Bab I Pendahuluan 1.1.
Latar Belakang Menurut Hendrik L Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu lingkungan 45%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi dasar.1,2 Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut termasuk cuci tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%, pengolahan air minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%, dan penyediaan air bersih yang menurunkan risiko 25%.3 Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) 2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang tempat (BABS) ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.2 3-6 Menurut kriteria Joint Monitoring Programme (JMP) WHO Unicef 2006 dikatakan yang memiliki akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) yaitu rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved yaitu rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri, jenis tempat BAB jenis leher angsa, dan tempat pembuangan akhir tinja jenis tangki septik. 6,7 Hasil data kepemilikan terhadap fasilitas tempat buang air secara nasional menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2007 sebesar 59,86% yang terdiri 42,79% kloset leher angsa dan 29,41% yang memiliki septik tank.7,8 Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, BPS dan Susenas 2011 proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan perdesaan sebesar 55,60% dengan target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 62,41%. Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak 72,54% di perkotaan dan 38,97% di perdesaan dengan target MDGs 2015 perkotaan yaitu 76,82% dan perdesaan yaitu 55,55%.9
1
Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS atau Open Defecation Free (ODF).10 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 implikasi dari perilaku BABS adalah diare ataupun penyakit berbasis lingkungan yang merupakan pembunuh nomor satu untuk kematian bayi di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas umum (4,2%).Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki fasilitas BAB, masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%. Proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%); sedangkan proporsi rumah tangga BAB di fasilitas milik bersama dan umum maupun BAB sembarangan di perdesaan (masingmasing 6,9%, 5,0%, dan 20,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (6,6%, 3,5%, dan 5,1%).3,5,7 Berdasarkan data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pembuangan akhir tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Masih terdapat rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL, kolam/sawah, langsung ke sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun). Proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%).7 Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum dan 38% BABS.11 Pada data yang diperoleh Mei 2014 sampai April 2015, didapatkan cakupan pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sebesar 45,86% dari target yang ditetapkan provinsi Jawa Barat yaitu 75%. Di wilayah kerja Puskesmas Tempuran pada tahun 2014, kunjungan sepuluh penyakit terbanyak sebagai berikut: ISPA, tukak lambung, myalgia, hipertensi, influenza, dermatitis, dispepsia, diare, asma, dan tifus. (lihat di tabel 1, lampiran). Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan. 1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa: 2
1. Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi lingkungan 45%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%. 2. Berdasarkan hasil studi WHO 2007, intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%. 3. Berdasarkan studi ISSDP 2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku BABS. 4. Menurut Susenas 2007 terdapat 59,86% kepemilikan terhadap fasilitas tempat buang air yang terdiri 42,79% kloset leher angsa dan 29,41% yang memiliki septik tank. 5. Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak 72,54% di perkotaan dan 38,97% di perdesaan dengan target MDGs 2015 perkotaan yaitu 76,82% dan perdesaan yaitu 55,55%. 6. Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS atau Open Defecation Free (ODF). 7. Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%). 8. Berdasarkan data Riskesdas 2013 proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%). 9. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS. 10. Pada data yang diperoleh Mei 2014 sampai April 2015, didapatkan cakupan pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran sebesar 45,86% dari target yang ditetapkan provinsi Jawa Barat yaitu 75%. 11. Di wilayah kerja Puskesmas Tempuran tahun 2014, kunjungan sepuluh penyakit terbanyak sebagai berikut: ISPA, tukak lambung, myalgia, hipertensi, influenza, dermatitis, dispepsia, diare, asma, dan tifus. 1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada program pemeriksaan jamban di UPTD Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus
3
1. Diketahuinya jumlah sarana jamban yang ada, jumlah penduduk yang menggunakan jamban, jenis jamban yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015. 2. Diketahuinya penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015. 3. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015. 4. Diketahuinya persentase akses fasilitas jamban yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015. 1.4.
Manfaat
1.4.1. Bagi Evaluator 1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah. 2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban. 3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. 4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi. 5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis. 1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi 1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi. 2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan. 3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas. 1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi 1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja Puskesmas Tempuran. Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja Puskesmas Tempuran. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik.
4
2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu dari pada pelayanan Puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 1.4.4. Bagi Masyarakat 1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tempuran. 2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang berbasis kesehatan lingkungan melalui program pengawasan jamban. 3. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerahdaerah lain di Indonesia. 4. Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang layak untuk kebutuhan seharihari. 1.5.
Sasaran Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran, DesaTempuran, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat pada periode Mei 2014 sampai April 2015.
Bab II Materi dan Metode 2.1.
Materi Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Mei 2014 sampai April
2015 di UPTD Puskesmas Tempuran, Desa Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, antara lain: 1. 2. 3.
Pendataan jumlah sarana jamban yang ada. Jumlah Rumah Tangga yang menggunakan jamban. Jenis jamban yang ada /yang digunakan. 5
Jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Hasil inspeksi jamban keluarga yang ada di wilayah kerja UPTD Tempuran. Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat. Penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban. Pencatatan dan Pelaporan
4. 5. 6. 7. 8.
2.2.
Metode Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program pengawasan jamban di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai April 2015 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
Bab III Kerangka Teoritis 3.1.
Kerangka Teoritis
6
Bagan 1.Teori Pendekatan Sistem Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu : 1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information). 2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning),
pengorganisasian
(organizing),
pelaksanaan
(actuating),
dan
pemantauan
(controlling). 3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. 5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan. 6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem. 3.2.
Tolok Ukur Keberhasilan Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan jamban. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan jamban. Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja dan jumlah sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas pembuangan tinja (jamban) yang digunakan sendiri atau bersama,yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit sesuai Kepmenkes no.852/Menkes/KS/IX/2008, dilengkapi dengan septik 7
tank/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.
Bab IV Penyajian Data 4.1.
Sumber Data Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari data sekunder, yaitu: 1. Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Tempuran Kecamatan Tempuran Tahun 2014. 2. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Tempuran. 3. Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Tempuran, Kecamatan Tempuran Periode Mei 2014 sampai April 2015. 4. Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Tempuran, Periode Mei 2014 sampai April 2015 5. Data demografi Puskesmas Tempuran Kecamatan Tempuran Tahun 2014.
8
4.2.
Data Umum
4.2.1. Data Geografis Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas DTP Poned Tempuran mempunyai wilayah kerja administratif seluruh wilayah Kecamatan Tempuran, yang memiliki luas area ± 581 km2 mencakup 9 desa, 38 dusun, 38 RW, 121 RT dan 13195 Kepala Keluarga dengan batas wilayah meliputi: Sebelah Utara : berbatasan dengan Puskesmas Lemahduhur Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa Ciparagejaya Sebelah Barat : berbatasan dengan Puskesmas Kertamukti Sebelah Timur : berbatasan dengan Puskesmas Pasirukem Sembilan desa di wilayah kerja Puskesmas Tempuran meliputi: Desa Sumber Jaya Desa Tanjung Jaya Desa Tempuran Desa Ciparage Jaya Desa Cikuntul Desa Pagadungan Desa Panca Karya Desa Purwajaya Desa Jayanegara Adapun jarak Puskesmas ke Kota Kabupaten ± 35 km dengan waktu tempuh ± 60 menit menggunakan kendaraan roda empat. Jarak terjauh dari desa ke Puskesmas yaitu desa Jayanegara dengan jarak 14 km, dan merupakan desa dengan waktu tempuh terlama yaitu 60 menit. Desa dengan transportasi sulit yaitu Desa Ciparage Jaya dan Jayanegara.
4.2.2. Data Demografi Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran berdasarkan proyeksi tahun 2014 yaitu sebesar 46 650 jiwa. Sedangkan menurut laporan hasil pendataan adalah 42 596 jiwa terdiri dari 22 019 jiwa laki-laki dan 20 577 jiwa perempuan. Klasifikasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran paling banyak adalah tidak tamat SD yaitu sebesar 51,87% dan paling sedikit tamat SMA yaitu 9,72%. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar 31,26%, pedagang sebesar 21,22%, buruh sebesar 7,8%, nelayan sebesar 7,4%, dan PNS/ABRI 2,2%. Sebagian besar penduduk beragama Islam (99,9 %).
9
4.2.3. Data Fasilitas Kesehatan Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran antara lain: a. b. c. d. e.
Puskesmas UPTD Puskesmas pembantu Puskesmas keliling Posyandu Praktek perorangan Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Perawat
: 1 buah : 1 buah : 1 buah : 42 buah
Perawat Gigi
: 1 Orang
Juru immunisasi
: 0 Orang
Petugas Gizi
: 1 Orang
: 2 orang : 1 orang : 20 orang : 13 orang
Petugas Laboratorium : 1 Orang Petugas Farmasi
: 1 Orang
Pengemudi
: 1 Orang
Petugas Kebersihan
: 3 Orang
f. Fasilitas Kesehatan
4.3.
Puskesmas
: 1 Buah.
Pustu
: 2 Buah.
Posyandu
: 42 Buah.
Balai Pengobatan Swasta
: 0 Buah
Bidan Praktek
: 5 Orang
Dokter Praktek Swasta
: 2 Orang
Polindes
: 2 Orang
Data Khusus 10
4.3.1. Masukan 1. Tenaga(Man) Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian)
: 1 Orang sebagai coordinator program dan pelaksana program.
2. Dana(Money) Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari : -
APBD
: Tersedia
-
BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
: Tersedia
3. Sarana a. Sarana medis: -
Sanitarian kit
: Tidak ada
b. Sarana non medis: -
Infocus
-
Layar
: Ada, 1 buah
-
Leaflet
: Tidak ada
-
Lembar balik
: Tidak ada
-
Poster
: Ada
-
Formulir wawancara/formulir pengawasan sarana jamban
: Ada, 1 buah
: Ada
-
Buku pedoman Kesling
: Ada, 1
-
Alat tulis
: Cukup
-
Sarana transportasi
: Ada
4. Metode (Method) Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa jumlah jamban yang ada, jumlah rumah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis jamban yang digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Data tentang jumlah jamban yang ada juga didapatkan melalui data kecamatan yaitu buku potensi desa yang disesuaikan
dengan Puskesmas Tempuran. Penyuluhan/pemicuan mengenai saran jamban yang memenuhi syarat kesehatan yang berdasarkan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Penyuluhan
dilakukan di dalam dan di luar gedung. Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat. 11
Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa binaan. Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan melalui lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang kondisi sarana jamban yang ada, rumah yang memakai jamban, akses fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh sarana
jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengawasan/inspeksi sarana jamban. Inspeksi dilakukan secara berkala 8 kali (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di wilayah kerja Puskesmas Tempuran. Pengawasan/inspeksi jamban diperiksa secara fisik dimana fasilitas pembuangan tinja dan menggunakan septik tank dengan sarana air bersih dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah. Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang jamban dan tempat penampungan tinja yang disebut septic tank. Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat
mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS. Pencatatan Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk grafik atau tabel yang
diperbaharui secara periodik (bulanan dan tahunan). Pelaporan Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan secara periodik (bulanan dan tahunan).
4.3.2. Proses 1. Perencanaan
Pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana jamban dan jumlah rumah yang menggunakan jamban.
12
Perencanaan kegiatan di buat 1 bulan sebelumnya, setahun sebelumnya. Perencanaan untuk pembuatan jadwal pengawasan/inspeksi dari jamban sehat maupun rumah sehat.
Pelaksanaan kegiatan pendataan dan inspeksi sarana jamban 8 kali (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 09.00 – 11.00 WIB.
Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali) yang berada di kantor kepala desa, desa binaan yaitu Desa Panca Karya.
Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan sosialisi program STBM.
Pencatatan dan pelaporan : - Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul 11.00 - 13.00 WIB). - Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.
2. Pengorganisasian Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:
Kepala Puskesmas H. Surisno, SKM Staff Promkes
Koordinator Kesehatan Lingkungan Amirin, AMK
Lintas Program (Bidan, Dokter, dsb) Lintas Sektoral (Ketua RW, RT) 13
Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tempuran Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi berdasarkan jabatan: a. Kepala Puskesmas (H. Surisno, SKM)
Sebagai penanggung jawab program.
Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja.
b. Koordinator Kesehatan Lingkungan (Amirin)
Koordinator program.
Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah setempat.
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas Tempuran dalam waktu tiap bulan.
3. Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara berkala: -
Pengumpulan data 1x/tahun
-
Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor.
-
Pengawasan jamban dilakukan setiap bulan, namun tidak sesuai dengan rencana yaitu 8x/bulan
-
Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
4. Pengawasan 1. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali. 2. Adanya rapat bulanan di Puskesmas Tempuran tentang hasil pencapaian program pengawasan jamban. 4.3.3. Keluaran 1. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban
14
Jumlah jamban diperiksa di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu Mei 2014 – April 2015
Cakupan Pengawasan Jamban
=
Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja
x 100%
Puskesmas dalam kurun waktu Mei 2014 - April 2015 3222** Cakupan : -------------------X 100 % = 45,86% 7026* Target Mei 2014 hingga bulan April 2015 = 75%
Kesimpulan : cakupan belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah 75 % - 45,86 % = 29,14%.
2. Persentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat Persentase
Jumlah Penduduk dengan akses terhadap
Penduduk
fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) di suatu
dengan
wilayah pada periode tertentu
akses terhadap
=
x 100%
fasilitas sanitasi
Jumlah penduduk di wilayah dan pada periode
yang layak/
yang sama
jamban sehat 14890 Presentase : -------------------X 100 % = 40,05% 42596 Target Mei 2014 hingga bulan April 2015 = 75% Kesimpulan : akses tehadap sanitasi yang layak/jamban sehat belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah 75 % - 40,05 % = 34,95%.
15
Ket : (*) diambil dari hasil data dasar penyehatan lingkungan Mei 2014 sampai April 2015. (**) diambil dari hasi rekapitulasi laporan bulanan penyehatan lingkungan Mei 2014 sampai April 2015
3. Pencatatan dan pelaporan Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil inspeksi pengawasan jamban yang terdiri dari jumlah jamban yang ada serta jumlah jamban yang
memenuhi syarat. Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran.
Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
4.3.4. Lingkungan 1. Lingkungan Fisik - Lokasi : Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Walaupun sebagian jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan yang belum diaspal tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan. - Iklim : Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan beberapa tempat becek dan sering banjir. - Kondisi Geografis : Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban. Berdasarkan keterangan petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran tidak mempengaruhi. 2. Lingkungan Non Fisik - Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu sebagian besar tidak tamat SD. - Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti di sungai, selokan, sawah, dan kebun yang mempengaruhi keberhasilan program. - Adanya kebiasaan di masyarakat bahwa jika tidak BAB di sungai maka tidak akan keluar. 4.3.5. Umpan Balik 1.
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan. 16
2.
Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program pengawasan jamban selanjutnya.
Bab V Pembahasan Masalah Tabel 1.Variabel-Variabel dari Masalah No Variabel 1. Keluaran - Cakupan
hasil
Tolok Ukur Target total provinsi Jawa
Pencapaian Puskesmas
Masalah Puskesmas
Barat
Tempuran
Tempuran
75%
45,86%
(+) 29,14%.
75%
34,95%
(+) 40,05%
pengawasan/ inspeksi jamban - Persentase rumah
penduduk dengan akses
fasilitas
sanitasi
yang
layak/jamban 2.
sehat Masukan - Tenaga (Man)
Tersedianya petugas sebagai
1 orang tenaga yang
koordinator dan pelaksana
merangkap sebagai
program pengawasan jamban
koordinator dan
yang terampil di bidangnya.
pelaksana program
(+)
pengawasan jamban yang terampil/kompeten di bidangnya, namun tidak mencukupi karena wilayah kerja yang luas. - Dana (Money)
Tersedianya dana yang berasal Tidak APBD untuk petugas
ada
laporan
(+)
penggunaan dana secara terperinci.
17
- Sarana (Material)
-
Sanitarian kit
- Tidak Ada
-
Infocus
- Ada, 1 buah
-
Layar
- Ada
-
Leaflet
- Tidak Ada
-
Lembar balik
- Tidak Ada
-
Poster
- Ada
-
Formulir
- Ada
(+)
wawancara/formulir pengawasan jamban
- Metode (Method)
- Ada
-
Buku pedoman Kesling
-
Alat
tulis,
- Cukup
sarana
Transportasi
1. Pendataan
(+)
dilakukan tetapi 1. Pendataan
terbatas pada jumlah jamban yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat. Tidak ada pendataan jenis jamban tersebut. 2. Penyuluhan lebih terfokus di dalam
2. Penyuluhan
tentang
sarana
gedung dan
jamban yang memenuhi syarat
posyandu.
kesehatan di dalam dan di luar
Penyuluhan di luar
gedung.
gedung kurang. 3. Pengawasan/ inspeksi jamban
3. Pengawasan/inspeksi jamban.
sarana
dinilai secara fisik saja, dan dilakukannya tidak menentu
18
4. Tidak dilakukan pemetaan sarana 4. Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat
jamban yang memadai 5. Pencatatan dan pelaporan sesuai
5. Pencatatan dan pelaporan
3.
Proses - Pengorganisasi an
Dibentuk struktur organisasi,
Struktur organisasi
kepala puskesmas sebagai
sudah jelas, namun
penanggungjawab program,
koordinasi belum
melimpahkan kekuasaan kepada
optimal koordinasi di
Koordinator program
lintas program dan
(programmer), kemudian
lintas sektoral
(+)
melakukan koordinasi dengan pelaksana program. - Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan
- Dilakukan pendataan
metode yang telah ditetapkan,
hanya saja tidak ada
dilaksanakan secara berkala :
data jenis jamban
pengumpulan data 1x/tahun,
yang digunakan.
Pengawasan jamban 8x/sebulan, Penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh
(+)
- Dilakukan perencanaan. - Pengawasan sarana
petugas kesehatan lingkungan
jamban belum
melalui lintas program dan lintas
dilakukan sesuai
sektor.
jadwal. - Penyuluhan hanya terbatas di posyandu saja serta kurangnya sarana dan prasarana 19
penunjang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. - Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat. - Pengawasan
1. Pencatatan setiap
- Adanya pencatatan
bulan/tahunan dan pelaporan
setiap bulan dan
secara berkala tentang kegiatan
tahunan dan
pengawasan jamban ke tingkat
pelaporan secara
Kabupaten minimal 1 bulan
berkala tentang
sekali.
kegiatan pengawasan
(-)
jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 2. Rapat bulanan di Puskesmas
bulan sekali. - Adanya rapat bulanan.
4.
Umpan Balik
- Adanya rapat kerja bulanan - Dilakukan rapat kerja dengan Dinas satu bulan satu kali yang membahas laporan kegiatan
evaluasi
program
yang telah dilaksanakan.
(-)
bulanan - Dilakukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5.
Lingkungan -
Fisik
- Lokasi
Berdasarkan keterangan petugas antara lain : - Terdapat
banyak
(-) 20
saluran
irigasi
di
sekitar tempat tinggal penduduk,
terdapat
area persawahan di semua wilayah kerja, dan masih banyak - Keadaan sosial ekonomi
-
Non-Fisik
bilik-bilik
masyarakat dapat
disekitarnya
mempengaruhi keberhasilan
digunakan penduduk
program. - Tingkat pendidikan dapat
yang
sebagai tempat BAB. - Sebagian besar
mempengaruhi keberhasilan
penduduk bermata
program
pencaharian petani
- Perilaku masyarakat terhadap penggunaan sarana jamban dapat mempengaruhi keberhasilan program.
(+)
31,26% - Tingkat pendidikan masih rendah yaitu
(+)
tidak tamat SD 51,87% . - Perilaku masyarakat yang masih BAB sembrangan seperti selokan, sawah, kebun mempengaruhi keberhasilan program.
Bab VI 21
Perumusan Masalah 6.1.
Masalah Sebenarnya (menurut keluaran) 1. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 45,86% dari target 75%, besar masalah 29,14%. 2. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 40,05% dari target 75%, besar masalah 34,95%.
6.2.
Masalah dari unsur lain (penyebab)
6.2.1. Masukan 1.
Tenaga (Man) Adanya 1 orang petugas sebagai koordinator program dan pelaksana program, namun hal ini tidak mencukupi karena wilayah kerja yang luas.
2.
Dana (Money ) Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci khususnya di bagian kesehatan lingkungan.
3.
Sarana (Material) Tidak ada leafet dan lembar balik yang mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.
4.
Metode (Method) Tidak ada pendataan tentang jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, dan tidak ada pemetaan tentang sarana jamban yang memenuhi syarat.
6.2.2. Proses 1.
Pengorganisasian Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.
2.
Pelaksanaan Pendataan jenis jamban yang digunakan belum dilakukan, pengawasan jamban belum dilakukan sesuai dengan jadwal, dan penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan tentang penting sarana jamban yang memenuhi syarat kepada masyarakat. Tidak dilakukannya pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
22
3.
Pengawasan dan Pelaporan Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan
laporan secara berkala tentang kegiatan
pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali sudah dilakukan. 6.2.3. Lingkungan 1. Fisik Terdapat banyak saluran irigasi di sekitar tempat tinggal penduduk, terdapat area persawahan di semua wilayah kerja, dan masih banyak bilik-bilik disekitarnya yang 2.
digunakan penduduk sebagai tempat BAB. Non-Fisik Perilaku masyarakat yang masih BABS seperti di sungai, selokan, sawah, kebun mempengaruhi keberhasilan program.
Bab VII Penyelesaian Masalah 23
7.1.
Masalah I Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 45,86% dari target 75%. Penyebab antara lain : Tenaga Kurangnya tenaga yang terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Tempuran. Dana Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci. Pengorganisasian Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban. Pelaksanaan Tidak ada pendataan tentang jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, dan tidak ada pemetaan tentang sarana jamban yang memenuhi syarat. Pengawasan dan pelaporan Dilakukan pendataan hanya saja tidak ada data jenis jamban yang digunakan, pengawasan sarana jamban belum dilakukan sesuai jadwal. Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan tentang pengawasan jamban sehat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran Penyelesaian antara lain : Tenaga 1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas. 2. Penyehatan tenaga kesehatan diluar Puskesmas (tenaga kontrak) Dana Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada Puskesmas, mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas. Pengorganisasian Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain. Pelaksanaan Hal ini sebenarnya disebabkan keterbatasan dari tenaga dan kurangnya kerjasama lintas program, dan jadwal pengawasan jamban yang dilakukan tidak sesuai jadwal. Sehingga perlu meningkatkan kerjasama lintas program dan meningkatkan kedisiplinan dalam kegiatan pengawasan jamban agar sesuai dengan jadwal. Pengawasan dan pelaporan Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.
7.2.
Masalah II Persentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 40,05% dari target 75%. 24
Penyebab antara lain : Pengorganisasian Belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban. Metode Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat padahal sudah ada data pencatatan setiap bulan tentang jumlah jamban yang memenuhi syarat. Pelaksanaan Penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sehingga sasaran target penyuluhan kurang. Lingkungan - Fisik Terdapat banyak saluran irigasi di sekitar tempat tinggal penduduk, terdapat area persawahan di semua wilayah kerja, dan masih banyak bilik-bilik disekitarnya yang digunakan penduduk sebagai tempat BAB. - Non-Fisik Perilaku masyarakat yang masih BABS menjadi suatu tradisi atau kebiasaan hidup. Penyelesaian antara lain : Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program, koordinator dengan pelaksana serta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya. Melakukan pemetaan jamban yang memenuhi syarat sesuai dengan pencatatan bulan yang ada. Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan tentang pentingnya sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan masyarakat
sehingga mengubah
sikap dan perilaku
dalam hal BABS. Mulai
mensosialisasikan dan menerapkan sistem program STBM yang salah satu pilarnya adalah ODF atau stop BABS.
25
Bab VIII Penutup 8.1.
Kesimpulan Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program
Pengawasan Jamban di UPTD Puskesmas Tempuran periode Januari hingga Desember 2014 dikatakan belum berhasil sebab tidak sesuai dengan Tolokukur yang sudah ditentukan. Dari hasil kegiatan program, didapatkan : 1.
Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 7026 dan jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 6024.
2.
Tidak ada pendataan jenis jamban yang digunakan.
3.
Tidak ada pemetaan sarana jamban yang memandai.
4.
Tidak ada data tertulis tentang penyuluhan sarana jamban sehat. 26
5.
Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 45,86% dari target 75%.
6.
Persentase rumah penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 40,05%.
8.2.
Saran
8.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program:
Memantau (supervise) kegiatan pengawasan jamban keluarga dengan cara membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang dan pelaksana program
mengenai kendala apa saja yang ditemui. Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat dalam
inspeksi jamban keluarga. Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang layak/jamban sehat.
8.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan jamban sehat
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dengan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), bidan desa dan sebagainya. Mengoptimalkan kerjasama lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan, melakukan pelatihan dan memotivasi untuk memberdayakan kader masyarakat dalam pengawasan jamban sehat dan
kegiatan BABS pada daerah tersebut (lintas sektoral). Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan untuk
pengawasan jamban sehat. Meningkatkan partisipasi dari masyarakat setempat dalam usaha pembuatan jamban sehat dengan salah satu cara dibentuk kelompok arisan jamban yang dilakukan oleh setiap 10 rumah dengan membayar iuran sebesar Rp 10.000 – Rp 20.000 per bulan. Setelah uang tersebut terkumpul dapat digunakan untuk biaya pembuatan jamban di masing-masing peserta. Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan jambanpada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
27
Daftar Pustaka 1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta. 2011 2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004 3. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 tahun 2013. Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
(STBM),
2013.
Diunduh
darihttp://new.pamsimas.org/data/2013/suratedaran20Menke2013.pdf. 22 September 2014. 4. Saatnya Memilih yang Lebih Baik Bukan Sekedar Membangun Jamban. Pronpinsi Jawa Barat, 2010. Diunduh dari http://www.diskes.jabarprov.go.id, 22 September 2014. 5. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Diunduh
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf. 22 September 3014 6. UNICEF. Air, Lingkungan, Sanitasi dan Kebersihan. Jakarta : UNICEF.2012. 7. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Diunduh
dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf, 22 September 2014 8. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2009. 9. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2011. Memastikan Kelestarian Hidup. Jakarta : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembanguan Nasional (BAPPENAS);2012.h.86-9. 10. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan. Karawang : Kegiatan Pengembangan dan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan APBD II; 2014. 11. Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang tahun 2014 – 2018.Diunduh dari https://www.google.com/url.ppsp.nawasis.dokumenperencanaansanitaspokjakab.karawang
.
22 September 2014.
28
Lampiran
29
Tabel 1. Kunjungan Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak UPTD Puskesmas Tempuran 2014 No.
Nama Penyakit
Presentase
1. ISPA 22.32% 2. Tukak lambung 13,04% 3. Myalgia 7,58% 4. Hipertensi 6,95% 5. Influenza 5,79% 6. Dermatitis 4,55% 7. Dyspepsia 3,77% 8. Diare 3,51% 9. Asma 2,98% 10. Tifus 2,48% Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tempuran, 2014 Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 No
Nama Desa
Jumlah Penduduk Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Sumber Jaya
3049
2846
5895
2
Tanjung Jaya
2701
2518
5219
3
Tempuran
2449
2284
4733
4
Ciparage Jaya
2925
2748
5673
5
Cikuntul
2756
2570
5326
6
Pagadungan
2550
2385
4935
7
Panca Karya
2162
2019
4181
8
Purwa Jaya
2030
1903
3933
9
Jaya Negara
1397
1304
2701
22019
20577
42596
Jumlah
Tabel 3. Mata Pencaharian atau Pekerjaan Penduduk Kecamatan Tempuran Tahun 2014 No
Nama Desa
Mata Pencaharian/Pekerjaan Petani
Pedagang
Buruh
Nelayan
PNS/ABRI Lain-lain
30
1
Sumber Jaya
576
375
145
65
33
512
2
Tanjung Jaya
678
232
135
-
23
458
3
Tempuran
406
394
283
-
20
473
4
Ciparage Jaya
534
320
80
117
75
482
5
Cikuntul
138
80
-
762
8
424
6
Pagadungan
460
432
170
-
31
468
7
Panca Karya
408
318
76
-
19
352
8
Purwa Jaya
451
256
47
-
43
341
9
Jaya Negara
300
275
50
-
32
281
3951
2682
986
944
284
3791
Jumlah
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 No
1
Nama Desa
Sumber Jaya
Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
737
426
380
116 31
2
Tanjung Jaya
609
330
207
95
3
Tempuran
678
211
121
157
4
Ciparage Jaya
726
325
242
63
5
Cikuntul
936
176
108
33
6
Pagadungan
497
317
236
218
7
Panca Karya
545
184
137
233
8
Purwa Jaya
551
216
211
49
9
Jaya Negara
317
211
105
84
5596
2396
1747
1048
Jumlah
Tabel 5. Data Umum Jenis Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Tempuran meliputi : • Puskesmas Pembantu (PUSTU) :2 • Polindes :2 • Puskesmas Keliling (PUSLING) :1 • Balai Pengobatan Swasta :0 • Praktek Dokter Swasta :2 • Praktek Bidan Swasta :5 • Klinik 24 jam :2 • Posyandu : 42 • Posbindu :9 • Kader Posyandu : 210 • Paraji : 21
Tenaga kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Tempuran, yaitu : • Dokter Umum :3 • Dokter Gigi :1 • Bidan Puskesmas :1 • Bidan PONED :6 • Bidan Desa : 11 • Perawat :2 • Perawat Gigi :1 • Analisis Kesehatan :1 • Tenaga non medis / administrasi :3 • Pesuruh (OB) :3 32
• Sopir
:1
Tabel 6. Data Dasar Penyehatan Lingkungan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tempuran Periode Mei 2014 – April 2015 No
Kelurahan /
Jumlah
Jumlah
Desa
Pendudu
KK yang
k
Ada
Jumlah Rumah
Jumlah Jamban Keluarga (Jaga) Yang Ada
MS
1.
Sumber Jaya
5.895
1.938
1.570
733
670
2.
Tanjung Jaya
5.219
1.428
1.201
1.423
1.048
3.
Tempuran
4.733
1.575
1.180
1.048
950
4.
Ciparage Jaya
5.673
1.549
1.269
883
800
5.
Cikuntul
5.326
1.551
1.182
661
547
6.
Pagadungan
4.935
1.677
1.160
925
843
7.
Panca Karya
4.181
1.272
1.210
942
850
33
8.
Purwa Jaya
3.933
1.279
1.120
199
150
9.
Jaya Negara
2.701
926
640
212
166
42.596
13.195
10.532
7.026
6.024
Jumlah
Tabel 7. Laporan Tahunan Pemeriksaan Jamban Sehat UPTD Puskesmas Tempuran Periode Mei 2014 – April 2015 No
Kelurahan / Desa
Jumlah Jamban Keluarga (Jaga) Yang Diperiksa
MS
1.
Sumber Jaya
489
476
2.
Tanjung Jaya
446
442
3.
Tempuran
338
376
4.
Ciparage Jaya
368
344
5.
Cikuntul
373
371
6.
Pagadungan
359
331
7.
Panca Karya
353
333
8.
Purwa Jaya
258
147
9.
Jaya Negara
188
158
Jumlah
3.222
2.978
34
Struktur Organisasi Program Pengawasan Jamban di UPTD Puskesmas Tempuran Kecamatan Tempuran Kepala Puskesmas H. Surisno, SKM
Staff Promkes Ucu, Am. Keb
Koordinator Kesehatan Lingkungan Amirin, AMK
Lintas Program (Bidan, Dokter, dsb) Lintas Sektoral (Kepala desa, ketua RW, RT)
Kader-kader& Sanitarian setempat
35
Form Penilaian Jamban Sehat
Nama
:
Alamat : JenisJambanYang Dimiliki: Cemplung Tanpa Tutup
Leher Angsa
Cemplung Dengan Tutup
Sharing
Tidak Ada
No.
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah jamban anda memiliki atap?
YA
TIDAK
2
Apakah jamban anda memiliki rangka dan dinding?
YA
TIDAK
36
3 4 5 6 7
Apakah slab/dudukan jamban yang ada sudah aman? Apakah jamban yang ada menimbulkan bau yang tidak sedap? Apakah ada penutup lubang di lubang jamban yang ada? Adakah fasilitas penampungan air dan sabun untuk cuci tangan? Apakah jarak jamban/sumur tinja dengan sumber air lebih dari 10 M?
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
37