PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECT KEPANITERAAN KLINIK MADYA KEDOKTERAN KELUARGA FKUB
Judul SKABIES PADA ANAK BERUSIA 10 TAHUN DENGAN RETARDASI MENTAL DENGAN FAKTOR PREDISPOSISI HIGIENITAS YANG BURUK DAN SOSIOEKONOMI YANG RENDAH
Dokter Muda Pembina Arnaz Adisaputra 150070200011014
Puskesmas Kedung Kandang Periode 01 Mei 2017 – 27 Mei 2017
Pembimbing dr. Arief Alamsyah, MARS dr. Dewi Mustika, M. Biomed dr. Bonita Suharto dr. Dini Titisari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 2017
1
Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas
: 10 Mei 2017
Identitas Pasien:
Nama Umur / tanggal lahir Jenis kelamin Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Sistem pembayaran
: An. Hafidz : 10 tahun : Laki-Laki : Jln Muharto Gg VII, RT 07 RW 10 : Islam : SD Luar Biasa : Pelajar : Belum menikah : BPJS
Anamnesis:
Heteroanamnesa Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
Gatal-gatal di kaki, tangan, dan punggung Riwayat keluhan saat ini
Pasien datang ke Puskesmas Kedungkandang dengan keluhan gatal sejak 1 minggu yang lalu.Gatal dirasakan pada pada tangan, kaki, dan punggung. Gatal semakin bertambah saat malam hari, sehingga pasien sulit tidur malam karena kulit yang selalu merasa gatal. Awalnya gatal muncul di kaki, kemudian meluas ke tangan dan punggung, Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Keluhan lain yang dirasakan saat ini dan riwayat perjalanannya:
Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah dirawat inap di RS selama beberapa kali karena keluhan batuk dan pilek di RSSA dan RS swasta
2
Riwayat Keluarga (Family History)
Saudara laki-laki dari pasien ini dan nenek pasien juga mengalami gatal-gatal. Mereka mengalami gatal-gatal sejak pasien menderita penyakit gatal-gatal ini.
Riwayat sosial (eksplorasi faktor risiko internal dan eksternal )
Pasien lahir prematur pada usia kehamilan 8 bulan. Ketika persalinan, ibu pasien ditolong oleh dukun bayi. Pasien merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara dan memiliki saudara kembar. Pasien mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Pada usia 2 tahun, pasien masih belum dapat berjalan seperti anak seusianya. Pasien tinggal di rumah beserta ayah, ibu, dan neneknya. Pasien sehari-hari bersekolah di SD Luar Biasa Kedungkandang. Pasien tinggal di rumahnya dengan ayah, ibu, 2 orang kakaknya, dan neneknya. Pasien setiap malam tidur bersama dengan orangtuanya. Pasien juga menggunakan handuk mandi yang sama dengan ibu dan ayahnya. Setiap hari pasien mandi 2 kali, pasien mengganti bajunya setiap 1 hari sekali hingga 3 kali sehari. Di keluarga pasien, tulang punggung keluarga adalah suami pasien. Suami pasien sehari-hari bekerja sebagai tukang foto, sambil menyambi pekerjaan serabutan lainnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Pasien memiliki 2 orang kakak, masing-masing kelas 4 SD dan kelas 2 SMP.
Riwayat pengobatan
Ibu pasien membelikan salep kepada anaknya, namun keluhan tidak membaik Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital Keadaan Umum
:
Baik
Suhu
:
36°C
Frek. Nadi
:
100x/menit, regular, kuat
TB
:
130 cm
Frek. Nafas
:
20x/menit
BB
:
19 kg
Tekanan Darah
:
100/70 mmHg
Status Gizi
:
Berat badan kurang
3
Status Generalis KEPALA
Inspeksi
Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-) ; pupil bulat isokor (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+)/(+) Normal
LEHER
Inspeksi Palpasi
Simetris, Edema (-), Massa (-), Inflamasi (-) Normal Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-)
Normal
THORAX
a. Pulmo Inspeksi : Gerakan statis & dinamis
D=S D=S
Palpasi: Stem Fremitus Perkusi :
Sonor Sonor Sonor
Auskultasi :
V V V V V V
sonor sonor sonor Rh - - - -
Normal
Wh - - - -
b. Jantung Inspeksi
Iktus invisible
Palpasi
Iktus palpable at ICS V MCL S
Perkusi
LHM ~ Ictus, RHM ~ sternal line D
Auskultasi
S1 S2 single, regular, murmur (-), gallop (-)
Normal
ABDOMEN
Inspeksi
Flat, jar. parut (-), radang umbilikus (-), massa (-) Normal
Auskultasi
BU (+) Normal
Perkusi
Liver span 8 cm, traube’s space timpani, shifting dullness (-)
Palpasi
Normal
Soefl, nyeri tekan (-), massa (-)
4
Normal
EKSTREMITAS
Superior
Papul-papul batas tegas, bentuk reguler, multiple, ukuran bervariasi dari 0,2 – 0,4 cm yang menyebar pada regio anterbrachii sinistra dan dextra, pada beberapa bagian terdapat ekskoriasi Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema ()/(-), Sianosis (-)/(-) Normal
Inferior
Papul-papul batas tegas, bentuk reguler, multiple, ukuran bervariasi dari 0,2 – 0,4 cm yang menyebar pada regio cruris sinistra dan dextra , beberapa bagian terdapat krusta dan ekskoriasi Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema ()/(-), Sianosis (-)/(-) Normal
Status Lokalis
Lokasi : Lengan kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, punggung Distribusi : Tersebar Ruam : Papula, batas tegas, bentuk reguler, multiple, ukuran bervariasi Ø 0,2 – 0,4 cm, pada beberapa bagian didapatkan krusta dan ekskoriasi
Pemeriksaan Penunjang :
Diagnosis Holistik Aksis 1 - Aspek Personal Alasan Kedatangan
: : Pasien datang ke Puskesmas Kedung Kandang di antar ayahnya, dengan keluhan gatal pada lengan kanan kiri dan kaki kanan kiri pasien Persepsi : Orang tua pasien mengira dengan pemberian salep dapat menghentikan gatal yang dirasakan pasien Harapan : Orang tua pasien datang berobat agar mendapat pengobatan yang tepat untuk gatal yang dirasakan Kekhawatiran : Orang tua pasien khawatir gatal akan menyebar ke seluruh tubuh Upaya : Pasien datang di antar oleh ayahnya ke puskesmas untuk berobat setelah keluhan tidak membaik Aksis 2 – Aspek Biomedis : Skabies, suspek retardasi mental Aksis 3 – Aspek Risiko Internal : Higienitas pasien yang kurang baik
5
Pasien mengalami retardasi mental sehingga kesulitan menjaga higienitas dirinya Aksis 4 – Aspek Risiko Eksternal : Higienitas rumah kurang baik. Kondisi rumah pasien terlihat kurang sehat karena barang-barang dirumah pasien berantakan. Kasur, karpet, sofa, dan bantal pasien tidak pernah dijemur. Pakaian pasien dicuci bersamasama dengan pakaian anggota keluarga lainnya. Pasien dan keluarganya juga sering tidur bersama di kamar Aksis 5 –Derajat Fungsional : Derajat 2
Analisis yang mendasari penegakan diagnosis aksis 2
Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei var.homini yang tergolong dalam famili Sarcoptidae dan kelas Arachida. Parasit ini berbentuk seperti mutiara, tembus pandang, dan berbentuk oval dengan 4 pasang kaki. Parasit betina berukuran 0,4 x 0,3 mm, parasit jantan berukuran lebih kecil. Sarcoptes scabiei tidak dapat terbang ataupun meloncat (Goldsmith, et al , 2012). Siklus hidup parasit ini adalah sebagai berikut: setelah melakukan kopulasi di atas kulit, parasit betina akan menggali terowongan ke dalam stratum korneum dengan kecepatan 2 – 3 mm sehari sambil meletakkan telurnya hingga mencapai 50 telur sehari. Telur akan menertas dalam waktu 3 – 10 hari menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Setelah 2 – 3 hari larva ini akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8 – 12 hari. (Boediarja dan Handoko, 2015) Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau. Kelainan kulit berupa ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder (Boediarja dan Handoko, 2015) Ada 4 tanda kardinal : 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrer) 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
6
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut (Boediarja dan Handoko, 2015) Terapi skabies adalah terapi kombinasi antara skabisida dan kontrol terhadap parasit. Aplikasi skabisida dilakukan dua kali, dengan jarak 1 minggu antar aplikasi untuk mengurangi keungkinan reinfestasi dan untuk membunuh semua nimfa yang menetas setelah aplikasi pertama. Semua orang di dalam rumah harus dirawat secara simultan untuk mencegah reinvestasi dari karier asimptomatis (Goldsmith, et al , 2012).. Setelah diagnosis skabies tegak, pengobatan dengan salep Permethrin 5% dapat segera dilakukan. Salep dioleskan di seluruh tubuh (leher hingga ujung kaki), lalu didiamkan selama 8-12 jam. Setelah itu pasien dianjurkan untuk merendam semua baju, seprei, dan handuk yang digunakan dalam 3 hari terakhir dengan air panas selama 15-30 menit, kemudian dicuci seperti biasa, dijemur di bawah sinar matahari, dan disetrika. Pasien juga dianjurkan untuk membersihkan semua perabotan rumah yang ada seperti kasur, sofa, karpet, dan lain-lain dari kutu. Pasien juga dianjurkan untuk tidak menggunakan baju/handuk bersama dengan orang lain (Gunning et al, 2012). Retardasi mental, disebut juga disabilitas intelektual, adalah limitasi bermakna pada fungsi intelektual ( reasoning , belajar, dan memecahkan masalah) dan pada perilaku adaptif (skill konseptual, sosial, dan praktis) yang muncul pada usia sebelum 18 tahun. Menurut DSM V, ada 3 kriteria yang harus terpenuhi agar diagnosa retardasi mental dapat ditegakkan: (Sadock, et al , 2015) Defisit fungsi intelektual, seperti reasoning , pemecahan masalah, pemikrian abstrak, dan pembelajaran dari pengalaman, yang dikonfirmasi dengan penilaian klinis maupun uji intelegensia yang terstandar dan individual Defisit fungsi adaptif yang mengakibatkan kegagalan pemenuhan standar perkembangan dan sosiokultural dalam kemandirian dan tanggung jawab sosial. Tanpa dukungan secara berkesinambungan, defisit adaptif membatasi fungsi pada salah satu atau lebih aktifitas sehari-hari, seperti komunikasi, partisipasi sosial, dan hidup secara mandiri, di beberapa macam lingkungan, seperti rumah, sekolah, tempat kerja, dan komunitas Onset dari defisit intelektual dan adaptif pada periode perkembangan (Sadock, et al , 2015) Berdasarkan DSM V, derajat retardasi mental terbagi menjadi: ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Anak-anak dengan retardasi mental ringan biasanya tidak teridentifikasi sampai SD kelas 1 atau kelas 2, ketika tuntutan akademis mulai meningkat. Ketika dewasa muda, mereka bisa dapat meraih skill akademis setara dengan anak kelas 6 SD. Biasanya, mereka dapat hidup secara mandiri dan membangun keluarga ketika dewasa dengan dukungan yang memadai. Penyebab retardasi mental ringan sering tidak diketahui. (Sadock, et al , 2015)
7
Anak-anak dengan retardasi mental sedang sebagian besar dapat mempelajari bahasa dan berkomunikasi dengan baik pada awal masa kanak-kanaknya. Secara akademis, mereka tertinggal dibanding anak lainnya. Pada masa remaja, mereka mengalami kesulitan bersosialisasi dan ini menyebabkan mereka terpisah dari lingkungan mereka, sehingga dukungan sosial sangat bermanfaat pada fase ini. Ketika dewasa, mereka dapat melalukan pekerjaan dengan supervisi yang cukup. IQ fungsi adaptif pada kategori ini berkisar 35 – 50. (Sadock, et al , 2015) Anak dengan retardasi mental berat dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak-anak dan sering dapat belajar berhitung dan mengenaii kata-kata yang penting. Pada grup ini, penyebab retardasi mental lebih bisa diidentifikasi. Saat dewasa, mereka dapat hidup dalam lingkungan yang tersupervisi dan bisa melakukan pekerjaan dengan supervisi. IQ pada individu seperti ini berkisar 20 – 35. (Sadock, et al , 2015) Individu dengan retardasi mental sangat berat biasanya memiliki penyebab yang mudah dikenali. Anak-anak dengan retardasi mental sangat berat masih bisa diajarkan kemampuan untuk merawat diri dan mengkomuniasikan kebuthan mereka dengan latihan yang cukup. IQ pada individu seperti ini biasanya kurang dari 20. (Sadock, et al , 2015) Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan:
Keluhan gatal-gatal pada lengan, kaki, dan punggung Gatal semakin memberat saat malam hari Sudah menggunakan obat salep tapi belum ada perbaikan. Saudara laki-laki dan nenek pasien mengalami keluhan yang sama dengan keluhan pasien sejak 2 minggu yang lalu
Pasien tidak mampu melakukan fungsi intelektual dan fungsi adaptif seperti anak seusianya Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Lokasi : Lengan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, telapak tangan pasien, punggung pasien Distribusi : Tersebar Ruam : Papula, batas tegas, bentuk reguler, multiple, ukuran bervariasi Ø 0,2 – 0,4 cm, pada beberapa bagian didapatkan ekskoriasi
Intervensi Komprehensif Diagnosis Holistik Aksis 1
Intervensi Komprehensif
Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai gatal yang dirasakan pasien, mengenai penyebab, cara penularan, cara pengobatan, faktor resiko, upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan, dan prognosis
8
Memberi penjelasan bahwa orang tua pasien tidak perlu khawatir pada penyakit yang dialami pasien, karena gatal tersebut dapat membaik bahkan sembuh bila penyebabnya (tungau) dapat diberantas Menjelaskan cara pemberian obat Scabimite krim digunakan malam hari sebelum tidur, dioleskan dari belakang telinga sampai ke ujung jari kaki. Tidak boleh terkena air selama 10-12 jam. Kemudian keesokan paginya baru dibilas. Penggunaan obat diulangi seminggu kemudian. Dan obat tersebut harus digunakan oleh seluruh anggota keluarga. Mengedukasi kepada orang tua pasien tentang cara penularan dan siklus hidup tungau penyebab yang berhubungan dengan pencegahan terjadinya penularan Mengedukas orang tuai pasien bahwa setelah dioleskan obat, masih dapat terasa gatal sampai 2-3 minggu berikutnya Mengedukasi kepada orang tua pasien bahwa pasien dicurigai memiliki retardasi mental dan disarankan untuk memeriksakan fungsi intelektual pasien ke fasilitas kesehatan terdekat Menjelaskan kepada orang tua pasien untuk menjaga kebersihan diri dari anaknya
Aksis 2
Aksis 3
Aksis 4
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai pentingnya higienitas rumah (merapikan barang-barang, mencuci sprei, selimut, alas bantal, menjemur kasur, bantal dan kursi secara rutin) Mengobservasi keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien Mengedukasi kepada keluarga pasien bahwa keluhan gatal dapat bertahan sampai 2-3 minggu berikutnya setelah dilakukan pengolesan obat salep
Aksis 5
Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:
Anggota keluarga yang tinggal serumah ada yang mengalami skabies Kurangnya pengetahuan keluarga pasien mengenai tindakan pencegahan penularan Higienitas rumah yang kurang
9
Kunjungan Rumah Keluarga Pak Solikin Tanggal : 18 Mei 2017
Family Genogram
Nenek, 66 thn
Ayah 35 th
Anak 15 th
Anak 10 th
Ibu 32 th
Anak 10 th
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Skabies : Pasien : Meninggal : tinggal serumah
10
Family Apgar Pertanyaan
No .
Sering
1.
Saya puas karena saya dapat bercerita kepada keluarga saat saya memiliki masalah
√
2.
Saya puas dengan cara keluarga bermusyawarah untuk memecahkan masalah
√
3.
Saya puas karena diberikan kesempatan bertumbuh sesuai arah kehidupan yang saya inginkan
4.
Saya puas dengan kasih sayang yang terjalin di antara keluarga saya
5.
Saya puas dengan keluarga membagi antara waktu pribadi dan waktu bersama
Kadan gkadang
√
Penilaian nilai total: 8-10 : Fungsi keluarga baik ( Highly Functional Family ) 4-7 : Fungsi keluarga kurang baik ( Moderately Functional Family ) 0-3 : Fungsi keluarga tidak fungsional ( Severely Disfuctional Family ) Skor Family APGAR = 9
Fungsi
keluarga baik ( Highly Functional Family )
Family SCREEM Sosial Kultural Religion Ekonomi Pasien bekerja sebagai tukang foto dan kerja serabutan, istri tidak bekerja Edukasi Medical
Bentuk keluarga : keluarga campuran ( extended family ) Tahapan keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap V Family with Teenager Family coping score: 5 full participation, independent
11
Jaran g
Mandala of Health
Culture Community -
Pemukiman padat dengan sanitasi yang buruk
Lifestyle Higienitas diri yang kurang baik Personal behavior Pasien sering menggunakan handuk bergantian dengan anggota keluarga lainnya
Sick Care SystemJarak antara Puskesmas dengan rumahnya ± 2km
Psycho – socio – economic Environment Family -Hubungan antar keluarga dekat -Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara - Kakak laki-laki pasien dan nenek pasien menderita penyakit yang sama
Work & Other Environment
-Pasien bekerja sebagai pelajar
Human Biology - Anak diduga memiliki retardasi mental
Anak 10 tahun dengan Skabies
Physical Environment -Higienitas rumah dan lingkungan kurang baik
- Banyak pakaian ditumpuk di sembarang tempat
Human-made environment
12
Intervensi yang telah dilakukan Kunjungan rumah pertama (18 Mei 2017) Dx Holisti k Aksis 1
Subyektif
Pasien datang ke Puskesmas Kedung Kandang di antar ayahnya, dengan keluhan gatal pada lengan kanan kiri dan kaki kanan kiri pasien Orang tua pasien mengira dengan pemberian salep dapat menghentikan gatal yang dirasakan pasien Orang tua pasien datang berobat agar mendapat pengobatan yang tepat untuk gatal yang dirasakan Orang tua pasien khawatir gatal akan menyebar ke seluruh tubuh Pasien datang di antar oleh ayahnya ke puskesmas untuk berobat
Obyektif
Gatal dirasakan memberat terutama saat malam hari Terdapat ruam berbentuk papula, berbatas tegas, bentuk reguler, dengan ukuran bervariasi 0,2 – 0,4 cm. Ruam tersebar pada lengan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, dan punggung pasien
13
Intervensi
Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai gatal yang dirasakan pasien, mengenai penyebab, cara penularan, cara pengobatan, faktor resiko, upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan, dan prognosis
setelah keluhan tidak membaik Aksis 2
Gatal dirasakan memberat terutama saat malam hari Anggota keluarga memiliki keluhan yang serupa Ruam kulit di tempat predileksi Pasien tidak mampu melakukan fungsi intelektual dan fungsi adaptif seperti anak seusianya
Status Dermatologis: Lokasi : Lengan kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, punggung
Resep Obat: Scabimite (Permethrine 5%) cream Menjelaskan cara pemberian obat. Scabimite krim digunakan malam hari Distribusi : sebelum tidur, dioleskan Tersebar dari belakang telinga sampai ke ujung jari Ruam : Papula, kaki. Tidak boleh batas tegas, bentuk terkena air selama 10reguler, multiple, 12 jam. Kemudian ukuran bervariasi Ø keesokan paginya baru 0,2 – 0,4 cm, pada dibilas. Penggunaan beberapa bagian obat diulangi seminggu didapatkan kemudian. ekskoriasi Mengedukasi orang tua pasien bahwa setelah dioleskan obat, masih dapat terasa gatal sampai 2-3 minggu berikutnya. Mengedukasi kepada orang tua pasien tentang cara penularan dan siklus hidup tungau penyebab yang berhubungan dengan pencegahan terjadinya penularan Mengedukasi orang tua pasien untuk memeriksakan status intelegensia anak ke fasilitas kesehatan Keadaan umum Memberikan edukasi pasien terlihat kepada orang tua pasien baik bahwa tidak ada pantangan makanan Pasien terlihat apapun karena gatal cukup rapi yang dirasakan pasien dalam berpakaian
Aksis 3
Higiene pasien kurang baik
14
tidak berhubungan dengan makanan Menjelaskan kepada orang tua pasien untuk menjaga kebersihan anaknya Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa obat harus diberikan kepada seluruh anggota keluarga Mengobservasi keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien
Aksis 4
Adanya sumber penularan istri pasien mengalami keluhan gatal yang sama dengan pasien.
Kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyebab gatal yang dialami pasien Kurangnya pengetahuan keluarga pasien mengenai penatalaksanaa n gatal yang dialami pasien Pasien gatal pada malam hari sehingga mengganggu tidur pasien
Aksis 5
Derajat fungsional: 2
Mengevaluasi keluhan setelah pemberian obat
Lampiran Karakteristik Rumah dan Lingkungan
Luas rumah : 8 x 6 m 2 Jumlah orang dalam satu rumah : 6 orang Luas halaman rumah : Lantai rumah dari : semen Dinding rumah dari : semen Penerangan di dalam rumah
15
Jendela : ada; jumlah: 3 buah di kamar tidur dan dapur Listrik : ada Ventilasi Kelembapan rumah : tidak lembap Kebersihan di dalam rumah : kurang bersih Tata letak barang dalam rumah : kurang teratur Sumber air Air minum dari : PAM Air cuci dan masak dari : PAM Kamar mandi keluarga : ada di dalam rumah Jumlah 1 buah, ukuran 2 x 3 m 2 Jamban : ada Bentuk jamban : jongkok, tanpa pegangan Tempat sampah : ada tempat sampah di dapur dan teras rumah Kendaraan : ada, 1 sepeda motor
Denah rumah
Kamar mandi Dapur
Kamar tidur
Teras
Ruang Keluarga Kamar tidur
16
Foto Pasien dan Rumah Pasien
17
18
Daftar Pustaka
Boediarja, S.A. dan Handoko, R.P. 2015. ‘Skabies’ di dalam Menaldi, S.L.S.W (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Goldsmith, L, 2012. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, Edisi Kedelapan. USA: McGraw-Hill Education / Medical. Gunning K, Pippitt K, Kiraly B, Sayler M. Pediculosis and Scabies: A Treatment Update . Am Fam Physician. 2012;86(6):535-541 Sadock, B.J., Sadock, V.A., Ruiz P. 2014. Kaplan and Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi kesebelas. USA: LWW
19