Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Promosi Kesehatan
Oleh :
SITI KHOTIJAH
PO.71.24.4.13.028
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
PROGRAM D-IV KEBIDANAN KLINIK JAYAPURA 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Evaluasi Penatalaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan".
Dengan segala keterbatasan yang ada, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan adanya saran-saran dari semua pihak guna melengkapi makalah ini.
Penyusun makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyusun makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Demikian penyampaian dari penyusun, sehingga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi usaha kita semua dalam mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Semoga makalah ini dapat berguna serta bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Jayapura, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Promosi Kesehatan
2.1.1 Individual 3
2.1.2 Kelompok 4
2.1.3 Massa 5
2.2 Proses Evaluasi 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
Daftar Pustaka 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara harafiah evaluasi berasal dari kata to evaluate, yang diberi awalan (prefix) e- dan akhiran (suffix) –tion. Evaluasi berarti menilai atau memberi nilai. Memang dalam evaluasi terlibat kegiatan memeberi penilaian (judgement).
Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses menajemen, termasuk menejemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dan apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana teknik individu?
1.2.2 Bagaimana teknik kelompok?
1.2.3 Bagaimana teknik Massa?
12.4 Bagaimana pelaksanaan evaluasi promosi kesehatan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui teknik individu
1.3.2 Untuk mengetahui teknik kelompok
1.3.3 Untuk mengetahui teknik massa
1.3.4 Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi promosi kesehata
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode Promosi Kesehatan
2.1.1 Individual
Metode ini di gunakan apabila promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sasaran komunikasi lainnya, misalnya telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan dengan klien dapat saling dialog, saling merespons dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan, antara lain:
Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Councelling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
Wawancara (interview)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2.1.2 Kelompok
Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini di gunakan untuk sasara kelompok. Sasaran kelompok di bedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil kalau kelompok sasaram terdiri antara 6 – 15 orang, sedang kelompok besar bila sasaran di atas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode promosi kesehatan kelompok juga di bedakan menjadi 2 yaitu :
Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil,misalnya: diskusi kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role play), kelompok kecil (buzz group) metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu di bantu dengan alat bantu atau media, misalnya : lembar balik (flip chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.
Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya : metode ceramah yang di ikuti atau tanpa di ikuti dengan Tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu di bantu pula dengan alat bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.
2.1.3 Massa
Apabila sasaran promosi kesehatan adalah massal atau public, maka metode – metode dan teknik promosi kesehatan tersebut tidak akan efektif, karena itu harus di gunakan metode promosi kesehatan massa. Merancang metode promosi kesehatan massal memang paling sulit, sebab sasaran publik sangat hiterogen, baik di lihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosial-budaya dan sebagainya. Kita memahami masing-masing kelompok sasaran sangat variatif tersebut berpengaruh terhadap cara merespons, cara mempersepsikan dan pemahaman terhadap pesan – pesan kesehatan. Padahal kita harus merancang dan meluncurkan pesan-pesan kesehatan tersebut kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang sama. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk massa yang sering di gunakan adalah :
Ceramah umum (public speaking), misalnya di lapangan terbuka dan tempat – tempat umum (public place).
Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise. Penyampaian pesan melalui radio dan TV ini dapat di rancang dengan berbagai bentuk, misalnya : sandiwara (drama), talk show, dialog interaktif, simulasi, spot dan sebagainya.
Penggunaan media cetak, seperti Koran, majalah, buku, leaflet, selebaran, poster, dan sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak ini juga bermacam – macam, antara lain : artikel, Tanya jawab, komik, dan sebagainya.
Penggunaan media di luar ruangan, misalnya : billboard, spanduk, umbul – umbul dan sebagainya.
2.2 Proses Evaluasi
Menentukan apa yang akan dievaluasiMerancang desain (metode)
Menentukan apa yang akan dievaluasi
Merancang desain (metode)
menentuka
Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisisMembuat kesimpulan dan pelaporanMenyusun rencana dan instrumen
Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis
Membuat kesimpulan dan pelaporan
Menyusun rencana dan instrumen
Dari gambar daur evaluasi di atas tampak bahwa evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah berikut.
Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi. Apakah itu rencananya sumber daya, proses pelaksanaan, keluaran, atau bahkan dampak suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang jelas.
Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus.
Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau beberapa aspek, yang sebenarnya mengikuti rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku seperti riset umumnya dalam penerapannya. Rancangan riset ini sangat bervariasi mulai dari yang amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit bergantung pada tujuan dan kepentingan evaluasi itu sendiri.
Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah mengembangkan instrumen pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi.
Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.
Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan dengan kebutuhan atau permintaan. Lain pihak sesuai dengan bentuk penyajian atau pelaporan yang berbeda.
Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi 2 langkah terpenting yaitu, (1) menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi, dan (2) merancang metode (cara) melaksanakannya.
Menetapkan apa yang dievaluasi
Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini merupakan langkah terpenting dalam melakukan evaluasi
Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling penting dan paling sederhana adalah dengan membahas dan membuat kesepakatan dengan pihak yang meminta evaluasi. Bila orang yang terlibat berjumlah kecil sehingga dapat dengan mudah berbagi pendapat. Bila jumlah yang terlibat besar sekali, dapat digunakan cara Delphi. Cara ini adalah cara membuat keputusan berdasarkan konsesus suara terbanyak. Pilihan-pilihan terakhir diajukan dan setiap orang diminta menulis pilihannya dan memasukkan ke dalam amplop tertutup. Kemudian secara objektif dan transparan amplop dibuka dan dilakukan perhitungan. Pilihan terbanyak merupakan pilihan yang disepakati.
Cara yang paling teliti adalah dengan mengkaji secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi menurut unsur-unsur sistem, yaitu (a) masukan (input), (b) proses (process), (c) keluaran (output), (d) efek (outcome), (e) dampak (impact), (f) umpan balik (feedback), serta (g) lingkungan (environment).
Cara yang praktis ialah dengan membuat suatu proses yang runtut. Cara ini dipakai oleh Carol Weiss (1972), yang membuat penentuan berdasarkan logika, sebagaimana digambarkan sebagai beriku
apakah apakah
Perubahan keadaanPerubahan perilaku/ lingkunganSuatu intervensi (misalnya Pelatihan)
Perubahan keadaan
Perubahan perilaku/ lingkungan
Suatu intervensi (misalnya Pelatihan)
menyebabkan menyebabkan
Memilih atau merancang desain evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam melakukan evaluasi. Tergantung tujuan dan sumber daya yang dimiliki, desain evaluasi dapat sederhana, dapat pula sangat canggih. Michael Ibrahim membuat urutan desain menurut kekuatan kesimpuland dari hasil evaluasinya. Beliau membagi cara evaluasi menurut yang (a) non-riset, (b) riset non-eksperimental dan (c) riset eksperimental.
Termasuk yang non-riset adalah leluson (anecdote), cerita-cerita hikayat (story), dan pendapat-pendapat ahli maupun orang awan. Sedangkan termasuk riset non-eksperimental adalah survey sedehana sampai canggih, study kasus-kelola (case control study) dan study kohor (cohort study). Riset yang bersifat eksperimental mulai dari desain eksperimen lapangan masyarakat sampai dengan laboratorium.
Pada prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan lainnya. Karakteristiknya ialah dalam indikator yang disamping memakai indicator epidemologik sebagai indikator dampak seperti upaya kesehatan lainnya, dalam mengukur efek, lebih menggunakan indikator perilaku.
Setelah apa yang akan dievaluasi telah ditetapkan, indikator telah dikembangkan, dan desain serta rencana pelaksanaan sudah rapi, masih perlu diingat beberapa hal berikut agar evaluator tidak begitu saja membuat kesimpulan akan temuannya berdasar pengamatan dan pengukuran. Sebab yang diamati dan diukur adalah manusia dan masyarakat yang sangat dinamis dan melakukan berbagai perubahan atau penyesuaian. Di antara faktor penting yang perlu diperhatikan ialah waktu.
Seorang ahli (Green,1986) mengamati sebagai berikut :
Evaluasi yang relatif dan terlalu cepat, sehingga ketika evaluasi dilakukan upaya atau kegiatan belum menghasilkan apa-apa. Namun setelah ditinggalkan baru tampak pengaruhnya.
Sebaliknya dapat juga terjadi ketika evaluasi dilakukan tanpa hasil yang baik, namun setelah ditinggalkan keadaan kembali seperti semula.
Ini sering terjadi pada kampanye dengan insentif materi yang kemudian perubahan menghilang ketika insentif tidak lagi diberikan.
Atau kadang-kadang dalam waktu singkat memberi hasil negatif, misalnya penolakan, tetapi kemudian orang akan mengikutinya juga dengan sukarela.
Ada juga perubahan cepat terjadi, tetapi sebenarnya perubahan itu akan terjadi juga hanya intervensi yang dilakukan merupakan penguat.
Yang paling buruk ialah yang menyebabkan keadaan bertambah buruk. Ini bila suatu kegiatan dihentikan mendadak atau tidak berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi promosi kesehatan adalah suatu yang harus dilakukan di setiap upaya promosi kesehatan, karena di samping bagian integral upaya itu sendiri, juga perlu untuk kesinambungan upaya tersebut. Berbeda dengan berbagai indikator yang bersifat non-prilaku yang dapat dibuat standartnya, maka untuk promosi kesehatan indikator dan parameternya dapat berubah tergantung pada kegiatan yang dievaluasi ( apa, di mana, oleh siapa, bilamana) dan tahapan evaluasinya juga tergantung pada pengaruh lingkungan (budaya). Oleh karena itu, penentuan apa yang akan dievaluasi serta kemampuan mengembangkan indikator serta desain evaluasinya sangat penting. Hal terakhir yang juga perlu diperhatikan ialah untuk siapa evaluasi itu dilaksanakan dalam rangka membuat sajian laporan.
3.2 Saran
Masih perlu diingat beberapa hal berikut agar evaluator tidak begitu saja membuat kesimpulan akan temuannya berdasar pengamatan dan pengukuran. Sebab yang diamati dan diukur adalah manusia dan masyarakat
Daftar Pustaka
Green LW & Lewis FM (1986). Measurement and Evaluation in Health Education and Health Promotion (Palo Alto, CA : Mayfiel).
Http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/tahapan-promosi-kesehatan