BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti seperti serbuk, tablet, kapsul. kapsul. Sediaan setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan tablet. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut(Ansel, 1989). Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994). Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan utama yang digunakan adalah bahan pengisi, pengikat, penghancur, glidan, dan lubrikan. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Eksipien Dalam Sediaan Sediaan Farmasi, 2012). Metode yang digunakan adalah metode granulasi basah. Metode granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak
tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Dimana metode ini dilakukan dengan cara membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai memperoleh tingkat kebasahan tertentu lalu digranulasi. Granulasi basah dapat mencegah terjadinya agregasi campuran serbuk, memperbaiki sifat aliran serbuk (Hadisoewingyo, (Hadisoewingyo, 2013). I.3 Maksud Percobaan
Haloperidol
merupakan obat untuk untuk pengobatan pengobatan tingkah tingkah laku laku berat berat
pada anak-anak yang sering membangkak serta untuk mengobati mengobati jangka pendek pada anak-anak yang hiperaktif. hiperaktif. Berdasarkan penjelasan diatas, maka pada praktikum kali ini memformulasikan dan membuat tablet haloperidol untuk mengetahui dan mempelajari serta memahami bagaiaman cara merancang suatu formula dari sediaan tablet serta dengan menggunakan metode apa yang cocok untuk digunaakan dalam pembuatan tablet I.3 Tujuan Percobaan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu: 1. Mahasiswa diharapkan mampu untuk memformulasi suatu sediaan farmasi berupa tablet serta mampu untuk membuat membuat granul dari formulasi tersebut. 2. Mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan apakah suatu granul memenuhi standar yang disyaratkan untuk menghasilkan tablet yang baik. 3. Mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan apakah suatu tablet memenuhi standar yang disyartakan.
tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Dimana metode ini dilakukan dengan cara membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai memperoleh tingkat kebasahan tertentu lalu digranulasi. Granulasi basah dapat mencegah terjadinya agregasi campuran serbuk, memperbaiki sifat aliran serbuk (Hadisoewingyo, (Hadisoewingyo, 2013). I.3 Maksud Percobaan
Haloperidol
merupakan obat untuk untuk pengobatan pengobatan tingkah tingkah laku laku berat berat
pada anak-anak yang sering membangkak serta untuk mengobati mengobati jangka pendek pada anak-anak yang hiperaktif. hiperaktif. Berdasarkan penjelasan diatas, maka pada praktikum kali ini memformulasikan dan membuat tablet haloperidol untuk mengetahui dan mempelajari serta memahami bagaiaman cara merancang suatu formula dari sediaan tablet serta dengan menggunakan metode apa yang cocok untuk digunaakan dalam pembuatan tablet I.3 Tujuan Percobaan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu: 1. Mahasiswa diharapkan mampu untuk memformulasi suatu sediaan farmasi berupa tablet serta mampu untuk membuat membuat granul dari formulasi tersebut. 2. Mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan apakah suatu granul memenuhi standar yang disyaratkan untuk menghasilkan tablet yang baik. 3. Mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan apakah suatu tablet memenuhi standar yang disyartakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Teori Umum
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secaraa kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok (FI Edisi III, 1979). Keuntungan Bentuk Bentuk Sediaan Tablet yaitu yaitu antara lain (Anonim, 2012)
Volumenya kecil, sehingga mudah mengemas, menyimpan, atau membawanya.
Tablet mengandung zat aktif yang seragam
Dapat mengandung zat aktif besar tetapi volumenya kecil, sehingga mudah diberikan kepada anak-anak
Stabilitas kimia, mekanik dan mikrobiologinya tinggi dibandingkan dengan sediaan lainnya
Tablet dapat disalut dengan tujuan untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak atau untuk terapi enterik.
Pelepasan zat aktif dapat diatur atau tempat tempat hancur dapat diatur. diatur.
Dapat dibuat secara besar-besaran besar- besaran sehingga dapat menurunkan harga.
Cara pemakaiannya mudah.
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet lebih mudah karena tidak memerlukan langkah pengerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak.
Tablet tersedia dalam berbagai dosis dan konsentrasi
Regimen dosis dari pasien dapat dipertahankan oleh pasien sendiri sesuai anjuran dokter.
Kerugian Sediaan Tablet, yaitu antara lain:
Zat aktif yang cair atau higroskopis sukar diformulasikan
karena
memerlukan prosedur lama untuk membuat tabletnya.
Cara pembuatannya cukup rumit, zat tambahan, pabrikasi dan alat-alat yang digunakan
Tidak dapat diberikan untuk
penderita yang tidak dapat makan
(menelan), muntah atau tidak sadar.
Tidak dapat langsung diberikan pada bayi.
Tablet dengan bentuk dan warna menarik, bau dan rasa enak dapat menarik
perhatian
anak-anank,
sehingga
bila
hari-hari
dalam
penyimpanan dapat keracunan.
Efek terapi secara umum lebih lambat dibandingkan larutan, karena zat aktif tidak langsung diabsorbsi karena harus dilepaskan dulu dari sediaannya. Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik.
pengobatan lokal misalnya (Anief, M, 2005) : 1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormon secara lokal. 2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan, umumnya digunakan sebagai antiinfeksi. Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk perut terdapat pula yang lain sepert i (Anief, M. 2005): 1. Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran darah. 2. Tablet sublingual digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah, biasanya berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah. 3. Tablet implantasi berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara implantasi dalam kulit badan.
4. Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit. Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa (Anief, M., 2005): 1. Zat pengisi (diluents) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phosphas, Calcii Carbonas dan zat lai yang cocok. 2. Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah mucilago gummi arabici 0 -20% (solution Methylcellulosum 5%) 3. Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, gelatinum, agar-agar, natrium alginate. 4. Zat pelican (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum. Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang cocok, biasanya berwarna atau tidak (Anief, M., 2005):
Tablet bersalut gula (sugar coating)
Tablet bersalut kempa (press coating)
Tablet bersalut selaput (film coat ing)
Tablet bersalut enterik (enteric coating).
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat pelican dibuat granul (butiran kasar), karena ser buk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (capping) (Anief, M., 2005). Dalam membuat granul ada 3 macam (Anonim, 2012) 1. Granulasi Basah Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipienmenjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan kecampuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada
awal
pembentukan
granul,
bila
cairan
sudah
ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab makamassa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yangdugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Keuntungan metode granulasi basah (Anonim, 2012) :
Memperoleh aliran yang baik
Meningkatkan kompresibilitas
Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
Mengontrol pelepasan
Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
Distribusi keseragaman- kandunngan.
Meningkatkan kecepatan disolusi Kekurangan metode granulasi basah (Anonim, 2012) :
Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidas.
.Biaya cukup tinggi
Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
2. Granulasi Kering Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses part ikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. Pada proses ini komponen – komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut (Anonim, 2012) :
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab Keuntungan cara granulasi kering adalah (Anonim, 2012) :
Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan wakt u
Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pe ngikat Kekurangan cara granulasi kering adalah (Anonim, 2012):
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slugTidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
3. Metode Kempa Langsung Metode mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering, tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti Na Cl, Na Br dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa lagsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal,
dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu (Anonim, 2012) :
Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, makawaktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenagadan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung (Anonim, 2012) :
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapatmenyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karenaitu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan
sehingga
pengisi
yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran
dan pemeriksaan
rutin
sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat;
mudah
mengalir;
kompresibilitas
kohesifitas dan adhesifitas yang baik
yang
baik;
II.2 Rancangan Formula
Tiap 10 mg tablet mengandung: R/ Fase dalam (92%) Haloperidol
5mg
PVP
3%
Pati Jangung
5%
Na.Benzoat
0,2%
Laktosa
add 33,8%
Fase Luar (8%) Talcum
3%
Pati Jangung
5%
III.3 Alasan Penambahan III.3.1 Alasan Formula
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (FI Edisi III, 1995: Hal. 6).
Tablet mempunyai beberapa keuntungan yaitu tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap pemasukan, bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah, bentuk sediaan yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim, tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan dan sebagiannya ( Lachman, dkk, 2008).
Dibuat dalam bentuk sediaan tablet karena tablet adalah bentuk sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan disintegrasi dan sifat anti lekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet (Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Hal. 1).
III.3.2 Alasan Penambahan Zat tambahan
a. Haloperidol
Haloperidol
golongan
butyrophenone
yaitu
berkhasiat
antiemetik, hiposensitif, hipotermik, dan terutama digunakan dalam penata laksanaan psikosis dan untuk mengendalikan ekspresi vokal dan tipe pada sindrom Gilles de La Laorette, serta digunakan dalam bentuk eter dan dekanoatnya pada terapi rumatan gangguan psikotik (Dorlan, Hal. 498).
Digunakan haloperidol untuk pengobatan kelainan tingkah laku
berat
pada
anak-anak
yang
sering
membangkan,
ekspensiasif, serta untuk mengobati jangka pendek pada anakanak yang hiper aktif (DOI, Hal. 370).
Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini adalah 5 mg dimana sediaan haloperidol yang tersedia dalam bentuk tablet yakni 0,5 mg- 5 mg (OOP, 2010: Hal. 457).
b. PVP
Digunakan sebagai bahan pengikat. Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet (Voight, 1995: Hal. 1984).
PVP sebagai bahan pengikat dimana mempunyai keuntungan sebagai perekat yang baik, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, dan menghilangkan daya kompatibilitas yang baik
secara
granulasi
basah
dengan
konsentrasi
yang
diinginkan (Exicipient, 2004: Hal. 582).
PVP sangat larut dalam air, etanol (95%) P, kloroform dan pelarut organik lainnya. Hal ini membuktikan bahwa PVP dan haloperidol sebagai zat aktif larut dalam pelarut yang sama
Konsentrasi yang digunakan 3 %, karena sebagai pengikat dalam pembuatan tablet. Hal ini sesusai dalam literatur yakni 0,5 %- 5 % (Exicipient, 2004: Hal. 583).
c. Laktosa
Digunakan sebagai bahan pengisi dimana bahan ini umum diperlukan pada sediaan padat khususnya tablet, berfungsi untuk meningkatkan/ memperoleh massa agar mencukupi jumlah massa campuran sehingga mencukupi untuk dicetak misalnya pada pembuatan dalam dosis kecil (5 mg) (Eksipien dalam sediaan farmasi, 2012: Hal. 34-35).
Laktosa mempunyai stabilitas yang baik bila dikombinasikan dengan
zat
aktif.
Laktosa
sebaga
pengisi
biasanya
menunjukkan tingkat pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering dan tidak mempengaruhi kekerasan tablet pada saat dicetak (Eksipien dalam sediaan farmasi, 2012: Hal. 6465).
Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini adalah 33,8%, dimaksudkan untuk mencukupi bobot tablet.
d. Talkum
Digunakan sebagai lubrikan, gildan dan anti adheren dalam pembuatan tablet (Eksipien dalam sediaan farmasi, 2012).
Digunakan sebagai komponen untuk bubuk, talk memiliki daya mengalir dan takar yang baik. Daya pelincir, pelicin dan antilengket yang istimewa berdasarkan atas adanya struktur yang berlapis (Excipient, 2004: Hal. 728).
Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol yakni 3%. Hal ini sesuai dengan literatur 1-5% (Eksipien dalam Sediaan Farmasi, 2012).
e. Pati Jangung
Digunakan sebagai penghancur, dimana bahan ini memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Air akan diabsorbsi sehingga terjadi pengembangan dan diikuti dengan pecahnya tablet (Eksipien dalam Sediaan Farmasi, 2012: Hal. 77).
Paling umum digunakan sebagai disentegran. Pati jangung
menunjukkan afinitas yang kuat terhadap air melalui aksi kapiler. Semakin tinggi kandungan pati janggung daya hancur tablet semakin besar (Lieberman, 1981). Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol
yakni 10%, sesuai literatur 1-20% (Eksipien dalam Sediaan Farmasi, 2012). f. Na-Benzoat
Na.benzoat berfungsi sebagai pengawet pada tablet dan kapsul (Excipient, 2004: Hal. 627).
Konsentrasi yang digunakan adalah 0,1%, sesuai literatur 0,020,5% (Excipient, 2004).
III.4 Uraian Bahan
1. Haloperidol (FI edisi IV: 1995, Martindale : 2009) Nama Resmi
: Haloperidolum
Nama Lain
: Haloperidol
RM/BM
: C21H23ClENo2/375,87
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Serbuk amorf atau serbuk hablur halus, putih hingga kekuning-kuningan, larutan jernih bereaksi netral terhdapa lakmus
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform sukar larut dalam etanol, sukar larut dalam eter
Kestabilan
: Kombinasi stability busty, vanilin dan alkohol bisa mengurangi haloperidol dari fotodegrasi
Khasiat
: Untuk psikosis
Kegunaan
: Zat aktif
Penyimpanan
: Disimpan ditempat yang sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari
2. Laktosa (FI edisi IV, 1995) Nama Resmi
: Laktosum
Nama Lain
: Laktosa
RM/BM
: C21H22O11/360,31
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
Stabil
diudara
tetapi
mudah
menyerap bau Kelarutan
: Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah tidak larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol
3.
Kestabilan
: Stabil diudara
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Sebagai bahan pengisi
Penyimpanan
: Disimpan dalam wadah tertuutup rapat
Pati Jangung (FI edisi IV, 1995) Nama Resmi
: Amylum maydis
Nama Lain
: Pati Jangung
RM/BM
: (C6H10O5)n/ 300-1500
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Serbuk sangat halus, putih.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam metanol
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Sebagai penghancur
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat dan disimpan ditempat yang sejuk
4.
Talkum (FI edisi IV: 1995, Exicipient: 2004) Nama Resmi
: Talkum
Nama Lain
: Kalsium magnesium sukar hidrat, hidrat magnesium sukar, magnesium hidrogen metil sukat, mecisil sukat
Pemerian
: Serbuk hablur, halus, sangat licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu, tidak berbau, rasa manis, bubuk kristal, mudah melekat pada kulit dan lembut
Kelarutan
: Tidak larut hampir semua pelarut
Kestabilan
: Bahan yang stabil dan dapat disterilkan dalam pemanasan pada suhu 150 oC tidak kurang 1 jam. Hal ini dapat disterilkan paparan etilen oksidasi atau radiasi
Incopatibilitas
: Tidak
kompatibel
dengan
senyawa
amonium kuantener Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Glidant, anti-adheren, lubrikan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk
5.
PVP (FI edisi III, 1989) Nama Resmi
: Povidonum
Nama Lain
: Polivinil Piroridon
RM/BM
: C6H9 No/10.000-700.000
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Serbuk berbau
putih
dan
lemah
putih
atau
kekuningan,
tidak
berbau
,
higroskopik Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan kloroform P . Kelarutan tergantung dari BM rata-rata praktis tidak larut dalam air
Kestabilan
: Tahan terhadap pemanasan hingga 150oC, o
stabil pada pemanasan sekitar 110-130 C, sterilisasi dari uap larutan tidak mengubah sifat-sifatnya. Incopatibilitas
: Kompatibel
dengan
larutan
dengan
berbagai garam anorganik, resh alami, da n sintesis dan bahan kimia lainnya Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Sebagai pengikat
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering
6. Natrium Benzoat (FI edisi III, 1989) Nama Resmi
: Natrii Bromidum
Nama Lain
: Natrium Benzoat
RM/BM
: C7H5 NaO2/144,11
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Butiran atau serbuk hablur atau putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan
: Larut dalam 2 bagian air, dan dalam 90 bagian etanol (95%) P
Kestabilan
: Larutan besar dapat disterilkan dengan autoklaf/filtrasi
Incopatibilitas
: Tidak
kompatibel
dengan
senyawa
quartener, gelatin, garam besi, garam kalsium, garam logam berat termasuk perak timah Khasiat
: Zat pengawet
Kegunaan
: Zat tambahan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat yang digunakan
Batang pengaduk
Cawan perselin
Kaca Arloji
Kertas Perkamen
Lumpang dan Alu
Neraca Analitik
Sendok Tanduk
Waterbatch
III.2 Bahan yang digunakan
Alkohol 70%
Aquades 1 Liter
Haloperidol 5 mg
Kertas Saring
Laktosa add 33,8%
Natrium Benzoat 0,2% Pati Jagung 5% Na-CMC 3%
Talkum 3%
Tissue
III.3 Perhitungan Bahan
Haloperidol 5mg x 100 tablet = 500mg= 0,5 g
PVP 3% =
Pati Jangung 5%=
Na.Benzoat 0,2%=
x 10mg= 0,3mg x 100= 30 mg= 0,03g
Laktosa 33,8%=
x 10mg= 0,5 mg x 100= 50 mg= 0,05g
x 10mg= 0,02mg x 100= 2mg= 0,002 g
x 10mg= 33,8mg x 100= 338mg= 0,338 g
Talk 3%=
Pati jangung 5%=
x 10 mg= 0,3 mg x 100= 30mg= 0,03 g
x 10mg= 0,5mg x 100= 50mg= 0,05g
III.4 Perhitungan Dosis
DL
= -/ 0,5mg-5mg
DM
= -/ 30mg
Untuk umur 6 tahun Sehari
x 30mg =
x 100%= 40% (TOD)
Untuk umur 12 tahun Sehari
=
=
x 30mg=
x 100%= 60% (TOD)
Untuk umur 21 tahun Sehari
=
x 30mg=
x 100%= 88% (TOD)
Aturan Pakai: 6 tahun = 2 x 1=2 x 5mg= 10mg 12 tahun = 3 x 1= 3 x 5mg= 15mg 21 tahun = 4 x 1= 4 x 5mg= 20mg III.5 Cara Kerja
1.
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Ditimbang haloperidol 0,5 gram, PVP 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram, Na. Benzoat 0,001 gram, laktosa 0,338 gram sebagai fase dalam dan talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram sebagai fase luar
3.
Dicampur haloperidol 0,5 gram, PVP 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram, Na. Benzoat 0,001 gram, laktosa 0,338 gram (fase dalam) dalam lumpang dan talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram (fase luar) dalam lumpang yang berbeda
4.
Dibuat larutan pengikat PVP yakni:
Diukur air suling sebanyak 50 mL
Dipanaskan air suling tersebut pada waterbatch hingga mencapai suhu 100ºC
Dimasukkan 1,5 gram PVP ke dalam air yang telah dipanaskan lalu diaduk hingga larut
5.
Dimasukkan sedikit demi sedikit larutan pengikat ke dalam bahan bahan fase dalam yang telah tercampur hingga membentuk adonan yang dapat dikepal
6.
Ditekan massa yang terbentuk dengan ayakan nomor 8 dan ditimbang
7.
Diletakkan granul di atas flat yang telah dialasi kertas saring
8.
Dikeringkan dalam oven granul tersebut dengan suhu 40ºC- 50ºC
9.
Diayak granul yang telah kering menggunakan ayakan nomor 10 kemudian dilakukan evaluasi granul yang meliputi:
Uji kadar air
Uji sudut diam
Uji kecepatan alir
Uji bobot sejati
Uji BJ nyata, BJ mampat, porositas
10. Ditambahkan fase luar yang telah tercampur (talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram) kemudian dicampur hingga homogen 11. Dimasukan campuran tersebut ke dalam alat pencetak 12. Dicetak 13. Dilakukan evaluasi tablet yang meliputi:
Uji kekerasan dan kerenyahan tablet
Uji keseragaman ukuran tablet
Uji keseragaman bobot tablet
Uji waktu hancur tablet
Uji disolusi tablet
14. Dimasukan ke dalam kemasan dan ditutup rapat 15. Diberi etiket dan brosur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengamatan
Evaluasi Tablet a. Uji Keseragaman bobot Bobot rata-rata tiap tablet = 0,72g = 720mg -
Tablet 1 =
Tablet 2 =
Tablet 3 =
Tablet 4 =
Tablet 5 =
Tablet 6 =
Tablet 7 =
Tablet 8 =
Tablet 9 =
Tablet 10 =
Tablet 11 =
Tablet 12 =
Tablet 13 =
Tablet 14 =
Tablet 15 =
Tablet 16 =
x 100% = 1,4 %
-
x 100% = 0 %
-
x 100% = 0 %
-
x 100% = 0 %
-
x 100% = -1,4 %
-
x 100% = 0 %
-
x 100% = 1,4 %
-
x 100% = 0 %
-
x 100% = -1,4 %
- - - - - - -
x 100% = 0 % x 100% = -1,4 % x 100% = 0 % x 100% = -1,4 % x 100% = -2,8 % x 100% = -2,8 % x 100% = 0 %
Tablet 17 =
Tablet 18 =
Tablet 19 =
Tablet 20 =
Tablet 21 =
Tablet 22 =
Tablet 23 =
Tablet 24 =
Tablet 25 =
- - - - - - - - -
x 100% = -1,4 % x 100% = -2,8 % x 100% = -1,4 % x 100% = -1,4 % x 100% = 0 % x 100% = 0 % x 100% = 0 % x 100% = 0 % x 100% = 0 %
b. Uji Kerenyahan tablet Wo= 14,2834 g W1= 14,2797 g
% Kerenyahan=
-
x 100% =
c. Uji Kekerasan dan diameter tablet
Tablet 1 d = 0,11 mm Kekerasan= 110 N
Tablet 2 d = 0,139 mm Kekerasan= 124,5 N
Tablet 3 d = 0,141 mm Kekerasan= 130 N
Tablet 4 d = 0,138 mm
-
x 100% = 0,026 %
Kekerasan= 129,8 N
Tablet 5 d = 0,113 mm Kekerasan= 127 N
IV.1 Pembahasan
Pada praktikum ini formula yang digunakan adalah R/ Fase Dalam (92%) Haloperidol
5
mg
PVP
3
%
Pati Jagung
5
%
Na. Benzoat
0,2
%
Laktosa
add
33,8 %
Fase Luar (8%) Talkum
3
%
Pati Jagung
5
%
Kemudian dibuat tablet dengan menggunakan metode granulasi basah, dengan jumlah tablet yang dihasilkan yaitu 100 tablet .Granulasi basah adalah metode pembuatan tablet dengan pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah, digranulasi lalu dicampurkan dengan fase luar tablet, kemudian dicetak menjadi tablet. Granulasi basah digunakan karena zat aktif tahan terhadap panas, suhunya mencapai 150ºC (Codex, 892), sehingga tidak digunakan metode kempa langsung.Pembagian fase luar dan fase dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari zat aktif, zat pengisi, zat pengawet, penghancur dalam, dan zat pengikat yang tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu lama karena pada proses pembuatan granulasi basah, pemanasan dalam oven untuk menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul. Fase luar adalah zat eksipien yang berfungsi untuk membantu proses pengempaan tablet, yaitu zat glidan, lubrikan, antiaheren dan penghancur luar.
Pada formula diatas, haloperidol digunakan sebagai zat aktif dengan khasiat sebagai
anti
pengobatan
psikosis kelainan
(Martindale, tingkah
laku
1000). berat
Digunakan pada
haloperidol
anak-anak
yang
untuk sering
membangkang, eksplosif, serta untuk mengobati jangka pendek pada anak-anak yang hiperaktif (DOI, 370). Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini adalah 5 mg, dimana sediaan haloperidol yang tersedia dalam bentuk tablet yakni 0,5 mg-5 mg (OOP, 457). PVP digunakan sebagai bahan pengikat. Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet (Voight, 1984). Keuntungan dari penggunaan PVP sebagai bahan pengikat yakni sebagai perekat yang baik, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, dan menghilangkan daya kompatibilitas yang baik secara granulasi basah dengan konsentrasi yang diinginkan (Exicipient, 582). Konsentrasi yang digunakan yakni 3% dalam pembuatan tablet. Hal ini sesuai dalam literatur yakni 0,5%-5% (Exicipient, 582). Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi dimana bahan ini umum diperlukan
pada
sediaan
padat
khususnya
tablet,
berfungsi
untuk
meningkatkan/memperoleh massa agar mencukupi jumlah massa campuran sehingga mencukupi untuk dicetak misalnya pada pembuatan dalam dosis kecil (5mg) (Eksipien Dalam Sediaan Farmasi, 34-35). Laktosa mempunyai stabilitas yang baik bila dikombinasikan dengan zat aktif. Laktosa sebagai pengisi biasanya menunjukkan tingkat pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering dan tidak mempengaruhi kekerasan tablet pada saat dicetak (Eksipien Dalam Sediaan Farmasi, 64-65). Konsetrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini adalah secukupnya, ini dimaksudkan bahan pengisi ditambahkan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mencapai bobot dari tablet. Talkum digunakan sebagai lubrikan, glidant, dan anti adheren dalam pembuatan tablet (Eksipien Dalam Farmasi, 2012), juga sebagai komponen untuk bubuk, talk memiliki daya mengalir dan takar yang baik. Penambahan talk mampu memperbaiki daya mengalir basis lainnya. Daya pelincir, pelicin dan anti lengket yang istimewa berdasarkan atas adanya struktur lusi yang berlapis dari talk
(Exicipient, 720). Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini adalah 3%. Hal ini sesuai deng literatur yakni 1-5%. Pati jagung digunakan sebagai sebagai penghancur, dimana bahan ini memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Air akan diabsorbsi sehingga terjadi pengembangan dan diikuti dengan pecahnya tablet (Eksipien Dalam Sediaan Farmasi, 77). Konsentrasi yang digunakan yakni 5%. Hal ini sesuai dengan literatur yakni 1-5%. Na. Benzoat berfungsi sebagai pengawet pada tablet dan kapsul (Exicipient, 627). Konsentrasi yang digunakan yakni 0,2%. Proses pembuatan tablet haloperidol ini dilakukan dengan metode granulasi basah. Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang paling banyak digunakan. Granulasi merupakan perlakuan awal terhadap serbuk yang sukar untuk dicetak menjadi massa yang dapat ditabletasi. granulasi adalah proses peningkatan ukuran dimana partikel-partikel kecil digabungkan menjadi partikel dengan ukuran lebih besar, membentuk aglomerat atau granul stabil sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi dilakukan karena sebagian besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena kohesivitasnya rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi. Formula yang digunakan pada pembuatan tablet ini yaitu ditimbang haloperidol 0,5 gram, Na-CMC 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram, Na. Benzoat 0,001 gram, laktosa 0,339 gram sebagai fase dalam dan talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram sebagai fase luar. Untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menggranulasi fase dalam dari formula diatas. Fase dalam biasanya terdiri dari zat aktif, pengisi, penghancur dalam, pengawet dan pengikat. PVP yang digunakan sebagai pengikat dibuat dalam konsentrasi 3% dengan cara diukur air suling sebanyak 50 mL, lalu dipanaskan air suling tersebut pada penangas air hingga mencapai suhu 100ºC, dimasukkan 0,03 gram PVP ke dalam air yang telah dipanaskan lalu diaduk hingga larut.
Selanjutnya dicampur haloperidol 0,5 gram, Na-CMC 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram, Na. Benzoat 0,001 gram, laktosa 0,339 gram (fase dalam) dalam lumpang dan talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram (fase luar) dalam lumpang yang berbeda. Lalu dimasukkan sedikit demi sedikit larutan pengikat ke dalam bahan-bahan fase dalam yang telah tercampur hingga membentuk adonan yang dapat dikepal. Ditekan massa yang terbentuk dengan ayakan nomor 8 dan ditimbang. Diletakkan granul di atas flat yang telah dialasi kertas saring. Setelah itu dikeringkan dalam oven granul tersebut dengan suhu 40ºC-50ºC. Kemudian diayak granul yang telah kering menggunakan ayakan nomor 10. Ditambahkan fase luar yang telah tercampur (talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram) kemudian dicampur hingga homogen. Dimasukan campuran tersebut ke dalam alat pencetak, lalu dicetak. Selanjutnya dilakukan evaluasi tablet yang meliputi:
Uji kekerasan dan kerenyahan tablet
Uji keseragaman ukuran tablet
Uji keseragaman bobot tablet
Uji waktu hancur tablet
Uji disolusi tablet
Pada pengujian keseragaman bobot dengan syarat tidak boleh ada dua tablet yang menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet yang menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. Pada tablet 1 dengan bobot 1,4%. Tablet 2-4 dengan bobot 0 %. Tablet 5 dengan bobot -1,4%. Tablet 6 dengan bobot 0%. Tablet 7 1,4%. Tablet 8 0%. Tablet 9 1,4%. Tablet 10 0%. Tablet 11 -1,4%. Tablet 12 0%. Tablet 13 -1,4%. Tablet 14 dan 15 dengan bobot -2,8%. Tablet 16 0%. Tablet 17 -1,4%. Tablet 18 -2,8%. Tablet 19 dan 20 dengan bobot -1,4%. Tablet 21-25 dengan bobot 0%. Jadi tablet ini baik karena tidak menyimpang dari syarat yang telah ditetapkan. Pengujian dari kerenyahan tablet yakni 0,026%. Sehingga tablet tersebut baik karena masih dalamnsyarat dari kerenyahan yakni 0,8%. Setelah itu dilakukan uji kekerasan dan diameter dari tablet yaitu tablet 1 diameter 0,11 mm dengan kekerasan 110 N. Tablet 2 diameter 0,139 mm dengan kekerasan 130 N. Tablet 3 diameter 0,141 mm dengan kekerasan 130 N. Tablet 4 diameter 0,138
mm dengan kekerasan 129,8 N. Tablet 5 diameter 0,113 mm dengan kekerasan 127 N.
BAB V PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase luar, granulasi kembali baru dicetak. Digunakan metode granulasi basah karena haloperidol tahan terhadap panas dengan suhu 150°C. Dari hasil evaluasi tablet memiliki keseragaman bobot, kerenyahan tablet, kekerasan dan diameter tablet yang baik karena masih dalam syarat yang telah ditetapkan. V.2 SARAN
Pada saat praktikum diharapkan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi agar pada praktikum bisa berjalan dengan baik. Serta diharapkan praktikan lebih berhati-hati menggunakan alat pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik obat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Anonim, 2012. Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Tablet Paracetamol . Available as hthttp://www.scribd.com/doc/114578473/LAPORANPRAKTIKUM-TEKNOLOGI-SEDIAAN-SOLID-TABLETPARASETAMOL. Diakses tanggal 15 april 2014 Pukul 19:00 Ansel, C. H. 1909. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta Dirjen POM, 1995. Farmakope Indoonesia Edisi IV . Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta Rawe.
R.
2004.
Handbook
of
Pharmaceutical
6th
exicipient Edition.
Pharmaceutical press: Washington Sweetman C, Sean. 2009. Martindale
The Complate Drug Reference.
Pharmaceutical press: London Tjan, Han. 2010. Obat-obat penting . Gramedia: Jakarta
LAMPIRAN
1. Sekama Kerja Fase Dalam
Fase Luar
- Ditimbang haloperidol 0,5 g,
- Ditimbang talkum 0,003g,
PVP 0,03 g, pati jangung 0,05 g,
Pati jangung 0,05 g sebagai
Na-benzoat 0,0019,
sebagai fase luar
laktosa 0,339 g sebagai fase dalam
Dibuat larutan pengikat yakni PVP dalam 50 mL air
suling
Diaduk hingga homogen
Ditekan masa yang terbentuk dengan ayakan no 8
Ditimbang (granul)
Dicetak granul diatas flat yang dialasi dengan kertas minyak o
Dikeringkan dalam oven dengan suhu 40-50 C
Diayak granul yang telah kering menggunakan ayakan no 10 Dilakukan evaluasi granul yang meliputi:
a. Uji Sudut diam b. Uji kecepatan alir c.Uji bobot sejati d.Uji Bj nyata, Bj mampat dan porositas
Ditambahkan fase luar yang telah tercampur, dan dicampur hingga homogen
Dimasukan campuran serbuk kedalam alat pencetak tablet
Dilakukan evaluasi tablet meliputi
a. Uji kekerasan dan kerenyahan tablet b. Uji keseragaman bobot c. Uji waktu hancur d. Uji keseragaman bobot tablet e. Uji disolusi tablet
Dimasukkan dalam wadah tertutup rapat
Dimasukkan dalam kemasan
Diberi eteiket dan brosur
Haloperidol Tablet 2.
Foto-foto
Alat:
Batang Pengaduk
Kaca Arloji
Cawan Perselin
Kertas Perkamen
Lumpan dan Alu
Sendok tanduk
Neraca Analitik
Waterbatch
Bahan
Alkohol 70%
Aqua botol 1 liter
Kertas saring
Tissue
ETIKET
HALDOL TABLET ® Komposisi : Tiap tablet mengandung haloperidol 5 mg Indikasi : Haloperidol digunakan untuk psikosis. Kontra indikasi : Tidak boleh digunakan pada depresi terhadap system saraf pusattoksik yang berat, atau keadaan coma oleh sebab apapun dan individu yang hipersensitif terhadap obat atau yang menderita penyakit perkinson Efek samping : Insomnia, gelisah, mengantuk, depresi, dan sakit kepala Dosis : Dosis untuk umur 6 tahun= 2 x 1 tablet Dosis untuk umur 12 tahun= 3 x 1 tablet Dosis untuk umur 21 tahun= 4 x 1 tablet Aturan pakai : Untuk umur 6 tahun= 2 x 1 tablet sehari Untuk umur 12 tahun= 3 x 1 tablet sehari Untuk umur 21 tahun= 4 x 1 tablet sehari Peringatan dan perhatian : 1. Jangan digunakan untuk wanita hamil 2. Jangan digunakan untuk jangka waktu yang lama 3. Jangan diberikan pada anak-anak usia di bawah 3 tahun Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya No. Reg No. Bacth
: DKL 14 345 127 10 A2 : 02141002 Diproduksi oleh : PT. RISTY SOLIDA Gorontalo-Indonesia