LKPP UH
BUKU AJAR
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI (Kode MK/SKS : 265H2203/3 sks)
Oleh : Makhrani, S.Si, M.Si
Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin 2012
HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 Judul Buku/Mata Kuliah Nama Lengkap Penanggung Jawab Penulisan NIP/NIDN Pangkat/Golongan Program Studi Fakultas Email Anggota Tim Penulis
Biaya
: : : : : : : : :
Geologi Minyak dan Gas Bumi Makhrani, S.Si, M.Si Makhrani, S.Si, M.Si 19720227 199802 2 002 / 0027027201 Penata / IIIc Geofisika MIPA
[email protected] -
: Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin tahun 2012 sesuai SK Rektor Unhas No
Makassar, 25 November 2012 Dekan Fakultas Mipa
Penanggungjawab Penulisan
Prof. Dr. H. Abd Wahid Wahab, M.Sc NIP . 19490827 197602 1 001
Makhrani, S.Si, M.Si NIP 19720227 199802 2 002
Mengetahui, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. NIP 19630501 198803 1 004
KATA PENGANTAR Atas rakhmat Allah Yang Maha Pengasih serta terdorong oleh hasrat hati untuk menyumbangkan sesuatu
yang Insyaallah bisa berguna dalam
memperlancar proses pembelajaran khususnya pada program studi geofisika Jurusan Fisika FMipa Unhas, dengan ini kami persembahkan satu buku ajar untuk mata kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi yang disusun secara sederhana agar mudah dipahami oleh mahasiswa terutama untuk para peminat mata kuliah ini. Maksud dan tujuan buku ajar ini yaitu sebagai bahan pembelajaran dan pedoman untuk lebih memahami bagaimana kaitan antara kondisi geologis dengan keberadaan minyak dan gas bumi, dimana faktor ini biasanya melibatkan metode-metode geofisika seperti seismic, geoloistrik dll. Struktur materi dalam buku ajar ini diawali dengan penjelasan tentang istilah-istilah dasar yang ada dalam Geologi Minyak dan Gas Bumi serta keterkaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain. Pada Bagian selanjutanya disajikan pembahasan tentang hakikat minyak dan gas bumi sebagai bahan hidrokarbon sampai pada bagian akhir yang berbicara tentang tahapan-tahapan eksplorasi migas bahkan juga daerah-daerah yang potensil mengandung minyak dan gas bumi. Jadi secara terpadu materi yang disajikan diharapkan mampu memberi nilai tambah dalam proses pembelajaran, selain itu pula karena mata kuliah ini sangat membantu dalam memberikan pemahaman sebagai modal dalam memasuki dunia kerja khususnya dibidang industri minyak yang memang sangat terkait sekali dengan program studi geofisika. Kami menyadari bahwa buku ajar ini masih harus diperbaharui lebih lanjut, untuk itu segala masukan dan kritikan yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Ucapan terimah kasih juga tak lupa kami haturkan kepada LKPP yang telah memberikan kepercayaan dan bantuan dana untuk penyusunan buku ajar ini. Akhir kata mudah-mudahan bermanfaat. Wassalam Makassar Oktober 2012 Penyusun Ii
DAFTAR ISI Hal Halaman Pengesahan
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Senarai Kata Penting
iv
Bab I
Pendahuluan
1
A. Profil Lulusan Program Studi
1
B. Kompetensi Lulusan
1
C. Analisis Kebutuhan Pembelajaran
3 5
Arti Penting Minyak dan Gas Bumi
8
Bab II
D. Garis Besar Program Pengajaran (GBRP)
Bab III Hakikat Minyak dan Gas Bumi
22
Bab IV Cara Terdapatnya Minyak dan Gas Bumi
35
Bab V Batuan Reservoir
43
Bab VI Perangkap Reservoir
54
Bab VII Asal Minyak dan Gas Bumi
63
Bab VIII Batuan Induk, Pematangan, Migrasi Serta Akumulasi Minyak dan Gas Bumi
81
Bab IX Eksplorasi MInyak dan Gas Bumi
92
Bab X Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
101
Evaluasi
118
Penutup
119
Daftar Pustaka
122
Pernyataan Keaslian Baku Ajar
123
Iii
SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM) Antiklin : Suatu lipatan ke atas yang berbentuk busur (arc) Akumulasi minyak : cara terdapatnya minyak yang dalam jumlah besar atau dari segi ekonomi terkumpul secara menguntungkan. Back arc basin : Cekungan yang berbentuk busur yang terjadi akibat penipisan kerak dibelakang busur magmatic. Basalt : Batuan beku berbutir halus dengan komposisi gabro. Bidang perlapisan
:
Bidang yang memisahkan lapisan-lapisan batuan
sedimen. Eksplorasi : tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Eksplorasi minyak dan gas bumi : Semua kegiatan dari permulaan sampai akhir dalam usaha dan penambahan cadangan minyak bumi yang baru. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya. Fasies : Kelompok sifat yang dapat dibedakan dalam satuan batuan. Fossil : Sisa kehidupan masa lampau yang terawetkan. Formasi : Satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi. Formasi harus memiliki keseragaman atau gejala-gejala litologi yang nyata baik terdiri dari satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih ; beberapa jenis batuan yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari satuan formasi lainnya. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi.
Kerogen : Bahan organik, tidak larut, dijumpai pada batuan sedimen terutama shale. Lapangan minyak : Daerah yang dibawahnya mempunyai akumulasi minyak dalam beberapa telaga minyak dan terdapat dalam suatu gejala geologi yang sama. Lipatan : Pelengkungan atau flexure pada batuan. Migrasi : Pergerakan minyak atau gas dari batuan induk ke batuan reservoir. Migrasi Primer :
Keluarnya minyak dan gas bumi dari batuan induk dan
masuk ke batuan lapisan penyalur (carrier bed) Migrasi Sekunder : Pergerakan minyak dan gas bumi dari lapisan penyalur ke tempat akumulasi (tempat tetes-tetes atau gumpalan-gumpalan minyak terkumpul atau terperangkap). Minyak
dan gas bumi ialah bahan-bahan galian minyak bumi, aspal, lilin
bumi, semua jenis bitumen baik yang padat maupun yang cair dan semua gas bumi serta semua hasil-hasil pemurnian dan pengolahan bahan-bahan galian antrasit dan segala macam batu bara, baik yang tua maupun yang muda. Oil shale : Shale yang kaya akan hidrokarbon. Oil shows : Terdapatnya dalam jumlah kecil atau sebagai tanda-tanda minyak. Perangkap minyak : Bentuk lapisan penyekat yang sedemikian rupa sehingga minyak tidak dapat lari kemana-mana lagi. Perangkap Struktur : Perangkap minyak yang dibentuk karena gaya tektonik atau struktur misalnya pelipatan dan pematahan. Perangkap Stratigrafi : Perangkap minyak yang terjadi karena berbagai variasi lateral dalam litologi suatu lapisan reservoir atau penghentian dalam kelanjutan penyaluran minyak dalam bumi. Permeabilitas : sifat dari batuan reservoir yang mampu meloloskan fluida atau cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut. Pertambangan : sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang Porositas : Perbandingan (dalam persen) antara pori-pori dalam batuan dengan volume batuan. Propinsi atau daerah minyak : daerah dimana sejumlah telaga dan lapangan minyak berkelompok dalam lingkungan geologi yang sama. Rembesan (seep) : Bentuk keberadaan minyak bumi dipermukaan yang tidak mempunyai nilai komersil tetapi bisa menunjukkan daerah kemungkinan adanya minyak di bawah permukaan. Reservoir : Wadah dimana minyak terkumpul. Sesar : Permukaan dimana tubuh batuan patah dan bergeser. Shale : Batuan sedimen klastik berbutir halus akibat konsolidasi lempung dan lumpur. Tar : Minyak bumi sangat kental, tidak dapat mengalir. Tekanan reservoir : Tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi rongga reservoir, baik gas, minyak maupun air. Tektonik : Studi mengenai pergerakan dan deformasi litosfer. Telaga minyak : Bahagian dari suatu reservoir yang seluruhnya terisi oleh minyak. Usaha Pertambangan : kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi,
penambangan,
pengolahan
pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang
dan
pemurnian,
BAB I PENDAHULUAN A. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI Kelulusan mahasiswa dari Program Studi Geofisika dikendalikan dari mutu lulusan yang menyangkut sikap wawasan dan kemampuan. Tingkat kompleksitas dan spesifikasi pengetahuan dasar dari lulusan Program Studi Geofisika memerlukan kematangan intelektual yang perlu pengembangan yang meliputi bidang-bidang: a. Kognitif menyangkut kematangan wawasan b. Psikomotorik menyangkut ketarmpilan c. Afektif menyangkut kematangan sikap/perilaku d. Kemandirian
menyangkut
kemampuan
tindakan
pengelolaan
yang
dimanifestasikan dalam mutu peneitian. Berdasarkan pengembangan bidang-bidang tersebut di atas, maka profil lulusan Program Studi Geofisika dan komponennya disusun sebagai berikut: 1. Kepribadian
: Memiliki integritas dan etika ilmiah yang tinggi dalam berkehidupan bermasyarakat serta movitasi yang tinggi untuk bekerja sepanjang hayat.
2. Profesionalisme :Memiliki kemampuan dan ketrampilan pengembangan metode
ilmiah
berdasarkan
pemahaman
knowledge
foundation dalam bidang lingkungan, sumberdaya alam dan informasi. 3. Kecendekiaan : Memiliki
dasar
keilmuan
geofisika
yang
kuat
dan
keterampilan yang tinggi untuk menyelesaikan masalah IPTEKS, sosial budaya masyarakat. 4. Adapatsi
: Memiliki kemampuan keilmuan dan keterampilan untuk beradaptasi dan bekerja sama dalam kegitan lintas displin.
B. KOMPETENSI LULUSAN Pernyataan
kompetensi
PS
Geofisika
Fakultas
MIPA
Universitas
Hasanuddin berdasarkan Kepmendiknas No. 045/U/2002 adalah sebagai berikut: 1
a. Kompetensi Utama (U) 1. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama, etika dan tanggung
jawab profesional sebagai sarjana geofisika. 2. Memiliki pengetahuan dasar geofisika secara komprehensif sehingga
mereka dapat berprofesi sebagai ahli geofisika melalui penguasaan secara operasional sains dasar (matematika, fisika, kimia, biologi, geologi), disamping ilmu geofisika secara umum. 3. Memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan permodelan
matematis/fisis berbagai proses geofisika. 4. Memiliki pengetahuan keahlian dalam merancang dan melaksanakan
survei geofisika praktis secara lengkap (pengumpulan data, pemrosesan data, dan interpretasi) dan menuangkan hasilnya dalam bentuk laporan penelitian. 5. Memiliki penguasaan secara operasional semua metode geofisika (a.l.
seismik, gravitasi, magnetik, elektrik, elektromagnetik, termik, radioaktivitas), metode survey hidro-oseanografi dan prediksi cuaca yang akurat.
b. Kompetensi Pendukung (P) 1. Mampu berkomunikasi secara efektif dalam bidang geofisika khususnya dan masyarakat luas dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 2. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu geofisika dalam melakukan mitigasi dan adaptasi bencana alam. 3. Mandiri untuk belajar lebih lanjut (mengembangkan diri) dan berfikir secara logis dan analitis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi secara profesional.
c. Kompetensi Lainnya 1. Memiliki pemahaman, kesadaran dan kearifan tentang berbagai aspek
sosial, ekonomi dan budaya akibat dampak laju perkembangan IPTEKS yang pesat. 2. Memiliki integritas, adaptif, mampu bekerjasama (team work) dan memiliki
etika ilmiah yang tinggi baik dalam lingkungan kerja maupun dalam berkehidupan di masyarakat. 2
3. Memiliki kesadaran, kepedulian dan komitmen terhadap perlindungan dan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Hubungan antara profil lulusan dan kompetensi lulusan Program Studi Geofisika ditunjukkan pada Tabel-1. Tabel-1 Matriks hubungan antara Profil dan Kompetensi Lulusan Kompetensi yang seharusnya dimiliki Profil Lulusan
Kepribadian
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Utama
Pendukung
Lainnya
U1
P1
L1, L2
Profesionalisme
U4, U5
P2
L3
Kecendekiaan
U2, U3
P1
L3
U1
P5
L2
Adapatsi
C. ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, pimpinan fakultas mensyaratkan kehadiran mahasiswa 80 persen untuk dapat mengikuti ujian akhir seperti yang tertuang di dalam Peraturan Akademik Universitas Hasanuddin. Aturan yang sama juga berlaku bagi penyajian materi matakuliah, dimana hanya matakuliah yang telah memproses kegiatan belajarnya di kelas minimal 80 persen yang dapat diujikan di akhir semester. Dosen yang tidak melaksanakan tugas perkuliahan dengan baik, diingatkan pada setiap rapat rutin di tingkat jurusan. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan kualitas lulusan, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui: (1) kesesuaian materi perkuliahan dengan GBRP; (2) penguasaan materi oleh dosen; (3) sistematika penyajian; (4) penguasaan alat bantu (media elektronik, hand-out); (5) kemampuan memberikan umpan-balik terhadap tanggapan (pertanyaan dan komentar) 3
mahasiswa;
dan
(6)
kemampuan
dosen
mengkomunikasikan
materi
perkuliahan. Selain itu kurikulum merupakan bagian yang sangat penting untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Revisi kurukulum dilakukan setiap selang waktu tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna lulusan (industri, institusi swasta dan pemerintah). Struktur kurikulum yang dijalankan oleh Program Studi Geofisika berdasarkan kelompok matakuliah sesuai dengan Kepmendiknas No. 232/U/2000. KBK ini terbagi ke dalam lima kelompok matakuliah, yaitu: 1. MPK (Matakuliah Pengembangan Kepribadian), yang berbobot: 12 sks (7,3 %) 2. MKK (Matakuliah Keilmuan dan Ketrampilan), yang berbobot: 72 sks (43,4 %) 3. MKB (Matakuliah Keahlian Berkarya), yang berbobot: 56 sks (33,7 %) 4. MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya), yang berbobot: 11 sks (6,6 %) 5. MBB (Matakuliah Berkehidupan Bersama), yang berbobot: 15 SKS (9,0 %)
D. GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP) Garis Besar Rencana Pembelajaran untuk mata kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi disajikan pada halaman berikut :
4
GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH : GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI KODE MATAKULIAH : 265H2203 DOSEN PENGAMPU : MAKHRANI,S.Si, M.Si ; SABRIANTO ASWAD, S.Si, M.Si
Matakuliah Prasyarat : Geologi Dasar Kompetensi Utama
:
Kemampuan memiliki pemahaman dan penguasaan tentang dasar-dasar dalam Geologi Minyak dan Gas Bumi yang Meliputi Pengertian, Asal Mula, Keberadaan Migas, Kegiatan Eksplorasi Serta Perkembangan Industri Minyak dan Gas Bumi.
Kompetensi Pendukung
:
Dapat Melakukan Interpretasi Terhadap Rekaman Seismik Pantul dan Mamahami Tentang Keberadaan Minyak dan Gas Bumi
Kompetensi Lainnya
:
Kemampuan menjadi pribadi yang mempunyai visi untuk tetap melestarikan sumber daya alam Memiliki pemahaman dan penguasaan tentang optimalisasi eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam Kemampuan berinteraksi secara berkelompok
Minggu ke
Sasaran Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
1
Membentuk kelompok belajar
Kontrak Perkuliahan
Ceramah
2
Menjelaskan pengertian minyak dan gasbumi serta sejarah dan perkembangan industri minyakbumi di
Pendahuluan
Ceramah + tugas mandiri
Kriteria Penilaian
Bobot Nilai (%)
Ketepatan penerapan konsep dan kejelasan uraian
5%
Indonesia 3
4
5-6
7-8
8-9
10-11
Menjelaskan Hakikat minyak dan gas bumi dalam bentuk hidrokarbon padat, cair dan gas Menjelaskan cara terdapatnya minyak dan gas bumi pada permukaan, dalam kerak bumi dan penyebarannya Menjelaskan pengertian permeabilitas, hakekat rongga pori, batuan reservoir, dan jenis-jenis batuan reservoir Memahami perangkap migas dalam keadaan hidrostatik, perangkap struktur, perangkap stratigrafi, ketidakselarasan, perangkap sekunder dan perangkap desitter Memahami teori asal anorganik, teori organik, akumulasi mibas, pengawetan dan transformasi zat organik dalam sedimen Memahami konsep batuan induk, penentuan batuan
Hakikat minyak dan gas bumi dalam bentuk hidrokarbon padat, cair dan gas Cara terdapatnya Minyak dan gas bumi
Ceramah interaktif + Tugas Mandiri
Ketepatan penerapan konsep pada jawaban
10 %
Ceramah Interakif + Collaborative Learning + tugas kelompok
Ketepatan penerapan konsep dan kejelasan uraian
10 %
Batuan Reservoir
Collaborative Learning + Tugas kelompok
Ketepatan penerapan konsep dan kejelasan uraian
10 %
Perangkap Reservoir
Small Group Disscussion dan presentasi
Ketepatan penerapan konsep dan kejelasan uraian
10 %
Asal Minyak dan Gas Bumi
Small Group Disscussion dan presentasi
Ketepatan penerapan konsep dan kejelasan uraian
10 %
Ketepatan penerapan konsep dan kejelasan uraian serta
10 %
Batuan induk, Pematangan, Migrasi serta
Small Group Disscussion dan presentasi
induk, pematangan migas, migrasi dan proses akumulasinya
Akumulasi Migas
12-13
Mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan eksplorasi migas serta tahapan-tahapan eksplorasi
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi
Collaborative Learning
Kejelasan uraian serta kerjasama tim
10 %
14-15
Mengetahui daerah-daerah yang potensil mengandung migas di Indonesia serta memahami beberapa cekungan minyak yang ada di Indonesia Mengingat kembali pemahaman konsep dari keseluruhan isi materi yang telah diperoleh
Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
Study Case
Ketepatan penerapan konsep dan contoh serta kejelasan uraian
5%
Evaluasi
Final Test
Ketepatan penerapan konsep pada jawaban
15 %
16
kerjasama tim
Referensi : 1. Koesoemadinata.R.P.1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi ; Jilid 1, Penerbit ITB Bandung. 2. Koesoemadinata.R.P.1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi ; Jilid 2, Penerbit ITB Bandung. 3. Ginanjar. 1984. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Diktat. Workshop Geofisika. Unpad. Bandung 4. Skinner.b.j.1980. Earth’s Energy and Mineral Resources. William Kaufumann inc Los Altos
BAB II ARTI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI MIGAS II.1 PENDAHULUAN Pada materi ini ada beberapa sasaran belajar yang akan dicapai yaitu terdiri dari sasaran umum dan sasaran khusus. Adapun sasaran umumnya yaitu ; mahasiswa diharapkan mempunyai pemahaman yang luas tentang arti pentingnya minyak dan gas bumi serta mengetahui sejarah perkembangan industry migas. Sasaran khususnya yaitu : Mahasiswa mengetahui beberapa pengertian dasar yang akan sering dijumpai pada materi ini Mahasiswa memahami beberapa keunggulan migas sebagai sumber energy Mahasiswa mengetahui ruang lingkup Geologi Minyak dan Gas Bumi Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang sejarah migas khususnya yang menyangkut sejarah metoda eksplorasi di Indonesia Dalam proses pembelajaran tentang materi ini ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu : Mahasiswa diharapkan membaca materinya sebelum masuk ke ruang kuliah untuk memperlancar proses diskusi yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Mahasiswa diharapkan telah memiliki referensi pendukung lainnya yang nantinya akan memperkaya informasi tentang materi ini.
II.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN II.2.1 ARTI MINYAK DAN GAS BUMI Minyak dan gas bumi merupakan istilah Indonesia yang pemakaiannya telah mendarah daging pada kita. Sebelumnya, kita lebih banyak menggunakan istilah minyak tanah yang berarti minyak yang berasal dari dalam tanah untuk mendefenisikan arti minyak bumi/minyak mentah. Selain itu, istilah gas bumi yang dalam bahasa Inggris disebut Earth Gas juga tidak banyak digunakan. 8
Istilah yang lazim digunakan pada masyarakat kita untuk mendefenisikan gas bumi adalah Liquid Petroleum Gas (LPG). Dengan diketahuinya bahwa minyak bumi terdapat bersama-sama dengan gas bumi, maka istilah yang lazim yang digunakan sekarang adalah minyak dan gas bumi. Menurut Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi, yang dimaksud dengan minyak dan gas bumi ialah bahan-bahan galian minyak bumi, aspal, lilin bumi, semua jenis bitumen baik yang padat maupun yang cair dan semua gas bumi serta semua hasil-hasil pemurnian dan pengolahan bahan-bahan galian antrasit dan segala macam batu bara, baik yang tua maupun yang muda.
A. Kepentingan Minyak dan Gas Bumi dalam Peradaban Sebelum akhir tahun 1973 pentingnya minyak dan gas bumi sebagai bahan galian tidaklah terlalu terasa. Penurunan produksi minyak bumi telah mengakibatkan timbulnya krisis di seluruh dunia dan memberikan pengaruh politik ataupun ekonomi. Dari sini dapat dilihat,bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber kekayaan yang sangat penting,yang berpengaruh ataupun yang merupakan salah satu faktor peradaban manusia. Minyak bumi mempunyai peranan khusus karena bukan semata-mata bersifat bahan galian,tetapi juga berupa bahan bakar. Jadi merupakan sumber energi yang penting. Adapun sumber energi yang lazim kita kenal pada saat ini selain minyak dan gas bumi antara lain : 1. Arang dan Kayu 2. Batubara 3. Sumber Hidro-Listrik 4. Energi Nuklir 5. Energi Matahari 6. Energi Panas Bumi (Geothermal)
B. Keunggulan Minyak dan Gas Bumi Sebagai Sumber Energi Minyak dan gas bumi,terutama minyak bumi,mempunyai keunggulan daripada sumber energi lainnya yang telah diutarakan di atas. Keunggulan 9
tersebut disebabkan karena berbagai sifat
fisika tertentu dari minyak dan
gasbumi,yaitu antara lain: 1. Sifat cair minyak bumi. 2. Minyak dan gas bumi memiliki nilai kalor yang tinggi. 3. Minyak dan gas bumi menghasilkan berbagai macam bahan bakar. 4. Minyak dan gas bumi menghasilkan berbagai macam pelumas. 5. Minyak dan gas bumi dapat bersifat sebagai bahan baku, yaitu bahan petrokimia.
Tabel II.1 Nilai Kalori Beberapa Jenis Bahan Bakar Bahan Bakar
Kal/gram
Kayu
3.990-4.420
Arang Kayu
7.260
Batubara Muda/Lignit
3.328-3.339
Batubara Subbitumina
5.289-5.862
Batubara Bitumina
5.650-8.200
Lemak Hewan
9.500
Minyak Nabati
9.300-9.500
Alkohol/Etil
6.456
Aspal
5.295
Minyak Mentah
10.419-10.839
Minyak Bunker
10.283-10.764
Solar
10.667
Minyak Tanah
11.006
Bensin
11.528
Sumber : RP Koesoemadinata, 1980
C.
Beberapa Pokok Kebijaksanaan dalam Penggunaan Minyak Bumi Sebagai Sumber Energi Dalam pemanfaatan minyak dan gas bumi kita perlu memperhatikan tiga
pokok kebijaksanaan sebagai berikut : 10
1. Kenyataan bahwa minyak bumi merupakan bahan dapat habis (exhaustible) atau dapat dikatakan tidak dapat diperbaharui kembali. Hal ini mengandung arti bahwa eksplorasi minyak bumi harus terus menerus dilakukan, selain itu harus pula ditentukan garis besar kebijaksanaan mengenai pengelolaan energy yaitu bahwa untuk setiap barrel minyak yang diproduksikan secara minimal haruslah diikuti dengan penemuan satu barrel minyak pada kegiatan eksplorasi. Jadi pihak manapun atau Negara manapun haruslah memegang suatu kebijaksanaan bahwa eksplorasi harus terus menerus dilakukan bukan semata-mata hanya untuk menembah jumlah cadangan tetapi juga untuk mengganti cadangan yang telah diproduksi. 2. Konsumsi minyak bumi terus-menerus meningkat. Kita ketahui bersama bahwa peradaban atau kehidupan manusia sangat tidak bisa lepas dari kebutuhan akan minyak dan gas bumi, baik itu dinegara yang sedang berkembang apalagi Negara-negara maju. Untuk itu kebijakan ini haruslah dijadikan pedoman baik itu Negara penghasil minyak maupun Negara konsumen. Untuk Asia Tenggara misalnya, jika dewasa ini produksi Indonesian berlebihan mungkin saja ditahun-tahun yang akan datang karena meningkatnya permintaan akan minyak bumi mengakibatkan Negara ini akan mengimpor dari Negara luar kecuali jika ia mampu mempertinggi produksi dan memperbesar cadangan minyaknya. 3. Kebijaksanaan harus juga didasarkan pada tidak meratanya sumber daya minyak bumi di seluruh dunia. Hal ini bukan saja di seluruh dunia melainkan pada suatu lingkup wilayah yang lebik kecil misalnya suatu Negara maka keberadaan minyak atau penyebarannya juga tidak merata. Kita ambil contoh di Negara Indonesia yang juga termasuk salah satu Negara penghasil minyak, tidak semua wilayahnya mempunyai kandungan minyak. Dari masa lampau hingga sekarang tidak meratanya penyebaran minyak bumi telah menyebabkan politik ekspansi. Banyak Negara berusaha untuk menguasai suatu wilayah yang kaya akan kandungan minyak bukan ditinjau dari segi militer tetapi segi politik ekonomi. Jadi apabila suatu Negara ingin maju maka Negara itupun harus mengamankan persediaan minyaknya dengan perencanaan untuk waktu yang cukup lama.
11
D. Minyak Bumi Sebagai Zat Unik dalam Kerak Bumi Minyakbumi merupakan suatu zat yang unik di dalam kerak bumi yang sebetulnya serba padat disamping air. Keunikan tersebut dapat kita perinci sebagai berikut : 1. Sifatnya yang cair membedakannya dengan zat lain disekitarnya,kecuali air. 2. Sifatnya yang cair menyebabkan geologi sejarah minyakbumi pun berlainan dari kerak bumi sendiri. 3. Susunan kimia minyakbumi juga berbeda dengan kerak bumi. 4. Secara kimia minyakbumi mempunyai hubungan erat dengan zat organik sehingga batuan sedimen merupakan habitat minyak dalam kerak bumi.
E. Ruang Lingkup Geologi Minyak dan Gas Bumi Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa minyak bumi dan batu bara merupakan bahan bakar fosil.
Bahan bakar fosil bersifat organik, maka
sangatlah erat hubungannya dengan batuan sedimen. Selain itu, kita dapat melihat pula hubungan yang sangat erat antara bijih-bijih dengan berbagai bahan baku seperti logam dan sebagainya, yang pada umumnya berhubungan dengan batuan beku dan sedimen. Dengan demikian, kita dapat melihat perbedaan yang menyolok antara bahan bakar yang berhubungan dengan batuan sedimen di satu pihak dan di pihak lain bahan baku yang berhubungan erat dengan batuan beku dan metamorf. Berdasarkan kenyataan di atas, kita dapat membedakan dua bidang utama dalam ilmu geologi, yaitu : Geologi Batuan Keras (hard-rock geology), yaitu bidang geologi yang khusus mempelajari bijih-bijih logam yang berhubungan erat dengan dengan batuan kristalin atau batuan beku dan metamorf. Bidang ini sering digolongkan dalam Geologi Ekonomi. Geologi Batuan Lunak (soft-rock geology), yaitu bidang yang mempelajari batuan sedimen, terutama untuk mencari minyak dan batu bara yang erat hubungannya dengan batuan sedimen. Geologi Batuan Lunak juga disebut sebagai Geologi Bahan Bakar (fuel geology). Dari uraian di atas, jelaslah bahwa ruang lingkup geologi minyak dan gas bumi ini
merupakan
pengkajian
dari
batuan sedimen dan semua faktor yang
12
menentukan cara terdapatnya, penyebarannya dan cara berakumulasinya minyak dan gas bumi di dalam kerak bumi.
II.2.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Minyak Bumi A. Sejarah Umum dan Perkembangan Industri Minyak Bumi Di dalam sejarah manusia, minyak bumi pertama kali ditemukan atau dikenal orang di Timur Tengah, di Iran atau Parsi Kuno yang juga dikenal sebagai daerah Mesopotamia, minyak bumi mula-mula dikenal sebagai rembasan dan sumber yang terdapat di permukaan bumi. Nabi Nuh as yang diperkirakan hidup di daerah ini adalah manusia yang mungkin pertama kali memanfaatkan minyak bumi (dalam hal ini aspal) untuk melapisi perahunya agar tidak kemasukan air. Di zaman Harun Al-Rasyid, minyak bumi juga telah dikenal dan digunakan sebagai pembakar yang dinamakan naptha. Hal ini terjadi jauh sebelum perkembangan minyak bumi modern timbul. Pada zaman Cina Kuno bahkan telah dikenal industri pengusahaan minyak bumi dan menurut catatan sejarah, orang Cina bahkan telah mencoba membor minyak bumi sejak zaman sebelum masehi. Industri minyak bumi yang modern muncul di Amerika Serikat pada abad ke-19, yang segera disusul oleh beberapa negara Eropa dan bagian dunia lainnya. Sebelum ditemukan pengusahaannya secara komersiil, minyak bumi telah dikenal di Amerika Serikat sebagai rembasan yang muncul dari permukaan bumi, semula sering dianggap sebagai barang aneh dan juga diperjualbelikan sebagai obat. Namun, Jauh sebelum minyak bumi digunakan dalam industri, Haquet pada tahun 1794 telah mengemukakan teorinya bahwa minyak bumi berasal dari daging ataupun zat organik lainnya, seperti kerang atau moluska. Hal ini dikemukakan karena batuan yang mengandung minyak biasanya mengandung fosil binatang laut. Pada tahun 1805, Von Humbold dan Gay Lussac mengira bahwa minyak bumi berhubungan dengan aktivitas gunung api, seperti gunung venesius. Ide serupa dikemukakan pula oleh ahli geologi Perancis Virlet d’Aoust pada tahun 1834. Teorinya didasarkan pada gejala bahwa seringkali minyak bumi ditemukan bersamaan dengan lumpur gunung api. 13
Pada tahun 1842, Sir William Logan, direktur Jawatan Geologi Kanada menghubungkan terdapatnya rembasan minyak dengan struktur antiklin, seperti di pulau Gespe yang terdapat di sungai St. Lawrence. Pada tahun 1847 di Glasgow Inggris untuk pertama kali mengolah minyak bumi menjadi minyak lampu yang menggantikan lilin yang merupakan sumber penerangan utama pada saat itu. Sejak saat itu, minyak menjadi bahan yang banyak dicari oleh pengusaha. Hal ini menimbulkan ide bagi Kolonel William Drake untuk membor minyak yang dapat diproduksikan secara komersiil. Tahun 1859 merupakan saat bersejarah yang sangat penting, yaitu saat permulaan timbulnya industri minyak. Pengeboran dilaksanakan di Titusville, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, dan minyak berhasil ditemukan serta di produksikan dari kedalaman 69 kaki. Pemboran dilakukan di dekat suatu rembasan atau sumber minyak bumi ,dan ternyata dapat dihasilkan produksi yang lebih besar daripada yang keluar dari rembasan. Sejak saat itulah pemboran merupakan satu-satunya cara untuk mengexploitasi dan mengexplorasi minyak bumi secara komersiil. Pada tahun 1860, Henry D. Rogers mengemukakan bahwa akumulasi minyak bumi terdapat pada sumbu antiklin. B.B Andrews mengemukakan pula terdapatnya minyak dan gas bumi sepanjang sumbu antiklin di dekat Cairo, di nagara bagian Virginia Barat. Akan tetapi diterangkannya bahwa akumulasi minyak dan gas bumi merupakan hasil retakan yang terjadi di atas sumbu antiklin yang batuannya telah dihancurkan oleh pengangkatan dan pelipatan. Prof. Alexander Winchell dari Universitas Michigan pada tahun 1960 berpendapat bahwa batu pasir sendiri cukup mempunyai porositas untuk mengandung minyak tanpa adanya retakan. Pada tahun 1861 Sterry Hunt menyatakan secara resmi Teori Antiklin dalam suatu ceramah di Montreal, Canada dan dipublikasikan dalam suatu majalah bernama “Montreal Gazette” pada tanggal 1 Maret 1861. I.C White adalah ahli geologi pertama yang berani mendemonstrasikan kebenaran Teori Antiklin unuk akumulasi minyak dan gas bumi, dan mendatangi suatu lapangan dan menunjukkan lokasi pada struktur tersebut dengan berhasil. Pada tahun 1889, E. Orton memeberikan suatu karya lengkap mengenai geologi minyak dan gas bumi, dimana antara lain ia berkesimpulan bahwa minyak bumi berasal dari zat organik. Pada tahun 1987 dimulailah pencarian 14
minyak bumi oleh perusahaan Southern Pacific Oil Company. Pada awal abad ke-20, perusahaan minyak bumi Amerika Serikat telah mempunyai bagian geologi sebagai “Exploration Departement”. Pada tahun 1917 para ahli geologi Amerika mendirikan “The American Association of Petroleum Geologist” yang mengkhususkan diri pada pencarian minyak dan gas bumi.
B. Perkembangan Metoda Eksplorasi Minyak Bumi Menjelang abad ke-20, atau sekitar 50 tahun setelah penemuan sumber minyak yang pertama di Amerik Serikat, sedikit sekali bantuan teknik yang diberikan untuk penentuan lokasi pomboran. Minyak biasanya ditemukan dengan membor dekat rembasan atau indikasi permukaan, malahan kadangkadang dilakukan pemboran secara membabi buta. Pada tahun 1912, para ahli geologi mulai melakukan perpetaan singkapan untuk penentuan tempat pemboran yang paling baik. Penelitian ini memberikan hasil yang sangat menggembirakan dan dalam waktu beberapa tahun saja sumber minyak telah dibor sampai kedalaman yang yang dapat dicapai oleh alat pembor, sekitar 1000 sampai 1300 meter dengan menggunakan bor tumbuk (cable tool). Pada tahun 1921, metoda pemboran putar (rotary-drilling) pertama kali dipergunakan di lapangan minyak Spindletop di Texas. Dengan ditemukannya baja yang lebih baik, metode pemboran cara putar diperbaiki dan awal tahun 20-an cara ini merupakan metoda utama untuk pemboran sumur yang dapat menjangkau 1500-2000 meter di bawah permukaan bumi. Pada permulaan tahun 1920, para ahli geologi telah memulai metode eksplorasi bawah permukaan. Pemboran inti dan penggalian sumur telah digunakan untuk mencari lapisan penunjuk yang dapat dipetakan di bawah permukaan. Paleontologi terutama mikropaleontologi digunakan untuk mencari korelasi lapisan beberapa sumur. Adanya penelitian mengenai mineral berat di bawah permukaan juga membantu mencari korelasi lapisan beberapa sumur. Perkembangan paling penting dalam pencarian minyak bumi adalah ditemukannya berbagai cara geofisika, yang oleh industri minyak Amerika mulai dipergunakan pada pertengahan tahun duapuluhan. Metoda yang pertama kali adalah metoda seismik refraksi yang dikembangkan oleh beberapa ahli jerman pada tahun 1923 di New Mexico untuk memetakan suatu patahan (zona 15
patahan), tanpa memberikan hasil. Setelah dilakukan berbagai perbaikan berhasillah mereka melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah Gulf-Coast pada tahun 1924. Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya dalam waktu yang sangat pendek. Pada tahun 1929 metoda seismik refleksi dikembangkan oleh para ahli Amerika. Ternyata kedalaman tegak yang dapat dijangkau dengan cara ini dapat mencapai ribuan kaki. Penggunaan cara ini memberikan hasil sangat menakjubkan. Pada tahun 1923, bersamaan waktunya dengan dimasukkannya cara seismik refraksi (bias), suatu prinsip pencarian minyak bumi yang lain diimpor dari Eropa ke Amerika, yaitu metoda gravitasi. Alat yang dipergunakan ialah neraca puntir (torsion balance), suatu penemuan Hongaria tahun 1890. Ternyata metoda ini juga memberikan hasil yang besar dalam pencarian kubah garam di daerah Gulf-coast, tetapi kurang berhasil untuk daerah pegunungan. Gravimeter jenis lainnya dikembangkan di berbagai laboratorium Amerika menjadi suatu alat yang cukup baik dan masih dipergunakan dewasa ini. Juga pada permulaan tahun duapuluhan metoda magnetik dikembangkan. Metoda tersebut ditemukan dan dikembangkan di Jerman dan ternyata merupakan metoda yang sangat baik. Pada tahun 1950 pertama kali helikopter dipergunakan untuk menunjang explorasi seismik di Irian Jaya. Pada tahun 1958 pertama kali dilakukan pemboran dengan menggunakan helikopter sebagai alat angkut, juga di Irian Jaya, pada pemboran sumur Wapili di pulau Salawati. Pada tahun 1960 dimulai explorasi seismik secara besar-besaran di lepas pantai. Dalam tahun 60-an terjadi kemajuan luar biasa dalam penggunaan cara seismik. Pita rekaman mulai digunakan untuk pencatatan. Metoda pengolahan data seismik secara elektronik juga telah mulai menggunakan komputer. Menjelang akhir tahun 60an dikembangkan pula cara yang dinamakan penginderaan jauh (remote sensing). C. Perkembangan Industri Minyak Bumi di Indonesia Perkembangan Industri Minyak Sebelum Perang Kemerdekaan Minyak bumi telah dikenal rakyat Indonesia sejak abad pertengahan, misalnya penggunaan minyak bumi oleh orang Aceh untuk memerangi armada Portugis. Industri minyak bumi modern di Indonesia dimulai pada tahun 1871 yaitu usaha pemboran pencarian minyak bumi untuk yang pertama kali di Desa 16
Maja, Majalengka, Jawa Barat, oleh seorang pengusaha asal Belanda bernama Jan Reerink. Namun usaha pemboran yang dilakukan di dekat suatu rembasan akhirnya mengalami kegagalan. Penemuan sumber minyak yang pertama di Indonesia ialah pada tahun 1883, yaitu dengan ditemukannya lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga Said di dekat Pangkalan Brandan di Sumatera Utara oleh seorang Belanda bernama A.G Zeijlker. Penemuan ini disusul oleh penemuan lain, yaitu lapangan minyak di Pangkalan Brandan dan Telaga Tunggal. Pada waktu yang bersamaan juga ditemukan lapangan minyak Ledok di Cepu, Jawa Tengah. Minyak hitam di dekat Muara Enim di Sumatera Selatan, dan Riam Kiwa di daerah Sanga-Sanga di Kalimantan. Penemuan sumber minyak Telaga Said oleh A.G Zeijlker merupakan modal pertama bagi berdirinya suatu perusaaan yang dewasa ini dikenal dengan nama Shell. Menjelang akhir abad ke-19 terdapat 18 perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1902 didirikan suatu perusahaan terbatas bernama Koninklijke Petroleum Maatschappij yang dimodali oleh penemuan A.G Zeijlker di Sumatera utara tersebut. Kemudian perusahaan ini bergabung dengan Shell Transport Trading Company dan dilebur menjadi satu perusahaan yang dinamakan The Asiatic Petroleum Company atau Shell Petroleum Company. Pada tahun 1907 didirikan Shell Group yang terdiri dari Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) dan Anglo Saxon. Pada tahun 1912 perusahaan Amerika mulai masuk ke Indonesia dengan mendirikan perusahaan N.V Standard Vacuum Petroleum Maatschappij yang mempunyai cabang di Sumatera Selatan bernama Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) yang setelah peran kemerdekaan berubah menjadi P.T Stanvac Indonesia. Perusahaan ini menemukan lapangan minyak Pendopo pada tahun 1921 di Sumatera Selatan yang merupakan lapangan minyak terbesar di Indonesia pada saat itu. Untuk mengimbangi perusahaan Amerika yang masuk pada saat itu, pemerintah Belanda mendirikan perusahaan gabungan antara pemerintah dan Bataafsche Petroleum Maatschappij, yaitu Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij, yang setelah perang dunia II menjadi P.T Permindo dan kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N Pertamina. 17
Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika yang baru yaitu Standard Oil of California dan Texaco, yang pada tahun 1930 membentuk Nederlandsche Pacific Petroleum Mij (NPPM) dan sekarang telah mejelma menjadi P.T Caltex Pasifik Indonesia. Perusahaan ini mengadakan eksplorasi secara besarbesaran pada tahun 1935 di Sumatera Tengah dan menemukan lapangan minyak Sebangga pada tahun 1940 serta lapangan minyak Duri tahun 1941. Di daerah konsesi perusahaan ini, tentara Jepang menemukan lapangan minyak raksasa Minas pada tahun 1944 dan dibor kembali oleh Caltex pada tahun 1950. Pada tahun 1935 untuk mengeksplorasi minyak bumi di Irian Jaya dibentuk sebuah perusahaan gabungan antara BPM, NPPM, NKPM, dan satu anak perusahaan diberi nama Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij (NNGPM) dengan hak mengadakan eksplorasi minyak bumi selama 25 tahun. Pada tahun 1938 lapangan minyak klamono ditemukan, disusul dengan lapangan minyak Wasian, Mogoi, dan Sele. Namun, perusahaan ini tidak berhasil menemukan lapangan minyak yang berarti, dan pada tahun 1960 diserahterimakan kepada perusahaan SPCO dan kemudian diambil alih oleh Permina pada tahun 1965. Ini adalah perkembangan industri minyak sebelum perang kemerdekaan. Sejarah Metoda Eksplorasi di Indonesia Di Indonesia pencarian minyak dilakukan mula-mula oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) yang pada waktu itu bernama Koninklijke. Pada saat perusahaan ini mulai beroperasi di Indonesia disewanya dua orang ahli geologi yaitu Dr. C. Porro dan Dr. C. Schmidt yang kemudian menjadi guru besar dalam ilmu geologi di Brussel. Pada awalnya hanya dilakukan pemetaan geologi permukaan dengan mengadakan eksplorasi di sepanjang sungai unuk mencari singkapan, dan kemudian dilakukan pemboran. Para ahli geologi membuat peta geologi berdasarkan singkapan, terutama peta sruktur, dan kemudian dilakukan suatu prognase dan pemboran eksplorasi. Hingga perang dunia I eksplorasi sampai beribu meter merupakan suatu hal yang luar biasa. Pada tahun 1910 mulai dilakukan pemboran inti dan pada tahun 1918 dilakukan pemboran spiral tangan. Pemboran geologi yang lebih dalam menggunakan mesin berbahan bakar bensin. 18
Pada tahun 1920 metode baru mulai dimasukkan di Indonesia yaitu metode geofisika. Metode geofisika yang pertama kali digunakan adalah metode gravitasi dan metode seismik, kedua metode ini dilakukan oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) dalam eksplorasi minyak bumi. Namun, secara luas metode gravitasi digunakan di Indonesia pada tahun 1924 setelah berhasil baik di Amerika dan penggunaan metode seismik dilakukan di Indonesia sejak tahun 1937. Permulaan pemakaian log pertama kali dilakukan oleh Perusahaan Schlumberger bersamaan dengan penerapan mikropaleontologi di Indonesia. Metode pemetaan udara dilakukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1932, yaitu di Sumatera Selatan dan kemudian di Sumatera Utara pada tahun 1934. Pemetaan dilakukan oleh angkatan darat Hindia-Belanda dengan skala 1 : 10.000. Pada tahun itu pula dilakukan pemetaan udara secara besar-basaran di Kepala Burung, Irian Jaya. Pemetaan udara berlangsung dari tahun 19351937. Pemetaan udara sangat membantu dalam interpretasi geologi daerah tersebut. Pemetaan udara berikutnya dilakukan pada tahun 1938 di Kalimantan. Perkembangan Industri Minyak Setelah Perang Kemerdekaan Pada revolusi fisik tahun 1945-1950 terjadilah pengambilalihan semua instalasi minyak oleh Republik Indonesia. Pada tahun 1945 didirikan P.T Minyak Nasional Rakyat yang pada tahun 1954 berubah menjadi Perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara. Pada tahun 1957 didirikan P.T Permina oleh Kolonel Ibnu Sutuwo yang kemudian menjadi P.N Permina pada tahun 1960. Pada tahun 1959 Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij menjelma menjadi P.T Permindo yang kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N Pertamin. Pada waktu itu juga di Jawa Timur dan Jawa Tengah telah berdiri Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia yang kemudian menjelma menjadi P.N Permigan dan setelah tahun 1965 dilikuidasi dan diambillah oleh P.N Permina. Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan dan diganti dengan sistem kontrak karya. Pada tahun 1964 perusahaan SPCO diserahkan kepada P.N Permina. Tahun 1965 merupakan sejarah baru dalam perminyakan Indonesia dengan dibelinya seluruh kekayaan Bataafsche Petroleum Maatschappij – Shell oleh P.N Permina. Pada tahun itu seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah konsesi P.N Permina dan P.N Pertamin dan dimulainya sistem kontrak bagi 19
hasil (production sharing). Perusahaan asing hanya bisa bergerak sebagai kontrakor saja dengan hasil produksi minyak dibagikan dan bukan dalam bentuk pembayaran royalti. Sejak tahun 1967 eksplorasi besar-besaran dilakukan oleh P.N Pertamin dan P.N Permina baik di darat maupun di laut yang bekerja sama dengan kontrakor asing. Tahun 1966 P.N Pertamin dan P.N Permina digabung menjadi P.N Pertamina yang kemudian merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional. Tahun 1969 merupakan tahun yang sangat penting karena ditemukannya lapangan minyak lepas pantai (lapangan minyak Arjuna) di dekat Pamanukan Jawa Barat dan tidak lama kemudian ditemukan pula lapangan minyak Jatibarang oleh Pertamina. Pada tahun 1970 menyusul dengan ditemukannya lapangan minyak Kasim di Irian Jaya di daerah yang ditinggalkan oleh Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij (NNGPM) yang kemudian ternyata merupakan sumur dengan produksi yang paling besar, yaitu 20.000 barel/hari.
II.3 PENUTUP II.3.1 SOAL LATIHAN Setelah mahasiswa memahami isi
materi ini diharapkan memberikan
tanggapan atau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1. Jelaskan pengertian minyak dan gas bumi serta keunikannya sebagai salah satu sumber energy yang sangat penting bagi peradaban manusia. 2. Dalam pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai sumber energy yang sangat penting ada pokok-pokok kebijakan yang harus diperhatikan, jelaskan pokok-pokok kebijakan tersebut! 3. Uraikan apa yang anda pahami tentang sejarah perkembangan industry minyak dan gas bumi khususnya tentang penkembangan eksplorasi minyak bumi di Indonesia. 4. Cari satu contoh kasus eksplorasi yang dilakukan di wilayah Negara Indonesia yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap keberadaan Indonesia sebagai salah satu Negara penghasil minyak di Asia Tenggara.
20
II.3.2 DAFTAR PUSTAKA Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM Press. Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC. Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua jilid satu, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi
21
BAB III HAKEKAT MINYAK DAN GAS BUMI III.1 PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini diberikan sasaran umum yang hendak dicapai dalam mempelajari materi ini yaitu untuk mengetahui hakekat dari minyak dan gas bumi baik dari segi kimia maupun fisika dan mengetahui klasifikasi dari minyak dan gas bumi. Adapun sasaran khusus yang hendak dicapai yakni : Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang apa yang dimaksud hidrokarbon baik dalam bentuk padat, cair maupun hidrokarbon gas Mahasiswa mampu menyebutkan sifat-sifat fisika dan kimia dari hidrokarbon atau minyak bumi Pada materi ini sangat penting sekali adanya informasi awal yang dimiliki oleh mahasiswa terkait materi yang akan dipelajari. Untuk itu mahasiswa pada pertemuan sebelumnya ditugaskan mencari literature yang terkait dengan materi.
III.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Minyak bumi adalah suatu bahan bakar yang terbuat dari fosil. Disebut suatu bahan bakar fosil sebab dibentuk dari sisa binatang dan tumbuhan laut kecil atau organisme-organisme yang telah punah berjuta-juta tahun yang lalu. Ketika organisme tersebut mati, mereka tenggelam di dasar samudra. Di sini mereka terkubur oleh lapisan-lapisan pasir dan lanau. Dari waktu ke waktu, campuran organik ini mengalami tekanan yang sangat besar, dan panas yang meningkat. Campuran dibuat dari atom karbon hidrokarbon dan hidrogen yang akhirnya minyak memenuhi batuan seperti spons yang basah. Tidak semua material organik berubah menjadi minyak. Pada kondisi tertentu harus terdapat pada batuan oil-rich. Harus ada suatu perangkap batuan penyerap yang mencegah minyak dari perembesan ke luar, perangkap seperti tanah liat atau lempung misalnya. Di bawah kondisi - kondisi ini, hanya sekitar dua persen dari meterial organik tersebut yang menjadi minyak. Kebanyakan batuan reservoir adalah batugamping atau batupasir dimana
minyak
terjebak. Minyak di dalamnya mungkin sama encer seperti
22
bensin atau kental seperti ter. Minyak bumi disebut sebagai sumber energi nonrenewable
karena
memerlukan
waktu
berjuta-juta
tahun
untuk
pembentukannya. Kita tidak dapat membuat cadangan baru dari minyak bumi. Minyak dan gas bumi yang merupakan senyawa hidrokarbon terdiri dari unsur kimia sebagaimana tertera pada tabel III.1 berikut: Tabel III.1: Susunan kimia minyak dan gasbumi dalam persen berat Unsur
Gasbumi
Aspal
Minyak mentah
(Levorsen)
(Levorsen)
(Levorsen)
(Purdy)
Karbon (C)
65 – 80
80 – 85
82.2 – 87.1
83 – 87
Hidrogen (H)
1 – 25
8.5 – 11
11.7 – 14.7
11 – 25
Belerang (S)
Jejak – 0.2
2–8
0.1 – 5.5
0–6
Nitrogen (N)
1 – 15
0–2
0.1 – 1.5
0 – 0.7
Oksigen (O)
–
–
0.1 – 4.5
0 – 0.5
Logam
–
–
–
0 – 0.1
Dari tabel diatas nampak bahwa, pada umumnya minyak bumi terdiri dari 80 hingga 85% unsur C atau karbon, 20 hingga 15% unsur H atau Hidrogen sementara unsur lain seperti Oksigen, Nitrogen, Belerang, terdapat kurang dari 5% malah kadang-kadang kurang 1%. Zat hidrokarbon merupakan senyawa yang beraneka ragam. Abraham (1945) mengklasifikasikan zat hidrokarbon menjadi dua golongan yaitu bitumina dan nonbitumina. Zat bitumina sering juga disebut sebagai petroleum. jadi ada kesamaan pengertian antara petroleum dan zat bitumina, akan tetapi tidak dengan zat hidrokarbon padat, pirobitumina dan lain-lain.
23
Kelarutan dalam karbon disulfida Larut
tak larut
bitumina
Cairan
Nonbitumina
padat
Dapat dilumerkan
Lumer
Minyak bumi
tidak dapat dilumerkan
sukar dilumerkan`
Piro-bitumina
1. semua minyak bumi 2. semua rembesan minyak
bebas oksigen
aspal
Lilin mineral
aspalit
3. ozokerit 4. Lilin montan
7. Barmudez pitch 11.Gilsonit 8. Tabbyit 12. Grahamit
5. Hatcherrit 6. scheererit
9. Gilsonit cair 10. Argulit
pirobitumina yang bersifat aspal
14. Wurtzelit 13. Glance pitch 15. Elaterit 16. Albertit 17. Impsonit 18. Ingramit
mengandung oksigen
Pirobitumina yang bersifat bukan aspal 19. gambut 20. Lignit 21. Batubara
Gambar III.1 Diagram Klasifikasi Hidrokarbon Alam (menurut H. Abraham, 1945) Pembagian tersebut diatas sama sekali didasarkan atas kelarutan zat hidrokarbon dalam CS2. Dalam hal petroleum, Herberg (1964) dalam Koesoemadinata (1980) mendefenisikannya sebagai suatu campuran kompleks yang terdiri dari zat hidrokarbon yang terdapat secara alam dan dapat berupa cairan, gas atau padat seperti minyak mentah, gas alam serta aspal alam yang komersil didalam industri minyak. Dapat dicatat disini bahwa istilah petroleum dalam bahasa inggris menunjukkan suatu cairan yang biasanya sinonim dengan minyak bumi. Tetapi menurut Levorsen (1956) dalam Koesoemadinata (1980), istilah petroleum juga dipakai secara bersama dengan istilah bitumina yang terdiri dari zat padat atau setengah padat yang biasanya terdiri dari hidrokarbon berat seperti aspal, ter, albertit, gilsonit, dan lain-lain. Dalam diagram Abraham (1945), hidrokarbon yang larut dalam karbondisulfida nonbitumina.
disebut Bitumina
bitumina
sedangkan
yang
tidak
larut
disebut
dibagi menjadi yang bersifat cair dan bersifat padat. 24
Yang bersifat cair disebut sabagai petroleum atau minyak bumi yang terdiri dari semua minyak mentah yang didapatkan dari sumur pemboran ataupun yang keluar sendiri pada permukaan sebagai rembasan, sedangkan yang bersifat padat terbagi menjadi dua bagian yakni yang mudah melumer dan yang sulit melumer. Yang mudah melumer dibagi menjadi lilin mineral dan aspal sedangkan yang sukar melumer terdiri dari apa yang dinamakan aspalit. Golongan nonbitumina dibagi menjadi yang dapat dilumerkan dan yang tak dapat dilumerkan. Yang tidak lumer disebut sebagai piro-bitumina yang terbagi menjadi yang bersifat aspal dan yang bersifat non-aspal seperti batubara muda, dan batubara. Termaksud juga dalam piro-bitumina adalah karogen yang tidak lain daripada zat organik yang tidak larut dan terdapat dal;am batuan sedimen yang secara pirolisis dengan temperatur yang yang sangat tinggi menghasilkan hidrokarbon. Diagram Abraham juga memperlihatkan bahwa disebelah kiri kadar hidrogen dalam hidrokarbon paling tinggi, sedangkan makin kekanan makin berkurang dan kadar oksigen bertambah. Selain itu juga indeks bias dari kiri kekanan makin meningkat, sedangkan titik lebur dan keatsirian (volatility) serta kesempatan untuk membakar secara cepat makin kekanan makin kurang. Dari diagram tersebut jelaslah bahwa minyak bumi hanya merupakan sebagian hanya saja dari berbagai jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam. Namun demikian minyak bumi adalah hidrokarbon yang paling penting karena jumlahnya yang paling banyak diantara hidrokarbon lainnya.
III.2.1 HIDROKARBON PADAT Sebagaiana telah didiagramkan diatas, hidrokarbon padat terdiri dari golongan bitumina dan nonbitumina. Golongan bitumina terdiri dari lilin mineral antara lain ozokerit, lilin montan, hatcherit dan scheererit dan golongan aspal antara lain bermudez pitch, tabbyit, gilsonit cair, dan argulit. kemudian golongan aspaltit (yaitu zat yang sukar dilumerkan) antara lain gilsonit, grahamit, dan glance pitch. Golongan nonbitumina antara lain adalah pirobitumina yang terdiri atas dua golongan yaitu pirobitumina aspal dan pirobitumina nonaspal. Golongan pirobitumina aspal antara lain wurtzelit, eleterit, albertit, impsonit, dan ingramit 25
sedangkan pirobitumina non aspal antara lain batubara muda, gambut, lignit dan batu bara. Hidrokarbon yang bersifat padat biasanya terdapat bersamaan satu dengan yang lain. Misalnya lilin mineral banyak terdapat di dalam Green River Formation, yang mengandung zat koragen. Lilin mineral biasanya terdapat dalam bentuk urat-urat, begitupun aspaltit dan gilsonit dan juga pirobitumina non-aspal misalnya wurtzelit. Semua zat ini seolah-olah kelihatan sebagai zat kimia yang merupakan hasil pemerasan serpih minyak dan kemudian didesakkan secara paksa kedalam rekahan sehingga membentuk terbentuknya yang sebenarnya daripada hidrokarbon padat tersebut. Termaksud dalam bitumina padat ini ialah pasir-ter(tarsand) dan minyak serpih (oil shale). Dibeberapa tempat didunia, misalnya Kanada sebelah barat dan di Venezuela, terdapat berbagai lapisan pasir yang telah dijenuhi dengan hidrokarbon yang sudah kental dan setengah aspal. Lapisan pasir ini meliputi luas ribuan kilometer persegi serta puluhan meter ketebalan dan merupakan cadangan minyak terbesar didunia. Namun hidrokarbon ini sukar sekali dipisahkan dari pasir untuk dapat ditampung. Misalnya di Kanada sebelah barat, didapatkan lapisan pasir yang disebut Athabasca tarsand (McMurray Sand). Cadangan minyak atau hidrokarbon yang terkandung didalam pasir-ter ini meliputi milyaran barrel. Dewasa ini karena keadaan krisis minyak, kesulitan memprosesnya sudah dapat diatasi dengan cara menguntungkan. Dengan pemanasan atau dengan distalasi destruktif, minyak bumi dapat dihasilkan dari pasir ter. Juga pernah dipikirkan untuk menggunakan suatu ledakan nuklir untuk membebaskan minyak dari tarsand yang padat ini. Cara terbentuknya pasir-ter atau Athabasca tarsand yang padat ini tidaklah begitu jelas tetapi diduga berasal dari minyak bumi yang dihasilkan dari rembasan dan terjadi bersama-sama pengendapan pasir tersebut. Serpih minyak atau oil-shale adalah suatu serpih yang mengandung zat organik yang jika dipanaskan pada temperatur tinggi (diatas 400oC) dengan akan mengurai dan kemudian menghasilkan hidrokarbon cair yang serupa dengan minyak bumi. Zat organik yang menghasilkan minyak pada suatu pemanasan atau distilasi yang sifatnya destruktif disebut juga suatu pirobitumina,
sebagaimana
telah
dikatakan
diatas dan nama lainnya adalah 26
kerogen. Suatu endapan serpih minyak yang terkenal adalah formasi Gren River yang terdapat di Uinta-Basin, dinegara bagian Colorado, Utah dan wyoming.
Serpih
yang
mengandung
karogen
ini
cukup
tebal
dan
penyebarannya sangat luas, sehingga memberikan cadangan minyak bukan saja milyaran barrel tetapi sampai milyaran barrel. Kadar serpih minyak ini hampir dapat mencapai 150 galon per ton, tetapi kebanyakan adalah antara 25 dan 50 galon per ton. Kerogennya sendiri bukanlah minyak bumi dan juga batu bara, tetapi merupakan suatu zat yang mempunyai sifat diantara kedua hidrokarbon tersebut. Kerogen pernah dikira sebagai zat induk minyak bumi, tetapi pernah pula diperkirakan sebagai salah satu jenis hidrokarbon lain yang tidak mempunyai hubungan atau mempunyai sedikit hubungan dengan minyak bumi. Serpih minyak juga menghasilkan minyak bumi bebas dan dapat dilarutkan oleh pelarut minyak seperti kloroform dan karbontetraklorida. Susunan kimia dari pada kerogen adalah kira-kira karbon: 69-80%, hidrogen: 711%, nitrogen: 1,25-2,5%, belerang: 1-8% dan oksigen: 9-17%. Dapat dicatat bahwa perbedaan khas dengan minyak bumi adalah kadar oksigen dan nitrogennya. Dibawah mikroskop, kerogen terlihat terdiri dari suatu masa zat organik yang telah dihancurkan luluhkan, terutama sebagai bekas tumbuhan, ganggang, spora, pollen, arpus, lilin dan lain-lain. Suatu serpih yang mengandung kerogen dapat secara berangsur-angsur berubah tanpa kelihatan menjadi batubara. Beberapa tempat lain dimana minyak serpih didapatkan antara lain diJerman utara. Di daerah itu minyak serpih dikenal dengan sebutan Kuchersicher.
III.2.2 HIDROKARBON CAIR A. Hakekat Kimia Minyak bumi merupakan zat paling penting diantara semua hidrokarbon ataupun diantara semua bitumina. Susunan kimia minyak bumi tertera dalam tabel 1. Jelas kelihatan disini bahwa minyak bumi terdiri dari 80 hingga 85% Karbon dan selebihnya Hidrogen. Kadar Belerang dapat meningkat sampai 2% misalnya pada minyak bumi Timur tengah, tetapi khususnya di Indonesia terkenal dengan kadar Belerang rendah. Kadar zat Oksigen dan Nitrogennya sangat rendah
dan
hanya
merupakan jejak saja. Walaupun minyak bumi 27
terutama hanya terdiri dari dua unsur yaitu karbon dan hidrogen, namun kedua unsur ini dapat membentuk berbagai macam senyawa molekuler dengan rantai panjang dan struktur lingkaran. Malah rantai yang terdiri dari pada C dan H tersebut dapat bercabang-cabang ke berbagai arah dan dapat membentuk berbagai macam struktur tiga dimensi. Dengan demikian C dan H ini dapat membentuk molekul yang sangat besar dan jumlah karbon C dalam setiap molekul dapat berjumlah puluhan bahkan secara teotitis bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Sifat dari pada hidrokarbon untuk membentuk molekul yang berlainan dengan susunan atau dengan rumus kimia yang sama disebut sifat membentuk isomer. Walaupun hidrokarbon dapat membuat isomer secara tidak terhingga, namun ada aturan tertentu dalam cara pembuatan rantai panjang. Selain dapat membuat rantai panjang dan struktur isomer, hidrokarbon juga dapat bersifat jenuh dan tak jenuh. Yang dinamakan jenuh adalah jika salah satu valensinya tidak diikat oleh atom hidrogen tetapi terdapat ikatan rangkap antara dua atau tiga atom karbon. Contoh suatu hidrokarbon tidak jenuh adalah alken, yang merupakan suatu ikatan valensi alkan. Misalnya etan dengan rumus C2H4, karena dua valensi atom karbon diikat rangkap. Ada beberapa aturan dalam susunan minyakbumi yang memudahkan kita mempelajarinya, antara lain: 1. Pada umumnya minyak bumi hanya memperlihatkan susunan hidrokarbon yang bersifat jenuh. 2. Hidrokarbon yang terdapat didalam bumi merupakan berbagai macam seri homolog. Yang dimaksud dengan homolog adalah suatu seri susunan hidrokarbon berdasarkan penambahan atom C membentuk suatu susunan yang hampir sama akan tetapi rantainya menjadi lebih panjang ataupun lingkarannya menjadi ruwet. 3. Dalam seri homolog biasanya terdapat beberapa keluarga homolog yang disebut golongan isomer. Golongan ini biasanya terdiri dari rantai yang yang menerus dari pada senyawa berbagai macam jenis minyak bumi. Anggota pertama
dari
seri
homolog
selalu
terdapat
secara
lebih
banyak
terkonsentrasikan didalam minyak bumi dari pada anggota yang lebih besar 28
berat molekulnya. Malah pada beberapa minyak bumi anggota yang lebih besar ini bisa hilang atau tidak ada sama sekali. 4. pada umumnya seri homolog dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yakni: a. I golongan asiklis atau alifat, juga disebut alkan atau parafin yang dibagi menjadi 2 kelompok yakni seri parafin normal dan seri iso-parafin b. II golongan siklis yang dibagi menjadi 3 kelompok yakni seri naften atau siklo-parafin,
seri
aromat
dan
seri
aromat-sikloparafin-polisiklis
(termaksud kompleks aspal) Analisa dan klasifikasi minyak bumi 1. Distalasi berfraksi, merupakan penyulingan serta pengembunan kembali berbagai macam cairan yang mempunyai titik didih yang berbeda-beda. 2. Analisa Hemple 3. Indeks Korelasi dan klasifikasi dasar minyak bumi Secara umum minyak bumi diklasifikasikan: 1. minyak bumi berdasar parafin (paraffin base) yang menghasilkan parafin pada pendinginan 2. minyak bumi berdasarkan aspal (asphalt base), jika mengandung residu aspal 3. minyak bumi berdasarkan peralihan (intermediate base) B. Hakekat Fisika Sebagaimana cairan lainnya, kuantitas minyak bumi diukur berdasarkan volumnya. Khusus di Indonesia, ukuran yang dipergunakan adalah meter kubik atau sering juga ton. sedangkan didunia perdagangan digunakan satuan barrel yang setara dengan 159 liter. Berat jenis atau gravitasi jenis Salah satu sifat minyak bumi yang penting dan mempunyai nilai dalam perdagangan adalah berat jenis atau gravitasi jenis. Berat jenis minyak bumi atau dalam istilah dunia perdagangan dikenal dengan API Gravity minyak bumi , sering menunjukkan kualitas minyak bumi yang mana makin kecil berat jenisnya atau makin tinggi derajat API Gravitymya, minyak bumi itu semakin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah
29
derajat APInya atau makin berat berat jenisnya , mutu minyak bumi itu kurang baik karena lebih banyak mengandung lilin atau residu aspal. Viskositas Sifat penting lain dari pada minyak bumi adalah viskositasnya. Viskositas merupakan daya hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda berputar pada cairan tersebut. Satuan viskositas adalah centipoise. pada umumnya makin tinggi derajat API, makin ringan minyak bumi tersebut maka makin kecil viskositasnya dan sebaliknya. Titik Didih dan Titik Nyala Titik didih minyak bumi berbeda-beda sesuai dengan gravitas APInya. Kalau gravitasi API rendah, maka titik didihnya tinggi sedangkan kalau gravitasi APInya tinggi maka titik didihnya rendah. Hal ini disebabkan karena minyak bumi berderajat API rendah mengandung banyak fraksi berat (berat jenis tinggi) dan dengan demikian titik didihnya tinggi sedangkan jika derajat APInya tinggi maka lebih banyak mengandung fraksi ringan seperti bensin degan demikian titik didihnya rendah. Titik nyala adalah suatu titik temperatur dimana minyak bumi dapat terbakar karena suatu percikan api. Makin tinggi gravitasi APInya titik didihnya makin rendah, maka jelaslah flash-point juga makin rendah dan mudah dapat terbakar karena percikan api. Warna Minyak bumi tidak selalu memperlihatkan warna hitam adakalanya malah tidak berwarna sama sekali. Pada umumnya warna berhubungan dengan berat jenisnya. Kalau berat jenisnya tinggi, warna jadi hijau kehitam-hitaman sedangkan kalau berat jenisnya rendah warna jadi cokelat kehitam-hitaman. Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran misalnya oksidasi senyawa hidrokarbon karena senyawa hidrokarbon sendiri tidak memperlihatkan warna tertentu. Flurosensi Minyak bumi memiliki sifat flurosensi yaitu jika terkena sinar ultra-violet akan memperlihatkan warna yang lain dari warna biasa. Warna flurosensi minyak bumi adalah kuning sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan sangat hidup. Sifat flurosensi ini sangat penting karena sedikit saja minyak bumi
30
terdapat dalam kepingan batuan atau dalam lumpur pemboran memperluhatkan flurosensi secara kuat sehingga mudah dideteksi dengan mempergunakan lampu ultra-violet. Indeks refraksi Minyak bumi memperlihatkan berbagai macam indeks refraksi dari 1.4 sampai 1.6. Perbedaan indeks refraksi tergantung dari derajat APInya atau berat jenisnya. Makin tinggi berat jenis atau makin rendah derajat APInya akan tinggi pula refraksinya dan sebalknya.
Aktivitas Optik Kebanyakan minyak bumi memperlihatkan aktivitas optik, yaitu suatu daya memutar bidang polarisasi cahaya yang terpolarisasi. Kisaran rata-rata adalah dari 0 sampai 0.2o. Bau Minyak bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak, yang biasa disebabkan oleh p-engaruh molekul aromat. Umumnya minyak bumi yang berasal dari Indonesia tidak berbau sedap oleh karena senyawa nitrogen ataupun belerang. Nilai Kalori Nilai kalori m inyak bumi adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh satu gram minyak bumi yaitu dengan meningkatkan temperatur satu gram air dari 3.5 derajat celcius dan satuannya adalah kalori .
III.2.3 HIDROKARBON GAS ATAUPUN GAS BUMI Didalam reservoir gas bumi bisa terdapat sebagai larutan yang besar dalam jumlah yang sangat sedikit sekali sampai meliputi 100% dari reservoir. Berbagai jenis gas bumi diantaranya: 1. Gas bebas, yang merupakan fase bebas dari pada minyak bumi. Hanya terdapat pada bagian atas dari reservoir yang terisi minyak bumi 2. Gas terlarut dalam minyak bumi. Karena gas dan minyak bumi adalah hidrokarbon, maka wajarlah jika jumlah gas yang larut dalam minyak bumi tergantung dari sifat kedua zat tersebut dan juga dari tekanan dan temperatur didalam reservoir. Semua minyakbumi yang terdapat didalam 31
reservoir, mengandung gas dalam larutan dari hanya beberapa m3 hingga ribuan m3. Untuk setiap m3 minyak bumi, jumlah gasbumi yang terlarut didalamnya dinyatakan dalam jumlah sedikit saja, maka gas dapat dipisahkan dari minyak segera setelah dihasilkan dari sumur pemboran, dalam suatu alat yang dinamakan gas-separator dan kemudian dibakar. Tetapi jika jumlahnya cukup banyak, gas tersebut dapat dipergunakan untuk diperdagangkan ataupun dipompakan kembali kedalam reservoir. Jika suatu reservoir tidak memperlihatkan topi gas bebas(gas cap), berarti bahwa semua gas terdapat dalam larutan dan keadaan itu disebut tidak jenuh, sedangkan kalau gas terdapat sebagai topi gas bebas diatas reservoir, didapatkan suatu reservoir yang jenuh. Temperatur dan tekanan pada waktu gas itu mulai keluar dari larutan disebut titik gelembung (bubble point). Jika temperatur konstan, maka tekanan titik gelembung disebut titik jenuh. Selain itu gas dapat juga larutv dalam air, dalam jumlah yang dapat mencapai 20 m3 setiap m3 minyak pada tekanan 5000 psi. 3. Gas tercairkan, dibawah kedalaman 2000 meter biasanya keadaan reservoir mempunyai temperatur dan tekanan yang tinggi, sehingga secarac fisik gas dan minyak bumi tidak bisa dibedakan. Dalam keadaan demikian didap[atkan reservoir kondestant. Susunan Kimia Gas Bumi Metan (CH4)
adalah hidrokarbon yang paling stabil dan merupakan
penyusun utama bumi. Selain itu terdapat juga hidrokarbon lainnya dalam jumlah kecil seperti etan, propan, butan, pentan, heksan, dan dalam kasus tertentu juga hekten , oktan, dan nonan. Hidrogen bebas jarang sekali didapatkan dalam gas alam kecuali didaerah yang bersifat volkanik sedangkan karbon monoksida dan gas yang tidak jenuh jarang sekali didapatkan. Metan merupakan senyawa yang selalu terdapat didalamnya dan tidak dapat dikondensasikan pada temperatur dan tekanan reservoir minyak, sedangkan yang lainnya bisa didapatkan sebagai cairan.kerapatan gas bumi berkisar dari 0.554 (untuk metan) terhadap udara sampai lebih tinggi dari pada udara untuk gas yang bersifat basah. Umumnya berkisar antara 0.6 sampai 0.90 jika dibandingkan dengan udara. 32
Gas bumi juga dibagi atas gas kering danm gas basah tergantung dari pada kadar cairan atau uap yang ikut didalamnya. Susunan kimia umum adalah sebagai berikut: 1. Metan CH4, 82.3% (aktif) 2. Etan C2H6, 14.4% (aktif) 3. Karbon dioksida CO2, 0.5% 4. Nitrogen N, 2.8% Pengotoran Dalam Gas Pengotoran utama disebabkan oleh kadar Nitrogen, Karbondioksida, dan Hidrogensul;fisa. juga helium dapat merupakan pengotoran yang terdapat dalam jumlah yang relatif sangat kecil. jika kadar CO2 dan Nitrogen besar maka gas tersebut mempunyai nilai yang lebih rendah karena juga nilai kalorinya menjadi lebih rendah. Helium merupakan gas ringan, tidak berbau, tidak berwana dan merupakan gas mulia yang terdapat bersama-sama dengan gas alam pada keadaan temperatur normal. Kadang-kadang didalam gas alam kadar helium cukup tinggi untuk dapat diusahakan seperti yang didapatkan di AS yaitu dengan kadar berkisar antara 1-8%, juga di Uni Sovyet ada kemungkinan gas tersebut didapat bersama-sama dengan gas bumi. Nitrogen, adanya kadar nitrogen yang tinggi dida;lam gas bumi mungkin sekali merupakan sebagian udara yang terperangkap dengan sedimen. Sedikit sekali dari nitrogen ini merupakan gas yang terbentuk dari zat organik sebagaimana diperkirakan. Hidrogensulfida, biasanya terdapat bersama-sama dengan gas bumi. gas ini biasanya tidak berwarna dan memiliki bau yang tidak sedap. Gas bumi yang mengandung Hidrogensulfida walaupun dalam jumlah kecil tidak baik untuk dipergunakan sebagai bahan bakar umum, karena dapat meracuni dan menyebabkan korosi dalam pipa. Pemakaian Gas Bumi Gas bumi dewasa ini diusahakan untuk tujuan komersil. Di massa lampau gas bumi hanya dapat digunakan jika terdapat didekat daerah industri atau diperkotan, melalui pip. Namun akhir-akhir ini dengan teknik pencairan, 33
terutama gas bumi yang mengandung molekul beratom C lebih besar sampai C4-C5, dapat dimampatkan menjadi cairan yang disebut elpiji. Berbagai Sifat Fisika Gasbumi gas biasanya diukur dalam m3 atau kaki kubik dalam keadaan baku yaitu pada temperatur 60.7oF dan tekanan 76 mmHg. Seringkali dipergunakan temperatur 20oC. Volum gas biasanya dinyatakan dalam satuan ribuan yang disingkat sebagai M.
III.3 PENUTUP III.3.1 SOAL LATIHAN 1. Bila ditinjau dari segi kimianya, minyak dan gas bumi merupakan senyawa hidrokarbon. Jelaskan apa maksudnya! 2. Sebagai agent of change, kita dituntut untuk mempelajari segala sesuatu yang ada dibumi sehingga kita dapat memanfaatkannya untuk kehidupan dimassa kini dan massa yang akan datang. Salah satunya adalah dengan mempelajari tentang hakekat minyak dan gas bumi ini. Sejauh ini apa yang anda pahami tentang hakekat minyak dan gas bumi.
III.3.2 DAFTAR PUSTAKA Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1, Penerbit ITB, Bandung. Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, ITB Bandung. Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi, PPT MIGAS Cepu.
34
BAB IV CARA TERDAPATNYA MINYAK DAN GAS BUMI IV.1 PENDAHULUAN Sebelum mambahas materi tentang cara terdapatnya minyak dan gas bumi maka perlu dikemukakan beberapa sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ini, yaitu : Mahasiswa mengetahui sekaligus memahami tentang beberapa prinsip dasar yang menyangkut cara terdapatnya migas Mahasiswa bisa menjelaskan tentang macam-macam rembesan minyak yang terkait dengan struktur bawah permukaan Mahasiswa memahami bagaimana proses akumulasi migas dan cara terdapatnya dalam suatu reservoir minyak Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip utama dalam reservoir migas yang terkait dengan penjebakan minyakbumi. Mahasiswa memahami tentang kerangka geologi penyebaran minyak dan gasbumi. Dalam rangka pencapaian sasaran belajar ini maka dianjurkan agar mahasiswa mengacu pada pengetahuan dasar geologi, geologi struktur dan membaca beberapa referensi yang ada kaitannya dengan materi ini.
IV.2 URAIAN MATERI PEMBELAJARAN Pada dasarnya minyakbumi terdapat dalam dua cara utama yakni pada permukaan bumi dan dalam kerak bumi. Berikut akan dibahas secara lebih terinci. IV.2.1 MINYAKBUMI PADA PERMUKAAN Dibeberapa tempat demikian pula di Indonesia, minyakbumi di permukaan ditemukan dalam bentuk rembesan (seep). Kadangkala rembesan ini tidak mempunyai nilai ekonomi tetapi merupakan petunjuk yang sangat penting bagi kemungkinan terdapatnya minyak di bawah permukaan. Berdasarkan gejala timbulnya minyak di permukaan, dapat dibagi menjadi yang masih aktif dan yang tidak aktif lagi (Koesoemadinata,1980). Termasuk kategori masih aktif yaitu minyak keluar bersama-sama dengan air atau merembes 35
secara perlahan untuk kemudian membentuk suatu danau aspal, atau dapat pula keluar secara aktif dari suatu gunung api lumpur. Sedangkan yang termasuk tidak aktif lagi yaitu dapat berupa batu pasir yang dijenuhi oleh bitumina yang merupakan residu penguapan fraksi ringan
dari suatu
minyakbumi. Selain itu terdapatnya hidrokarbon padat seperti wurtzelit, elaterit dsb dapat diartikan sebagai rembesanyang tidak aktif lagi. Link (1952) dalam Koesoemadinata (1980) memberikan suatu klasifikasi berbagai macam rembesan yang dapat terjadi pada suatu daerah, yaitu : Rembesan yang keluar dari homoklin dimana ujungnya telah tererosi atau tersingkap akan tetapi lapisan minyaknya belum sampai pada permukaan. Rembesan minyak yang berasosiasi dengan lapisan dan formasi tempat minyak tersebut terbentuk. Hal ini dikarenakan batuan induk (serpih misalnya) pengalami penghancuran dan akan membebaskan minyak dalam jumlah kecil sehingga indikasi dipermukaan sangat kecil. Rembesan minyak dan gas yang keluar dari akumulasi minyak yang besar dan telah tersingkap oleh erosi atau reservoirnya telah hancur akibat patahan dan lipatan. Rembesan macam inilah yang biasanya merupakan daerah rembesan yang terbesar di dunia. Rembesan minyak sepanjang bidang ketidakselarasan. Untuk hal ini mungkin terdapat banyak rembesan lain yang keluar atau memotong suatu bidang ketidakselarasan yang kemudian menjadi jalan utama dan alat pengumpul dari semua rembesan sehingga menjadi rembesan yang cukup besar. Rembesan yang berasosiasi dengan intrusi seperti gunung api lumpur, interusi batuan beku atau penusukan oleh kubah garam. Rembesan semacam ini bisa berasosiasi dengan reservoir yang telah hancur dibawahnya bisa juga tidak. Adanya rembesan minyak memang tidak mutlak menunjukkan akan adanya reservoir dibawahnya. Namun bagaimanapun juga adanya rembesan harus diperhatikan dari segi eksplorasi dan eksploitasi minyakbumi karena paling tidak mengidikasikan bahwa batuan sedimen di daerah tersebut mampu membentuk minyakbumi, hanya saja harus dipelajari strukturnya lebih jauh. 36
Selain itu puls adanya rembesan mungkin berasosiasi dengan suatu reservoir minyak dibawahnya yang mengalami kebocoran. Pentingnya rembesan minyak dalam cekungan minyakbumi dapat terlihat dari kenyataan bahwa cekungan sedimen penghasil minyak di dunia ini hampir semuanya ditandai dengan adanya rembesan.
IV.2.2 MINYAKBUMI DALAM KERAK BUMI Minyakbumi dalam kerak bumi biasanya didapati dalam lapisan berpori. Dari segi jumlah maka bisa ditemukan sebagai jejak-jejak (minor occurrences) dan juga ditemukan sebagai suatu akumulasi. Sebenarnya minyakbumi atau hidrokarbon didapatkan pada berbagai macam formasi atau lapisan sebagai tanda-tanda minyak atau hidrokarbon dalam jumlah sedikit (minor showing). Tanda itu biasanya ditemukannya minyak bersama-sama dengan air terutama air asin. Terkadang juga minyakbumi ditemukan didalam lapisan yang bukan reservoir misalnya pada lapisan serpih atau batuan lainnya. Tanda-tanda minyak yang dalam jumlah sedikit biasanya didapat pada saat melakukan pemboran, dan ini mengandung arti penting bahwa lapisan tempat terdapatnya tanda-tanda itu paling tidak pernah mengandung minyak. Atau ada kemungkinan besar lubang bor yang menembus lapisan yang mengandung minyak sedikit itu terdapat didekat atau pinggiran suatu akumulasi minyak yang penting. Adanya tanda-tanda minyak yang sedikit atau bisa menunjukkan adanya akumulasi yang komersil bisa diteliti lebih lanjut dari lumpur pemboran dan dari serbuk pemboran. Suatu lapisan reservoir yang mengandung minyak dapat disebut komersil jika dari lapisan tersebut minyak dapat diproduksikan secara menguntungkan. Hal ini ditentukan oleh berbagai factor ekonomi dan geologi.
IV.2.2.1
KEADAAN DAN CARA TERDAPATNYA MINYAKBUMI DALAM RESERVOIR
Berbicara mengenai keberadaan minyakbumi dalam kerak bumi tentu saja tidak lepas dari apa yang disebut dengan reservoir minyak. Suatu akumulasi minyak selalu terdapat di dalam suatu reservoir. Suatu reservoir haruslah tertutup pada bagian atas dan pinggirnya oleh lapisan penutup dan kemudian berbentuk perangkap. Suatu perangkap sebetulnya tidak lain 37
daripada suatu tempat fluida tetapi karena hokum hidrostatika dank arena asosiasinya dengan air maka bentuk wadah ini tidaklah terbuka ke atas tetapi terbuka ke bawah. Bentuk perangkap yang terbuka ke bawah ini bisa dengan berbagai macam cara yakni : Terbuka seluruhnya ke bawah sebagaimana didapatkan pada perangkap struktur misalnya pada sumbu antiklin Setengah terbuka ke bawah misalnya suatu perangkap stratigrafi dimana hanya sebagian saja dari bagian bawah perangkap tersebut terbuka Tertutup sama sekali misalnya jika batuan reservoir sangat terbatas penyebarannya sehingga berbentuk suatu lensa. Batas bawah suatu akumulasi minyak tentu merupakan suatu permukaan air yang mendorong minyak ke atas dan memojokkan minyak tersebut untuk tetap berada dalam perangkap. Meskipun sifat komersil sangat tergantung pada kondisi ekonomi serta kemajuan teknologi namun beberapa factor geologi juga sangat menentukan ekonomis tidaknya suatu akumulasi minyakbumi. Faktorfaktor geologi tersebut antara lain : Tebal lapisan reservoir, makin tebal tentu makin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan produksi yang besar sehingga kolom minyak yang akan didapatkan juga menjadi lebih besar Tutupan (closure), berlaku untuk perangkap struktur. Disini tutupan berarti kolom minyak maksimal yang mungkin didapatkan dalam suatu perangkap. Jika tutupan itu rendah atau sangat terbatas maka jumlah minyak yang terkumpul juga sangat terbatas. Penyebaran batuan reservoir. Jika batuan reservoir terbatas pada bagian kecil perangkap maka hal ini tidak terlalu menguntungkan untuk terdapatnya akumulasi yang sifatnya komersil Porositas dan permeabilitas efektif, kedua sifat ini merupakan hal yang sangat penting bahkan merupakan sifat khas dari batuan reservoir. Besar kecilnya porositas menentukan besar kecilnya jumlah cadangan, sedangkan besar kecilnya permeabilitas menentukan besar kecilnya jumlah minyak yang dapat dikeluarkan. Selain apa yang telah diuraikan maka unsure lain yang juga mempengaruhi ada tidaknya minyakbumi adalah migrasi, waktu igrasi, akumulasi, waktu akumulasi, batuan induk serta mulajadi. 38
Keadaan dalam reservoir dapat diketahui berdasarkan pada beberapa interpretasi daripada :
Fluida yang diperoleh dari inti pemboran
Contoh fluida dari dasar pemboran
Contoh fluida dari permukaan sumur yang sedang diproduksikan
Studi sejarah produksi dari satu atau lebih sumur misalnya penurunan tekanan reservoir, peningkatan atau penurunan produksi.
Dalam menginterpretasi dan mengevaluasi semua data tentu saja dapat menimbulkan berbagai persoalan misalnya perbedaan temperature permukaan dan reservoir, terjadinya berbagai pengotoran dan reaksi lainnya yang timbul karena semua perubahan tersebut. Namun dari semua data hubungan fluida di dalam reservoir dapat diperkirakan secara meyakinkan dan yang penting diantaranya adalah mengenai penyebaran air, minyak dan gas di dalam reservoir tersebut. Dan tak kalah pentingnya untuk diketahui adalah peranan air terutama sifat dari air formasi. Penyebaran vertical daripada air, gas dan minyak ditentukan oleh sifat fasa tersebut, antara lain : Berat jenis, ini sangat dipengaruhi oleh kadar garam yang terlarut didalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat mempengaruhi berat jenis air. Berat jenis air formasi berkisar dari nilai 1,0 untuk air yang sangat tawar sampai 1,140 untuk air formasi yang mengandung 210.000 ppm garam. Berat jenis minyakbumi dapat berkisar dari 0,6 – 1,0 biasanya kurang dari 1,0. Berat jenis (specific gravity) gas biasanya dinyatakan sebagai perbandingan terhadap kerapatan jenis (density) udara. Berat jenis gas berkisar 0,061 – 0,965. Berat jenis gas jauh lebih kecil dari minyakbumi. Daya larut masing-masing fluida/gas Gas dapat larut dalam air dan daya larut gas rata-rata 20 kaki kubic setiap barrel pada tekanan 5000 psi. Daya larut gas dalam minyakbumi lebih besar lagi dan biasanya berkisar dari beberapa kaki kubik sampai ribuan kaki kubik untuk setiap barrel. Daya larut gas dalam minyak ataupun air sangat tergantung daripada tekanannya, lebih besar tekanan lebih besar pula daya larutnya sampai dicapai suatu titik penjenuhan. 39
Sebagai akibat sifat masing-masing jenis fluida maka pada umumnya dalam reservoir terdapat suatu stratifikasi daripada air, minyak dan gas. Kapilaritas,
besaran
tekanan
kapiler
tergantung
dari
tegangan
permukaan dan juga dari pelengkungan bidang permukaannya. Derajat pelengkungan daripada permukaan lengkung tersebut tergantung dari besar kecilnya pori batuan dan juga dari jenis fluida yang ada.Tekanan kapiler didapatkan jika dua fluida yang tidak dapat larut berada dalam persentuhan, hubungan tekanan kapiler ini dinyatakan dalam pengertian tegangan permukaan, sudut sentuh dan radius daripada pipa kapiler. Pc
2 . cos r
dimana Pc = tekanan kapiler ɤ = tegangan permukaan ɵ = sudut kontak permukaan air-minyak r = radius efektif pipa kapiler
Dalam keadaan pori jenuh air dan adanya tekanan kapiler maka untuk dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatu tambahan tekanan yang dinamakan tekanan masuk (entry pressure) dan tekanan penggeseran (displacement pressure). Penjenuhan masing-masing fluida dalam batuan reservoir, di dalam suatu reservoir jarang sekali minyak terdapat 100 % menjenuhi lapisan reservoir.Biasanya air terdapat sebagai interstitial water yang berkisar dari beberapa persen sampai kadang-kadang lebih dari 50 % tetapi biasanya antara 10 – 30 %. Besarnya penjenuhan air didalam reservoir minyak menentukan dapat tidaknya lapisan minyak itu diproduksikan. Penjenuhan air dinyatakan sebagai Sw (water saturation). Jika Sw lebih besar dari 50 % minyak masih dapat keluar akan tetapi pada umumnya harus lebih kecil dari 50 %. Tekanan reservoir minyak dan gas bumi terutama ditentukan oleh kedalamannya, makin dalam makin tinggi temperaturnya. Dilain fihak nilai dari temperature ini ditentukan oleh gradient panasbumi. Gradien panasbumi didefinisikan sebagai perbandingan antara temperature formasi dikurang dengan temperature permukaan tahunan rata-rata dibagi dengan kedalaman. 40
IV.2.3 KERANGKA GEOLOGI PENYEBARAN MINYAK DAN GASBUMI Pada kenyataannya minyak dan gasbumi selalu didapatkan dalam cekungan sedimen. Secara geologi, permukaan bumi ini dapat dibedakan antara perisai dan cekungan sedimen. Perisai biasanya terdiri dari batuan beku dan metamorf dan pada umumnya berumur Pra-kambrium. Didaerah ini tidak didapatkan minyak dan gasbumi. Diantara semua perisai didapatkan cekungan sedimen yang secara klasik dibedakan menjadi geosinklin, daerah epi-kontinen dan daerah paparan kontinen. Geosinklin ialah suatu cekungan yang memanjang dimana lapisan sedimen yang sangat tebal diendapkan secara cepat dan akhirnya menghasilkan struktur pelipatan yang ketat dan rumit seperti pegunungan Alpina dan Himalaya. Di daerah seperti ini minyak jarang sekali ditemukan karena struktur yang ruwet dan sedikit banyak daerah ini diintrusi batuan beku. Daerah epi-kontinen yang disebut miogeosinklin terletak diantara geosinklin dan perisai benua dan merupakan juga daerah dimana sedimen tebal terjadi, tetapi tidak terlipat secara kuat. Daerah semacam inilah yang merupakan cekungan yang paling kaya akan kandungan minyakbumi. Daerah paparan kontinen merupakan daerah dimana lapisan sedimen tidak terlalu tebal dan juga merupakan daerah yang kaya akan minyak. Secara tektonik jarang sekali minyakbumi didapatkan di dalam rangkaian pegunungan yang terlipat ketat apalagi pegunungan yang diintrusi oleh batuan beku. Kebanyakan minyakbumi ditemukan pada daerah yang bersifat landai atau yang tidak berstruktur sama sekali, misalnya pantai timur sumatera dan Jawa, daerah dataran rendah Iran dan Irak dsb.
IV.3 PENUTUP IV.3.1 SOAL LATIHAN Setelah membahas materi yang berkaitan dengan cara terdapatnya minyak dan gasbumi maka mahasiswa diminta memberikan jawaban atau ulasan tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1. Jelaskan bagaimana keterdapatan minyak dan gasbumi sebagai oil show dan akumulasi komersil. 41
2. Kita ketahui bahwa rembesan minyakbumi tidak lepas dari kondisi geologi dari suatu daerah tertentu. Jelaskan jenis-jenis rembesan minyakbumi tersebut. 3. Jelaskan prinsip utama dari cara terdapatnya minyak dalam suatu reservoir. 4. Apa yang dimaksud reservoir, lapangan minyak dan daerah minyak. 5. Diketahui bahwa keberadaan minyak dalam suatu jebakan sering bersama air dan gas, dimana penyebaran vertical dari ketiga macam fasa ini ditentukan oleh sifat fasa tersebut. Jelaskan sifat-sifat fasa yang dimaksud.
IV.3.2 DAFTAR PUSTAKA Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy. Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1, Penerbit ITB, Bandung. Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB. Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, ITB Bandung.
42
BAB V BATUAN RESERVOIR V.1 PENDAHULUAN Dalam mempelajari materi tentang batuan reservoir ini sasaran umum yang hendak dicapai ialah agar mahasiswa mempunyai pemahaman yang luas tentang peranan batuan reservoir dalam hal cara terdapatnya minyak dan gas bumi. Adapun sasaran khususnya yaitu : 1. Agar
mahasiswa
mengetahui
pengertian
batuan
reservoir
serta
kaitannya dengan porositas dan permeabilitas 2. Agar mahasiswa memahami karakteristik serta jenis dari batuan reservoir Dalam pembahasan materi ini ada beberapa hal penting yang akan mempermudah mahasiswa dalam memperoleh pemahaman tentang batuan reservoir misalnya adanya sampel batuan yang akan membantu dalam proses identifikasi masalah porositas dan jenis-jenis batuan reservoir. Untuk keperluan tersebut mahasiswa diharapkan mencari informasi tentang jenis-jenis batuan reservoir misalnya dengan mencari gambar-gambar tentang batuan reservoir. Sampel batuan bisa diperoleh dari laboratorium geofisika.
V.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Sebelum membahas masalah batuan reservoir, kita membahas dulu tentang batuan secara umum. Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan, dan sejarah geologinya. Secara genesa, batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 43
Batuan beku (igneous rock), yaitu batuan yang terbentuk sebagai hasil dari kumpulan mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang mendingin (Walter T Huang, 1962). Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
Granit
Gabbro
Gambar V.1 Contoh batuan beku Batuan sedimen (sedimentary rock), yaitu batuan yang terjadi akibat lithifikasi dari hancuran batuan lain (detritus) atau lithifikasi dari hasil reaksi kimia tertentu (Pettijohn, 1964). Lithifikasi adalah proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas (unconsolidated rock forming materials) menjadi batuan yang kompak (coherent rock).
Gambar V.2 Proses ternetuknya batuan sedimen 44
Batuan sediment bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping terumbu. Batuan metamorf (methamorphic rock), yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan 1979).
V.2.1 BATUAN RESERVOIR Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas bumi. Adapun unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi adalah : 1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan gas bumi. Biasanya batuan ini berpori dan berongga. 2. Lapisan Penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan yang tidak permeabel atau lulus minyak. 3. Perangkap reservoir (reservoir trap), adalah suatu unsur pembentuk reservoir yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk konkav kebawah dan menyebabkan minyak dan gas bumi berada di bagian atas reservoir. Bentuk perangkap ini sangat ditentukan oleh cara terdapatnya minyak bumi, yaitu selalu berasosiasi dengan air dimana air memiliki berat jenis jauh lebih tinggi. 45
Pengertian Batuan Reservoir, Porositas, dan Permeabilitas Pada hakikatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai kemampuan untuk minyimpan dan melepaskan minyak bumi. Dalam hal ini batuan reservoir harus memiliki porositas yang meberikan kemampuan untuk menyimpan; juga kelulusan atau permeabilitas, yaitu kemampuan untuk melepaskan minyak bumi itu. Jadi secara singkat, dapat disebutkan bahwa reservoir harus berongga – rongga dan berpori-pori yang berhubungan. Perbedaan antara porositas dan permeabilitas ialah porositas menentukan jumlah cairan yang terdapat sedangkan permeabilitas menentukan jumlahnya yang dapat diproduksi. Suatu batuan reservoir dapat juga bertindak sebagai lapisan penyalur aliran minyak dan gas bumi ke tempat minyak bumi tersebut keluar batuan induk ke tempat berakumulasinya dalam suatu perangkap. Bagian suatu perangkap yang mengandung minyak atau gas disebut reservoir. Porositas Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga-rongga pori terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persen dan disebut porositas. =
−
=
%
Porositas biasanya berkisar antara 5 sampai 40 %. Porositas 5 % biasanya disebut porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat nonkomersiil. Secara teoritis porositas tidak bisa lebih dari 47,6 %, yang berlaku untuk porositas jenis intergranuler. Misalkan dalam kubus / batuan terdapat 8 buah bola penuh sehingga isi seluruh butiran dalam kubus adalah :
Dengan jari-jari butir bola = r
×
=
Isi setiap bola = Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu : 46
1. Di Laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hukum Boyle : gas digunakan sebagai penggganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut. 2. Dari Log Listrik, log sonik dan log rarioaktivitas. 3. Dari log kecepatan pemboran. 4. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi. 5. Dari hilangnya inti pemboran.
Skala Visuil Pemberian Porositas Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan secara visuil dengan mengunakan peraga visuil. Penentuan ini bersifat semi kuantitatif dan dipergunakan suatu skala sebagai berikut : 0 – 5 %, dapat diabaikan (negligible) 0 – 10 %, buruk (poor) 10 – 15 %, cukup (fair) 20 – 20 % baik (good) 20 – 25 %, sangat baik (very good) >25, istimewa (exelent).
Permeabilitas Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut. Defenisi permeabilitas dapat ditulis dalam persamaan :
Dimana
q
dinyatakan
=
dalam
.
(
centimeter
per
)
sekon,
k
dalam
(permeabilitas), viskositas m dinyatakan dalam sentipoise, dan
darcy adalah
gradien hidrolik yang dinyatakan dalam atmosfer per centimeter. Cara penentuan permeanbilitas adalah : 1. Dengan Permeameter, suatu alat pengukur yang menggunakan gas. 2. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran. 3. Dari kecepatan pemboran. 47
4. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang. Secara perkiraan dilapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuantitatif sebagai berikut : 1. Ketat (tight), kurang dari 5 md (milidarcy). 2. Cukup (fair), antara 5 – 10 md. 3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md 4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md Permeabilitas Relatif dan Efektif Permeabilitas tergantung pada ada tidaknya cairan ga di dalam rongga yang sama. Sebagai contoh misalnya saja adanya air dan minyak. Gambar dibawah ini memperlihatkan permeabilitas relatif.
Gambar V.1 Grafik permeabilitas relative dengan perbedaan penjenuhan air dan minyak (Lavorsen, 1958 dalam Koesoemadinata,1980) Gb.1 Grafik
Penjenuhan air diperlihatkan pada absis dan dinyatakan dalam persen air, koordinat menunjukkan fraksi permeabilitas dari pada fluida yang bersangkutan terhadap keadaan jika seluruh batuan tersebut dijenuhi oleh cairan tersebut itu saja. Hal ini juga jelas sama untuk kehadiran gas dan minyak (gambar 4.2). Jika penjenuhan minyak kurang dari 40 %, maka minyak sama sekali tidak bisa bergerak dan hanya gas saja yang dapat bergerak.
48
Gambar V.2 Grafik memperlihatkan relatif dengan perbedaan penjenuhan gas dan minyak (Lavorsen,1958 dalam
Hakekat Rongga Pori Dilihat dari segi asal terjadinya, rongga – rongga pori dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Pori Primer (rongga primer), atau disebut juga antar-butir (inter granula). 2. Pori Sekunder atau pori yang dibentuk kemudian. Pori sekunder disebut juga pori terinduksikan, yang berarti porositasnya dibentuk oleh beberapa gejala dari luar, seperti gejala tektonik dan pelarutan. Porositas primer dibentuk pada waktu batuan diendapkan, jadi sangat tergantung dari faktor sedimentasi. Berbagai faktor yang mempengarughi besar-kecilnya pori-pori adalah : a. Besar Butir, besar butir mempengaruhi ukuran pori-pori, tetapi tidak sama sekali tidak mempengaruhi porositas total daripada batuan, setidak-tidaknya untuk pasir kasar ataupun halus. b. Pemilahan, Pemilahan (shorting) adalah cara penyebaran berbagai macam besar butir. Misalnya jikas sedimen itu dei=endapakan dalam arus sedimen yang kuat maka pemilahannya akan lebih baik dan dengan demikian memberikan besar butir yang sama.
49
Gb V.3 Pengaruh pemilahan dan matrix terhadap porositas dan permeabilitas dalam greywacke
c. Bentuk dan Kebundaran Butir, bentuk suatu butiran klastik didefenisikan sebagai suatu hubungan terhadap suatu bola yang dipakai sebagai standar, sedangkan kebundaran
didasarkan terhadap suatu ketajaman
atau
penyudutan daripada pinggiran butir. d. Penyusutan Butir, Penyusitan butir adalah pengaturan kepadatan daripada susunan bola butir satu terhadap yang lainnya. Penyusutan butir sangat mempengaruhi porositasnya. Butiran yang berbentuk bola dan seragam akan memberikan angka porositas 47,6 % untuk penyusutan kubus yang paling terbuka, dan 25, 9 % untuk penyusutan rhombohedral. Seperti pada gambar dibawah ini.
Gb V.4 Pengeruh susunan butir terhadap porositas
50
e. Kompaksi dan Sementasi, Kompaksi dan sementasi juga mempengaruhi besar kecilnya rongga-rongga yang ada, dan pada umumnya memperkecil atau menyusutkan pori-pori yang telah ada. Kompaksi akan menebabkan penyusutan yang lebih ketat sehingga sebagian rongga-rongga akan hilang.
Batuan Reservoir Klastik Detritus – Batupasir Dua macam batuan yang penting uantuk bertindak sebagai reservoir adalah : Batupasir dan Gamping atau karbonat. Pada Gambar berikut memprlihatkan bahwa 60 % daripada reservoir minyak terdiri daripada batupasir, 30 % terdiri dari pada batuan gamping dan sisanya batuan lainnya.
1.
Jenis –jenis Klastik Detritus
Adapun batuan yang termasuk jenis-jenis klastik Detritus yaitu Batupasir, Konglomerat dan detritus kasar, Batu Lanau. Jenis batuan tersebut dapat sebagai batuan reservoir. Batupasir merupakan reservoir yang paling penting dan yang paling banyak di dunia ini, 60 % daripada semua batuan reservoir adalah batupasir. Konglomerat dan detritus kasar juga bisa menjadi sebagai batuan reservoir. Jelas juga, bahwa makin kasar batuan tiu, poriporinya
makin
besar
dan
kerenanya
permeabilitasnya menjadi lebih baik. Batu Gambar V.5 Diagram yang memperlihatkan perbandingan berbagai jenis Batuan reservoir sebagai cadangan minyak bumi
lanau juga kadang-kadang bertindak sebagai reservoir. Tapi karena besar butirnya yang
halus maka permeabilitasnya kurang begitu baik.
2. Fasies, Bentuk dan Ukuran Tubuh Batupasir. Pada umunya kita dapatkan tiga macam fasies yaitu : 1. Batu pasir yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil) 2. Batu pasir yang diendapkan dalam lingkunagn campuran atau dekat pantai. 51
3. Batu pasir Marine yaitu bastu pasir yang diendapkan dalam laut misalnya batupasir pparan, lensa pasir neritik dan turbidit. Ukuran dan Bentuk : Ukuran suatu lapisan reservor dapat dinyatakan dalam tebal dan luas. Tebal uatu lapisan reservoir, baik lapisan itu batupasir maupun batu gamping, dapat berkisar antara 1,5 sampai 500 meter. Berbagai paenulis telah
membuat
penggolongan
ukuran
serta
bentuk
abtuan
reservoir.
Penggolongan Krynine (1940) didasarkan atas perbandingan lebar atau luas terhadap tebal atau kira-kira luas berbanding volume. Ini merupakan bentuk 2 dimensi yaitu : 1. Pasir Lapoisan Selimut (Blanket sand, sheet sand), jika perkiraan luas (lebar) lapisan reservoir terhadap volume(tebal) lebih besar dari 1000 : 1 2. Tabuler, Jika perbandingan luas (lebar) berbanding volume (tebal) diantara 50 : 1 sampai 5 : 1. 3. Prima, jika perkiraan luas (lebar) bernbanding volume (tebal) di antara 50: 1 sampai 5 : 1 4. Tali sepatu (shoe-string sand), jika lebar terhadap tebal adalah 5 : 1 atau lebih kecil lagi. Klasifikasi berikutnya adalah oleh Rich (1923) dan Potter (1962). Kedua penulis ini membedakan : 1. Tubuh batupasir yang sama sisi, sebagai contoh misalnya lapisan selimut (balnket) atau sheet (lembaran), dan menurut penulis sekarang juga termasuk lensa-lensa. 2. Tubuh batupasir memanjang, misalnya bentuk prisma, bentuk tali sepatu (shoe string) dan sebagainya. Pada umunya lapisan pasir berbentuk lensa atau memanjang yang erbatas, oleh karena itu proses regresi – transgresi, proses meander dan proses-proses lainnya menyebabkan tubuh-tubuh yang terbatas ini merupakan susunan yang sangat kompleks dan ruwet. Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Jika cara merapatnya tidak sempurna, yang biasanya memang demikin maka akan terdapat intrerkalasi serpih diantaranya Ini justrumemperlihatkan bahwa suatu lapisan yang kelihatannya merupakan suatu lapisan yang luas sebetulnya terdiri dari beberapa lapisan yang merapat secara lateral dan disisipi oleh lapisan serpih. 52
V.3 PENUTUP V.3.1 SOAL LATIHAN 1. Apa yang dimaksud dengan batuan reservoir ? 2. Sifat-sifat fisis apa yang harus dimiliki oleh suatu batuan reservoir. 3. Sebutkan lima jenis batuan yang biasanya termasuk batuan reservoir, serta jelaskan bagaimana karakteristik dari batuan tersebut sehingga termasuk kedalam batuan reservoir
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit ITB. Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
52
BAB VI PERANGKAP RESERVOIR VI.1 PENDAHULUAN Perangkap reservoir merupakan unsur paling penting dalam cara terdapatnya minyak dan gasbumi. Malahan explorasi atau pencaharian minyak dan gasbumi sampai kini ditujukan kepada pencaharian perangkap. Dalam pembahasan materi ini sasaran yang ingin dicapai ialah : Mahasiswa memahami pengertian suatu perangkap reservoir dan arti penting dari keberadaan perangkap reservoir tersebut. Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang jenis-jenis perangkap reservoir serta kondisi geologis yang ikut dalam pembentukan perangkap tersebut. Untuk mencapai sasaran tersebut mahasiswa harus memiliki pemahaman yang baik tentang materi-materi yang disajikan dalam mata kuliah yang sangat mendukung mata kuliah ini misalnya geologi dasar, geotektonik dan geologi struktur.
VI.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Dipandang dari segi sejarahnya, teori perangkap dikemukakan oleh Sterry Hunt yang mengatakan bahwa minyak bumi selalu terdapat di atas atau di puncak suatu antiklin. Berbagai prinsip mengenai minyak dan air serta prinsip lainnya yang menyatakan bahwa minyak itu selalu mencari tempat-tempat yang tinggi belum begitu jelas pada waktu itu dan mungkin berbagai keterangan lain harus diberikan untuk menerangkan mengapa minyak berakumulasi di atas puncak suatu antiklin. Sebetulnya perangkap adalah tidak lain daripada bentuk lapisan penyekat. Lapisan penyekat itu dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak tidak dapat lari kemana-mana lagi. Bentuk ini akan menahan tetes-tetes minyak dalam perjalanannya sepanjang garis-garis gaya. Oleh karena itu perangkap dapat dibagi dalam dua jenis yakni: a) Perangkap dalam keadaan hidrostatik b) Perangkap dalam keadaan dinamik Istilah perangkap atau jebakan (trap), mengandung arti seolah-olah minyak 53
terjebak atau tersangkut dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa lepas lagi. Hal ini disebabkan karena walaupun minyak merupakan suatu fasa tersendiri, namun selalu berada bersama-sama dengan air (air formasi). Menurut Teori Potensial yang dikemukakan dalam Koesoemadinata,1980 menyatakan bahwa adanya perbedaan fisik antara minyak dengan air yang tidak saling melarutkan dan terutama juga perbedaan berat-jenis kedua zat itu, maka minyak akan selalu naik ke atas dan menurut teori akan mencari ternpat dengan potensi yang paling rendah.
VI.2.1 JENIS-JENIS PERANGKAP MINYAK DAN GAS Dalam Sistem Perminyakan, memiliki konsep dasar berupa distribusi hidrokarbon didalam kerak bumi dari batuan sumber (source rock) ke batuan reservoar. Salah satu elemen dari Sistem Perminyakan ini adalah adanya batuan reservoir, dalam batuan reservoir ini, terdapat beberapa faktor penting diantaranya adalah adanya perangkap minyak bumi. Perangkap minyak bumi sendiri merupakan tempat terkumpulnya minyak bumi yang berupa perangkap dan mempunyai bentuk konkav ke bawah sehingga minyak dan gas bumi dapat terjebak di dalamnya. Perangkap minyak bumi ini sendiri terbagi menjadi perangkap stratigrafi, perangkap struktural, perangkap kombinasi stratigrafistruktur dan perangkap hidrodinamik. Perangkap Stratigrafi Jenis perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral
dalam
litologi pada
suatu
lapisan
reservoir
dalam
perpindahan minyak bumi. Prinsip dalam perangkap stratigrafi adalah minyak dan gas bumi terperangkap dalam perjalanan ke atas kemudian terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, hal ini dikarenakan batuan reservoir telah menghilang atau berubah fasies menjadi
batu
lain
sehingga
merupakan
penghalang
permeabilitas
(Koesoemadinata, 1980). Dan jebakan stratigrafi tidak berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Channels, Barrier Bar, dan Reef, namun berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Onlap Pinchouts, dan Truncations.
54
Gambar VI.1 Contoh perangkap stratigrafi Pada perangkap stratigrafi ini, berasal dari lapisan reservoir tersebut, atau ketika terjadi perubahan permeabilitas pada lapisan reservoir itu sendiri. Pada salah satu tipe perangkap stratigrafi, pada horizontal, lapisan impermeabel memotong lapisan yang bengkok pada batuan yang memiliki kandungan minyak. Terkadang terpotong pada lapisan yang tidak dapat ditembus, atau Pinches, pada formasi yang memiliki kandungan minyak. Pada perangkap stratigrafi yang lain berupa Lens-shaped. Pada perangkap ini, lapisan yang tidak dapat ditembus ini mengelilingi batuan yang memiliki kandungan
hidrokarbon.
Pada
tipe
yang
lain,
terjadi
perubahan
permeabilitas dan porositas pada reservoir itu sendiri. Pada reservoir yang telah mencapai puncaknya yang tidak sarang dan impermeabel, yang dimana pada bagian bawahnya sarang dan permeabel serta terdapat hidrokarbon. Pada bagian yang lain menerangkan bahwa minyak bumi terperangkap pada reservoir itu sendiri yang Cut Off up-dip, dan mencegah migrasi lanjutan, sehingga tidak adanya pengatur struktur yang dibutuhkan. Variasi ukuran dan bentuk perangkap yang demikian mahabesar, untuk memperpanjang pantulan lingkungan pembatas pada batuan reservoir terendapkan.
56
57
2.Perangkap Struktural Jenis perangkap selanjutnya adalah perangkap struktural, perangkap ini Jebakan tipe struktural ini banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang paling asli dan perangkap yang paling penting, pada bagian ini berbagai unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoar sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan oleh gejala tektonik atau struktur
seperti
pelipatan
dan
patahan
(Koesoemadinata,
1980).
a. Jebakan Patahan Jebakan patahan merupakan patahan yang terhenti pada lapisan batuan. Jebakan ini terjadi bersama dalam sebuah formasi dalam bagian patahan yang bergerak, kemudian gerakan pada formasi ini berhenti dan pada saat yang bersamaan minyak bumi mengalami migrasi dan terjebak pada daerah patahan tersebut, lalu sering kali pada formasi yang impermeabel yang pada satu sisinya berhadapan dengan pergerakan patahan yang bersifat sarang dan formasi yang permeabel pada sisi yang lain. Kemudian, minyak bumi bermigrasi pada formasi yang sarang dan permeabel. Minyak dan gas disini sudah terperangkap karena lapisan tidak dapat ditembus pada daerah jebakan patahan ini.
58
b.Jebakan Antiklin Kemudian, pada jebakan struktural selanjutnya, yaitu jebakan antiklin, jebakan yang antiklinnya melipat ke atas pada lapisan batuan, yang memiliki bentuk menyerupai kubah pada bangunan. Minyak dan gas bumi bermigrasi pada lipatan yang sarang dan pada lapisan yang permeabel, serta naik pada puncak lipatan. Disini, minyak dan gas sudah terjebak karena
lapisan
yang
diatasnya
merupakan
batuan
impermeabel.
c. Jebakan Struktural lainnya Contoh dari perangkap struktur yang lain adalah Tilted fault blocks in an extensional regime, marupakan jebakan yang bearasal dari Seal yang berada diatas Mudstone dan memotong patahan yang sejajar Mudstone. Kemudian, Rollover anticline on thrust, adalah jebakan yang minyak bumi berada pada Hanging Wall dan Footwall. Lalu, Seal yang posisinya lateral pada diapir dan menutup rapat jebakan yang berada diatasnya.
59
3. Perangkap Kombinasi Kemudian perangkap yang selanjutnya adalah perangkap kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyak bumi. Dan, pada jenis perangkap ini, terdapat lebih dari satu jenis perangkap yang membentuk reservoar. Sebagai contohnya antiklin patahan, terbentuk ketika patahan memotong tegak lurus pada antiklin. Dan, pada perangkap ini kedua perangkapnya tidak saling mengendalikan perangkap itu sendiri.
60
4. Perangkap Hidrodinamik
Kemudian perangkap yang terakhir adalah perangkap hidrodinamik. Perangkap ini sangat jarang karena dipengaruhi oleh pergerakan air. Pergerakan air ini yang mampu merubah ukuran pada akumulasi minyak bumi atau dimana jebakan minyak bumi yang pada lokasi tersebut dapat menyebabkan
perpindahan.
Kemudian
perangkap
ini
digambarkan
pergerakan air yang biasanya dari iar hujan, masuk kedalam reservoar 61
formasi, dan minyak bumi bermigrasi ke reservoar dan bertemu untuk migrasi ke atas menuju permukaan melalui permukaan air. Kemudian tergantung pada keseimbangan berat jenis minyak, dan dapat menemukan sendiri, dan tidak dapat bergerak ke reservoar permukaan karena tidak ada jebakan minyak yang konvensional.
VI.3 PENUTUP VI.3.1 TUGAS LATIHAN Setelah anda membahas materi dalam bab ini maka silahkan anda mengerjakan beberapa hal berikut ini : 1. Apa pengertian dari perangkap reservoir 2. Sebutkan jenis-jenis dari perangkap reservoir migas 3. Jelaskan peranan dari perangkap reservoir terhadap akumulasi dari minyak dan gas bumi. 4. Carilah beberapa contoh gambar perangkap reservoir migas dan analisis faktor-faktor geologis yang menyebabkan pembentukan dari bentuk perangkap tersebut.
VI.3.2 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit ITB. Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB. Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied Geophysics 1 edition. Cambridge University Press.
VIVvvhhhhhy
62
BAB VII ASAL MINYAK DAN GAS BUMI VII.1 PENDAHULUAN Pembahasan tentang asal minyak dan gas bumi memiliki sasaran sebagai berikut : Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang teori-teori pembentukan minyak dan gas bumi. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori organik dan teori anorganik. Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang proses-proses akumulasi, pengawetan dan transformasi dari zat organik.
VII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Membahas
identifikasi
minyak
bumi tidak dapat lepas dari bahasan teori pembentukan minyak bumi dan kondisi pembentukannya yang membuat suatu minyak bumi menjadi spesifik dan tidak sama antara suatu minyak bumi dengan
minyak
Pemahaman pembentukan
bumi
lainnya.
tentang minyak
proses bumi
akan
diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk
menginterpretasikan
identifikasi.
Ada
banyak
hasil hipotesa
tentang terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah : 1. Teori Abiogenesis (Anorganik) Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) 63
mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan
dengan
proses
terbentuknya
bumi.
Pernyataan
tersebut
berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain. 2. Teori Biogenesis (Organik) Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.” Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua macam bukti, yaitu: a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium, yaitu bahwa proses organik ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya dalam alam. Dengan kata lain, proses kimianya harus betul dan terbukti di dalam laboratorium. b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data mengenai tempat terdapatnya minyak bumi, dalam keadaan yang bagaimana, serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini didapatkan dari hasil explorasi di dunia. Jadi, tanpa kekecualian harus dapat menerangkan cara terdapatnya minyakbumi secara geologi di seluruh dunia. Berikut ini akan dijelaskan mengenai dua teori utama mengenai berbagai keberatan serta kesulitan yang timbul, serta beberapa masalah yang masih belum terpecahkan dalam teori anorganik maupun teori organik. Ternyata masih banyak persoalan yang timbul, juga dalam teori organik yang diterima masyarakat luas. 64
VII.2.1 TEORI ASAL ANORGANIK MINYAKBUMI 1. Teori Alkali Panas Dengan CO2 (Berthelot, 1866) Berthelot adalah ahli kimia Perancis. Ia memulai dengan suatu anggapan bahwa di dalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya pada temperatur yang tinggi. Jika karbondioksida yang datang dari udara bersentuhan dengan alkali panas ini, maka asetilen dapat terbentuk seperti pada persamaan berikut:
Variasi lain dari teori ini adalah adanya besi yang panas dalam kerak bumi, yang karena aksi karbondioksida dan hidrogensulfida menghasilkan juga reaksi yang serupa. Air yang mengandung asam karbonat biasanya datang dari laut yang masuk ke dalam kerak bumi melalui rekahan-rekahan.
2. Teori Karbida Panas Dengan Air (Mendeleyeff, 1877) Mendeleyeff seorang kimiawan asal Uni Soviet abad 19, beranggapan bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi. Air yang masuk ke dalam kerak bumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi. Di dalam teori ini didasarkan suatu pengetahuan umum bahwa kalsiumkarbida ditambah air akan membentuk gas asetilen yaitu salah satu gas hidrokarbon.
3. Teori Emanasi Volkanik Asal volkanik minyakbumi, mula-mula sekali ditemukan oleh Von Humboldt pada tahun 1805, kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet d’Aoust (1934), silvestri dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi lumpur merupakan gunungapi dalam arti sebenarnya yaitu terdapatnya minyakbumi di dalam batuan volkanik atau dekat batuan beku. Selain itu juga didasarkan atas adanya gas metan (CH4) di dalam emanasi gunungapi lainnya. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya minyak cair dan parafin yang padat di 65
dalam rongga-rongga lava basalta di Gunung Etna. Rusia berhasil membuktikan kalau minyak bumi ternyata bukan dari fosil dan dapat diperbaharui karena berasal dari lapisan magma di kedalaman lebih dari 30,000 kaki dan tidak ditemukan lapisan organik.
4. Hipotesa Kimia Pada tahun 1964 di Amerika Serikat, Marx mengemukakan teori baterai, yang menyatakan bahwa di bawah kerakbumi terdapat suatu kombinasi antara air, grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar, dengan grafit bertindak sebagai penyaluran aliran listrik. Sebagai akibat reaksi ini, air terurai dan menghasilkan hidrogen yang bereaksi dengan grafit untuk membentuk hidrokarbon. Proceedings of the National Academy of Sciences, studi tersebut menjelaskan bagaimana peneliti menggabungkan tiga materi abiotik (tak hidup) -- air (H2O), batu kapur (CaCO3), dan besi oksida (FeO) -- dan menghancurkan campuran tersebut bersama-sama dengan tekanan yang sama dengan di bawah permukaan bumi. Proses ini menghasilkan metana (CH4), komponen paling besar dalam gas alam.
5. Hipotesa Asal Kosmik Teori ini terutama didasarkan atas spekulasi bahwa di dalam atmosfer planet terdapat hidrokarbon, terutama metan. Planet tersebut adalah Venus, Mars, juga Saturnus dan Uranus dengan seluruh satelitnya. Teori asal kosmik juga diperkuat dengan ditemukannya hidrokarbon di dalam meteorit. 6. Teori Asal Anorganik Dari Sebagian Para Ahli Geologi Uni Soviet Porfir’ev (1974) mengemukakan minyakbumi berasal daripada magma, dan bahwa magma mengandung hidrogen ataupun karbon, sebagaimana terbukti dengan adanya grafit dan intan di dalam batuan ultra-basa. Memang menurut hematnya terjadinya minyak bumi berlangsung dalam bagian atas selubung di bawah kerakbumi yang dinamakan astenosfer.
66
VII.2.2 TEORI ASAL ORGANIK MINYAK DAN GAS BUMI Teori-teori organik itu harus didasarkan atas: a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium yang mensintesakan minyak bumi dari zat organik. b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai penyebab terdapatnya akumulasi minyakbumi.
Gambar VII.2 Cekungan minyak
1. Sejarah Teori Organik Seorang sarjana Perancis P.G. Macquir (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan dan berhubungan dengan cara terbentuknya batubara. Kemudian seorang sarjana asal Rusia M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer.
2. Argumentasi Untuk Minyakbumi Asal Organik Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa minyakbumi berasal dari zat organik, yaitu: 1) Minyakbumi mempunyai daya dapat memutar bidang optik atau bidang polarisasi. 2) Minyakbumi mengandung porfirin, suatu zat yang kompleks yang terdiri dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel dsb. Porfirin adalah suatu 67
zat yang sangat menyerupai hemoglobin yang terdapat dalam darah dan zat klorofil dalam daun-daunan. 3) Susunan hidrokarbon yang terdiri dari unsur H dan C sangat mirip dengan zat organik yang terdiri dari H, C dan O. 4) Hidrokarbon terdapat di dalam sedimen resen. Hal ini berhubungan dengan asosiasi minyakbumi dengan sedimen, sedangkan diketahui pula bahwa zat organik banyak terdapat didalam lapisan sedimen. 5) Secara praktis lapisan minyak didapatkan setelah kambrium sampai pleistosen.
3. Pagar Cox Pada umumnya dalam proses pembentukkan minyakbumi terdapat tiga stadium atau fasa: 1) Pembentukannya sendiri yang terdiri dari: a. Pengumpulan zat organik di dalam sedimen b. Pengawetan zat organik di dalam sedimen c. Transformasi zat organik menjadi minyakbumi 2) Migrasi daripada minyakbumi yang terbentuk dan tersebar di dalam batuan sedimen ke perangkap dimana minyak terdapat. 3) Akumulasi daripada tetes minyak yuang tersebar di dalam lapisan sedimen sehingga berkumpul menjadi akumulasi komersil. Beberapa garis utama daripada pagar cox ini adalah: 1) Minyakbumi selalu terdapat dalam batuan sedimen dan pada umumnya sedimen marin. Hedberg (1964) juga memperlihatkan bahwa banyak kasus yang menunjukkan bahwa minyakbumi itu terdapat dalam batuan sedimen non-marin. 2) Minyakbumi merupakan campuran kompleks hidrokarbon. Secara unsur maka susunannya adalah seragam, yaitu 15% hidrogen dan 85% karbon. 3) Minyakbumi terdapat dari umur kambrium sampai pleistosen. 4) Temperatur reservoir rata-rata ialah 1070c dan secara kekecualian dapat mencapai 1410c. Juga temperatur yang lebih rendah dapat dialami minyakbumi. 68
5) Minyakbumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi sebagaimana diperlihatkan
oleh
hadirnya
porfirin
dan
unsur
belerang.
Juga
minyakbumi hanya sedikit sekali mengandung oksigen. 6) Minyakbumi dapat mengalami berbagai perubahan. Dapat tahan terhadap perubahan tekanan dari 8 sampai 10.000 psi atau kurang dari satu atmosfer. Selain itu minyakbumi dapat bertahan dalam kisaran temperatur 1000 c. Hedberg dalam Koesoenadinata (1980), mengemukakan pula beberapa faktor lingkungan pengendapan sebagai berikut: Banyaknya produksi zat organik jenis tertentu. Masih harus diteliti apakah zat organik tersebut berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan, marin atau daratan Terbentuknya suatu kondisi anaerob dan reduksi Tidak adanya organisme yang merusak zat organik Pengendapan
sedimen
halus
secara
cepat
yang
memberikan
pengawetan kepada zat organik dan juga memberikan matriks yang kaya air untuk proses diagenesa Adanya rongga reservoir pada waktu kompaksi Selain itu Hedberg menekankan pula pentingnya ada cekungan yang terbatas dengan sedikit sirkulasi air.
4. Data Geokimia Berbagai data geokimia memberikan beberapa keterangan mengenai terjadinya minyakbumi 1) Minyakbumi mengandung beberapa senyawa yang memperlihatkan kesamaan struktur terhadap zat organik yang diisolir dari hewan dan tumbuh-tumbuhan 2) Beberapa komponen minyakbumi termasuk kompleks porfirin, tidak stabil pada temperatur 250 sampai 3000 c 3) Parafin normal merupakan susunan utama minyakbumi. 4) Dengan sedikit kekecualian, minyakbumi tidak mengandung lebih dari 0,5 persen nitrogen dan 1,0 persen oksigen. 69
5. Zat organik sebagai sumber Bahwa zat organik merupakan bahan sumber bagi pembentukkan minyak dan gasbumi, telah diterima oleh sebagian besar ahli geologi. Namun yang menjadi persoalan adalah macam zat organik apakah yang menjadi sumber itu apakah tumbuh-tumbuhan atau hewan dan bagian mana saja dari zat tersebut dapat menjadi minyakbumi.
Gambar VII.3 Bagan Struktur Molekul Beberapa Komponen Fraksi Lipid Lipid mungkin merupakan zat pembentuk utama minyakbumi. Hal ini terlihat pula dari perbandingan H : C nya, yang menunjukkan bahwa lipid adalah yang paling mirip dengan minyakbumi. Zat organik juga dapat terbentuk dalam kehidupan laut ataupun darat. Juga zat organik dapat juga dibagi dua jenis, yakni yang berasal dari kehidupan nabati dan kehidupan hewan. Zat Organik Lautan Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua bagian yaitu : -
Bahan organik terlarut yang berukuran < 0.5 μm.
-
Bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5 μm.
Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan. Adapun peranan bahan organik di dalam ekologi laut adalah sebagai berikut : -
Sumber energi (makanan)
-
Sumber bahan keperluan bakteri, tumbuhan maupun hewan
-
Sumber vitamin 70
-
Sebagai zat yang dapat mempercepat dan menghambat pertumbuhan sehingga
memiliki
peranan
penting
dalam
mengatur
kehidupan
fitoplankton di laut. Bahan organik terlarut dalam air laut. -
Bahan organik karbon berukuran 0,3 – 3 mgC/ l pada perairan pantai, ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan polusi dari daratan.
-
Metode penentuan karbon organik, ditemukan oleh Menzel dan Vaccaro (1964) dalam Riley dan Chester (1971) dengan menyaring sampel, dipindahkan ke sebuah ampul dan diacidified sparging dengan uap udara bersih untuk memisahkan karbondioksida yang bergabung dengan keseimbangan asam karbonik. Sampel ini dihilangkan dengan Potasium Peroksidisulfat (K2S2O8) lalu ampul ditutup. Selanjutnya dipanaskan dengan suhu 130°C dalam sebuah autoclave selama 1 jam. Setelah dingin autoclave dibuka dan karbondioksida terbentuk oleh oksidasi dari bahan organik yang diubah dengan helium atau nitrogen, lalu diukur dengan alat ukur yang terbuat dari infra red absorption atau dengan absorption chromatography.
-
Bahan organik nitrogen. Penentuan bahan organik nitrogen terlarut (5 – 300 μgN/l) dikemukakan oleh Strikland dan Persons (1968). Bahan organik nitrogen dioksidasi menjadi nitrit+ oleh penyinaran yang bersumber dari radiasi ultra violet. Nitrat selanjutnya direduksi ke nitrit menggunakan cadmium reduktor column sehingga total nitratnitrogen dapat ditentukan.
Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu : Daratan Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buah-buahan yang jatuh di tanah. Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran) dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan 71
air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik tersedia. Penguraian organisme mati oleh bakteri Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial. Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan perairan. Menurut Johanes (1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat. Waksman, et al (1938) dalam Riley dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu 2 minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam Riley dan Chester (1971) menyatakan bahwa 70 % organik karbon tidak terlarut di dalam kultur alga mati akan dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang diubah kedalam bahan organik terlarut. Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton. Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan. Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya. Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea, purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine)
72
Sifat Bahan Organik Terlarut dalam Air Laut Sebagian besar bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material yang kompleks dan sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Kehidupan tumbuh-tumbuhan
dalam
laut
terdiri
dari
ganggang,
jamur,
bakteri,
dinoflagelata, dan diatomea. Kehidupan hewan dalam laut terdiri dari foraminifera, radiolaria, spongia, coralia, ikan, dll. Ganggang ini paling banyak terdapat di lautan dan merupakan makanan utama bagi hewan di laut. Dapat pula dikatakan bahwa zat lipid sangat banyak terdapat di dalam ganggang tersebut. Diatomea juga merupakan tumbuhtumbuhan yang terkungkung dalam endapan silikat. 5 – 50% dari jasad diatomea terdiri daripada pelampung yang berupa zat minyak, sehingga mungkin zat beginilah yang merupakan sumber utama minyakbumi. Melihat bahwa lipid merupakan sumber utama minyakbumi, maka jasad plankton merupakan binatang yang mungkin sekali menjadi sumber minyakbumi, karena padanya terdapat paling banyak lipid. Zat Organik Daratan Sebagaimana telah nyata sebelumnya diperkirakan tumbuh-tumbuhan dapat merupakan sumber utama minyak dan gasbumi. Harus kita ingat pula bahwa selain tumbuh-tumbuhan, di daratpun terdapat kehidupan hewan, yang zat organiknya kemudian dapat terkumpul untuk menjadi minyakbumi, atau terbawa oleh sungai ke laut untuk kemudian menjadi minyakbumi. Zat organik di daratan terutama terdiri dari tumbuh-tumbuhan, yaitu Lignin dan selulosa, terutama terdiri dari karbohidrat dan juga zat-zat kayu, Asam humus, Asam geis, Asam ulmik Proses pembentukan minyakbumi berdasar teori organik Mungkin tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa secara alami minyak bumi yang ada secara alami ini dibuat oleh alam ini bahan dasarnya dari ganggang. Ya, selain ganggang, biota-biota lain yang berupa daun-daunan juga dapat menjadi sumber minyak bumi. Tetapi ganggang merupakan biota terpenting dalam menghasilkan minyak. Namun dalam studi perminyakan (diketahui
bahwa
tumbuh-tumbuhan
tingkat
tinggi
akan
lebih
banyak
menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan 73
karena rangkaian karbonnya juga semakin kompleks. Setelah ganggangganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan sedimen. Keberadaan ganggang ini bisa juga di laut maupun di sebuah danau. Jadi ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentu saja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon). Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak. Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Tentu saja kita tahu bahwa semakin kedalam atau masuk ke bumi, akan bertambah suhunya.
Gambar VII.4 Pembentukan Migas (Teori Organik)
Gambar VII.4 Proses Pembentukan Migas (Teori Organik)
74
VII.2.3 PENGUMPULAN, PENGAWETAN, DAN TRANSFORMASI ZAT ORGANIK DALAM SEDIMEN 1. Lingkungan Pengendapan Zat Organik Untuk terbentuknya minyak dan gasbumi tentu diperlukan suatu lingkungan pengendapan yang dapat memberikan kadar zat organik yang tinggi serta kesempatan
untuk
mengawetkannya.
Keadaan
yang seperti
itu
yang
memungkinkan teronggoknya zat organik adalah: Suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali. Pengendapan sedimen yang berlangsung sedemikian cepatnya, terutama yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan tidak hilang oleh pembusukkan ataupun oksidasi. Lingkungan
yang berada pada keadaan reduksi, dimana tidak terdapat
sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat organik akan terawetkan. Daerah pantai dan mulut sungai Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat, terutama terdapat di daerah pantai dan mulut sungai. Perairan pantai biasanya memproduksi 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari daratan yang akan menarik banyak sekali jasad. Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwelling currents). Aliran ini membawa air dingin dari dalam yang besar sekali yang naik ke permukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan tempat kehidupan yang subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat merupakan sumber zat organik. Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat yang dinamakan zat sapropel, yaitu suatu zat organik yang setengah membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam keadaan anaerob. 75
Lingkungan sedimentasi cepat Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik. Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai, dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore currents) disebarkan di sepanjang pantai. 2. Lingkungan Pengawetan Zat Organik Cekungan Euxinic : kondisi untuk terjadinya pengawetan zat organik ialah tidak banyak adanya oksigen. Hedberg (1964) dalam Koesoemadinata (1980), menekankan pentingnya cekungan terbatas dengan sirkulasi fluida yang kurang, sehingga oksidasi tidak akan terjadi. Dan lautan yang demikian merupakan suatu cekungan yang mempunyai ambang di bawah alas gelombang pada mulutnya terhadap laut terbuka sehingga tidak terjadi sirkulasi udara sama sekali dan oleh karenanya segala sesuatu menjadi berbau busuk (sapropel), sedangkan di bagian lain atasnya sirkulasi udara terjadi dan di sini organisme hidup.
Gambar VII.5 Penampang Suatu Cekungan Euxinic (Koesoemadinata, 1980)
3. Beberapa Lingkungan Pengumpulan Zat Organik Lingkungan Terumbu Salah satu lingkungan sedimentasi yang juga merupakan daerah tempat akumulasi zat organik adalah terumbu. Kadar zat organik dalam suatu terumbu koral dapat berkisar dari 4 sampai 8 persen dari masa total. Terumbu adalah suatu masa gamping yang dibangun oleh organisme yang mengeluarkan kapur dan biasanya bersifat koloni yang berkerangka. 76
Penggolongan terbentuknya minyakbumi didalam lingkungan terumbu sebagai berikut:
Di belakang terumbu. Dalam laguna, seperti dalam cekungan yang tertutup
Di muka terumbu, dalam lingkungan dasar yang euxinic, juga di dalam terumbunya sendiri.
Sumber zat organik terdapat di dalam terumbu itu sendiri. Danau darat sebagai tempat akumulasi zat organik
Di tengah danau terdapat suatu daerah anaerob yang sangat dalam dengan sedimen berwarna hitam sampai ketebalan beberapa inci dan sangat berbau hidrogensulfida. Makin ke tengah danau kadar karbon organik bertambah atau meningkat, sampai lebih dari 5 %. Sedimentasi danau (lakustrin) ditentukan oleh ukuran danau, kimiawi air, jumlah allochtonous yang dibawa sungai. Pada danau terbuka keseimbangan antara air masuk dan pengendapan dengan air keluar dan penguapan Allochtonous dibawa oleh aliran sungai, dan karakter
sedimen
adalah
masukan
bahan
tumbuhan
darat.
Dapatlah
disimpulkan bahwa terdapatnya pengumpulan serta pengawetan zat organik secara banyak tidak hanya disebabkan karena kecepatan sedimentasi yang sangat tinggi, tetapi juga karena keadaan anaerob. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan untuk terbentuknya zat induk minyakbumi sangat beraneka ragam misalnya lingkungan lautan maupun lingkungan daratan. Lingkungan yang baik untuk terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak dan juga pengawetan zat organik, antara lain adalah banyaknya cahaya matahari, adanya cukup zat makanan dan pengawetan oleh penguburan yang cepat dalam sedimen halus. Diantara lingkungan tersebut terdapat situasi dimana yang satu lebih menguntungkan daripada yang lain: Sungai besar yang membawa zat makanan dari daratan dan sedimen halus dari laut menghasilkan delta yang sangat baik untuk pertumbuhan dan pengawetan zat organik.
77
Cekungan yang setengah tertutup dengan satu ambang merupakan daerah yang sangat baik untuk
pengumpulan dan pengawetan zat
organik Suatu kasus istimewa dari cekungan evaporit yang terhalang dari laut terbuka dimana kebanyakan cadangan minyakbumi rupanya berasosiasi secara genetika . Cadangan minyakbumi yang besar didapatkan dalam reservoir karbonat yang menyerupai terumbu yang juga sebagian berasal dari lingkungan yang setengah tertutup. Danau daratan merupakan suatu keadaan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang telah dikemukakan di atas.
4. Kadar Zat Organik Dalam Sedimen Dan Batuan Sedimen Kadar organik sedimen sangat dipengaruhi oleh konfigurasi laut. Endapan dalam cekungan yang tertutup lebih banyak mengandung zat organik daripada punggungan serta lereng-lereng yang ada didekatnya. Kadar organik sedimen meningkat dengan halusnya tekstur. Lempung kira-kira mengandung dua kali lebih banyak mengandung zat organik daripada lanau. Dan lanau lebih banyak dua kali daripada pasir halus. Kadar organik sedimen halus dapat berkisar besar sekali dalam jarak bebeapa kilometer saja. Kadar organik sedimen laut yang khas, bervariasi secara kasar dengan jumlah plankton yang terdapat pada permukaan air laut Sedimen dekat pantai mengandung lebih banyak zat organik daripada endapan samudera terbuka. Kadar organik di daerah pemunculan airlaut–dalam ke permukaan sangatlah besar. Zat organik dalam batuan sedimen Kesimpulan daripada hasil yang dilakukan oleh Trask (1932) dkk adalah: Zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen terutama adalah pirobitumina atau kerogen, yaitu suatu zat kompleks yang tahan berupa senyawa hidrokarbon yang juga mengandung oksigen. 78
Kadar zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen ternyata berkisar antara 1,3 sampai 1,7 % atau rata-rata 1,5 %. Litologi ternyata juga berpengaruh terhadap kadar zat organik. Semua jenis batuan sedimen ternyata mengandung zat organik, tetapi yang paling banyak yaitu di dalam batuan serpih dan gamping. Warna juga merefleksikan kadar zat organik. Makin gelap warna batuan sedimen terutama batuan serpih, kadar zat organiknya makin tinggi. Trask tidak menemukan minyak bebas di dalam batuan sedimen, kecuali di dalam batuan reservoir dan dalam batuan serpih yang berada langsung di atas batuan reservoir.
5. Proses Transformasi Zat Organik – Minyak Bumi Mengenai proses transformasi zat organik – minyak bumi diajukan beberapa pendapat: 1. Degradasi termal Kalau sedimen mengalami penimbunan dan pembebanan, maka tekanan dan temperatur akan meningkat. Temperatur merupakan faktor penting. Percobaan pemanasan kerogen berhasil membentuk minyakbumi tetapi memerlukan temperatur sangat tinggi yaitu 4000 c. 2. Reaksi Katalis Sesuai dengan yang berlangsung di dalam kilang minyak, ‘cracking’ terjadi pada temperatur rendah dan berjalan lebih cepat apabila menggunakan lempung sebagai katalisator (asam silikat). 3. Radioaktivitas Penelitian
yang
dilakukan
oleh
whitehead
(1954)
membuktikan
kemampuan pembentukan hidrokarbon minyakbumi dari zat organik. Misalnya, bombardemen asam lemak oleh partikel-partikel alpha membentuk hidrokarbon parafin. 4. Aktivitas Bakteri (Mikrobiokimia) Bakteri
mempunyai
potensi
besar
dalam
proses
pembentukan
hidrokarbon minyakbumi dan memegang peranan penting dari sejak matinya zat organik sampai pada waktu diagenesa. Pada umumnya aktivitas bakteri menimbulkan dan mengintensifkan lingkungan yang 79
mereduksi, sehingga setidak-tidaknya menyiapkan milieu terbentuknya minyak bumi. 5. Tanpa Suatu Proses Tertentu Levorsen (1958) berpendapat bahwa organisme membentuk hidrokarbon sebagai bagian dari proses metabolisme dalam siklus hidupnya yang normal. Juga minyakbumi dari rembasan dari zaman-zaman lampau yang mungkin diendapkan kembali dan menambah cadangan yang telah ada.
VII.3 PENUTUP VII.3.1 TUGAS Setelah mempelajari materi ini silahkan anda memberikan penjelasan tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang dimaksud dengan teori organik dan anorganik terkait dengan proses pembentukan minyak dan gas bumi. 2. Pada umumnya dalam proses pembentukan minyak bumi terdapat tiga stadium atau fasa, uraikan ketiga stadium tersebut! 3. Jelaskan apa bagaimana karakteristik lingkungan yang baik untuk terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak serta pengawetan dari zat-zat organik.
DAFTAR PUSTAKA Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy. Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM Press. Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC. Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi 2 jilid 2, Bandung, Penerbit ITB. Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
80
BAB VIII BATUAN INDUK, PEMATANGAN, MIGRASI SERTA AKUMULASI MINYAK DAN GAS BUMI
VIII.1 PENDAHULUAN Ada beberapa sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi dalam bab ini yaitu : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep tentang batuan induk Mahasiswa mampu menguraikan tentang proses pematangan minyak dan gas bumi Mahasiswa mampu menguraikan proses migrasi serta akumulasi minyak dan gas bumi. Dalam proses pembelajaran tentang materi ini ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu : Mahasiswa diharapkan membaca materinya sebelum masuk ke ruang kuliah untuk memperlancar proses diskusi yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Mahasiswa diharapkan telah memiliki referensi pendukung lainnya yang nantinya akan memperkaya informasi tentang materi ini.
VIII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Secara umum sering dikemukakan bahwa pembentukan minyak bumi terjadi karena pengonggokan zat organik terutama plankton pada dasar laut, dan tertimbun dengan sedimen halus dalam keadaan reduksi, sehingga terawetkan. Hal ini hanya terjadi di cekungan sedimen dimana terdapat suatu ambang dari laut terbuka, sehingga terdapat keadaan setengah euxinic, dengan sedimentasi yang cepat, disertai dengan penurunan. Lama kelamaan akan kita dapatkan suatu urutan batuan serpih yang kaya akan zat organik dan berwarna hitam yang disebut source rock atau batuan induk. Karena gradien panas bumi dan gaya tektonik serta pembebanan, oleh temperatur tinggi dan tekanan , zat 81
organik tersebut diubah menjadi minyak dan gas bumi dan diperas keluar untuk bermigrasi ke batuan rservoir. VIII.2.1 Konsepsi Batuan Induk Dalam konsepsi ini diperlukan suatu ciri tertentu untuk mengetahui ciri batuan induk dan cara mengidentifikasinya. Pada umumnya batuan induk dibayangkan sebagai batuan serpih berwarna gelap, kaya akan zat organik dan biasanya diendapkan di lingkungan marin. Beberapa penyelidikan tentang batuan induk memperlihatkan bahwa semua batuan sedimen mengandung zat organik, terutama dalam bentuk karogen walaupun
hidrokarbon
dan
aspal
ditemukan
(smith,1954
dalam
Koesoemadinata,1980). Terutama batuan serpih yang berwarna gelap paling banyak mengandung karogen. Penyelidikan yang agak sama dilakukan oleh Fletcher dan Bay (1975) terhadap formasi talang akar di laut jawa sebelah barat. Walaupun demikian tidak ada persesuaian faham mengenai ciri maupun geokimia daripada kualitas suatu batuan induk. Saat itu masih banyak yang keberatan untuk menganggap serpih minyak atau serpih hitam yang kaya akan zat organik sebagai batuan induk. Sebab kalau demikian, tentu kadar zat organiknya
akan
berkurang
,
karena
minyaknya
telah
bermigrasi.
Levorsen,1958 dalam Koesoemadinata,1980 justru berpendapat bahwa batuan induk yang baik justru sedikit mengandung zat organik
yang
ketinggalan karena sebagian besar telah ditransformasi menjadi minyak bumi. VIII.2.2 Penentuan Batuan Induk Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara para ahli geokimia mengenai kriteria batun induk minyak dan gas bumi, namun menurut Haun, 1977 dalam Koesoemadinata,1980 kriteria-kriteria yang lazim dipakai sebagai standar untuk identifikasi batuan induk adalah sebagai berikut : TOC (total organic carbon), yaitu presentase berat dari karbon organik dalam suatu contoh batuan. Yang dimaksud dengan karbon organik adalah zat carbon yang berasal dari zat organik dan bukan dari karbonat misalnya gamping. Karbon organik total berhubungan langsung dengan kadar zat organik total atau kerogen, yaitu 1,2 – 1,6 kali TOC. 82
EOM (extractable organic matter),
yaitu
hidrokarbon
dan
nonhidrokarbon yang dapat dilarutkan misalnya dalam CS2 atau bitumina. Volum dan sifat-sifat dari EOM menunjukkan sifat batuan induk. Pada umumnya extrak dari batuan induk susunan kimianya harus mengandung susunan utama dari minyak mentah. CPI (carbon preference index), yaitu perbandingan antara volum anggota n-parafin yang bernomor ganjil terhadap yang bernomor genap dari kisaran C21 – C37. Untuk batuan induk yang baik nilai CPI harus kurang dari 1,15. CIR (carbon isotope ratio) C13/C12. Kisaran nilai CIR untuk minyak bumi yaitu 1% (0,0109 – 0,0110). Batuan induk harus mempunyai CIR yang mendekati nilai minyak bumi. LOM (level of thermal maturity). Pada teori degradasi termal pembentukan minyak bumi dinyatakan bahwa minyak bumi hanya bisa terbentuk pada tingkatan pematangan tertentu yaitu perpaduan antara temperature dan waktu.
VIII.2.3 Waktu Pembentukan Minyak Bumi Jika kita bertanya tentang kapankah minyak bumi itu terbentuk? Maka pada umumnya ada dua konsep mengenai pembentukan minyak bumi yaitu : Anggapan pembentukan segera Anggapan ini didasarkan pada beberapa hal yaitu -
Terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen
-
Kenyataan bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih makin padat sehingga makin sulit bagi cairan yang terbentuk di dalamnya untuk bermigrasi. Stadium perkembangannya menurut Hedberg,1937 yang dikutip dari Koesoemadinata,1980 diuraikan sebagai berikut: Stadium 1
:
Penyusunan mekanis komponen mineral, kedalaman 0,01 meter. Penyusutan porositas dari 90 % menjadi 75 %. Air bebas keluar.
Stadium 2
:
Penyusunan mekanis berlangsung terus sampai akhirnya mineral lempung langsung bersentuhan. Kedalaman 200 – 83
300 meter. Penyusutan porositas dari 75 % mrnjadi 35%. Sedimen mengalami pengeluaran air secara besar-besaran dengan hanya sedikit air bebas yang tertinggal. Stadium 3
:
Deformasi mekanis komponen mineral. Kedalaman dari 320 -2000 meter. Porositas menyusut dari 35% menjadi 10%. Fluida dikeluarkan lebih lanjut dari ruang pori yang semakit menciut.
Stadium 4
:
Gejala rekristalisasi di dalam batuan. Kedalaman sampai lebih dari 3000 meter. Porositas menurun dibawah 10%. Hanya air yang diabsorbsi masih terdapat.
Anggapan pembentukan lambat - stadium serpih Kita telah mengetahui bahwa pembentukan minyakbumi secara populer adalah dari serpih yang kaya akan zat organik mengalami penimbunan dan oleh temperatur tinggi dan tekanan berubah menjadi minyak bumi dan kemudian bermigrasi. Dengan demikian batuan induk harus mengalami suatu stadium serpih (shale stage) dahulu sebelum dapat menghasilkan minyakbumi. Oleh karena itu terdapat berbagai macam minyakbumi yang dihasilkan oleh suatu batuan induk, sesuai dengan stadium perkembangan suatu cekungan.
VIII.2.3 Pematangan Minyakbumi Pengertian Dan Proses Pematangan Pengertian pematangan erat hubungannya dengan masalah waktu pembentukan dan pengertian batuan induk. Banyak ahli geologi minyak bumi berpendapat bahwa langkah terakhir dalam sejarah pembentukan minyakbumi terjdi atau dekat reservoir pada waktu atau setelah migrasi primer selesai dan terdiri dari suatu urutan perubahan purna-diagnesa yang menghasilkan hidrokarbon dari senyawa yang lebih berat dengan berat molekul rendah. Proses ini disebut pematangan atau pendewasaan (maturation) dan hasilnya adalah minyakbumi yang sebenarnya. Dalam hal proses pematangan minyak banyak hipotesa yang telah diajukan seperti teori perbandingan karbon oleh White,1915, fraksinasi minyak dalam batuan oleh Day,1916 dan hipotesa-hipotesa yang lain yang dimana bisa 84
ditarik kesimpulan bahwa makin dalam terdapatnya minyak bumi dan makin tua umurnya maka makin meningkat perbandingan hidrokarbon dan karbonnya. Namun untuk gas sebaliknya. Dalam hal ini sumber organik minyak bumi serta lingkungan pengendapan batuan induk harus diperhitungkan, karena fasies merupakan factor yang lebih kuat dibandingkan dengan kedalaman dan umurnya. Hubungan antara pematangan zat organik dengan pembentukan migas Terlepas dari persoalan apakah pendewasaan minyak bumi terjadi dalam batuan induk atau di luar batuan induk banyak ahli mengemukakan adanya hubungan langsung antara pengubahan termal zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen dengan jenis minyak atau gas bumi yang terakumulasi diantaranya. Dalam hal ini harus dibedakan antara pengubahan yang terjadi pada waktu diagenesa yang merupakan transformasi organik dengan perubahan termal. Zat organik yang terkumpul dalam sedimen pada waktu diagenesa mengalami beberapa perubahan yang merupakan transformasi organik. Perubahan terjadi ketika pada waktu transport , dengan adanya transformasi kimia, pelarutan, pemilahan fisika, pencernaan dan pemrosesan oleh organisme dan mekanisme koagulasi dan presitipasi. Pada waktu pengendapan zat organik mengalami pengerjaan oleh organism aerob dan anaerob tergantung pada ketersediaan oksigen. Dalam keadaan oksidasi dan energy tinggi yang tinggal hanyalah bagian yang tahan yang seringkali mengalami pengendapan berulang-ulang. Hasil organism memegang peranan yang penting dalam pembentukan debris sapropel yang amorf yang terutama terdiri dari bakteri, ganggang dan organisme lainnya. Keadaan anaerob adalah relative, karena untuk reduksi selalu diperlukan oksigen. Perubahan termal zat organik mungkin dimulai dari temperature 100oC. Perubahan temperature yang dapat menyebabkan mulainya metamorfisme dan sangat berpengaruh pada zat organik yang terkandung dalam sedimen disebut eometamorfisme. Tingkat atau derajat eometamorfisme dewasa ini lazim 85
disebut LOM (Level of Organic Maturation) atau tingkat kematangan (termal) organik yang terekam dalam batuan.
VIII.2.4 Migrasi Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah permukaan. Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses migrasi, berupa ekspulsi hidrokarbon dari source rock (batuan sumber) yang berbutir halus dan berpermeabelitas rendah ke carrier bed yang memiliki permeabelitas
lebih
tinggi.
Akumulasi
merupakan
pengumpulan
dari
hidrokarbon yang telah bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif diam dalam waktu yang lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi terhenti dan akumulasi terjadi. Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan sumber, kemungkinan bentuk fisik minyakbumi yang terbentuk adalah berupa tetes-tetes kecil. Karena itu untuk terjadinya suatu akumulasi diperlukan pengkonsentrasian, antara lain keluarnya tetes-tetes tersebut dari reservoir dan kemudian bergerak ke perangkap. Koesoemadinata (1980) menyatakan ada beberapa faktor tertentu sebagai sumber tenaga untuk terjadinya migrasi minyakbumi baik primer maupun sekunder, yaitu kompaksi, tegangan permukaan, gravitasi pelampungan (buoyancy), tekanan hidrostatik, tekanan gas, sedimentasi, dan gradien hidrodinamik. Migrasi Primer Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa perhatian serius bagi kebanyakan ahli geokimia petroleum
yaitu difusi, ekspulsi fasa
minyak, dan pelarutan dalam gas. Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi secara terbatas pada batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber yang tebal. Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan terjadinya migrasi primer, dimana difusi dapat menyebabkan akumulasi hidrokarbon dalam ukuran yang cukup besar. Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam fasa hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro 86
selama pergerakan hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi kekuatannya menahan tekanan, perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang lemah dari batuan tersebut, seperti bidang perlapisan. Sehingga batuan yang terlaminasi mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi daripada batuan yang massif, dalam banyak kasus tidak ada perekahan mikro atau ekspulsi yang terjadi sebelum jumlah bitumen yang dihasilkan batuan sumber mencapai batas ambang tertentu. Mills
(1923)
dan
Sokolov
(1964)
dalam
Koesoemadinata
(1980)
sehubungan dengan pelarutan minyakbumi dalam gas dan ekspansi gas, menyatakan bahwa minyak dapat larut dalam gas, terutama pada temperatur dan tekanan tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi dengan lebih leluasa melalui batuan berhubung tegangan permukaannya yang kecil. Karena suatu pembebasan tekanan, maka gas berekspansi dan membawa minyakbumi terlarut. Mekanisme pelarutan ini hanya terjadi bergantung pada keberadaan gas yang dipengaruhi oleh tingkat katagenesis dan kapabilitas batuan sumber untuk menghasilkan gas. Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer terjadi dengan lambat dan sulit, dikarenakan batuan sumber yang memiliki permeabelitas yang rendah. Migrasi primer akan terhenti ketika hidrokarbon mencapai tingkat permeabelitas yang memungkinkan terjadinya migrasi sekunder. Migrasi primer dapat terjadi baik secara lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada karakteristik carrier bed yang ada di dekat batuan sumber. Migrasi Sekunder Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan mengalami migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan dipengaruhi oleh gaya pelampungan (bouyancy). Teori pelampungan (dalam Koesoemadinata, 1980) menerangkan mekanisme pergerakan minyak bumi karena adanya perbedaan berat jenis minyakbumi dan air. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu melambung mencari tempat yang lebih tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak ke atas mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir. Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas. Semakin besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan kapilaritasnya, dan 87
semakin kecil pori dari suatu batuan, semakin besar tekanan kapilaritasnya. Gaya pelampungan bekerja untuk menggerakan hidrokarbon, tetapi tekanan kapilaritas melawan gaya pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya pelampungan yang bekerja lebih kecil dari pada tekanan kapilaritas, maka migrasi dari hidrokarbon tidak akan terjadi. Aliran hidrodinamik yang merupakan gaya ketiga yang menggerakan hidrokarbon dapat mengubah pergerakan dari hidrokarbon, tetapi hal ini kurang mempengaruhi dasar bahwa gaya pelampungan
dan
tekanan
kapilaritas
merupakan
faktor
utama
yang
menentukan pergerakan dari hidrokarbon. Migrasi sekunder
terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya
pelampungan yang paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas, dan lalu mengikuti kemiringan carrier bed apabila hidrokarbon menemui lapisan dengan permeabelitas kurang di atas carrier bed. Keberadaan struktur dan perubahan fasies mungkin menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan daripada gaya pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan berubah, dan atau terhenti.
VIII.2.5 Akumulasi minyak dan gas bumi Kita ketahui bahwa minyak dan gas bumi berakumulasi pada suatu perangkap yang perupakan bagian tertinggi dari lapisan reservoir. Akan tetapi apakah yang menyebabkan minyak dan gasbumi berhenti di sana? Apabila hidrokarbon mencapai trap maka terjadi pemisahan antara fasa hidrokarbon dengan air. Akumulasi terjadi sebagai akibat gaya pelampungan yang menggerakan hidrokarbon berhenti atau dibiaskan. Batuan inpermeabel dapat menjadi perisai yang menahan migrasi hidrokarbon terjadi, karena tekanan kapilaritas yang tinggi terhadap gaya pelampungan hidrokarbon. Dalam Koesoemadinata (1980) diuraikan beberapa teori tentang akumulasi dari migas, diantaranya adalah teori akumulasi Gussow. Teori ini menjelaskan bahwa dalam keadaan hidrostatik proses akumulasi migas adalah sebagai berikut. Gumpalan atau tetes-tetes minyak dan gas akan bergerak sepanjang bagian atas lapisan penyalur ke atas, terutama disebabkan oleh pelampungan (buoyancy). Begitu sampai di suatu perangkap, minyak dan gas akan menambah suatu kolom gas dan mendesak minyak ke bawah yang juga 88
bertambah juga kolomnya dan gilirannya mendesak air ke bawah. Hal ini akan terus terjadi sampai batas minyak-air mencapai spill point. Penambahan minyak dan gas terus menerus akan menyebabkan pelimpahan (spilling) minyak ke atas ke struktur selanjutnya. Pada fasa selanjutnya berhubung dengan penambahan gas maka seluruh minyak didesak gas ke bawah sehingga melimpah sampai habis dan perangkap sepenuhnya di isi oleh gas.
Gambar
VIII.1
Diferensiasi migas dalam perangkap yang menyebabkan minyak melimpah(Gussow,1951)
Selain teori yang dikemukakan oleh Gussow, teori yang lainnya yaitu Teori akumulasi King Hubbert. King Hubbert meninjau prinsip akumulasi minyakbumi dari segi kedudukan energi potensial dan erat hubungannya dengan perangkap hidrodinamik. Dalam hal ini minyakbumi baik dalam bentuk tetes atau fasa yang menerus berada dalam lingkungan air akan selalu mencari bagian reservoir yang terisolir dan secara lokal mempunyai potensial rendah. Medan potensil dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan resultan dari dua gaya yaitu gaya pelampungan (buoyancy) dan gaya yang disebabkan gradien hidrodinamik. Waktu penjebakan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui dalam lingkup materi ini. Penentuan waktu dalam sejarah geologi mengenai kapan minyakbumi dapat terjebak bukan saja penting dalam segi ilmiah akan tetapi juga dalam segi ekonomi. Suatu perangkap dapat terisi atau 89
kosong tergantung dari waktu pembentukan ataupun kapan minyak itu terbentuk atau berada dalam keadaan terjebak oleh perangkap. Pengertian yang baik mengenai hal ini dapat membantu evaluasi suatu prospek. Untuk itu perlu dipertimbangkan beberapa factor dalam hal mengkaji tentang waktu penjebakan. Faktor-faktor tersebut antara lain waktu pembentukan perangkap, perangkap yang terisi dan yang kosong, expansi gas, minyak dibawah penjenuhan, topi gas yang berkelainan, metoda energy, mineral diagenesa dan sementasi organik. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa minyakbumi tidak terjadi pada waktu tertentu didalam evolusi minyakbumi. Setelah berakumulasi di suatu perngkap, minyak bumi dapat bermigasi lagi ke arah perangkap yang terbentuk kemudian.
VIII.3 PENUTUP VIII.3.1 SOAL LATIHAN Setelah kita membahas materi tentang batuan induk, proses pematangan, migrasi serta akumulasi minyak dan gas bumi, diharapkan mahasiswa memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan batuan induk.
2.
Apa ciri-ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu batuan induk
3.
Apa hubungan antara pengubahan/pematangan termal zat organik dengan pembentukan minyak dan gas bumi.
4.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan migrasi primer dan migrasi sekunder.
5.
Jelaskan syarat-syarat fisika yang diperlukan dalam hal proses migrasi dari minyak dan gas bumi.
VIII.3.2 DAFTAR PUSTAKA Hasan, M. A., 2008, Pemodelan Permukaan
Jawa
Timur
Zona Subduksi Dan Struktur Bawah
Berdasarkan
Kajian
Anomali
Gravitasi,
Bandung. 90
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB, Bandung.
91
BAB IX EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI IX.1 PENDAHULUAN Materi yang akan dibahas dalam bab ini merupakan materi yang sangat menarik khususnya bagi mahasiswa prodi geofisika. Hal ini dikarenakan bidang geofisika sangat terkait langsung dengan kegiatan eksplorasi migas. Untuk itu ada beberapan sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ini. Sebagai sasaran umum ialah agar mahasiswa mengerti dan memiliki pemahaman tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan eksplorasi. Adapun sasaran khususnya ialah : Agar mahasiswa bisa menguraikan apa saja tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam hal perencanaan eksplorasi Agar
mahasiswa
mengetahui
faktor-faktor
apa
yang
harus
dipertimbangkan dalam pemilihan daerah eksplorasi Agar mahasiswa mengetahui peranan ilmu geofisika dalam tahapan eksplorasi IX.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN IX.2.1 Pengertian Eksplorasi Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut. Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namun berada di dalam pori-pori batuan bercampur bersama air. Eksplorasi memang merupakan kegiatan penting dalam industri energi pada umumnya dan khususnya industri minyak dan gas bumi. Demi kelangsungan peradaban kita, diperlukan produksi minyak dan gas bumi secara terus menerus. Dengan demikian cadangan makin menciut dan hanya dengan eksplorasi sajalah cadangn akan semakin bertambah atau setidaknya dipertahankan. Banyak ahli ekonomi ataupun khayalak ramai mengira bahwa 92
jika disuatu daerah telah diselidiki atau dieksplorasi dapatlah diketahui apakah daerah itu mengandung cadangan minyak atau tidak. Mereka kemudian mengharapkan bahwa dengan dilakukannya eksplorasi untuk seluruh daerah tersebut misalnya seluruh daerah Indonesia, dapatlah diadakan inventarisasi mengenai jumlah cadangan minyak bumi kita dan sampai kapan habisnya minyak bumi ini. Namun, dilihat dari penjelasan sebelumnya jangankan mengetahui seluk beluk cara terdapatnya minyak didalam suatu daerah apalagi diseluruh Indonesia, sedangkan cara terbentuk dan terdapatnya minyakbumi di dalam kerakbumi pun belum kita mengerti sedalam dalamnya ataupun meramalkannya. Beberapa konsepsi dari permulaan teori antiklin, perangkap statigrafi, dan konsep mengenai hidrodinamika menunjukan bahwa pemikiran kita terus menerus berkembang dan menghasilkan konsep baru tentang tempat terdapatnya dan keadaan geologi minyakbumi. Contohnya, pencarian minyak dan gasbumi di Amerika Serikat sudah berlangsung puluhan tahun dan dilakukan oleh puluhan ribu ahli geologi dengan modal yang sangat besar serta dengan menggunakan metoda yang paling modern, tetapi ternyata sampai kini masih tetap dapat ditemukan cadangan baru di dalam daerah yang sudah dieksplorasi walaupun makin lama cadangannya makin kecil dan makin sulit untuk ditemukan. IX.2.2 Urutan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi tidak dibedakan antara survey pendahuluan atau prospeksi dan eksplorasi sebagaimana dalam bidang pertambangan. Yang diartikan eksplorasi minyak dan gas bumi dalam industry minyak adalah semua kegiatan dari permulaan sampai akhir dalam usaha penemuan dan penambahan cadangan minyak dan gasbumi yang baru. Eksplorasi mencakup semua kegiatan yang merupakan bagian integral dalam usaha pemcarian minyak bumi termasuk pemboran. Urutan suatu operasi eksplorasi adalah sebagai berikut : Perencanaan eksplorasi (exploration palnning) Operasi survey lapangan Penilaian dan prognosis prospek Pemboran eksplorasi 93
Pengembangan dan reevaluasi daerah Bersamaan dengan dilakukannya urutan operasi eksplorasi, juga dilakukan pengkajian dan evaluasi secara terus-menerus oleh suatu kelompok studi yang menunjang eksplorasi dan yang menyarankan berbagai garis kebijaksanaan dalam bidang eksplorasi. IX.2.2.1 Perencanaan Eksplorasi Suatu eksplorasi untuk minyak dan gas bumi haruslah direncanakan sebaikbaiknya dengan memperhitungkan untung rugi dan juga efisiensi dan ekonomi dari eksplorasi tersebut. Dewasa ini sering dilakukan perencanaan jaringan yang menggambarkan garis-garis operasi dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya beserta jadwal waktu yang keseluruhanya merupakan jaringan. Hal ini perlu untuk saling mengecek efisiensi dan kelancaran kerja. Perencanaan eksplorasi meliputi beberapa hal, antara sebagai berikut : Pemilihan Daerah Eksplorasi Pemilihan daerah eksplorasi juga berhubungan dengan permintaan daerah kuasa pertambangan yang berlaku terutama pada perusahaan minyak asing. Namun perusahaan Negara pun harus mengajukan permintaan daerah yang akan di eksplorasi. Secara umum, pemilihan daerah eksplorasi untuk perusahaan bersifat internasional ataupun multinasional tergantung dari Negara atau tempat dilakukannya eksplorasi dan apakah daerah eksplorasi di lepas pantai ataukah di daratan dan sebagainya. Hal ini selalu menyangkut keadaan geologinya sendiri yang memungkinkan terdapatnya minyak bumi, menyangkut pula kestabilan politik dan daerah pemasaran. Karena hal ini sering menentukan berhasil atau tidaknya rencana yang telah dibuat. Beberapa dasar pemilihan daerah eksplorasi adalah keadaan Geologi,keadaan Ekonomi, serta keadaan social politiknya.
Studi Pendahuluan Studi pendahuluan meliputi geologi regional yang menyangkut studi
komparatif atau perbandingan dengan daerah geologi lainnya yang telah terbukti produktif. Studi ini mempertimbangkan formasi yang biasa dijadikan sasaran eksplorasi, struktur yang dapat bertindak sebagai perangkap dan seterusnya serta juga memperhatikan feasibility studies yaitu suatu studi mengenai kemungkinan tercapainya sasaran eksplorasi tersebut. Selain itu 94
studi pendahuluan juga meliputi pembuatan rencana eksplorasi. Studi geologi regional meliputi ketebalan dan Penyebaran Sedimen, statigrafi regional, tektonik dan Sejarah Geologi. IX.2.2.2. OPERASI EKSPLORASI Dalam tahapan operasi eksplorasi ini selain metoda dan teknik penyelidikan geologi juga meliputi beberapa hal lain yaitu organisasi dan personalia, peralatan dan fasilitas serta anggaran belanja. Secara umum tahap operasi eksplorasi dapat dibagi sebagai berikut : Penyelidikan Sepintas Lalu Suatu survey sepintas lalu dimaksudkan supaya dalam waktu yang singkat didapatkan gambaran keadaan geologi yang luas sehingga dapat dipilih beberapa daerah untuk dilakukan penelitian secara lebih mendetail. Dalam survey sepintas lalu ini, seringkali perusahaan dikejar waktu, sebab seringkali sebagian daerah harus diserahkan kembali dalam waktu tertentu. Dengan demikian tentu dalam jangka waktu yang pendek itu perusahaan harus bisa menentukan daerah mana yang akan dikembalikan dan daerah mana yang akan dipertahankan. Untuk itu operasi harus dilakukan secepat mungkin dengan menggunakan fasilitas modern dan juga berbagai studi yang meluas. Operasi yang dilakukan pada taraf sepintas lalu ini antara lain pemotretan dari Udara, pemetaan Geologi Permukaan misalnya pengukuran penampang stratigrafi dan pemetaan struktur, penyelidikan geofisika yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan.
Survey Detail Tujuan Survey detail adalah untuk menentukan adanya tutupan, besar
kecilnya tutupan secara areal atau secara vertical serta bentuk perangkap secara lebih teliti sehingga langsung diapat ditentukan titik lokasi pemboran ekplorasi. Dari survey detail ini dapat dilakukan perkiraan volum minyak yang bisa
diharapkan
secara
maksimal.
Metode
yang
sampai
sekarang
dipergunakan adalah Survey Geologi Permukaan, Survey Seismic, survey Gravitasi Detail serta Pemboran Stratigrafi. Operasi eksplorasi selain beberapa metode yang dilakukan diatas juga meliputi hal- hal sebagai berikut : a) Organisasi dan Personalia 95
b) Peralatan dan Fasilitas c) Anggaran belanja IX.2.2.3 PENILAIAN DAN PROGNOSIS PROSPEK Penilaian Hasil survey mendetail dikerjakan dan disusun menjadi suatu laporan dan harusnya menghasilkan prospek pula untuk dilakuakan pemboran eksplorasi. Semua prospek dikemukakan oleh ahli geofisika kepala dan ahli geologi kepala yang kemudian dinilai bersama dengan manager eksporasi. Penilaian dilaksanakan deri berbagai segi, antara lain : segi geologi, segi ekonomi, segi logistic dan kesampaian daerah.
Prognosis Yang dimaksud dengan Prognosis adalah rencana pemboran secara
terperinci serta ramalan mengenai apa yang akan ditemui waktu pemboran dan pada kedalaman berapa. Prognosis ini meliputi lokasi yang tepat, kedalaman terakhir, latarbelakang geologi, objektif dan lapisan reservoir yang diharapkan, kedalaman puncak formasi yang akan ditembus, serta jenis survey lubang bor yang akan dilaksanakan. Dalam prognosis ini para ahli geologi harus bekerjasama dengan bagian exploitasi dan bagian pemboran. Dalam hal ini para ahli geologi juga harus dapat meramalkan antara lain : Kedalaman terdapatnya kehilangan sirkulasi Kedalaman terdapatnya gas tekanan tinggi Kedalaman terdapatnya pemasukan air yang besar. Acara Pemboran Lubang Kosong Acara pemboran lubang kosong (Dry-hole program) adalah suatu program yang menitikberatkan pemboran khusus untuk mendapatkan data geologi secara luas, tetapi dengan harapan bahwa salah satu daripada pemboran akan menghasilkan minyak. Jadi tujuannya adalah mendapatkan data geologi.
96
IX.2.2.4 PEMBORAN EKSPLORASI Pemboran
explorasi juga sering disebut sebagai suatu Wildcat. Wildcat
atau sumur eksplorasi adalah sumur yang dibor untuk menentukan apakah terdapat minyak atau gas di suatu tempat yang sama sekali baru. Jika sumur eksplorasi menemukan minyak atau gas, maka beberapa sumur konfirmasi (confirmation well) akan dibor di beberapa tempat yang berbeda di sekitarnya untuk
memastikan
apakah
kandungan
hidrokarbonnya
dikembangkan. Pemboran explorasi merupakan puncak explorasi akan tetapi
cukup
untuk
seluruh kegiatan
pemboran explorasi ini tetap merupakan pekerjaan
geologi. Tugas seorang ahli geologi jaga sumur ini antara lain adalah : Memeriksa keratan sumur serta memplotnya dalam suatu log litologi. Menentukan batas formasi yang telah dicapai pada waktu pemboran. Menentukan pengambilan inti dan sebagainya. Menyaksikan pelaksanaan penglogan listrik oleh perusahaan jasa teknik. Mengadakan analisa terhadap log listrik, log litologi untuk penentuan zona-zoa yang diharapkan menghasilkan minyak. Penentuan selang-selang yang harus dilakukan perforasi dan pengujian akan adanya minyak dan gas bumi. Hasil suatu pemboran eksplorasi itu dapat digolongkan sebagai berikut : Penemuan baru (Discovery) : misalnya sumur yang memproduksi minyak secara menguntungkan, sumur yang menghasilkan minyak secara tidak menguntungkan, dan sumur gas. Untuk mengetahui besar kecilnya penemuan produksi yang didapatkan dari suatu sumur, dilakukan suatu pengujian produksi yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika kita mendapatkan suatu sumur minyak yang tidak komersiil, dapat berarti bahwa setidak-tidaknya suatu formasi tertentu telah terbukti mengandung minyak. Tidak komersilnya suatu sumur dapat disebabkan oleh berbagai factor, seperti tipisnya reservoir, kurangnya permeabilitas ataupun juga lokasinya yang kurang tepat. Oleh karena itu, dengan mempelajari geologi serta berbagai factor penyebab terdapatnya minyak bumi, suatu prospek yang baru dapat diharapkan untuk mendapatkan minyak yang bersifat produktif. 97
Lubang kosong atau lubang kering (Dry hole) yang bersifat :
-
Lubang sumur yang memperlihatkan tanda-tanda adanya gas dan minyak
-
Sumur yang kering sama sekali
-
Kegagalan mekanik
Suatu sumur kosong tidaklah diartikan suatu kegagalan. Seringkali suatu lubang kosong memperlihatkan terdapatnya tanda-tanda minyak dan gas. Hal ini sangat dapat memberi dorongan untuk meneruskan
explorasi.
Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut : -
Gagal untuk mengenal adanya zona-zona minyak dan gas di dalam sumur tersebut.
-
Posisi perangkap telah bergeser atau jalanya pemboran telah menggeser.
-
Tidak ada minyak dan gas dalam perangkap.
-
Tidak ada perangkap reservoir
Dapat saja kita meleset dalam meramalkan penyebaran batuan resorvir. Hilangnya perangkap reservoir dapat disebebkan oleh : -
Perubahan fasies batuan reservoir menjadi batuan non reservoir
-
Tidak ada perangkap pada lokasi pemboran
-
Kecerobohan dalam pemetaan dan penentuan lokasi
-
Adanya sesar naik
-
Salah penentuan lokasi
Kegagalan Mekanik Seringkali
kegagalan
explorasi
tidak
dapat
mencapai
objektifnya,
disebabkan karena kegagalan mekanik misalnya : - Serpih yang terus menerus mengembang - Peledakan lubang sumur - Bor terus menerus terjepit dan patah sehingga
pemboran tidak bisa
dilaksanakan. Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas masih ada hal lain yang juga penting dalam mendukung tahapan ini yaitu adanya laporan tentang kegiatan pemboran eksplorasi yang telah dilakukan. Laporan ini berupa hasil geologi 98
yang dicapai oleh pemboran dan juga berita acara pemboran oleh ahli teknik pemboran. Bagian laporan itu menyangkut antara lain : -
Nama sumur dan alasan untuk melakukan pemboran dilokasi itu
-
Letak geologi regional serta geologi local
-
Statigrafi yang didapatkan berdasarkan pemboran
-
Interpretasi struktur pengukuran dari pemboran
-
Data laboratorium serta hasil analisa dari semua jasa teknik
-
Diskripsi lengkap dari sumur pemboran dan berbagai contoh Lumpur.
IX.2.2.5 PENGEMBANGAN DAN REEVALUASI Jika suatu lapangan minyak ditemukan, maka haruslah direncanakan pengemabangannya untuk diexploitasi, sebelum penemuan lapangan baru ini diserahkan pada bagian eksploitasi, maka bagian explorasi harus menentukan batas lapangan dengan suatu rencana pemboran semi ekplorasi.
Geologi Produksi Tugas seorang ahli geologi produksi pada umumnya adalah : -
Menentukan bentuk geometrid an kelangsungan lapisan reservoir yang produktif dan mengandung minyak.
-
Bersama-sama ahli tekhik reservoir membantu menentukan besar cadangan atau jenis cadangan yang didapatkan dari lapangan itu.
-
Membantu menentukan lokasi pemboran pengembangan
-
Mencari akumulasi baru secara extensive atau penerusan dari lapangan yang sedang diexploitasikan sebagai akibat penentuan bentuk geometri lapisan reservoir, dengan memproyeksikannya kejalur luar daerah yang diketahui.
Reevaluasi Daerah Hasil suatu acara pemboran explorasi memberikan tambahan data yang berharga dan jelas harus dipelajari serta ditambahkan pada data yang telah ada untuk mengadakan reevaluasi. Beberapa daerah tertentu dapat menarik minat orang kembali dan suatu rencana eksplorasi dan penyeledikan geologi yang lebih mendetail dapat disusun.
Mungkin
pula
daerah
explorasi
atau
sebagian
daripadanya
dikesampingkan karena tak ada harapan ditemukannya minyak. Maka ini memberikan harapan untuk menemukan ladang minyak yang baru. Berbagai 99
studi dilakukan terus menerus sementara pemboran explorasi ini pun dilaksanakan secara rutin. Dengan bertambahnya data pemboran, pengertian serta teknik korelasi lebih baik dan interpretasi geologi daerah menjadi lebih halus. Hasil studi dan research dapat diintegrasikan menjadi suatu basin studi. Dengan demikian hasil suatu usaha explorasi selain menghasilkan minyak bumi yang penting bagi perkembangan ekonomi juga menghasilkan sumbangan besar terhadap ilmu pengetahuan
IX.3 PENUTUP IX.3.1 SOAL LATIHAN 1. Dalam hal perencanaan eksplorasi ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Jelaskan tahapan-tahapan tersebut! 2. Kegiatan ekplorasi merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya besar. Untuk itu diperlukan pertimbangan yang matang dalam hal pemilihan daerah yang akan dieksplorasi. Jelaskan factor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam tahapan pemilihan daerah eksplorasi. 3. Kita tahu bersama bahwa metoda geofisika sangat penting dalam ikut menentukan kesuksesan suatu kegiatan eksplorasi migas. Cari satu contoh kasus dimana penggunaan salah satu metode geofisika menjadi bagian dalam kegiatan eksplorasi migas.
IX.3.2 DAFTAR PUSTAKA http://www.wikipedia.co.id/eksplorasi_minyak_bumi.htm Kartyoso, S,.1999, .Migas dan Usaha Migas Hupmas Pertamina. Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1, Penerbit ITB, Bandung.
100
BAB X GEOLOGI MINYAK BUMI DI INDONESIA X.1 PENDAHULUAN Sebelum kita membahas tentang geologi minyak bumi di Indonesia terlebih dahulu kita mengetahui sasaran yang akan dicapai setelah mempelajari materi ini. Adapun sasaran-sasaran yang hendak dicapai ialah : Mahasiswa mengetahui seberapa besar potensi minyak dan gas bumi di Indonesia. Mahasiswa mengetahui beberapa cekungan minyak yang ada di Indonesia Mahasiswa bisa menganalisis hubungan antara cekungan-cekungan tersebut dengan kerangka tektoniknya. Untuk mencapai sasaran tersebut tentu saja dibutuhkan informasi yang lebih luas, sehingga untuk keperluan pencapaian sasaran mahasiswa dianjurkan mencari dan membaca beberapa referensi tentang kondisi perminyakan di Indonesia terutama mengakses beberapa hasil penelitian atau jurnal yang terkait dengan materi ini.
X.2 URAIAN MATERI PEMBELAJARAN Jika kita bertanya tentang bagaimana awal mula terbentuk minyak bumi, maka harus dipahami dulu tentang faktor utama dalam pembentukannya. Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak atau gas bumi, yaitu : 1. Ada batuan asal (source rock) yang secara geologis memungkinkan terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi. 2.
Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari batuan asal menuju ke batuan reservoir (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon tersebut.
3.
Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus, dapat menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang
101
impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi. Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan faktor
penting lainnya
dalam
pembentukan
hidrokarbon.
Hidrokarbon
jarang
terbentuk pada temperatur kurang dari 65 oC dan umumnya terurai pada suhu di atas 260 oC. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177 o
C.
Komponen-komponen
pembentuk
minyak
bumi
merupakan
campuran
rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon
(C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N). Ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep dan old-deep. Minyak bumi young-
shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai parafin yang lebih pendek. Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat
teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak semacam inilah yang paling diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak. Indonesia merupakan suatu negara yang termasuk produsen minyak bumi yang cukup penting. Hal ini bukan merupakan akibat dari segi besarnya produksi,
tetapi lebih karena posisi geografinya. Sampai kini, indonesia merupakan produsen paling besar di Asia, kecuali Timur Tengah. Arti penting ini terutama disebabkan karena letaknya di antara negara konsumen, antara lain Jepang yang sangat kekurangan bahan bakar. Produksi indonesia dewasa ini telah melampui 1 juta Barrel perhari, Namun dibandingkan dengan produksi harian dunia, yaitu 40
juta barrel perhari, sangatlah kecil (2,5%). Produsen terbesar adalah Amerika serikat (kira-kira 12 juta barrel/hari) setelah itu Uni soviet. Berbagai negara seperti Arab saudi, Abu Dhabi, dan sebagainya, telah melampaui 2 juta barrel/hari. Salah
satu
keuntungan
minyak bumi indonesia adalah kadar belerangnya yang
rendah(< 1%) di bandingkan dengan Timur tengah (2%).
102
X.2.1 SEDIMENTASI, SRATIGRAFI DAN TERDAPATNYA MINYAK BUMI Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman
dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil
yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian, diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu. Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik
yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat. Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit.
Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan batuan di atasnya kemudian mendestilasi sisa-sisa bahan organik, lalu secara perlahan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Batuan yang mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum batuan dimana diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun. Sedimentasi dimulai pada permulaan Tersier, biasanya oligosen, tetapi pada beberapa tempat (Kalimatan) dimulai pada eosen. Pada Akhir Mesozoikum,
seluruh daerah cekungan telah dilipat, diintrusi, diangkat dan didenudasi, sehingga seluruh batuan yang berumur pra-tersier dianggap sebagai batuan dasar
(Basement). Walaupun tidak seluruhnya terdiri dari batuan beku atau dimetamorfasekan, akan tetapi batuan tersebut telah tertektonisasi, sehingga kecil
kemungkinan untuk terdapatnya minyakbumi. Pematahan bongkah terjadi pada permulaan tersier, sehingga terjadi relief lagi dan sedimentasi dimulai biasanya bersifat non-marin, kadang-kadang dimulai dengan aktifitas volkanik (Jawa Barat). Permulaan sedimentasi ini biasanya terjadi
103
pada oligosen, tetapi pada beberapa tempat misalnya Kalimantan dimulai pada eosen. Untuk itu adanya daur (cyclus) terestris yang mendahului daur marin, yang merupakan pula lapisan penghasil sunda. Biasanya daur sedimentasi ini terbatas pada basinal deeps(grabens), tidak merata, dan terisolir di sana sini. Minyak yang terdapat di sini bersifat parafin berat. Di atas daur ini terdapat suatu transgresi marin dengan sedimentasi lebih luas kecuali beberapa peninggian batuan dasar. Biasanya terdapat suatu pasir dasar, yang berasal dari paparan sunda, akan tetapi peninggian batuan dasar merupakan sumber yang baik dari sedimen detritus. Lapisan reservoir ini biasanya menumpang (on-Lapping) terhadap peninggian batuan dasar terhadap paparan sunda. Permulaan miosen yaitu pembentukan lapisan gamping yang sangat luas, terutama di laut jawa. Periode ini
rupanya merupakan tergenangnya seluruh
daerah cekungan, dari sabang sampai ke tarakan. Tidak banyak lagi peninggian batuan dasar yang masih menonjol di permukaan laut (kekecualian antara lain terdapat di daerah tinggi Lampung, lengkung Karimun Jawa). Perkembangan terumbu (reef development) terjadi pada bagian yang tinggi, seperti daerah Baturaja, paparan seribu dan lain-lain. Nama formasi gamping ini adalah formasi Baturaja, formasi kujung, dan formasi Berai. Di Sumatra gamping ini tidak begitu terkembang secara luas, hanya terisolir di sana-sini seperti misalnya: Baturaja
di cekungan palembang, Gamping kubu di
sumatra tengah, formasi telaga. Di kalimantan timur, perkembangan gamping itu tidak diketahui terbatas pada jazirah mangkalihat. Gamping ini terbukti pula produktif seperti misalnya: Lapangan Kitty (cekungan sunda), Lapangan raja (Gas sumatra selatan). Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Transgresi maximal terjadi di miosen tengah, dimana pada umumnya serpih marin agak dalam diendapkan dan pada umumnya sering dianggap batuan induk minyakbumi antara lain
formasi
Gumai,
sumatera
selatan.
Ketidakselarasan
intra-Miosen
pada
umumnya tidak didapatkan. Sedimentasi berlangsung terus sewaktu bukit barisan dan pegunungan jawa selatan mulai diangkat dan tererosi. Pada akhir miosen terjadi
suatu
regresi
yang
berlangsung
terus
selama
pliosen.
Regresi
ini
menghasilkan lapisan reservoir penting, yang bersifat paralis/ litoral, seperti formasi keutapang (di Sumatra Utara), formasi air benakat (Sumatra Selatan),
104
formasi ngrayong (Jawa Timur) dan formasi Balikpapan/ palubalang di Kalimantan Timur. Minyakbumi yang dihasilkan dari formasi regresi ini bersifat parafin ringan 0
0
(40 -60 API Gravity) atau aspal (Mangunjaya, Sumatra Selatan, Tarakan/Bunyu, Kalimantan). Regresi ini berlangsung dengan sedimentasi non-marin dan diikuti dengan perlipatan pada jaman plio-pleistosen. Dilaut Jawa (Bagian barat) regresi ini tidak mencapai sedimentasi non marin dan suatu lapisan gamping diendapkan yaitu formasi parigi. Sering pula pengendapan ini dikatakan sebagai daur sedimentasi kedua (Transgresi kedua). Waktu perlipatan utama dari lapisan tersier adalah jaman plio-pleistosen. Akan tetapi pematahan-tumbuh pada batuan dasar juga mempengaruhi pelipatan pada oligosen dan miosen bawah, sehingga sering struktur pada lapisan atas tidak
sesuai
dengan
lipatan
pada
lapisan
sebelah
bawah.
Adanya
ketidakselarasan dalam oligosen (antara daur non-marin dan marin) diperkirakan terdapat di sumatra tengah dan di laut jawa sebelah barat. Sampai kini lipatan dengan patahan
yang mengikutinya merupakan perangkap utama minyakbumi.
Perangkap stratigrafi mulai ditemukan di sumatra selatan. Sejumlah lipatan biasanya
mengelompok
dalam
antiklinorium,
yang
sering
pula
merupakan
peninggian batuan dasar atau pengangkatan.
X.2.2 DAERAH CEKUNGAN MINYAK Potensi sektor energi terutama minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia saat ini 70 persen diantaranya terdapat di cekungan-cekungan Tersier lepas pantai dan lebih dari separuhnya terletak di laut dalam (Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Energi Sumber Daya Mineral). Saat ini terindikasi sedikitnya 66 cekungan migas di seluruh Indonesia, sebagian besar berada di darat dan laut dangkal perairan territorial dan hanya beberapa cekungan yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka), 16 cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum dieksplorasi. Beberapa daerah di indonesia memiliki cekungan-cekungan dan berpotensi sebagai penghasil minyak seperti tang terlihat pada gambar berikut:
105
Gambar X.3 Penyebaran daerah cekungan Minyak Di Indonesia Dari beberapa daerah cekungan minyak yang terdapat di Indonesia, beberapa diantaranya diuraikan sebagai berikut : Daerah cekungan Sumatra Utara Daerah ini meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sampai ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi oleh singkapan-singkapan pra-tersier. Dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan non-marin. Trangresi baru dimulai dengan batu pasir peunulin atau batupasir Belumai, yang tertindih oleh formasi telaga yang merupakan lapisan reservoir utama. Daerah cekungan ini terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman paseh ( paseh deep).
Di sini juga letak daerah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan
yang menjurus ke utara selatan.
Cekungan paseh membuka ke arah utar lepas-
pantai, ke sebelah selatan terdapat depresi tamiang dan depresi medan. Di antara kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan disana formasi peunulin/telaga/ Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak ditemukan dalam formasi Diski Batumandi, lebih ke selatan lagi terdapat depresi siantar dan kemudian daerah cekungan dibatasi oleh lengkung asahan (sebagai bagian paparan sunda yang menjorok) dari daerah cekungan sumatra tengah. Struktur
daerah cekungan
sumatra utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang membujur barat-laut-tenggara yang dibarengi oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di plio-plistosen. Semua unsur
106
struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, Seperti misalnya blok arun yang menjurus utara-selatan. Di daerah tersebut terdapat beberapa lapangan minyak, rantau ditemukan pada tahun 1929 dengan kedalaman reservoir antara 300 sampai 1500 meter dalam formasi keutapang. Mimyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan (API 48.50). Lapangan ini memperlihatkan waterdrive yang sangat kuat. Produksi kumulatif sampai
tahun 1970 telah melampui 100 juta
barrel. Diski dan
Batumandi minyak ditemukan di sumur explorasi diski dan batumandi sebelah barat medan dalam formasi peunulin (Telaga limestone). Namun belum
dapat
diproduksikan,
karena
sifat
reservoirnya
yang
sampai kini kurang
baik.
Lapangan gas arun yang terletak di propinsi Aceh 225 kilometer sebelah baratlaut medan ditemukan oleh mobil oil pada tahun 1971. Lapangan ini terletak di antara pegunungan barisan dan selat malaka. Gas dan kondensat terdapat dalam terumbu dan batuan karbonat yang bersekutu, tebalnya melebihi 300 meter dan berumur miosen bawah dan tengah. Formasi ini sesuai dengan anggota telaga. Atap reservoir terdapat pada kedalaman kira-kira 3000 meter. Terumbu karbonat ini terdapat pada peninggian paleotopografi yang membujur utara selatan dan membawahi sutu lapisan batupasir (Belumai), perangkap akumulasi ini merupakan perangkap stratigrafi murni dengan gasnya yang terjebak dalam fasies terumbu yang berpori-pori dan tertutup serpih dari formasi Baong. Potensi laoangan ini ditujukkan oleh produktifitas sumur yang melebihi setengah milyar kaki per kubik. Cadangan terbukti 17 trillion gas mengandung 15 persen CO2 dan sedikit nitrogen. Luas reservoir 42000 acres. Lapangan gas lainnya lho sukon sebelah timur lapangan arun. Cekungan Sumatera Selatan Cekungan Sumatera Selatan terletak memanjang berarah Barat laut Tenggara di bagian Selatan Pulau Sumatera. Luas cekungan ini sekitar 85.670 km2 dan terdiri atas dua sub cekungan yaitu: sub cekungan Jambi dan sub cekungan Palembang. Sub cekungan Jambi berarah Timur laut - Barat daya sedangkan Sub cekungan Palembang berarah Utara - Barat Laut - Selatan Tenggara dan diantara keduanya dipisahkan oleh sesar normal Timur laut - Barat daya.
107
Gambar X.1 :
Peta lokasi cekungan Sumatera Selatan (Hadipandoyo, 2007)
Stratigrafi daerah cekungan ini pada umumnya besar
dapat dikenal satu daur
yang terdiri dari suatu transgresi yang diikuti regresi. Formasi yang
terbentuk dalam fase transgresi dikelompokan menjadi
kelompok Telisa (Formasi
Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai). Sedangkan yang terbentuk dalam fase regresi dikelompokan menjadi kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai). Formasi Talang Akar merupakan transgresi dipisahkan
dari
Formasi
Lahat
oleh
suatu
marin yang sebenarnya dan
ketidakselarasan
yang
memiliki
pengangkatan regional dalam oligosen Tua Atas dan Oligosen Tengah. Sebagian dari formasi Talang Akar adalah fluviatil sampai delta dan
marine dangkal. Di
beberapa tempat, batupasir terlokalisasi pada daerah tinggi atau dekat paparan sunda. Formasi ini merupakan lapisan reservoir yang utama di Sumatera Selatan. Formasi Baturaja terdiri dari batugamping yang merupakan terumbu yang tersebar di sana-sini. Formasi ini tidak terbentuk dalam Cekungan Jambi, begitu pula dalam bagian tertentu dari Cekungan Palembang. Terumbu Formasi Baturaja langsung diendapkan diatas batuan dasar Pra-Tersier.
108
Formasi Gumai yang terdapat diatasnya
mempunyai penyebaran yang
luas, pada umumnya terdiri dari serpih dalam. Formasi Gumai sebagai batuan induk untuk semua minyak di Sumatera Selatan. Hal ini berdasarkan extraksi hidrokarbon
dari
serpih
formasi
tersebut.
Minyak
bumi
terbentuk
setelah
pengendapan maka akan bermigrasi secara lateral ke Formasi Talang Akar, sehingga minyak
bumi
dalam
formasi
ini
bersifat
parafin
berat.
Pelipatan
Pliopleistosen menyebabkan minyak bumi tersebut diubah menjadi parafin ringan dan migrasi vertikal ke dalam Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim. Formasi Lahat terdapat sebelum regresi utama dan pada umumnya merupakan sedimentasi non-marin. Formasi ini diendapkan dalam bongkahbongkah yang terpatahkan ke bawah. Sedimen terdiri dari kipas aluvial, fluvial dan sebagian terbentuk di delta. Pada bagian atasnya adalah lempung tufaan dan batupasir tufaan yang berasal dari transgresi marine. Formasi Air Benakat merupakan permulaan endapan regresi dan terdiri dari lapisan pasir pantai. Penyebarannya jauh lebih luas dari formasi sebelumnya. Lapisan batupasir disini juga merupakan lapisan reservoir yang penting. Formasi Muara Enim lebih merupakan endapan rawa sebagai fasa akhir regresi dan pada formasi ini terdapat batubara yang penting, seperti yang ditemukan di Bukit Asam (Koesoemadinata, 1980).
109
Berikut dapat dilihat kolom stratigrafi pada Cekungan Sumatera Selatan
Gambar X.2 : Stratigrafi umum cekungan Sumatera Selatan (Hadipandoyo, 2007) Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang produktif. Hal ini disebabkan terdapat beberapa formasi yang dapat bertindak sebagai batuan induk 110
yang baik, batuan reservoir yang memadai dan batuan penutup. Jalur migrasinya diperkirakan sesar-sesar yang terjadi di cekungan itu. Batuan induk yang potensial berasal dari batulempung Formasi Lahat, batulempung Formasi Talang Akar dan batulempung Formasi Gumai. Formasi yang paling banyak menghasilkan minyak hingga saat ini adalah Formasi Talang Akar, dengan kandungan material organik yang tinggi berkisar antara 0,5-1,5%. Lapisan batupasir yang terdapat dalam Fomasi Lahat, Talang Akar, Gumai, Air Benakat,
dan
Muara
Enim
dapat
merupakan
batuan
reservoir.
Selain
itu
batubatugamping Formasi Baturaja juga berlaku sebagai batuan reservoir. Batuan tudung pada umumnya merupakan lapisan batulempung yang tebal dari
Formasi
Gumai,
Air
Benakat,
Muara
Enim.
Disamping
itu,
terjadinya
perubahan facies kearah lateral dari Formasi Talang Akar dan Baturaja. Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan merupakan perangkap struktur antiklin. Struktur sesar, baik normal maupun geser dapat bertindak sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada batugamping terumbu berbentuk membaji, bentuk kipas dan lensa dari batupasir karena perubahan facies. Migrasi pada umumnya terjadi kearah up-dip serta melalui sesar-sesar yang ada (Hadipandoyo, 2007) Daerah Cekungan Jawa Barat Utara Daerah cekungan jawa barat utara meliputi daerah dataran rendah Jawa Barat utara (dataran rendah jakarta) dan laut Jawa Barat utara daerah dapat dikenal beberapa unsur tektonik sebagai berikut a. Daerah
angkatan
Lampung
yang
memisahkan
daerah
cekungan
palembang dengan daerah jawa barat Utara. b. Paparan sunda di utara. c. Jalur peerlipatan bogor di selatan. d. Daerah pengangkatan Karimun jawa di sebelah timur. e. Paparan pulau seribu. Unsur yang disebut terakhir ini membagi daerah cekungan daerah jawa barat menjadi :
111
Cekungan Sunda Di cekungan ini batu pasir talang akar dalam bagian-baagin danau yang dinamai Banuwati shale. Formasi talang akar yang menutupinya sangat tebal dalam bagian-bagian yang dalam akan tetapai menipis ataupun menghilang kearah paparan Sunda ataupun kedaerah tinggi
seperti paparan pulau seribu.
Beberapa lapangan minyak bumi didapatkan dalam formasi talang akar yang bersifat transgresif dan formasi baturaja. Sifat minyak dari kedua formasi ini berbeda formasi baturaja bersifat aspal tetapi berkadar belerang rendah. Cekungan jawa barat utara dibagi dalam beberapa cekungan kecil atau depresi yaitu depresi Jatibarang, depresi pasir putih, depresi arjuna, depresi ciputat.
Depresi ciputat
dibatasi sebelah timur
pulau seribu paling
bawah
ditemukan formasi jatibarang yang terdiri bahan-bahan vulkanik seperti lava, basalt, tufa dan breksi yang kemudian tertutup oleh lapisan trangresif dari formasi Cibulakan. Formasi batugamping baturaja tidak terkembangkan dengan baik dan di wakili sebagi suatu anggota gamping. Kelihatannya transgresi di sini tidak pernah mencapai laut dalam, dan ekuivalen formasi gumai di sini diwakili cibulakan bagian atas yang bersifat pasiran. Transgresi formasi parigi yang terdiri dari batugamping yang bersifat terumbu. Regresi terakhir diwakili oleh formasi Cisubu yang umumnya bersifat marin. Minyak terdapat dalam formasi jati barang dan formasi cibulakan dan juga dalam formasi ekuivalen baturaja.
Lapangan jatibarang a. Lapangan randengan : lapangan ini mewmproduksi dari lapidsan Cibulakan dari perangkap suatu kubah kecil lapangan-lapangan lain yang ditemukan pada tahun 1978-1979 adalah lapangan Camara, kandanghaur dan tugu (dari formasi parigi). b. Lapangan kompleks arjuna (lepas pantai) : kompleks ini merupakn kumpulan lapangan minyak yang mulai dengan diketemuannya struktur e pada tahun 1969 dan disusul oleh struktur b dan k. minyak ditemukan terutama dalam lapisan pasir Cibulakan atas dengan beberapa interval. Struktur
jumlah lapisan pasir kedalaman(kaki)
e
4
2300-3200
b
7
2900-3800
112
k c.
3
Lapangan arimbi
2700-3800
terletak di utara Cirebon dan menghasilkan dari terubu
gamping formasi batu raja. Daerah cekungan jawa timur Derah cekungan ini meliputi pulau jawa dan palung jawa timur utara Madura. Daerah cekungan yang pertama lebih merupakan epikontinental dan beberapa unsur
tektonik.
Pencekungan laut Jawa timur a. Daerah pengangkatan Karimun Jawa disebelah jawa barat b. Monoklin selatan kelanjutan selatan karimun jawa c. Palung
pati,
yang
berkelanjutan
ke
pertelukan
florence
barat
dan
bawean
dan
berorentasi timur laut barat daya. d. Lengkung (kubat) bawean merupakan daerah positif e. Cekungan
florens
timur
sebelah
tenggara
lengkung
mencekubg florence cekung sendiri merupakan setengah grabean. f.
Arah positif merupakan cekungan florence timur dan batasnya bersifatpatahan
g. Depresi masalombo suatu cekungan terdpatdisebelah timurarah positif JSI trend. Depresi membuka ke depresi Madura utara. h. daerah tinggi masalembo merupakan elemen tektonik paling timur daerah cekungan daerah Jawa timur dan membatasi dari dalam laut flores. i.
Pertelukan JS 20 merupakan suatu depresi yang penting yang membuka ke barat ke graben tuban utara ke cekungan Madura.
Cekungan Jawa timur Madura Daerah
cekunagn
ini
lebih
merupakan
geosinklin,
dengan
ketebalan
sedimen tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal khas dari cekungan ini adalah Timur-Barat, dan kelihatannya merupakan gejala tektonik tersier muda. Di sebelah selatan, cekungan yang memanjang timur-barat ini dibatasi oleh pegunungan kendeng, yang menerus ke pantai Selatan Madura, dengan sedimen Tersier terlipat sangat ketat, yang dibarengi sesar-sesar naik. Pada umumnya di sini dapat dibedakan dua jalur sedimentasi di sini : a. Jalur Rembang-madura. Di sini fasa regresi didapatkan dalam sedimen klastik yang merupakan reservoir minyak.
113
b. Jalur randublatung-selat madura, yang pada umumnya terdiri dari sedimen halus seperti serpih napal, dengan tekanan lebih
(over
pressure), sehingga mengakibatkan diapair serpih. Dalam arah utaraselatan terjadi perubahan fasies dari sedimen cekungan epikontinen ke geosinklin. Dalam hal ini terutama formasi Kujung menjadi gamping cekungan. Dasar cekungan ini belum pernah ditembus oleh pemboran, demikian pula lapisan dasarnya. Lapisan tertua adalah formasi Kujung yang terdapat dalam fasies cekunganyang berumur Te. Di atasnya terdapat formasi tuban (Tf1-2) yang pada bagian atasnya terdapat dalam fasa regresif dan terkembangkan dalam fasies pasir (anggota Ngarong), yang merupakan reservoir minyakpenting. Formasi ini dibatasi dari formasi yang ada di atasnya, yaitu formasi kawengan, oleh suatu ketidakselasan yang menghilang berwujud sedimentasi menerus dalam jalur randublatung selat Madura. c. Formasi Kawengan yang terdiri dari anggota Wonocolo, anggota ledok dan anggota mundu merupakan lapisan reservoir penting, dan berumur Miosen atas Pliosen. Formasi paling atas adalah formasi Lidah, yang berumur
Pliosen
sampai
pleistosen.
Formasi
Lidah
dan
formasi
Kewengan berubah fasies menjadi gamping terumbu formasi madura. Terdapatnya Minyak bumi Di cekungan jawa timur Utara ini minyak terutama ditemukan dalam fasa regresif anggota ngarayong dan formasi kawengan yang transgresif di atasnya, terutama dalam anggota wonocolo. Di formasi fasa transgresif sampai kini belum ditemukan. lapangan minyak di Jawa timur dapat dikelompokkan ke dalam 2 daerah minyak yaitu daerah cepu, dan daerah Kruka-surabaya. Daerah Cepu Lapisan reservoir terutama didapatkan dalam batupasir anggota ngrayom. Tujuhpuluh tiga persen produksi daerah ini didapatkan dari interval ini. Porositas rata-rata adalah 18 % dan berkurang ke arah ESE. Ketebalan bersih lapisan minyak Lapangan semanggi 35-45 meter, Nglob : 100-110 meter dan Kawengan : 40 meter.
114
Lapisan minyak lain adalah anggota wonocolo yang terdiri dari sisipan gamping pasiran, dan batupasir gamping halus di bagian bawahnya. Secara total telah ditemukan 11 lapis minyak. Juga anggota ledok yang terdiri dari kalkrenit pasiran yang ditandai glaukonit dan perlapisan silang siur kadang-kadang merupakan reservoir. Perangkap
di
daerah
ini
teutama
merupakan
struktur
lipatan
yamg
menjurus baratlaut-tenggara yang disebabkan pelipatan akhir pliosen dan barattimur yang disebabkan gerakan pleistosen sampai resen. Struktur antiklin pada umumnya disertai sesar naik yang miring ke arah utara, malahan pada kedua belah sayatnya (lapangan kawengan) minyak yang didapatkan pada umumnya bersifat parafin, terutama kawengan yang bersifat parafin berat. Lapangan minyak yang penting ialah keawean. Lapangan ini merupakan kulminasi antiklin kidanganwonocolo kawengan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1984 dan dewasa ini masih diproduksikan. Minyak ditemukan dalam lapisan pasir anggota ngrayong dan womocolo dan terdapat dalam antiklin asimetri dengan sesar naik pada sayap selatannya. Yang termasuk kawengan yaitu: Kidangan,Dandangil, Wonocolo. Daerah minyak surabaya Pada daerah ini minyak didapatkan dalam anggota wonocolo. Sangat khas adalah anggota mundu yang berkembang sebagai lapisan pasir yang terdiri dari cangkang giobigerina. Daerah cekungan kalimantan timur Daerah cekungan tersier kalimantan timur dibatasi di sebelah barat oleh paparan stabil sunda dari kalimantan barat yang merupakan suatu kompleks batuan dasar pra-tersier, batuan beku dan metamorf yang telah stabil, di bagian barat laut oleh daerah tinggi kucing yang juga terdiri dari batuan pra-tersier yang terlipat ketat. Dibagian
selatan
daerah
cekungan
ini
bersambungan
dengan
cekungan
epikontinen laut jawa timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah kalimantan beserta leoas pantai lepasnya menjadi beberapa cekungan Yaitu: a. Daerah tinggi meratus b. Paparan paternoster c. punggung Mangkalihat. Ketiga unsur ini membagi cekungan sebagai berikut: a. Cekungan barito sebelah barat punggung Meratus b. Cekungan kutai di sebelah utara punggungan meratus c. cekungan
115
pasir antara punggung meratus dan paparan paternoster d. cekungan tarakan dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung mangkalihat. Daerah cekungan laut cina selatan Daerah cekungan Laut Cina selatan merupakan suatu propinsi minyak dan gasbumi yang baru. Explorasi di daerah ini mulai tahun 1970, pada tahun 1979 lapangan minyak pertama di wilayah Indonesia diresmikan. Beberapa lapangan gas dan minyakbumi sebelumnya telah diketemukan di wilayah Malaysia. Kerangka tektonik Daerah ini terdapat dua unsur tektonik utama, yaitu daerah paparan sunda dan cekungan (geosyncline) Borneo Barat Laut. Cekungan borneo Barat laut ini, yang juga disebut cekungan natuna Timur, merupakan suatu cekungan busurmuka (fore-arc basin) di tepi timurlaut Paparan Sunda yang stabil semenjak Tersier. Cekungan yang besar ini membujur dari lepas pantai Vietnam melalui Utara kepulauan natuna
ke Serawak-brunei, dan ke arah timurlaut membuka ke
dasar laut berkedalaman abisal dan bergerak samudra tapi cekungan terhadap paparan adalah sangat terjal. Cekungan ini bersifat suatu palung jalur penekukan kerak
samudra
ke
bawah
Paparan
Sunda
pada
jaman
Kapur-Eosen
(eugeosyncline) dan pada zaman Oligo-miosen lebih bersifat miogeosyncline atau mungkin dapat diklasifikasikan sebagi tepi benua yang tertarik-pisah. Batas paparan
cekungan ini adalah merupakan terusan garis sesar Lupar yang
berarahkan
barat-laut
sampai
perbatasan
Indonesia-malaysia
di
kalimantan.
Struktur pada cekungan ini terdiri dari diapair lempung dan tingian batuan dasar. Kapur-eosen diwakili oleh filit dan turbidit yang diperkirakan sebagai melange, disusul oleh pengendapan marin dangkal dan laut dalam pada jaman Miosen dan pliosen. Cekungan natuna barat merupakan suatu depresi yang disebabkan penipisan kerak kontinen pada penarik-pisahan yang disebabkan penipisan kerak kontinen pada penarik pisahan yang terjadi setelah jaman oligosen. Cekungan ini berarahkan baratlaut-tenggara, sedangkan Cekungan natuna barat berarahkan timurlaut-baratdaya, cekungan thailand ini dipisahkan dari cekungan natuna timur (Geosinklin serawak) oleh tinggian khorat-Natuna Swell) yang merupakan suatu busur bathlit Mesozikum atas, cekungan ini disebut juga sebagai “inter bathlik basin” oleh white dan wing Mesozoikum. Tinggian khorat-natuna merupakan suatu ambang yang memisahakan Cekungan natuna barat dari laut terbuka, sehingga
116
sedimentasi di cekungan ini dari Oligosen sampai Miosen tengah bersifat nonmarin sampai paralis. Daerah ini mengalami pematahan pada orogonesis Miosen bawah/Pliosen dan sementara ini terdapat transgresi marin sampai dengan pliosen dimana terjadi pengendapan lumpur di laut terbuka. Struktur di cekungan
natuna
Barat
menunjukkan
aspek
tarik-pisahan
(pull-apart)
dan”transcurrent” (wrench) yang bersifat sinistral, yang menyebabkan gerakan-gerakan vertikal yang membentuk tutupan berarahkan timurlaut-baratdaya.
X.3 PENUTUP X.3.1 TUGAS Setelah membahas materi tentang Geologi Minyak dan Gasbumi di Indonesia, selanjutnya mahasiswa ditugaskan untuk mencari atau melengkapi informasi tentang cekungan-cekungan minyak di wilayah Indonesia. Tugas ini dikerjakan secara kelompok dan masing-masing kelompok diminta presentasi singkat tentang tugasnya masing-masing pada pertemuan berikutnya.
X.3.2 DAFTAR PUSTAKA Hadipandoyo,
S.,
2007,
Kuantifikasi
Sumber
Hidrokarbon
Indonesai,
Pusat
Penelitian & Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS, Jakarta. Harsono,
A.,
1997,
Pengantar
Evaluasi
Log,
Schlumberger
data
services,
kuningan, Jakarta. Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak Dan Gas Bumi Jilid 1 dan 2, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
117
EVALUASI Sebagai seorang mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang geofisikawan sangat membutuhkan pemahaman yang luas tentang alam semesta diantaranya adalah bagaimana proses terakumulasinya minyak dan gas bumi dibawah permukaan. Tentu saja untuk terjun dalam industry yang bergerak dalam bidang perminyakan dan gas bumi mahasiswa dituntut untuk memiliki keterampilan dilapangan selain itu keterampilan dalam bekerja sama dalam suatu tim. Pengetahuan tentang minyak dan gasbumi sudah barang tentu menjadi syarat yang sangat penting. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang handal dibidang yang akan digeluti, mahasiswa akan cepat terserap dalan dunia kerja. Pengetahuan yang diperoleh dalam proses perkuliahan sebaiknya diikuti dengan kerja praktek pada bidang yang betul-betul diminati, sehingga akan nampak jelas bagaimana dan dimana pemanfaatan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di kampus. Dengan demikian mahasiswa akan lebih termotifasi dalam belajar terutama dalam menyelesaikan tugas akhir. Salah satu cara yang baik untuk meningkatkan motifasi belajar mahasiswa adalah dengan jalan memberikan gambaran yang nyata tentang bagaimana dan dimana ilmu dan keterampilan mereka akan dibutuhkan. Untuk mencapai suatu keberhasilan memang harus dengan kerja keras dan kedisiplinan yang tinggi, karena bagaimanapun baiknya struktur mata kuliah yang telah dirancang kalau tidak dibarengi dengan belajar keras dan disiplin yang tinggi maka kita akan jauh dari apa yang diharapkan. Belajar dalam hal ini bukan sekedar ingin lulus saja tapi lebih dari itu yakni meningkatkan potensi diri dan memiliki daya saing yang tinggi. Untuk itu tidak ada kata berhenti belajar, yang ada adalah menjaga motifasi dan terus mengejar pengetahuan serta meningkatkan keterampilan. Untuk menunjang kegiatan tersebut maka materi-materi perkuliahan akan selalu di perbaharui sesuai dengan perkembangan dan tuntutan dunia kerja.
PENUTUP Minyak bumi, gas alam, dan batu bara berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup, sehingga disebut bahan bakar fosil. Proses pembentukannya memerlukan waktu yang sangat lama sehingga termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Minyak bumi sering disebut dengan emas cair karena nilainya yang sangat tinggi dalam peradaban modern. Pertanian, industri, transportasi, dan sistem-sistem komunikasi sangat bergantung pada bahan bakar ini, sehingga berpengaruh pada seluruh kegiatan kehidupan suatu bangsa. Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber utama energi dunia, yaitu mencapai 65,5%, selanjutnya batubara 23,5%, tenaga air 6%, serta sumber energi lainnya seperti panas bumi (geothermal), kayu bakar, cahaya matahari, dan energi nuklir. Negara yang mempunyai banyak cadangan minyak mentah (crude oil), menempati posisi menguntungkan, karena memiliki banyak persediaan energi untuk keperluan industri dan transportasi, disamping pemasukan devisa negara melalui ekspor minyak. Minyak bumi disebut juga petroleum (bahasa Latin: petrus = batu; oleum = minyak) adalah zat cair licin, mudah terbakar dan sebagian besar terdiri atas hidrokarbon. Kandungan hidrokarbon dalam minyak bumi berkisar antara 50% sampai 98%. Sisanya terdiri atas senyawa organik yang mengandung oksigen, nitrogen, dan belerang. Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak dan gas bumi, yaitu: (1) Teori Biogenetik (Teori Organik) Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati dan tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian dihanyutkan oleh arus sungai menuju laut, akhirnya mengendap di dasar lautan dan tertutup Lumpur dalam jangka waktu yang lama, ribuan dan bahkan jutaan tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan lapisan batuan di atasnya, maka binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tersebut berubah menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas. 119
(2) Teori Anorganik Menurut Teori Anorganik, disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk akibat aktivitas bakteri. Unsur-unsur oksigen, belerang, dan nitrogen dari zat-zat organik yang terkubur akibat adanya aktivitas bakteri berubah menjadi zat seperti minyak yang berisi hidrokarbon. (3) Teori Duplex Teori Duplex merupakan perpaduan dari Teori Biogenetik dan Teori Anorganik. Teori Duplex yang banyak diterima oleh kalangan luas, menjelaskan bahwa minyak dan gas bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun nabati. Diperkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani dan gas bumi berasal dari materi nabati. Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur berubah menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock). Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan perangkap (Trap). Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2) minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Untuk itulah maka pengetahuan tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita ketahui. Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model), permintaan minyak dunia pada periode jangka menengah (2002-2010) diperkirakan meningkat sebesar 12 juta barel per hari (bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh rata-rata 1,8% per tahun. Sedangkan pada periode berikutnya (2010-2020), permintaan naik menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan sebesar 17 juta bph,(Sumber:http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/). Hal inilah yang menjadi dasar betapa pentingnya pengetahuan dan kajian tentang geologi minyak dan gas bumi mulai dari asal usul terbentuknya minyak, proses migrasi dan penjebakan 120
minyak sampai pada kegiatan eksplorasi yang merupakan bagian yang sangat penting dalam hal mendukung terpenuhinya kebutuhan akan minyak dan gas bumi. Dalam kegiatan eksplorasi migas salah satu metode yang biasanya digunakan ialah metode-metode geofisika yang digunakan untuk studi pendahuluan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi misalnya
metode
gravitasi. Studi pendahuluan tersebut bertujuan untuk mengetahui daerah – daerah penyebaran cekungan serta ketebalan sedimen dalam cekungan tersebut. Eksplorasi minyak bumi selalu diawali dengan penentuan ketebalan serta penyebaran batuan sedimen karena berdasarkan pembentukannya minyak bumi akan selalu terakumulasi dengan batuan sedimen. Pada umumnya semakin
tebal dan luasnya
suatu lapisan sedimen, maka
kemungkinan ditemukannya minyak bumi akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
pada umumnya semakin tebal lapisan sedimen, maka
semakin banyak formasi yang dapat bertindak sebagai batuan reservoir maupun sebagai batuan induk ( Koesoemadinata, 1980). Mengingat begitu pentingnya kedudukan ilmu geofisika dalam hal mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi maka sebagai mahasiswa geofisika sangat perlu mengambil mata kuliah ini sebagai langkah untuk mendapatkan pemahaman tentang geologi minyak dan gas bumi. Selain itu mahasiswa diharapkan melakukan kegiatan magang atau kerja praktek sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan pengalaman langsung dibidang industry migas. Seiring berjalannya waktu maka teknologi di bidang perminyakan terutama dalam hal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi juga ikut berkembang. Untuk itu diharapkan agar pengetahuan di bidang ini juga terus dikembangkan dan dimutahirkan agar sejalan dengan kebutuhan pasar sehingga bukan tidak mungkin hal itu yang bisa menjadi bekal bagi lulusan geofisika untuk berkiprah diluar kampus nantinya. Semoga dengan tersedianya bahan ajar ini bisa turut membantu memperlancar kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi.
121
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy. Hadipandoyo, S., 2007, Kuantifikasi Sumber Hidrokarbon Indonesia, Pusat Penelitian & Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi,
LEMIGAS, Jakarta. Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM Press. Harsono, A., 1997, Pengantar Evaluasi Log, Schlumberger data services, kuningan, Jakarta. Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC. Hasan, M. A., 2008, Pemodelan Permukaan
Jawa
Timur
Zona Subduksi Dan Struktur Bawah
Berdasarkan
Kajian
Anomali
Gravitasi,
Bandung. Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Jilid 1 dan 2. Penerbit ITB. Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB. Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, ITB Bandung. Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied Geophysics 1 edition. Cambridge University Press. Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1990. Applied Geophysics 2 edition. Cambridge University Press. Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB, Bandung. Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi
Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi, PPT MIGAS Cepu.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245; Telp 0411 586200 ext 1064; Fax 0411 585188; email
[email protected]
Surat Pernyataan
Saya, penulis buku ini: Nama
:
Makhrani, S.Si, M.Si
NIDN
:
0027027201
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Buku ini benar saya tulis, bukan karya plagiat. Beberapa pernyataan, gambar, rumus, atau opini dari orang lain yang termuat dalam buku ini selalu disertai sumbernya yang jelas. 2. Buku ini saya serahkan kepada Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Unhas, untuk selanjutnya dijadikan koleksi Perpustakaan Pusat Unhas dan dalam bentuk softcopy dipajang di www.unhas.ac.id yang dapat diakses oleh semua pengguna, khususnya mahasiswa.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh sunggguh.
Makassar, 30 November 2012 Penulis,
Makhrani, S.Si, M.Si NIDN: 0027027201