RESUME SLE DAN HIV AIDS
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Oleh : Kelompok 3
Stivani Aprianti
(P17320117003) (P17320117003)
Nur Aini
(P17320117009) (P17320117009)
Alda Noviyanty
(P17320117066) (P17320117066)
Anggia Nur Auliya
(P17320117093) (P17320117093)
Dedi Nugraha
(P17320117110) (P17320117110)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN 2019
HIV/AIDS A. Definisi
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan Ribonucleic acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV merupakan bagian dan genus lentivirus, famili retroviridae. Infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS yaitu penyakit yang menunjukkan adanya sindrom defisiensi imun selular sebagai akibat infeksi HIV dengan manifestasi munculnya berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya. Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome(AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakantahap akhir dari infeksi HIV. B. Etiologi
HIV merupakanpenyebab dari AIDS. Virus HIV termasuk dalam famili Retroviridaedan genus Lentivirus.Virus ini memiliki dua jenis serotipe, yaitu HIV1dan HIV-2. HIV 1 adalah virus HIV yang paling infektif, memiliki virulensi yang lebih tinggi, dan merupakan penyebab infeksi HIV global. HIV-2 adalah virus yang memiliki infektifitasdan virulensi yang lebih rendah dan ditemukan terutama di Afrika barat. Retrovirus merupakan virusyang memiliki virion sferis berdiameter 80100 nm dan memiliki inti silindris. Genompada retrovirus berupa Ribonucleic Acid(RNA) untai tunggal. Retrovirus memiliki suatu enzim reverse transcriptaseyang berfungsi mengubah RNA virus menjadi Deoxyribonucleic Acid(DNA) pada saat menginfeksi sel. HIVmemiliki struktur dasar berupa partkel inti (core), protein matriks, dan selubung virus (envelope) yang merupakan pembentuk membran sel host. Selubung virus tersusunatas dua lapis lemak dan beberapa protein yang tertanam pada selubung virus, protein membentuk struktur paku yang terdiri dariglikoprotein 120 (gp120) yang berada dibagian luar membran virus, danglikoprotein 41 (gp41) yang menembus membranvirus. Glikoprotein luar berfungsi untuk perlekatan dengan reseptorsel inang saat proses infeksi dan glikoprotein transmembran sangat diperlukan untuk proses fusi.Protein matriks HIV terdiri dari protein p17 danterletak
antara selubungdan inti,sedangkan intivirus terdiri dari protein p24 yang mengelilingi dua untai tunggal RNA HIV dan enzim yangdiperlukan untuk replikasi HIV, seperti reverse transcriptase, protease, ribonuklease, danintegrase.
C. Gejala Klinis
Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) da n ge jala minor (tidak umum terjadi):
Gejala mayor : a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan. b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan. c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologise. e. Demensia/ HIV ensefalopati.
Gejala minor : a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan. b. Dermatitis generalisata. c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang. d. Kandidias orofaringeal. e. Herpes simpleks kronis progresif. f.
Limfadenopati generalisata.
g. Retinitis virus Sitomegalo. Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase : a. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. b. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala
yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS D. Patofisiologi Penyakit HIV dimulai dengan infeksi akut yang hanya dikendalikan sebagian oleh respon imun spesifik dan berlanjut menjadi infeksi kronik progresif pada jaringan limfoid perifer. Perjalanan penyakit dapat dipantau dengan mengukur jumlah virus dalam serum pasien dan menghitung jumlah sel T CD4+ dalam darah tepi. Bergantung pada lokasi masuknya virus ke dalam tubuh, sel T CD4+ dan monosit dalam darah atau sel T CD4+ dan makrofag dalam jaringan mukosa merupakan sel – sel pertama yang terinfeksi. Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebaran awal HIV dalam jaringan limfoid, karena fungsi normal sel dendritik adalah menangkap antigen dalam epitel lalu masuk ke dalam kelenjar getah bening. Setelah berada dalam kelenjar getah bening, sel dendritik meneruskan virus kepada sel T melalui kontak antar sel. Dalam beberapa hari saja jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan mengakibatkan viremia. Pada saat itu, jumlah partikel HIV dalam darah banyaksekali disertai sindrome HIV akut. Viremia menyebabkan virus menyebar di seluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit maupun makrofag dalam jaringan linfoid perifer. Sistem imun spesifik kemudian akan berupaya mengendalikan infeksi yang tampak dari menurunnya kadar viremia, walaupun masih tetap dapat dideteksi. Infeksi akut awal ditandai oleh infeksi sel T CD4+ memori (yang mengekspresikan Chemokine (C-C motif) reseptor 5(CCR5) dalam jaringan limfoid mukosa dan kematian banyak sel terinfeksi. Setelah infeksi akut, berlangsunglah fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa merupakan tempat replikasi virus dan destruksi jaringan secara terus menerus. Oleh karena itu, jumlah virus menjadi sangat banyak dan jumlah sel T-CD4 menurun. Serokonversi membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Simptom pada fase ini demam, limfadenopati, gatal – gatal.Selama periode ini sistem imun dapat mengendalikan sebagian besar infeksi, karena itu fase ini disebut fase laten. Pada fase laten atau padafase yang kedua ini merupakan infeksi HIV yang asimptomatik atau pasien yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala atau simptom untuk beberapa tahun yang akan datang. Di fase ini juga hanya sedikit virus yang diproduksi dan sebagian besar sel T dalam darah tidak mengandung virus. Walaupun demikian, destruksi sel T dalam jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T makin lama makin menurun hingga 500-200 sel/mm3. Jumlah sel T dalam jaringan limfoid adalah 90% dari jumlah sel T diseluruh tubuh. Pada awalnya sel T dalam darah perifer yang rusak oleh virus HIV dengan cepat diganti oleh sel baru tetapi destruksi sel oleh virus HIV yang terus bereplikasi dan
menginfeksi sel baru selama masa laten akan menurunkan jumlah sel T dalam darah tepi. Selama masa kronik progresif, respon imun terhadap infeksi l ain akan merangsang produksi HIV dan mempercepat destruksi sel T. Selanjutnya penyakit menjadi progresif dan mencapai fase letal yang disebut AIDS, pada saat mana destruksi sel T dalam jaringan limfoid perifer lengkap dan jumlah sel T dalam darah tepi menurun hingga dibawah 200/mm3. Viremia meningkat drastis karena replikasi virus di bagian lain dalam tubuh meningkat. Pasien menderita infeksi opportunistik, cachexia, keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat. Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien peka terhadap berbagai jenis infeksi dan menunjukkan respon imun yang infektif terhadap virus onkogenik.34Selain tiga fase tersebut ada masa jendela yaitu periode di mana pemeriksaan tes antibodiHIV masih menunjukkan hasil negatif walaupun virus sudah ada dalam darah pasien dengan jumlah yang cukup banyak. Antibodi terhadap HIV biasanya muncul dalam 3-6 minggu hingga 12 minggu setelah infeksi primer. Periode jendela sangat penting diperhatikan karena pada perode jendela ini pasien sudah mampu dan potensial menularkan HIV kepada orang lain. E. Komplikasi 1. Komplikasi pada mata : Infeksi okular, yaitu uveitis, keratitis, neuritis optik, konjungtivitis, atrofi optik dan korioretinitis. Kelainan mata yang terbanyak adalah uveitis (inflamasi intraokular) yang dapat terjadi pada semua stadium dan dapat sembuh spontan, namun angka kekambuhannya tinggi bila sifilis tidak diobati. 2. Komplikasi neurologi : Komplikasi ini dapat mengenai susunan saraf tepi dan susunan saraf pusat. Komplikasi yang dapat mengenai susunan saraf pusat bermanifestasi sebagai demensia terkait HIV (7% dari penderita) dengan gejala seperti gangguan kognitif, motorik, dan gangguan perilaku. 3. Kandidiasis (infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida albicans) bronkus, trakea, paru-paru. 4. Kandidiasi esophagus. 5. Kriptokokosis (Kriptokokosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans, infeksi ini secara luas ditemukan di dunia dan umumya dialami oleh penderita dengan sistem imun yang rendah) ekstraparu. 6. Kriptosporidiosis (penyakit yang disebabkan oleh parasit Cryptosporidium, yang merupakan protozoa parasit dalam divisi Apicomplexa), intestinal kronis (>1 bulan). 7. Renitis CMV (gangguan penglihatan). 8. Herpes simplek : ulkus kronik (>1 bulan). 9. Ensefalitis toxoplasma. 10. Tb. Umum dikenal dengan tuberculosis, adalah penyakit umum yang diderita penderita Aids dan dapat mematikan. hampir semua penderita HIV/Aids, juga menderita Tb. 11. Salmonela Menular melalui makanan dan air. Gejalanya ialah diare parah, demam, menggigil, sakit perut dan muntah. 12. Cytomegalovirus (CMV)
Jenis virus herpes yang menular melalui cairan tubuh, seperti air liur, darah, ASI, semen dan urin. Virus ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, sistem pencernaan, paru-paru dan organ tubuh lainnya. 13. Candiasis Menyebabkan peradangan dan bercak putih pada mulut (lidah), tenggorokan dan vagina. Bintik putih ini menyebabkan nyeri. Akan lebih parah jika mengenai anakanak. 14. Cryptococcal meningitis Peradangan yang disebabkan oleh infeksi jamur pada membran dan cairan sekitar otak dan tulang belakang. Biasanya ada pada tanah, dapat pula menyebar melalui burung atau kelelawar. 15. Toxoplasma Umumnya disebarkan melalui kotoran kucing dan dapat menyebar ke hewan lainnya. Virus ini dapat menyebabkan kematian. 16. Cryptosporidiosis Disebabkan oleh parasit yang hidup pada usus hewan yang dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Parasit ini dapat hidup pada usus manusia dan dapat mengakibatkan diare parah. F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV : - ELISA - Western blot - P24 antigen test - Kultur HIV 2. Tes untuk deteksi gangguan system imun : - Hematokrit. - LED - CD4 limfosit - Rasio CD4/CD limfosit - Serum mikroglobulin B2 - Hemoglobulin G. Penatalaksanaan 1. Respon biologis / aspek fisik a. Universal precaution 1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh 2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien 4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai 5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan 6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman. b. .Peran perawat dalam pemberian ARV, tujuan terapi ARV: 1) Menghentikan replikasi HIV 2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik 3) Memperbaiki kualitas hidup 4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
a. Pemberian nutrisi Pasien dengan HIV/AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV/AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral. b. Aktivitas dan istirahat Respon adaptif psikologis 1) Pikiran positif tentang dirinya 2) Mengontrol diri sendiri 3) Rasionalisasi 4) Teknik perilaku Respon social 1) Dukungan emosional 2) Dukungan penghargaan 3) Dukungan instrumental 4) Dukungan informative Respon spiritual 1) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan 2) Pandai mengambil hikmah 3) Kestabilan hati Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik 1) Perilaku beresiko epidemiologis 2) Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom 3) Pecandu narkotik suntikan 4) Hubungan seksual yang tidak aman 5) Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung 6) Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS) 7) Riwayat menerima transfusi darah berulang 8) Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril. H. Penularan HIV/AIDS Infeksi HIV pada anak dan bayi sebagian besar terjadi akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak (lebih dari 80%), hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses transfusi.Transmisi dapat terjadi saat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. Diagnosis HIV pada anak didasarkan pada adanya anamnesis pajanan HIV, gejala klinis yang mencurigakan, dan dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium penunjang. Beberapa faktor risiko yang juga mempengaruhi transmisi vertikal adalah kelahiran prematur (usia gestasi <34 minggu), berat badan lahir rendah, jumlah cluster differentiation-4 (CD4) ibu yang rendah, ketuban pecah dini, dan kelahiran pervaginam. Transmisi HIV saat intrauterin terjadi secara transplasenta sedangkan penularan intrapartum terjadi akibat kontak kulit/membran mukosa bayi dengan darah ibu atau sekret genitalia ibu. Lima puluh persen kasus infeksi HIV anak terdeteksi pada umur kurang dan 1 tahun, dan 82% berumur kurang dari tiga tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal yang belum memperlihatkan gejala AIDS saat usia 10 tahun.
I. Pencegahan HIV/AIDS 1) Pencegahan Primer Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan suatu penyakit sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama didalam pencegahan primer. (Timmreck, 2012). Pencegahan infeksi HIV yang terutama adalah dengan memiliki gaya hidup sehat, tidak menggunakan narkoba suntik dan tidak melakukan hubungan seksual diluar pernikahan (Irianto, 2013). Petugas kesehatan perlu menerapkan kewaspadaan universal dan me nggunakan darah serta produk darah yang bebas dari HIV untuk pasien. Pencegahan penyebaran melalui darah dan donor darah dilakukan dengan skrining adanya antibodi HIV (Nursalam dan Ninuk, 2011).
2) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau ketidakmampuan (Timmreck, 2012). Pencegahan sekunder ditujukan kepada penderita yang sudah terinfeksi virus HIV. Infeksi HIV/AIDS menyebabkan menurunnya sistem imun secara progresif sehingga muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya dapat berakhir pada kematian. Sementara itu, hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infeksi HIV secara total (Irianto, 2013). Pemberian antiretroviral pada periode asimtomatik fase lebih awal dapat memperpanjang periode asimtomatik dan menghambat perkembangan penyakit kearah AIDS atau dengan kata lain memperpanjang hidup penderita (Daili, 2009). 3) Pencegahan Tersier Sasaran pencegahan tersier adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial (Irianto, 2013).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS 1. Data Fokus Pengkajian a. Aktivitas / istirahat - Gejala : Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur. - Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot - Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan. b. Sirkulasi - Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi) - Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer. Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler. c. Integritas Ego - Gejala : Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan misalnya dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain. Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah Kehilangan kontrol diri dan depresi - Tanda : Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama. d. Eliminasi - Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi - Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rec tal, personal, perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin. e. Makanan / cairan - Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah disfagia, nyeri retrostenal saat menelan, penurunan berat badan perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor kulit
f.
g.
h.
i.
j.
k.
buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna Kesehatan gigi / gusi yang buruk. Higiene - Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas - Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri. Neurosensori - Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal) - Tanda: Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motoric. Nyeri / kenyamanan - Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki Sakit kepala (keterlibatan ssp) nyeri dada pleuritis. - Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang gerak otot melindungi bagian yang sakit. Pernapasan - Gejala: Isksering, menetap Napas pendek yang progresif Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam) Bendungan atau sesak dada. - Tanda: Takipnea, distres pernapasan Perubahan pa da bunyi napas / bunyi napas adventisius Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum). Keamanan - Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS. - Tanda: Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Rektum, luka-luka perianal atau abses Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan Seksualitas - Gejala : Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal, Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks Penggunaan kondom yang tidak konsisten, enggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) - Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil. l. Genetalia: Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit) rabas. m. Interaksi sosial - Gejala: Kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS. - Tanda: Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan. n. Penyuluhan / pembelajaran - Gejala: Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV) Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol. o. Pertimbangan rencana pemulangan memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup. 2.Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,malnutrisi,dan pola hidup yang beresiko. 2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunistik yang dapat ditransmisikan. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,pertukaran oksigen,malnutrisi,kelelahan. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,meningkatnya kebutuhan metabolic,dan menurunnya absorpsi zat gizi. 5. Diare berhubungan dengan infeksi GI. 6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan orang yang dicintai 3. ntervensi Keperawatan
No. 1.
2.
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, Malnutrisi dan Pola hidup yang beresiko
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunistik yang dapat ditransmisikan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria hasil : 1. Tidak adanya tanda infeksi baru 2. Hasil lab menunjukkan tidak ada oportunis 3. Tanda vital dalam batas normal 4. Tidak adanya luka atau eksudat
Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteria hasil: 1. Kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV 2. Tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC. Pasien berpartisipasi dalam kegiatan dengan kriteria hasil : 1. Tidak ada dyspnea dan takikardi
intervensi
Rasional
1. Monitor tandatanda infeksi baru 2. Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum memberikan tindakan 3. Anjurkan pasien metoda menvegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen 4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order 5. Atur pemberian anti infeksi sesuai order 1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya. 2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bila merawat pasien, gunakan masker bila perlu.
1. Untuk pengobatan dini.
1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas 2. Berikan bantuan perawatan yang
1. Karena respon bervariasi dari hari ke hari.
2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
3. Untuk mencegah bertambahnya infeksi.
4. Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan 5. Mempertahankan kadar darah yang terapeuttik. 1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasi ini.
2. Menvegah transmisi infeksi HIV ke orang lain.
2. Untuk mengurangi
selama aktivitas
4.
5.
6.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,meningkatnya kebutuhan metabolic,dan menurunnya absorpsi zat gizi.
Diare berhubungan dengan infeksi GI.
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria hasil: 1. Mual dan muntah terkontrol 2. Pasien makan TKTP 3. Serum albumin dan protein dalam batas normal 4. BB normal Pasien merasa nyaman dan mengontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria hasil : 1. Perut lunak 2. Tidak tegang 3. Feses lunak dan warna normal 4. Tidak ada kram perut
Keluarga atau orang penting lainnya mempertahankan support sistem dan adaptasi terhadap
pasien sendiri tidak mampu. 3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat. 1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan
2. Monitor BB,intake dan output 3. Atur antiemetik sesuai order 4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya
1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah 2. Auskultasi bunyi usus 3. Atur agen antimotilitas dan psilium (metamucil) sesuai order.
4. Berikan ointment A dan D,vaselin atau zinc oside. 1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasien dan perawatannya.
energi yang dikeluarkan oleh pasien 3. Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolic. 1. Intake menurun dihubungkan dengan adanya nyeri tenggorokan dan mulut 2. Menentukan data dasar 3. Mengurangi muntah 4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien
1. Mendeteksi adanya darah dalam feses. 2. Hipermotilitas umumnya dengan diare 3. Mengurangi motilitas usus yang pelan memperburuk perforasi pada intestinal 4. Untuk menghilangkan distensi
1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
keadaan orang yang dicintai
perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria hasil : 1. Pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
2. Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal . 3. Ajarkan kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.
2. Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas. 3. Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.
DAFTAR PUSTAKA Fajar,Elizabeth. 2014. KTI HIV AIDS. http://eprints.undip.ac.id/43845/3/ELIZABETH_FAJAR_P.P_G2A009163_bab_2_KTI.pdf . Diakses pada tanggal 25 Maret 2019. Sucia,Era.2014. Komplikasi HIV. https://www.scribd.com/doc/208359273/Komplikasi-HIV. Diakses pada tanggal 25 Maret 2019 ALementhe March.2016. ASKEP Pasien Dengan Kasus HIV/AIDS . https://www.academia.edu/33482041/ASKEP_pasien_dengan_Kasus_HIV_AIDS . Diakses pada tanggal 25 Maret 2019. Iswandi,Fauziah. 2017. KTI FAUZIAH ISWANDI PDF . https://pustaka.poltekkes pdg.ac.id/repository/KTI_FAUZIAH_ISWANDI_PDF.pdf . Diakses pada tanggal 25 Maret 2019. DetikHealth. 2011. 16 Tanda Yang Menunjukkan Orang terinfeksi HIV. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-1756146/16-tanda-yang-menunjukkan-orangterinfeksi-hiv-. Diakses pada tanggal 25 Maret 2019. Wijanarko, Wahyu. 2016. Asuhan Keperawatan HIV AIDS . https://www.academia.edu/36355563/Asuhan_Keperawatan_HIV_AIDS . Diakses pada tanggal 31 Maret 2019.