BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu realisasi pembelajaran kreatif dan bermakna dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis budaya (Fitroh dan Hikmawati, 2015). Hal itu sangat beralasan karena pembelajaran berbasis budaya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga akan mudah dipahami dan bisa memiliki daya tarik yang besar untuk dipelajari. Apalagi pada kurikulum 2006 dan 2013 menonjolkan peningkatan kemampuan siswa terhadap budaya dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Namun di sisi lain, dengan adanya modernisasi yang berdampak pada mengikisnya nilai budaya luhur bangsa kita. Terjadinya hal ini karena kurangnya penerapan dan pemahaman terhadap pentingnya nilai budaya dalam masyarakat (Fitroh dan Hikmawati, 2015). Padahal nilai budaya merupakan hal yang penting untuk ditanamkan dalam setiap individu sejak dini, agar setiap individu mampu lebih memahami,memaknai, dan menghargai serta menyadari pentingnya nilai budaya dalam menjalankan setiap aktivitas kehidupan. Penanaman nilai budaya dapat dilakukan melalui lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan masyarakat. Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam masyarakat. Sedangkan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat. Salah satu yang dapat menjembatani antara pendidikan dan budaya adalah etnomatematika Semua peserta didik mengakui bahwa matematika itu penting, namun sebagian besar masih kesulitan dalam mempelajarinya. Persoalan ini muncul karena adanya konflik budaya, ketidaksesuaian tradisi budaya yang mereka temukan di luar sekolah yaitu di rumah dan di masyarakat dengan apa yang mereka temukan di sekolah. Pengajaran matematika bagi setiap orang seharusnya disesuaikan dengan budayanya (D’Ambrosio, 2003). Hal yang sama dikemukakan bahwa kehadiran matematika yang bernuansa budaya akan memberikan konstribusi yang besar terhadap matematika sekolah, karena sekolah merupakan institusi sosial yang
Page 1
berbeda dengan yang lain sehingga memungkinkan terjadinya sosialisasi antara beberapa budaya. Di sisi lain telah ada penelitian yang mengeksplorasi etnomatematika pada masyarakat Sidoarjo oleh Inda Rachmawati pada tahun 2012,yang dapat digunakan sebagai bahan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran. Sehingga berdasarkan alasan dan penjelasan di atas penulis mengusulkan penelitian yang berjudul “ Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Etnomatematika Pada Materi Bangun Datar” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana mengembangkan perangkat etnomatematika pada materi bangun datar ?
pembelajaran
berbasis
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika yang dikembangkan ? 3. Bagaimana respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika yang dikembangkan dan kegiatan pembelajaran yang digunakan ?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika pada materi bangun datar. 2. Menelaah kualitas perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika pada materi bangun datar dilihat dari penilaian validator. 3. Menelaah respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang telah dikembangkan.
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Page 2
Dalam penelitian ini produk yang diharapkan adalah berupa RPP, LKS, dan hand out berbasis etnomatematika untuk mengajarkan materi bangun datar. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis. Penelitian yang akan dilakukan diharapkan secara teoritis mampu memberikan kontribusi terhadap pembelajaran matematika terutama perangkat pembelajaran yang digunakan, yaitu RPP, LKS, dan hand out berbasis etnomatematika. 2. Manfaat Praktis a. Guru 1) Dapat memberi alternatif perangkat pembelajaran matematika yang berbasis etnomatematika. 2) Dapat memotivasi agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan perangkat pembelajaran. b. Siswa 1) Dapat memberi alternatif sebagai sumber belajar dalam memperlajari materi bangun datar. 2) Hasil peneletian ini diharapkan dapat menjadi motivasi dalam usaha meningkatkan kemampuan matematika siswa. c. Pengambil Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan penggunaan etnomatematika dalam pembelajaran matematika di kelas
Page 3
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian. 1. Asumsi. a. Siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sungguhsungguh, sehingga data yang diperoleh tentang aktivitas siswa menunjukkan keadaan yang sebenarnya. b. Siswa mengerjakan tes hasil belajar secara individual dan dengan sungguh-sungguh, sehingga data yang diperoleh mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. c. Guru dan siswa mengisi angket tentang perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika ini dengan jujur, sehingga data yang diperoleh menunjukkan keadaan yang sebenarnya. 2. Keterbatasan Penelitian a. Uji coba perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika ini hanya dilakukan pada satu kela. b. Kemampuan peneliti dalam mengambangkan perangkat masih terbatas.
Page 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Dalam pemakaian sebagian besar masyarakat dalam kehidupan seharihari arti “kebudayaan” seringkali terbatas pada sesuatu yang indah, seperti misalnya candi-candi, seni rupa, tarian, seni suara, sastra, dan filsafat. Menurut Linton (dalam ihromi, 1994: 18) : “Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup itu masyarakat kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dengan main piano atau membaca karya sastra terkenal. Untuk seorang ahli ilmu sosial, kegiatan seperti main piano merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan duniawi seperti mencuci piring atau menyetir mobil dan untuk tujuan mempelajari kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan. Karena itu, bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan” Dari penjelasan Linton di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan memiliki berbagai aspek yang meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan, sikap, dan hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. Menurut E.B.Tylor budaya merupakan keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat,dan kebiasaan lain (dalam Ratna, 2005). Sedangkan menurut ilmu antropologi, budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985). Dari beberapa penjelasan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir seluruh aktivitas manusia merupakan budaya atau kebudayaan. Namun ahli sejarah mengartikan budaya sebagai warisan atau tradisi suatu masyarakat.
Page 5
B. Matematika dan Budaya
Banyak tempat yang menjadi lokasi tumbuh dan berkembangnya matematika. Ada yang tumbuh dan berkembang di wilayah India, Amerika, Arab, Cina, Eropa, bahkan Indonesia dan daerah lain (rachmawati, 2012). Pertumbuhan dan perkembangan matematika mengikuti adanya perkembangan taraf hidup manusia di berbagai wilayah dan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Setiap budaya dan subbudaya megembangkan matematiak dengan cara mereka sendiri. Sehingga matematika dipandang sebagai hasil akal budi (pikiran) manusia dalam aktivitas masyarakat seharihari. Sehingga Rachmawati menyimpulkan bahwa matematika merupakan produk budaya yang merupakan hasil abstraksi pikiran manusia serta alat pemecahan masalah. Sebagaimana diungkapkan Sembiring dalam Prabowo (2010) bahwa matematika adalah konstruksi budaya manusia. Selama prakteknya matematika hanya dipandang sebagai alat untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam dunia sains, sehingga mengabaikan matematika sebagai kegiatan manusia (Soedjadi, 2007). C. Etnomatematika Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomatematics, yang tersusun dari kata ethno, mathema, dan tics (yusuf dkk,2010). Awalan etnho mengacu pada kelompok kebudayaan yang dapat dikenali, seperti perkumpulan suku di suatu negaradan kelas-kelas profesi di masyarakat, temasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari. Mathema berarti menjelaskan, mengerti, dan mengelola hal-hal nyata secara spesifik dengan menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan, dan memodelkan suatu polo yang muncul pada suatu lingkungan. Akhiran tics mengandung arti seni dalam teknik. Sedangkan secara istilah etnomatematika diartikan sebagai : ”The mathematics which is practiced among identifiable cultural groups such as national tribe societies, labour groups, children of certain age brackets and professional classes” (D’Ambrosio, 1985) Pengertian di atas dapat diartikan, matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas professional (D’Ambrosio, 1985). Dapat dilihat bahwa matematika benarbenar digunakan dan dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Page 6
Sehingga dapat disimpulkan bahwa etnomatematika merupakan matematika yang dipraktikkan oleh kelompok budaya, seperti masyarakat perkotaan, pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu,, masyarakat adat, dan lainnya. D'Ambrosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda di mana budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya). Dengan demikian etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan, atau alat bermain, menentukan lokasi, dan lain sebagainya.
D. Bangun datar Bangun datar ialah bangun yang dibuat (di lukis) pada permukaan datar (wardani dkk, 2010). Ada macam – macam bangun datar, diantaranya yaitu : 1. Bangun datar dengan bentuk yang tertutup, disebut juga kurva tertutup. Contoh :
Kurva tertutup dibagi menjadi 2 : a. Kurva tertutup sederhana Contoh:
Page 7
b. Kurva tertutup tidak sederhana Contoh:
2. Bangun datar dengan bentuk yang terbuka, disebut juga kurva terbuka. Contoh :
Kurva terbuka juga dibagi menjadi dua : a. Kurva terbuka sederhana Contoh:
b.
Kurva terbuka tidak sederhana Contoh :
3. Bangun datar dengan bentuk tertutup yang lurus disebut polygon Contoh :
Bangun datar yang mempunyai : - 3 sisi, disebut segitiga Page 8
-
4 sisi, disebut segi empat 5 sisi, disebut pentagon 6 sisi, disebut heksagon 7 sisi, disebut heptagon 8 sisi, disebut oktagon
Pada matematika sekolah,khususnya di SMP kelas 7, materi bangun datar yang dipelajari adalah segiempat dan segitiga. Selanjutnya akan diberikan sedikit penjelasan mengenai bangun datar segitiga dan segiempat 3. Segitiga Segitiga merupakan bangun geometri yang dibentuk oleh 3 buah garis saling bertemu dan membentuk 3 buah titik sudut. Jumlah sudut pada segitiga besarnya 180⁰. Berdasarkan sudutnya segitiga ada 3 macam,yaitu : segitiga siku-siku, segitiga tumpul,dan segitiga lancip. Sedangkan menurut sisi-sisinya ada 3 macam segitiga, yaitu segitiga samasisi, segitiga samakaki, dan segitiga sebarang.
Rumus keliling segitiga
Keliling = panjang sisi 1 + panjang sisi 2 + panjang sisi 3 Rumus luas segitiga
4. Segiempat Segiempat adalah bangun datar yang tersusun atas 4 sisi dan 4 sudut. Ada beberapa bangun segiempat yang dipelajari di SMP kelas 7,diantaranya adalah : persegi, persegipanjang, jajargenjang,belah ketupat,layang-layang, dan trapesium
Page 9
Luas = alas x tinggi 2
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu, mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika pada materi bangun datar, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan. Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian pengembangan karena akan dideskripsikan proses dan produk hasil intervensi etnomatematika yang berupa perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan hand out. Dalam proses pengembangan peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE. B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan penulisan laporan. 1. Tahap Persiapan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut. a. Mempersiapkan proposal penelitian serta memilih materi yang sesuai dengan judul penelitian b. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi : 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Lembar Kerja Siswa (LKS) 3) Hand out c. Menyusun Instrumen penelitian yang meliputi : 1) Lembar validasi perangkat pembelajaran 2) Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran 3) Angket respon siswa
Page 10
d. Berkoordinasi dengan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian, diantaranya: 1) Meminta ijin kepala SMP Negeri 2 Krembung terkait dengan menggunakan sekolah yang bersangkutan sebagai lokasi penelitian. 2) Menentukan subjek penelitian 3) Menentukan waktu penelitian dengan menyesuaikan berdasarkan jadwal sekolah. e. Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian oleh validator f. Merevisi perangkat pembelajaran berdasarkan hasil validasi untuk kemudian diujicobakan secara terbatas. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain adalah : a. Melaksanakan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika. b. Melakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan etnomatematika. c. Pemberian tes hasil belajar dan angket respon siswa di akhir petemuan 3. Tahap Analisis Data Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang telah diperoleh dari tahap pelaksanaan dengan teknik analisis yang telah dilakukan. 4. Tahap Penulisan Laporan Kegiatan pada tahap ini adalah penyusunan dan penulisan laporan penelitian
Page 11
C. Desain Uji Coba
Mulai Tahap Analysis
-Analisis Kebutuhan
-Pemilihan jenis dan model perangkat pembelajran Tahap -Klarifikasi perangkat pembelajarn Design
Draft perangkat pembelajaran 1 Validasi Instrumen oleh validator
Instrumen Valid ?
Tidak
Draft perangkat pembelajaran i, i ≥ 2
Revisi
Tahap Developme nt
ya
Perangkat Pembelajaran Keterangan : Uji Coba
: Terminator
Evaluasi
: Kegiatan
: Hasil
Laporan
: Keputusan
: Garis Alir
Page 12
Tahap Implementati on Tahap Evaluation
Selesai
C. Subjek dan Objek Uji Coba Subjek penelitian dalam peneleitian ini adalah validator sebagai subjek penelitian yang memvalidasi perangkat pembelajaran dan siswa sebagai subjek penelitian yang memberikan penialaian terhadap perangkat melalui angket respon siswa dan hasil tes belajar. Sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Instrumen yang, digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Penelitian Sebagai Instrumen Utama Dalam penelitian ini,peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama atau disebut human instrument. Hal ini karena peneliti berfungsi dalam memilih subjek penelitian, melakukan pengumpulan data, menganalisis data, menfsirkan data, dan menyimpulkan hasil penelitian. b. Instrumen Pendukung. 1) Lembar validasi perangkat pembelajaran. Lembar ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pendapat para validator terhadap perangkat pembelajaran. 2) Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Lembar pengamatan ini digunakan untuk menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik atau malah tidak sesuai dengan rencana yang ada. 3) Lembar tes siswa. Lembar ini berisi tentang beberapa soal untuk menilai hasil belajar siswa setelah digunakannya perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika yang dikembangkan.
Page 13
4) Lembar angket respon siswa Lembar angket respon siswa yang digunakan berfungsi untuk memperoleh data mengenai pendapat siswa terhadap perangkat pembelajaran serta minat siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.
. E. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang dimiliki, digunakan beberapa teknik analisis data sebagai berikut. 1. Analisis data tentang kevalidan perangkat pembelajaran Data validasi perangkat pembelajaran dianalisis dengan menghitung rata-rata dari setiap kriteria dan aspek penilaian sertarata-rata total dari seluruh validator. Kemudian menentukan kategori kevalidan dengan mencocokkan rata-rata total dengan kategori kevalidan sebagai berikut . 3,25 ≤ RT ≤ 4,00 = sangat valid 2,50 ≤ RT < 3,25 = valid 1,75 ≤ RT < 2,50 = kurang valid 1,00 ≤ RT < 1,75 = tidak valid Keterangan : RT = Rata-rata total 2. Analisis data tentang kepraktisan perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan di lapangan dengan revisi kecil atau tanpa revisi, yang telah diisi pada lembar validasi perangkat pembelajaran. Selain itu perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan etnomatematika bisa berjalan dengan baik atau sangat baik yang diperoleh dengan menghitung rata-rata nilai tiap langkah pembelajaran yang terlaksana. Selanjutnya nilai tersebut dikonversi dengan sebagai berikut.Analisis tes kemampuan penalaran siswa dilakukan pada masingmasing subjek dengan mempertimbangkan cara atau strategi siswa dalam menyelesaikan masalah bangun datar. 1,00 ≤ RK < 1,75 = Tidak Baik 1,75 ≤ RK < 2,50 = Cukup Baik Page 14
2,50 ≤ RK < 3,25 = Baik 3,25 ≤ RK ≤ 4,00 = Sangat Baik Ket : RK = rata-rata keterlaksanaan 3. Analisis ketuntasan hasil belajar Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika 60% siswa mencapai kritria ketuntasan minimal 4. Analasisi angket respon siswa Data angket siswa yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan menghitung presentase tanggapan yang diberikan. Presentase respon siswa dihitung menggunakan rumus :
Presentase respon siswa=
jumla h respon positif siswa tiap aspek ×100 jumla h seluru h siswa
Respon siswa dikatakan positif jika 60% siswa merespon positif perangkat pembelajaran dengan pendekatan etnomatematika.
Page 15
Daftar Pustaka D’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-48. D’Ambrosio, U. 2003. Stakes in Mathematics Education for the Societies of Today and Tomorrow. L’Enseignement Mathématique, Moments of Mathematics Education in the Twentieth Century. Proceedings of the EMICMI Symposium, Geneva,p.20-22, in Daniel Coray et al. L’Enseignement Mathématiques Geneve, 302-316. Fitroh dan Hikmawati.2015. Identifikasi Pembelajaran Matematika Dalam Tradisi Melemang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Jambi :Universitas Jambi. Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru, cet. Ke-5. Prabowo, Agung dan Pramono S. 2010. Internasional Conference on Teacher Education. Memahat Karakter Melelui Pembelajaran Matematika.Bandung: Rachmawati,inda. 2012. Skripsi : Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo. Surabaya : UNESA. Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.Yogyakarta : Pustaka Belajar. Soedjadi. 2007. Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah. Depdiknas : UNESA. Wardani,dkk. 2010. Makalah Matematika SMP “Bangun Datar”.Jember : Universitas Muhammadiyah Jember Yusuf, Mohammed Waziri, dkk. 2010. Ethnomathematics (a Mathematical Game in Hausa Culture). International Journal of Mathematical Science Education Technomathematics Research Foundation. http://www.tmrfindia.org/sutra/v3i16.pdf
Page 16