MAKALAH BI1201 PENGANTAR SAINS DAN TEKNOLOGI HAYATI Vanilla sebagai Biomaterial
Tanggal Pengumpulan Laporan: 03 Mei 2015
Disusun oleh: Kelompok 5 Gunadi Trinuroni (16114010) Hany Husnul Chotimah (16114030) Giasintha Stefani (16114062) Ahdina Karima (16114095) Yoga Firmansyah (16114096)
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Vanilla merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya, akan tetapi perkembangan pasar vanilla tidak memiliki kestabilan, sehingga seringkali terjadi fluktuasi pemasaran vanilla. Kualitas pasar dari komoditas vanilla tidak hanya ditentukan oleh kualitas tanaman vanilla itu sendiri. Ada banyak hal yang menentukan kualitas pasar vanilla, diantaranya adalah petani, pengumpul, eksportir, serta tata niaga yang digunakan dalam sistem pasar. Tanaman vanilla tumbuh lebih subur dan lebih produktif di Indonesia yang beriklim tropis dibandingkan dengan negara asalnya (Mexico) dan negara produsen vanilla lainnya. Kualitas vanilla Indonesia yang dikenal dengan “Java Vanilai” masih menjadi yang terbaik di dunia. Hal ini didasarkan atas kadar vanilinnya yang cukup tinggi, yakni sekitar 2,75 %. Ditinjau dari perspektif spasial dan bisnis, Indonesia unggul secara komparatif dibanding negara-negara produsen vanilla lainnya di dunia. Secara umum, vanilla bernilai ekonomis tinggi dan fluktuasi harganya relatif stabil jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Namun pada kenyataannya, meskipun kualitas vanilla Indonesia menduduki posisi tertinggi di dunia, tetapi secara kuantitas Indonesia baru bisa memasok sekitar 10 persen dari total kebutuhan pasar dunia. Meskipun posisinya menduduki urutan ketiga di dunia, namun angka pasokan tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Madagaskar yang mampu memasok sekitar 70 persen pasar dunia dan Comoro Island sekitar 12 persen. Atas dasar inilah perlu dikembangkan suatu metode budidaya tanaman vanilla yang mampu menghasilkan bibit-bibit vanilla dalam jumlah banyak, dalam waktu singkat, serta berkualitas. 1.2 Tujuan Penulisan Makalah Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan penelitian ini adalah untuk: Menentukan klasifikasi ilmiah dan karakteristik tanaman vanilla. Menentukan pemanfaatan tanaman vanilla sebagai biomaterial.
Menentukan vanilla di Indonesia. Menentukan Menentukan Menentukan
potensi, manajemen industri, serta teknologi produksi
dampak industri vanilla di Indonesia. kebijakan industri vanilla di Indonesia. prospek indstri vanilla Indonesia di masa mendatang.
BAB II VANILLA SEBAGAI BIOMATERIAL Vanilla adalah pemberi rasa yang dihasilkan dari tanaman genus Vanilla, terutama Vanilla planifolia. Kata vanilla diturunkan dari bahasa Spanyol, vaina yang berarti polong, karena buah vanilla berbentuk polong. Tumbuhan ini pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Aztec Mesoamerika yang menyebut tanaman ini dengan nama tlilxochitl. Hernán Cortés membawa vanilla bersama dengan cokelat ke Eropa pasca penjelajahannya di benua Amerika. Vanilla oleh masyarakat Mesoamerika digunakan sebagai salah satu bumbu utama bagi minuman cokelat. Aroma vanila yang khas berasal dari buahnya, yang dihasilkan dari proses penyerbukan bunga vanila. Setiap satu bunga akan menghasilkan satu buah. Vanila tumbuh sebagai tumbuhan merambat yang membutuhkan tumbuhan lain atau tiang sebagai tempatnya merambat. Di Reunion, tumbuhan ini dipelihara bersama dengan pemeliharaan hutan (wanatani) dan secara alami tumbuhan ini membutuhkan sedikit cahaya matahari. Sehingga di perkebunan terbuka, tumbuhan ini membutuhkan tabir untuk mengurangi sedikit cahaya matahari.
2.1 Karakteristik Tanaman Vanilla 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Vanilla masih tergolong dalam kerabat Anggrek (Orchidaceae), oleh karena itu tanaman ini tumbuh dengan cara merambat dan hidup secara semi epifit. Terdapat 3 jenis tanaman vanilla di dunia yang dapat dimanfaatkan produksi buahnya, yakni Vanilla planifolia, Vanilla pompona, dan Vanilla tahitiensis. Namun, jenis vanilla yang paling banyak diproduksi adalah Vanilla planifolia, sehingga dalam makalah ini akan dibahas mengenai Vanilla planifolia.
Klasifikasi ilmiah
Gambar 1 : tanaman vanilla
Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Genus : Vanilla Spesies : V. Planifolia Nama binomial: Vanilla planifolia
2.1.2 Morfologi dan Anatomi Morfologi Morfologi tanaman Vanilla planifolia menyerupai struktur morfologi anggrek dengan daun dan batang berdaging, tak berkayu, sistem akar serabut, serta bentuk buah panjang. Namun demikian, Vanilla planifolia memiliki karakteristik lain yang membedakan dari jenis anggrek yakni aroma yang harum dan struktur reproduksi tumbuhan yang berumah dua dan membutuhkan bantuan perantara untuk melakukan penyerbukan.
Anatomi 1) Akar Akar tanaman vanili mempunyai keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman ini mempunyai 2 macam akar yang keluar dari setiap ruas batang, yang pertama disebut akar gantung dan yang kedua adalah akar yang tersusun didalam tanah. Disebut akar gantung, karena jenis akar ini selalu melekat kuat pada Gambar 2: akar tempat rambatannya dan bergantungan vanilla di udara. Selama tidak menyentuh sesuatu, akar ini akan tumbuh kesamping. Jika menyentuh sesuatu, akar akan membelitkan dirinya untuk berpegangan. Akar gantung ini
berfungsi untuk menyerap zat – zat mineral yang melekat padanya dalam bentuk debu yang halus. Akar jenis kedua , yaitu akar yang tersusun didalam tanah. Akar ini merupakan perakaran pendek dengan panjang kurang lebih 1 meter, tebalnya kurang lebih 3 mm, berwarna keputih–putihan dan mempunyai bulu akar untuk menghisap zat–zat makanan dari dalam tanah, serta merupakan akar serabut. Akar–akar tersebut tumbuh menjalar di permukaan, tidak menghujam ke dalam tanah, oleh karena itu disebut semiterrestial.
2) Batang Batang tanaman vanilla kira-kira sebesar jari, berbentuk silinder, berwarna hijau, agak lunak, beruas dan berbuku dengan panjang rata-rata 15 cm, serta berdiameter 1 sampai 2 cm. Batang tanaman vanilla tumbuh melekat pada pohon dengan kecenderungan selalu merambat tegak keatas atau sepanjang penunjangnya, kecuali bila ujungnya dipangkas maka akan membentuk cabang baru. Panjang batang ini dapat mencapai 100 m. Apabila pucuk batang pokok terputus, maka cabang baru bagian ruas atas dapat berfungsi sebagai batang pokok. Gambar 3 : batang vanilla
Gambar 4 : daun vanilla
3) Daun Daun vanilla merupakan daun tunggal yang letaknya berselang-seling pada masing-masing buku, berwarna hijau terang dengan panjang 10-25 cm serta lebar 5-7 cm. Bentuk daun pipih, berdaging, bulat telur, jorong atau lanset dengan ujung lancip. Setelah daun menjadi tua atau mengering, tulang daun tampak
sejajar, namun ketika daun masih muda tidak terlihat jelas pola tulang daunnya.
4) Bunga Bunga vanilla adalah bunga tandan yang terdiri dari 15-20 bunga. Bunga keluar dari ketiak daun bagian pucuk batang. Bentuk bunganya duduk, berwarna hijau-biru agak pucat dengan panjang 4-8 cm serta berbau agak harum. Bunga vanilla terdiri dari 6 daun bunga (3 sepal, 3 petal) yang terletak dalam dua lingkaran. Daun bunga bagian luar (sepal) sedikit lebih besar daripada bagian dalam petal. Salah satu dari petalnya berubah bentuk menjadi gulungan seperti corong yang disebut bibir (rostelum). Uniknya bunga dari tanaman vanilla ini hanya mekar selama satu hari pada bulan Agustus sampai Oktober.
Gambar 5 : bunga vanilla
5) Buah dan biji
Gambar 6 : buah dan biji vanilla
Buah vanilla pada saat masih muda berwarna hijau dengan panjang 12–21 cm dan sifatnya lunak. Setelah masak, buah vanilla akan berubah menjadi cokelat tua sedangkan biji vanilla berwarna hitam serta berjumlah banyak dalam setiap buah. 2.1.3
Biogeografi
Genus Vanilla memiliki penyebaran yang sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia, mulai dari wilayah tropis Amerika hingga tropis Asia, New Guinea dan Afrika Barat. Dalam sejarahnya, tanaman vanilla pertama kali ditemukan bangsa Aztec, di hutan Mexico sekitar tahun 1530. Penduduk asli Meksiko memang telah lama mengenal buah vanilla kering untuk dijadikan penyegar minuman coklat. Tetapi vanilla baru menjejak Eropa sekitar tahun 1721. Vanilla akhirnya menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang kehadirannya dibawa bangsa Belanda sekitar tahun 1819. Tujuan awal vanilla di tanam di Kebun Raya Bogor adalah untuk memperkaya koleksi taman botani yang digagas oleh Prof.Dr. Reinwadt. Sekitar tahun 1864 vanilla menyebar ke Temanggung, Jawa Tengah. Selanjutnya tanaman tersebut menyebar ke beberapa wilayah seperti Bali, Jateng, Jatim, Sumut, Sumsel, Sulsel, Sulteng, NTB, NTT dan Papua. Sekitar tahun 1960 sampai 1970, pulau Jawa menjadi daerah terpesat dalam proses perkembangan tanaman vanilla. Hal ini memunculkan banyak sentra tanaman vanilla yang memungkinkan komoditi ini diekspor, sehingga wajar jika vanilla Indonesia lebih dikenal dengan nama "Java Vanilla Beans".
Gambar 7 : Biogeografi vanilla di Indonesia 2.1.4 Ekologi Vanilla hidup subur di kawasan iklim yang lembab dan panas dengan suhu 70° hingga 90 °F, serta hujan tahunan kurang lebih 100 inci. Tanaman Vanilla akan tumbuh secara optimal pada ketinggian 400 sampai 600 m dari permukaaan laut dengan kelembaban dan penyiraman yang cukup. Tanaman vanilla yang kekeringan akan terhambat pertumbuhannya dan menyebabkan rentan mengalami gagal panen. Namun, vanilla juga dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara. Vanilla tidak ditemukan di daerah gurun karena sistem perakarannya tidak intensif. Sama halnya seperti anggrek, vanilla membutuhkan cahaya matahari tetapi tidak secara langsung sehingga vanilla biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan yang merambat pada batang- batang pohon atau di bawah naungan.
2.1.5 Kandungan Biomaterial Potensial Tumbuhan vanilla lebih sering dimanfaatkan untuk membuat aroma dan rasa pada kue, puding, atau makanan manis lainnya. Berikut kegunaan tanaman vanilla : a) Mengurangi nafsu makan Aroma vanilla akan membuat seseorang makan lebih sedikit, hal ini disebabkan wangi vanilla yang ‘menipu’ otak. Aroma vanilla membuat otak berpikir Anda sudah makan lebih banyak dari sebenarnya. Jadi, tak ada salahnya untuk menghirup vanilla sebelum makan, hal tersebut dimaksudkan untuk membantu mengontrol nafsu makan. b) Pengusir serangga Vanilla juga bisa dimanfaatkan untuk mengusir serangga seperti nyamuk. Nyamuk sangat tidak tahan dengan bau vanilla, sehingga vanilla dapat dijadikan sebagai bahan penyemprot serangga yang aman dalam rumah. Untuk membuat bahan penyemprot ini cukup dengan mencampurkan dua ons ekstrak vanilla dengan dua ons air dalam botol semprot kecil. c) Pengharum rumah Minyak aroma terapi vanilla dapat dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan. Minyak tersebut dibakar selama beberapa menit atau bisa dengan mencampurkan minyak dengan air dalam botol penyemprot. Lalu, semprotkan di seluruh sudut ruangan rumah, dan bau harum vanilla akan segera tercium. d) Melembutkan kulit Vanilla mengandung antioksidan yang tinggi sehingga beberapa ahli kulit memanfaatkan vanilla untuk melindungi kulit dari racun. Pembersih wajah dapat dibuat dari bubuk vanila.
2.2 Industri Vanilla di Indonesia 2.2.1 Potensi Vanilla di Indonesia Subsektor perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Sektor ini berperan cukup besar dalam memberi kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Pada tahun 1999, subsektor perkebunan menyerap 17,1 juta tenaga kerja atau 1,03% angkatan kerja. Di samping minyak bumi yang menjadi sumber utama devisa negara, sektor perkebunan juga menyumbangkan devisa yang cukup besar. Nilai produksi nasional subsektor perkebunan
pada tahun yang sama sebesar Rp 18,3 trilyun dengan rata-rata nilai devisa per tahun yang dihasilkan sebesar 3,9 milyar US$ atau 47,44% dari ekspor sektor pertanian. Disamping itu, subsektor perkebunan mempunyai keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan subsektor lainnya antara lain disebabkan oleh tersedianya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan berada di kawasan dengan iklim menunjang, ketersediaan tenaga kerja yang banyak, serta adanya pengalaman selama krisis ekonomi yang membuktikan ketangguhan subsektor perkebunan dengan pertumbuhan ekonomi yang selalu bernilai positif (3,1%). Kondisi ini merupakan hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia dan menjadi alasan kuat untuk selalu mengembangkan produk perkebunan. Salah satu komoditi perkebunan yang penting dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi dan telah mempunyai nama cukup baik di pasaran internasional adalah tanaman vanilla. Vanilla bukanlah tanaman asli Indonesia. Secara historis, tanaman tahunan ini baru masuk ke Indonesia pada tahun 1819. Namun, tanaman vanilla tumbuh lebih subur dan lebih produktif di Indonesia yang beriklim tropis, dibandingkan dengan negara asalnya (Mexico). Di Indonesia, tanaman ini banyak dikembangkan di Daerah Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan sebagian kecil di Papua. Pengusahaan perkebunan vanilla di Indonesia lebih banyak dikelola oleh perkebunan rakyat (PR) daripada perkebunan negara (PBN) maupun swasta (PBS).
Gambar 8 : luas area perkebunan vanilla di Indonesia
Gambar 9 : produksi perkebunan vanilla di Indonesia
Dari data statistik perkebunan Indonesia tersebut, jelas terlihat bahwa perkebunan vanilla seluruhnya dikembangkan melalui perkebunan rakyat, serta dari perkebunan rakyat itulah dihasilkan produk vanilla sebagai komoditi Indonesia yang berkualitas dan siap dipasarkan di dalam maupun di luar negeri. Adapun perkembangan luas areal, produksi, dan produktivitas vanilla tahun 2007-2012 adalah sebagai berikut.
Gambar 10 : luas area perkebunan vanila pada tahun tertentu
Gambar 11 : grafik produktivitas vanilla di Indonesia pada tahun tertentu
Walaupun secara luas areal perkebunan vanilla di Indonesia berkurang, namun produksi vanilla secara umum meningkat. Hal tersebut menggambarkan bahwa vanilla sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia, terlebih lagi iklim Indonesia yang cocok untuk budidaya tanaman tersebut. Selain itu, vanilla produksi Indonesia tergolong vanilla berkualitas tinggi, sehingga permintaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri kian meningkat.
2.1.1 Teknologi dan Manajemen Industri Vanilla di Indonesia Teknologi Budidaya Vanilla 1) Perbanyakan Vanilla diperbanyak dengan cara stek dan kultur jaringan. Lahan yang dibutuhkan untuk stek umumnya bervariasi, namun yang dibutuhkan setidaknya adalah dengan mengurangi penerimaan cahaya matahari hingga 50% pada tanaman stek dan dibutuhkan jarak yang cukup antar tanaman. Mulsa dan pengairan secukupnya juga diperlukan. Pohon maupun tiang untuk tempat vanilla merambat harus dipersiapkan sebelumnya. Perbanyakan dengan kultur jaringan dilakukan pertama kali di Universitas Tamil Nadu, India. Perbanyakan ini dilakukan dengan mengambil sel dari auxillary bud tumbuhan vanilla. Perbanyakan secara in vitro juga telah dilakukan melalui kultur kalus, protocorn, node batang, dan ujung akar. Individu yang didapatkan dari kultur jaringan ditumbuhkan di dalam lab hingga setinggi 30 cm sebelum menjadi bibit untuk ditanam di lahan maupun rumah tanaman. 2) Pemeliharaan secara Organik Di Indonesia belum banyak petani yang mengembangkan tanaman vanilla secara organik, petani umumnya masih menggunakan pestisida kimia ketika tanaman terkena serangan ulat ataupun serangga. Kerawanan dalam pengembangan budidaya tanaman guna menghasilkan buah vanilla organik sebenarnya hanya pada penyakit busuk batang yang rentan menyerang tanaman pada usia kurang dari 1,5 tahun. Namun kerawanan ini sudah dapat diatasi dengan penanaman bibit yang bersumber dari tanaman bebas penyakit busuk batang dan melakukan budidaya tanaman vanilla secara baik dan benar agar terhindar dari penyakit tersebut. Di samping itu, teknologi organik guna mengatasi serangan penyakit busuk batang juga telah ada saat ini yaitu Bio FOB & Bio TRIBA karya Prof. Dr. Ir. Mesak Tombe. Cara ini tidak hanya dapat menyuburkan tanah akan tetapi juga meminimalkan risiko berkembangbiaknya bibit jamur penyebab penyakit busuk batang. Berikut ini teknologi pengendalian hama secara organik: a. Pengendali hama organik PHEFOC. Teknologi pengendali hama organik untuk mengatasi serangan hama, sangat bisa diandalkan dan telah terbukti ampuh untuk segala jenis hama. PHEFOC mempunyai fungsi diantaranya sebagai berikut, membasmi wereng, serangga, dan ulat, memulihkan tanaman dari serangan sundep, membasmi jamur
tanaman pada buah, batang, dan daun, membasmi gulma, mempercepat pertumbuhan tanaman dan memaksimalkan proses pembuahan.
b. Zeutan pestisida organik. Teknologi organik yang terbuat dari sari tumbuhaan alami dan organik alami. Pestisida organik efektif unutk mencegah dan mengatasi segala hama dan penyakit. Pestisida organik guna mengatasi secara tuntas gangguan dan serangan hama seperti sundep, keong mas, wereng, belalang, jangkrik, akar gada, segala jenis kutu (putih, loncat, perisai, tepung), kumbang biji dan daun, ulat, ngengat, lalat, dan membasmi Nematoda akar dan bakteri. 3) Panen Buah vanilla matang sekitar enam bulan setelah penyerbukan. Pemanenan harus dilakukan dengan cermat. Tanda buah sudah mulai matang adalah ujung buah vanilla yang mulai berwarna pucat kekuningan, dan setiap buah memiliki waktu kematangan yang tidak sama. Buah yang terlalu matang dapat menyebabkan buah terbelah dan bijinya keluar, sehingga hanya sedikit yang bisa dipanen. Satu pohon vanilla berusia lima tahun dapat menghasilkan antara 1.5 hingga 3 kilogram buah per tahun, dan terus meningkat hingga maksimum 6 kilogram. Jika buah yang masih hijau terlanjur dipanen, buah tersebut masih dapat dijual atau diperam terlebih dahulu untuk mendapatkan harga yang lebih baik.
Teknologi Pasca Panen 1) Pelayuan Pelayuan dilakukan untuk mematikan jaringan vegetatif buah sehingga mencegah pertumbuhan biji vanilla dari dalam buah selama pengolahan berikutnya dan penyimpanan. Metode yang digunakan bervariasi, mulai dari pendinginan hingga pemanasan (dengan air panas, perebusan, oven, atau sinar matahari). Metode yang digunakan menentukan hasil akhir dari buah vanilla. Penjemuran untuk membunuh sel vegetatif buah dilakukan di bawah sinar matahari hingga buahnya berwarna kecoklatan. Metode ini umum dilakukan oleh masyarakat Aztec pada jaman dahulu. 2) Fermentasi
Fermentasi dilakukan dengan menempatkan tumpukan buah vanilla dalam kondisi lembab dan terinsulasi, biasanya terbungkus kain. Temperatur di dalam tumpukan akan menjadi cukup tinggi antara 45 hingga 75 derajat Celcius dengan kelembaban buah yang masih tinggi, hingga 70 persen. Pada tahap ini terjadi reaksi enzimatik dan kimiawi untuk pembentukan aroma, dimana βglukosidase merubah glukovanilin menjadi vanilin dan glukosa. Pada tahap ini vanilla mengalami beberapa perubaan warna, aroma dan flavor. Warna buah berubah menjadi coklat karena oksidasi senyawa fenolik, gula, dan asam-asam organik dimetabolisme serta ester eter dan resin terbentuk (Ranadive, 1994). 3) Pengeringan Pengeringan mengurangi kadar air dari buah vanilla menjadi antara 25 hingga 30 persen. Kelembaban perlu dikurangi untuk mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri serta meningkatkan rendemen senyawa aromatik di dalam buah. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran. 4) Pemeraman Pemeraman dilakukan dengan menyimpan buah di dalam wadah tertutup selama lima hingga enam bulan. Selama proses ini, aroma dan rasa dari buah vanila terus meningkat, serta terjadi reaksi-reaksi seperti esterifikasi, eterifikasi, degradasi oksidatif dan reaksi lain yang menghasilkan senyawa volatil (Purseglove et al, 1981).
Teknologi Produksi Produk Vanilla Bentuk komoditas vanilla yang diekspor dan diimpor dapat dikelompokkan dalam 2 bentuk, yaitu whole bean (bentuk vanilla utuh kering) dan other vanilla (bentuk olahan vanilla lainnya berupa ekstrak vanilla, oleoresin, bubuk, dll). Ekstrak vanilla merupakan salah satu bentuk vanilla olahan yang lebih mudah dan luas penggunaannya.
Gambar 12 ekstrak vanilla
Pada umumnya, ekstrak vanilla dibuat dari vanilla kering dengan metode konvensional (maserasi atau perkolasi) selama 1 bulan. Vanilla kering diperoleh dari vanilla segar yang telah melewati proses kuring, yaitu proses fermentasi dan pengeringan polong. Hal ini dilakukan karena vanilla segar tidak memiliki aroma (Deptan, 2004). Seperti yang telah dijelaskan pada bagian teknologi pasca panen, proses fermentasi berperan dalam pembentukan aroma dan flavor vanilla yaitu mengubah glukosida menjadi glukosa, vanillin dan kompleks flavor lain.
2.1.2 Pasar Vanilla Indonesia pada Skala Domestik dan Internasional Buah vanilla yang telah diproduksi dipasarkan melalui dua skala, yaitu:
Pasar Vanilla pada Skala Domestik Secara umum, jalur pemasaran vanili tidak berbeda dengan komoditi pertanian lainnya. Di pemasaran dalam negeri, produsen menjual produk ke pedagang pengumpul atau agen eksportir. Barulah kemudian produk tersebut sampai ke tangan eksportir. Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar tujuan perdagangan vanili adalah untuk ekspor. Pada praktiknya, keadaan pasar sering dipengaruhi oleh orang yang pertama kali melakukan proses transaksi. Terdapat beberapa situasi pemasaran yang terjadi, yaitu : 1) Pihak petani langsung menjual produk ke tengkulak/pedagang perantara, atau agen eksportir. Dalam hal ini, petani memiliki
posisi tawar yang lemah, harga lebih banyak dipengaruhi oleh pembeli. 2) Pihak pembeli yang mencari petani. Pada situasi ini, petani dapat memperoleh harga yang relatif lebih baik. Hal ini seringkali terjadi jika komoditi ini sedang mempunyai harga yang tinggi, terbukti dengan adanya pemesanan dengan uang muka terlebih dahulu oleh pembeli kepada petani sementara vanilla belum dipanen.
Berikut disajikan harga rerata tahunan vanilla di pasar domestik tahun 1990-2012. Tabel 1 : rerata harga vanilla di pasar domestik pada tahun tertentu
Harga Rata-rata
Tahun
Jenis Mutu
1990
Polong Kering
33.087
1991 1992 1993 1994 1995
Polong Polong Polong Polong Polong
Kering Kering Kering Kering Kering
32.628 56.472 52.398 62.761 66.611
1996
Polong Kering
50.500
1997
Polong Kering
60.531
1998
Polong Kering
54.026
1999 2000 2001
Polong Kering Polong Kering Polong Kering
55.118 79.871 301.333
2002 2003
Polong Kering Polong Kering
275.833 269.958
2004
Polong Kering
231.938
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Polong Polong Polong Polong Polong Polong
523.601 226.551 272.726 300.277 72.649 78.212
2011
Polong Kering
67.600
2012
Polong Kering
45.108
Kering Kering Kering Kering Kering Kering
(Rp./Ha)
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi
Pasar Vanilla pada Skala Internasional Berdasarkan data ekspor tahun 2001, komoditi vanilla Indonesia diekspor dalam bentuk buah utuh kering dan vanili bentuk lainnya yang berjumlah 469 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 19.309.437 (BPS, 2001), sedangkan untuk kebutuhan industri dalam negeri berdasarkan proyeksi kebutuhan pada tahun 2001
tidak lebih dari 630 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1986). Peluang pasar komoditi ini masih terbuka baik di dalam maupun luar negeri, karena jumlah permintaan dunia akan vanili untuk tahun 1998 sebesar 2.500 – 3.000 metrik ton per tahun dengan pasar utama di Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Swiss, dan Australia. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia, permintaan vanillapun diperkirakan terus meningkat, (Agribusiness Development Centre, 2000). Posisi Indonesia sebagai eksportir vanilla dunia terus turun. Pada tahun 2008, Indonesia masih menjadi produsen vanilla dunia nomor dua setelah Madagaskar. Pada tahun 2009, posisi Indonesia sudah terdepak dari lima besar produsen dunia. Indonesia sebenarnya sangat berpotensi menjadi produsen vanilla dunia kelas atas. Tata niaga vanilla juga perlu diiringi pola kemitraan untuk menjaga kualitas. Beberapa tahun lalu, vanilla Indonesia yang bermutu rendah ditolak negara-negara maju. Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang mungkin terlibat, yaitu agen eksportir, prosesor, tengkulak, dan pedagang.
Gambar 13 : volume ekspor dan impor vanilla Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor vanilla dunia mengalami perkembangan ekspor dari tahun ke tahun yang fluktuatif antara lain akibat adanya penanganan pascapanen dan pengelolaan budidaya yang kurang memadai. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika tanaman ini dikembangkan dan diperhatikan secara intensif khususnya sistem pengolahan, budidaya dan penanganan pascapanennya. Dengan demikian, peningkatan produksi vanilla untuk ekspor tidak hanya akan mencakup segi kuantitas, tetapi juga segi kualitasnya. Sehingga perkembangan
ekspor vanilla Indonesia tidak akan mengalami kecenderungan (trend) yang tidak menentu melainkan akan selalu meningkat.
2.2 Dampak Industri Vanilla 2.2.1 Dampak lingkungan Industri vanilla Indonesia Penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia pertanian memberikan dampak bagi kesehatan manusia yang terdapat pada produk konsumsi sehari-hari. Di samping itu, penggunaaan pupuk secara terus-menerus ternyata dapat merusak struktur tanah. Hal-hal tersebut juga terjadi pada industri perkebunan termasuk vanilla. Oleh karena itu, budidaya perkebunan termasuk vanilla mulai beralih untuk menghasilkan produk organik yang lebih ramah lingkungan. Dampak lingkungan lainnya yang ditimbulkan dari industri vanilla adalah dalam proses pembuatan pabrik yang membutuhkan lahan cukup luas sehingga biasanya perlu membabat hutan dan menyebabkan hilangnya habitat organisme tertentu juga menurunkan keanekaragaman hayati. Selain itu, penggunaan mesinmesin dalam proses pengolahan buah vanilla menjadi barang jadi ataupun setengah jadi sering kali menimbulkan pencemaran suara maupun udara. 2.3.2 Dampak Sosioekonomi Industri Vanilla Indonesia Vanilla Indonesia memiliki kualitas yang sudah diakui oleh pasar internasional, hal ini mengakibatkan harga jual vanilla di pasar internasional cukup tinggi. Permintaan vanilla Indonesia baik dari domestik mapun luar negeri semakin meningkat, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya yakni potensi vanilla sebagai biomaterial, vanilla dapat digunakan baik sebagai pengusir serangga, pengharum rumah, sampai perasa makanan. Fungsi vanilla sebagai perasa makanan inilah yang berkontribusi besar terhadap sosioekonomi masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan penambahan rasa serta aroma vanilla dapat meningkatkan daya jual dari produk makanan tersebut hingga berlipat-lipat. Sifat orang Indonesia yang gemar terhadap kuliner juga turut berkontribusi dalam pengembangan industri makanan terutama yang menggunakan vanilla sebagai perasa. Selain kebutuhan domestik, vanilla Indonesia juga diekspor ke luar negeri, walaupun kuantitas ekspornya seringkali tidak stabil dari tahun ke tahun. Indonesia sebagai negara pengekspor mendapatkan devisa yang cukup besar dari komoditi ekspor ini. Terlebih lagi, budidaya tanaman vanilla tidak hanya menghasilkan buah vanilla kering sebagai komoditi ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja sekitar 4 orang untuk setiap hektarnya. Hal ini juga turut mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
2.3
Kebijakan Industri vanilla di Indonesia Perkembangan pengolahan vanili tidak hanya melibatkan lingkungan domestik, akan tetapi juga melibatkan lingkungan global, sebagai tujuan utama dalam rantai pasar perdagangan vanilla. Semakin lama, atau semakin panjang rantai tata niaga yang dilalui, maka semakin besar pengaruh yang diberikan terhadap kualitas jual beli dari vanili, khusunya berpengaruh pada harga jual vanili itu sendiri. Disamping itu, dalam rangka memenuhi komitmen nasional, pemerintah melalui UU No. 25 Tahun 2000 tentang PROPENAS tahun 2000-2004 telah ditetapkan peningkatan ketahanan pangan yang bertujuan: 1. Meningkatkan keanekaragaman produksi, ketersediaan, dan konsumsi pangan bersumber pangan ternak, ikan, tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan produk-produk olahannya. 2. Mengembangkan kelembagaan pangan yang menjamin peningkatan produksi serta konsumsi pangan yang lebih beragam. 3. Mengembangkan bisnis pangan. 4. Menjamin ketersediaan gizi dan pangan bagi masyarakat. Namun dalam kenyataanya, masih sering dijumpai kelemahan dalam mengembangkan produk-produk pertanian yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap masalah-masalah pemasaran. Di pasaran internasional, harga vanilla ditentukan oleh mutunya. Setiap Negara pengimpor menetapkan persyaratan mutu yang berlainan. Standarisasi mutu dimaksudkan untuk memperoleh mutu buah vanilla kering yang seragam menurut kelompok mutunya, sehingga dapat diterima oleh pasar/pembeli. Pasar di Amerika Serikat lebih memerlukan vanilla berkadar air rendah (20-50%), karena digunakan untuk bahan baku industri ekstraksi. Sedangkan di pasaran Eropa yang pada umumnya untuk dikonsumsi langsung oleh rumah tangga, sehingga menghendaki vanilla utuh (berpenampilan baik), kadar vanillin tinggi, berwarna tajam dan kadar air 30-35%. International Standar Organitation (ISO) telah menetapkan spesifikasi vanilla yang diperdagangkan di pasaran dunia. Sedangkan secara nasional telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI). Sebagai acuan bagi petani vanilla untuk memproduksi vanilla sesuai dengan mutu yang
dipersyaratkan, berikut adalah syarat umum vanilla menurut SNI 010010-2001: 1. berbau wangi khas vanili; 2. berwarna hitam mengkilat atau hitam kecoklatan mengkilat sampai coklat; 3. Polong penuh berisi sampai kurang berisi, berminyak, lentur sampai kaku; 4. Bebas benda asing dan; 5. Bebas kapang (Kapang adalah vanili yang ditumbuhi/diserang oleh kapang, yang dapat dilihat oleh mata biasa). Menurut SNI 01-0010-2002, mutu vanili dibedakan menjadi Mutu I A, Mutu I B, Mutu II, dan Mutu III. 1. Syarat mutu I A : a. Bentuk vanilla utuh b. Ukuran polong minimal 11 cm c. Tidak ada polong yang dipotong-potong d. Kadar air maksimal 38% e. Kadar vanillin (b/b kering) minimal 2,25% f. Kadar abu (b/b kering) maksimal 8% 2. Syarat mutu I B : a. Bentuk vanilla utuh b. Ukuran polong minimal 11 cm c. Tidak ada polong yang dipotong-potong d. Kadar air maksimal 38% e. Kadar vanillin (b/b kering) minimal 2,25% f. Kadar abu (b/b kering) maksimal 8% 3. Syarat Mutu II : a. Bentuk vanili utuh atau dipotong-potong b. Ukuran polong minimal 8 cm c. Tidak ada persyaratan bahwa tidak ada polong yang dipotong-potong d. Kadar air maksimal 30% e. Kadar vanillin (b/b kering) minimal 1,50% f. adar abu (b/b kering) maksimal 9% 4. Syarat Mutu III : a. Bentuk vanili utuh atau dipotong-potong b. Ukuran polong minimal 8 cm c. Tidak ada persyaratan bahwa tidak ada polong yang dipotong-potong
d. Kadar air maksimal 25% e. Kadar vanillin (b/b kering) minimal 1,00% f. Kadar abu (b/b kering) maksimal 10% Pemerintah melarang industri vanilla mengekspor vanilla dalam bentuk mentah, melainkan harus diolah menjadi suatu produk tertentu agar harga jualnya semakin meningkat.
2.5 Prospek Industri vanilla Indonesia di Masa Mendatang Prospek industri vanilla di Indonesia cukup menjanjikan, kualitas vanilla Indonesia yang baik menjadi salah satu faktor vanilla Indonesia diminati oleh berbagai negara. Namun, hal itu harus didukung oleh kebijakan pemerintah yang mempermudah berkembangnya industri tersebut. Vanili sempat menjadi primadona karena beberapa tahun lalu harga tanaman perkebunan tersebut pernah mencapai 350 dolar AS kg (Rp 3,5 juta per kg). Namun komoditas ini masih memiliki prospek yang cerah saat ini dan di masa yang akan datang. Menurut Agus Ramada, Direktur PT. Villa Domba Niaga Indonesia yang memproduksi vanili organik, kebutuhan pasar dan permintaan akan buah vanilla kering masih cukup tinggi dan belum terpenuhi. Sebenarnya Vanilla bean dibutuhkan oleh beragam pelaku usaha di berbagai bidang. Mulai dari pelaku usaha restoran, pabrik pembuatan es krim rasa vanilla, makanan, minuman, industri perawatan kecantikan bahkan sampai level rumah. Kebutuhan vanilla bean sendiri di dunia saat ini masih dominan dipenuhi oleh keberadaan produk vanilla sintentik atau buatan, Penyebabnya adalah faktor harga vanilla bean yang relatif mahal dikarenakan pasokannya yang terbatas. Vanilla bean juga banyak diolah kembali ke dalam bentuk ekstrak oleh para pelaku industri flavor house akibat minimnya pasokan. “Saat ini kebutuhan permintaan vanilla bean dunia sendiri saat ini diperkirakan mencapai 2.200 ton per tahunnya dengan potensi penghasilan hingga Rp. 400.000 /kg” jelas Agus. Produksi vanilla diprediksi meningkat hingga 30% pada musim kemarau. Sebab pada musim kemarau proses penyerbukan yang dilakukan menjadi lebih mudah. Selain itu, harga jual vanilla juga tinggi dan relatif stabil sehingga dapat meminimalisir kerugian produksi ataupun akibat gagal panen serta memungkinkan untuk lebih dikembangkan lebih lanjut di masa mendatang.
BAB III PENUTUP 3.1
Simpulan Karakteristik dan klasifikasi Tanaman vanilla Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Genus : Vanilla Spesies : V. Planifolia Nama binomial: Vanilla planifolia
Bagian dari tanaman vanilla yang dapat dimanfaatkan sebagai biomaterial adalah bagian buah bijinya. Tanaman vanilla biasa dimanfaatkan untuk pemberi aroma dan rasa pada makanan atau minuman, mengurangi nafsu makan, pengusir serangga, pengharum ruangan, dan melembutkan kulit.
Industri vanilla indonesia sangat berpotensi karena Indonesia memiliki iklim yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman vanilla, kualitas vanilla Indonesia tergolong baik dan diminati, selain itu vanilla juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan relatif stabil.
Teknologi dan manajemen industri vanilla dapat digambarkan sebagai berikut,
Dampak lingkungan industri vanilla
Dampak sosioekonomi industri vanilla
Kebijakan industri vanilla di Indonesia
Prospek industri vanilla di masa mendatang
REFERENSI Havkin-Frenkel, D. 2004. “Interrelation of curing and botany in vanilla (Vanilla planifolia) bean”. Acta Horticulturae. 132 : 23. http://www.apoteker.info/Pojok%20Herbal/vanila.htm diakses pada 5 April 2015 pukul 19.20 http://100budidayatanaman.blogspot.com/2014/06/tanaman-vanili.html diakses pada 5 April 2015 pukul 19.43 http://bioscbiologi.blogspot.com/2014/06/mengenal-vanilla-planifolia.html diakses pada 5 April 2015 pukul 20.00 https://edoagasiswanto1.wordpress.com/2013/09/16/makalah-tumbuhan-vanili/ diakses pada 5 April 2015 pukul 20.08 http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-245-bahan-tanam-unggul-vanili--vanillaplanifolia-andrews.html diakses pada 5 April 2015 pukul 20.32 http://foodtech.binus.ac.id/2015/01/05/ekstraksi-flavor-vanilla/ diakses pada 5 April 2015 pukul 20.54 http://masyarakatagrobisnis.blogspot.com/2011/01/perkebunan-vanili.html diakses pada 5 April 2015 pukul 21.05 http://villabean.blogspot.com/2013/04/mari-mengenal-vanilla-bean.html diakses pada 9 April 2015 pukul 05.12 http://cyber.kamarasta.web.id/teknologi/detail/1982/mengenal-vanili diakses pada 9 April 2015 pukul 06.00 http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/transformasi_model_pengembangan_vanili.pdf diakses pada 9 April 2015 pukul 06.35 http://industri.bisnis.com/read/20131222/99/193732/pemerintah-didesak-intensifikasi-kebunvanili diakses pada 9 April 2015 pukul 06.50
http://www.mediaperkebunan.net/index.php? option=com_content&view=article&id=111:bisnis-vanili-masih-menguntungkannamun&catid=2:komoditi&Itemid=26 diakses pada 9 April 2015 pukul 07.15
http://industri.kontan.co.id/news/produksi-vanili-tahun-ini-diprediksi-naik-30-1 diakses pada 9 April 2015 pukul 07.35 http://youyoecreativeinc.blogspot.com/2010/09/nilai-ekonomi-vanili.html diakses pada 9 April 2015 pukul 07.45