Nama
:DWI MAIHIDIN PAHLEPI
NIM
:RSA1C412023
Fertilisasi Fertilisasi (Pembuahan (Pembuahan)) adalah Suatu proses penyatuan atau peleburan antara sel gamet jantan dengan sel gamet betina sehingga membentuk zigot Spermatozoa dan ovum adalah sel reproduksi yang harus mengalami fusi dalam proses fertilisasi Tanpa terjadinya peleburan (fertilisasi) maka akan terjadi kematian dalam beberapa menit atau beberapa jam Fertilisasi terbagi 2 macam: Fetilisasi eksternal yaitu proses fertilisasi yang terjadi diluar tubuh induk betinanya Fertilisasi internal yaitu proses fertilisasi yang terjadi didalam tubuh induknya
.
GAMETOGENESIS
•
•
•
•
•
Peristiwa fertilisasi terjadi di tuba fallopii, kemudian akan membentuk zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut tropoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon plasenta, masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
Dari 300 juta spermatozoa yang diejakulasikan pada saat coitus hanya tersisa 200 yang mencapai tempat fertilisasi
Kapasitasi adalah :
Untuk dapat menembus Zona Pellucida spermatozoa harus mengalami kapasitasi
1. Perubahan Perubahan komposis komposisii lemak lemak dan glikoprotein membran plasma 2. Peningka Peningkatan tan metaboli metabolisme sme dan motilitas spermatozoa
Kapasitasi
Model kapasitasi
Fertilisasi Spermatozoa yang telah mengalami kapasitasi dan berhasil menembus sel-sel folikuler kemudian terikat pada zona pellucida
Pada saat berikatan dengan zona pellucida spermatozoa mengalami reaksi acrosome dengan mensekrsesikan protease dan hyalorunidase
Fertilisasi
Pada beberapa hewan fertilisasi dapat terjadi secara : Eksternal : di : di luar tubuh, Contoh : Ikan dan amfibia Internal : di dalam tubuh (saluran tubuh (saluran kelamin betina) Contoh : Reptilia, aves dan mamalia
Proses fertilisasi diawali dengan adanya spermatozoa melewati sel-sel kumulus, lalu melekat pada zona pelusida (ZP (ZP)) dengan perantaraan ikatan enzim reseptor, kemudian kemudian menembus zona pelusida dan selaput vitelin masuk ke dalam sitoplasma oosit
INTERAKSI SPERMATOZOA DAN SEL TELUR TERJADI MELALUI BEBERAPA FASE PADA PERMUKAAN SEL TELUR, YANG DIAWALI DENGAN PERLEKATAN PADA MATRIKS EKSTRASELU EKSTRASELULER LER DAN SELANJUTNY SELANJUTNYA A PADA PLASMA MEMBRAN SEL TELUR. PADA RANGKAIAN PROSES INTERAKSI TERSEBUT ZONA PELUSIDA, SUATU MATRIKS EKSTRASELULER PADA SEL TELUR MEMEGANG PERANAN PENTING. PROSES BINDING ZP BINDING ZP PADA SPERMATOZOA MELIBA MELIB ATKAN RESEPTOR, BAIK PADA OOSIT MAUPUN SPERMATOZOA.
Zona pelusida-3 bertanggung jawab terhadap binding pada pada spermatozoa serta terbukti menginduksi reaksi akrosom pada spermatozoa yang merupakan suatu proses mutlak untuk terjadinya fertilisas fertilisasi. i. Terikatnya spermatozoa pada ZP ZP adalah adalah interaksi spesifik yang merupakan kunci pengatur proses fertilisasi. Spermatozoa harus melewati sel kumulus melekat pada ZP ZP3 3 dan memulai reaksi akrosom untuk dapat menembus ZP
Fertilisasi adalah serangkaian proses yang dimulai dari peristiwa penetrasi spermatozoa ke dalam sitoplasma oosit sampai terjadinya proses singami dari pronukleus jantan dan betina. Peristiwa ini dapat terjadi secara alamiah (fertilisasi in vivo) maupun melalui teknologi fertilisasi in vitro.
Proses fertilisasi terdiri 4 tahap yaitu : (1) kontak dan pengenalan antara spermatozoa dan sel telur, (2) regulasi masuknya spermatozoa ke dalam sel telur, (3) fusi materi genetic spermatozoa dan sel telur serta (4) aktivasi metabolisme zigot untuk mengawali perkembangan.
Parrish and First (1993) mendeskripsikan (1993) mendeskripsikan peristiwa proses fertilisasi melibatkan : (1) menempelnya spermatozoa ke zona pelucida, (2) binding ke zona pelucida, (3) reaksi akrosom, (4) penetrasi zona pelucida, (5) fusi membran plasma oosit dan spermatozoa, (6) aktivasi oosit untuk meiosis II, (6) reaksi kortikal granul untuk memblok polispermia, reaksi zona ( hardening zona), (7) swelling kepala kepala spermatozoa, (8) dekondensasi kromatin spermatozoa dan oosit serta singami dari dua pronuklei.
Reaksi akrosom
Proses Fertilisasi
Protein Zona Pellucida Meliputi : 1.ZP1 2.ZP2
3.ZP3 ZP1 dan ZP 2 membentuk filamen sedangkan ZP3 membentuk anyaman dan bertindak sebagai reseptor spermatozoa
Binding Spermatozoa dengan Zona Pellucida
Binding Spermatozoa dengan Zona Pellucida
Fertilisasi Pada umumnya hanya satu spermatozoa yang mengalami fertilisasi, bila lebih disebut Polyspermia. Polyspermia akan mengakibatkan terbentuknya extra mitotic spindel yang berakibat kegagalan segregasi kromosom Akibat kegagalan segregasi segregasi terbentuklah sel non diploid, sehingga perkembangan akan segera berhenti
Blocking Polyspermia
Mekanisme blocking 1. Depo Depola lari rias asas asii mem membr bran an plasma akibat fusi dengan sperma disebut fast primary blocking to polyspermy 2. Cort Cortic ical al reac reacti tion on yang yang disebut secondary blocking to polysperrmy
Cortical reaction menyebabkan perubahan struktur zona pellucida
Cortical Reaction