LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK “FAKTOR GEOMETRI (MAGNIFIKASI)” Disusun Guna Memenuhi Tugas Laporan Praktek Fisika Radiodiagnostik yang Diampu oleh Sri Mulyati, S.Si, MT
Disusun oleh : Alit Nur Cahyani
(P17430113051)
Aziza Ayu Lestari
(P17430113054)
Dwi Yulian Purwandani
(P17430113057)
Hanik Neily Rizqiyah
(P17430113060)
Indah Nur Azizah
(P17430113064)
Lailatul Badriyah
(P17430113069)
Muhammad Sofyan Mubarok
(P17430113073)
Nur Wahid Abdurrohman
(P17430113077)
Sani Nafi’a
(P17430113082)
Zulfa Sofiana
(P17430113087)
PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2015
FAKTOR GEOMETRI (MAGNIFIKASI)
I.
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh factor geometric terhadap ukuran gambaran.
II.
LandasanTeori A. Pembentukan Gambar Radiografi
Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu menembus objek yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga faktor: 1.
Panjang gelombang sinar-X.
2.
Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3.
Ketebalan dan kerapatan objek. Setelah sinar-x yang keluar dari dari tabung mengenai dan menembus
obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolucen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang
sulit ditembus sinar x disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan. Bagaimana susunan objek ketika terjadi penyerapan sinar-x? Hal ini tergantung dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng
aluminium yang mempunyai nomor atom lebih rendah dibanding tembaga, mempunyai jumlah daya serap lebih rendah terhadap sinar-x dibanding satu lempeng tembaga pada berat dan daerah yang sama. Timah hitam (nomor atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-x. Karena alasan inilah ia digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk proteksi, contoh yang lainnya adalah dinding ruangan sinar-x dan pada sarung tangan khusus serta apron yang digunakan selama proses fluoroskopi. Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan juga mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik dibanding air. Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, satu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda. Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya
didefinisikan
sebagai kontras
subjek .
Kontras
subjek
tergantung pada sifat subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film yang digunakan.
B. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Radiografi 1. Pengaruh Milliampere (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan penurunan mA akan mengurangi intensitas. Sehingga semua intensitas sinar-x atau derajat
terang/brightness akan
bertambah
sesuai
dengan
peningkatan intensitas radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu, derajat terang dapat diatur dengan mengubah mA. Perlu juga dipahami bahwa intensitas sinar-x yang bervariasi akan terus membawa hubungan yang sama antara satu dengan yang lainnya. 2. Pengaruh Jarak
Dalam proses pemotretan sinar x, terdapat pengaturan jarak pemotretan yang meliputi : a.
Jarak
antara
fokus-film (Focus
Film
Distance
disingkat
FFD), disebut jugaSID (Source to Image Reseptor Distance)
b.
Jarak antara film-objek (Film Object Distance disingkat FOD)
c.
Jarak antara obyek-fokus (Object Focus Distance), disebu juga SSD (Source to Skin Distance).
Intensitas sinar-x dari suatu pola bisa diatur menjadi sama dengan cara merubah semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan, tapi dengan menggerakkan tabung mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi intensitas gambaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana. Tanpa penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas bercetak. Anda akan melihat bahwa semakin dekat cahaya ke buku, makin terang halaman itu terkena cahaya. Hal yang sama juga berlaku pada sinar-x, pada saat jarak objek ke sumber radiasi dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat; pada saat jaraknya ditambah intensitas radiasi pada objek berkurang. Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x dan cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar. Perubahan jarak hampir sama dengan perubahan mA dalam hal efeknya terhadap semua intensitas gambaran. Terhadap banyaknya
perubahan intensitas gambaran keseluruhan bila mA atau jarak diubah adalah merupakan suatu kaidah hitungan aritmetika sederhana. 3. Pengaruh Kilovolt (kV)
Perubahan
kV
menyebabkan
beberapa
pengaruh.
Pertama,
perubahan kV menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar-x dan juga total intensitas berkas sinar-x akan berubah. Hal ini terjadi dengan tanpa perubahan pada arus tabung.
C. Citra Radiografi
Telah diketahui bahwa terbentuknya citra radiografi adalah disebabkan oleh sinar-x yang setelah melalui objek tiba pada film dan merubah susunan kristal perak halide menjadi butir perak berwarna hitam. Aksi sinar-x (kombinasi sinar-x dengan layar pendar) dan cahaya sangat dilipatgandakan oleh cairan pembangkit, tahap processing selanjutnya membuat citra menjadi permanen dan dapat diamati di depan viewer. Tujuan membuat citra adalah agar citra dapat dilihat dengan jelas, untuk itu citra harus memiliki bentuk yang tegas diiringi oleh adanya kontras radiografi yang cukup. Kontras radiografi adalah perbedaan terang diantara berbagai bagian citra, bagaimana sesuai dengan perbedaan daya serap bagian tubuh terhadap sinar-x. Struktur dari objek tidak akan terlihat, bila nilai kontras disekitarnya tidak cukup. Ada tiga hal dari citra radiografi yang perlu dibedakan, yaitu : 1.
Bentuk jelas / tegas
2.
Detail / definition, menunjukan bagian kecil dari objek dapat dilihat
(ketajaman) 3.
Kontras radiografi, menunjukan perbedaan terang (hitam/putih)
4.
Distorsi, perubahan bentuk dan ukuran pada citra radiografi
D. Ketajaman Citra Radiografi
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan
sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti: a. Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran, jarak) b. Faktor Goyang ; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat c. Faktor
Fotografi atau intrinsik; yang
berhubungan
dengan
bahan
perekam citra. Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari “viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif. 1.
Faktor yang Mempengaruhi Ketajaman
a.
Faktor Citra Radiografi, meliputi :
Ketajaman dan kontras obyektif
Tingakat eksposi Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas
masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal). Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada xfoto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat
eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang. b.
Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto) Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer dapat dilihat dari segi:
Yang berhubungan dengan kualitas penerang Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras “kontras-fisual”. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik.
Yang berhubungan dengan penglihatan pemirsa Kontras
citra
radiografi
oleh
mata
kelihatnaya
dipengartuhi oleh tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat
gelap, dan detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap.
E. Kontras Radiografi
Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda : 1.
Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka.
2.
Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat
F.
Distorsi Citra Radiografi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis tentgah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
G. Ukuran Citra Radiografi
Karena
sinar-x yang
memencar
dari
focus
sifatnya
divergen
mengaklibatkan ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya. Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus-film (FFD), film-objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan pusat sinar-x. Menghitung besarnya pembesaran : Ukuran sebenarnya :
H. Detil dan Ukuran Obyek
Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan.Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati (tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita amati. Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detail gambar. Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:
Kekaburan
mengakibatkan
penurunan
kemampuan
untuk
memperlihatkan detil anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik.
Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra medik. Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring).
Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian (spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari system dan komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility) detil anatomi yang akurat.
I.
Distorsi Citra & Distorsi pada Radiografi
Citra yang dihasilkan tidak selalu menampakkan karakteristik geometric dan spasial yang sebenarnya dari bagian tubuh. Karakteristik struktur anatomi dan obyek yang dapat diubah bentuknya meliputi:
Perubahan ukuran (relative). Misalnya : elongation (pertambahan panjang), dsb.
Perubahan bentuk. Perubahan letak di dalam tubuh. Pada radiografi, kebanyakan distorsi dihasilkan dari variasi magnifikasi obyek yang berlainan tempat dan arah dari obyek tersebut terhadap berkas sinar-x. 1.
Penyebab Distorsi pada Radiografi
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa ukuran relative dan posisi dari obyek mengalami distorsi oleh karena :
Metode proyeksi pencitraan medik yang biasa digunakan pada prosedur radiografi dan floroskopi.
Variasi magnifikasi (pembesaran) obyek yang berlainan tempat dan arah dari obyek tersebut terhadap berkas s inar-x.
jarak antara garis tengah struktur sejajar film yang tidak tegak lurus dengan pusat sinar-x (Central Ray/CR).
Disebabkan oleh jarak focus-film (FFD), film-objek (FOD). Semakin dekat jarak film dengan obyek (FOD) semakin kecil bayangan penumbra yang terbentuk pada film, semakin besar jarak film dengan obyek maka semakin besar bayangan penumbra yang terbentuk pada film. Semakin tinggi jarak fokus dengan film (FFD) semakin kecil bayangan penumbra yang terbentuk pada film, begitu juga sebaliknya.
2.
Cara Untuk Mengurangi Distorsi Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengurani
efek daripada distorsi ini, antara lain :
Meminimalkan
jarak
film-obyek
/
FOD
berarti
mengurangi resiko ketidaktajaman dan mengurangi perbesaran citra/bayangan yang dibentuk pada film.
Pastikan methode proyeksi penyinaran yang diterapkan pada pasien tidak mengakibatkan (objek) dalam hal ini pasien merasa kurang nyaman sehinngga pasien cenderung bergerak dan akan
mengakibatkan ada jarak/celah antara fil dengan objek sehingga efek magnifikasi (pembesaran) semakin besar.
Sebelum melakukan eksposi, pastikan garis tengah struktur sejajar film tegak lurus dengan pusat sinar-x (Central Ray/CR).
J.
Magnifikasi Geometri pada Radiografi
Magnifikasi (pembesaran) obyek ditentukan oleh perbandingan jarak. Jarak dari focal spot ke reseptor (FFD) yang sepanjang 150 cm biasanya digunakan untuk pemeriksaan thorax agar menghasilkan magnifikasi yang sedikit dan juga untuk menghindari terjadinnya distorsi. Suatu kondisi dimana gambar pada radiograf lebih besar dari objek yang sebenarnya, disebut magnifikasi. Bagi kebanyakan pemeriksaan klinis, pembesaran terkecil mungkin harus dipertahankan. Selama beberapa situasi, namun, pembesaran yang diinginkan dan harus direncanakan dengan hatihati ke dalam pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan jenis ini disebut pembesaran radiografi. Secara kuantitatif pembesaran diukur dan dinyatakan oleh factor magnification (M), yang didefinisikan sbg berikut :
M=
M bergantung pada kondisi geometris pemeriksaan. Bagi kebanyakan radiograph yang diambil pada (SID) 100 cm, M adalah sekitar 1.1. untuk radiograph yang diambil pada 180 cm SID, M sekitar 1,05 dalam pemeriksaan radiografi biasa, hal ini tidak mungkin untuk menentukan ukuran objek. Ukuran gambar dapat diukur secara langsung dari radiograf. Dalam situasi tersebut Mboleh ditentukan dari rasio SID ke sumber untuk objek jarak (SOD):
Gambar.20-19 Magnifikasi adalah rasio antara ukuran gambar dan ukuran objek ,atau SID dan SOD.
MF
Source - to - Image receptor Distance (SID) Source - to - Object Distance (SOD)
Ukuran gambar dapat diukur secara akurat; oleh karena itu ukuran obyek yang dapat dihitung sebagai berikut: MF
Image Size Object Size
SID SOD
SOD SID
Object Size Image Size
MF akan sama untuk obyek yang ditempatkan dari central axis objek yang diletakkan di central axis jika OID adalah sama dan jika tujuannya pada dasarnya datar maka MF nya juga sama. Kesimpulannya, ada dua faktor yang mempengaruhi perbesaran gambar : SID dan OID. Meminimalkan magnifikasi: SID besar
: Gunakan SID sebesar mungkin .
OID kecil
: Letakkan objek sedekat mungkin dengan image
receptor. K. Magnifikasi
Magnifikasi /pembesaran adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam pembuatan radiografi. Pembesaran dalam radiografi disebabkan karena
adanya jarak antara obyek yang difoto dengan alat pencatat gambar(film). Walaupun obyek sudah diatur menempel diatas kaset, tetapi sesungguhnya tetap ada jarak antara permukaan atas kaset dengan film yang ada di dalamnya.
--------------------------------------------------------------------------------------FOKUS FOD = h = SOD ----------A-------B---------------
FOD = h = SOD
FFD = f = SID OFD = d = OID
-A------------B-------------------OFD = d = OID
------a---------------b-----------------------------a--------------b-----------------FILM Secarakuantitatifmagnifikasidinyatakandalam “Magnification Factor” (FaktorPembesaran)
M=
=
=
=
Pembesaranbertambahbila: JarakObyek Film (OFD) bertambah JarakFokus Film (SID/FFD) berkurang Padapemeriksaansecararadiologistidakmemungkinkanuntukmenentuka nukuranobyeksebenarnya.Untukmenentukanukuranobyeksesungguhnyadapat ditentukandenganmengukurbesargambaran/image pada image receptor. MF =
MF =
MF =
III.
=
AlatdanBahan
1. Koin 2. Soft bag 3. Penggaris 4. Alattulis
IV.
LangkahPraktikum
1. Koindisusunberjajarmenempelkaset.
2. Eksposidilakukandengantitikbidikpadakoin yang di tengahdengan FFD 100 cm, 45 kV dan 5 mAs. 3. Film diproses 4. Pembesaran yang terjadidiukur 5. Koindiaturpadajarak 10 cm, 15 cm dantepat di atas film. 6. Langkah 2 – 4 dilakukan.
7. Diambilkesimpulan 8. PadaOFD 10 cm dilakukanpemotrtandenganfariasiFFD dan dihitungpembesarnya 9. Sepont yang berisiobyekdisinari seperti padaposisiberikut :
10. Diukur berapa obyek sesungguhnya 11. Diambil kesimpulan yang diperoleh
V.
Hasil Praktikum
Percobaan ini terdiri dari 2 langkah. 1. Menyusun 3 buah koin di atas kaset dengan posisi koin menempel pada kaset. No.
Diameter Koin
Diameter Koin Pada
Sebenarnya
Film
Koin 1
2,7 cm
2,75 cm
Koin 2
2,7 cm
2,75 cm
Koin 3
2,7 cm
2,75 cm
2. Menyusun koin di atas kaset dengan ketinggian yang berbeda. No.
Koin 1
Ketinggian koin
Diameter koin
Diameter koin
dari kaset
Sebenarnya
Pada Film
0 cm
2,7 cm
2,75 cm
VI.
Koin 2
10 cm
2,7 cm
3,1 cm
Koin 3
15 cm
2,7 cm
3,3 cm
Pembahasan
Pada percobaan 1, menggunakan 3 buah koin yang disusun menempel diatas film dan menggunakan titik bidik pada pertengahan kaset. -
Koin 1 Diameter koin 1 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 2,75 cm. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang sebenarnya dengan
objek
pada
radiograf.
Hal
ini
disebut
dengan
magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel dengan kaset akan
tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan ada jarak antara permukaan kaset dengan film. -
Koin 2 Diameter koin 2 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 2,75 cm. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang sebenarnya dengan
objek
pada
radiograf.
Hal
ini
disebut
dengan
magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel dengan kaset akan
tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan ada jarak antara permukaan kaset dengan film. -
Koin 3 Diameter koin 3 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 2,75 cm. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang sebenarnya dengan
objek
pada
radiograf.
Hal
ini
disebut
dengan
magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel dengan kaset akan
tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan ada jarak antara permukaan kaset dengan film.
Pada percobaan 2, menggunakan 3 buah koin yang disusun di atas kaset dengan jarak koin terhadap kaset masing-masing 0 c m, 10 cm dan 15 cm. -
Koin 1 (jarak koin 0 cm terhadap kaset) Diameter koin 1 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 2,75 cm. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang sebenarnya dengan
objek
pada
radiograf.
Hal
ini
disebut
dengan
magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel dengan kaset akan
tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan ada jarak antara permukaan kaset dengan film. -
Koin 2 (jarak koin 10 cm terhadap kaset) Diameter koin 2 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 3,1 cm. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal ini disebut dengan magnifikasi. Penghitungan magnifikasi yang terjadi adalah: M=
M=
, ,
M = 1,14 Penghitungan magnifikasi berdasarkan teori adalah: M= M=
M = 1,11 Penghitungan magnifikasi menggunakan ukuran objek dan menggunakan jarak memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena SID tidak tepat 100 cm. Pada percobaan, yang dimaksud dengan SID adalah jarak fokus terhadap permukaan kaset. Sedangkan sebenarnya terdapat jarak antara permukaan kaset dengan film. Sehingga sebenarnya SID lebih dari 100 cm. -
Koin 3 (jarak koin 15 cm terhadap kaset)
Diameter koin 3 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 3,1 cm. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal ini disebut dengan magnifikasi. Penghitungan magnifikasi yang terjadi adalah: M=
M=
, ,
M = 1,22 Penghitungan magnifikasi berdasarkan teori adalah: M= M=
M = 1,17 Penghitungan magnifikasi menggunakan ukuran objek dan menggunakan jarak memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena SID tidak tepat 100 cm. Pada percobaan, yang dimaksud dengan SID adalah jarak fokus terhadap permukaan kaset. Sedangkan sebenarnya terdapat jarak antara permukaan kaset dengan film. Sehingga sebenarnya SID lebih dari 100 cm.
VII. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa: 1. Magnifikasi tidak dapat dihindari, karena terdapat jarak antara permukaan kaset dengan film. 2. SID berpengaruh terhadap magnifikasi. Semakin besar SID maka magnifikasi semakin kecil. 3. SOD berpengaruh terhadap magnifikasi. Semakin besar SOD maka magnifikasi semakin besar.
Saran Dari percobaan yang telah dilakukan, saran yang dapat dis ampaikan adalah: 1. Apabila hendak melakukan pemeriksaan radiografi, sebaiknya objek diletakkan sedekat mungkin dengan kaset. Hal ini dilakukan untuk mengurangi magnifikasi. 2. Apabila objek tidak dapat diatur menempel dengan kaset maka dapat diantisipasi dengan penambahan SID.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carlton, Richard R., Arlene M. Adler, 2001, Principles Of Radiographic Imaging, An Art and A Science, Third Edition, Delmar, USA
2. Carrol,
QB.,
1985,
“ Principle
of
Radiographic
Exposure
Processing
and
QualityContro”, Third Edition, USA, Charless C, Thomas Publisher.
3. Chember, H., 1983, “ Pengantar Fisika Kesehatan” (diterjemahkan oleh Achmad Toekiman), Semarang, IKIP Press. 4. Curry III, Thomas S., 1984, “ ChristensensIntroduction to The Physics of Diagnostic Radiology”, Third Edition, Lea and Eigher Philadelphia
5. Halmshaw, Ron and Kowol, Tom, ” Indikator Kualitas Gambar Radiografi Industri”, Email:
[email protected] 6. Waaler, D and Hoffman, B, ” Image Rejects/Retakes Radiographic Challenges”