MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS 1 KONSEP DASAR GIZI MASYARAKAT
Dosen Pembimbing: Eka Mishbahatul M. Has., S.Kep., Ns., M.Kep. Disusun oleh (Kelas A1 Kelompok 6) Alfi Dwi Putri H
131411131043
Eva Diana
131411131055
Retno Dwi Susanti
131411131058
Putri Mei Sundari
131411131067
Zahrotul Fitria
131411131076
Moh. Thoriq H
131411133011
Aida Lutfiati
131411133026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Konsep Dasar Gizi Masyarakat ” dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan Komunitas 1 yaitu Eka Mishbahatul M. Has., S.Kep., Ns., M.Kep. Makalah “Konsep Dasar Gizi Masyarakat” disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami “Konsep Dasar Gizi Masyarakat”. Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan Komunitas 1 yang telah memberikan kesempatan kepada kami unuk belajar menyusun makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang. Surabaya, 20 April 2016 Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i KATA PENGANTAR................................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang....................................................................................1 1.2 Tujuan.............................................................................................. 2 1.3 Manfaat............................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4 2.1 Gizi dan Pembangunan manusia..............................................................4 2.1.1 Definisi Gizi.................................................................................4 2.1.2 Konsep Dasar Gizi.........................................................................4 2.1.3 Kebutuhan Gizi Menurut Usia.........................................................12 2.1.4 Angka Kecukupan Gizi (AKG)........................................................20 2.1.5 Penilaian Status Gizi.....................................................................21 2.1.6 Hubungan gizi dengan pembangunan manusia di Indonesia.....................27 2.2 Kasus Gizi di Indonesia.......................................................................29 2.2.1 Kurang Energi Protein (KEP) / Protein Calori Malnutrition (PCM)............29 2.2.2 Kekurangan Vitamin A..................................................................30 2.2.3 Anemia Gizi / Kekurangan Zat Besi..................................................31 2.2.4 Kekurangan Yodium.....................................................................32 2.2.5 Obesitas..................................................................................... 33 2.2.6 Hal yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi..................................34 2.3 Upaya Penanggulangan Masalah Gizi.....................................................34 2.3.1 Upaya Penanggulangan KEP / Gizi Buruk...........................................36 2.3.2 Upaya Penanggulangan Obesitas......................................................38 iii
2.3.3 Upaya Penanggulangan Anemia Gizi.................................................40 2.3.4 Upaya Penanggulangan kurang Vitamin A..........................................43 2.3.5 Upaya Penanggulangan Kekurangan Iodium........................................44 2.3.6 Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).....................................................45 2.4 Peran Perawat Komunitas dalam KADARZI Upaya Peningkatan Status Gizi di Masyarakat........................................................................................... 48 BAB III PENUTUP................................................................................... 51 3.1 Kesimpulan...................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... v
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi (nutrisi) adalah keseluruhan dari berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuhnya sendiri. Bahan-bahan tersebut dikenal dengan istilah zat gizi (Beck, 2011). Manusia membutuhkan asupan gizi yang cukup agar memliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas sehingga keberhasilan sebuah bangsa bisa terlaksana dengan adanya sumberdaya manusia yang berkualitas. Status gizi dan kesehatan masyarakat ditentukan oleh jumlah asupan makanan yang dikonsumsi yang dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor social-ekonomi, budaya dan politik (UNICEF,1990). Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu masalah gizi makro dan mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energy dan protein. Gambaran
perkembangan
keadaan
gizi
masyarakat
menunjukkan
kecenderungan yang membaik. Namun jika dibandingkan dengan keadaan negara maju di Asia tenggara seperti Jepang dan Singapura, keadaan tersebut masih tertinggal. Prevalensi gizi kurang pada balita (kurang energy protein) telah menurun secara absolute jumlah penderita gizi buruk diperkirakan 1,3 juta anak. Disamping kelompok balita msalah kurang enrgi protein juga ditemui pada usia remaja dan orang dewasa. Masalah gizi di Indonesia tidak hanya gizi kurang, melainkan juga kelebihan gizi yang disebabkan ketidak tahuan terhadap gizi seimbang dan adanya peningkatan pendapatan pada keluarga (Wijono, 2009). Angka kematian ibu, bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR<2.5 Kg) akan semakin meningkat dari waktu ke waktu yang disebabkan karena masalah gizi yang terjadi pada penduduk Indonesia. Masalah ini berlanjut
1
dengan tingginya masalah gizi kurang pada balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa sampai dengan usia lanjut. Dampak lain dari kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi. Apabila masalah gizi ini terus terjadi maka dapat menghambat pembangunan nasional (Beck 2011). Peran perawat komunitas dalam peningkatan status gizi di masyarakat dapat dilakukan dengan upaya promotif untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif), kuratif dan rehabilitatif. Pada akhirnya, kemampuan perawat kesehatan komunitas untuk menangkap peluang dan berespon terhadap perubahan dan tantangan di masa mendatang merupakan dasar yang kuat bagi perkembangan keperawatan kesehatan komunitas. Kompetensi perawat kesehatan komunitas perawatan kesehatan dirumah, peran perawat puskesmas di komunitas, kepemimpinan, serta pemakaian teknologi informasi diprediksi menjadi fokus dari sistem kesehatan komunitas di masa mendatang (Efendi, 2009).
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui dan memahami konsep dasar ilmu gizi yang meliputi ilmu gizi masyarakat, kasus gizi, upaya penanggulangan masalah gizi masyarakat di Indonesia dan juga peran perawat komunitas dalam peningkatan status gizi masyarakat. 1.2.2 Tujuan Khusus 1.
Mengetahui pengertian tentang gizi dan pembangunan manusia Indonesia.
2.
Mengetahui tentang kasus-kasus gizi yang ada di Indonesia.
3.
Mengetahui upaya penanggulangan masalah gizi di Indonesia.
4.
Mengetahui peran perawat komunitas dalam peningkatan status gizi masyarakat.
2
1.3 Manfaat Penulisan makalah ini sangat diharapkan bermanfaat bagi seluruh pembaca dan penulis untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang konsep dasar gizi, masalah dan penanggulangan gizi yang terjadi di Indonesia, serta peran perawat komunitas dalam peningkatan gizi masyarakat.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi dan Pembangunan manusia 2.1.1 Definisi Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi (Wijono, 2009). Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. (Djoko Pekik Irianto, 2006) Pengertian Status Gizi menurut Djoko Pekik Irianto, (2006: 65) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak, serta menunjang prestasi olahraga.
2.1.2 Konsep Dasar Gizi Nutrisi adalah zat dalam makanan yang menyediakan energi, membantu membakar nutrisi lain menjadi energi bagi tubuh kita, dan memperbaiki jaringan.
Nutrisi terdiri dari dua kelompok yaitu makronutrisi dan
mikronutrisi. 4
1. Makronutrisi terdiri dari : a. Protein Protein merupakan bagian penting dari tulang, otot, dan kulit. Bahkan dalam setiap sel dalam tubuh kita terdapat protein. Protein mempunyai banya fungsi, antara lain adalah membantu memecah nutrisi untuk menjadi energi, sebagai struktur bangunan dalam tubuh, dan menghancurkan racun. Protein terdiri dari blok bangunan yang disebut asam amino. Tubuh kita dapat memproduksi beberapa asam amino. Protein yang kita peroleh dari daging dan produk hewani lainnya mengandung semua asam amino yang kita butuhkan. Protein dari daging dan produk hewani yang lain juga disebut sebagai protein lengkap. Berbeda dengan dengan protein Nabati yang tidak mengandung semua asam amino yang kita butuhkan, untuk melengkapi asam amino yang kita butuhkan kita perlu mengkonsumsi beberapa makanan nabati agar kita memperoleh asam amino yang lengkap yang kita butuhkan. Beberapa sumber protein yang sangat baik baik antara lain meliputi, ikan, kerang, daging unggas, daging merah (sapi, babi, domba), telur, kacang-kacangan, selai kacang, biji bijian produk dari kedelai (tahu, tempe, burger vegetarian), susu dan produk terbuat dari susu (keju, keju cottage, yoghurt) b. Karbohidrat Makanan yang kita makan mengandung berbagai jenis karbohidrat. Dari jenis jenis karbohidrat ada yang lebih baik untuk kesehatan kita dibanding jenis karbohidrat yang lainnya. Jenis jenis kabohidrat antara lain adalah: a) Gula Gula secara alami dapat ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, dan susu. Makanan seperti kue dan biskuit memiliki pemanis buatan atau juga disebut dengan gula tambahan. Gula yang kita dapatkan secata alami maupun yang didapat dari gula tambahan Semuanya dapat diubah menjadi glukosa, atau zat gula darah. Sel-sel kita membakar glukosa dan menjadikan energi.
5
b) Zat tepung Zat tepung di dalam tubuh kita dipecah menjadi gula. Zat tepung dapat ditemukan dalam sayuran tertentu, seperti kentang, buncis, kacang polong, dan jagung. Ia juga ditemukan dalam roti, sereal, dan biji-bijian. c) Serat Serat adalah karbohidrat yang yang tidak dapat dicerna oleh tubuh kita. Serat melewati tubuh kita tanpa dipecah menjadi gula. Meskipun tubuh kita tidak mendapatkan energi dari serat, kita masih perlu mengkonsumsi serat untuk tetap sehat. Serat membantu menyingkirkan lemak berlebih dalam usus, yang membantu mencegah penyakit jantung. Serat juga membantu mendorong makanan melalui usus, yang membantu mencegah sembelit. Makanan tinggi serat ialah buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, kacang polong, biji-bijian, dan gandum makanan (seperti roti gandum, oatmeal, dan beras merah). Meskipun tubuh kita memerlukan glukosa, akan tetapi kita perlu menjaganya agar tetap seimbang. Jika kadar glukosa dalam darah tinggi dalam rentan waktu yang lama, maka kita berpotensi untuk terserang penyakit diabetes tipe 2. Untuk menjaga glukosa darah, kita perlu membatasi makanan dengan gula tambahan. Kita dapat mengetahui apakah sebuah makanan telah menambahkan gula dengan melihat daftar bahan bahan pada kemasan makanan tersebut. Carilah istilah-istilah seperti, jagung, dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, madu, gula,gula merah, dan sirup. Sebaiknya kita mengkonsumsi karbohidrat yang sehat dan alami. Karbohidrat yang sehat antara lain adalah zat gula alami buah-buahan, sayuran, susu, dan produk susu, serat dan zat tepung dalam makanan gandum, buncis, kacang polong, dan jagung. c. Lemak
6
Agar tubuh kita tetap stabil, tubuh kita juga membutuhkan Lemak. Lemak memiliki fungsi antara lain sebagai sumber energi, memproduksi zat zat yang dibutuhkan oleh tubuh, serta membantu tubuh menyerap vitamin tertentu dari makanan. Tidak semua makanan berlemak baik untuk kesehatan kita. Lemak yang baik untuk kita konsumsi adalah lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated) dan lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated). Dengan mengkonsumsi lemak tak jenuh kita dapat meminimalisir akan terserang penyakit jantung. Beberapa makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal antara lain adalah, minyak zaitun, minyak kacang, minyak canola, dan alpukat. Dan beberapa makanan yang memiliki kandungan lemak tak jenuh jamak tinggi antara lain adalah minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak kedelai. Jenis lemak yang kurang baik untuk kesehatan kita adalah lemak jenuh dan trans yang
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dengan
menyebabkan penumpukan zat lemak dalam arteri yang dapat menghambat aliran darah yang kaya oksigen ke jantung kita. Lemak ini juga dapat meningkatkan risiko stroke dengan menyebabkan penumpukan zat lemak yang sama dalam arteri yang menjadi saluran aliran darah ke otak kita. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi banyak lemak trans dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Makanan yang memiliki kandungan lemak jenuh tinggi antara lain daging merah (sapi, babi, domba), daging unggas, mentega, susu, minyak kelapa, minyak kelapa sawit. Sedangkan lemak trans dapat kita jumpai pada beberapa makanan yang digoreng seperti seperti kerupuk, donat, dan kentang goreng. Sama halnya dengan lemak jenuh dan lemak trans. Kolesterol juga kurang baik bagi kesehatan kita, yang juga dapat meningkatkan resiko serangan jantung. Kolesterol juga dapat kita temukan daging merah (sapi, babi, domba) dan daging unggas. 2. Makronutrisi terdiri dari : a. Vitamin
7
Vitamin adalah zat yang ditemukan dalam makanan yang dibutuhkan tubuh kita untuk pertumbuhan dan kesehatan. Ada 13 vitamin yang dibutuhkan tubuh kita . Masing masing vitamin memiliki fungsi tersendiri. Berikut adalah beberapa vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita. a) Vitamin A Vitamin A berfungsi melindungi tubuh kita dari beberapa infeksi, serta membantu menjaga kulit kita agar tetap sehat. Vitamin A dapat kita temukan pada makanan seperti brokoli, bayam, wortel, labu, ubi jalar, hati, telur, susu, krim, dan keju. b) Vitamin B1 Vitamin B1 berfungsi membantu tubuh kita dalam mencerna karbohidrat serta baik dalam menjaga sistem saraf. Vitamin B1 dapat kita temukan pada makanan seperti hati, kacang, sereal, roti, dan susu. c) Vitamin B2 Vitamin B2 baik dalam menjaga kesehatan kulit kita. Untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin B2, kita bisa mengkonsumsi Hati, telur, keju, susu, makanan hijau , kacang polong, dan gandum. Vitamin B3. Vitamin B3 berfungsi membantu tubuh kita dalam menggunakan protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu Vitamin B3 juga baik dalam menjaga sistem sarafdan kulit kita. Vitamin B3 dapat kita temukan dalam makanan antara lain Hati, ragi, kacang, daging, ikan, dan unggas. d) Vitamin B5 Vitamin B5 membantu dalam proses penggunaan karbohidrat dan lemak dan membantu dalam produksi sel darah merah. Vitamin ini dapat kita temukan dalam daging sapi, ayam, lobster, susu, telur, kacang, kacang polong, brokoli, ragi, dan biji-bijian. e) Vitamin B6 Vitamin B6 berfungsi membantu tubuh kita dalam menggunakan protein dan lemak dan membantu dalam proses transportasi oksigen serta sangat baik untuk kesehatan saraf kita. Vitamin ini terkandung dalam Hati, biji-bijian, kuning telur, kacang, pisang, wortel, dan ragi. f) Vitamin B9 (asam folat)
8
Vitamin b9 membantu dalam produksi sel baru dan memeliharanya, serta dapat mencegah cacat lahir. Makanan hijau, hati, ragi, kacang, kacang polong, jeruk, sereal dan gandum mengandung vitamin jenis ini. g) Vitamin B12 Vitamin B12 dapat membantu dalam produksi sel darah merah dan sangat baik untuk kesehatan saraf. Vitamin B12 dapat kita temukan pada Susu, telur, hati, unggas, kerang, sarden, dan telur. h) Vitamin C Vitamin C bermanfaat dalam menjaga kesehatan tulang, kulit dan pembuluh darah. Makanan yang mengandung Vitamin C antara lain jeruk, tomat, kentang, pepaya, stroberi, dan kubis. i) Vitamin D Vitamin D sangat baik dalam menjaga kesehatan tulang. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin D kita cukup berjemur atau terkena sinar matahari selama 5- 30 menit minimal 2 kali dalam seminggu. Selain itu kita juga bisa mengkonsumsi makanan antara lain seperti Hati dan Susu. j) Vitamin E Vitamin E dapat memelihara sel tubuh kita dari kerusakan, memperlancar aliran darah, serta mampu memperbaiki jaringan tubuh. Makanan yang mengandung Vitamin E antara lain kuning telur, hati sapi, ikan, susu, brokoli, dan bayam. k) Vitamin H (Biotin) Vitamin H dapat membantu tubuh dalam menggunakan karbohidrat dan lemak serta membantu dalam pertumbuhan sel. Kita dapat menemukan Vitamin H dalam Hati, kuning telur, tepung kedelai, sereal, ragi, kacang polong, buncis, kacang, tomat, dan susu. l) Vitamin K Vitamin K membantu dalam proses pembekuan darah dan pembentukan tulang. bayam, kubis, keju, bayam, brokoli, kubis, dan tomat. Selain itu, tubuh kita juga memproduksi vitamin K.
9
b. Mineral Sama halnya dengan vitamin, mineral adalah zat yang ditemukan dalam makanan yang dibutuhkan tubuh kita untuk pertumbuhan dan kesehatan. Ada dua jenis mineral: macrominerals dan jejak mineral. Macrominerals adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang lebih besar, yaitu kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, dan klorida. Sedangkan jejak mineral terdiri dari besi, tembaga, yodium, seng, fluorida, dan selenium. c. Kalsium Kalsium membantu dalam pembentukan tulang dan gigi serta membantu menjalankan fungsi otot dan saraf. Kalsium terkandung dalam ikan Salmon, sarden, susu, keju, yoghurt, kubis Cina, kangkung, lobak, sawi, brokoli, dan jeruk. d. Khlorida Klorida berfungsi menjaga keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita. Klorida terkandung dalam Garam, rumput laut, gandum, tomat, selada, seledri, buah zaitun, sarden, daging sapi, dan keju. e. Tembaga Tembaga membantu melindungi sel dari kerusakan dan juga untuk membentuk tulang dan sel darah merah. Tembaga dapat ditemukan dalam kerang (terutama tiram), coklat, jamur, kacang, dan gandum f. Fluoride Floride berfungsi memperkuak tulang dan gigi. Kopi dan dan teh merupakan makanan yang mengandung flouride. g. Yodium Youdium membantu menjalankan fungsi kelenjar
tiroid.
Tiroid
terkandung dalam Seafood, dan garam beryodium. h. Zat Besi Zat Besi membantu sel darah merah dan mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh serta membantu menjalankan fungsi otot. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi kita dapat mengkonsumsi Daging merah, unggas, ikan, hati, tepung kedelai, telur, kacang-kacangan, kacang polong, bayam, lobak hijau, kerang, dan sereal.
10
i. Magnesium Magnesium berfungsi untuk membentuk tulang dan gigi serta untuk memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Magnesium terkandung dalam beberapa makanan ysitu kacang-kacangan, seafood, susu, keju, dan yogurt. j. Fosfor Fosfor sama halnya dengan magnesium yang berfungsi
untuk
membentuk tulang dan gigi serta untuk memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Fosfor dapat kita temukan pada makan antara lain Susu, yoghurt, keju, daging merah, unggas, ikan, telur, kacang-kacangan, dan kacang polong. k. Kalium Kalium berfungsi menjaga keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita serta berfungsi memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Kalium terkandung dalam Susu, pisang, tomat, jeruk, melon, kentang, ubi jalar, plum, kismis, bayam, lobak, kangkung, dan kacang polong. l. Selenium Selenium berfungsi mencega kerusakan pada sel serta membantu fungsi kelenjar tiroid. Sayuran, ikan, kerang, daging merah, biji-bijian, telur, ayam, hati, bawang putih, dan ragi bisa kita konsumsi untuk memeneuhi kebutuhan akan Selenium. m. Sodium Sodium sama halnya
dengan kalium yang berfungsi menjaga
keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita serta berfungsi memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Makanan yang mengandung Sodium antara lain adalah Garam, susu, keju, bit, seledri, daging sapi, daging babi, sarden, dan buah zaitun hijau. n. Seng (Zinc) Seng berfungsi dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu dalam penyembuhan luka. Selain itu Seng juga berfungsi membantu tubuh kita untuk melawan penyakit. Seng dapat kita temukan dalam beberapa makanan antara lain Hati, telur, makanan laut, daging merah, tiram, telur, kacangkacangan, biji-bijian, sereal, gandum, dan biji labu.
11
o. Air Air adalah bagian penting dari tubuh kita. Bahkan lebih dari 60 persen tubuh kita terdiri dari air. Beberapa fungsi: a. Membasahi jaringan, seperti di sekitar mulut, mata, dan hidung b. Mengatur suhu tubuh anda c. Sebagai Bantalan sendi kita d. Membantu tubuh kita mendapatkan nutrisi Cara penentuan kebutuhan gizi Energi Komponen utama penentu kebutuhan gizi : Angka metabolisme basal (AMB atau BMR : basal metabolic rate) dan aktivitas fisik. Komponen lainnya adalah pengaruh termis makanan atau specific dynamic action of food (SDA), karena jumlah relatif kecil maka SDA dapat diabaikan. BMR BMR dipengaruhi oleh : umur (U), gender, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Cara penentua BMR : a. Rumus Harris Benedict : Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U) Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U) b.
Cara cepat (2 cara): a) Laki-laki = 1 kkal x kb BB x 24 jam Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB Perempuan = 25 kkal x kg BB
2.1.3 Kebutuhan Gizi Menurut Usia Berikut ini adalah tabel status gizi
12
1.
Usia 0-6 bulan Pada usia ini semua kebutuhan nutrisi bayi dapat dipenuhi melalui air susu
ibu (ASI) yang mengandung komponen paling seimbang. Pengeluaran ASI dapat terjadi karena adanya refleks mengisap bayi yang juga dipengaruhi proses hormonal, terutama oksitosin dan prolactin. Apabila terjadi gangguan dalam ASI maka alternatifnya adalah susu formula, namun harus diingat bahwa nilai kegunaan atau manfaat ASI tetap yang terbaik. Pemberian ASI eksklusif berlangsung hingga enam bulan tanpa makanan pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. 2.
Usia 6-9 bulan Pada usia 6 bulan keadaan alat pencernaan bayi sudah semakin kuat, oleh
sebab itu bayi mulai diperkenalkan dengan makanan yang lebih padat dalam bentuk makanan lembek berupa tim saring. Usia 6-7 bulan diberikan tim saring, dan mulai usia 8 bulan sudah bisa diberikan tim biasa. Untuk mempertinggi kandungan gizi, makanan tim ditambah sedikit demi sedikit
13
dengan zat lemak, yaitu santan, minyak, mentega, atau margarin. Bahan makan ini dapat menambah kalori
makanan bayi juga mempertinggi penerapan
vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak. Ketika bayi berusia 9 bulan, mulai diberikan makanan selingan 1x sehari. Berikan makanan selingan yang bernilai gizi tinggi. Di upayakan memperkenalkan aneka ragam bahan makanan secara bergantian untuk memperkenalkan rasa yang beraneka ragam sehingga pada usia selanjutnya bayi tidak menghadapi masalah mengenai aneka rasa makanan. 3. Kebutuhan nutrisi pada anak usia pra sekolah Kebutuhan kalori anak pra sekolah adalah 85 kkal per kg BB. Setelah anak melewati umur satu tahun, aktivitasnya sudah bertambah banyak. Eksporasi terhadap makanan sudah semakin luas, baik dari segi keragaman, rasa, warna, maupun bentuk. Oleh karena itu, orang tua hendaknya dapat menyajikan makanan yang sesuai dengan kelompok umur ini yang selalu ingin serba tahu. Selain aktivitas fisik meningkat, cara berpikirnya juga lebih berkembang. Oleh karena itu, pemberian makanan perlu diperhatikan. Meskipun sejak usia 1 atau 2 tahun, anak sudah diajarkan makan sendiri dan di meja makan sama dengan anggota keluarga lain, tetapi makanannya tetap disesuaikan dengan usianya dan tidak sama dengan makanan orang dewasa. 4. Kebutuhan nutrisi anak usia sekolah Anak usia sekolah mempunyai social yang lebih luas selain lingkungan. Berikut energi dan zat-zat gizi yang diperlukan anak-anak usia sekolah: a. Kalori Anak usia 4-6 tahun membutuhkan sekitar 1800 kalori setiap harinya, sementara anak usia 7-10 tahun membutuhkan sekitar 2000 kalori setiap harinya. b. Protein Protein yang dibutuhkan perkilogram berat badan berkurang setelah melalui masa bayi dan batita, dari 1,2 gram/kg pada usia 3 tahun menjadi 1 gram/kg pada usia 10 tahun. c. Lemak Walaupun anak butuh lemak, pengonsumsian lemak yang terlalu banyak bisa membawa anak pada kondisi kelebihan pengonsumsian kalori dan penambahan berat badan. d. Serat Anak juga dianjurkan untuk meningkatkan pengonsumsian serat setiap hari. Jumlahnya sekitar usia mereka sekarang ditambah 5 gram perhari. 14
e.
Kalsium Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan pemeliharaan
kepadatannya. Anak usia sekolah membutuhkan sekitar 500- 1300 mg kalsium per hari. Peningkatan kepadatan tulang pada usia ini bisa mencegah terjadinya osteoporosis di masa dewasa dan masa tua kelak. 5. Kebutuhan nutrisi pada remaja Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy dibandingkan remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2250 kkal), untuk kemudian menurun menjadi 2200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis bukan usia kronologisnya. Perkiraan energy untuk remaja putra berusia 11- 18 tahun yaitu 13-23 kkal/cmm, sedangkan remaja putri dengan usia sama yaitu 10-19 kkal/cm. Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis, untuk remaja putra, kisaran besarnya kebutuhan ini adalah 0,29 – 0, 32 gr/cm tinggi badan, sedangakan remaja putri hanya 0,27 – 0,29 gr/cm 6. Kebutuhan nutrisi pada dewasa Orang dewasa kandungan air 55-60% tidak banyak mengonkonsumsi jumlah air, konsumsi harian pada dewasa adalah 2-4%. Energinya memerlukan 70 kg masukan 3000 kalori air dan kebutuhan basal 25-30 kcal/kg/24 jam. Protein membentuk sekitar 20% berat badan pada orang dewasa. asam aminonya adalah nutrien dasar dalam pembentukan protoplasma sel. Kandungan abu orang dewasa adalah 4,35% berat badan; 83 % ada dalam kerangka dan 10% ada dalam otot. untuk setiap gram protein tertahan 0,3 g bahan mineral yang diendapkan. Perhitungan kebutuhan kalori setiap orang berbeda-beda, tapi pada umunya kebutuhan kalori untuk wanita dewasa per hari sekitar 1.900 kalori, smentara pria dewasa perhari sekitar 2.100 kalori. Semua itu bisa diperoleh dair menu makanan yang bervariasi sesuai dengan anjuran empat sehat dan lima sempurna. Menu makanan yang baik terdiri dari 50% karbohidrat, 25% lemak, 10-15% protein, vitamin, serta mineral sesuai dengan gizi yang dianjurkan. Lewat komposisi makanan seperti itu, praktisi vitamin-vitamin yang dibutuhkan bisa tercukupi. 7. Gizi ibu hamil
15
a.
Kalori. Kebutuhan gizi ibu hamil yang perlu dipenuhi adalah kalori, bertambah
258 gr dari keadaan normal yang digunakan untuk mengubah energy makanan menjadi energy dalam metabolism. b. Protein. Rata-rata kebutuhan protein bertambah 85 gr per hari, hal ini untuk menutupi perkiraan kebutuhan 925 gr protein yang disimpan dalam janin, plasenta, dan jaringan maternal. Dianjurkan untuk mengonsumsi protein sebanyak 85-100 gr per hari pada lima bulan pertama kehamilan. Selanjutnya, kita dapat mengonsumsi protein secara normal selama 19 mingu pertama kehamilan untuk mendukung pertumbuhan sel otak bayi. c. Zat besi Kebutuhan zat besi meningkat sehingga dibutuhkan tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg per hari yang didapat dari suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi akan berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran dini, rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan. d. Asam folat Meningkatnya kebutuhan asam folat pada ibu hamil yang digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu. Anemia akibat kekurang asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan kekurangan oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada kerusakan organ-organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil menyebabkan kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan perkembangan kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil sebanyak 280g per hari selama kehamilan trimester 1, 660g pada trimester II dan 470 g per hari pada trimester III bisa didapat dari sayuran hijau, hati, dan ayam. e. Kolin Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu hamil, terutana pada minggu 18 kehamilan. Vitamin ini dapat meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak, ragi , kedelai, hati, otak, ginjal dan jantung f. Vitamin E Vitamin ini berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan 16
sel bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin E dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijan, kedelai, minyak biji kapas dan minyak jagung. g. Vitamin A Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI. Kekurangan vitamin A selam kehamilan dapat menyebabkan bayi premature dan perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat bayi saat dilahirkan. Dampak negative kekurangan A dapat dicegah dengan mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran dan buah berwarna hijau atau kuning. h. Vitamin B1 Kekurangan vitamin B1 akan meningkatkan jumlah kasu kelahiran sebelum wakktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian dan daging i. Kalsium Kebutuhan kalsium ibu hamil mengalami peningkatan karena terjadinya peningkatan pergantian tulang., penurunan penyerapan kalsium, dan retensi kalsium karena adanya perubahan hormonal. Asupan kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1.200 mg per hari. j. Iodin Iodin adalah salah satu mineral yangdibutuhkan ibu hamil. Penambahan kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 g. kekurangan iodine pada masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kredil) yang ditunjukkan dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang mengalami down syndrome. k. Zinc (seng) Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc yang rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc berperan untuk meningkatkan system imun dan memperbaiki fungsi organ perasa. Tabel 1. Nilai Gizi pada Ibu Hamil Zat Gizi
Nilai Gizi Trimester I
Trimester II
Trimester III
17
Energi (Kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Vitamin B12 (g) Asam folat (g) Vitamin C (mg) Kalsium(mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Iodium (g)
+ 180 + 17 + 300 + 0,3 + 0,3 +4 + 0,2 + 200 + 10 + 150 +0 +0 + 1,7 + 50
+ 300 + 17 + 300 + 0,3 + 0,3 +4 + 0,2 + 200 + 10 + 150 +0 +0 + 1,7 + 50
+ 300 + 17 + 300 + 0,3 + 0,3 +4 + 0,2 + 200 + 10 + 150 +0 +0 + 1,7 + 50
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 2004 8.
Gizi pasca melahirkan dan menyusui Untuk memulikan kondisi pasca melahirkan diperlukan asupan makanan
bergizi, terutama energi dan protein. Asupan zat gizi yang memadai juga penting untuk mengantisipasi pengeluaran banyak darah yang dapat menyebabkan anemia. Pada saat menyusui, kebutuhan zat gizi juga meningkat. Disamping untuk memulihkan kondisi kesehatan ibu, juga untuk memproduksi ASI yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Untuk memperlancar produksi ASI pola makan yang tepat harus diperhatikan, antara lain: a. Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran sebagai sumber vitamin b. c. d.
dan mineral Perbanyak konsumsi sayuran seperti daun katuk, bayam. Penuhi kebutuhan cairan tubuh dengan minum minimal 2 liter perhari Kurangi konsumsi bumbu yang terlalu menyengat dan merangsang, seperti bawang putih dan cabai karena mempengaruhi kualitai ASI yang dihasilkan. Tabel 2. Nilai Gizi pada Ibu Menyusui Zat Gizi
Nilai Gizi 0-6 bulan
7-12 bulan
18
Energi (Kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Vitamin B12 (g) Asam folat (g) Vitamin C (mg) Kalsium(mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Iodium (g)
+ 500 + 17 + 350 + 0,3 + 0,4 + 3,0 + 0,4 + 100 + 45 + 150 +0 +6 + 4,6 + 50
+ 550 + 17 + 350 + 0,3 + 0,4 + 3,0 + 0,4 + 100 + 45 + 150 +0 +6 + 4,6 + 50
Sumber Gizi untuk: Widya lanjut Karya usia Nasional Pangan dan Gizi 2004 Usia lanjut merupakan periode terjadinya involusi serta degradasi jaringan
9.
dan sel-sel tubuh. Selain itu, juga terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Pada periode ini, jumlah makanan yang dikonsumsi harus benar-benar dibatasi, terutama makanan sumber energi. Perhatian ibu harus lebih besar terhadap pemenuhan akan protein dan zat-zat mikro. Persentase zat bahan makanan yang disarankan untuk dikonsumsi oleh kelompok usia lanjut adalah sebagai berikut: a. Jumah kalori sebesar 50% dari hidrat arang yang bersumber darihidrat b. c. d.
arang kompleks seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori Makanan berserat tinggi yang bersumber dari buah, sayuran, dan
e. f.
beraneka ragam pati. Makanan tinggi kalsium seperti susu rendah lemak, yoghurt, dan ikan. Makanan tinggi zat besi seperti kacang-kacangan, hati, daging,
g.
bayam, atau sayuran hijau. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung garam, seperti adanya monosodium glutamat, sodium
h. i.
bikarbonat, dan sodium sitrat. Makanan berasal dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna. Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah
j.
besar Makanan yang dikonsumsi sebaiknya mudah dikunyah seperti bahan makanan lembek.
19
2.1.4 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Menurut pendapat dari Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2007), Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari mencakup hampir semua orang sehat mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis, seperti ibu hamil dan menyusui. Angka Kecukupan Gizi (AKG) berbeda dengan Angka Kebutuhan Gizi. Angka Kebutuhan Gizi menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi baik. Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2007), kegunaan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) antara lain sebagai berikut a. AKG berguna untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional dan nasional. b. AKG berguna untuk menilai data konsumsi makanan perorangan atau kelompok masyarakat. c. AKG berguna untuk perencanaan pemberian makanan bagi institusi seperti rumah sakit, perkantoran, industri, sekolah, panti sosial dan lembaga pemasyarakatan perlu diperhatikan berat badan rata-rata dan aktivitas. d. AKG berguna untuk menetapkan standar bantuan pangan dalam keadaan darurat seperti bencana alam, perang, kekeringan, kerusuhan, transmigrasi; serta untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT), golongan rawan (balita, anak sekolah, ibu hamil dan lain-lain). e. AKG berguna untuk menetapkan pedoman keperluan label gizi makanan yang dikemas. f. AKG berguna untuk bahan penyuluhan atau pendidikan gizi yang berkaitan dengan kebutuhan gizi menurut kelompok umur dan kegiatan maupun jenis kelamin.
2.1.5 Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi bertujuan untuk:
20
a. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi b. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada c. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan dan implementasi untuk penilaian status gizi. Penilaian status gizi dibagi menjadi penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung. A. Penilaian status gizi secara langsung 1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan
antropometri
dibedakan
asupan
menjadi
protein
dua
dan
penilaian
energi. yaitu
Penilaian
berdasarkan
pertumbuhan linier dan pertumbuhan massa jaringan. a) Penghitungan pertumbuhan linier: 1) Penghitungan tinggi badan (TB) Tinggi badan individu dapat diukur dengan pita meteran atau microtoise yang diletakkan di lantai yang rata dan dinding yang rata. 2) Penghitungan lingkar dada Penghitungan lingkar dada dilakukan dengan menggunakan pita meteran kecil. Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Pengukuran ini biasanya dilakukan pada umur 2 sampai 3 tahun. 3) Penghitungan lingkar kepala Lingkar kepala biasanya digunakan untuk menentukan adanya hidrosefalus atau mikrosefalus. Pengukuran ini di lakukan hanya pada balita. Cara pengukurannya adalah dengan menggunakan pita meteran kecil dari atas alis kemudian tarik ke belakang sampai kepala bagian belakang yang paling menonjol kemudian dihubungkan melalui atas alis yang lain. b) Penghitungan pertumbuhan massa jaringan 1) Berat Badan (BB) Berat badan sangat penting dan paling sering digunakan sebagai penghitungan status gizi maupun sebagai indikator pertumbuhan dan perkembangan serta sebagai penghitungan status kesehatan pasien di keperawatan medikal bedah. Penghitungan berat badan dibedakan berdasarkan umur. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein,
21
lemak, air, dan mineral pada tulang serta dapat dilihat apakah adanya edema, tumor, atau asites. 2) Lingkar Lengan Atas (LiLA atau LLA) Pengukuran LiLA atau LLA adalah salah satu cara deteksi dini yang paling mudah dilakukan oleh masyarakat awam untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). WUS bisa dikatakan berisiko KEK adalah kurang dari 23,5 cm (Depkes RI, 1994). 3) Tebal Lemak Bawah Kulit (Sub Cutan) Tebal lemak bawah kulit sangat menentukan apakah individu berisiko KEK atau tidak. Tebal lemak subcutan dapat diukur di laboratorium menggunakan metode analisis kimia dan fisik, ultrasonic, densitometer, dan radiological anthropometry. Sedangkan diluar kegiatan laboratorium adalah menggunakan antropometri fisik. 4) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul Rasio lingkar pinggang dengan pinggul berhubungan dengan kardiovaskular,
produksi
asam
lemak
bebas,
dan
perubahan
metabolisme termasuk daya tahan dan distribusi insulin dalam tubuh. Cara pengukurannya adalah ukur lingkar pinggang kemudian dibagi dengan lingkar pinggul. Nilai normal adalah 0,77 untuk perempuan dan 0,9 untuk laki-laki. 2. Indeks Antropometri Adapun indeks antropometri adalah sebagai berikut: a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Indeks berat badan menurut umur atau BB/U adalah status berat badan berdasarkan usia yang dimiliki oleh individu.
Kelebihan Indeks BB/U: a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat. b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis c. BB dapat berfluktuasi d. Sangat sensitif dalam perubahan kecil e. Dapat mendeteksi obesitas Kekurangan Indeks BB/U: a. Bisa bernilai salah jika ada edema atau asites
22
b. Di daerah terpencil tidak ada pencatatan umur yang pasti sehingga memerlukan data umur yang akurat c. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Indeks tinggi badan menurut umur atau TB/U adalah status tinggi badan berdasarkan usia yang dimiliki oleh individu. Penghitungannya adalah :
Keuntungan Indeks TB/U adalah bisa digunakan untuk menilai status gizi masa lampau. Kerugian Indeks TB/U: a. TB tidak fluktuasi dan tidak bisa turun. b. Pengukuran relatif salah karena saat pengukuran harus badan yang tegap. c. Di daerah terpencil tidak ada pencatatan umur yang pasti sehingga memerlukan data umur yang akurat d. Berat Badan Menurut Tinggi Badan Indeks berat badan menurut tinggi badan atau BB/TB adalah status berat badan dilihat berdasarkan tinggi badan yang dimiliki oleh individu. Penghitungannya adalah
BB/TB =
Keuntungan Indeks BB/TB: a. Tidak memerlukan umur. b. Dapat membedakan proporsi tubuh (gemuk, normal, kurus) Kekurangan Indeks BB/TB: a. Tidak dapat memberikan gambaran pertumbuhan secara jelas karena faktor usia diabaikan. b. Membutuhkan dua macam pengukuran dan waktu yang lama b. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
23
Indeks LLA/U jarang digunakan untuk menilai status gizi seseorang karena
pengaruhnya
tidak
seberapa
signifikan.
Biasanya
untuk
menentukan Wanita Usia Subur (WUS) apakah berisiko Kurang Energi Kronis (KEK) atau tidak. Penghitungannya adalah LLA dibagi LLA baku dikali 100%. Keuntungan Indeks LLA/U: a. Indikator dalam menentukan Risiko KEK pada WUS b. Alat ukur yang murah, ringan, dan dapat dibuat sendiri c. Alat dapat diberi kode warna untuk individu yang tidak bisa membaca angka Kekurangan Indeks LLA/U: a. Hanya sensitif terhadap kelompok tertentu b. Sulit menentukan ambang batas c. Sulit untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan individu c. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) BMI atau IMT adalah pengukuran yang digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa usia 18 tahun keatas. IMT tidak bisa digunakan pada bayi dan anak-anak serta individu edema, asites, dan hepatomegali. BB = (TB-100) – 10%(TB-100) atau 0,9 x (TB-100)
IMT <18,5 18,5-22,9 ≥23,0 23,0-24,9 25,0-29,9 ≥30,0
Kategori Berat badan kurang Berat badan normal Kelebihan berat badan Beresiko obesitas Obesitas I Obesitas II Tabel 3. Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) Sumber: Centre For Obesity Research and Education 2007
3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh
24
seperti darah (Hb), urin (Albumin, BUN), tinja, dll.
Kelebihan dari tes
biokimia ini adalah: a. Objektif b. Gradable; dapat dirangking Kekurangan : a. b. c. d. 4.
Mahal Keberadaan laboratorium Kesukaran yang berhubungan dengan specimen Dibutuhakan data referensi untuk menentukan hasil laboratorium. Klinis Pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan perubahan yang terjadi
secara klinis seperti tanda dan gejala atau riwayat penyakit yang menyangkut gizi individu kelebihan penggunaan tanda klinik yaitu: a. Murah b. Cepat c. Tidak menimbulkan rasa sakit Kekurangan: a. b. c. 5.
Subjektif Diperlukan staf yang dilatih sangat baik Banyak tanda klinik yang muncul pada tingkat defisiensi berat Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah dengan melihat kemampuan
fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Contoh, pemeriksaan tes adaptasi dimana tes tersebut merupakan tes yang digunakan untuk kejadian buta senja epidemik. Contoh : pada kasus rabun senja dilakukan tes adaptasi dalam gelap.
2.1.6 Hubungan gizi dengan pembangunan manusia di Indonesia Dimensi pembangunan diarahkan pada upaya kebijakan dan program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang unggul. Karena itu, salah satu prioritas pembangunan adalah pembangunan karakter bangsa, yang tentunya ditentukan pula oleh kecukupan gizi. Kekurangan gizi pada usia dini akan berimplikasi pada perkembangan anak dan selanjutnya perkembangan potensi diri pada usia produktif, ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Masalah gizi di Indonesia dipengaruhi banyak
25
faktor, diantaranya kemiskinan, kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih, keluarga berencana, dan faktor lainnya. Oleh karena itu permasalahan perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya dari berbagai sektor yang membutuhkan sinergi dan harus terkoordinasi. Upaya percepatan perbaikan gizi akan diarahkan pada penyusunan program prioritas di kementerian terkait, mobilisasi sumber dana, sarana dan daya, advokasi serta pendidikan masyarakat untuk program perbaikan gizi, tambahnya. Pemerintah telah menyiapkan target perbaikan gizi masyarakat. Sejumlah target itu, antara lain menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, dari 359 menjadi 306 pada tahun 2019; Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup dari 32 menjadi 24 pada tahun 2019; Menurunnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita, dari 19,6% menjadi 17% pada tahun 2019; dan menurunnya prevalensi stunting pada anak di bawah 2 tahun, dari 33% menjadi 28% pada tahun 2019. Masalah gizi masuk ke dalam tiga dimensi tersebut. Gizi penting untuk meningkatkan kecerdasan manusia, menyehatkan fisiknya serta menguatkan mental dan perilaku manusia Indonesia, tuturnya. Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, yang diwakili oleh Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menerangkan bahwa gizi merupakan pondasi yang sangat penting dan memiliki peran besar dalam bebagai
aspek
yang
pada
akhirnya
memberikan
kontribusi
terhadap
pembangunan suatu bangsa, diantaranya: 1) Investasi gizi pada remaja perempuan dapat meningkatkan statusnya kelak saat menjadi ibu dan bermanfaat bagi keluarga kecilnya sebagai cikal bakal pencetakan sumber daya manusia; 2) Perhatian khusus pada gizi berdampak langsung pada keuntungan di bidang pertanian dengan peningkatan produksi untuk penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat, dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan makan berbasis pangan lokal; 3) Perbaikan gizi merupakan langkah awal dalam pengembangan SDM dan penurunan kemiskinan; 4) Gizi yang cukup dapat memperbaiki kondisi pasca konflik; 5) program perbaikan gizi merupakan sebuah proses partisipasi yang mengedepankan HAM; dan 6)
26
Gizi yang cukup meningkatkan imunitas dan berperan pada pencegahan penyakit tidak menular (PTM). Hubungan gizi dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang artinya bahwa gizi akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula sebaliknya kondisi suatu bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya, terangnya. Gizi dalam kaitannya dengan pembangunan suatu bangsa berkaitan dengan sumber daya manusia, karena gizi sebagai sentra untuk pembangunan manusia. Seseorang yang hidup didukung dengan gizi yang cukup sesuai kebutuhan akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (fisik yang sehat, cerdas, kreatif, produktivitas tinggi). Kekurangan gizi pada awal kehidupan berdampak serius terhadap kualitas sumber daya mnusia di masa depan. Hal ini dikarenakan kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan, berat badan lahir rendah (BBLR), kecil, pendek, kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah. Dalam perkembangannya, seorang anak yang kurang gizi akan mengalami hambatan perkembangan kognitif dan kegagalan pendidikan sehingga berakibat pada rendahnya tingkat produktivitas di masa dewasa. Kurang gizi yang dialami saat awal kehidupan juga akan berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, dan penyakit lainnya saat memasuki usia dewasa. Apabila semua penduduk suatu bangsa memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal maka akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas yang baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas ini merupakan unsur utama dalam pembangunan suatu bangsa, pungkasnya (RI, 2015).
2.2 Kasus Gizi di Indonesia 2.2.1 Kurang Energi Protein (KEP) / Protein Calori Malnutrition (PCM) Kurang kalori Protein adalah penyakit gizi akibat konsumsi makan yang kurang memadai baik kuantitas maupun kualitas dan adanya penyakit infeksi
27
yang sering di derita dalam jangka waktu yang cukup lama. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil dan ibu menyusui. KKP pada ibu hamil dapat mengakibatkan Berat Bayi Lahir Rendah, bayi lahir mati, bahkan kematian saat persalinan. Penyebab dari KKP antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.
Makanan yang dikonsumsi tidak memadai kuantitas dan kualitas rendah Gangguan sistem pencernaan atau absorbsi makanan Adanya infeksi parasit, misalnya cacingan Pengetahuan yang kurang tentang gizi Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang protein menyebabkan sehingga
menyebabkan kwashiorkor 6. Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus. 7. Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk, yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI 8. Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi Gejala klinis KKP ringan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pertumbuhan terhambat BB berkurang Ukuran lingkar lengan menurun Maturasi tulang terlambat Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun Tebal lipat kulit normal atau menurun Aktivitas dan perhatian kurang
2.2.2 Kekurangan Vitamin A Kekurangan vitamin A di Indonesia masih merupakan salah satu masalah gizi utama. Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam hubungan yang kompleks seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori protein (KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antara hal-hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya kekurangan vitamin A. Manifestasi klinis yang terkenal sebagai akibat dari kekurangan vitamin A yaitu Xerophthalmia dan buta senja, ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari bila keadaan ini dibiarkan tanpa pengobatan
28
maka akan terjadi pengeringan kornea dan selanjutnya akan terjadi ulserasi kornea, kulit tampak kering dan berisisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang. Menurut Doeschate, ada beberapa factor yang turut berperan pada terjadinya kebutaan (Xerophtalmia) yaitu : a. Usia Di Indonesia Xerophthalaamia paling sering dijumpai pada anak-anak kelompok umur 2-3 tahun. Yang paling parah ditemukan pada anak usia muda terutama bayi yang tidak minum ASI. b. Berhubungan dengan menu sehari – hari Kejadian Xerophthalmia meningkat bila menu sehari-hari hanya sedikit mengandung vit.A karoten, lemak, dan protein. Kebutuhan akan vtamin A akan meningkat pada bayi dan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, ibu hamil, ibu menyusui serta selama menderita sakit. c. Penyakit infeksi dan infestasi cacing Setiap penyakit infeksi baik akut maupun kronis akan menurunkan nafsu makan, mengurangi kemampuan absorbs oleh usus, dan meningkatkan kebutuhan vitamin A. Di Indonesia diperkirakan bahwa 30% dari semua kasus Xerophthalmia didahului oleh penyakit campak dan 20% oleh penyakit infeksi lain yang disertai demam. d. KKP ( Kurang Kalori Protein ) Pada anak yang KKP terutama kwashiorkor, terjadi gangguan absorbs vit.A , gangguan sintesa retinol-binding protein, dan gangguan metabolism, sehingga anak tersebut menderita Xerophthalmia 2.2.3 Anemia Gizi / Kekurangan Zat Besi Studi WHO menyebutkan bahwa prevalensi anemia gizi pada ibu hamil berbeda- beda di dunia ini dengan range antara 21-80%. Di Asiadiperkirakan 10% pria, 20% wanita (tidak hamil), 40% ibu hamil dan 30% anak-anak kurang dari 2 tahun menderita anemia gizi (Bengoa, 1976).
29
Anemia gizi ialah keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendah dari normal akibat kekurangan gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah (zat besi, asam folat, vitamin B12). Penyebab terjadinya anemia gizi adalah konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Selain itu infestasi cacing tambang memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerahdaerahtertentu terutama daerah pedesaan (Husaini, 1989). Soemantri, 1983, menyatakan bahwa anemia gizi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sosio, ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan, fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan. Penyebab anemia gizi pada bayis dan anak (Soemantri, 1982): a. Pengadaan zat besi yang tidak cukup 1) Asupan zat besi kurang cukup 2) Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup. a) Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembar b) Ibu waktu mengandung menderita anemia kekurangan zat besi yang berat c) Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau sebelum persalinan b. 1) 2) 3) c.
seperti adanya sirkulasi fetus ibu dan perdarahan retroplasesta Absorbsi kurang Diare menahun Sindrom malabsorbsi Kelainan saluran pencernaan Kebutuhan akan zat besi meningkat untuk pertumbuhan, terutama
pada lahir kurang bulan dan pada saat akil baligh. d. Kehilangan darah 1) Perdarahan yang bersifat akut maupun menahun, misalnya pada poliposis rektum, divertkel Meckel 2) Infestasi parasit, misalnya cacing tambang. 2.2.4 Kekurangan Yodium Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah rendahnya masukan zat yodium melalui makanan dan minuman yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.meskipun penanggulangan GAKY di Indonesia sudah dilaksanakan secara luas, berupa penyuntikan minyak beryodium (Lipiodol) dan ionisasi garam namun diperkirakan masil 23,2% penduduk menderita gondok akibat kekuragan yodium.
30
Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik
yang
ditandai
terutama
oleh
gangguan
mental,
gangguan
pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. Penderita gondok biasanya tersebar didaerah pegunungan atau dataran tinggi dan daerah terpencil, dimana kadar yodium dalam tanah dan air rendah. Penyebabnya antara lain genetik, defisiensi iodium, faktor lokasi (kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah), kekurangan energi protein. 2.2.5 Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.Setiap orang memerlukan sejumlah lemak didalam tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Penyebab terjadinya obesitas adalah multifaktoral. Secara umum, obesitas terjadi berkaitan dengan keseimbangan energi di dalam tubuh. Keseimbangan energi ditentukan oleh asupan energi serta kebutuhan energi yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal, aktifitas fisik dan thermic effect of food (TEF) yaitu energi yang diperlukan untuk mengolah zat gizi menjadi energi (Rachmad dan Kunkun, 2009). Keseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan meetabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup (lingkungan) yang akan mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Regulasi fisiologis dan metabolisme dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas (peningkatan lemak tubuh) ± 70% dipengaruhi oleh lingkungan dan ± 30% oleh genetik (Rachmad dan Kunkun, 2009). Adapun yang dimaksud dengan lingkungan adalah makanan, aktivitas fisik dan obat: a. Makanan Obesitas terjadi karena kelebihan asupan energi (intake) dibandingkan dengan yang diperlukan tubuh (energi expenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi tersebut disimpan dalam bentuk lemak. Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan terhadap obesitas adalah kuantitas,
31
porsi perkali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan (contohnya kebiasaan makan malam hari), frekuensi makan dan jenis makanan (Rachmad dan Kunkun, 2009). b. Aktivitas fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi. Berbagai peneiltian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi (inaktivitas) berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas. c. Obat Terdapat beberapa obat-obatan yang terbukti meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas. Contohnya seperti obat Neuroleptik (Thioridazine, olanzepine quetiapine, resperidone clozapine, ziprasodone), Antideprean (Amitriptyline, nortriptyline). 2.2.6 Hal yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi 1. Konsumsi makan yang kurang bergizi 2. Masih tingginya kesakitan terkait gizi seperti diare, ISPA 3. Pola asuh ibu dan anak : -Rendahnya pengetahuan ibu tentang kesehatan iu dan anak -Rendahnya penyusuan ekslusif dan pemberian MP-ASI bergizi -Rendahnya kehadiran di posyandu, dll 4. Sumber daya keluarga : - Rendahnya perekonomian dan pendidikan pada masyarakat tertentu -Alokasi pangan dan kesehata dipengaruhi pendidikan 5. Kurang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan 6. Kesehatan lingkungan : masalah gizi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) akan mengurangi resiko kejadian penyakit infeksi. 7. Ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga : status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi
32
2.3 Upaya Penanggulangan Masalah Gizi Secara umum tujuan dari upaya penanggulangan masalah gizi di Indonesia menurut DepKes RI secara garis besar adalah menurunkan prevalensi KKP pada balita, prevalensi kekurangan vitamin A, prevalensi gangguan akibat kekurangan iodium, prevalensi anemia gizi (terutama pada ibu hamil), dan tujuan tersebut mendukung upaya penurunan angka kematian bayi, balita, dan ibu serta mendorong makin terwujudnya pola keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Upaya penanggulangan keempat masalah gizi utama tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelayanan langsung terhadap kelompok sasaran, dan pelayanan secara tidak langsung di masyarakat. Pelayanan langsung kepada kelompok sasaran dilaksanakan dalam bentuk pelayanan gizi di Puskesmas dan pelayanan gizi di Posyandu dengan sasaran khusus ibu dan anak, dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan dasar dan KB (Keluarga Berencana). Sedang pelayanan tidak langsung di masyarakat dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan gizi masyarakat, fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A atau iodium, dan pemanfaatan tanaman pekarangan. Kegiatan upaya langsung dan tidak langsung untuk penanggulangan KKP, kekurangan vitamin A, dan anemia gizi, dilaksanakan dengan memantapkan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dalam bentuk pelayanan gizi untuk ibu dan anak di Posyandu, dan dalam bentuk lainnya di masyarakat di luar kegiatan Posyandu. Yang dimaksud dengan UPGK adalah
kegiatan masyarakat untuk
melembagakan upaya peningkatan gizi dalam setiap keluarga di Indonesia. Usaha ini bersifat lintas sektoral, yang dilaksanakan departemen terkait, yaitu Kesehatan, Pertanian, BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), Agama, Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK, dll. Kegiatannya antara lain berupa penyuluhan gizi masyarakat, pelayanan gizi melalui Posyandu, dan peningkatan pemanfaatan tanaman. Dalam rangka perbaikan keadaan gizi masyarakat pada umumnya, akan lebih dibina peran serta masyarakat dan perusahaan swasta dalam kegiatan usaha perbaikan gizi institusi, misalnya di rumah sakit, pabrik, perusahaan, lembaga
33
pemasyarakatan, dll. Di samping itu akan digalakkan penyuluhan gizi masyarakat, pemantapan pelajaran ilmu gizi dan upaya perbaikan gizi sekolah, terutama di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah. Di samping kegiatan-kegiatan di atas, dilakukan pula program perbaikan makanan bayi dan anak, termasuk pemberian ASI, pengganti ASI (PASI). Makanan pendamping ASI (MP ASI), dalam rangka meningkatkan status gizi dan kesehatan anak umur 0-5 tahun. Upaya-upaya dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A yang cukup untuk tubuh, dan ditempuh dengan dua cara, yaitu: 1. Penyuluhan untuk meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami terutama sayuran hijau 2. Suplementasi vitamin A yang dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tak langsung. Cara langsung dilakukan dengan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) secara periodik (2 kali setahun) pada anak umur 1-4 tahun di Puskesmas maupun di Posyandu. Cara tidak langsung dilakukan dengan menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dikonsumsi oleh golongan sasaran secara luas. Cara ini disebut fortifikasi. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi (terutama zat besi), dikaitkan dengan kegiatan UPGK, yaitu dalam bentuk pemberian tablet besi bagi wanita hamil dan menyusui, melalui Puskesmas maupun Posyandu. Kegiatan lainnya berupa penggalakan penggunaan bahan pangan alami sumber zat besi, yang dilaksanakan lewat kegiatan penyuluhan gizi. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium antara lain berupa penyuntikan dengan larutan minyak beriodium pada penduduk yang tinggal di daerah endemik (merupakan upaya jangka pendek), dan iodisasi garam konsumsi (garam dapur), untuk dikonsumsi oleh seluruh masyarakat terutama di daerah endemik, merupakan upaya jangka panjang (Beck. 2011). Berikut ini adalah penanggulangan masalah gizi di Indonesia : 2.3.1 Upaya Penanggulangan KEP / Gizi Buruk Dalam mengatasi permasalahan gizi di Indonesia perlu dilakukan intervensi, salah satunya skala prioritas melalui investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial, khususnya ditujukan pada kelompok risiko tinggi,
34
seperti keluarga miskin. Beberapa strategi untuk penanggulangan Gizi Buruk, antara lain : 1. Revitalisasi Posyandu Revitalisasi Posyandu bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita . Pokok kegiatan revitalisasi Posyandu meliputi ; a. Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas, petugas sektor lain dan kader yang berasaldari masyarakat b. Pelatihan ulang petugas dan kader c. Pembinaan dan pendampingan kader d. Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),panduan Posyandu, media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), sarana pencatatan e. Penyediaan biaya operasional f. Penyediaan modal usaha Kader baik melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) maupun Usaha Kecil Menengah (UKM) dan mendorong partisipasi swasta . 2. Revitalisasi Puskesmas Revitalisasi Puskesmas bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja Puskesmas terutama dalam pengelolaan kegiatan gizi di Puskesmas, baik penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Pokok kegiatan revitalisasi Puskesmas meliputi ; a. Pelatihan manajemen program gizi di puskesmas bagi pimpinan dan petugas puskesmas dan jaringannya b. Penyediaan biaya operasional bagi Puskesmas untuk pembinaan Posyandu, pelacakan kasus, kerjasama Pekerja Sosial Masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat tingkat kecamatan, dll c. Pemenuhan sarana antropometri
dan
KIEbagi
Puskesmas
dan
jaringannyaPelatihan tatalaksana gizi buruk bagi petugas Rumah Sakit, Puskesmas perawatan maupunKader Posyandu . 3. Intervensi Gizi Dan Kesehatan Intervensi gizi dan kesehatan bertujuan memberikan pelayanan langsung kepada balita .Ada dua bentuk pelayanan gizi dan kesehatan,yaitu pelayanan perorangan dalam rangka menyembuhkan dan memulihkan anak dari kondisi gizi buruk, dan pelayanan masyarakat yaitu dalam rangka mencegah timbulnya gizi buruk dimasyarakat. Pokok kegiatan intervensi gizi dan kesehatanadalah sebagai berikut ;
35
a. Perawatan/pengobatan gratis di Rumah Sakit dan Puskesmas balita gizi buruk dari keluarga miskin (GAKIN) b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)berupa MP-ASI bagi anak usia 6-23 bulan dan PMT pemulihan pada anak usia 24-59 bulan kepada balita gizi kurang dari keluargamiskin c. Pemberian suplementasi gizi (kapsul vitaminA, tablet/sirup Fe) 4. Promosi Keluarga Sadar Gizi Promosi keluarga sadar gizi bertujuan dipraktekkannya norma keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di Indonesia, untuk mencegah terjadinya masalah kurang gizi, khususnya gizi buruk. Kegiatan promosi keluarga sadar gizi dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial budaya (lokal spesifik). Pokok kegiatan promosi keluarga sadar gizi meliputi; a. Menyusun strategi (pedoman) promosi keluarga sadar gizi b. Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi promosi pada masyarakat, organisasi kemasyarakatan,institusi pendidikan, tempat kerja, dan tempat-tempat umum c. Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media efektif terpilih d. Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui DASAWISMA dengan dukungan petugas/Kader Posyandu.
2.3.2 Upaya Penanggulangan Obesitas a.
Terapi Diet Untuk menanggulangi obesitas dikenal dua macam diet, yaitu (Rachmad
dan Kunkun, 2009): 1. Low calorie diet (LCD) 1200-1600 kkal: 2. Very low calorie diet (VLCD) biasanya diberikan pada pasien obesitas dengan IMT lebih dari 40. Berikut adalah langkah-langkah dalam merencanakan diet (Rachmad dan Kunkun, 2009) : a) Dengan bantuan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dapat dihitung kandungan energi, protein, karbohidrat dan lemak bahan-bahan makanan. b) Dari bahan-bahan makanan tersebut dapat disusun menu untuk makanan tersebut dapat disusun menu untuk makanan pokok dan makanan selingan c) Umumnya makanan untuk sehari dikonsumsi sebagai 3 kali makanan pokok dan 2-3 kali makanan selingan.
36
d) Sebaiknya 80-90% kebutuhan energi bersumber dari 3 kali makan makanan pokok dan sisa kebutuhan energi berasal dari 2-3 kali makanan selingan. Perhitungan yang tepat adalah dengan memastikan bahan makanan apa dari masing-masing golongan yang akan dipakai untuk menyusun diet. Tentukan beratnya (g), analisis kandungan zat gizinya dengan bantuan DKBM. Metoda diet yang tepat pada dasarnya adalah bagaimana melatih individu tersebut dapat mengontrol asupan makanan atau puasa pada jam-jam tertentu. Metoda diet selain mempertimbangkan jumlah juga berbeda dalam komposisi nutrien. b.
Pengaturan aktivitas fisik pada terapi obesitas Berbagai hipotesis menyatakan aktivitas fisik dapat mengontrol berat
badan melalui proses: meningkatkan energi ekspendure, memperbaiki kapasitas aerobik, memperbaiki komposisi tubuh, meningkatkan kapasistas mobilisasi dan osidasi asam lemak, mengontrol asupan makanan dengan cara mengendalikan respon termogenesis, meningkatkan sensiivitas insulin serta memperbailik lipid darah (Rachmad dan Kunkun, 2009). Bertujuan untuk mencegah penurunan metabolisme basal, meningkatkan kebutuhan energi dan mempertahankan massa otot. Untuk memperoleh penurunan berat badan optimal makan dibutuhkan aktivitas fisik dengan frekuensi 5-6 kali/minggu dengan durasi 20-60 menit. Untuk mencapai ketahanan fisik optimal perlu aktivitas yang merus menerus sehingga untuk melakukan aktifitas fisik harus dipilih aktivitas yang sesuai kondisi, diusahakan aktivitas fisik yang disukai dan latihan bervariasi. Anjuran American College of Sprot Medicine (ACSM), dengan frekuensi 3-5 kali/minggu, intensitas 220-usia, durasi 20-60 menit, sifat aerobik, jenis aktivitas yang elibatkan otot besar dengan gerakan yang rutmis seperti jogging, sepeda, skipping dan lain-lain. Selain itu, terdapat pula faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil terapi obesitas yang memuaskan, yaitu motivasi dari pasien, disiplin diri, strategi jangka panjang dan tujuan yang realistis (Rachmad dan Kunkun, 2009).
37
2.3.3 Upaya Penanggulangan Anemia Gizi Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi masih difok uskan pada sasaran ibu hamil, sedangkan kelompok lainnya seperti bayi, anak balita, anak sekolah dan buruh berpenghasilan rendah belum ditangani. Padahal dampak negative yang ditumbuhkan anemia gizi pada anak balita sangatlah serius, karena mereka sedang dalam tumbuh kembang yang cepat, yang anntinya akan berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasannya. Strategi penanggulangan anemia gizi pada balita secara tuntas hanya mungkin kalu intervensi dilakukan terhadap sebab langsung, tidak langsung maupun mendasar. Secara pokok strategi itu adalah sebagai berikut : 1. Terhadap penyebab langsung Penanggulangan anemia gizi perlu diarahkan agar : a. Keluarga dan anggota keluarga yang resiko menderita anemia mendapat makanan yang cukup bergizi dengan biovailabilita yang cukup. b. Pengobatan penyakit infeksi yang memperbesar resiko anemia c. Penyediaan pelayanan yang mudah dijangkau oleh keluarga yang memerlukan, dan tersedianya tablet tambah darah dalam jumlah yang sesuai. 2. Terhadap penyebab tidak langsung Perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan perhatian dan kasih sayang di dalam keluarga terhadap wanita, terutama terhadap ibu yang perhatian itu misalnya dapat tercermin dalam : a. Penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhanny terutama bila hamil. b. Mendahulukan ibu hamil pd waktu makan c. Perhatian agar pekerjaan fisik disesuaikan dengan kondisi wanita/ibu hamil 3. Terhadap penyebab mendasar : Dalam jangka panjang, penanggulangan anemia gizi hanya dapat berlangsung secara tuntas bila penyebab mendasar terjadinya anemia juga ditanggulang, misalnya melalui: a. Usaha untuk meningkatkan tingkat pendidikan, terutama pendidikan wanita. b. Usaha untuk memperbaiki upah, terutama karyawan rendah. c. Usaha untuk meningkatkan status wanita di masyarakat d. Usaha untuk memperbaiki lingkungan fisik dan biologis, sehingga mendukung status kesehatan gizi masyarakat.
38
Strategi Operasional Penanggulangan Anemia Gizi disini diarahkan ke kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam 4 kegiatan yaitu : Strategi operasionl KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) 1. Pelaksnaan KIE Pelaksnaan KIE perlu dilakukan secara lebih menyeluruh, dan bersifat A.
multi media. Pendekatan pelaksanaan KIE adalah sbb : a) Menggunakan multimedia b) Menggunakan tenaga lintas program dan lintas sektor c) Menggunakan berbagai pendekatan seperti individual, kelompok atau massal d) Menumbuhkan partisipasi dan kemandirian e) Ditunjukan untuk berbagai sasaran yang sesuai seperti sasaran primer yaitu orang tua yang memiliki balita, sasaran sekunder yaitu petugas f) Kesehatan, lurah, tokoh masyarakat, lembaga LSM sedangkan tertier yaitu 2. 3. 4. 5.
pemerintah setempat. Integrasi KIE anemia ke dalam KIE makanan Pengembangan jaringan KIE Strategi khusus : Penyelenggaraan Bulanan Anemia Isi pesan KIE anemia diantaranya :
a) Menjelaskan konsep Anemia b) Menjelaskan Anemia dalam konteks pangan dan gizi secara keseluruhan c) Menjelaskan pelayanan kesehatan yang ada dalam kaitan penanggulangan Anemia gizi. d) Meningkatkan kebutuhkan terhadap tablet tambah darah e) Meningkatkan kesadaran keluarga untuk lebih memperhatikan anggota keluarga. f) Menjelaskan kaitan anemia dalam pembangunan secara umum. B. Strategi operasional suplementasi Masyarakat sendiri dapat melakukan suplementasi untuk balitanya. Preparat diberikan lebih baik dalam bentuk multivitamin, yaitu selain mengandung besi dan asam folat, juga mengandung vitamin A, vitamin C, seng (sesuai dengan kemampuan tehnologi). Pemberian dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun. Dosis pemberian adalah sebagai berikut : 1. 30 mg unsur besi dan 0,125 mg asam folat, disertai 2500 IU vitamin A pemberian diberikan selama 2 bulan
39
2. swadana : 30 mg unsur besi dan 0,125 mg asam folat disertai 2500 IU vitamin A pemberian diberikan sekali seminggu. Preparat multivitamin yang tersedia di pasaran juga dapat dipergunakan. C. Strategi fortifikasi Fortifikasi sampai sekarang masih belum banyak berperan dalam penanggulangan anemia gizi di masyarakat. Saat ini baru ada rintisan kegiatan fortifikasi yang dilakukan pada mi instan. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg unsurbesi dan 0,15 mg asam folat ditambah 2500 IU vitamin A untuk setiap bungkusnya. Dosis ini berlaku umum untuk seluruh sasaran, sehingga secara tehnis pelaksanaannya lebih mudah. Strategi yang perlu dilakukan: 1. Mempertahankan produk – produk yang telah difortifikasi 2. Fortifikasi produk yang dikonsumsi oleh masyarakat (low and entry) 3. Memasukkan fortifikasi ke dalam Standard Nasional Indonesia (SNI) 4. Telaah lanjutan tentang wahana (bahan makanan) lain yang bis digunakan. D. Strategi operasional lain 1. Pembasmian infeksi cacing secara berkala Penanggulangan anemia perlu disertai dengan pemberian obat cacing di daerah yang diduga prevalensi cacingny tinggi. Prioritas pemerintah sekarang ini adalah pembasmian cacing untuk anak sekolah, daerah vital produksi, daerah terpencil dan daerah kumuh. Direktorat Bina Gizi Masyarakat perlu berpartisipasi dalam rangka memperluas gerakan pembasmian cacing ini. Direktorat Bina Gizi Masyarakat juga perlu membantu gerakn pembasmian cacing yang dilakukan secara swadana oleh masyarakat ataupun swasta. Dalam rangka pembasmian cacing ini perlu diperhatikan bahwa pembasmian hanya akan langgeng bila disertai dengan kegiatan untuk mengubah perilaku penduduk kearah hidup yang lebih bersih (seperti cuci tangan, menggunakan sandal dan kegiatan untuk mengubah lingkungan (seperti jambanisasi) agar siklus hidup cacing bisa diputus secara permanen. 2. Pemberian obat anti malaria untuk daerah endemis. Pemberian obat anti malaria di daerah endemis malaria perlu diberikan sekaligus pada waktu pemberian tablet tambah darah. Direktorat Jenderal P2MPLP sekarang sudah memberikan anti malaria sekaligus tablet tambah darah, nmun bru daerh prioritas, seperti transmigrasi, daerah potensi wabah daerah pembangunan dan daerah perbatasan. 3. Mencari Prevalensi Regional Anemia.
40
Perlu ada penelitian tentang prevalensi anemia dan penyebabny pad tingkat Provinsi dan kabupaten. Penelitian ini dapat dilkukan dengan metode survei cepat. Sekarang ini lelah dilaksanakan survei untuk 145 kabupaten.
2.3.4 Upaya Penanggulangan kurang Vitamin A Pencegahan kekurangan Vitamin A dapat dilakukan dengan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan dan dilanjutkan pemberian ASI hingga berumur 2 tahun dan MPASI yang cukup berkualitas, konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu makanan sehari-hari, cegah kecacingan dengan berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai kebutuhan sasaran. Pemberian kapsul vitamin A diberikandan secara periodik, anak balita 6-59 bulan diberikan 1 kapsul secara serentak pada bulan Februari dan bulan Agustus dengan dosis pemberian umur 6-11 bulan (100.000 SI) diberikan satu kapsul vitamin A dengan warna biru dan umur 12-59 bulan (200.000 SI) diberikan satu kapsul vitamin A dengan warna merah. Cara memberikan kapsul vitamin A pada balita gunting ujung kapsul, keluarkan isi kapsul dengan memencet kapsul sampai semua isinya masuk ke mulut anak. Vitamin A dapat diperoleh di Posyandu, Bidan Desa / Polindes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Praktek swasta (dokter / bidan) dan vitamin A tersebut diperoleh dengan secara gratis.
2.3.5 Upaya Penanggulangan Kekurangan Iodium Tujuan utama program penanggulangan GAKY : 1. Menurunkan angka gondok total/TGR. 2. Mencegah munculnya kasus kretin pd bayi baru lahir di daerah endemik sedang dan berat. Dengan cara : a. b. c. d.
Peningkatan konsumsi garam beryodium. Distribusi kapsul yodium pada kelompok sasaran yg berisiko. Peningkatan pengadaan garam beryodium Pemantauan status yodium di masyarakat.
41
e. Pemantapan
koordinasi
lintas
sektor
dan
penguatan
kelembagaan
penanggulangan GAKY. Program
Penanggulangan
Gangguan
akibat
kekurangan
yodium
(GAKY) berdasarkan waktu 1. Jangka pendek: Program distribusi kapsul yodium (200 mg/kapsul) bagi masyarakat di daerah endemik sedang dan berat. (dulu diberikan dlm bentuk suntikan). 2. Jangka Panjang: a. Yodisasi garam utk seluruh masyarakat (Universal Salt Iodization). b. Peningkatan konsumsi aneka ragam bahan pangan yg bersumber dari laut. c. Penurunan konsumsi pangan goitrogenik. d. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE).
2.3.6 Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan: a. Menimbang berat badan secara teratur. b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif). c. Makan beraneka ragam. d. Menggunakan garam beryodium. e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran. Promosi KADARZI adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar dapat mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang mendukung upaya KADARZI. 1. Tujuan pembinaan KADARZI Tujuannya adalaah agar setiap keluarga dapat :
42
a. Menimbangkan balita ke posyandu secara berkala b. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi c. Mampu mnerapkan susunan hidangan keluarga yang baik dan benar, sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang d. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan, manakal terjadi kelainan gizi di dalam keluarga e. Menghasilkan makanan melalui pekarangan 2. Sasaran Semua keluarga di wilayah kerja Puskesmas. Namun perhatian utama pembinaan ditujukan pada keluarga yang mempunyai kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera 1. 3. Strategi Promosi KADARZI Strategi dasar KADARZI adalah pemberdayaan keluarga dan masyarakat, Bina Suasana dan Advokasi yang didukung oleh Kemitraan. Berikut adalah penjelasan masing-masing strategi, yaitu: a. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Proses pemberian informasi KADARZI secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran di berbagai tatanan, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar gizi, dari tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku sadar gizi. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat. Kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat dalam promosi KADARZI adalah sebagai berikut: a. Fasilitasi pelaksanaan kegiatan promosi di komunitas b. Fasilitasi kegiatan komunikasi kelompok-kelompok komunitas c. Fasilitasi puskesmas untuk peningkatan kapasitas kader dalam pendampingan kepada keluarga untuk menerapkan perilaku KADARZI b.
Bina Suasana Upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong
individu, keluarga dan kelompok masyarakat untuk mau melakukan perilaku
43
KADARZI. Seseorang akan terdorong untuk melakukan perilaku sadar gizi apabila lingkungan sosial dimana dia berada (keluarga di rumah, orangorang menjadi panutan, idolanya, majelis agama, dan lain-lain) memiliki opini yang positif terhadap perilaku sadar gizi. Bina suasana perlu dilakukan karena akan mendukung proses pemberdayaaan masyarakat khususnya dalam upaya mengajak para individu dan keluarga dalam penerapan perilaku sadar gizi. c.
Advokasi Upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung peningkatan penerapan KADARZI. Kebijakan publik di sini dapat mencakup peraturan perundangan di tingkat nasional maupun kebijakan di daerah seperti Peraturan Daerah (PERDA), Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa dan lain sebagainya. d. Kemitraan Gerakan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan dukungan kemitraan. Kemitraan KADARZI adalah suatu kerja sama yang formal antara individuindividu,kelompok-kelompok
atau
organisasi-organisasi
untuk
mencapai peningkatan KADARZI. Kemitraan KADARZI berlandaskan pada 3 prinsip dasar yaitu: Kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan antarmitra. Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Identifikasi mitra potensial Organisasi/lembaga non-pemerintah: pers, organisasi kemasyarakatan (ormas), organisasi berbasis komunitas, LSM, asosiasi profesi, organisasi akademik/universitas/sekolah, korporasi/perusahaan. b) Pertemuan koordinasi awal Untuk menyamakan persepsi dan menyepakati komitmen bekerja sama dalam suatu kelompok kerja (working group).
44
c) Lokakarya yang menghasilkan forum kemitraan dan rencana kegiatan kerjasama d) Fasilitasi pelibatan mitra potensial, berupa dukungan finansial, tenaga, keahlian dan dukungan media promosi KADARZI. e) Pelaksanaan program aksi dari berbagai mitra potensial. f) Pemantauan dan penilaian kegiatan kemitraan.
2.4 Peran Perawat Komunitas dalam KADARZI Upaya Peningkatan Status Gizi di Masyarakat Banyak sekali peran perawat yang dapat diterapkan dalam menghadapi masalah kesehatan komunitas. Mengenai masalah gizi buruk, peranan perawat komunitas dapat diwujudkan melalui penerapan program keluarga binaan. Meskipun banyak sekali peranan yang dapat dilakukan, ada 4 peranan utama yang dapat difokuskan pada program keluarga binaan, yaitu : a.
Sebagai pemberi layanan keperawatan Peranan utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah sebagai
pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan / keperawatan apakah itu di rumah, di sekolah, puskesmas, panti, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhannya. (Effendy, 1998). Pada program keluarga binaan, perawat dapat dengan intensif mendatangi rumah keluarga risiko tinggi gizi buruk pada anak, dengan sebelumnya telah dilakukan penjaringan terhadap keluarga yang benar-benar resiko tinggi mengalami gizi buruk dan selanjutnya dilakukan pendampingan secara intensif terutama bagi keluarga resiko tinggi. Perawat juga dapat mengatasi masalah kesehatan seperti : hipoglikemi, dehidrasi, koreksi gangguan keseimbangan elektrolit, pemberian makan, pengamatan tumbuh kembang. b. Sebagai Case Manager Sebagai penemu kasus sekaligus pengelolanya, perawat dapat melakukan survei epidemiologi maupun penelitian mengenai kejadian yang berkaitan dengan gizi buruk yang ada dimasyarakat. Dari sini diharapkan perawat dapat
45
menemukan solusi-solusi konkrit untuk dapat diterapkan dalam mengatasi masalah yang ada termasuk masalh gizi buruk. Monitoring dapat dilakukan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada keluarga. Dengan keluarga binaan dapat lebih mudah untuk menemukan permasalahan karena perawat menjadi lebih dekat dengan sumber kasus, dengan interaksi bersam masyarakat akan lebih mudah mendapatkan solusi dengan melibatkan peran serta masyarakat sekaligus berupaya memandirikan masyarakat. c.
Sebagai pendidik Perawat sebagi health educator berperan memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas maupun masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. (Effendy, 1998) Promosi Kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta pengembangan lingkungan sehat. Promosi Kesehatan “menggarap” aspek perilaku, yaitu untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dalam Promosi Kesehatan, individu dan masyarakat bukan menjadi objek (sasaran) melainkan sebagai subjek (pelaku). d. Sebagai advokat Walaupun istilah advokasi mempunyai banyak definisi, dua definisi di bawah ini mengandung konsep-konsep utama advokasi hak asasi manusia (hak masyarakat) yang esensial. Pengertian pertama, advokasi sebagai segala aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran publik di antara para pengambil-keputusan dan khalayak umum atas sebuah masalah atau kelompok masalah, dalam rangka menghasilkan berbagai perubahan kebijakan dan perbaikan situasi (Black, 2002). Pengertian kedua, advokasi keadilan sosial, yaitu upaya pencapaian hasil-hasil yang berpengaruh – meliputi kebijakanpublik dan keputusan-keputusan alokasi sumber daya dalam sistem dan institusi politik, ekonomi, dan sosial – yang mempengaruhi kehidupan banyak orang secara langsung (Cohen et al., 2001). 46
Dalam proses advokasi, profesional kesehatan melibatkan klien dalam menetapkan hubungan jiwa dan raga yang dapat menyelaraskan subyektifitas ekstrem
dengan
obyektifitas.
Advokasi
bertujuan
meningkatkan
dan
mengekspresikan otonomi klien melalui penciptaan wacana kesehatan relasional klien-profesional. (Effendy, 1998) Pendekatan advokasi memberikan keleluasaan kepada praktisi untuk terikat dengan suatu komunitas sebagai mitra tertentu, bukan sebagai kelompok abstrak dan bertindak atas dasar kepercayaan bahwa seseorang benar-benar ahli dalam bidang keperawatan komunitas itu sendiri. (Effendy, 1998) Yang dapat dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan keluarga binaan adalah dengan upaya pendampingan klien. Memutuskan bersama keluarga tentang hal apa yang akan diambil sebagai langkah. Perawat juga dapat mengawal klien untuk mendapatkan hak-haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan paripurna. Untuk fokus dan prioritas sasaran pada keluarga binaan adalah disesuaikan dengan fokus sasaran Perkesmas yang meliputi : a) Fokus : keluarga rawan kesehatan b) Prioritas : keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (gakin) dan keluarga resiko tinggi (anggota keluarga bumil, balita, lansia, menderita penyakit). (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Ditjen Bina YanMed Depkes RI, 2003).
47
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. Sedangkan status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Kasus-kasus gizi yang sering dijumpai d Indonesia diantaranya adalah kekutrangan energi protein, obesitas, kekurangan zat besi (anemia gizi), kekurangan vitamin A, kekurangan iodium, dll. Sehingga, penilaian status gizi itu perlu dilakukan mulai sejak dini supaya masalah kekurangan gizi bisa berkurang. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan antropometri, biokimia, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan biofisik. Peran perawat komunitas dalam menanggulangi permasalahan gizi di Indonesia antara lain yaitu dengan memberikan education cara kebiasaan makan pada anak (sebelum makan mencuci tangan agar tidak ada bakteri yang masuk ke makanan tersebut), mengajarkan cara hidup sehat, memberikan asuhan keperawatan kepada anak yang mempunyai risiko gizi buruk untuk mencegah peningkatan gizi buruk pada anak dan juga melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi).
48
DAFTAR PUSTAKA Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet : Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentika Medica (YEM). Hlm.1 Dr. Arisman, MB. 2010. Gizi Dalam Daur Ulang Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed. 2. Jakarta. EGC Efendy, Ferry & Makhfudli. (2009). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Jaji,S.Kep,Ns,M.Kep. 2012. Tesis : Peran Keperawatan Komunitas Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Menuju Mdgs 2015 Universitas Sriwijaya (http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201232.pdf) diakses pada 27 April 2016 Merryana & Bambang. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Laporan Nasional Riskesdas Mubarak Igbal Wahit,Skm dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung seto RI, K. K. (2015, Februari 09). www.depkes.go.id. Diambil kembali dari Status Gizi Pengaruhi Kualitas Bangsa: http://www.depkes.go.id/article/view/15021300004/status-gizi-pengaruhikualitas-bangsa.html Suparmanto, Sri Astuti. 2007. PEDOMAN STRATEGI KIE KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DEPARTEMEN KESEHATAN. (http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/strategi-KIE-Kadarzi.pdf ) diakses pada 7 Mei 2016 Wijono, Djoko. 2009. Manajemen Perbaikan Gizi Masyarakat- Kebijakan dan Strategi- Pendekatan Kesehatan Komunitas. Surabaya : CV. Duta Prima Airlangga
55