FARMAKOLOGI & TERAPI
I. FARMAKOLOGI UMUM
Obat pada dewasa ini merupakan suatu kebutuhan pokok dalam hidup
manusia sehari-hari. Hampir setiap orang sudah pernah menelan obat.
Mengingat peranan obat yang sangat penting ini, maka sejak permulaan
abad ke XX timbul disiplin baru dalam ilmu kedokteran yang dinamakan
Farmakologi (farmakon= obat; logos= ilmu).
Jadi Farmakologi (ilmu khasiat obat) adalah ilmu yang
mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, yaitu sifat-
sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan
nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi
antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaan pada
pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini
mencakup beberapa bagian yaitu : Farmakognosi, Farmakokinetika,
Farmakodinamika, Farmasi, Farmakoterapi, Biofarmasi, Toksikologi dan
Kemoterapi.
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang
dalam dosis tertentu dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah
penyakit berikut gejalanya. Istilah-istilah yang masuk dalam ruang
lingkup farmakologi :
1. Farmakognosi : Ilmu yang mempelajari pengetahuan dan pengenalan
obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya, begitu pula
yang berasal dari dunia mineral dan hewan yang dapat digunakan
dalam pengobatan.
2. Farmakokinetika : Ilmu yang mempelajari perjalanan obat mulai dari
saat pemberiannya, bagaimana absoropsi dari usus, transfer dalam
darah, dan distribusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain.
Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi = metabolism)
dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya : Farmakokinetika
mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan tubuh terhadap
obat
3. Farmakodinamika : Ilmu yang mempelajari kegiatan obat terhadap
organisme hidup, terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi
fisiologi, serta efek terapeutis yang ditimbulkannya. Singkatnya :
Farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat
terhadap tubuh.
4. Farmasi : Ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur dan
formulasi obat.
5. Farmakoterapi : Ilmu yang mempelajari obat untuk mengobati penyakit
atau gejalanya.
6. Biofarmasi : Ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi obat terhadap
efek terapeutiknya. Dengan kata lain : dalam bentuk sediaan mana,
obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal.
7. Toksikologi : Ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang efek racun
dari obat terhadap tubuh oleh berbagai zat kimia terutama obat.
Ilmu ini mempelajari diagnostik keracunan, cara pengobatannya dan
tindakan yang harus diambil untuk mencegah keracunan.
8. Kemoterapi : pengobatan penyakit yang disebabkan mikroba patogen
dan istilah ini juga digunakan pada pengobatan neoplasma
Obat-obat yang digunakan pada terapi dapt dibagi dalam tiga golongan
besar sebagai berikut :
A. Obat Farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia
dalam tubuh, misalnya : hormon, diuretika, hipnotika, obat otonom,
obat hipertensi, obat diabetes dan lain-lain.
B. Obat Kemoterapeutis, obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di
dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan
farmakodinamika yang sekecil-kecilnya terhadap organisme tuan
rumah dan berkhasiat membunuh sebesar-besarnya terhadap sebanyak
mungkin parasit : cacing, protozoa dan lain-lain. Obat-obat
neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat kanker) juga dianggap
masuk golongan ini.
C. Obat Diagnostik, merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis
(pengenalan penyakit) misalnya :
Saluran lambung usus : Barium sulfat
Saluran empedu : Natriumiopanoat dan asam iod organic
lainnya
Kelenjar gondok : I 131
Ginjal : Fenolsulfonftalein, mannitol, dll
Hati : Galaktosa
Farmakokinetik
Bila seorang pasien diberi obat maka efek yang diharapkan ialah
penyakitnya akan sembuh. Proses apa saja yang terjadi dalam tubuh setelah
minum obat? Apa yang terjadi dengan molekul obat yang masuk kedalam badan?
Keseluruhan proses yang dialami molekul obat, mulai dari masuknya obat
kedalam tubuh sampai hilangnya obat ini dari tubuh disebut proses
farmakokinetik. Proses ini mencakup: absorpsi, distribusi, biotransformasi
dan ekskresi obat. Seluruh proses ini terjadi secara simultan bukan
berurut.
Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting dan menentukan efek obat. Absorpsi
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : sifat fisik dan kimia
bahan obat, bentuk obat yang diberikan (tablet, kapsul, cairan), formulasi,
cara pemberian, konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat (absorbing
surface) dan sirkulasi tempat absorpsi obat.
Distribusi
Obat setelah di absorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah
keseluruh badan. Molekul obat yang mudah melintasi membrane sel akan
mencapai semua cairan tubuh baik intrasel maupun ekstrasel. Kadang-kadang
beberapa obat mengalami kumulasi efektif pada beberapa organ dan jaringan
(tissue depot) tertentu karena proses transport aktif, pengikatan dengan
zat-zat tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam lemak. Kumulasi
demikian berfungsi sebagai gudang obat (storage depot) ialah : protein
plasma umumnya albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak. Selain itu ada
beberapa tempat lain yaitu : tulang, organ tertentu dan cairan transel yang
dapat berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu.
Biotransformasi (Metabolisme)
Biotransformasi obat terjadi oleh enzim mikrosom di reticulum
endoplasma sel hepar. Pada proses biotransformasi molekul obat dapat
berubah sifatnya antara lain menjadi lebih poler. Metabolit yang lebih
poler ini menjadi tidak larut dalam lemak dan dengan demikian lebih mudah
diekskrersi oleh ginjal.
Ekskresi
Obat dapat diekskresi (dikeluarkan) dari badan dalam bentuk metabolit
hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi umumnya terjadi
melalui ginjal, tetapi juga dapat terjadi bersama tinja, empedu, melalui
paru-paru, bersama air susu dan keringat. Ekskresi melalui paru-paru
terutama berperanan pada anaestesik umum dengan anaestesi gas atau
anaestetik terbang. Ekskresi dalam ASI penting untuk diperhatikan karena
dapat menimbulkan efek farmakologik atau efek toksik pada bayi.
Farmakodinamik
Mempelajari cara kerja obat dan efeknya terhadap berbagai fungsi
organ dan reaksi biokimia. Harus dibedakan antara mekanisme kerja obat
(drug action) dan efek obat, kedua istilah ini kadang-kadang digunakan
sebagai sinonim, sedang pada hakekatnya harus dibedakan
Mekanisme Kerja Obat
O + R OR EFEK
Terlihat bahwa yang dimaksud dengan mekanisme kerja obat adalah akibat
langsung penggabungan molekul obat dengan suatu reseptor atau zat
reseptif (Receptive Substance). Setelah kompleks obat-reseptor (OR)
terbentuk, kemungkinan besar akan terjadi reaksi rantai lebih lanjut,
tetapi yang terlihat atau dapat diobservasi ialah timbulnya perubahan
fungsi organ tertentu. Perubahan yang dapat dilihat disebut efek obat.
Reseptor adalah : makro molekul yang bergabung dengan obat, dan
penggabungan ini merupakan reaksi permulaan dalam suatu rangkaian
reaksi yang pada akhirnya menimbulkan efek. Jadi dapat digambarkan
bahwa : semua obat harus bergabung dengan suatu reseptor dulu.
Efek Obat
Efek obat umumnya terlihat sebagai perubahan intensitas faal organ tertentu
atau reaksi biokimianya karena efek obat adalah hal yang dapat diobservasi
maka obat digolongkan sesuai dengan efeknya, misalnya : analgetik-
antipiretik, hipnotik-sedatif, obat hipertensi dan sebagainya. Obat
golongan farmakodinamik pengaruhnya besifat kwantitatif bukan kwalitatif,
artinya fungsi oragan diubah oleh obat dengan merangsangnya menjadi lebih
aktif atau menjadikan kurang aktif. Misalnya : Obat dapat merangsang SSP
sehingga orang lebih waspada, susah tidur dan bila perangsangan lebih kuat
lagi akan timbul kejang-kejang. Sebaliknya bila SSP didepresi maka pada
permulaan timbul kantuk, disusul tidur dan bila penghambatan lebih kuat
lagi penderita akan koma.
Jelaslah bahwa pengaruh obat bersifat kwantitatif terhadap intensitas
fungsi organ SSP berfungsi mengkoordinasi sistem motorik, memproses semua
informasi dari dunia luar maupun dalam (berfikir, belajar dsb). Dengan
memberikan obat apapun tidak mungkin mengubah fungsi organ secara
kwalitatif, otak tidak dapat dijadikan mampu berkontraksi seperti otot oleh
pemberian obat, tidak ada obat yang dapat menjadikan otot rangka dapat
berfikir.
Dalam mempelajari efek obat harus diperhatikan faktor-faktor penting yang
mempengaruhinya yaitu: waktu efek obat, intensitas efek obat dan variasi
biologik. Waktu efek obat: setelah obat diberikan, beberapa waktu kemudian
baru timbul efeknya.
Waktu kerja obat (waktu laten): Waktu dari saat obat diminum sampai
saat timbulnya efek obat. Waktu laten tergantung dari cara pemberian,
formulasi obat, kecepatan absorpsi, distribusi, biotransformasi dan
ekskresi obat. Tercapainya efek maksimum dan lamanya efek obat
tergantung dari faktor-faktor tersebut. Ukuran masa kerja obat paling
tepat diukur dengan waktu paruh efek obat yaitu : waktu yang
dibutuhkan mulai dari tercapainya efek maksimum sampai efeknya menjadi
setengah dari efek maksimum.
II. ASPEK BIOFARMASI
Obat yang diberikan kepada pasien, akan mengalami banyak proses
sebelum tiba pada tempat kerjanya atau tempat yang ditentukan (target
site). Proses-proses ini secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 fase
(tingkat) :
1. Fase Biofarmasi
2. Fase Farmakokinetik
3. Fase Farmakodinamik
Secara Skema dapat digambarkan sbb :
FA
Bentuk obat ketersediaan farmasi
Dengan zat aktif obat
untuk diabsorpsi
Fase Biofarmasi Fase
Farmakokinetik
BA
Ketersediaan obat untuk
Memberi efek EFEK
Fase Farmakodinamik
Istilah-istilah :
1. Biofarmasi adalah : Ilmu yang mempelajari/menyelidiki pengaruh-
pengaruh pembuatan sediaan atas kegiatan terapetik obat.
Pada tahun 1960 para dokter dan apoteker sadar bahwa efek obat
tidak semata-mata tergantung pada faktor zat aktif yang berkhasiat
saja, melainkan juga pada bentuk sediaan terutama pada cara
formulasinya. Faktor-faktor formulasi yang dapat mengubah efek obat
dalam tubuh adalah :
i. Derajat kehalusan serbuk zat aktif
ii. Bentuk Kristal zat aktif (amorf, Kristal, polimorf dsb)
iii. Keadaan kimiawi (ester, garam, kompleks, hidrat, anhidrat dsb)
iv. Bahan penolong yang digunakan (bahan pengisi, bahan pelekat,
penghancur, pelican, pensuspensi atau pengemulsi dsb)
v. Alat dan keadaan fisis yang digunakan dalam membuat sediaan
2. Farmaceutical Availability = Ketersediaan Farmasetik adalah :
Ukuran bagian zat yang aktif yang dilepaskan dari bentuk obat yang
diberikan dan ketersediaan zat aktif untuk proses absoropsi.
Setelah tablet ditelan akan pecah didalam lambung (desintegrasi)
menjadi granul-granul yang kecil, teridiri dari zat aktif tercampur
dengan bahan pengisi, pelekat atau penghancur. Setelah granul
pecah, baru zat aktif terlepas, bila daya larutnya cukup besar
maka zat aktif tersebut larut dalam cairan lambung atau usus
tergantung dimana obat berada pada saat itu. Hal ini ditentukan
oleh waktu pengosongan lambung (gastric emptying time). Yang
berkisar antara 2-3 jam setelah makan. Setelah obat larut, proses
absorpsi oleh usus dapat dimulai, peristiwa ini disebut
Farmaceutical Availability.
Jadi bila obat dalam bentuk cairan atau syrup akan mencapai FA
dalam waktu singkat, karena tidak mengalami fase desintegrasi
menjadi granul dan fase melarut.
3. Bio-Availability = Ketersediaan Hayati adalah : persentase obat yang
diabsorpsi tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk
melakukan efek terapeutik. Efek terapi obat biasanya baru terlihat
sesudah zat aktifnya melalui sistem pembuluh
aorta, lalu masuk hati dan kembali masuk peredaran darah dan
didistribusikan kesluruh jaringan badan.
4. Therapeutical Aequivalence= Ketersediaan Terapetik adalah : Dua
sediaan suatu obat tertentu yang diberikan, menghasilkan kadar obat
dalam darah yang sama, akibatnya memberi efek yang sama.
III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT
Banyak keadaan berubah-ubah kita katakana berpautan yang
terjadi disebabkan adanya perbedaan dalam dalam faktor tersebut dibawah
ini dari individu satu dengan individu yang lain, dalam cara obat
diabsorpsi, distribusi, biotransformasi dan di ekskresi. Faktor-faktor
tersebut adalah :
1. Berat badan
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Kondisi patologik
5. Idiosinkrasi
Berat Badan
Konsentrasi oabt pada tempat absorpsi adalah fungsi dari besarnya
dosis individu maupun dosis total yang diberikan. Dosis orang yang
berkurang beratnya adalah lebih kecil dan ditentukan dalam mg/Kg BB.
Umur
Respon atau efek terhadap obat dipengaruhi oleh umur pasien, maka
perlu diperhatikan secara khusus dalam member dosis obat untuk pasien yang
sangat muda atau tua.
Jenis Kelamin
Wanita diduga lebih peka terhadap efek obat tertentu daripada pria,
meskipun dugaan itu sukar dibuktikan. Wanita lebih peka terhadap efek
katartik tertentu daripada pria. Terhadap tolbutamid wanita antara umur 20-
40 tahun mempunyai respon lebih baik daripada pria dalam usia yang sama.
Kondisi Patologik Pasien
Respon terhadap obat tergantung kondisi patologik pasien, mis :
pasien yang menderita hipertiroid memerlukan dosis luminal lebih tinggi
untuk menimbulkan peredaan daripada bagi orang yang normal. Sebaliknya bagi
pasien hipertiroid adalah terlalu peka terhadap opiate dan dapat mematikan
apabila diberi dosis pemakaian yang lazim obat tersebut. Penderita yang
menderita hipokalemia adalah lebih peka terhadap efek digitalis disbanding
pasien yang level kaliumnya normal. Acetaminophen dapat menurunkan suhu
badan pasien yang menderita demam (fever), tetapi pada orang yang
temperaturnya normal biasanya tidak dapat menurunkan.
Oleh karena itu perlu diperhatikan mengenai semua aspek khusus
pasien, baik keadaan fisik maupun emosinya, kemampuan dapat mengabsorpsi,
metabolism dan mengekskresikan obat di dalam kita merencanakan terapi
dengan obat, juga dalam mengevaluasi respon pasien terhadap terapi obat.
Idiosinkrasi
adalah : respon abnormal, yang juga tidak dapt dijelaskan. Respon
idiosinkrasi adalah berbeda secara kualitatif disbanding respon umum
terhadap obat. Sebagai contoh efek samping yang sering terjadi pada
pemberian antihistamin adalah meredakan (sedation). Pada pasien tertentu
respon yang terjadi pad pemberian antihistamin adalah stimulasi susunan
syaraf sentral. Jadi respon stimulasi SSS adalah : secara kualitatif
merupakan respon yang berbeda pada pemberian antihistamin yang biasa
terjadi, jadi merupakan respon idiosinkrasi.
EFEK PENGULANGAN ATAU PERPANJANGAN PENGGUNAAN
1. Reaksi hipersensitif, adalah suatu reaksi allergik, merupakan
respon abnormal terhadap obat atau zat dimana pasien sebelumnya
telah kontak dengan obat tersebut yang berkembang timbulnya
antibody.
2. Kumulasi (cummulation), adalah suatu fenomena pengumpulan obat
dalam badan sebagai hasil dari pengulangan penggunaan obat, dimana
obat diekskresikan lebih lambat daripada absorpsinya.
3. Toleransi (Tolerence), adalah suatu fenomena berkurangnya respon
terhadap dosis yang sama dari obat. Dosis yang harus diberikan agar
terjadi respon yang sama harus diperbesar.
4. Habituasi (Habituation), adalah suatu gejala ketergantungan
psikologik terhadap suatu obat (psychological dependence). WHO
member cirri-ciri habituasi sebagai berikut :
Keinginan untuk selalu menggunakan obat
Sedikit atau tidak ada kedenderungan unatk menaikkan dosis
Menimbulkan beberapa ketergantungan psikis
Sesuatu efek yang merugikan terutama pada sesuatu individu
5. Takhifilaksis (Tachyphylaxis) adalah : suatu fenomena berkurangnya
kecepatan respon terhadap aksi obat pada pengulangan penggunaan
obat dalam dosis yang sama . Respon mula-mula tidak terulang
meskipun dengan dosis yang lebih besar.
6. Adiksi (Addiction), adalah sustu gejala ketergantungan psikologik
dan fisik terhadap obat, WHO member cirri-ciri adiksi sebagai
beriukut :
Ada dorongan untuk menggunakan suatu obat
Ada kecenderungan untuk menaikkan dosis
Menimbulkan ketergantungan psikis dan biasanya diikuti
ketergantungan fisik
Merugikan terhadap individu maupun masyarakat
Efek dari penggunaan obat campuran atau bersama-sama (concomitant)
pada pasien adalah :
1. Adisi : dapat terjadi bila campuran obat atau obat yang diberikan
bersama-sama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek
masing-masing obat secara terpisah pada pasien.
2. Sinergis : terjadi bila campuran obat atau obat yang diberikan
bersama-sama, dengan aksi proksimat yang sama menimbulkan efek yang
lebih besar dari jumlah efek masing-masing obat secara terpisah
pada pasien.
3. Potensiasi : terjadi bila campuran obat atau obat yang diberikan
bersama-sama dengan aksi poroksimat yang tidak sama diberikan pada
pasien, menimbulkan efek yang lebih besar daripada jumlah efek
masing-masing secara terpisah pada pasien
4. Antagonis : terjadi bila campuran obat atau obat yang diberikan
bersama-sama pada pasien menimbulkan efek yang berlawanan. Aksi
dari salah satu obat mengurangi efek dari obat yang lain
5. Interaksi Obat (Drug Interaction) : adalah salah satu fenomena yang
terjadi bila efek suatu obat dimodifikasi oleh obat lain yang tidak
sama atau sama efeknya, dan
diberikan sebelum atau bersama-sama. Beberapa cara interaksi obat :
"MEKANISME "CONTOH "
"Mengubah absorpsi "Al, Fe, Mg dan Ca ion menghambat "
" "absorpsi Tetrasiklin, karena terbentuk "
" "Chelat (bentuk senyawa komplek) atau "
" "dapat mempengaruhi kelarutan "
" "Tetrasiklin "
"Mendesak suatu obat dari tempat "In-vitro, asam etakrinat mendesak dan "
"ikatan dengan protein plasma "mengganti warfarin dari ikatannya "
"oleh obat lain "dengan protein plasma. Interaksi ini "
" "signifikan dalam praktek klinik "
"Stimulasi enzim yang memetabolis"Phenobarbital menaikkan metabolism dari"
"obat tertentu (induksi enzim) "warfarin "
"Menghambat metabolism obat "Chloramphenicol menghambat metabolism "
"tertentu "dari bishidroksi coumarin "
"Menimbulkan tak kesetimbangan "Furosemide menginduksi hipokalemi yang "
"elektrolit "akan menaikkan efek digitalis hingga "
" "timbul toksis "
"Mengubah ekskresi obat lain "Thiazida diuretika berkehendak "
" "menaikkan pH urine. Quinidine yang "
" "merupakan base lemah, dan lebih sukar "
" "diresorpsi dalam urine yang alkalis "
IV. DOSIS
Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan
efek yang diharapkan tergantung dari banyak faktor antara lain :
Usia
Berat badan
Jenis kelamin
Besarnya permukaan badan
Beratnya penyakit
Keadaan daya tangkis penderita
Usia
Manula yaitu orang yang berusia diatas 65 tahun, lazimnya lebih peka
terhadap obat, karena sirkulasi darahnya sudah berkurang. Fungsi hati
dan ginjalnya sudah menurun, hingga eliminasi obat berlangsung lebih
lambat. Lagi pula jumlah albumin darahnya lebih sedikit, oleh karena
itu pengikatan obat menjadi berkurang, terutama obat-obat dengan
Persentase Pengikatan (PP) besar, seperti : anti-koagulansia dan
Fenilbutazon. Hal ini berarti bahwa bentuk bebas dan aktif dari obat-
obat ini menjadi lebih besar dan bahaya keracunan semakin meningkat.
Akhirnya pada manula tak jarang terjadi kerusakan umum (difus) pada
sel-sel otak, yang mengakibatkan peningkatan kepekaan bagi obat
dengan kerja sentral, misalnya obat tidur (barbiturate, nitrazepam),
opioda dan psikofarmaka. Obat ini pada dosis biasa dapat menyebabkan
reaksi keracunan yang hebat pada manula, juga obat jantung digoksin,
hormone insulin dan adrenalin. Oleh karena faktor-faktor tersebut,
bagi lansia dianjurkan memakai dosis yang lebih rendah, yakni:
65–74 tahun : dosis biasa – 10%
75–84 tahun : dosis biasa – 20%
85 tahun keatas : dosis biasa – 30%
Anak kecil terutama bayi yang baru lahir (neonati) menunjukkan
kerentanan yang lebih besar terhadap obat, klarena fungsi hati dan
ginjal serta sistim enzimnya belum berkembang secara lengkap.
Dosis untuk anak-anak
Ada beberapa rumus untuk menghitung dosis anak-anak berdasarkan usia,
bobot badan, atau luas permukaan badan. Ada juga rumus yang hanya
berlaku untuk kelompok usia tertentu, seperti rumus atas dasar usia.
1) Atas dasar usia
a) Rumus Young : semula banyak digunakan untuk menghitung dosis
anak dengan usia 2 – 12 tahun. Tetapi kini rumus ini jarang
digunakan lagi, karena memberikan dosis terlampau rendah.
n n = usia (tahun)
D D =
dosis dewasa
n + 12
b) Rumus Augsberger adalah lebih tepat tetapi sulit dipraktekkan
Untuk 2 – 12 bulan : (m + 13)% dari D
Untuk 1 – 11 tahun : (4n + 20)% dari D
Untuk 12 – 16 tahun : (5n + 10)% dari D
m = usia (bulan); n = usia (tahun); D= dosis dewasa
2) Atas dasar bobot badan : menghasilkan dosis yang lebih seksama.
Dalam praktek sehari-hari, lazimnya digunakan rumus Clark.
W W = bobot badan (Kg)
D
68
Disamping itu, ada pula daftar obat dengan dosis sekian mg
setiap Kg berat Badan (mg/Kg BB).
3) Atas dasar luas permukaan badan, sebetulnya paling tepat mengingat
adanya hubungan langsung antara permukaan badan dengan kecepatan
metabolism obat. Misalnya, dengan parameter eliminasi, seperti
filtrasi glomeruler, volume darah, dan arusnya diginjal. Lagi pula
pada anak-anak permukaan badannya relative lebih besar dari
bobotnya. Semakin bertanbah usia, maka perbandingan antara
permukaan badan dan bobotnya akan menjadi lebih kecil. Formula
dari Haycock digunakan untuk menghitung permukaan badan pada anak-
anak, termasuk neonati dan bayi premature.
0,5738 X WL
PB = X m2
0,3964 X 0,024265
W= bobot badan (Kg); L= panjang (cm); PB= Permukaan Badan
V. WAKTU MINUM OBAT
Bagi kebanyakan obat waktu minum obat tidak begitu penting, yaitu
sebelum atau sesudah makan. Tetapi ada beberapa obat dengan sifat atau
tujuan pengobatan khusus, yang hendaknya diminum pada waktu tertentu untuk
mencapai efek optimal atau menghindari efek samping tertentu.
Obat diminum sebelum makan (ac = ante coenam), telah dikemukakan
diatas bahwa resorpsi dari lambung yang kosong berlangsung paling cepat,
karena tidak dihalangi oleh isinya. Maka obat yang bertujuan memberikan
efek cepat sebaiknya diminum sebelum makan, yaitu saat lambung kosong mis:
analgetika (kecuali acetosal dan NSAIDs = Non Steroid Anti Inflammatory
Drugs), atau demi memperoleh kadar plasma yang lebih tinggi yakni 1 jam
sebelum (ac) atau 2 jam sesudah makan (pc) seperti : antibiotika dari
kelompok penicillin dan sepalosporin, eritromisin dan spiramisin dll.
Obat diminum sesudah makan (pc = post coenam), makanan dapat
menghambat FPE = First Pass Effect (perombakan) obat didinding usus,
sehingga BA-nya dapat meningkat. Begitu pula akibat makanan FPE dalam
hati dikurangi (propranolol, metoprolol, hidralazin). Banyak obat
bersifat merangsang terhadap mukosa lambung dan guna mengurangi
iritasi harus digunakan pada waktu makan (dc = durante coenam) atau
setelah makan a. L.:
– Antibiotika dan antiepileptika
– Kemoterapeutika, kotrimoksazol, metronidazol
– Antelmintika dan antasida (1/2 jam p.c), dll.
VI. KOMBINASI OBAT
Dua obat yang digunakan pada waktu yang bersamaan dapat saling
mempengaruhi kerja masing-masing obat, yakni dapat memperlihatkan kerja
berlawanan (antagonisme) atau kerja sama (synergisme)
Antagonisme terjadi jika kegiatan obat pertama dikurangi atau
ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat
farmakologi berlawanan, mis : barbital dan strychnine, adrenalin dan
histamine. Pada antagonism kompetitif, dua obat bersaing secara
reversible untuk reseptor yang sama, mis : nalorfin dan morfin,
kurare dan asetilkolin, antihistamin dan histamine. Ada pula obat-
obat yang bersaing secara tak reversible untuk molekul yang sama,
mis : zat-zat chelasi pada keracunan logam.
Sinergisme adalah kerja sama antara dua oabt dan dikenal 2 jenis :
– Adisi (sumasi), efek kombinasi adalah sama dengan jumlah kegiatan
dari masing- masing obat, mis : kombinasi acetosal dan
parasetamol, juga trisulfa.
– Potensiasi (meningkatkan potensi), kedua obat saling memperkuat
khasiatnya , sehingga terjadi efek yang melebihi jumlah
matematis dari a + b. Kedua obat kombinasi dapat memiliki
kegiatan yang sama, seperti estrogen dan progesterone,
sulfametoksazol dan trimetoprim, acetosal dan odein, atau satu
obat dari kombinasi memiliki efek berlainan, mis : analgetika
dan klorpromazin.
VII. CARA PEMBERIAN OBAT
Disamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menetukan
kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat. Tergantung pada efek yang
diinginkan, yaitu efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek local
(setempat), keadaan pasien, dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, ada banyak
cara untuk memberikan obat.
A. EFEK SISTEMIS
1. Oral
Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang paling
lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun tidak semua
obat dapat diberikan peroral, misalnya obat yang bersifat
merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah
lambung, seperti benzilpenisillin, insulin, oksitosin.
Seringkali resorpsi obat setelah pemberian obat tidak teratur
dan tidak lengkap, meskipun formulasinya optimal, misalnya
senyawa ammonium kwaterner (thiazinamium), tetrasiklin,
kloksasilin dan digoksin (maksimal 80%). Keberatan lain adalah
obat setelah resorpsi harus melalui hati, dimana dapat terjadi
inaktivasi, sebelum diedarkan ke lokasi kerjanya. Untuk mencapai
efek local diusus digunakan pemberian oral, misalnya obat cacing
dan antibiotika untuk mensterilkan lambung-usus pada infeksi
atau sebelum pembedahan (streptomisin, kanamisin, neomisin,
beberapa sulfonamide). Obat-obat ini justru tidak boleh diserap,
begitu pula zat-zat kontras Rontgen guna membuat foto lambung-
usus.
2. Sublingual
Obat dikunyah halus dan diletakkan dibawah lidah (sublingual),
tempat berlangsungnya resorpsi oleh selaput lender setempat ke
dalam vena lidah yang sangat banyak di situ. Keuntungan cara ini
adalah obat langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa
melalui hati. Oleh karena itu, cara ini digunakan bila efek yang
pesat dan lengkap diinginkan, misalnya serangan angina (suatu
penyakit jantung), asma atau migraine (nitrogliserin,
isoprenalin, ergotamine, juga metiltestosteron). Keberatannya
adalah kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat
merangsang mukosa mulut. Hanya oabt yang bersifat lipofil saja
yang dapat diberikan dengan cara ini.
3. Injeksi
Pemberian obat secara parenteral ( di luar usus ) biasanya
dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau
untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon),
atau tidak diresorpsi usus (streptomisin), begitu pula pada
pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama.
Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh
pasien sendiri. Selain itu, ada pula bahaya terinfeksi kuman
(harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika
tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.
a. Subkutan (hypodermal), injeksi dibawah kulit dapat dilakukan
hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik
dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi
intramuskuler atau intravena. Mudah dilakukan sendiri,
misalnya insulin pada pasien penyakit gula.
b. Intrakutan (di dalam kulit), absorpsi sangat lambat,
misalnya injeksi tuberculin dari Mantoux.
c. Intramuskuler (i.m), dengan injeksi didalam otot,obat yang
terlarut berlangsung dalam waktu 10 – 30 menit. Guna
memperlambat resorpsi dengan maksud memperpanjang kerja
obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam
minyak, umpamanya suspense penicillin dan hormone kelamin.
Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak
memiliki banyak pembuluh dan syaraf.
d. Intravena (i.v), injeksi kedalam pembuluh darah menghasilkan
efek tercepat dalam waktu 18 detik yaitu waktu satu
peredaran darah, obat sudah tersebar keseluruh jaringan.
Tetapi lama kerja obat biasanya singkat. Cara ini digunakan
untuk mencapai pentakaran yang tepat dan dapat dipercaya,
atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang
tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein
atau butiran darah. Bahaya injeksi i.v. adalah dapat
mengakibatkan terganggunya zat-zat koloida darah dengan
reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah
mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar
bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat
setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena
itu, setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat
perlahan, antara 50 – 70 detik lamanya.
e. Intra-arteri, injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan
untuk membanjiri suatu organ, misalnya hati, dengan obat
yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan,
misalnya obat kanker nitrogenmustard.
f. Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang),
intraperitoneal (kedalam ruang selaput perut), intrapleural
(selaput dada), intracardial (jantung), dan intra-artikuler
(kecelah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya
untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.
4. Implantasi subkutan
Implantasi subkutan adalah memasukkan obat yang berbentuk pellet
steril (tablet silindris kecil) kebawah kulit dengan menggunakan
suatu alat khusus (trocar). Obat ini terutama digunkan untuk
efek sistemis lama, misalnya hormon kelamin (estradiol dan
testosterone). Akibat resorpsi yang lambat, satu pellet dapat
melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3 – 5 bulan
lamanya. Bahkan kini terdapat implantasi obat anti hamil dengan
lama kerja 3 tahun (Implanon).
5. Rektal
Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang layak
untuk obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam
lambung, biasanya dalam bentuk suppositoria, kadang-kadang
sebagai cairan (klisma : 2 – 10 ml, lavemen : 10 – 500 ml).
Obat ini terutama digunakan pada pasien yang mual atau muntah-
muntah (mabuk jalan, migraine) atau yang terlampau sakit untuk
menelan tablet. Adakalanya juga untuk efek lokal yang cepat,
misalnya laksans (suppose bisakodil/gliserin) dan klisma
(prednisone atau neomisin). Sebagai bahan dasar (basis)
suppositoria digunakan lemak yang meleleh pada suhu tubuh (36,8
C), yakni oleum cacao dan gliserida sintetis (Estarin,
Wittepsol). Demikian pula zat-zat hidrofil yang melarut dalam
getah rectum, misalnya campuran carbowax dan gelatin + gliserin.
Banyak obat tidak diresorpsi secara teratur dan lengkap dari
rectum, misalnya tetrasiklin, klorampenikol, dan sulfonamide
(hanya 20%). Karena ini sebaiknya diberikan dosis yang melebihi
dosis oral dan digunakan pada rektum kosong (tanpa tinja). Akan
tetapi setelah obat diresorpsi, efek sistemisnya lebih cepat dan
lebih kuat dibandingkan pemberian oral, berhubung vena-vena
bawah dan tengah dari rectum tidak tersambung pada sistem porta
dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah pertama,
sehingga tidak mengalami perombakan FPE (First Pass Effect).
B. EFEK LOKAL
1. Intranasal
Mukosa lambung-usus dan rektum, juga selaput lendir lainnya
dalam tubuh, dapat menyerap obat dengan baik dan menghasilkan
terutama efek setempat. Secara intranasal (melalui hidung)
digunakan tetes hidung pada salesma untuk menciutkan mukosa yang
bengkak (efedrin, ksilometazolin). Kadang-kadang obat juga untuk
memberikan efek sistemis, misalnya vasopressin dan
kortikosteroida (beklometason, flunisolida).
2. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (Dalam mata dan telinga)
Obat mata dan salep digunakan untuk mengobati penyakit mata atau
telinga. Obat tetes mata ada bahayanya, karena obat dapat
diresorpsi ke darah dan menimbulkan efek toksis, misalnya
atropin.
3. Intrapulmonal (Inhalasi)
Gas, zat terbang, atau larutan seringkali diberikan sebagai
inhalasi (aerosol), yaitu obat yang disemprotkann ke dalam mulut
dengan alat aerosol. Semprotan obat dihirup dengan udara dan
resorpsi terjadi oleh mukosa mulut, tenggorokan, dan saluran
napas. Tanpa melalui hati, obat dengan cepat memasuki peredaran
darah dan menghasilkan efeknya. Yang digunakan secara inhalasi
adalah anestetika umum (eter, halotan) dan obat-obat asma
(adrenalin, isoprenalin, budesonida, dan beklometason) dengasn
maksud mencapai kadar setempat yang tinggi dan memberikan edfek
terhadap bronchia. Untuk maksud ini, selain larutan obat, juga
dapat digunakan zat padatnya dalam keadaan sangat halus
(microfine : 1 – 5 mikron), misalnya natriumkromoglikat,
beklometason, dan budesonida.
4. Intravaginal
Untuk mengobati gangguan vagina secara lokal tersedia salep,
tablet atau sejenis suppositoria vaginal (ovula) yang harus
dimasukkan ke dalm vaginadan melarut disitu. Contohnya adalah
metronidazol dan pimarisin pada vaginitis (radang vagina) akibat
parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula digunakan
sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah untuk mencegah
kehamilan, dimana zat spermicid (dengan daya mematikan sel-sel
mani) dimasukkan dalam bentuk tablet berbusa, krem, atau foam.
5. Kulit (Topikal)
Pada penyakit kulit, obat yang digunakan berupa salep, krem,
atau lotion (kocokan). Kulit yang sehat dan utuh sukar sekali
ditembus obat, tetapi resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada
kerusakan. Efek sistemis yang menyusul kadang-kadang berbahaya,
seperti dengan kortikosteroida (kortison, betametason, dll),
terutama bila digunakan dengan cara occlusi, artinya ditutup
dengan plstik. Resorpsi dapat diperbaiki pula dengan tambahan
zat-zat keratolitis dengan daya melarutkanlapisan tanduk dari
kulit, misalnya asam salisilat, urea, dan resorsin (3%). Salep
dan linimen (obat gosok) banyak digunakan pula untuk meringankan
rasa nyeri atau kaku otot setempat akibat rematik atau gangguan
lain. Obat ini biasanya mengandung analgetika (metilsalisilat,
diklofenak, benzidamin, fenilbutazon) dan zat terbang (menthol,
kamfer, minyak permen, minyak kayuputih). Cara terbarun adalah
plester yang dilekatkan pada kulit atau transdermal, sebaiknya
digunakan pada bagian dalam pergelangan tangan, dibelakang
telinga, atau tempat lain dengan kulit tipis yang mengandung
banyak pembuluh. Cara yang banyak digunakan adalah TTS
(Transdermal Therapeutic System), yaitu plester yang melepaskan
obat secara berangsur dan teratur selama beberapa waktu dan
langsung memasuki darah. Contoh terkenal adalah plester nikotin,
obat mabuk jalan skopolamin (Scapoderm), obat angina
nitrogliserin (Nitroderm TTS), dan estradiol (Estraderm TTS).
VIII. KEHAMILAN
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan
diakhiri dengan proses persalinan. Pembuahan (Konsepsi) adalah merupakan
awal dari kehamilan, dimana satu sel telur dibuahi oleh satu sperma.
Sedangkan ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus
menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel
telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopi (saluran telur) yang
berbentuk corong, yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. Jika tidak
terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan
dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi
pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami
serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin).
Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian
diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya
kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal. Kembar identik
terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah
menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar identik berasal
dari 1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan serviks (leher rahim) menjadi
lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak
dari vagina sampai ke ujung tuba falopi yang berbentuk corong dalam waktu 5
menit. Sel yang melapisi tuba falopi mempermudah terjadinya pembuahan dan
pembentukan zigot ( sel telur yang telah dibuahi ).
MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
Secara konvensional, kehamilan dihitung dalam minggu, dimulai dari
hari pertama menstruasi teerakhir. Ovulasi biasanya terjadi 2 minggu
sesudah menstruasi dan pembuahan biasanya terjadi segera setelah ovulasi,
karena itu secara kasar usia embrio adalah 2 minggu lebih muda daripada
jumlah minggu yang secara tradisional dipakai untuk menyatakan usia
kehamilan. Dengan kata lain, seorang wanita yang hamil 4 minggu sedang
mengandung embrio yang berumur 2 minggu. Jika menstruasinya tidak teratur,
maka perbedaan yang pasti bisa lebih atau kurang dari 2 minggu. Untuk
praktisnya, jika seorang wanita menstruasinya terlambat 2 minggu, dikatakan
telah hamil 6 minggu.
Kehamilan berlangsung rata-rata selama 266 hari ( 38 minggu ) dari
masa pembuahan atau 280 hari ( 40 minggu ) dari hari pertama menstruasi.
Untuk menentukan tanggal perkiraan persalinan bisa dilakukan perhitungan
berikut :
– Tanggal menstruasi terakhir ditambah 7
– Bulan menstruasi terakhir dikurangi 3
– Tahun menstruasi terakhir ditambah 1
Hanya 10% wanita hamil yang melahirkan tepat pada tanggal perkiraan
persalinan, 50% melahirkan dalam waktu 1 minggu dan hampir 90% yang
melahirkan dalam waktu 2 minggu sebelum atau setelah perkiraan persalinan.
Persalinan dalam waktu 2 minggu sebelum maupun sesudah perkiraan persalinan
masih dianggap normal. Kehamilan terbagi menjadi periode 3 bulanan, yang
disebut sebagai :
Trimester pertama ( minggu 1 – 12 )
Trimester kedua ( minggu 13 – 24 )
Trimester ketiga ( minggu 25 – persalinan )
MENDETEKSI KEHAMILAN
Jika seorang wanita yang biasanya mengalami menstruasi yang teratur
mengalami keterlambatan 1 minggu atau lebih, mungkin dia hamil. Pada awal
kehamilan, wanita hamil bisa mengalami pembengkakan payudara dan mual,
kadang disertai muntah. Pembengkakan payudara akibat bertambahnya kadar
hormone wanita (terutama estrogen, juga progesterone).
Mual dan muntah akibat estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin).
Kedua hormone ini membantu memelihara kehamilan dan mulai dihasilkan oleh
plasenta pada sekitar 10 hari setelah pembuahan. Pada awal kehamilan,
banyak wanita yang merasa sangat lelah dan beberapa wanita mengalami perut
kembung.
Jika seorang wanita hamil, serviksnya lebih lunak dan rahim juga
lebih lunak dan membesar. Biasanya vagina dan serviks menjadi kebiruan
sampai ungu, karena pembuluhnya penuh terisi darah. Perubahan ini bisa
terlihat pada pemeriksaan panggul. Biasanya untuk menentukan kehamilan
dilakukan tes kehamilan pada darah maupun air kemih. Tes kehamilan ELISA (
Enzyme-linked immunosorbent assay ) bisa dengan segera dan mudah
mendeteksi kadar HCG yang rendah di dalam air kemih. Selama 60 hari pertama
kehamilan yang normal dengan 1 janin, kadar HCG berlipat ganda setiap 2
hari.
Selama kehamilan rahim terus membesar, pada kehamilan 12 minggu,
rahim membesar keluar panggul, yaitu kea rah perut dan biasanya dapat
dirasakan jika memeriksa perut bagian bawah. Rahim terus membesar sampai
setinggi pusar pada kehamilan 20 minggu dan sampai ke tulang iga bawah pada
usia kehamilan 36 minggu.
Selama kehamilan, kebutuhan kalori harus ditambah sekitar 250 kalori
agar tersedia zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil
sebaiknya mengkonsumsi makanan yang gizinya seimbang, termasuk buah-buahan
dan sayur-sayuran. Hindari makanan yang terlalu asin atau makanan yang
mengandung bahan pengawet. Seorang wanita hamil tidak boleh minum obat
sembarangan. Selama kehamilan, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat guna
memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Biasanya diberikan tambahan zat besi.
Pemberian zat besi bisa menyebabkan gangguan lambung yang ringan dan
sembelit. Mual dan muntah bisa dikurangi dengan merubah pola makan, yaitu :
Minum dan makan dalam porsi kecil tetapi sering
Makan sebelum lapar
Maknan lunak
Untuk mengatasi morning sickness ( mual di pagi hari ) sebaiknya
memakan 1 – 2 keping biscuit sebelum beranjak dari tempat tidur. Jika mual
dan muntahnya sangat berat dan menetap sehingga terjadi dehidrasi,
penurunan berat badan atau gangguan lainnya, maka biasanya wanita hamil
harus menjalani perawatan di rumah sakit untuk sementara waktu dan
mendapatkan cairan melalui infus. Edema ( pembengkakan ) sering terjadi,
terutama pada tungkai, demikian juga halnya dengan varises pada tungkai dan
di daerah sekitar lubang vagina. Untuk mengurangi pembengkakan tungkai,
bisa digunakan penyangga elastic atau berbaring dengan posisi tungkai lebih
tinggi. Wasir bisa diatasi dengan mengkonsumsi obat pelunak tinja atau
berendam di air hangat.
Pada saat hamil jumlah cairan yang keluar dari vagina bertambah, hal
ini adalah normal. Trikomoniasis dan kandidiasis merupakan infeksi vagina
yang sering ditemukan selama kehamilan dan mudah diobati. Vaginosis
bakterialis ( infeksi bakteri pada vagina ) bisa menyebabkan ke;lahiran
premature dan harus diobati secara tuntas. Wanita hamil bisa tetap
melakukan kegiatan sehari-harinya dan berolah raga. Hubungan seksual selama
kehamilan tetap boleh dilakukan, kecuali jika terjadi perdarahan, nyeri
atau kebocoran air ketuban.
Setiap wanita hamil sebaiknya mengetahui tanda-tanda awal persalinan.
Tanda yang utama adalah kontraksi perut bagian bawah dengan selang waktu
tertentu dan nyeri punggung. Menjelang akhir kehamilan ( setelah 36 minggu
), dokter akan melakukan pemeriksaan panggul untuk mencoba memperkirakan
saat persalinan.
Tips Kehamialan Trimester Pertama
Berikut tips-tips yang dapat dilakukan oleh ibu hamil pada saat
kehamilan trimester pertama :
Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang bagaimana caranya
menjalani kehamilan yang sehat baik melalui buku, televise, surat
kabar internet, dll.
Mulailah dan segera membiasakan diri mengenakan baju-baju yang
longgar, meskipun perut belum kelihatan membesar.
Pada trimester pertama, ibu hamil sering mengalami mual dan muntah
yang slah satunya dapat menyebabkan dehidrasi, oleh karena itu
perbanyaklah minum air putih atau jus buah di luar jadwal makan.
Makanlah jenis makanan yang mudah dicerna seperti nasi, jagung,
kentang, ubi, dll.
Hindarkan makanan yang mengandung kadar lemak tinggi atau berminyak
sepeerti hidangan bersnatan, gorengan atau daging berlemak.
Hindari aneka macam bau-bauan yang menyengat atau tidak disukai, hal
ini untuk menghidarkan ibu hamil dari rasa mual dan muntah.
Biasakan menyikat gigi setelah makan atau setelah mengalami muntah.
Untuk menghindarkan rasa mual dan pusing lainnya, usahakan secara
perlahan-lahan ketika ibu hamil hendak bangun dari tempat tidur atau
berbaring, jangan dilakukan secara sekaligus dan spontan.
Ada baiknya makan dalam porsi keil namun sering, hal ini juga untuk
menghindarkan mual dan muntah.
Sedikan selalu minuman dn makanan kecil yang mengandung kadar garam
rendahdi dekat kamar tidur, hal ini dilakukan agar setelah makan
makanan tersebut,terhindar dari rasa mual dan muntah pada saat akan
beraktivitas. Makanan kecil yang dapat disajikan antara lain, biscuit,
roti gandum, atau buah-buahan.
Bergabunglah atau carilah teman yang juga sedang mengalami
kehamilan, atau bergabung di komunitas-komunitas ibu hamil seperti di
Bidanku.com Community, agar dapat saling bertukar pikiran dan
pengalaman.
Makanlah cemilan di pagi haeri sebelum berangkat dari tempat tidur
Minumlah susu hangat bila mengalami insomnia atau kesulian tidur.
Bila mengalami sembelit, minumlah air putih minimal 12 gelas sehari.
Jika merasa sakit di bagian bawah perut dan terlihat adanya flek
darah, khususnya setelah kehamilan usia lebih 4 minggu, segera hubungi
dokter.
Tips Kehamilan Trimester Kedua
Pada kehamilan trimester kedua, perkembangan janin membentuk beberapa
bagian tubuh seperti kaki dan pergelangan kaki, tidak jarang membengkak
akibat adanya timbunan cairan. Kondisi ini bila disertai adanya gangguan
aliran darah dapat menimbulkan wasir dan varises. Oleh karenanya sangat
dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter apabila gejala-gejalanya
seperti itu sudah mulai timbul.
Selain itu karena meningkaynya hormone kehamilan pada trimester
kedua, kadang timbul gangguan pencernaan dan sulit buang air besar.
Solusinya cukup mudah, sebaiknya memperbanyak konsumnsi sayur-sayuran, buah-
buahan serta air putih. Tips lain yang baiknya dilakukan oleh ibu hamil
ketika kehamilannya menginjak trimester kedua ialah :
Jangan mengambil barang dengan cara membungkuk, ambillah barang
dengan cara berjongkok agar janin tidak tertekan.
Hindari aktivitas yang berat, seperti mengangkat beban berat,
menarik secara berlebihan, mendorong berat, meanjat, jogging dalam
waktu lama.
Jangan melakukan perubahan aktivitas secara mendadak, misalnya
memutar tubuh dengan cepat atau meloncat-loncat, karena akan
membahayakan janin dan akan mengalami kram otot.
Perbanyaklah istirahat karena beberapa organ vital di dalam tubuh
seperti jantung, ginjal dan paru=paru bekerja lebih keras.
Mulailah merawat payudara agar produksi ASI berlimpah. Selalu
bersihkan putting susu dan pijit-pijitlah daerah sekitar payudara
dengan baby oil atau krim khusus payudara agar pembengkakan atau
peradangan saat menyusui dapat dihindari.
Gunakan Bra yang mampu menyangga payudara denagan nyaman, menyerap
keringat , dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Biasakan mandi dengan air hangat agar otot-otot rileks dan dapat
cepat tertidur atau beristirahat.
Bila hendak beristirahat, duduk atau tidur, sebaiknya posisi kaki
lebih tinggi disbanding tubuh agar peredaran darah dalam tubuh tidak
hanya mengumpul di daerah kaki sehingga pembengkakan atau varises
dapat dihindarkan.
Gunakan sepatu bertumit datar.
Hindari makanan yang digoreng atau pedas.
Perhatikan posisi tidur, sebaiknya posisi miring ke sebelah kiri
dengan posisi kedua kaki diganjal dengan bantal atau guling.
Perhatikan sikap tubuh, sikap tubuh saat berdiri, berjalan, duduk,
dan tidur yang baik adalah tidak condong ke belakang karena dapat
menyebabkan tulang punggung melengkung sehingga tulang belakang sakit.
Sebaiknya makan dengan porsi kecil namun lebih sering
Jangan tidur setelah makan, karena menyebabkan lambung menjadi panas
sehingga daya kerja lambung menurun dalam menyerap makanan.
Jangan berdiri terlalu lama (lebih 1 jam) karena dikhawatirkan
mengalami pembengkakan yang cukup signifikan di daerah kaki atau
pingsan mendadak.
Selalu berfikir positif selama menjalani masa-masa kehamilan dan
hindari depresi atau stress.
Tips Kehamilan Trimester Ketiga
Kehamilan trimester ketiga merupakan saat-saat yang paling
mendebarkan bagi ibu hamil, terutama menjelang mendekati proses persalinan.
Ibu hamil menggapai kondisi ini berbeda-beda ada yang ingin segera
melahirkan, bingung, perasaan menjadi tak tentu, bahkan ada yang ketakutan
dan panik menjelang mendekatnya proses persalinan, khususnya bagi ibu hamil
anak pertama. Berikut tips yang dapat dilakukan ketika kehamilannya
menjelang trimester ketiga dan tips menghadapi proses persalinan :
Jangan terlalu banyak makan makanan berkadar garam tinggi karena
dapat menyebabkan kejang-kejang di kaki akibat penumpukan garam yang
menyumbat aliran darah di daerah kaki.
Jika tidur , sebaiknya ambillah posisi menyamping, terutama
menyamping kesebelah kiri. Hal ini membantu dalam melancarkan
peredaran darah.
Lakukan olahraga seperti berenang untuk menghindari kram-kram.
Hindari perubahan suhu tubuh yang terlalu drastis. Pada masa ini
pembuluh darah berada pada titik kepekaan yang berlebihan sehingga
menjadi sensitive. Kondisi ini dapat membuat ibu hamil menjadi cepat
lelah.
Jika terasa ingin selalu buang air kecil, jangan menahannya, karena
hal ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran kandung kemih.
Ibu hamil lebih baik melakukan aromaterapi atau relaksasi agar jiwa
dan perasaan tenang menghadapi persalinan.
Perbanyaklah istirahat untuk menyimpan energy menjelang persalinan.
Lakukanlah pijatan-pijatan ringan dan lembut diseputar kaki. Pijatan
menggunakan ibu jari setiap malam.
Tips Menjelang Persalinan
Mulailah melakukan persiapan mental dan fisik guna menghadapi proses
persalinan. Persiapan ini sangat penting, terutama bagi calon ibu yang
akan melahirkan untuk pertama kalinya dan ingin melahirkan secara
normal. Dengan kesiapan mental, calon ibu dipastikan mampu melewati
persalinan dengan rileks dan penuh pemahaman akan apa dan mengapa hal
tersebut harus terjadi.
Bersiaplah mengalami kontraksi pada hari-hari menjelang persalinan.
Jangan panic bila mengalami kontraksi dini yang berlangsung beberapa
menit lalu mereda atau menghilang. Namun jika kontraksi ini disertai
dengan keluarnya cairan, baik cairan bening maupun darah, segeralah
menghubungi dokter atau bidan atau segera pergi ke rumah sakit.
Jangan panic jika tiba-tiba air ketuban pecah saat ibu hamil sedang
berdiri, karena jalan lahir akan otomatis tertutup oleh berat badan
bayi. Segeralah hubungi dokter atau bidan atau pergi ke rumah sakit.
Pre-eklamsia
Pre-eklamsia adalah tekanan darah yang tinggi dan kelebihan kadar
protein dalam urin. Ini bisa terjadi selama kehamilan atau segera setelah
persalinan. Untungnya, sebagian besar kasus bersifat ringan. Ia bisa
menyerang hanya 1 dari 14 ibu, dan jarang menjadi serius. Bila pre-eklamsia
terjadi di minggu-minggu akhir kehamilan, dokter akan mengambil tindakan
untuk segera mengeluarkan bayi. Tapi bila pre-eklamsia terjadi di awal
kehamilan, maka dokter akan berusaha memperpanjang kehamilan sampai bayi
dianggap telah cukup kuat untuk lahir.
Gejala-gejala Pre-eklamsia
Tekanan darah naik ( hipertensi ) dan kadar protein dalam urin
berlebihan ( proteinuria ) setelah kehamilan mencapai 20 minggu.
Sakit kepala
Masalah penglihatan, termasuk kebutaan sementara, pandangan buram
dan lebih sensitif pada cahaya/silau.
Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah rusuk sebelah kanan.
Muntah
Pusing
Volume urin berkurang
Berat badan naik cepat, biasanya di atas 2 kg per minggu.
Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan.
Siapa yang beresiko mengalaminya ?
Wanita yang berusia di bawah 20 atau lebih dari 35 tahun
Obesitas, indeks massa tubuh 35+
Sebelumnya memilki kondisi medis yang memicu pre-eklamsia seperti
diabetes, tekanan darah tinggi, lupus, penyakit ginjal dan migraine.
Wanita dengan kehamilan pertama.
Kehamilan kembar.
Jarak antara kehamilan terlalu jauh, lebih dari 10 tahun.
Riwayat pre-eklamsia- jika ibu, orang tua, atau saudara perempuan
ibu pernah mengalami pre-eklamsia sebelumnya.
Pencegahan
Karena salah satu faktor pencetus Pre-eklampsia adalah obesitas,
sebaiknya Ibu menjalankan pola makan sehat dengan menu seimbang. Idealnya
pola makan sehat sudah Ibu lakukan sejak sebelum hamil atau ketika
merencanakan kehamilan. Tapi, sekarang pun belum terlambat. Pola makan
sehat ini bukan diet. Karena Ibu hamil tidak disarankan berdiet. Tanyakan
pada dokter apa yang seharusnya Ibu konsumsi. Atau didiskusikan hal ini
dengan tim ahli Club Nutricia. Jangan lupa, tepati jadwal kunjungna ke
dokter untuk memeriksa tekanan darah dan urin.
Pre-eklampsia ringan
Beruntunglah bila Ibu hanya mengalami pre-eklampsia ringan. Kondisi
ini tidak selalu memerlukan obat tapi hanya pemeriksaan rutin kehamilan.
Pemberian obat atau suplemen tidak mencegah pre-eklampsia tetapi membantu
mengkontrol kondisi Ibu.
Pre-eklampsia Serius
Jika Ibu didiagnosa mengalami Pre-eklampsia serius, disarankan
beristirahat di tempat tidur atau bahkan mungkin dirawat di rumah sakit.
Ibu juga akan diperiksa setiap hari untuk melihat tekanan darah dan
pemantauan perkembangan bayinya. Jika Ibu atau bayi berada dalam keadaan
serius, kemungkinan dokter melakukan induksi, atau melakukan bedah sesar
untuk meyelamatkan Ibu dan bayi.
IX. ANTIBIOTIKA
Antibiotika (latin : anti = lawan; bios = hidup) adalah : zat-zat
kimia yang dihasilkan mikroorganisme-mikroorganisme hidup terutama fungi
dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana
Inggris dr. Alexander Fleming pada tahun 1928 (penicillin). Tetapi penemuan
ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.
Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotika
diisolir oleh penyelidik-penyelidik diseluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat-sifat toksisnya hanya beberapa saja yang digunakan sebagai
obat. Yang terpenting diantaranya adalah Streptomisin (1944), Klorampenikol
(1947), Tetrasiklin dan derivatnya (1948), Eritromisin (1952) dan akhirnya
Rifampisin (1960), Bleomisin (1965), Doksorubicin (1969), Minosiklin (1972)
dan Tobramisin (1974). Aktivitas antibiotika lazimnya dinyatakan dalam
satuan berat (mg), kecuali zat yang belum sempurna pemurniannya dan terdiri
dari campuran beberapa zat, misalnya polikmksin B dan Basitrasin, atau
karena belum diketahui struktur kimianya, seperti Nistatin. Penisillin G
meskipun sudah terdapat murni, masih seringkali dinyatakan aktivitasnya
dengan satuan internasional (I.U).
Mekanisme Kerja
Cara kerja yang terpenting adalah : perintangan sintesa protein,
sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya : Klorampenikol,
Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida dan Linkomisin. Selain itu beberapa
antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosporin) atau
membrane sel (polimiksin, zat-zat polyene dan imidazol). Antibiotika tidak
aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena virus tidak memiliki
proses metabolisme sesungguhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari
proses tuan rumah.
Penggunaan
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat
kuman atau juga untuk prevensi infeksi misalnya : pada pembedahan besar.
Secara profilaktik juga diberikan diberikan kepada pasien dengan sendi dan
klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Penggunaan penting non-
terapeutis adalah sebagai stimulus pertumbuhan dalam peternakan sapi, babi
dan ayam. Efek ini secara kebetulan ditemukan pada tahun 1940-an, tetapi
mekanisme kerjanya belum jelas diketahui. Diperkirakan antibiotika bekerja
setempat di dalam usus dengan menstabilisir floranya. Kuman-kuman buruk
yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi
dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan dapat distimulasi ddengan rata-
rata 10%. Yang digunakan adalah terutama makrolida dan glikopeptida dalam
makanan ternak dan jumlahnya kini sudah meningkat sampai lebih dari 3 kali
daripada penggunaannya sebagai obat pada manusia.
Benzil Penisillin = Penisillin G
Penisillin G tidak tahan asam, maka pada pemakaian oral sebagian
terurai oleh asam lambung; juga bila dikombinasi dengan zat pendapar
(kalsium karbonat) resorpsinya tidak melebihi 30%. Karena itu kini hanya
digunakan sebagai injeksi i.m atau I.v. Meskipun dikenal banyak derivate
lain, penicillin induk masih banyak digunakan berkat khasiat bakterisidnya
yang terkuat, antara lain : pada penyakit-penyakit kelamin (sifilis dan
gonorrhea). Begitu pula sering dipakai sebagai obat profilaktik jika ada
bahaya penularan penyakit kelamin, difteri, tetanus,dll.
Ampisillin
Spektrum kerjanya meliputi banyak basil Gram-negatif yang tidak peka
terhadap Penisillin-G, msalnya : Haemopilus Influenza, Coli, Salmonella dan
beberapa suku Proteus. Terhadap Pseudomonas dan Enterococci tidak aktif.
Khasiatnya terhadap kuman-kuman Gram-positif lebih ringan daripada
penicillin-penisillin spectrum sempit.
Amoksisillin
Spektrum aktivitasnya sama dengan ampisillin, tetapi resorpsinya
lebih cepat dan lengkap, kira-kira 90% dengan kadar plasma berganda. Efek
samping : reaksi allergi (kemerah-merahan) dan diare.
Streptomisin
Diperoleh dari Streptomyces griseus oleh Waksman (1943) dan segera
digunakan sebagai obat bakterisid terhadap tbc. Toksisitasnya merupakan
keberatan besar, streptomisin dapat merusak syaraf otak ke-8 yang melayani
organ keseimbangan dan pendengar. Pertama-tama gejala-gejalanya adalah
sakit kepala tujuh keliling, nausea kemudian baru terjadi ketulian. Pada
umumnya kerusakan organ-organ ini bersifat reversible dalam waktu beberapa
bulan, tetapi pada anak-anak kecil dan orang-orang yang berusia lebih dari
40 tahun sering klai tidak pulih kembali seluruhnya.
Penggolongan Antibiotika
1. Golongan Penicillin : Ampisillin, Amoksisillin, Cloxacillin,
Bacampicillin,
Dicloxacillin, Floxacillin, Methicillin
2. Golongan Cephalosporin : Cephradine
3. Golongan Aminoglikosida : Streptomisin, Kanamisin, Neomisin,
Gentamisin
4. Golongan Klorampenikol : Klorampenikol, Tiampenikol
5. Golongan Tetrasiklin : Tetrasikiln, Oksitetrasiklin,
Rolitetrasikli
6. Golongan Makrolida : Erythromicin, Spiramicin, Cyprofloxacin
7. Golongan Polipeptida : Basitrsin, Polymixin, Colistin
8. Golongan Polyene : Nistatin, Ampoterisin
9. Golongan Antineoplstic : Dactinomycin, Bleomisin, Doxorubicin
X. ANTIHISTAMINIKA
HISTAMIN
Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.
Paul Ehrlich (1878) dan merupakan produk normal dari pertukaran zat
histidin. Asam amino ini masuk kedalam tubuh terutama lewat daging
dan di jaringan (juga di usus halus) diubah secara enzimatis
menjadi histamine (dekarboksilasi). Terdapat dihampir semua organ dan
jaringan memiliki histamin dalam keadaan terikan dan inaktif, yang
terutama terdapat dalam sel-sel tertentu seperti Mast cells (mast =
menimbun) menyerupai balon-balon kecil yang penuh dengan gelembung
yang ditimbun dengan histamine dan zat-zat mediator. Sel-sel ini
banyak ditemukan tepat di bagian tubuh yang bersentuhan dengan dunia
luar, yakni di kulit, mukosa dari mata, hidung, saluran napas
(bronchia, paru-paru) dan usus juga dalam lekosit basofil darah.
Dalam keadaan bebas aktif juga terdapat dalam darah dan otak,
dimana histamin bekerja sebagai neurotransmitter. Di luar tubuh
manusia, histamin terdapat dalam bakteri, tanaman (bayam, tomat) dan
makanan (keju). Histamin dapat dibebaskan dari mast-cells oleh bermacm-
macam faktor, misalnya oleh suatu reaksi alergi (penggabungan antigen-
antibody), kecelakaan dengan cedera serius dan sianar UV dari
matahari. Selain itu dikenal pula zat-zat kimia dengan daya
membebaskan histamin (histamin liberators), seperti racun ular dan
tawon, enzim proteolitis dan obat-obatan tertentu (morfin, kodein,
tubokurarin, klordiazepoksida).
Fungsi dan kegiatan histamin memegang peran utama pada proses
peradangan dan pada sistem daya-tangkis. Kerjanya berlangsung melalui
tiga jenis reseptor yakni reseptor H1, H2 dan H3. Reseptor H1 secara
selektif diblok oleh antihistaminika (H1-blockers, reseptor H2 oleh
penghambat asam lambung (H2-blockers). Reseptor H3 memegang peranan
pada regulasi tonus syaraf simpaticus.
Aktifitas terpenting histamin adalah :
Kontraksi otot polos bronchi, usus dan rahim
Vasodilatai semua pembuluh dengan penurunan tekanan darah
Memperbesar permeabilitas kapiler untuk cairan dan protein,
dengan akibat udema dan pengembangan mukosa
Hipersekresi ingus dan air mata, ludah, dahak dan asam lambung
Stimulasi ujung syaraf dengan erytema dan gatal-gatal.
Dalam keadaan normal kadar histamin dalam darah hanya rendah ± 50
mcg/l, sehingga tidak menimbulkan efek. Baru bila mast-cells dirusak
membrannya sebagai akibat dari salah satu faktor tersebut di atas,
maka dibebaskanlah banyak histamin sehingga efek itu menjadi nyata.
Setelah melakukan kegiatannya, kelebihan histamine diyraikan oleh
enzim histaminase yang juga terdapat dalam jaringan.
REAKSI ALERGI
Alergi (Lat. = berlaku berlainan) adalah kepekaan berbeda
terhadap suatu antigen exogen atas dasar proses imunologi. Pada
dasarnya, reaksi imun tersebut berfungsi melindungi organisme terhadap
zat-zat asing yang menyerang tubuh. Bila suatu protein asing (antigen)
masuk berulang kali ke dalam aliran darah seorang yang bebakat
hipersensitif, maka limfosit-B akan membentuk antibodies dari tipe IgE
(di samping IgG dan IgM).
Apabila kemudian antigen (alergen) yang sama atau yang mirip
rumus bangunnya memasuki darah lagi, maka IgE akan mengenali dan
mengikat padanya. Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya
membran mast-cells (degranulasi).
Gejala reaksi alergi tergantung pada lokasi dimana reaksi alergen-
antibodi berlansung, misalnya di hidung (rhinitis alergica), di kulit
(ekzim, urticaria = biduran, kaligata), mukosa mata (mata berair) atau
di bronchi (serangan asma). Gejala tersebut juga dapat timbul
bersamaan waktu dipelbagai tempat, misalnya pada asma, demam merang
(hay fever, pollinosis) dan ekzim.
Dalam keadaan gawat dapat timbul suatu reaksi anafilaksi (Yun.
Ana = tanpa, phylaxis = perlindungan). Pada shock anafilaktis,
masuknya antigen pertama membuat tubuh tanpa perlindungan terhadap
pemasukan antigen berikut. Kadar histamin dapat meningkat dengan
drastis, seperti pada peristiwa kecelakaan dengan banyak kehilangan
darah atau cedera bakar hebat. Pada kelompok orang tertentu yang telah
di sensibilisasi terhadap satu atau beberapa jenis alergen dapat
timbul suatu reaksi anafilaksis hebat. Misalnya, alergen dalam makanan
(kacang-kacangan), buah kiwi, arbai dll) atau obat-obat seperti
kelompok penicillin.
ANTIHISTAMINIKA
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau
menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblokir
reseptor histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya dikenal
satu jenis antihistamin, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor
khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2 maka sewcara
farmakologis reseptor histamin dapat dibagi menjadi beberapa tipe
yaitu reseptor-H1, resepto-H2, reseptor-H3 dan reseptor-H4.
Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi
alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap
alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi
ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.
Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan berdasarkan
sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin.
Antagonis Reseptor Histamin H1
Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya
adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine,
quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat
antipsikotik ini), dan prometazina.
Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah
meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor
H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam
lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer
dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina,
famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina
Antagonis Reseptor Histamin H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat
kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati
penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah
ciproxifan, dan clobenpropit.
Antagonis Reseptor Histamin H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai
antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida. Beberapa
obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat
antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang
awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai
antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan
nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara
menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
Sifat-sifat dan mekanisme kerja antihistaminika
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau
menghindarkan efek atas tubuh dari histamin yang berlebihan,
sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan alergi. Bila dilihat dari
rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang juga
terdapat dalam molekul histamin. Gugusan etilamin ini seringkali
berbentuk suatu rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian
dari suatu struktur siklik, misalnya antazolin. Antihistaminika tidak
mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan histamin
seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi
melakukan kegiatannya melalui persaingan substrat atau "competitive
inhibition". Obat-obat inipun tidak menghalang-halangi pembentukan
histamin pada reaksi antigen-antibody, melainkan masuknya histamin
kedalam unsur-unsur penerima didalam sel (reseptor-reseptor)
dirintangi dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan kata lain
karena antihistaminik mengikat diri dengan reseptor-reseptor yang
sebelumnya harus menerima histamin, maka zat ini dicegah untuk
melaksanakan kegiatannya yang spesifik terhadap jaringan-jaringan.
Dapat dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang bersaing dengan
histamin untuk sel-sel reseptor tersebut.
Penggunaan
Pada pengobatan dari berbagai gangguan alergi dan anafilaksi,
antihistaminika dapat menghilangkan sebagian besar dari gejala-gejala
tanpa melenyapkan sebab-sebab utamanya. Meskipun kerjanya tidak begitu
lengkap dan cepat seperti adrenalin atau aminofilin, namun obat-obat
antihistaminik kini banyak digunakan untuk mengobati keadaan-keadaan
alergi. Misalnya pada keadaan gatal-gatal ("kaligata"), urticaria
karena makanan (udang) atau obat-obat tertentu (asetosal, penisilin),
dan penyakit serum ("serum sickness") setelah suntikan dengan suatu
serum asing. Juga untuk mencegah atau mengurangi reaksi-reaksi alergi,
seringkali diberikan antihistaminika satu jam sebelum dilakukan
penyuntikan dengan suatu antigen spesifik (misalnya serum, penisilin).
Untuk mengobati penyakit asma (bronchiale), antihistaminika tidak
begitu berkhasiat, karena hanya dapat meringankan saja gejala-
gejalanya.
Penggunaan lainnya adalah sebagai obat anti emetik yang dapat
melawan rasa mual dan muntah-muntah pada mabuk perjalanan ("motion
sickness") dan selama hamil ("morning-sickness", hyperemesis
gravidarum). Untuk maksud ini biasanya digunakan garam
klorotheofilinatnya, misalnya difenhidramin dan promethazin
klorotheofilinat, yang lebih berkhasiat daripada persenyawaan-
persenyawaan induknya. Disamping peranannya dalam persaingan substrat
dengan histamin, antihistaminika juga memiliki khasiat antikolinergik
lemah dan kegiatan vasokonstriksi. Berdasarkan hal ini antihistaminika
seringkali digunakan untuk meringankan gejala "common cold" misalnya
selesma, dengan atau tanpa dikombinasi dengan analgetika. Begitupula
banyak sirop batuk mengandung obat-obat ini, guna mengurangi rasa
gatal di tenggorokan.
Antihistaminika juga berkhasiat terhadap vertigo (pusing-pusing)
dengan jalan menekan kegiatan reseptor-reseptor saraf vestibuler di
bagian dalam telinga dan merintangi kegiatan kolinergik sentral. Dalam
hal ini antihistaminika yang sering digunakan adalah sinarizin,
siklizin, dimenhidrinat, meklozin dan promethazin.
Antihistaminika dapat diberikan secara oral atau parenteral dengan
resorpsi yang baik. Pada pemberian oral, efek mulai tampak setelah 15
– 30 menit, sedangkan pada umumnya lama kerjanya hanya lebih kurang 4
jam, terkecuali promethazin, meklizin dan buklizin, yang memiliki
kerja panjang (lebih kurang 16 jam). Khasiat dan terutama dosisnya,
juga toleransi untuk obat-obat ini adalah sangat individual; suatu
antihistaminika yang manjur untuk mengobati A dengan dosis kecil,
mungkin sama sekali tidak ada efeknya untuk mengobati penyakit yang
sama pada B.
Dosis
Pada umumnya antihistaminika diberikan oral 3 – 4 kali sehari 1 satuan
dosis (tablet, kapsul). Hanya pada obat-obat yang memiliki kerja
panjang (promethazin) cukup dengan 1 – 2 dosis sehari. Untuk feniramin
dosisnya adalah lebih kecil, yaitu 3 – 4 kali sehari 2 – 4 mg.
Efek sampingan
Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada
susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah
sifat menenangkan dan menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling
kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada
pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat stimulasi dari
pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini yang
seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai
suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan obat-
obat pereda dan narkotika sebaiknya dihindarkan.
Efek sampingan lainnya adalah agak ringan dan merupakan efek
daripada khasiat parasimpatolitiknya yang lemah, yaitu perasaan kering
di mulut dan tenggorokan, gangguan-gangguan pada saluran lambung usus,
misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian antihistaminika pada
waktu makan dapat mengurangi efek sampingan ini.
XI. OBAT-OBAT GANGGUAN LAMBUNG-USUS
Lambung-usus adalah : Suatu sistem yang dilalui bahan-bahan makanan,
vitamin-vitamin, mineral-mineral dan cairan memasuki tubuh. Fungsi saluran
lambung-usus adalah : untuk mencernakan makanan hingga siap untuk
diresorpsi, lalu menyerap zat-zat yang berfaedah bagi tubuh dan
mengeluarkan sisanya yang tidak berguna. Oleh daya kerja enzim –enzim
pencernaan yang terdapat dalam tubuh, getah lambung dan getah pancreas, zat
putih telur, lemak dan karbohidrat dicernakan menjadi unit-unit yang dapat
diresorpsi. Kemudian bersama-sama dengan vitamin-vitamin, mineral-mineral
dan cairan menembus selaput lender (mukosa) dari lambung-usus masuk kedalam
darah dan getah bening (Limfe). Proses pencernaan dimulai da dalam mulut ,
dimana makanan dihaluskan sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu
enzim amylase, ptyalin, yang dapat menguraikan zat-zat karbohidrat. Setelah
ditelan adukan ini diteruskan dengan gerakan-gerakan peristaltic ke
lambung, dimana bekerja getah lambung, yang terdiri dari asam hidroklorida
(asam lambung) dan pepsin, suatu enzim proteolitik dan lender (mucus), yang
disekresi oleh kelenjar-kelenjar dari selaput lender lambung. Asam
hidroklorida ini selain menunjang aktivitas pepsin dan membantu pencernaan,
juga berfungsi membunuh sebagian besar dari kuman-kuman yang terdapat dalam
makanan.
Disaluran lambung-usus ini dapat timbul pelbagai gangguan yang ada
sangkut pautnya dengan pencernaan (sekresi getah-getah, dll), resorpsi
makanan, pembuangan air dan infeksi=infeksi usus oleh hama dan cacing.
ANTASIDA
Zat pengikat asam atau antasida (anti = lawan; acidus = asam) adalah
: basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir atau mengikat asam
lambung yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada keadaan sekresi asam
lambung berlebihan (hiperklorhidria) dan penyakit borok-borok lambung dan
usus. Borok lambung (ulcus ventriculi, gastric ulcer) adalah : suatu
pemborokan diselaput lender lambung, yang berciri rasa nyeri hebat yang
berkala, terutama pada waktu lambung penuh. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh sekresi asam lambung yang berlebihan, pada mana ketegangan-ketegangan
jiwa dan emosi (stres) merupakan faktor yang penting sekali.
Pengobatan borok lambung adalah hanya simtomatis, yaitu ditujukan
kepada menghilangkan gejala-gejalanya (simtom-simtom) saja, terutama rasa
nyeri, yang diakibatkan peristaltik lambung dan terbentuknya asam lambung
dan pepsin, yang merangsang borok tersebut. Maka digunakan obat-obat yang
dapat menekan pergerakan lembung dan sekresi asamnya, yaitu zat-zat
antikolinergik (Fisostigmin, Neostigmin,dll). Untuk mentralisir asam
lambung yang selalu ada dalam keadaan berlebihan itulah, digunakan zat-zat
pengikat asam, yang bekerja secara kimia (mis : Magnesium Oksida) atau
mengikatnya secara fisis (mis : Zat Koloidal). Antasida juga dapat
digunakan bersamaan dengan obat-obat yang menstimulir sekresi dari asam
lambung sebagai efek sampingan yang tidak diinginkan, mis : reserpin dan
kortikosteroida ( Kortisol atau Hidrokortison, Aldosteron).
Penggolongan
Antasida dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Zat-zat yang bersifat menetralisir : Natrium Bicarbonat, MgO,
Peroksida, Mg Karbonat, Calcium Karbonat.
2. Adsorbensia (Zat-zat dengan daya adsorpsi) : Silika gel, Bentonit,
Kaolin, Karboaktif, CMC.
3. Adsorbensi yang bersifat menetralisir : Al hidroksida koloidal,
Aluminium fosfat gel, Aluminium dan Magnesium silikat, Bismuth
subnitrat, Bismuth subcarbonat.
4. Perintang reseptor H2 : Simetidin.
Antihistamin baru ini merintangi secara selektif dengan jalan
persaingan efek histamine terhadap resepto-resptor H2 dalam
lambung, yakni sekresi asam lambung. Antihistamin lainnya tidak
memiliki khasiat ini.
XII. VITAMIN
Vitamin adalah : Zat-zat organik yang dalam jumlah kecil esensil
untuk mempertahankan fungsi pertukaran zat (metabolisme) yang normal dari
tubuh. Umumnya vitamin tidak dibentuk di dalam tubuh sehingga harus didapat
dari luar. Orang sehat yang makanannya bermutu baik, sudah mendapat jumlah
vitamin yang cukup. Selain terdapat pada makanan, vitamin juga dapat
diberikan dalam bentuk murni sebagai obat. Untuk tujuan pengobatan, lebih
praktis memberikan vitamin dalam bentuk obat.
Vitamin dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Vitamin yang larut dalam lemak : Vit. A, D, E dan K
2. Vitamin yang larut dalam air : Vit. B Kompleks, C dan Flavonoid
Penggunaan vitamin berlebih-lebihan, selain merupakan pemborosan
juga dapat menimbulkan gejala keracunan. Beberapa Negara telah
mengadakan penyelidikan dan mengevaluasi kebutuhan vitamin dan makanan
lain pada masyarakatnya. Food and Nutrition Board di AS sejak tahun
1940 mengeluarkan secara berkala table jumlah vitamin dan nutrient
lain yang dianjurkan untuk pemberian tiap hari, (Recommended Dietary
Allowances, RDA). RDA adalah : jumlah vitamin dan makanan lain perhari
yang diperkirakan cukup untuk mempertahankan kesehatan yang baik.
Asupan (intake) vitamin yang berlebihan dapat disebabkan karena :
1. Pemakaian vitamin dalam jumlah besar, baik untuk tujuan pencegahan
maupun pengobatan penyakit yang tidak jelas berhubungan dengan
defisiensi vitamin.
2. Pemakaian vitamin secara rutin dengan jumlah yang jauh melebihi RDA
3. Banyaknya sediaan yang mengandung satu macam vitamin atau beberapa
macam vitamin (multi vitamin) dalam jumlah yang besar, dinyatakan
sebagai suplementasi makanan dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Vitamin yang larut dalam air mempunyai toksisitas rendah, karena
jumlah yang berlebihan cepat diekskresi melalui urin. Sebaliknya
pemakaian berlebihan vitamin yang larut dalam lemak, akan
menyebabkan tertimbunnya senyawa tersebut di dalam lemak dan dapat
menimbulkan efek toksis. Sediaan vitamin untuk suplementasi harus
dibedakan dengan sediaan vitamin untuk pengobatan. Sediaan vitamin
untuk pengobatan mengandung vitamin dalam jumlah besar dan hanya
dapat diberikan oleh dokter.
Asupan (intake) vitamin yang kurang dapat terjadi sebagai akibat
dari :
1. Asupan makanan yang tidak mencukupi
2. Gangguan absorpsi vitamin
3. Meningkatnya kebutuhan tubuh
Asupan makanan yang tidak mencukupi dapat disebabkan karena
anoreksia, diet rendah kalori, diet khusus mis: pada diabetes
mellitus dan nilai gizi makanan yang rendah karena keadaan ekonomi
atau kurangnya pengetahuan mengenai gizi makanan. Gangguan absorpsi
vitamin dapat terjadi mis : pada penyakit hati dan saluran empedu,
diare kronik, macam-macam gangguan sistem pencernaan dan pada
penggunaan antibiotic. Meningkatnya kebutuhan akan vitamin terjadi
selama masa pertumbuhan, hamil, laktasi, kerja fisik yang berat,
stres dan pada penyakit yang disertai peningkatan metabolism,
seperti hipertiroidisme dan demam. Tambahan vitamin diperlukan pada
keadaan tersebut diatas untuk mencegah terjadinya defisiensi
vitamin. Untuk pencegahan penyakit defisiensi dan pada kasus yang
diduga menderita defisiensi vitamin, lebih praktis menggunakan
sediaan multivitamin.
VITAMIN A
Sumber : Sayuran berwarna hijau atau kuning dan buah-buahan seperti :
wortel, papaya, tomat. Juga pada mentega, hati dan daging, minyak ikan.
Vitamin A dapat berasal dari karotin yang merupakan pigmen tumbuh-tumbuhan.
Karotin disebut juga provitamin A. Karotin ada beberapa jenis yaitu : alfa,
beta dan gamma karotin, bentuk yang paling aktif adalah beta-karotin.
Sebagian karotin akan diubah menjadi vitamin A pada dinding usus halus.
Kegunaan : Untuk perkembangan tulang; alat reproduksi.
Defisiensi : Dapat menghambat pertumbuhan anak, pada orang dewasa sehat
terdapat persediaan vitamin A, sehingga defisiensi baru timbul 2 atau 3
tahun setelah orang tersebut tidak mendapat vitamin A dalam dietnya; Rabun
senja.
Hipervitaminosis A : Gejala-gejala yang timbul dapat berupa : anoreksia,
muntah, berat badan menurun, gelisah, demam yang tidak begitu tinggi, kulit
kering, gatal dan bersisik, rambut rontok, dll.
VITAMIN D
Sumber : Minyak ikan
Kegunaan : Vitamin ini mengendalikan kadar kalsium dan fosfat dari darah,
dengan mempertinggi resorpsi ion-ion ini dari saluran usus dan resorpsi ion-
ion fosfat ditubuli ginjal.
Defisiensi : Mengakibatkan berkurangnya resorpsi ion-ion ini yang penting
sekali untuk kerangka, sehingga menimbulkan kelainan pertumbuhan tulang
pada bayi dan anak-anak. Penyakit ini dikenal dengan nama penyakit Inggris
(Rickets = Rachitis).
VITAMIN E
Sumber : Telur, susu, daging, buah-buahan, kacang-kacangan dan sayur-
sayuran seperti selada dan bayam.
Kegunaan : Penting untuk fungsi keturunan (reproduksi) sehingga defisiensi
dapat mengakibatkan kemandulan. Vitamin ini digunakan pada keguguran yang
berulang kali (abortus habitual) dan pada keadaan kemandulan. Vitamin E
juga penting sekali bagi kesehatan jantung dan pembuliuh-pembuluh, terutama
untuk orang-orang diatas usia 50 tahun.
Defisiensi : Gejala defisiensi adalah gangguan pada otot-otot.
VITAMIN K
Sumber : Terdapat pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-buahan
Kegunaan : Anti pendarahan
Defisiensi : Menyebabkan hipoprotrombinemia, sehingga waktu pembekuan darah
memanjang dan dapat terjadi pendarahan spontan seperti : pendarahan saluran
cerna, pendarahan pasca bedah, dibawah kulit, lambung, usus, dll.
VITAMIN YANG LARUT DALAM AIR
KELOMPOK VITAMIN B
Semua senyawa ini melarut dalam air, vitamin B Kompleks secara resmi
meliputi 11 zat yaitu : B1, B2, B3, B5, B6, B11, B12, Biotin, Cholin,
Inositol dan Asam para amino benzoate (PABA). Dari ke 11 senyawa ini sangat
berbeda dalam struktur kimiawi dan kegiatan biologisnya. Zat-zat ini
dikelompokkan bersama, karena pada awalnya diisolasi dari sumber yang sama,
yakni hati dan ragi.
VITAMIN B1 (Aneurin, Tiamin)
Sumber : Kulit luar gandum (dedek, beras), hati, otak, ginjal, dll.
Kegunaan : sebagai ko-enzim dari karboksilase, yakni suatu enzim essensial
pada metabolism karbohidrat (proses dekarboksilasi) dan pembentukan bio-
energi dan insulin. Vitamin B1 juga menstimulasi pembentukan eritrosit dan
berperan penting pada regulasi ritme jantung serta berfungsi baiknya
susunan syaraf.
Defisiensi : Beri-beri : gejalanya , anoreksia, obstipasi,kesemutan dan
kejang otot, lalu timbul beri-beri dengan polyneuritis arteri mendilatasi
kuat dan udem, serta myocardiopati, akhirnya radang otak, hilangnya
ingatan.
VITAMIN B2 (Riboflavin, Laktoflavin)
Sumber : Susu, daging, telur, sayur mayor, ragi dan roti
Kegunaan : Memegang peranan essensial pada sintesa dari antioksidan faal,
a.l. dari glutation.
Defisiensi : jarang terjadi karena kebutuhan tubuh hanya sedikit sekali.
VITAMIN B3 (Nikotinamid, Niasinamida)
Sumber : Daging, hati, ginjal, ayam, ikan, gandum, kacang-kacangan, kopi.
Kegunaan : Diperlukan untuk pengubahan triptofan menjadi serotonin
Defisiensi : Menimbulkan kelebihan tritofan diotak dengan gejala perubahan
suasana jiwa dan prilaku.
VITAMIN B5 (Asam Pantotenat)
Sumber : Dalam semua jaringan tubuh dan praktis dalam segala macam makanan,
tetapi dapat juga disintesa oleh flora usus.
Kegunaan : Memegang peranan pada sintesa dan perombakan karbohidrat, lemak
dan protein, juga pada sintesa kolesterol dan hormone steroid.
Defisiensi : Belum pernah dilaporkan; Dosis : 5 – 10 mg/hari ( garam Ca).
VITAMIN B6 (Piridoksin)
Sumber : Daging, hati, ginjal, telur, kacang kedele dan biji-biji gandum
(wheat germ).
Kegunaan : Anti mual, muntah dan pada depresi yang disebabkan oleh pil anti
hamil.
Defisiensi : jarang terjadi.
VITAMIN B11 (Asam Folat, Folacin)
Sumber : Gandum, sayuran hijau yang kaya serat gizi, buncis, kelapa,
daging, ikan, hati dan ragi.
Kegunaan : Mencegah PJP (Penyakit Jantung dan Pembuluh), khususnya infark
jantung, dan memiliki daya kerja protektif terhadap kanker kolon.
Defisiensi : jarang terjadi
VITAMIN B12 (Sianokobalamin, Extrinsic Factor)
Sumber : Di alam dan tubuh vitamin B12 terdapat terutama sebagai
hidrokso,metal dan adenosilkobalamin.
Kegunaan : Mencegah anemia megaloblaster pada keadaan malaborsi.
Defisiensi : Anemia
KELOMPOK VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
Vitamin C terdapat pada sayur-mayur seperti : paprika, kol, serta
buah-buahan terutama dari jenis sitrus (jeruk nipis dan jeruk lain), arbei,
buah kembang ros dll. Dalam tubuh terdapat dibanyak jaringan, termasuk
darah dan lekosit. Vitamin C mudah dioksidasi dan diinaktifkan (oksidasi)
bila makanan dimasak terlalu lama.
Fungsi Vitamin C
Yang terpenting adalah pembentukan kolagen, yaitu protein bahan
penunang utama dalam tulang/tulang rawan dan jaringan ikat. Bila sintesa
kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang
berakibatperdarahan. Selain itu fungsi lain adalah :
1. Salesma (Common Cold) dan Infeksi lain
Dipercepatnya penyembuhan ± 20% dengan keluhan ringan, bila vitamin
C dimakan sedini mungkin. Efek baik ini diperkirakan berdasarkan
daya imunostimulasinya, dimana produksi dan mobilitas leukosit dan
makrofag sangat ditingkatkan pada dosis > 2,5 gram/hari.
2. Ada indikasi kuat bahwa vitamin C dalam dosis 500 – 1000 mg/hari
dapat menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi.
3. Mempercepat penyembuhan borok dan luka dikulit akibat tekanan.
Misalnya : decubitus (mati jaringan akibat berbaring lama)
XIII. OBAT ANALGETIKA
Analgetika (obat penghalang nyeri) adalah : Zat-zat yang mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedan dengan
anastetik umum). Nyeri adalah : perasaan sensoris dan emosional yang tidak
enak dan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri yang disebabkan
oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan
pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang
disebut mediator nyeri.
Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan
kejang-kejang, yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas
dikulit,mukosa dan jaringan lain. Nociceptor ini terdapat diseluruh
jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan disalurkan
ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat banyak
sinaps via sum-sum tulang belakang, sum-sum lanjutan dan otak tengah. Dari
thalamus (opticus) impuls kemudian diteruskan kepusat nyeri di otak besar,
dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Pemberantasan Rasa Nyeri
Berdasarkan proses terjadinya nyeri tersebut, maka rasa nyeri dapat
dilawan dengan beberapa cara yaitu :
Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri
perifer, oleh analgetika perifer atau oleh anaestetika local
Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris,
mis : dengan anastetika local
Blokade dari pusat nyeri dalam SSS dengan analgetika sentral
(narkotika) atau dengan anestetika umum.
Terapi Jenis-jenis Nyeri
Nyeri yang ringan : Seperti sakit gigi, kepala, otot-otot pada
infeksi virus, nyeri selama haid, keseleo dsb, dengan analgetika
perifer mis : Parasetamol, Asetosal atau Glafenin, Mefenaminat,
dll.
Nyeri ringan yang menahun : seperti rematik dan artrosis pada
mana terdapat reaksi-reaksi peradangan dari sendi-sendi dengan
analgetika atau zat-zat anti radang mis : Acetosal, Ibuprofen,
Indometasin, Senyawa-senyawa diklofenak, dll dapat ditambahkan
kodein, kafein.
Nyeri yang hebat : seperti nyeri organ-organ dalm (lambung, usus)
antara lain akibat kolik-kolik (kejang-kejang) pada serangan-
serangan penyakit batu ginjal dan batu empedu. Dalam hal
inisebiknya digunakan analgetika sentral (narkotika) dengan suatu
obat lawan kejang (spasmolitikum) yaitu morfin dengan atropine,
buscopan.
Nyeri hebat yang menahun : mis : kanker atau kadang-kadang
rematik dan neuralgia. Hanya obat-obat yang berkhasiat kuat berguna
disini a.l : analgetik narkotik mis : Bezitramid, Fentanil dll.
Penggolongan Analgetika
Atas dasar kerja farmakologisnya dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu :
1. Analgetika Perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam
beberapa kelompok, yaitu :
a. Parasetamol
b. Salisilat : Acetosal, Salisilamid, dan Benorilat
c. Penghambat prostaglandin (NSAID´s) : Ibuprofen, dll
d. Derivat-derivat antranilat : Mefenaminat, As. Niflumat,
Glafenin, Floktafenin
e. Derivat-derivat pirazolinon : Aminofenazon, Isopropil
aminofenazon, Metamizol
f. Lainnya : Benzidamin
2. Analgetik Narkotik : Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti pada fractura dan kanker.
Efek Samping
- Yang paling umum adalah : Gangguan lambung-usus ----- b, c, e
- Kerusakan darah ----- a, b, d dan e
- Kerusakan hati dan ginjal----- a, c
- Juga reaksi allergi pada kulit
Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau
dalam dosis tinggi. Oleh karena itu, penggunaan analgetik tidak
dianjurkan secara kontiniu.
Kehamilan dan Laktasi
Hanya Parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan
,menyusui, meskipun dapat mencapai air susu. Acetosal dan Salisilat,
NSAID´s Dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin, sehingga
sebaiknya dihindari.
ANALGETIKA ANTI RADANG DAN OBAT-OBAT REMA
Arthritis : Nama gabungan untuk lebih dari seratus penyakit, yang
semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dengan
terganggunya fungsi alat-alat penggerak (sendi, otot). Yang paling
banyak ditemukan :
- Artrose (arthritis deformans), umumnya tanpa peradangan
- Rematik (arthritis rheumatica) dengan peradangan
- Spondylosis (radang tulang punggung)
- Sindroma Reiter (radang ginjal dan selaput mata)
- Encok
Artrose : disebut juga osteoartrose atau osteoarthritis, bercirikan
degenerasi tulang rawan yang menipis sepanjang progress penyakit,
dengan pembentukan tulang baru, sehingga ruang diantara sendi menyempit.
Terapi : Hanya berupa simtomatis dengan analgetika antiradang
(NSAID´s) untuk melawan rasa nyeri------ Glucosamin dan Chondroitin +
Vit. A, C, E dan Selenium.
Spondylosis adalah : Artrose dari tulang punggung, penyebabnya adalah
peradangan dari urat-urat dan jaringan yang perlu untuk pergerakan
punggung. Umumnya spondylosis dimulai antara 15 – 25 tahun dengan
nyeri pinggang (low back pain) dengan peradangan dan kekakuan pada
pagi hari (morning stiffness).
Encok (Arthritis Urica, Gout) merupakan suatu gangguan pada metabolism
asam urat, yang berakibat mengendapnya Kristal-kristal natrium urat di
sendi-sendi, jaringan lembut (tophi) dan ginjal (batu ginjal).
OBAT-OBAT REMATIK
Arhtritis rheumatica atau Rematik atau Rema : penyakit sendi kronis
dan sistemis yang termasuk kelompok gangguan auto-imun. Yang khusus
dihinggapi rema adalah persendian tangan dan kaki, lutut, bahu dan tengkuk.
Gejalanya yang khas berupa bengkak dan nyeri simetris di sendi-sendi
tersebut. Nyeri ini paling hebat waktu bangun pagi dan umumnya berkurang
setelah beraktivitas. Nyeri waktu malam dapat menyulitkan tidur, sendi-
sendi ini menjadi kaku waktu pagi (morning stiffness), sukar digerakkan,
kurang bertenaga, khususnya setelah bangun 1 – 2 jam lebih.Gejala lainnya
perasaan lelah, selain itu seringkali terjadi komplikasi-komplikasi diluar
sendi mis : di paru-paru, jantung, ginjal, kulit dan organ=organ lain
Tindakan Umum
– Latihan fisioterapi adalah penting sekali guna memelihara mobilitas
sendi dan tenaga otot. Restriksi pergerakan paling banyak terjadi di
bahu dan lutut.
– Menyesuaikan gaya hidup (lif-style), pada aktivitas dari proses
peradangan, hebatnya perubahan-perubahan anatomi dan laju dari progress
penyakit.
Terapi
1. Anakgetik anti radang atau NSAID´s ----- Ibuprofen, Ketoprofen,
Naproksen, Diklofenak, juga obat selektif baru Nabumeton dan
Meloxicam. Ternyata yang efektif untuk morning stiffness adalah : zat-
zat long acting atau sediaan time-release yang diminum sebelum tidur
mis : Diklofenac retard 75 mg. Sebagai obat tambahan kombinasi
Parasetamol dengan kodein atau propoksipen sering kali sangat ampuh.
Penggunaan jangka panjang dianjurkan dengan tambahan suatu penghambat
asam lambung (omeperazol, lansoperazol, pantoprazol) atau zat-zat
pelindung mukosa misopristol guna mencegah terjadinya tukak lambung.
2. Kortikosteroida : Sangat efektif tetapi seringkali mengakibatkan efek
samping dan terapi sukar dihentikan, maka terutama digunakan jika
penyakit sudah parah-----prednison 10 mg.
3. Obat-obat supresif long-acting : Memiliki anti radang kuat yang juga
berdaya anti-erosif yaitu dapat menghentikan atau memperlambat
progress kerusakan tulang rawan. Senyawa-senyawa ini tidak bekerja
analgetis, maka biasanya dikombonasi dengan NSAID´s guna memperkuat
efeknya, tetapi obat-obat ini sering toksis terhadap darah dan ginjal
----- sejak tahun 1996 pemberiannya bila sudah Nampak kerusakan sendi
atau peradangan sendi berkelanjutan, yang tidak dapat diatasi oleh
NSAID´s, contoh : Penisilamin, Metotreksat, Azotiopirin, dll.
ANALGETIKA ANTI RADANG (NSAID´S)
NSAIDs berkhasiat analgetis, antipiretis serta antiradang
(antiflogistis) dan seringkali digunakan untuk menghalau gejala penyakit
rema, artrosis dan spondylosis. Obat ini efektif untuk peradangan lain
akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan) atau pembedahan. Dipakai
juga untuk mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis
yang cukup tinggi. Selanjutnya digunakan untuk kolik saluran empedu dan
kemih, keluhan tulang pinggang dan nyeri haid, contoh : Ibuprofen,
Naproksen dan Diklofenak. Secara kimiawi obat-obat ini dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok yaitu :
1. Salisilat : Acetosal, Benorilat, Diflunisal; dosis anti radangnya
lebih kuat 2 – 3 kali dari analgetiknya. Oleh karena efek
sampingnya maka jarang digunakan sebagai 0bat rema.
2. Asetat : Alkofenak, Diklofenak, Indometasin, Sulindac, Fentiazac.
Alkofenak jarang digunakan karena sering menimbulkan reaksi kulit;
Indometasin obat yang terkuat anti radangnya, tapi lebih sering
menyebabkan keluhan lambung-usus.
3. Propionat : Ibuprofen, Ketoprofen, Flurbiprofen, Naproksen
Tiaprofen dan Fenaprofen
4. Oxicam : Piroxicam, Tenoxicam dan Meloxicam
5. D-antranilat : Mefenaminat, Nifluminat, Meclofenamik acid
6. Pirazolon : Fenilbutazon, Azapropazon
7. Lainnya : Nabumeton, Benzidamin cream 3%, dll.
Efek Samping
Efek ulcerogen : mual, muntah, nyeri lambung, gastritis, tukak
lambung-usus; obat yang terbanyak menimbulkan keluhan lambung-usus
serius adalah : Indometasin, Azapropazon dan piroxicam; obat dengan
jumlah keluhan ± separuhnya adalah : Ketoprofen, Naproksen,
Flurbiprofen, Sulindac dan Diklofenak sedangkan ibuprofen paling
sedikit.
Gangguan fungsi ginjal
Agregasi trombosit dikurangi, sehingga masa pendarahan dapat terjadi
lebih lama
Reaksi kulit, ruam kulit dan urticaria relative sering terjadi pada
diklofenak dan sulindac
Bronchokonstriksi pada penderita asma yang hipersensitif terhadap
NSAID´s
Efek sentral : nyeri kepala, pusing, tinnitus (telinga berdengung),
termangu-mangu, sukar tidur,adakalnya depresi dan gangguan
penglihatan
Lain-lain : gangguan fungsi hati (khusus diklofenak), gangguan haid
: diklofenak, indometasin.
Wanita hamil tidak boleh diberikan NSAID´s selama triwulan terakhir
karena dapat memperlambat persalinan. NSAID masuk kedalam air susu,
sebaiknya jangan digunakan selama laktasi; kecuali Naproksen,
Flurbiprofen, Ibuprofen dan Diklofenak pada dosis biasa hanya
sedikit timbul dalam air susu. Penderita asma dan lambung juga tidak
boleh diberikan obat-obat ini.
OBAT-OBAT ENCOK
Encok (gout) adalah : nama sekelompok gangguan pada metabolism
purin dan asam urat, dimana kadar berlebihan dalam plasma menimbulkan
pengendapan Kristal natrium urat disendi dan cairan synovialnya. Yang
paling sering terdapat adalah : encok sendi (arthritis urica), sdelain itu
jaringan ikat-kulit (tophi, cellulitis) dan ginjal (nefropathy, batu
kalsium-urat/posfat). Seperti rematik, encok berlangsung bergelombang dan
bila tidak segera diobati akhirnya terjadi artrose, karena tulang rawan
berangsur-angsur rusak.
Fisiologi Urat
Pada perombakan protein-inti (DNA/RNA) terbentuk basa-basa purin
adenine dan guanine. Adenin dirombak menjadi hypoxantin, guanine menjadi
xantin. Hypoxantin menjadi xantin oleh enzim xanthioxydase dan
selanjutnya menjadi asam urat
Tindakan Umum
Sebagai prevensi kambuhnya serangan encok dapat diikuti suatu aturan
hidup tertentu. Bila terdapat overweight, perlu menjalani diet menguruskan
tubuh, banyak minum air ( 2 liter sehari), membatasi asupan alcohol,
menghindari stress fisik dan mental serta diet purin. Diet yang miskin
purin dengan hanya sedikit daging atau ikan, tetapi tanpa organ dalam,
seperti otak, hati, ginjal. Tetapi kini diketahui bahwa kebanyakan purin
dibentuk dalam tubuh dan hanya sedikit berasal dari makanan. Diet yang
ketat hanya dapat menurunkan kadar urat 25% dan tidak dapat mengurangi
timbulnya serangan encok. Tetapi diet ini berguna sebagai tambahan dari
terapi terhadap batu ginjal (urat) yang sering kambuh
Terapi
– Terapi serangan akut dapat dilawan dengan kolkisin. Efek yang
berhasil tergantung tepatnya diagnose. Semua NSAID dalam dosis tinggi
mempunyai kemampuan yang sama, tetapi kerjanya lebih cepat dan kurang
toksis. Yang sering digunakan : diklofenak, naproxen, piroxicam dan
indometasin.
– Terapi Prevensi
Allopurinol bila terdapat over produksi urat
Urikosuria : benzbromaron dan probenesid, bila terdapat ekskresi
urst rendah tanpa produksi berlebihan
Obat-obat alternative : Vit. C, Ca pantotenat dan EPA
Kehamilan dan Laktasi
Karena kurang terdapatnya data mengenai keamanan obat-oabt prevensi
ini, wanita hamil dan selama laktasi tidak dianjurkan menggunakannya.
Lamanya terapi : Terapi prevensi ini harus dianjurkan seumur hidup, tetapi
sesudah 1 tahun pemakaian allopurinol dapat dicoba untuk dihentikan dengan
pengawasan seksama kadar urat darah. Bila 3 – 6 bulan kemudian kadar naik
lagi diatas 55 mmol/l terapi dapat diulang
XIV. HORMON
Adalah : Zat-zat kimiawi yang dipisahkan oleh kelenjar-kelenjar
endokrin dan langsung masuk ke dalam darah. Efeknya dilakukan disuatu organ
lain dari tubuh yang membutuhkannya untuk dapat berfungsi secara normal.
Kelenjar endokrun adalah : kelenjar-kelenjar dengan pergetahan dalam
(sekresi intern), yang terpenting adalah hipofisis dan hypothalamus,
kelenjar-kelenjar kelamin (ovaria dan testes), anak ginjal, pancreas,
tiroid dan paratiroid.
Hormon Kelamin
Adalah : hormon yang dihasilkan oleh organ-organ kelamin (ovaria dan
testes) yang menentukan cirri-ciri kelamin primer dan sekunder. Hormon pria
utama adalah : testosterone yang dihasilkan oleh sel-sel interstitium (sel-
sel Leydig) dari testis dalam jumlah 4 – 14 mg sehari.
Khasiat Fisiologi
Testosteron memiliki khasist fisiologi, yang terpenting diantaranya
adalah :
1. Khasiat virilisasi (menjantankan), sebagai androgen (bhs yunani
Andros = pria) testosterone bertanggung jawab untuk cirri-ciri
kelamin pria sekunder, a. l : suara rendah, pertiumbuhan rambut
dimuka, kaki, tangan, dll, perawakan, otot-otot dsb. Hormon ini
juga memainkan peranan penting pada pembentukan spermatozoa dalam
tes-tes (spermatogenesis), dan mungkin sekali mempengaruhi hasrat
seksuil (libido) dan potential (daya ereksi alat kelamin)
2. Khasiat anabolic, Testosteron mepertinggi pembentukan protein,
terutama otot-otot dan bahan dasar skelet. Begitu pula khususnya
pertumbuhan ginjal distimulir olehnya (efek renotrop).
3. Terhadap tulang, androgen mempercepat pertumbuhan tulang pipa dan
tulang rawan pada ujung tulang-tulang tersebut (keeping-keping
rawan ini disebut epiphysis). Sebelum pubertas produksi
testosterone pada anak lelaki meningkat keras, yang mengakibatkan
mereka tumbuh jangkung untuk beberapa waktu. Pertumbuhan ini
kemudian berhenti karena epiphysis menutup ujung tulang seluruhnya.
Dalam khasiat ini testosterone bekerja sama dengan hormon
pertumbuhan somatotropin (GH).
4. Retensi air dan garam dengan efek berat badan meningkat.
Fisiologi Hormon Wanita
Dibawah pengaruh FSH dari adenohipofisis ovaria mulai memprodusir zat-
zat estrogen ( dan sedikit progesterone). Hormon-hormon ini bertanggung
jawab untuk cirri-ciri kelamin sekunder (buah dada, kulit halus, perawakan,
dsb). Estrogen bekerja terhadap mukosa rahim (endometrium) dan mendorongnya
untuk berkembang dan menebal (proses proliferasi), lamanya ± 2 minggu
dengan maksud kelak menampung telur yang dilepaskan pada ovulasi.
Progesteron bersama estrogen memainkan peranan penting pada pembuahan
sel telur, transport telur yang sudah dibuahi dalam saluran-saluran telur
(tubae) dan penyarangannya dalam endometrium. Disamping itu mempunyai tugas
khas yakni memelihara kehamilan. Khasiat ini disebut khasiat progestatif
atau progestagen (bhs latin pro = untuk; gestatione = kehamilan).
Progesteron menstimulir endometrium untuk berkembang lebih lanjut,
mensekresi dan mengumpulkan zat-zat pertumbuhan bagi telur agar
memungkinkannya tumbuh menjadi janin. Fasa ini dinamakan fasa sekresi dan
lamanya satu minggu. Progesteron selain memelihara kehamilan, juga bertugas
mencegah pembuahan selanjutnya selama masa hamil.
Khasiat Fisiologi
1. Khasiat feminisasi, menimbulkan cirri-ciri kelamin wanita sekunder
2. Terhadap rahim dan tubae, Estrogen menstimulir pertumbuhan rahim,
hingga menjadi lebih besar (hyperplasia)
3. Terhadap laktasi, Estrogen mendorong pertumbuhan buah dada
4. Terhadap vagina, Estrogen menyebabkan pertandukan dari epitel mukosa
vagina
5. Retensi air dan garam, Yang mmengakibatkan udema, rasa tegang dan
nyeri pada buah dada dan bertambahnya berat badan
XV. OBAT-OBAT JANTUNG
Obat-obat jantung atau Cardiaca (bhs latin cor = jantung) adalah :
0bat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang
terganggu ke keadaan normal.
Gangguan Jantung dan Terapinya
Gangguan jantung terpenting yang dapat diobati dengan cardiac adalah
infark jantung, angina pectoris, dekompensasi dan shock jantung. Ke empat
gangguan terakhir dapat terjadi sebagai akibat infark, tetapi tidak selalu
halnya demikian.
1. Infark Jantung
Infark jantung atau thrombosis koroner, umumnya disebut serangan
jantung, adalah keadaan pada mana sebuah gumpalan darah beku
(thrombus) menyumbat suatu cabang pembuluh jantung yang menyalurkan
darah ke otot jantung. Dengan demikian sebagian jantung tak
menerima darah dan oksigen lagi dan menjadi mati (necrosis); bila
daerah tersebut terlalu luas, maka denyutan jantung akan berhenti
seluruhnya. Gejala-gejalanya : berupa nyari yang hebat sekali
dibelakang tulang dada, rasa gelisah dan takut mati, juga tidak
mampu menggerakkan kaki-tangan, sesak, muka membiru dan debar
jantung (tachycardia).
Pengobatannya dilakukan dengan analgetik narkotik (morfin, petidin
atau fentanil) dan suatu tranquillizer (diazepam, droperidol, dsb)
guna melawan nyeri dan rasa takut.
2. Angina Pectoris
Adalah : gangguan yang timbul sebagai akibat dari hilangnya
keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen bagi otot
jantung. Sebabnya adalah : penciutan arteri jantung atau infark,
adakalanya juga tachycardia tertentu, anemia yang hebat atau
penciutan aorta. Gejala-gejalanya : rasa sakit yang hebat dibawah
tulang dada yang menjalar ke pundak kiri dan lengan bagian atas,
terutama bila berjalan (naik tangga, bukit) atau segera sesudah
makan, nyeri tersebut hilang bila berhenti dan beristirahat.
Pengobatannya : dapat dilakukan dengan memperlancar penyaluran
darah dan oksigen dengan vasodilator-vasodilator koroner seperti :
prenilamin dan dipiridamol. Serangan-serangan angina akut dapat
diobati secara efektif dengan nitrogliserin, bila perlu bersama
morfin untuk analgesic dan sedasi.
Tindakan-tindakan umum yang dapat dilakukan untuk membantu
mengurangi serangan-serangan angina adalah cara hidup seperti :
- Jangan merokok (menciutkan pembuluh-pembuluh) dan melawan
overweight (diit kolesterol dan lemak)
- Menghindari beban-beban hebat secara fisik maupun mental (emosi-
emosi, stress).
- Sekurang-kurangnya berjalan 1 jam sehari guna memperbaiki
sirkulasi di jantung.
- Mengobati hipertensi bila ada (diit garam dsb)
3. Aritmia-aritmia
Gangguan-gangguan ritme dapat berupa kelainan-kelainan dalam
frekwensi (kecepatan) denyutan jantung, pada mana serambi (atrium)
atau bilik (ventriculus) berdenyut lebih cepat atau lebih lambat
dari normal yakni ± 72 denyutan/menit (tachycardia atau
bradycardia). Dapat pula karena terjadinya kekacauan dalam ritme
(irama) denyutan jantung mis : vibrasi (flutter), getaran
(fibrilasi) ataupun dengan extra systole. Keadaan-keadaan gawat ini
bersifat fatal jika tidak segera diobati dengan anti-aritmia, yang
bisa menormalisir ritme kembali. Disamping lidocain dan
disopiramida dalam hal-hal akut ini, juga banyak digunakan β-
blocker, kinidin dan prokainamida.
4. Dekompensasi Jantung
Pada gangguan ini jantung tidak mampu lagi untuk memelihara
selayaknya peredaran darah dan volume-menit (cardiac output)
menurun mis : akibat infark atau katup-katup yang tidak bekerja
sempurna, atau pula karena proses ketuaan. Gejala-gejalanya : sukar
brnafas bila berbaring (dyspnoe), cyanosis (muka membiru) dan
udema, dengan vena-vena yang memuai karena darah balik tertahan
peredarannya ke jantung. Pada hal-hal yang hebat terjadi udem paru-
paru yang sangat fatal. Pengobtan keadaan insufisiensi ini dilakkan
dengan glikosida-glikosida jantung untuk memprkuat daya kontraksi
yang terlalu lemah, terutama glikosida-glikosida digitalid
(digoksin, digitoksin). Umumnya diberikan pula suatu diuretikum
dalam dosis tinggi, mis : furosemid 500 mg i.v. guna mengeluarkan
air dari sel-sel. Juga morfin dan turunan-turunannya ternyata
efektif untuk ini dengan mekanisme kerja yang belum diketahui.
5. Shock Jantung
Adalah : salah satu komplikasi pula dari infark jantung yang sangat
ditakuti karena biasanya fatal. Sebab-sebab lain merupakan
tachycardia yang hebat, myocarditis, dsb. Pengobatan dilakukan
dengan vasodilator nitroprussid natrium, yang juga digunakan pada
keadaan-keadaan kemelut hipertensi. Dapat pula dengan nitrogliserin
bersama hidrokortison dalam dosis tinggi sekali.
XVI. OBAT-OBAT HIPERTENSI
TEKANAN DARAH (TENSI)
Jantung seringkali disamakan dengan suatu pompa, bila jantung
menguncup (kontraksi), maka dengan pesat darah dipompa keluar dan masuk ke
dalam pembuluh nadi besar (aorta) dengan tekanan yang kuat. Dari sini
kemudian darah dialirkan ke dalam arteri-arteri dan arteriole-arteriole
lainnya agar supaya dapat mencapai seluruh organ-organ dan disaring serta
dapat mengalir kembali ke jantung melalui vena-vena. Tekanan tersebut dapat
diukur dengan suatu alat pengukur khusus; tekanan darah (TD) yang biasanya
antara TD sistolis, yakni tensi diarteriole pada waktu jantung menguncup
(systole) dan TD Diastolis, yakni setelah jantung kendor kembali
(diastole). Jelas bahwa TD sistolis selalu lebih tinggi daripada TD
diastole dan dimungkinkan tensi kita senantiasa berayun-ayun antara tinggi
rendah dengan detaknya jantung.
Batas normal dari kedua tensi sukar dipastikan, tetapi umunya Td
sistolis /diastolis rata-rata 120/80 mmHg dianggap sebagai normal
(normotensi) dengan batas-batas ± 140 – 150/90 mmHg.
REGULASI TEKANAN DARAH
Tubuh memiliki suatu sistem untuk mengatur tingginya tensi, yaitu
sistem renin-angiotensi. Sel-sel tertentu dari ginjal dapat memprodusir
hormone rennin, yang dilepaskannya bila mana TD diglomeruli menurun. Hal
ini terjadi bila jumlah darah yang mengalir melalui ginjal berkurang,
karena menurunnya volume darah dikarenakan penciutan setempat dari erteri
ginjal. Dalam darah rennin bergabubn dengan suatu zat protein tertentu
menghasilkan angiotensi yang antara lain memiliki khasiat meningkatkan TD
sebagai mana neurohormon noradrenalin (vasokontriksi) dan dengan jalan
sekresi hormone aldosteron dengan retensi-natrium dengan naiknya volume
darah. Sebaliknya TD yang dipertinggi itu merintangi pelepasan lebih lanjut
dari rennin dan ginjal
Di samping regulasi hormonal tersebut masih terdapat faktor fisiologi
yang dapat mempengaruhi TD antara lain :
Volume pukulan jantung (Cardiac out put) yaitu jumla darah yang
pada setiap kontraksi dipompa keluar jantung. Semakin besar volume
ini semakin tinggi TD. Beberapa zat, mis : garam dapur (NaCl) dapat
mengikat air, sehingga volume-darah total meningkat. Sebagai
efeknya, tekanan atas dinding arteri meningkat pula dan jantung
harus memompa lebih keras untuk menyalurkan volume darah yang
bertambah. Hasilnya TD akan naik.
Kelenturan dinding arteri; Pembuluh yang dindingnya sudah
mengeras karena endapan kolesterol dan kapur(atheroma)
mengakibatkan TD lebih tinggi dibandingkan dinding yang masih
elastis.
Pelepasan neurohormon, antara lain adrenalin dan noradrenalin,
yang berkhasiat antara lain menciutkan arteri perifer hingga TD
naik. Keadaan ini terutama terjadi pada waktu emosi hebat (gelisah,
takut, marah, dsb) atau selama olahraga bertenaga, sistem saraf
adrenergik terangsang dan melepaskan neurohormon tsb. Peningkatan
noradrenalin juga disebabkan oleh situasi stress dan merokok.
HIPERTENSI
Adalah : keadaan pada mana tekanan darah lebih tinggi dari normal,
sebab hipertensi diketahui hanya ± 5% adalah akibat penyakit ginjal,
penciutan aorta, tumor dianak ginjal dan efek overproduksi hormone-hormon
tertentu yang berkhasiat meningkatkan tensi (feochromcytoma). Dalam
kebanyakan hal sebabnya tak diketahui, bentuk umu ini disebut hipertensi
esensial. Pendapat popular bahwa ketegangan dan tekanan jiwa yang terus
menerus dapat mengakibatkan hipeertensi, hingga kini belum dapat
dibuktikan, juga pada binatang-binatang percobaan.
Resiko hipertensi adalah besar sekali, TD yang terlampau tinggi
menyebabkan jantung memompa lebih keras, yang akhirnya dapat mengakibatkan
gagal jantung (decompensatio) dengan rasa sesak dan udem di kaki. Pembuluh
juga akan lebih mengeras guna menahan TD yang meningkat. Pada umumnya
resiko terpenting adalah serangan otak (stroke, beroerte, dengan kelumpuhan
separoh tubuh) akibat pecahnya suatu kapiler, dan mungkin juga infark
jantung. Begitu pula cacat pada ginjal dan pembuluh mata, yang dapat
mengakibatkan kemunduran penglihatan. Komplikasi otak dan jantung tersebut
sewring berakibat fatal, di Negara-negara barat, 30% lebih dari seluruh
kematian disebabkan oleh hipertensi.
Faktor yang dapat meningkatkan TD
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan TD secara reversible,
antara lain :
Garam, ion Natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga
memperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin.
Drop (liquorice), sejenis gulagula- yang dibuat dari Succus
liquiritiae mengandung asam glizirinat dengan khasiat retensi air
pula, yang dapat meningkatkan TD bila dimakan dalam jumlah besar.
Stres (ketegangan emosional), dapat meningkatkan TD untuk
sementara akibat pelepasan adrenalin dan noradrenalin (hormone
stress), yang bersifat vasokonstriktif. TD meningkat pula pada
waktu ketegangan fisik (pengeluaran tenaga, olah raga). Bila stress
hilang Td turun lagi.
Merokok, nikotin dalam rokok berkhasiat vasokonstriksi dan
meningkatkan TD. Merokok memperkuat efek buruk hipertensi terhadap
sistem pembuluh.
Pil antihamil, mengandung hormone wanita estrogen, yang juga
bersifat retensi garam dan air. Wanita yang peka sebaiknya
menerapkan suatu cara pembatasan kelahiran lain.
Hormon pria dan kortikosteroida, juga berkhasiat retensi air.
Setelah penggunaan hormone ini atau pil dihentikan, atau pemekaian
garam dikurangi, pada umumnya TD menurun dan menjadi normal
kembali.
Kehamilan, yang terkenal adalah kenaikan TD yang dapat terjadi
selama kehamilan. Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses di
ginjal; bila uterus direnggangkan terlampau banyak (oleh janin) dan
menerima kurang darah, maka dilepaskannya zat-zat yang meningkatkan
TD.
Tindakan-tindakan umum
Ada beberapa tindakan umum yang dapat dilakukan untuk melawan
hipertensi yang besifat ringan, misalnya hipertensi borderline (batas
tepi), dimana TD rata-rata antara 120/80 - 160/90 mmHg seperti :
Menguruskan badan, telah dibuktikan adanya hubungan erat antara
adipositas (keadaan terlalu gemuk) dan hipertensi. Berat badan
berlebihan (overweight) menyebabkan bertambahnya volume darah dan
diperluasnya sistem sirkulasi . Kebanyakan pasien hipertensi dengan
overweight akan turun tensinya bila mereka kehilangan berat
ekstranya.
Diit, mengurangi pemasukan garam sampai max 2 g/hari guna mengurangi
volume darah. Begitu pula berpantang makan dengan kolestrol untuk
membatasi resiko atherosclerosis.
Berhenti merokok, terutama menghisap rokok dengan menginhalasi
asapnya, mempertinggi resiko kematian pasien-pasien hipertensi
akibat atherosclerosis dan infark jantung. Mungkin karena CO dalam
asap mengikat haemoglobin darah sehingga tak dapat mengangkut
oksigen lagi, ditambah dengan efek vasokonstriksi dari nikotin.
Mengadakan cukup waktu istirahat dan tidur karena selama masa-masa
itu TD menurun
Gerak badan yang cukup bertenaga, meskipun TD naik pada waktu
penggunaan tenaga akut, namun olah raga secara teratur dapat
menurunkan TD.
PENGOBATAN
Hipertensi ringan sampaisedang dengan TD sampai 160/90 mmHg,
diobati dengan suatu diuretikum (saluretikum) guna mengeluarkan
garam dan air sehingga mengurangi volume darah, klortalidon, tiazida
dll.
Hipertensi yang lebih hebat dengan TD 180/105 biasanya diobati
dengan kombinasi : saluretikum, β-blocker dan vasodilator sering
kali hidralazin.
Hipertensi ganas (maligne) dengan guanetidin, diazoksida, dll.
Crises hipertensi (keadaan kemelut), diatasi dengan infuse
nitroprussid atau injeksi klonidin atau diazoksida.
Guna menghilangkan ketegangan psikis seringkali obat-obatan
tersebut ditambah dengan sedative dan tranquillizer (diazepam, dll).
EFEK SAMPING
Umumnya obat hipertensi menimbulkan efek-efek samping seperti hidung
mampet (akibat vasodilatasi mukosa), dan mulut kering, bradycardiam(kecuali
vasodilator langsung justru tachycardia mis : hidralazin), rasa letih dan
lesu, gangguan penglihatan dan lambung-usus (mual,diare), adakalnya
impotensi (terutama obat-obat sentral). Efek-efek ini sering bersifat
sementara yang hilang dalam waktu 1 - 2 minggu.
XVII. ANESTETIKA LOKAL
Anestetika lokal atau zat-zat penghalang rasa setempat adalah : obat
yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversible penerusan impuls-
impuls syaraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa
nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin. Anestetika lokal pertama adalah :
kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-
alang dipegunungan Andes (Peru). Alkaloid ini pertama kali digunakan
sebagai penghilang rasa nyeri pada pengobatan mata, kemudian pada
kedokteran gigi. Berdasarkan kemampuannya merintangi transmisi dalam batang
syaraf (nerve trunk), kokain juga digunakan anesthesia blockade saraf pada
pembedahan maupun pada anestesi spinal.
Sejak tahun 1892 dikembangkan pembuatan anestetika lokal secara
sintetis dan yang pertama adalah prokain dan benzokain pada tahun 1905,
yang disusul oleh banyak derivate lain seperti tetrakain, butakain dan
cinchokain. Kemudian muncul anestetika modern seperti lidokain (1947),
mepivakain (1957), prilokain (1963) dan bupivakain (1967).
Persyaratan
1. . Tidak merangsang jaringan
2. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
3. Toksisitas sistemis rendah
4. Efektif dengan jalan injekasi atau penggunaan setempat pada selaput
lender
5. Mulai kerjanya sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu ayng
cukup lama
6. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga
terhadap pemanasan (sterilisasi)
Khasiat dan mekanisme kerjanya
Anestesi lokal mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa
cara, misalnya : dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan
dan transmisi impuls melalui sel-sel saraf dan ujungnya. Pusat mekanisme
kerja terletak di membrane sel, seperti juga alkohol dan barbital,
anestetika lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan
permeabilitas membrane sel saraf untuk ion-natrium yang perlu bagi fungsi
saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-ion
kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane
sel saraf.
Efek-efek lain
Disamping khasiat anestesinya, anestesi lokal masih memiliki sejumlah
efek lainnya dan yang terpenting diantaranya adalah :
1. Menekan SSP; Setelah resorpsi pertama timbul stimulasi, kemudian
eksitasi, gemetar dan konvulsi. Stimulasi pusat ini disusul oleh
depresi dan terhambatnya pernafasan, yang dapat menyebabkan
kematian. Dibandingkan kokain, anestesi lokal sintetis lebih ringan
sifat merangsangnya terhadap pusat-pusat kegiatan di otak, disamping
tidak bisa menimbulkan adiksi
2. Menekan sistim kardiovaskuler; Pemberian sistemis anestesi lokal
pada kadar tinggi terutama mempengaruhi obat jantung (myocard) dan
mengakibatkan a.l : penurunan kepekaan untuk rangsangan listrik,
kecepatan penerusan impuls dan daya kontraksi jantung.
3. Vasodilatasi; Pada dosis agak besar, dimana anestetika mencapai
peredaran darah, zat-zat ini menimbulakn vasodilatasi umum akibat
langsung dari blockade saraf adrenergic. Sifat ini nyata sekali pada
prokain, tetrakain, cinchokain dan bupikain serta meningkatkan
resiko akan efek toksis. Pengecualian adalah kokain, yang justru
berkhasiat vasokonstriksi.
Efek-efek samping
Efek sampingnya adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek
kardiodepresinya (menekan fungsi jantung) dengan gejala penghambatan
pernafasan dan sirkulasi darah. Anestesi lokal dapat pula mengakibatkan
reaksi hipersensitasi, yang seringkali berupa exantema, urticaria dan
bronchospasme alergis sampai adakalanya shock anafilaksis yang dapat
mematikan. Yang terkenal dalam hal ini adalah zat-zat dari tipe ester
prokain dan tetrakain.
Penggunaan
Anestesi lokal seringkali digunakan secara parenteral pada pembedahan kecil
dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak di inginkan (zat-zat inhalasi
atau intrvena). Jenis anesthesia lokal dalam bentuk parenteral yang paling
banyak digunakan adalah :
1. Anestesi infiltrasi; beberapa injeksi diberikan disekitar jaringan
yang akan dianestisir, sehingga mengakibatkan hilangnya rasa dikulit
dan dijaringan yang terletak lebih dalam, mis : pada daerah kecil
dikulit atau gusi (pada pembuatan gigi)
2. Anestesi konduksi (penyaluran-saraf); injeksi di tulang belakang,
yaitu pada suatu tempat berkumpulnya banyak saraf, hingga tercapai
anestesia dari suatu daerah yang lebih luas, mis : lengan atau kaki,
juga digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat.
3. Anestesi permukaan; sebagai suntikan banyak digunakan sebagai
penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut geraham atau oleh
dokter keluarga untuk pembedahan kecil, seperti menjahit luka di
kulit. Anestesi permukaan juga digunakan sebagai persiapan untuk
prosedur diagnostik, seperti bronkoskopi, gastroskopi dan
sitroskopi.
4. Anestesi lokal; digunakan sebagai larutan untuk nyeri di mulut
atau tablet isap (sakit tenggorokan), tetes mata untuk mengukur
tekanan introkuler, atau mengeluarkan benda asing, juga sebagai
salep untuk gatal-gatal atau nyeri luka bakar, dalam suppositoria
anti wasir.
XVIII. RESEP
Adalah : Permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker
untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Yang berhak
menulis resep adalah :
1. Dokter
2. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut
3. Dokter hewan, terbatas pada pengobatan hewan
Dokter gigi diberi izin untuk menulis resep dari segala macam obat
dengan cara per os, parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian
lainnya, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut. Sedangkan
pembiusan/pati rasa secara umum tetap dilarang.
Resep harus ditulis dengan menyebutkan :
1. Tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscription)
2. Aturan pakai dari obat yang tertulis (signatura)
3. Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep (subscriptio)
4. Tanda buka penulisan resep R/ (invocatio)
5. Nama obat, jumlah dan cara membuatnya (praescriptio atau
ordinatio)
6. Nama pasien (sisakit)
Contoh resep
Dokter Sri Sumarsih
Jl. Sudirman No. 123
Tel. 0724 - 25919
Kotabumi
Izin Praktek No. ……….
R/ Amoksan caps 500 mg No. XV
S3 dd caps I
R/ Vit. B Kompleks tab. 50 mg No. XV
S3 dd tab I
R/ CTM tab 4 mg No. V
S1 dd tab I
Kotabumi, 05 Oktoberi 2010
Pro : Tn. Jono Paraf/Tanda tangan
dokter
Tanda Resep Segera
Jika dokter ingin resep itu dibuat segera, maka tanda-tanda ang
ditulis dan ditulis sebelah kiri atas dari blanko resep adalah :
Cito = segera
Urgent = penting
Statim = penting
P.I.M. = Periculum In Mora (Berbahaya bila ditunda)
Tanda Resep Diulang
Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep
ditulis Iteratie dan ditulis berapa kali resep boleh diulang.
Mis : Iteratie 3 Xm artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan
= 4 kali. Untuk resep yang mengandung obat narkotik, tidak dapat
ditulis Iteratie tetapi selalu dengan resep baru.
Tanda N.I.
JIka dokter melarang resep tadi diulang pembuatannya, maka dokter
menulis di sebelah atas blanko resep tanda N.I. artinya : Ne Iteratur
= tidak diulang
Membuat resep (Meracik obat)
Yang berhak membuat resep adalah :
– Apoteker
– Asisten Apoteker dibawah pengawasan Apoteker
Apotek harus menyerahkan obat kepada pasien/penderita sesuai dengan
yang tertulis dalam resep.
Tanda Dosis Sengaja Melampaui (MD = Maximal Dose)
Jika dokter sengaja member dosis yang melebihi MD, maka dibelakang
nama obatnya diberi tanda ! (seru) atau paraf dokter.
-----------------------
Terjadi :
-Absoropsi
-Disribusi
Metabolisme
-Ekskresi
&µ¶` a
w
x
U
b
'
6
O
¶
·
Æ
þ
ÿ
ÄËcdoû !,£óçÖÎÆ¾Î¾¶¾¶¨¶¨¶ ¶' Š ' "ti"taV"th—D=h*CJaJ
hœpúCJaJh?Zh?ZCJaJ
h*CJaJhŠäh*5?6?CJaJ
hÜrüCJaJhŠähÀ75?6?CJaJ
hÀ7CJaJhŠähõ"Ý5?6?CJaJ
hõ"ÝCJaJ
ht 6CJaJ
hUÊCJaJ
hÝÔCJaJ hº
hÝÔ5?B*CPecah menjadi granul dan zat aktifnya terlepas dan larut
Interaksi dengan reseptor ditempat kerja
Purin Hypoxantin Xantin Asam Urat
XO XO
XO
Alopurinol Oxypurinol
XO = Xanthinoxydase