Modul 3
Teori Permintaan Konsumen Individual Faried, W.M.
PENDAHULUAN
M
ekanisme harga pasar didasarkan pada hukum permintaan dan penawaran. Mekanisme pasar secara teknis merupakan hal interaksi antara kurva-kurva permintaan dan penawaran pasar yang keduanya merupakan agregasi (penjumlahan) secara mendatar kurva-kurva permintaan konsumen individual dan kurva-kurva penawaran perusahaan individual. Hukum permintaan menyatakan para konsumen individual akan membeli dalam kuantitas lebih banyak pasar harga lebih rendah, yang secara grafik kurvanya berlereng menurun. Sebaliknya hukum penawaran menyatakan pada harga lebih tinggi perusahaan individual memproduksi dan menawarkan produksinya dalam kuantitas lebih banyak. Pada modul ini dijelaskan secara lebih rinci-dasar pemikiran hukum permintaan. Dimulai dari para konsumen individual, selanjutnya dijelaskan bagaimana para konsumen berusaha mengalokasikan atau membelanjakan pendapatan mereka di antara berbagai barang-barang dan jasa-jasa. Mengapa konsumen lebih menyukai dan membeli suatu bundel barang-barang dan jasa dibandingkan bundel barangbarang dan jasa lain? Dengan mempelajari modul ketiga ini para mahasiswa bisa menjelaskan mengenai teori permintaan konsumen individual. Secara khusus setelah mempelajari modul ini Anda mampu menjelaskan: 1. teori daya guna; 2. teori konsumsi.
3.2
Pengantar Ekonomi Mikro
Kegiatan Belajar 1
Teori Daya Guna
P
enjelasan mengenai hukum permintaan secara paling sederhana adalah karena bekerjanya efek pendapatan dan efek substitusi. Ini menjelaskan mengapa para konsumen bersedia membeli dalam jumlah lebih banyak pada harga lebih rendah. Efek pendapatan merupakan gejala di mana para konsumen individual akan membeli lebih banyak seandainya ada penurunan harga, dengan anggapan harga barang-barang lain tetap, maka pendapatan nil naik hingga konsumen mampu membeli barang tersebut dalam kuantitas lebih banyak. Penjelasan yang lebih memperkuat hukum permintaan adalah efek substitusi. Efek substitusi adalah gejala mengganti barang yang lebih mahal dengan barang-barang yang lebih murah harganya, bila hal-hal lain dianggap tetap. Bila harga daging ayam turun maka para konsumen akan mengganti pembelian daging sapi dengan daging ayam. Pada harga lebih rendah kuantitas daging ayam yang diminta naik. Penurunan harga mendorong kenaikan kuantitas barang yang dibeli. Begitu sebaliknya bila terjadi kenaikan harga daging ayam maka konsumen akan beralih mengonsumsi daging sapi, akibatnya kuantitas daging ayam yang diminta turun bila harganya naik. Selanjutnya dua pendekatan perilaku atau teori permintaan konsumen individual akan dikemukakan yaitu pendekatan daya guna marjinal ( marginal utility) dan pendekatan kurva indiferensi ( indifference curve). Dua pendekatan ini secara lebih rinci menerangkan hukum permintaan. Meskipun pendekatan tersebut berbeda namun keduanya memberikan kesimpulan yang sama, keduanya perlu dibandingkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya. 1.
Pendekatan Daya Guna Marginal Pendekatan ini didasarkan pada hukum daya guna marjinal yang menurun ( The law of Diminishing Marginal Utility). Hukum ini menyatakan bila konsumsi suatu barang terus dipenuhi maka kepuasan total yang diperoleh konsumen dari proses konsumsi barang tersebut mula-mula naik, mencapai maksimum (kejenuhan) dan kemudian menurun. Konsumen yang mengonsumsi barang dalam jumlah yang semakin meningkat maka kepuasan
3.3
ESPA4111/MODUL 3
totalnya ( total utility) akan semakin meningkat, namun tambahan kepuasan (marginal utility) semakin menurun. Daya guna-marjinal adalah tambahan kepuasan yang diperoleh seorang konsumen untuk setiap satu satuan tambahan barang yang'dikonsumsi. Selanjutnya dianggap daya-guna yang diperoleh dapat diukur dengan satuan daya guna. Misalkan seorang mahasiswa yang baru saja selesai berlatih olah raga bola basket memperoleh kepuasan sebesar 10 satuan daya guna dari minum satu gelas air. Bila kemudian ia minum segelas lagi maka tambahan kepuasan berkurang, katakanlah ia hanya memperoleh 8 satuan, dan begitu seterusnya tambahan daya guna yang diperoleh dan setiap tambahan segelas air terus menurun hingga mahasiswa tersebut mengalami kejenuhan air minum. Demikian gejala hukum daya guna marjinal yang menurun dalam mengonsumsi barang-barang dan jasa-jasa. Contoh hukum tersebut pada konsumsi barang X nampak pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Hukum Daya Guna Marjinal yang Menurun pada Konsumsi Barang X (Data Hipotetis) Satuan Produk (Komoditi X yang keSatu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan
Daya Guna Marjinal 1 3 5 4 3 2 1 0
Daya Guna Total 1 4 9 13 16 18 19 19
Pada Tabel 3.1 terlihat daya guna total bertambah dengan tambahnya kuantitas barang yang dikonsumsi dan kemudian mencapai maksimum (atau kejenuhan) yang berarti tambahan kuantitas barang yang dikonsumsi tidak memberikan kenaikan daya guna total. Kenaikan daya guna total akibat tambahan satu satuan barang yang dikonsumsi menurun. Ini ditunjukkan oleh turunnya daya guna marjinal. Daya guna marjinal diperoleh dengan mengurangi daya guna total pada kuantitas yang bersangkutan dengan daya guna total pada kuantitas sebelumnya. Sedangkan daya guna total diperoleh
3.4
Pengantar Ekonomi Mikro
dengan menjumlah daya guna marjinal secara kumulatif sampai ke kuantitas konsumsi yang bersangkutan.
Gambar 3.1. Kurva Daya Guna Total
Sehimpunan anggapan dan situasi yang digunakan dalam teori perilaku konsumen individual adalah sebagai berikut. Pada dasarnya merupakan gambaran atas pilihan yang tersedia bagi konsumen dengan kendala anggaran atau pendapatannya. a. Para konsumen adalah subjek yang rasional yang dalam arti ia ingin membelanjakan pendapatan uangnya sedemikian rupa agar diperoleh kepuasan maksimum atau diperoleh daya guna total maksimal. b. Umumnya konsumen mempunyai preferensi jelas akan barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia di pasar. Dia bisa mengatakan berapa satuan daya-guna marjinal yang ia peroleh dari konsumsi satuan-satuan barang secara berurutan dari berbagai barang dan jasa yang mungkin mereka beli dan konsumsi. c. Pendapatan konsumen terbatas dan ini merupakan kendala anggaran. Hal ini karena sumber daya manusia maupun sumber daya ekonomi lain yang ia miliki adalah terbatas, dan konsumen akan membelanjakan seluruh pendapatan sampai habis.
d.
3.5
ESPA4111/MODUL 3
Konsumen menghadapi dan harus membayar harga barang-barang yang dibeli dan dikonsumsi. Hal ini karena barang-barang konsumsi tersebut adalah langka dan terbatas. Di sini dianggap ada persaingan murni di mana konsumen individual sangat kecil dibandingkan dengan besarnya pasar, hingga konsumen tak bisa mempengaruhi harga barang dengan mengubah kuantitas pembelian. Dengan kata lain, harga barang tetap tak berubah berapa pun kuantitas yang dibeli dan, dikonsumsi.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan berdasarkan anggapan serta situasi tersebut di atas, konsumen harus membelanjakan semua pendapatan pada berbagai barang-barang dan jasa-jasa agar diperoleh kepuasan total atau daya guna total maksimal. Ini bisa dicapai bila konsumen membelanjakan pendapatannya sedemikian rupa hingga kepuasan total atau daya guna total mencapai maksimal. Hal ini bisa dicapai bila konsumen membelanjakan pendapatannya sedemikian rupa hingga rupiah terakhir yang dibelanjakan pada setiap barang yang dibeli memberikan tambahan daya guna (atau daya guna marjinal) adalah sama, yang merupakan pedoman maksimisasi daya guna bagi konsumen. Bila ini dicapai maka konsumen tersebut mencapai keseimbangan. Bila ia menyimpang dari pedoman ini dalam membelanjakan pendapatannya maka daya guna yang diperolehnya lebih kecil dan tidak mencapai maksimal.
Gambar 3.2. Kurva Daya Guna Marjinal
3.6
Pengantar Ekonomi Mikro
Secara aljabar pedoman maksimisasi daya guna total konsumen dapat dituliskan sebagai berikut.
MU A MU B MUX ... = = = P P P A B X dan kendala anggaran adalah
I = APA + BPB +... +XPX di mana MU adalah daya guna marjinal, P adalah harga; a, b dan x adalah barang-barang konsumsi dan I adalah besarnya pendapatan konsumen. Rumus tersebut menunjukkan bahwa daya guna marjinal dari rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli barang X harus, sama dengan daya guna marjinal rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli barang Y. Seterusnya untuk setiap macam komoditi yang dibeli dengan kendala jumlah uang yang dibelanjakan untuk komoditi X = (P xQx) ditambah jumlah uang yang dibelanjakan untuk komoditi Y = (P yQy) ditambah jumlah uang yang dibelanjakan untuk komoditi lain yang dibeli sama dengan jumlah pendapatan uang jika dianggap ia membelanjakan seluruh pendapatan. Dengan kata lain tak ada pendapatan yang ditabung. Tabel 3.2 menunjukkan contoh numerik sederhana di mana seorang individu mengonsumsi barang X dan barang Y dengan skedul daya-guna marjinal. Harga X dan Y masing-masing Rpl.000,00 dan pendapatan konsumen tersebut sebesar Rp8.000,00 per periode waktu yang seluruhnya dibelanjakan. Dengan MU terus turun, TU dapat dimaksimumkan dengan menyamakan daya guna yang diperoleh dari setiap rupiah yang dibelanjakan. Tabel 3.2. Kuantitas dan Daya Guna Marjinal Barang X dan Barang Y Kuantitas X atau Y yang ke1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Daya Guna Marjinal Barang X (MUx) 11 10 9 8 7 6 5 4 60
Daya Guna Marjinal Barang Y(MUy) 19 17 15 13 12 10 8 6 100
3.7
ESPA4111/MODUL 3
Jadi individu ini harus membelanjakan rupiah pertama dari pendapatannya untuk membeli satuan Y yang pertama dan memperoleh 19 satuan guna. Jika ia membelanjakan rupiah pertamanya untuk membeli satuan Y yang pertama, ia hanya memperoleh X sebesar 11 satuan guna. Kemudian individu tadi harus membelanjakan rupiah kedua, ketiga, ke empat dan ke lima untuk membeli satuan Y kedua, ketiga, keempat dan kelima. Dari sini ia masing-masing memperoleh 17; 15; 13 dan 12 satuan daya guna. Individu tersebut harus membelanjakan rupiah keenam untuk membeli satuan X pertama di mana ia memperoleh l l satuan guna dan bukan satuan Y keenam di mana ia hanya menerima 10 satuan daya guna. Rupiah yang ketujuh dan kedelapan harus dibelanjakan untuk membeli satuan barang. Y keenam dan satuan X kedua. Masing-masing memperoleh 10 satuan daya guna. Individu tersebut tidak dapat terus membeli lebih banyak X atau Y karena pendapatannya sudah habis dibelanjakan. Bila individu tadi membelanjakan pendapatannya untuk membeli 2 satuan X dan 6 satuan Y, daya guna total yang diperoleh adalah 107. Ini mencerminkan kepuasan total maksimum yang dapat diperoleh individu itu dengan pengeluarannya. Jika ia membelanjakan uangnya dengan cara memilih kombinasi lain, daya guna total yang diperoleh akan lebih kecil. Sebagai contoh jika ia tidak membeli satuan X kedua melainkan mengganti dengan membeli satuan Y ketujuh, ia akan kehilangan 10 satuan daya guna dan hanya memperoleh 8 satuan daya-guna. Sama halnya jika ia tidak membeli satuan Y keenam dan sebagai gantinya membeli satuan X ketiga, ia akan kehilangan 10 satuan daya guna dan hanya mendapat 9 satuan daya guna. Jika individu tersebut membelanjakan seluruh pendapatannya untuk membeli 8 satuan X, daya guna total yang diperoleh hanya sebesar 100. Dengan formula ab hasil keseimbangan konsumen tersebut dicek. Dengan formula aljabar, maka
MU x MU y 10 = ; Px Q x + Py Q y = Px Py 1
=
1
1.000 ( 2 ) + 1.000 ( 6 ) = 8.000. Di situ terlihat daya-guna marjinal per rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang X dan daya-guna marjinal per rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang Y sama, dan seluruh pendapatannya sebesar Rp8.000,00 dibelanjakan semua.
3.8
2.
Pengantar Ekonomi Mikro
Pendekatan Kurva Indiferensi Pendekatan kurva indiferensi, seperti juga pendekatan teori daya guna marjinal mencoba menerangkan mengapa kurva permintaan berlereng menurun seperti yang dinyatakan oleh hukum permintaan. Anggapananggapan yang digunakan untuk menarik kesimpulan dalam pendekatan kurva indiferensi sama dengan apa yang digunakan dalam pendekatan dayaguna marjinal. Bedanya pada pendekatan kurva indiferensi, kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsi suatu barang tidak perlu dinyatakan dengan angka dan satuan daya guna marjinal yang diperoleh konsumen menurun seperti dinyatakan oleh hukum daya guna menurun. Pada pendekatan teori kurva indiferensi hanya diperlukan anggapan bahwa konsumen dapat mengatakan di antara berbagai pilihan bundel kombinasi barang, bundel mana yang lebih disukai, sama sukanya, atau yang mana konsumen bersikap indiferen (sama sukanya), dan mana yang kurang dia sukai. Ini bersifat ordinal atau peringkat. Konsumen bisa membuat daftar urutan pilihan bundel kombinasi barang-barang menurut preferensi. Dengan demikian, dia dapat membandingkan suatu bundel kombinasi dengan bundelbundel kombinasi lain dan menyatakan mana yang lebih disukai, kurang ia sukai, atau di mana ia sama sukanya ( indifferent ). Dari preferensi konsumen akan bundel-bundel kombinasi barang maka dapat disusun kurva indiferensi. Kurva ini menunjukkan berbagai kombinasi dua jenis barang konsumsi yang memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen, atau di mana konsumen indifferent di antara bundel-bundel kombinasi tersebut. Kurva indiferensi yang lebih tinggi memberikan tingkat kepuasan lebih besar. Keseluruhan kurva-kurva indiferensi seorang konsumen disebut peta indiferensi. Teori kurva indiferensi disajikan dengan menyederhanakan anggapan bahwa konsumen hanya membeli dan mengonsumsi dua macam barang saja. Tabel 3.3 dan Gambar 3.3 menunjukkan contoh skedul indiferensi serta kurva indiferensinya di mana dikonsumsi dua macam barang yaitu makanan dan pakaian. Gambar 3.4 selanjutnya menunjukkan peta indiferensi. X dan Y adalah barang-barang konsumsi dan sumbu tegak serta sumbu mendatar menunjukkan kuantitas. I 1, I 2 ... dan terusnya adalah kurva-kurva indiferensi. Sudah tentu I 3 memberikan kepuasan yang lebih tinggi daripada I 1 dan begitu seterusnya. Pada pendekatan teori kurva indiferensi inipun konsumen ingin memperoleh kepuasan maksimum yaitu mencapai kurva indiferensi tertinggi dengan kendala pendapatan yang terbatas, serta harga barang-barang sudah tertentu yang harus dibayar.
3.9
ESPA4111/MODUL 3
Tabel 3.3. Skedul Indiferensi Titik Kombinasi A B C D
a.
b.
Makanan
Pakaian
1 2 3 5
6 3 2 1
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Kurva Indiferensi
Peta Indiferensi
Ciri-ciri kurva indiferensi adalah sebagai berikut. Berlereng menurun atau negatif. Kurvanya berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena bila jumlah suatu barang dalam suatu bundel konsumsi dikurangi maka jumlah barang lain harus ditambah agar tetap dapat memperoleh tingkat daya guna total yang sama. Bentuknya cembung ke arah titik origin. Hal ini menunjukkan derajat penggantian antar barang konsumsi semakin menurun. Derajat penggantian menunjukkan berapa satuan barang harus ditambahkan pada suatu bundel konsumsi agar diperoleh daya guna total yang sama bila barang konsumsi lain dikurangi satu satuan. Pada Gambar 3.3 terlihat dari titik A ke titik B diperlukan 3 satuan barang X untuk menggantikan 1 satuan barang Y agar diperoleh daya guna total yang sama atau agar tetap berada pada kurva indiferensi yang sama. Maka derajat penggantian adalah 3. Dari titik B ke titik C derajat penggantian sebesar
3.10
c.
Pengantar Ekonomi Mikro
2. Dan begitu seterusnya derajat penggantian semakin menurun. Hal ini disebabkan karena kemampuan suatu barang untuk menggantikan barang lain dalam bundel konsumsi (agar diperoleh daya guna total yang sama) semakin menurun. Kurva-kurva indiferensi tidak saling memotong. Bila kurva-kurva tersebut berpotongan maka tidak kbnsisten dengan definisi. Lihat Gambar 3.5 menunjukkan perpotongan antara dua kurva indiferensi yang berarti kombinasi titik A memberikan kepuasan atau daya guna total berbeda. Hal ini tidak mungkin terjadi karena pada titik kombinasi yang sama, katakanlah di titik A diperoleh tingkat kepuasan total atau dayaguna total yang besarnya berbeda.
Seperti telah diketahui pendapatan konsumen terbatas. Ia harus membayar harga yang konstan untuk membayar barang-barang yang dibeli untuk konsumsi. Kendala anggaran bisa digambarkan pada bidang yang sama dengan kurva indiferensi. I adalah besarnya pendapatan konsumen. P X serta PY masing-masing adalah harga barang X dan barang Y. Garis kendala anggaran menunjukkan batas kombinasi atau bundel konsumsi mana yang dapat dibeli dengan pendapatan atau anggaran konsumen tersebut. Konsumen tidak mungkin membeli bundel barang yang ada di sebelah kanan atas garis kendala-anggaran. Slope garis anggaran ditentukan oleh nisbah harga X dan harga Y, sementara itu tandanya negatif karena garis kendala tersebut berlereng menurun. la dapat dituliskan sebagai berikut. I = [XPX + YPY] Bagilah semua sisi dengan P Y, maka diperoleh: [I/PY ] = Y + [(PX /PY) X]
3.11
ESPA4111/MODUL 3
Gambar 3.5. Perpotongan Kurva-kurva Indiferensi
Perhatikan Gambar 3.6, nampak bahwa jumlah maksimum barang Y yang dapat dibeli dengan anggaran tersebut sebanyak I/P Y, sedangkan untuk barang X sebanyak I/P X. Kenaikan anggaran atau pendapatan konsumen akan menggeser garis kendala anggaran baru sejajar dengan garis kendala anggaran lama ke kanan atas. Hal sebaliknya terjadi bila pendapatan atau anggaran konsumen turun. Tetapi perubahan harga-relatif (barang) mempengaruhi lereng garis kendala anggaran. Seperti diketahui, koefisien kemiringan garis kendala adalah sebesar nisbah dua harga barang tersebut. Kenaikan harga barang Y menyebabkan berkurangnya jumlah maksimum barang yang dapat dibeli dengan pendapatannya. Jadi garis kendala anggaran berotasi dengan arah berlawanan dengan jarum jam. Sebaliknya bila harga barang X naik maka garis anggaran menjadi semakin curam dan berotasi sejalan dengan arah jarum jam.
3.12
Pengantar Ekonomi Mikro
Gambar 3.6. Garis Kendala Anggaran
Proses seorang konsumen membelanjakan pendapatannya hingga mencapai kepuasan maksimal dengan menggunakan analisis kurva indiferensi adalah sebagai berikut. Secara grafik tujuan konsumen bisa dicapai bila ia memilih kombinasi yang berada pada kurva indiferensi paling tinggi yang dapat disinggung oleh garis kendala anggaran. Hal ini karena kombinasi-kombinasi (bundel konsumsi) yang terletak di atas garis anggaran tidak dapat dicapai oleh konsumen tersebut. Garis singgung pada kurva indiferensi menunjukkan derajat penggantian konsumsi antara dua barang konsumsi tersebut. Titik keseimbangan di mana konsumen memperoleh kepuasan (daya guna total) maksimum adalah pada titik singgung antara garis kendala anggaran dengan kurva indiferensi tertinggi yang dapat dicapai. Pada Gambar 3.7 terlihat konsumen mencapai kepuasan maksimum di titik A pada kurva indiferensi I 1 yang secara maksimal dapat dicapai. Karena konsumen membelanjakan semua pendapatannya maka ia akan beroperasi pada titiktitik di sepanjang garis kendala anggaran. Ia tidak akan memilih titik C atau titik D meskipun pendapatannya mampu untuk membeli kombinasi pada titik-titik tersebut karena ia hanya mencapai kurva indiferensi I o yang hanya memberikan kepuasan lebih kecil daripada kepuasan yang ditunjukkan oleh kurva indiferensi I 1. Tentu saja ia ingin mencapai kurva indiferensi I 2 dan memilih titik B. Tetapi ini tak bisa dilakukan karena kombinasi pada titik B terletak di luar jangkauan kendala pendapatan. Titik A merupakan titik keseimbangan konsumen. Jadi dapat dikatakan pada harga X dan Y tertentu
3.13
ESPA4111/MODUL 3
yang nisbahnya ditunjukkan oleh slope atau koefisien lereng garis kendala anggaran maka kuantitas barang X dan barang Y yang diminta sebanyak X o dan Yo.
Gambar 3.7. Proses Maksimisasi Kepuasan dengan Kurva Indiferensi
Bagaimana kita dapat memperoleh kurva permintaan berlereng menurun seperti yang dinyatakan oleh hukum permintaan? Hal ini bisa dicari dengan menggunakan analisis kurva indiferensi dan garis kendala anggaran, berupa kuantitas barang tersebut yang diminta bila terjadi perubahan harga, katakanlah bila ada penurunan, nampak pada Gambar 3.8 dan Gambar 3.9. Misalkan I adalah kurva indiferensi, BL adalah garis kendala anggaran, Px dan Py masing-masing adalah harga barang X dan barang Y. Mula-mula harga X adalah Pox dan harga Y adalah Poy. Dengan pendapatan uang yang sudah tertentu maka garis kendala anggaran adalah BL. Dengan situasi seperti ini, konsumen mencapai keseimbangan kepuasan maksimal pada titik Eo yaitu titik singgung antara kurva indiferensi Io dan garis kendala anggaran BLo. Jadi pada harga Po x maka kuantitas X yang diminta adalah sebesar Xo. Dengan demikian maka dapat diperoleh salah satu titik pada kurva permintaan barang X. Ini ditunjukkan oleh titik A pada kurva permintaan pada Gambar 3.9.
3.14
Pengantar Ekonomi Mikro
Gambar 3.8. Kurva Konsumsi Harga
Gambar 3.9. Kurva Permintaan Barang X
Selanjutnya misalkan harga barang X turun dari
1 , PX0 menjadi PX
akibatnya garis kendala anggaran berotasi secara berlawanan dengan arah jarum jam, yaitu dari BL 0. menjadi BL1, sementara dianggap harga barang Y tetap konstan tak berubah. Ingat garis kendala. anggaran merupakan nisbah dua harga barang tersebut. Menurunnya harga barang X sementara harga barang Y tak berubah menyebabkan garis anggaran menjadi lebih landai.
3.15
ESPA4111/MODUL 3
Keseimbangan konsumsi sekarang adalah. pada titik E 1 di mana konsumen memperoleh kepuasan maksimal di titik singgung baru antara BL 1 dan I 1. 1 Jadi pada harga PX yang lebih rendah dari PX0 maka kuantitas barang X yang
diminta sebesar X 1 lebih banyak daripada X 0. Satu titik lagi pada kurva permintaan yaitu titik B diperoleh (Perhatikan Gambar 3.9). Jadi jelas pada harga lebih rendah maka kuantitas yang diminta lebih banyak seperti dikemukakan oleh hukum permintaan. Kita juga bisa memperoleh kurva permintaan dengan mencobanya pada harga lebih tinggi dan melihat perubahan keseimbangan konsumsi. Selanjutnya bila titik-titik keseimbangan konsumen dihubungkan maka diperoleh kurva konsumsi harga (KKH). Penjelasan sederhana tentang hukum permintaan yang menyatakan bila harga naik maka kuantitas yang diminta akan turun adalah karena efek pendapatan dan efek substitusi. Pendekatan teori daya guna marjinal tidak bisa memisahkan antara dua efek tersebut. Dua efek tersebut dapat terlihat dengan menggunakan pendekatan teori kurva indiferensi. Dengan kata lain, kenaikan harga yang mengakibatkan penurunan jumlah yang diminta' adalah akibat dari efek substitusi dan efek pendapatan. Hal ini nampak pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan: Kasus Barang Normal
3.16
Pengantar Ekonomi Mikro
Bermula dari posisi keseimbangan di titik A, bila harga barang X naik maka dengan tingkat pendapatan yang sama garis kendala anggaran berotasi menurut arah jarum jam. Garis anggaran berubah dari BL 0 menjadi BL1. Akibatnya posisi keseimbangan baru di titik C. Dengan demikian maka kenaikan harga barang X menyebabkan jumlah yang dibeli berkurang dan X 0 menjadi X 2. Ini merupakan efek total. Sesungguhnya perubahan ini adalah akibat dari efek substitusi dan efek pendapatan. Untuk mengetahui efek substitusi, misalkan konsumen diberi tambahan pendapatan yang besarnya sedemikian rupa hingga tepat untuk mengompensasi penurunan pendapatan riil akibat kenaikan harga barang X. Ini ditunjukkan oleh garis kendala anggaran BL 2 yang. menyinggung kurva indiferensi semula yaitu I 0 di titik B. Perhatikan garis kendala anggaran BL 2 sejajar dengan garis kendala anggaran BL 1 karena keduanya didasarkan pada nisbah harga baru setelah ada kenaikan harga barang X. Dengan adanya kenaikan harga barang X mula-mula konsumen ingin mengadakan substitusi dengan barang yang relatif murah untuk mempertahankan tingkat kurva indiferensi yang bisa dicapai. Secara grafis ia bergerak dari titik A ke titik B. Ini disebut efek substitusi. Selanjutnya ia bergerak lagi dari titik B ke titik C, yang ini disebut efek pendapatan karena kenaikan harga menyebabkan turunnya pendapatan riil. Efek substitusi berjalan searah dengan efek pendapatan di mana dengan adanya kenaikan harga, dua efek tersebut menyebabkan penurunan jumlah yang diminta atau dikonsumsi, ini merupakan kasus barang biasa (normal) di mana dua efek 'tersebut berjalan searah, baik efek substitusi maupun efek pendapatan menyebabkan penurunan kuantitas yang diminta dari X 0 menjadi X2 akibat kenaikan harga X. Efek substitusi dan efek pendapatan mungkin berjalan tak searah, namun bila efek substitusi masih lebih dominan daripada efek pendapatan maka kasus ini disebut kasus barang inferior. Efek substitusi menunjukkan konsumen selalu mengganti barang yang relatif lebih mahal dengan barang yang relatif lebih murah. Atau dengan kata lain bila harga naik maka konsumen akan mengurangi konsumsi barang tersebut dan menggantinya dengan barang lain yang lebih murah, dan begitu sebaliknya. Efek pendapatan pada barang normal mengakibatkan kenaikan jumlah yang diminta bila pendapatan riil naik. Tetapi pada barang inferior, yaitu barang berkualitas rendah, efek pendapatan justru berjalan sebaliknya yaitu kenaikan harga barang yang menyebabkan penurunan pendapatan riil konsumen justru
3.17
ESPA4111/MODUL 3
menyebabkan kenaikan kuantitas yang diminta. Hal ini nampak pada Gambar 3.11. Dengan mengulangi situasi kenaikan harga pada contoh sebelumnya, di sini terlihat efek substitusi akibat kenaikan harga menggeser titik keseimbangan dan titik A ke titik B dan menurunkan jumlah yang dikonsumsi. Namun efek substitusi lebih dominan daripada efek pendapatan hingga efek total adalah dari titik A ke C. Kenaikan harga menurunkan jumlah yang dikonsumsi dari X 0 menjadi X 2
Gambar 3.11. Efek Pendapatan dan Substitusi: Kasus Barang Inferior
Pada dua kasus tersebut yaitu kasus barang normal dari kasus barang inferior, hukum permintaan berlaku di mana kenaikan harga suatu barang, ceteris paribus, menyebabkan jumlah yang diminta turun, dan demikian sebaliknya bila harganya turun maka jumlah yang diminta bertambah. Tetapi terdapat perkecualian berlakunya hukum permintaan ini pada kasus barang Giffen berupa paradoks Giffen di mana kenaikan harga X justru menyebabkan kenaikan jumlah yang dikonsumsi. Hal ini karena efek substitusi berjalan berlawanan dengan efek pendapatan dan efek pendapatan
3.18
Pengantar Ekonomi Mikro
lebih dominan. Hal ini nampak pada Gambar 3.12. Di sini terlihat justru dengan kenaikan harga barang X, jumlah yang dikonsumsi bertambah dari X 0 menjadi X 2. Jadi kenaikan harga tidak selalu menyebabkan penurunan jumlah yang diminta atau dikonsumsi. Efek substitusi kenaikan harga menggeser titik keseimbangan konsumen dari titik A ke titik B. Kenaikan harga menurunkan kuantitas yang diminta dari X 0 menjadi X 1. Tetapi pada kasus barang Giffen, kenaikan harga tersebut menggeser titik keseimbangan dari titik B ke titik C. Jadi efek pendapatan dari kenaikan harga justru menaikkan kuantitas yang diminta. Pada kasus ini efek pendapatan lebih besar daripada efek substitusi.
Gambar 3.12. Efek Pendapatan dan Efek Substitusi: Kasus Barang Giffen
LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1)
Apa yang dimaksudkan dengan daya guna total dan marginal dalam konsumsi suatu komoditi? Gunakan pengertian tersebut untuk menjelaskan hukum Gossen!
2)
3) 4) 5)
ESPA4111/MODUL 3
3.19
Bagaimana pendekatan daya guna marjinal menjelaskan permintaan individual akan suatu komoditi. Apa syarat optimisasi yang harus dipenuhi? Mengapa? Pertanyaan yang sama dengan nomor 2 di a, tetapi untuk pendekatan kurva indiferensi. Mungkinkan hukum permintaan tak berlaku dimana pada harga yang lebih tinggi jumlah yang diminta akan suatu komoditi bertambah? Jelaskan tentang kurva konsumsi harga permintaan dan bagaimana hubungannya dengan kurva permintaan konsumsi individual.
Petunjuk Jawaban Latihan
1) 2)
3)
4)
5)
Pelajari mengenai daya guna. Gambarkan kurvanya. Hukum Gossen berlaku setelah melalui titik jenuh dan daya guna total mulai menurun. Pelajari maksimisasi daya-guna. Syaratnya adalah belanjakan tiap rupiah (uang) lebih dahulu pada komoditi yang memberikan tambahan daya guna yang lebih tinggi sampai pendapatan habis dibelanjakan. Logikanya dengan membelanjakan pada barang yang memberi daya guna marjinal tertinggi, maka keseluruhan pendapatan yang dibelanjakan memberikan daya guna total yang maksimum. Pelajari kurva indiferensi dan kurva atau garis batas anggaran konsumen. Titik singgung antara keduanya menunjukkan tingkat kepuasan maksimal dengan kendala anggaran. Titik ini memberikan kombinasi kuantitas yang optimal. Syaratnya daya guna marjinal per rupiah sama untuk setiap komoditi. Pelajari efek substitusi dan efek pendapatan. Pisahkan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi dan kendala anggaran. Ini mungkin terjadi bila efek pendapatan yang negatif (dalam kasus barang Giffen) lebih besar secara absolut dari efek substitusi yang selalu negatif. Efek pendapatan positif pada barang normal dan negatif pada barang inferior. Gambarkan kurva indiferensi dan kendala anggaran ubah pendapatannya, maka garis kendala anggaran berotasi hingga diperoleh titik keseimbangan baru, hubungkan titik-titiknya dan Andapun bisa menggambarkan kurva permintaan.
3.20
Pengantar Ekonomi Mikro
RANGKUMAN
Hukum permintaan dapat dijelaskan dengan dua pendekatan yaitu teori daya guna marjinal dan pendekatan kurva indiferensi. Keduanya didasarkan pada upaya menentukan pilihan barang-barang konsumsi oleh konsumen individual untuk memaksimumkan kepuasan (daya guna) total dengan batasan pendapatan yang jumlahnya tertentu. Daya guna marjinal mengalami penurunan bila semakin banyak barang dikonsumsi. Pendekatan daya guna marjinal menggunakan anggapan-anggapan sebagai berikut. Para konsumen merupakan subjek rasional di mana ia membelanjakan semua pendapatannya yang tertentu dan terbatas untuk memperoleh kepuasan (daya guna) total maksimal. Mereka mempunyai preferensi yang jelas akan barang-barang dan jasa jasa yang tersedia di pasar. Para konsumen dapat mengungkapkan skedul daya guna marjinal serta total. Harga barang-barang konsumsi sudah tertentu dan tetap tak berubah berapa pun kuantitas yang dibeli. Keseimbangan konsumen atau posisi kepuasan maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan semua pendapatan sedemikian rupa hingga daya guna marjinal per rupiah dari pendapatan yang dibelanjakannya sama untuk setiap barang yang dikonsumsi. Kurva indiferensi dan garis kendala anggaran merupakan dua alat yang digunakan dalam pendekatan kurva indiferensi. Kurva ini menunjukkan berbagai kombinasi kuantitas dua barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan (daya guna) total yang sama. Ciri kurva indiferensi adalah berlereng menurun dari kiri atas ke kanan bawah, berbentuk cembung ke arah titik orijin, dan kurva-kurvanya tak saling memotong. Konsumen dianggap bisa mengemukakan preferensi atas bundel-bundel kombinasi barang-barang konsumsi yaitu mana yang ia lebih atau kurang sukai atau mana yang ia indiferen atau sama sukanya. Ini tercermin pada kurva-kurva indiferensi yang jumlahnya banyak sekali dan merupakan peta indiferensi. Tujuan konsumen mencapai kepuasan maksimal dicapai pada titik persinggungan antara garis kendala anggaran dengan kurva indiferensi tertinggi yang bisa dicapai. Ini merupakan posisi optimal.
ESPA4111/MODUL 3
3.21
TES FORMATIF 1 Pilih satu jawaban yang paling tepat! 1)
Manakah dari hal-hal berikut paling mungkin menyebabkan seorang konsumen memperoleh daya-guna marjinal lebih besar akan barang X, bila barang ini merupakan barang normal? A. Kenaikan konsumsi barang X. B. Kenaikan pendapatan konsumen. C. Kenaikan harga barang substitusi. D. Kenaikan harga barang X.
2)
Jika anda memutuskan menjaga berat badan, anda harus makan dan main tenis lebih sering, maka daya guna marjinal dari rupiah terakhir yang dibelanjakan pada makanan ... daripada daya guna marjinal rupiah terakhir yang dibelanjakan pada peralatan tenis. A. lebih besar B. lebih kecil C. turun lebih cepat D. turun lebih lambat
3)
Jika daya guna marginal (MU) satuan X terakhir yang dikonsumsi dua kali MU satuan Y terakhir yang dikonsumsi, konsumen berada dalam keseimbangan kalau harga .... A. X dua kali harga,Y B. X sama dengan harga Y C. X separuh harga Y D. X tiga kali harga Y
4)
Daya guna marjinal adalah .... A. daya guna satuan barang yang tidak menambah daya guna total bagi konsumen B. perubahan daya guna total karena tambahan konsumsi barangbarang yang bernilai 1 juta rupiah C. perubahan daya guna total yang terjadi karena tambahan konsumsi satu satuan barang D. persentase perubahan daya guna total dibagi dengan perubahan persentase jumlah barang yang dikonsumsi
3.22
5)
Pengantar Ekonomi Mikro
Semua titik pada kurva permintaan seorang konsumen .... A. menunjukkan titik-titik maksimisasi kepuasan B. tidak menunjukkan titik-titik maksimisasi kepuasan C. mungkin mencerminkan atau mungkin tidak mencerminkan titiktitik maksimisasi kepuasan D. menunjukkan hubungan proporsional antara jumlah yang diminta dan ditawarkan dengan tingkat harganya
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar Jumlah Soal
×
100%
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
ESPA4111/MODUL 3
3.23
Kegiatan Belajar 2
Pendekatan Teori Konsumsi dan Kurva Engel
A
da dua pendekatan dalam teori konsumsi (permintaan) individual. Pendekatan kurva indiferensi mempunyai kelebihan dibandingkan pendekatan daya guna marginal karena lebih bersifat umum, bisa membedakan efek substitusi dan efek pendapatan, serta memungkinkan menggambarkan kurva Engel yang menunjukkan pengaruh pendapatan terhadap kuantitas yang diminta lewat penggambaran kurva konsumsipendapatan. 1.
Pendekatan Daya-Guna Versus Kurva Indiferensi Pendekatan kurva indiferensi dalam teori permintaan konsumen dapat digunakan sebagai alternatif untuk menganalisis perilaku konsumen seperti keseimbangan dan pertukaran serta untuk menurunkan kurva permintaan konsumen akan suatu komoditi. Perbedaan pokok antara pendekatan daya guna marjinal dan pendekatan kurva indiferensi adalah pendekatan daya guna didasarkan pada anggapan bahwa daya guna dapat diukur secara kardinal, sedangkan pendekatan kurva indiferensi hanya mensyaratkan kepuasan dapat dibandingkan secara ordinal. Pendekatan kurva indiferensi mensyaratkan konsumen dapat menilai atau menentukan apakah suatu bundel barangbarang memberikan kepuasan lebih besar, sama, atau lebih sedikit daripada bundel barang lain tanpa harus memberi angka kepuasan atau kegunaan setiap bundel barang. Karena/pendekatan kurva indiferensi mensyaratkan pengukuran dayaguna atau kepuasan secara ordinal dan juga karena pendekatan ini memungkinkan memisahkan efek pendapatan dari efek substitusi akibat perubahan harga, maka banyak ahli ekonomi lebih menyenangi pendekatan daya-guna marjinal. Namun kita dapat belajar dari dua pendekatan tersebut. 2.
Kurva Konsumsi-Pendapatan dan Kurva Engel Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi permintaan adalah pendapatan konsumen. Kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta. Seperti
3.24
Pengantar Ekonomi Mikro
diketahui salah satu faktor penting yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu sendiri. Dengan logika yang sama dapat juga digambarkan kurva Engel yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada kasus barang normal, kurva Engel berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan mengonsumsi lebih banyak barang-barang dan jasa-jasa. Hubungan ini dapat diterangkan dengan menggunakan kurva indiferensi seperti nampak pada Gambar 3.13. Misalkan konsumen berada pada keseimbangan mulamula pada titik E 0 di mana terjadi persinggungan antara kurva indiferensi I 0 dengan garis anggaran BL 0 pada pendapatan sebesar N 0 dan kuantitas yang diminta sebesar X 0. Pada titik keseimbangan ini dapat diperoleh salah satu titik pada kurva Engel yaitu titik A pada Gambar 3.14. Selanjutnya, misalkan pendapatan konsumen naik menjadi sebesar N 1. Bila harga barang-barang tetap tak mengalami perubahan maka garis kendala anggaran bergeser ke atas secara sejajar dengan garis kendala anggaran mula-mula dan menjadi BL 1. Keseimbangan baru konsumen terjadi di titik E 1 yang merupakan garis singgung antara kurva indiferensi I 1, dan garis kendala-anggaran baru BL 1. Dengan adanya kenaikan pendapatan maka kuantitas yang dikonsumsi naik menjadi X1. Satu lagi titik pada kurva Engel dapat ditentukan yaitu titik B. Selanjutnya, hubungkan titik A dan titik B pada Gambar 3.14 maka diperoleh kurva Engel. Hubungkan titik keseimbangan konsumen bila pendapatan konsumen naik pada analisis kurva indiferensi sementara harga barangnya tetap tak berubah maka diperoleh kurva konsumsi pendapatan (KKP).
3.25
ESPA4111/MODUL 3
Gambar 3.13. Kurva Konsumsi Pendapatan
Gambar 3.14. Kurva Engel
LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1)
2)
Bedakan antara konsumsi optimal (yang memaksimumkan daya guna atau kepuasan) individual dengan pendekatan daya-guna marginal dan pendekatan kurva indeferensi. Jelaskan kurva Konsumsi Pendapatan dan selanjutnya jelaskan kurva Engel.
Petunjuk Jawaban Latihan
1)
Pendekatan kurva indiferensi mengasumsikan bahwa tak perlu ada kuantifikasi daya guna karena tak mungkin dilakukan, dan hanya anggapan peringkat kepuasan daya guna secara ordinal. Selain itu kurva
3.26
Pengantar Ekonomi Mikro
indiferensi bisa memisahkan efek total menjadi efek substitusi dan efek pendapatan. 2) Gunakan kurva indiferensi dan garis anggaran, jika pendapatan konsumen berubah maka garis anggaran bergeser secara sejajar dan diperoleh titik keseimbangan konsumsi baru. Hubungkan titik-titiknya maka peroleh kurva pendapatan dan selanjutnya bisa digunakan untuk memperoleh (menggambarkan) kurva Engel.
RANGKUMAN
Kurva permintaan konsumen individual akan suatu barang dapat diperoleh dengan mengubah harga barang bersangkutan hingga dapat diperoleh posisi keseimbangan baru dengan pendekatan kurva indiferensi. Cara yang sama, dengan mengubah harga, juga dapat digunakan untuk memperoleh kurva permintaan konsumen individu dengan pendekatan daya guna marjinal. Bila posisi-posisi keseimbangan pada harga yang berbeda itu dihubungkan pada analisis pendekatan kurva indiferensi maka diperoleh Kurva Harga Konsumsi. Bila posisi titik keseimbangan pada tingkat pendapatan berbeda, dengan pendekatan ini, dihubungkan maka diperoleh kurva pendapatan konsumsi. Selanjutnya bila kuantitas keseimbangan serta tingkat pendapatan yang bersangkutan digambarkan maka diperoleh kurva Engel yang berlereng menanjak naik (pada barang normal). Kelebihan pendekatan kurva indiferensi dibandingkan dengan pendekatan daya guna marjinal adalah yang pertama hanya memerlukan anggapan bahwa konsumen tak perlu menguantifikasikan daya guna total dan marjinal. Di samping itu ia dapat memisahkan efek substitusi dan efek pendapatan yang merupakan efek total akibat perubahan harga terhadap kuantitas yang diminta. Efek substitusi adalah efek perubahan harga berupa tindakan konsumen yang akan mengganti barang yang harganya lebih mahal dengan barang yang harganya lebih murah. Efek pendapatan adalah efek perubahan pendapatan terhadap posisi keseimbangan konsumen. Efek perubahan harga atas kuantitas yang diminta atau dikonsumsi dibedakan menurut jenis barangnya yaitu barang normal, barang inferior/barang Giffen dengan menghubungkannya dengan efek pendapatan dan efek substitusi. Barang Giffen mempunyai kurva permintaan berlereng menanjak naik (ini merupakan pengecualian).
ESPA4111/MODUL 3
3.27
TES FORMATIF 2 Pilih satu jawaban yang paling tepat! 1)
Jika harga barang X naik, maka penurunan jumlah yang dibeli akan .... A. menurunkan daya guna marjinal B. menaikkan daya guna total dari pembelian C. menaikkan daya guna marjinal D. menaikkan daya guna total bagi konsumen dari seluruh pembelian di atas tingkat daya guna total mula-mula
2)
Jika kurva indiferensi berbentuk horizontal (anggaplah X menunjukkan sumbu mendatar dan Y menunjukkan sumbu tegak), ini berarti konsumen jenuh terhadap .... A. komoditi X B. komoditi Y C. komoditi X maupun komoditi Y D. bukan komoditi X ataupun komoditi Y
3)
Kurva indiferensi menunjukkan .... A. tingkat produksi yang dicapai dengan penggunaan dua macam input B. berbagai kombinasi dua macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan C. yang sama kepada seorang konsumen keadaan di mana konsumen memperoleh keuntungan maksimal D. tingkat kepuasan maksimal seorang konsumen
4)
Perpotongan dua kurva indiferensi seorang konsumen .... A. menunjukkan kombinasi barang-barang di mana ia memperoleh daya guna total maksimum B. menunjukkan kombinasi keseimbangan barang-barang jangka panjang baginya C. mencerminkan keseimbangan konsumen yang tidak stabil karena keduanya mempunyai perbedaan slope sangat besar D. tidak mungkin terjadi karena kombinasi (pada titik potong tersebut) tidak mungkin memberikan daya guna total berbeda karena berada pada dua kurva indiferensi yang berbeda
5)
Kurva indiferensi menggambarkan .... A. kurva-kurva indiferensi bagi semua konsumen yang diwakili dalam gambar yang sama
3.28
Pengantar Ekonomi Mikro
B. kombinasi dua jenis barang konsumsi yang memberi kepuasan sama bagi seorang konsumen C. bagaimana barang didistribusikan di antara dua konsumen hingga mereka mencapai kepuasan optimal dan tak ingin lagi saling menukarkan barang D. hubungan satu lawan satu antara skedul indiferensi dan struktur pasar 6)
Pada tingkat keseimbangan lereng kurva indiferensi .... A. sama dengan lereng garis anggaran B. lebih besar daripada lereng garis anggaran C. lebih kecil daripada lereng garis anggaran D. sama, lebih besar, atau lebih kecil daripada lereng:garis anggaran
7)
Bila harga barang inferior naik, ceteris paribus, efek substitusi .... A. menaikkan jumlah barang yang diminta B. menurunkan jumlah barang yang diminta C. ditambah efek total menaikkan jumlah barang yang diminta D. ditambah efek total menurunkan jumlah barang yang diminta
8)
Manakah di antara pernyataan-pernyataan berikut yang menggambarkan kondisi barang-barang Giffen? A. Bila harga barang naik, jumlah yang diminta bertambah. B. Bila pendapatan turun, jumlah yang diminta berkurang. C. Bila harga barang naik, jumlah yang diminta berkurang. D. Efek substitusi lebih besar dari nol.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar Jumlah Soal
×
100%
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang
ESPA4111/MODUL 3
3.29
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
3.30
Pengantar Ekonomi Mikro
Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) A 2) B 3) A 4) C 5) A
Tes Formatif 2 1) C 2) A 3) B 4) D 5) B 6) A 7) B 8) A