42
36
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hernia banyak diderita oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah khususnya pekerja berat, dan pada orang yang rutin melakukan olahraga beban. Selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air, bahkan pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia. Walaupun penderita penyakit hernia terbilang kecil namun hal ini harus segera ditangani sedini mungkin, karena dapat menimbulkan gejala yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya (Grace, 2007).
Menurut penelitian Ruhl (2007), insiden hernia menurut usia diperkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang 25-40 tahun 5-8 % di atas 75 tahun 45%. Sedangkan menurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis pada pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita. Menurut laporan di Amerika Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinalis di rumah sakit adalah 3,9% untuk laki-laki dan 2.1 untuk perempuan. Insiden hernia lebih rendah pada pasien obesitas (BMI> 30),dibandingkan dengan perbandingan 8,3% dan 15,6% . Di Indonesia penyakit hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus (Kemenkes RI, 2012).
Adapun insiden hernia menurut World Health Organization (WHO) selama 2010, di Indonesia tercatat 32,9% atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi kegemukan. Jika dibandingkan dengan data obesitas pada tahun 2008 yang hanya 9,4%, maka dapat di simpulkan bahwa angka obesitas di Indonesia semakin meningkat (Vera Anik A. 2014).
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010). Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria (Luhndorrf, 2013).
Hernia inguinalis lateral lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari, 2005). Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18% mengalami hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut (Clarences, 2008).
Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi pada beberapa bagian tubuhnya,antara lain di pelipatan paha, umbilikus atau pusar, sekat rongga dada, dan perut (disebut diafragma) serta bagian-bagian lainnya. Yang umum terlihat langsung adalah hernia pada umbilikus atau pusar, serta pada pelipatan paha karena dapat langsung ke kantung skrotum (Luhndorrf, 2013).
Pada kasus hernia, penderita akan mengalami beberapa masalah sehingga muncul masalah keperawatan seperti pada Pre Operasi diantaranya: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan hambatan mobilitas fisik. Post Operasi: Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi, dan resiko infeksi (Suratun, 2010).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu Kaji hernia : keparahan gejala, resiko komplikasi (tipe,ukuran hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang); Kaji pasien : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan dan hobi); Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien–pasien dengan : risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya (Grace, 2007).
Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang meliputi upaya promotif, preventif, melakukan tindakan kolaboratif dengan medis dalam pelaksanaan kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hernia. Upaya preventif dengan menghindari factor risiko antara lain obesitas, peningkatan tekanan intraabdomen (penyakit paru obstruksi menahun, mengejan saat defekasi dan berkemih. Upaya kuratif antara lain dengan pembedahan dan terapi medis yaitu pemberian analgesic dan antibiotic. Upaya rehabilitative dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada klien post operasi hernia agar mengkonsumsi makanan tinggi serat, menghindari mengangkat beban terlalu berat, melakukan latihan penguatan otot perut, dan menurunkan factor resiko yang menyebabkan terjadinya hernia. Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia yaitu ini Hematoma (luka atau pada skrotum), retensi urin akut. Infeksi pada luka, nyeri kronis. nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis, rekurensi hernia merupakan keadaan kegawatdaruratan hernia dan memerlukan pertolongan segera (Grace, 2007).
Tindakan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien hernia inguinalis di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus yaitu pada hernia inguinalis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada hernia inguinalis ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan dan mengurangi nyeri. Lakukan usaha tersebut berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari (RSUD Dr.M.Yunus, 2016).
Rekam Medik RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu, menunjukkan bahwa penderita penyakit Hernia pada tahun 2013 berjumlah 190 pasien, tahun 2014 berjumlah 109 pasien, dan pada tahun 2015 jumlah penderita menjadi 60 pasien (Rekam Medik RSUD Dr.M.Yunus, 2015).
Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hernia dan menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan post operasi hernia pada Ny.H di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.
Tujuan
Tujuan Umum
Diketahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Operasi Hernia Insisional di ruang melati RSUD.Dr.M.Yunus Kota Bengkulu tahun 2017.
Tujuan Khusus
Diketahui gambaran pengkajian pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
Diketahui perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
Diketahui perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
Diketahui implementasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
Diketahui evaluasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
Diketahui dokumentasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam proposal karya tulis ilmiah ini adalah pemberian asuhan keperawatan pada pasien Hernia insisional di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus tahun 2016-2017 meliputi tahap pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi kpeerawatan, dan evaluasi keperawatan.
Manfaat
Bagi Mahasiswa
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bisa menjadi informasi tambahan dalam pembuatan asuhan keperawatan medical bedah, khususnya tentang asuhan keperawatan Hernia.
Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya Tulis Ilmiahini dapat dijadikan sebagai bahan masukkan, informasi dan sarana untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hernia.
Bagi Akademik
Karya Tulis Ilmiahini merupakan bentuk sumbangsih kepada mahasiswa keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan masukkan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Fisiologi Dinding Perut
Dinding Perut
Gambar 2.1. Subdivisi dinding abdomen (Moore & Dalley, 2013).
Otot-otot dinding perut terdapat lima (berpasangan bilateral) otot pada dinding abdomen anterolateral, tiga otot rata dan dua otot vertical. Tiga otot rata adalah musculus obliqus externus abdominis, musculus obliqus internus abdominis, musculus transversus abdominis. Dua otot vertical pada dinding abdomen anterolateral, yang terdapat di dalam vagina musculi recti abdominis, merupakan musculus rectus abdominis dan pyramidalis. Dinding abdomen anterolateral dapat menjadi tempat hernia. Sebagian besar hernia terjadi di region inguinal, umbilical, dan epigastrik (Moore & Dalley, 2013).
Fungsi dan aksi otot abdomen anterolateral yaitu membentuk suatu penopang kuat yang dapat dilebarkan untuk dinding abdomen anterolateral, Melindungi viscera abdominal dari cedera, Menekan isi abdomen untuk mempertahankan atau meningkatkan atau meningkatkan tekanan intraabdominal, dan dengan demikian melawan diafragma (peningkatan tekanan intraabdominal mempermudah ekpulsi); Menggerakkan batang tubuh dan membantu mempertahankan posisi tubuh (Moore & Dalley, 2013).
Regio inguinal
Gambar 2.2Regio inguinal dari sisi anteroinferior (Moore & Dalley, 2013).
Region inguinal (selangkangan), yang terletak di antara SIAS dan tuberkulum pubicum, merupakan area penting secara anatomis dan klinis; secara anatomis karena merupakan region dimana struktur-struktur keluar dan masuk cavitas abdominalis, dan secara klinis karena jalur keluar dan masuknya merupakan tempat potensial terjadinya hernia. Pada kenyataanya, sebagian besar hernia abdominalis terjadi di region ini (Moore & Dalley, 2013).
Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis terbentuk karena turunnya testis selama perkembangan janin. Canalis inguinalis pada orang dewasa adalah suatu passase oblig dengan panjang sekitar 4 cm yang emnagarah ke inferomedial melalui pars inferior dinding abdomen anterolateral. Hernia abdominalis terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi hernia inguinal yang paling lazim (sekitar 86%) terjadi pada laki-laki karena passase feniculus spermaticus melalui canalis inguinalis. Canalis inguinalis memiliki muara pada seriap ujung, yaitu annulus inguinalis profundus (interna) dan annulus inguinalis superficialis (externa) (Moore & Dalley, 2013).
Konsep Dasar Hernia
Definisi
Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya (Grace, 2007). Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).
Etiologi
Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu: Defek dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) dan didapat.
Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya dinding rongga perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas, adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.
Tipe-Tipe Hernia
Sering terjadi
Umbilical/ para-umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, namun tidak menutup sepenuhnya. Hernia umbilikalis sering terjadi pada bayi baru lahir karena dinding abdomen anterior relative lemah pada annulus umbilicalis, terutama pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah. Selain itu hernia umbilikalis didapat paling sering terjadi pada perempuan atau orang obesitas.
Inguinal (direk dan indirek)
Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan viscera parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau abnormal dari rongga yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Karakteristik hernia inguinalis direk dan hernia indirek disajikan dan digambarkan pada Tabel 2.1.
Femoral
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan sangatjarangpadaanak- anak. Hernia femoralis tidak dapat dikembalikan ketempat semual (irreducible).
Insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya
Tabel 2.1. Perbedaan Hernia inguinalis direk dan indirek
Karakteristik
Direk (Didapat)
Indirek (kongenital/bawaan)
Faktor predisposisi
Kelemahan dinding abdomen anterior pada trigonum inguinale (misalnya, karena distensi annulus superficialis, falx ingunale yang sempit, atau melemahnya aponeurosis pada laki-lakai berusia >40 tahun atau lebih)
Patensi processus veginalis (lengkap atau sekurang-kurangnya bagian superior) pada orang muda, sebagian besar laki-laki
Frekuensi
Jarang terjadi (sepetiga sampai seperempat hernia inguinalis)
Lebih sering (dua pertiga sampai tiga perempat) hernia inguinalis
Keluar dari rongga abdomen
Peritoneum plus fascia transversalis (terletak di luar satu atau dua bagian dalam fascial yang menutupi funiculus)
Peritoneum processus vaginalis yang menetap ditambah ketiga fascial yang menutupi funiculus/ligamentum teres
perjalanan
Berjalan melalui atau di sekitar canalis inguinalis, biasanya hanya melintasi sepertiuga medial canal, diluar dan sejajar vestigium processus vaginalis.
Melintasi canalis inguinalis (seluruh canal jika emmiliki ukuran yang ukup) didalam processus vaginalis.
Keluar dari dinding abdomen anterior
Melalui annulus superficialis, di sebelah lateral funiculus; jarang masuk skrotum.
Melalui annulus superficialis di dalam funiculus, sering berjalan ke dalam skrotum/labium majus.
.
Jarang terjadi
Epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut (diantara processus xiphoideus dan umbilicus). Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
Gluteal, lumbal, obturator
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampakdanterababenjolandi pinggangdi tepibawahtulangrusukXIIataudi tepi kranialpangguldorsal.Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial atau total.
Gambar 2.3 Letak Terjadinya Hernia (Grace, 2007)Gambar 2.3 Letak Terjadinya Hernia (Grace, 2007)
Gambar 2.3 Letak Terjadinya Hernia (Grace, 2007)
Gambar 2.3 Letak Terjadinya Hernia (Grace, 2007)
Adapun klasifikasi hernia menurut sifatnya :
Hernia Reponible/Reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri/mengejan dan masuk lagi jika berbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala obstruksi usus.
Hernia Irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga karena perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
Hernia Strangulata/Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase/vaskularisasi (Grace, 2007).
Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat pembedahan abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat menyebabkan terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum.Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan jaringan menjadi mati sehingga timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko infeksi. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-muntah, intake menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan akhirnya timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak dilakukan pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan terdapat nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.(Grace, 2007).
Bagan 2.1 WOC Hernia (Grace, 2007)Bagan 2.1 WOC Hernia (Grace, 2007)
Bagan 2.1 WOC Hernia (Grace, 2007)
Bagan 2.1 WOC Hernia (Grace, 2007)
PEMBEDAHANPEMBEDAHAN5. WOC (Web OfCausion) Hernia5. WOC (Web OfCausion) HerniaPekerjaan berat, ngkat beban, riwayat jatuh, batuk lama, mengejan, bersinPekerjaan berat, ngkat beban, riwayat jatuh, batuk lama, mengejan, bersinBayi baru lahirBayi baru lahirnekrosisnekrosisHernia inguinalis lateralis akuisita *akuisita=didapatHernia inguinalis lateralis akuisita *akuisita=didapatFasia terkoyakFasia terkoyakPeningkatan tekanan intraabdomenPeningkatan tekanan intraabdomenKanalis ingunalis terbukaKanalis ingunalis terbuka
PEMBEDAHAN
PEMBEDAHAN
5. WOC (Web OfCausion) Hernia
5. WOC (Web OfCausion) Hernia
Pekerjaan berat, ngkat beban, riwayat jatuh, batuk lama, mengejan, bersin
Pekerjaan berat, ngkat beban, riwayat jatuh, batuk lama, mengejan, bersin
Bayi baru lahir
Bayi baru lahir
nekrosis
nekrosis
Hernia inguinalis lateralis akuisita *akuisita=didapat
Hernia inguinalis lateralis akuisita *akuisita=didapat
Fasia terkoyak
Fasia terkoyak
Peningkatan tekanan intraabdomen
Peningkatan tekanan intraabdomen
Kanalis ingunalis terbuka
Kanalis ingunalis terbuka
Prosesu vaginalisperitonie tidak terobilitasiProsesu vaginalisperitonie tidak terobilitasi
Prosesu vaginalisperitonie tidak terobilitasi
Prosesu vaginalisperitonie tidak terobilitasi
MK: Kerusakan integritas jaringanMK: Kerusakan integritas jaringandestruksi pertahanandestruksi pertahananTerputusnya kontinuitas jaringan lunakTerputusnya kontinuitas jaringan lunakFasia abdomen tidak mampu menhaan tekananFasia abdomen tidak mampu menhaan tekanan
MK: Kerusakan integritas jaringan
MK: Kerusakan integritas jaringan
destruksi pertahanan
destruksi pertahanan
Terputusnya kontinuitas jaringan lunak
Terputusnya kontinuitas jaringan lunak
Fasia abdomen tidak mampu menhaan tekanan
Fasia abdomen tidak mampu menhaan tekanan
masuknya mikroorganismemasuknya mikroorganisme
masuknya mikroorganisme
masuknya mikroorganisme
Terputusnya simpulTerputusnya simpul
Terputusnya simpul
Terputusnya simpul
respon inflamasirespon inflamasiKeterbatasan gerakKeterbatasan gerakPeritoneum tertarik kedaerah skrotumPeritoneum tertarik kedaerah skrotum
respon inflamasi
respon inflamasi
Keterbatasan gerak
Keterbatasan gerak
Peritoneum tertarik kedaerah skrotum
Peritoneum tertarik kedaerah skrotum
MK: Gangguan Rasa Nyaman /NyeriMK: Gangguan Rasa Nyaman /Nyeri
MK: Gangguan Rasa Nyaman /Nyeri
MK: Gangguan Rasa Nyaman /Nyeri
MK: Risiko InfeksiMK: Risiko InfeksiHernia inguinalis lateralis kongenitalHernia inguinalis lateralis kongenital
MK: Risiko Infeksi
MK: Risiko Infeksi
Hernia inguinalis lateralis kongenital
Hernia inguinalis lateralis kongenital
MK: Imobilitas Fisik MK: Imobilitas Fisik
MK: Imobilitas Fisik
MK: Imobilitas Fisik
HERNIAHERNIA
HERNIA
HERNIA
Peningkatan isi abdomen ( usus ) memasuki kantong herniaPeningkatan isi abdomen ( usus ) memasuki kantong hernia
Peningkatan isi abdomen ( usus ) memasuki kantong hernia
Peningkatan isi abdomen ( usus ) memasuki kantong hernia
Perubahan status kesehatanPerubahan status kesehatan
Perubahan status kesehatan
Perubahan status kesehatan
Kurang terpapar informasi kesehatanKurang terpapar informasi kesehatanPeristaltic usus terganggu Peristaltic usus terganggu Kesulitan berjalan/berpindahKesulitan berjalan/berpindahObstruksi ususObstruksi ususPenekanan terhadap cincin herniaPenekanan terhadap cincin hernia
Kurang terpapar informasi kesehatan
Kurang terpapar informasi kesehatan
Peristaltic usus terganggu
Peristaltic usus terganggu
Kesulitan berjalan/berpindah
Kesulitan berjalan/berpindah
Obstruksi usus
Obstruksi usus
Penekanan terhadap cincin hernia
Penekanan terhadap cincin hernia
MK: kerusakan integritas jaringanMK: kerusakan integritas jaringanMK: Defisit PengetahuanMK: Defisit PengetahuanMK:Mual/NauseaMK:Mual/NauseaMK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhMK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhintake menurunintake menurunMual muntahMual muntahRegurgitasi isi ususRegurgitasi isi ususMK: Gangguan imobilitas fisikMK: Gangguan imobilitas fisikIsi hernia nekrosisIsi hernia nekrosisPenekanan pembuluh darahPenekanan pembuluh darahMK: Gangguan Rasa Nyaman/NyeriMK: Gangguan Rasa Nyaman/NyeriUsus terjepitUsus terjepitKantong hernia tidak dapat kembali ke posisi semulaKantong hernia tidak dapat kembali ke posisi semula
MK: kerusakan integritas jaringan
MK: kerusakan integritas jaringan
MK: Defisit Pengetahuan
MK: Defisit Pengetahuan
MK:Mual/Nausea
MK:Mual/Nausea
MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
intake menurun
intake menurun
Mual muntah
Mual muntah
Regurgitasi isi usus
Regurgitasi isi usus
MK: Gangguan imobilitas fisik
MK: Gangguan imobilitas fisik
Isi hernia nekrosis
Isi hernia nekrosis
Penekanan pembuluh darah
Penekanan pembuluh darah
MK: Gangguan Rasa Nyaman/Nyeri
MK: Gangguan Rasa Nyaman/Nyeri
Usus terjepit
Usus terjepit
Kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi semula
Kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi semula
Manifestasi klinik
Menurut Grace (2007), manifestasi klinis pada pasien dengan hernia yaitu :
Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. Hernia femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula.
Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar.
Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung kencing
Komplikasi
Grace, (2007) dan Oswari (2006) Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hernia adalah:
Hematoma (luka atau pada skrotum),
Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis).
Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.
Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
PemeriksaanPenunjang
Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat dilakukan dengan cara berikut:
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi
sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.
Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
Penatalaksanaan Medis
Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita hernia meliputi :
Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang).
Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan dan hobi).
Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien dengan:
Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
Secara konservatif (non operatif)
Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset
Secara operatif (prinsip pembedahan)
Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau laparoskopik.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hernia
Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama penanggung jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada pria dan prosentase yang lebih besar pada pekerja berat.
Keluhan utama
keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan yang menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat terjadinya jepitan oleh cincin hernia.Biasanya klien yang mengalami nyeri. Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada bagian perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding abdomen yang lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/ sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di tusuk –tusuk jarum.
R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung selama ± 3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya. Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya diri.
Pola kebiasaan
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis dan irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya lebih dari batas normal (>10x/menit).
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual dan muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan makan dan minum.
Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata dan strangulata ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang mengakibatkan gangguan pemenuhan istirahat tidur
Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri akibat penonjolan hernia.
Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan (Soeparman, 2011).
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
Post Operasi
Riwayat penyakit sekarang
Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post operasi hernia mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi pembedahan.
Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka operasi.
Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi dapat menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat nyeri disekitar luka pembedahan herniotopi atau herniorap indikator 4-7) penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Pemeriksaan fisik :
B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik untuk pasien post operasi hernia
B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
B3 (brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal (Eye 4,verbal 5, motorik 6)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang dijumpaikesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia inkarcerata danstrangulata.
B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.
B 6 (bone) : pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan berejalan akibat luka post operasi herniotomi
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA (2013) yaitu sebagai berikut :
Pre Operasi Hernia
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi gastrointestinal dan kurangnya informasi.
Post Operasi Hernia
Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
No. Dx
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Perencanaan/Intervensi
Rasional
INTERVENSI PRE OPERASI
1
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
NOC :
Kontrol nyeri
Indikator :
Tidak pernah menunjukkan manajemen nyeri
Jarang menunjukkan manajemen nyeri
Kadang-kadang menunjukkan manajemen nyeri
Sering menunjukkan manajemen nyeri
Secara konsisten menunjukkan manajemen nyeri
Hasil yang diharapkan 4-5
kriteria hasil:
Mengenali kapan nyeri terjadi
Menggambarkan faktor penyebab
Menggunakan jurnal han untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu
Menggunakan tindakan pencegahan
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan
Mengguankan sumber daya yang disediakan
Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
Melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC :
Manajemen nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkimunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamaanan prosedur
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: nafas dalam
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: massase area punggung
berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
Pemberian analgesik
Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
Cek adanya riwayat alergi obat
Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
Dengan mengetahui lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian, dapat dijadikan acuan untuk tindakan penghilang nyeri setelah pemberian obat
Untuk mengetahui tingkat keparahan nyeri pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-tanda nyeri sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnyaserta informasi yang tepat dan akurat membantu pasien dalam mengetahui tentang kondisinya
Untuk meningkatkan alveoli, memelihara prtukaran gas, mencegah atektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional, menurunkan intensitas nyeri dengan merelaksasikan otot-otot pernafasan seperti rektus abominis, tranversus abdominis, internal abdominal oblique, dan external abdominal oblique.
Massage dapat meningkatkan vaskularisasi sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi pasien
Obat analgesik dapat mengurangi atau meringankan nyeri
Menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian obat ke pasien dan perintah pemberian obat
Mengetahui adanya riwayat alergi obat pasien
Meciptakan lingkungan yang nyaman dengan membersihkan tempat tidur, mengatur suhu, dan mengurangi kebisingan.
2.
Mual berhubungan dengan regurgitasi usus
NOC
Control mual dan muntah
Tidak pernah menunjukkan kontrol mual
Jarang menunjukkan kontrol mual
Kadang-kadang menunjukkan kontrol mual
Sering menunjukkan kontrol mual
Secara konsisten menunjukkan kontrol mual
Hasil yang diharapkan: 4-5
Dengan kriteria hasil :
Mengenali onset mual
Mendeskripsikan factor-faktor penyebab
Mengenali faktor pencetus stimulus
Menggunakan langah-langkah pencegahan
Menghindari bau yang tidak menyenangkan
Mendeskripsikan factor-faktor penyebab
Menghindari factor-faktor penyebab
NIC
Observasi tanda-tanda nonverbal dari ketidaknyamanan
Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk frekuensi, durasi, tingkat keparahan, dan faktor-faktor pencetus
Dapatkan riwayat diet pasien seperti makanan yang disukai dan yang tidak disukai serta preferensi makanan terkait budaya
Evaluasi dampak dari pengalaman mual pada kualitas hidup
Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap mual seperti obat-obatan dan prosedur
Kendalikan faktor-faktor yang mungkin memebangkitkan mual
Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang bersifat personal yang memicu atau meningkatkan mual
Identifikasi strategi yang telah berhasil dilakukan dalam mengurangi mual
Ajarkan untuk makan secara perlahan
Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama makan
Isyarat tubuh, ekspresi wajah dapat menjadi acuan menilai ketidaknyamanan terhadap mual yang dialami pasien terutama pada bayi, anak-anak, orang-orang yang tidak mampu berkomunikasi secara efektif seperti individu dengan penyakit Alzheimer.
Untuk mengetahui frekuensi, durasi, tingkat keparahan, dan faktor-faktor pencetus dengan alat pengkajian seperti duke descriptive scales, dan Rhodes index of nausea and vomiting (INV)
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi tejadinya mual
Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup seperti nafsu makan terganggu, aktivitas, prestasi kerja, tanggung jawab peran, dan tidur.
Mengetahui obat-obatan yang memiliki efek samping yang menimbulkan mual dan prosedur seperti karena bau dari alkohol, obat-obatan, atau tindakan medis yang memicu terjadinya mual
Bau yang tidak menyenangkan, suara, stimulasi viasual yang tidak menyenangkan dapat membangkitkan mual
Kecemasan, takut, kelelahan, dan kurangnya pengetahuan dapat memicu peningkatan mual
Mengidentifikasi pelaksanaan strategi mengurangi mual yang telah dilakukan pasien
Untuk menghindari tekanan berlebihan dalam usus agar tidak memicu peningkatan mual
Untuk mengurangi rasa ingin muntah akibat naiknya cairan dari usus
3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus
NOC
Status nutrisi
indikator:
Sangat menyimpang dari rentang normal
Banyak menyimpang dari rentang normal
Cukup menyimang dari rentang normal
Sedikit menyimpang dari rentang normal
Tidak menyimpang dari rentang normal
Dengan hasil yang diharapkan : 4-5
Dengan kriteria hasil:
Asupan gizi
Asupan makanan
Asupan cairan
Energi
Rasio berat badan/tinggi badan
hidrasi
NIC
menejemen nutrisi
Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat
Atur diet yang diperlukan yaitu menyediakan makanan tinggi protein: menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai alternatif untuk garam, menyediakan pengganti gula; menambah atau mengurangi kalori, menambah atau mengurangi vitamin, mineral, atau suplemen.
Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawaan mulut sebelum makan
Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi, jika memungkinkan
Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara pasien berada dirumah sakit atau fasilitas perawatan
Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat
Mengetahui adanya alergi terhadap obat-obatan untuk keamanan pemberian tindakan pemberian obat
Mengidenifikasi dengan menganjurkan pasien mengungkapkan makann pilihan pasien untuk mendukung merencanakan diet diirumah sakit
Mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan intake atau output
Meningkatkan kenyamanan dan nafsu makan pasien
Perawatan mulut dilakukan untuk memberikan oral hygiene seperti gosok gigi, mengatasi stomatitis, untuk meningkatkan kenyamanan pasien selama makan dan setelah makan
Makan dalam posisi duduk akan mempermudah jalannya makanan dalam saluran cerna
Meningkatkan nafsu makan pasien selain makanan dari rumah sakit
Makanan ringan yag padat gizi sebagai makanan sampingan atau cemilan yang dapat membantu mempertahankan nutrisi pasien yang adekuat
Mencegah terjadinya konstipasi
5
4
Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan kerusakan jaringan akibat isi hernia nekrosis
Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa
Indikator :
Sangat terganggu
Banyak terganggu
Cukup terganggu
Sedikit terganggu
Tidak terganggu
Hasil yang diharapkan 4-5
kriteria hasil :
Suhu kulit
Sensasi
Elastisitas
Hidrasi
Tekstur
Perfusi jaringan
Integritas kulit
Kontrol risiko : proses infeksi
Indikator :
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang-kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Secara konsisten menunjukkan
Hasil yang diharapkan 4-5
(kontrol infeksi pasien pada awal pengkajian skala 2 : jarang melakukan)
Kriteria hasil:
Mengidentifikasi faktor risiko infeksi
Mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas sehari-hari
Mengidentifikasi strategi umtuk melindungi diri dari orang lain yang terkena infeksi
Mempraktikkan strategi untuk mengontrol infeksi
Mempertahankan lingkungan yang bersih
Perawatan luka
Bersihkan luka dengan normal saline ata pembersih yang tidak beracun
Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
Periksa luka setiap kali perbahan balutan
Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
Kontrol risiko : proses infeksi
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruang pasien
batasi jumlah pengunjung bila perlu
Dorong asupan cairan: tawari makanan ringan, minuman ringan dan buah-buahan segar/jus buah)
Tingkatkan intake nutrisi yang tepat: dengan memotivasi pasien untuk makan sesuai dengan porsi yang disediakan dari rumah sakit.
untuk mengatasi iritasi pada luka
salep yang sesuai dapat membantu menjaga agar kulit tetap lkembab
balutan yang sesuai dengan jenis luka dapat mempengaruhi proses penyembuhan
memeriksa luka untuk mengetahui perubahan-perubahan pada luka
untuk mencegah terjadinya luka decubitus
Menghindari masuknya mikroorganisme atau bakteri yang akan menyebabkan infeksi
menghindari terjadinya penularan atau penyebaran infeksi
untuk membantu perbaikan jaringan yang rusak dari dalam tubuh
Nutrisi yang tepat dapat membantu memperbaiki sel/jaringan yang rusak dari dalam tubuh.
5
Deficit Pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi gastrointestinal dan kurangnya informasi.
NOC :
Pengetahuan : Manajemen penyakit akut
Indikator:
Tidak ada pengetahuan
Pengetahuan terbatas
Pengetahuan sedang
Pengetahuan banyak
Pengetahuan sangat banyak
Dengan hasil yang diharapkan 3-4
Kriteria hasil:
Faktor-faktyor penyebab dan faktor yang berkontribusi
Perjalan penyakit b uasanya
Tanda dan gejala penyakit
Tanda dan gejala kompikasi
Strategi untuk mencegah komplikasi
Penggunaan obat-obat dan resep yang benar
NIC :
Pengetahuan : manajemen penyakit akut
Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi,sesuai kebutuhan.
Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
Jelaskan tanda dan gejala umum dari penyakit
Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan.
Identifikasi perubahan kondisi pasien
Beri ketenangan terkait kondisi pasien
Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada
Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol/meminimalkan gejala
Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Menjelaskan dengan pasien dan keluarga bahwa hernia dapat diawali karena lemahnya dinding abdomen baik pada bayi baru lahir, dewasa, bahkan paling sering terjadi pada lansia, lemahnya dinding abdomen dapa menimbulkan jalan keluarnya isi dari perut seperti usus sehingga perut menjadi timbul benjolan dan nyeri yang dikarenakan jepitan usus pada jaringan lain di dalam perut.
Mengidentifikasi respon pasien terhadap kondisinya selama sakit
Tanda dan gejalanya meliputi terdapatnya benjolan pada area abdomen, nyeri, sering juga disertai dengan mual.
Penyebab hernia diantaranya adalah lemahnya dinding bdomen, dan faktor pencetusnya seperti obesitas, batuk, mengangkat beban berat, mengejan saat BAB, dan umur >50 tahun beresiko tinggi terjadinya hernia.
Mengidentifikasi adanya dampak atau bahkan komplikasi dari penyakit pasien
Kondisi pasienyang cmas, takut, bahkan kurangnya pengetahuan dapat memperburuk emosi dan proses penyakit pasien
Jika tidak segera dilakukan penanganan yang tepat seperti operasi ditakutkan akan terjadi kematian jaringan yang menyebabkan terhmbatnya suplai darah dalam tubuh sehingga nyeri akan memberat sampai menyebabkan kematian
Cara meminimalkan terjadinya hernia adalah dengan mengurangi mengankat beban yang berat, menurunkan berat badan, olahraga teratur, jika sudah terkena hernia maka disarankan indakan konservatif seperti memakai korset atau celana hernia; untuk mengurangi cemas dan nyeri dapat dilakukan teknik relaksasi guna untuk merelaksasikan otot-otot pernafasan seperti rektus abdominis.
INTERVENSI POST OPERASI HERNIA
1
Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
NOC :
Kontrol nyeri
Indikator :
Tidak pernah menunjukkan manajemen nyeri
Jarang menunjukkan manajemen nyeri
Kadang-kadang menunjukkan manajemen nyeri
Sering menunjukkan manajemen nyeri
Secara konsisten menunjukkan manajemen nyeri
Hasil yang diharapkan 4-5
kriteria hasil:
Mengenali kapan nyeri terjadi
Menggambarkan faktor penyebab
Menggunakan jurnal han untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu
Menggunakan tindakan pencegahan
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan
Mengguankan sumber daya yang disediakan
Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
Melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC :
Manajemen nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkimunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamaanan prosedur
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: nafas dalam
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: massase area punggung
berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
Pemberian analgesik
Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
Cek adanya riwayat alergi obat
Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
Dengan mengetahui lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian, dapat dijadikan acuan untuk tindakan penghilang nyeri setelah pemberian obat
Untuk mengetahui tingkat keparahan nyeri pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-tanda nyeri sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnyaserta informasi yang tepat dan akurat membantu pasien dalam mengetahui tentang kondisinya
Untuk meningkatkan alveoli, memelihara prtukaran gas, mencegah atektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional, menurunkan intensitas nyeri dengan merelaksasikan otot-otot pernafasan seperti rektus abominis, tranversus abdominis, internal abdominal oblique, dan external abdominal oblique.
Massage dapat meningkatkan vaskularisasi sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi pasien
Obat analgesik dapat mengurangi atau meringankan nyeri
Menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian obat ke pasien dan perintah pemberian obat
Mengetahui adanya riwayat alergi obat pasien
Meciptakan lingkungan yang nyaman dengan membersihkan tempat tidur, mengatur suhu, dan mengurangi kebisingan.
2
Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan jaringan akibat dari tindakan operasi.
Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa
Indikator :
Sangat terganggu
Banyak terganggu
Cukup terganggu
Sedikit terganggu
Tidak terganggu
Hasil yang diharapkan 4-5
kriteria hasil :
Suhu kulit
Sensasi
Elastisitas
Hidrasi
Tekstur
Perfusi jaringan
Integritas kulit
Kontrol risiko : proses infeksi
Indikator :
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang-kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Secara konsisten menunjukkan
Hasil yang diharapkan 4-5
Kriteria hasil:
Mengidentifikasi faktor risiko infeksi
Mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas sehari-hari
Mengidentifikasi strategi umtuk melindungi diri dari orang lain yang terkena infeksi
Mempraktikkan strategi untuk mengontrol infeksi
Mempertahankan lingkungan yang bersih
Perawatan luka
Bersihkan luka dengan normal saline ata pembersih yang tidak beracun
Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
Periksa luka setiap kali perbahan balutan
Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
Kontrol risiko : proses infeksi
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruang pasien
batasi jumlah pengunjung bila perlu
Dorong asupan cairan: tawari makanan ringan, minuman ringan dan buah-buahan segar/jus buah)
Tingkatkan intake nutrisi yang tepat: dengan memotivasi pasien untuk makan sesuai dengan porsi yang disediakan dari rumah sakit.
untuk mengatasi iritasi pada luka
salep yang sesuai dapat membantu menjaga agar kulit tetap lkembab
balutan yang sesuai dengan jenis luka dapat mempengaruhi proses penyembuhan
memeriksa luka untuk mengetahui perubahan-perubahan pada luka
untuk mencegah terjadinya luka decubitus
Menghindari masuknya mikroorganisme atau bakteri yang akan menyebabkan infeksi
menghindari terjadinya penularan atau penyebaran infeksi
untuk membantu perbaikan jaringan yang rusak dari dalam tubuh
Nutrisi yang tepat dapat membantu memperbaiki sel/jaringan yang rusak dari dalam tubuh.
3.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan luka post operasi
NOC
Indikator :
posisi tubuh: berinisiatif sendiri
Sangat terganggu
Banyak terganggu
Cukup terganggu
Sedikit terganggu
Tidak terganggu
Hasil yang diharapkan : 4-5
kriteria hasil:
Bergerak dari posisi berbaring ke posisi berdiri
Bergerak dari posisi duduk ke posisi berbaring
Bergerak dari posisi duduk ke posisi berdiri
Bergerak dari posisi beriri ke posisi duduk
NIC :
Exercise therapy : ambulation
Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur
Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas : kursi roda
Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
Pengaturan posisi
Posisikan pasien semi fowler
Balikkan tubuh pasien sesuai dengan kondisi kulit
Minimalisir gesekan atau cedera ketika memposisikan dan membalikkan tubuh pasien
Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi
Untuk mengurangi nyeri selama melaukan latihan ataupun aktivitas
Untuk mengetahui Terapi ambulasi yang tepat untuk meningkatkan atau mengembalikan gerakan tubuh yang terkendali
Untuk membantu pasien dalam melatih kemampuan gerak
Mencegah terjadinya dispnea
Untuk mencegah luka dekubitus akibat tekanan yang terlalu lama
dibutuhkan bantuan dari keluarga untuk menahan dan memegangi pasien selama berpindah posisi, menghindarkan dari benda-benda tajam, serta memasang said rail agar pasien tidak jatuh.
Pasien kooperatif dapat memudahkan proses latihan bergerak dan berpindah.
4
Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
NOC :
kontrol risiko proses infeksi
Indikator :
Tidak pernah mennjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang-kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Secara konsisten menunjkkan
Hasil yang diharapkan 4-5
dengan kriteria hasil:
Terbbebas dari tanda dan gekjala infeksi
Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
Mengindikasikan status gastrointestinal dan imun dalam batas normal
Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan pemantauan
Status nutrisi: Asupan Makanan & Cairan
indikator:
1 : Tidak Adekuat
2 : Sedikit adekuat
3 : Cukup adekuat
4 : Adekuat
5 : Sangat Adekuat
Dengan hasil yang diharapkan : 4-5
Dengan kriteria hasil:
Asupan nutmakanan secara oral
Asupan makanan secara tube feeding
Asupan cairan secara oral
Asupan cairan intravena
Asupan cairan parenteral
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infek(misalnya, usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, sistem imun lemah, dan malnutrisi).
pantau tanda dan gejala infeksi
amati penampilan praktik hygiene personal
instruksikan untuk menjaga hygiene personal (misalnya mencuci tangan)
ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien
batasi jumlah pengunjung bila perlu
hitung jumlah leukosit (leukosit normal 4000-10000 sel/mm3)
kolaborasi pemberikan terapi antibiotik, bila diperlukan
manajemen nutrisi
monitor kalori dan asupan makanan
instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu membahas pedoman diet dan piramida makanan
berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang sehat
anjurkan keluarga membawa makanan favorite pasien sementara pasien berada dirumah sakit atau fasilitas perawatan
tawarkan makanan ringan yang padat gizi
pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi
untuk mengetahui potensi terjadi infeksi luka
untuk mengetahui adanya tanda dan gejalainfeksi
Meminimalkan risiko infeksi
Menghindari masuknya mikroorganisme atau bakteri yang akan menyebabkan infeksi
mengurangi mikroba bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
meminimalkan patogen yang ada di sekeliling pasien
menghindari terjadinya penularan atau penyebaran infeksi
jumlah leukosit yang lebih dari batas normal menandakan terjadinya infeksi
antibiotic digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri atau kuman pathogen
untuk mengetahui adakah perubahan asupan makanan dan kalori pasien
untuk menganjurkan diet yang sehat dan sesuai kebutuhan
untuk membahas masalah diet yang diperlukan
untuk meningkatkan nafsu makan pasien
menawarkan pasien makanan yang ringan namun sehat dan bernutrisi dapat membantu pemulihan/penyembuhan
diet tinggi serat seperti pada sayuran (missal bayam, sawi, brokoli) dapat mencegah konstipasi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011). Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) :
Mengkaji kembali pasien
Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
Mengimplementasikan intervensi keperawatan
Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
Mendokumentasikan tindakan keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. A (analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011)
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien merupakan langkah awal penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan supaya dapat melakukan asuhan keperawatan dengan akurat. Hasil dari data pengkajian yang muncul pada pasien dengan post operasi Herniorrhaphy tidak selalu sama dengan konsep teori yang terdapat pada teoritis bab II. Pasien Ny.H dengan diagnosa hernia insisional diruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu setelah melakukan post operasi Herniorrhaphy keluhan utama yang dirasakan adalah gangguan rasa nyaman/nyeri dikarena luka post operasi, skala nyeri dapat dirasakan berbeda-beda pada setiap pasien dengan post operasi herniorrhaphy, seperti pada Ny.H indikator nyeri 4 pada hari pertama pengkajian.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan kasus hernia insisional post operasi herniorrhaphy mempunyai sedikit perbedaan, yaitu terdapat satu diagnosa yang tidak ditegakkan yaitu diagnosa keperawatan risiko infeksi karena tidak ditemukan data-data yang menunjang untuk ditegakkannya diagnosa tersebut.
Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada kasus ini telah dibuat sesuai dengan teori yang ada, hanya saja pada beberapa diagnosa penulis tidak mencantumkan beberapa intervensi yang tidak sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien dirumah sakit.
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah efektif dan sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga pasien.
Evaluasi
Semua tujuan dari intervensi yang telah dibuat tercapai pada ketiga diagnosa yang telah ditegakkan karena didukung dengan keinginan pasien untuk cepat sembuh, dan karena pasien kooperatif selama dalam perawatan.
Saran
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk dapat menerapkan ilmu mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia lebih baik lagi, pasien dengan pre dan post operasi hernia akan ditemui keluhan nyeri namun penaalaksanaan dapat berbeda karena skala nyeri yang dirasakan biasanya berbeda-beda. Pasien post herniorrhaphy dengan anestesi regional biasanya sudah dapat makan-minum setelah dioperasi, lakukan perawatan luka dengan menggunakan saleb yang sesuai dengan instruksi dokter (biasanya menggunakan supratul), melatih dan mengajarkan mobilisasi dengan diselingi penggunaan napas dalam/teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri saat bergerak atau mobilisasi, anjurkan pasien untuk bergerak secara perlahan dengan dimulai dari miring kiri miring kanan, anjurkan pasien untuk menggunakan gurita atau korset untuk menekan otot area abdomen dan mengurangi peregangan otot abdomen setelah pembedahan, berikan pendidikan kesehatan jika sudah diperbolehkan pulang.
Bagi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan/Rumah sakit diharapkan dapat mengawasi dan memberikan motivasi pada perawat-perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik pada pasien dengan hernia post operasi herniorrhaphy dan melengkapi sarana yang belum tercukupi bagi pasien dalam masa perawatan seperti alat bantu mobilisasi kruk, walker karena tidak semua pasien sesuai kebutuhannya menggunakan kursi roda.
Bagi Akademik
Diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan seminar-seminar atau membuat kelompok belajar untuk lebih memahami mengenai penyakit yang sering dijumpai bahkan sudah tak asing lagi masyarakat yang biasa disebut usus turun/hernia, menambah dan melengkapi buku-buku mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia untuk dapat menunjang penyusunan Karya Tulis Ilmiah agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,L.J.2001. Buku Diagnosa Keperawatan (Terjemah: Monica Ester). Edisi 8. Jakarta; EGC
Dermawan. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan). Yogyakarta: Gosyen Publishing: http://eprints.ums.ac.id/33991/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.diakses pada tanggal 15 September 2016, pukul 15.53 WIB
Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi ke-6. Jakarta: Mocomedia
Grace. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia Hari Ke-1. Surakarta
Judith M.Wilkinson. 2006. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83 http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.diakses pada tanggal 01 Oktober 2016, pukul 05.36 WIB
Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta: EGC
Luhndorrf,Suravaram S, Bellolio MF, Enduri S, Rabinstein A, Gilmore RM, Bhagra A, Manivannan V, Decker WW.First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2013, 307-317: https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/06/hernia_files_of_drsmed_fkur.pdf.diakses pada tanggal 01 September 2016, pukul 14.14 WIB
Moore & Dalley. 2013. Anatomi Fisiologi Berorientasi Klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga
Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5. Jakarta: Mocomedia
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC
Oswari. 2006.Bedah dan Perawatannya. Jakarta: FKUI: http://194.27.141.99/dosya-depo/ders-notlari/murat-suphan-erturk/ 7_ 8_ Hernias. Pdf.diakses pada tanggal 01 September 2016, pukul14.27 WIB
Potter & Perry. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Rekam Medik, 2015. Data Rekam Medik. Bengkulu: RSUD Dr. M.Yunus kota Bengkulu
Ruhl, C.E,: Everhart, J.E.,2007. Risk Factors foringuinal Hernia Adult in the US Population. Am Jepidemiol. http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH _PUBLIKASI.pdf
Rumiati. 2013. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia. Surakarta
Suratun. (2010). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem gastrointestinal. Jakarta: CV. Trans Info Media: http://eprints.ums.Ac.id/22022/16/naskah_publikasi.pdf.diakses pada tanggal 15 September 2016, pukul 15.53 WIB
Townsend. 2011. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217: http://medicine.comdiakses pada 30 Agustus 2016, pukul 16.06 WIB
Vera Anik A. 2014. Unnes Journal of Public Health. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujphdiakses pada tanggal 14 Desember 2016, pukul 10.22 WIB
WHO. 2013. Obesity and Overweight :http://www.who.int/mediacentre/fact sheets/fs311/en/diakses pada tanggal 01 Oktober 2016, pukul 05.34 WIB