(4) Darul Ifta` (Aleppo, Suriah)
(5) Markaz A l Fatwa bi A l S yabkah A l Islamiyyah (Qatar),
(6) Dr. Sami Suwailim
(7) Dr. Ibrahim Al Dhariir
(8) Dr. Ali As Salus
(9) Dr. Rafiq Yunus Al Mashriy
(10) Dr. Husain Syahatah
HUKUM MLM
(11) Dr. Yusuf Al Subailiy
(12) Dr. Abdullah Ar Rukban
(13) Dr. M. Al ‘Ushaimi
(14) Dr. M. Al Munajjid
(15) dll
(Lihat : Washfiy ‘Aasyuur Abu Zaid, Hukmu At Taswiiq Asyabki fi Dhau’ A l Maqas hid .)
HUKUM MLM
Dalil-dalil syar’i yang mengharamkan MLM adalah sbb :
(1) MLM mengandung transaksi riba dalam dua jenisnya, yaitu : riba fadhl dan riba nasiah.
Karena hakikatnya muamalah yang ada adalah uang ditukar dengan uang,
disertai adanya tafadhul (nilai yang diterima lebih banyak drpd yang dibayarkan) => riba fadhl.
HUKUM MLM
dan selain itu ada ta`khir (ada selang waktu antara waktu membayar dan waktu menerima uang) => riba nasi`ah.
Adapun produk (sabun dll) dalam MLM sebenarnya hanya kamuflase saja, dan tidak ada pengaruhnya dalam penetapan status hukum.
Karena yang paling dicari dalam MLM sebenarnya adalah komisi, bukan produk.
HUKUM MLM
Maka dari itu, MLM hukumnya haram karena mengandung muamalah ribawi, baik riba fadhl maupun riba nasi`ah.
Dalil-dalil jelas.
haramnya
riba,
sudah
Misalnya QS Al Baqarah : 275, sbg dalil yang mengharamkan riba secara umum, yang meliputi riba fadhl ataupun riba nasi`ah.
HUKUM MLM
(2) Terdapat gharar (ketidakpastian) yang telah diharamkan secara syariah
Karena peserta MLM tidak tahu, apakah akan dapat memperoleh jumlah peserta baru di bawahnya (down line) sesuai jumlah yang ditetapkan?
Dan ketika MLM berakhir suatu saat, peserta tidak tahu apakah akan berada pada lapisan atas yang beruntung, ataukah lapisan terbawah yang i?
HUKUM MLM
Adanya gharar tersebut menjadikan MLM menjadi suatu muamalah yang diharamkan dalam Syariah.
Dalil yang mengharamkan gharar, misalnya sabda Rasulullah SAW :
"Janganlah kamu membeli ikan yang masih ada di dalam air, karena itu adalah gharar (tidak pasti / uncertainty).“ (HR Ahmad)
HUKUM MLM
(3) MLM mengandung muamalah yang diharamkan, yaitu memakan harta orang lain secara batil, khususnya bagi perusahaan MLM ataupun peserta MLM pada lapisan atas yang mendapat harta secara batil dari lapisan bawahnya.
Memakan harta orang lain secara batil, diharamkan Allah SWT
(Lihat QS An Nisaa` : 29)
HUKUM MLM (4) MLM mengandung unsur penipuan (al g his y ) kepada masyarakat, yaitu adanya iming-iming berupa komisi yang besar, yang pada umumnya tidak dapat diperoleh oleh peserta MLM.
Padahal Islam telah mengharamkan segala bentuk penipuan atau kecurangan (al g his y ).
Sabda Rasulullah SAW :
“Barangsiapa yang menipu, maka dia bukan dari golongan kami.” (HR Muslim).
HUKUM MLM
(5) MLM mengandung unsur judi (qimar), karena uang yang dibayarkan para peserta MLM ketika membeli produk, hakikatnya bukan untuk membeli produk, tapi sbg taruhan untuk mendapat keuntungan dari sistem MLM (komisi/bonus, dll).
Dan pada saat MLM berakhir, dipastikan ada pihak yang merugi (lapisan terbawah), sedang lapisan atasnya mendapat untung. Ini judi. Lihat QS Al Maaidah : 90
HUKUM MLM
(6) MLM mengandung multiakad (uqud murakkabah/hybrid contracts ) yang telah dilarang secara syara’.
Multiakadnya terletak dari gabungan akad jual-beli dengan akad samsarah.
Akad jual beli terjadi ketika member membeli produk, sedang akad samsarah terjadi ketika member mencari member down-line dengan mendapat komisi.
HUKUM MLM
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud RA berkata bahwa :
Nabi SAW telah melarang dua kesepakatan [akad] dalam satu kesepakatan [akad].” (HR Ahmad, hadis sahih)
”
Hadits ini telah melarang multiakad yaitu penggabungan (ijtima’) lebih dari satu akad ke dalam satu akad.
HUKUM MLM
(7) MLM mengandung samsarah (perantara jual beli) yang tidak sah, yaitu samsarah dengan lebih dari satu orang simsar (perantara).
Karena yang dibenarkan syariah hanya satu level simsar, yang terletak di antara penjual dan pembeli.
Maka samsarah dalam MLM tidak sah karena mengandung banyak level simsar.
HUKUM MLM
MLM biasanya terjadi g haban fahis y , yaitu menjual barang yang jauh lebih mahal dari harga pasar.
(8)
Dalam
Padahal syariah telah melarang fahis y , terjadinya g haban yaitu menjual barang dengan harga yang jauh lebih mahal atau jauh lebih murah dari harga pasar.
(Lihat Hafidh Abdurrahman, Hukum Syara’ MLM, Al Azhar:Bogor).
KRITIK TERHADAP PENDAPAT YANG MEMBOLEHKAN
MLM
HUKUM MLM sebagian ulama Ada membolehkan MLM, misalnya:
yang
(1) Amanatul Fatwa bi Dar Al Ifta` (Mesir)
(2) Dr Salih Sadlan
(3) Syaikh Ahmad Al Haddad
(4) Syaikh M. Imrani
(5) Syaikh Abdurrahman Al Harafi
(6) Syaikh Ibrahim Al Kultsum
(Lihat : Washfiy ‘Aasyuur Abu Zaid, Hukmu A t Tas wiiq As yabki fi Dhau’ A l Maqas hid .)
HUKUM MLM ini dalil-dalil yang mereka Berikut gunakan untuk membolehkan MLM, dan sekaligus bantahannya :
(1) Bahwa MLM itu boleh karena merupakan aktivitas samsarah (makelar), yaitu perantara jual beli dengan mendapat upah
Bantahan : tak dapat diterima MLM itu adalah muamalah samsarah
Karena dalam samsarah itu pembeli memang bertujuan untuk membeli produk
HUKUM MLM dalam MLM, pembeli itu Sedang sebenarnya tidak bermaksud mendapatkan produk, melainkan mendapat komisi (bonus)
Selain itu, dalam samsarah, seorang simsar (makelar) mendapat upah dari pembeli atau penjual.
Namun simsar tidak membayar sama sekali
Sedang dalam MLM, peserta itu justru membayar lebih dulu (membeli produk) agar mendapat komisi kemudian.
HUKUM MLM
(2) Bahwa komisi dalam MLM adalah hibah yang dibolehkan, yaitu hibah dari perusahaan MLM kepada para peserta MLM
Bantahan : Komisi bukan hibah, kalaupun dianggap hibah, tak setiap hadiah itu boleh.
Karena komisi dalam MLM itu tidak diperoleh, kecuali setelah sebelumnya peserta membayar lebih dulu kepada perusahaan MLM.
Sedang dalam hibah, orang yang mendapat hibah tidak disyaratkan memberi sesuatu lebih dulu kepada pihak pemberi hibah.
HUKUM MLM
(3) Bahwa MLM adalah muamalah baru yang tidak ada dalil yang mengharamkan
Maka hukumnya boleh, sesuai kaidah : al as hlu fil muamalah al ibahah.
Artinya : hukum asal muamalah adalah boleh.
Bantahan : Katakanlah kaidah itu benar, tetap saja MLM itu haram,
karena terdapat dalil-dalil yang mengharamkan MLM, spt dalil haramnya riba, gharar, ghisy, dll,
Jadi bagaimana mungkin MLM dihalalkan padahal banyak unsur-unsur yang mengharamkannya?
HUKUM MLM (4) Bahwa komisi dalam MLM adalah ju’alah (hadiah yang dijanjikan) yang hukumnya boleh, yaitu ju’alah dari perusahaan MLM kepada peserta MLM
Bantahan : Itu tidak benar,
Karena dalam ju’alah itu tidak mensyaratkan pihak ja’il (penerima hadiah) untuk membayar.
Sedang dalam MLM, peserta MLM diwajibkan (disyaratkan) untuk membayar lebih dulu kepada perusahaan MLM.
HUKUM MLM Bahwa muamalah MLM adalah (5) muamalah wakalah bil ujrah (perwakilan dengan upah)
Bantahan : Itu tidak benar,
Karena pihak wakil dalam akad wakalah, tidak diwajibkan membayar sesuatu kepada pihak muwakkil (yang diwakili)
Sedang dalam MLM, peserta MLM diwajibkan (disyaratkan) untuk membayar lebih dulu kpd perusahaan MLM.(Lihat : Washfiy ‘Aasyuur Abu Zaid, Hukmu At Taswiiq
A s yabki fi Dhau’ A l Maqas hid .)