Pembuktian Kebenaran Tori Psikologi Individu oleh Albert Alder Melalui Naskah Drama Para Jahanam Karya Zulfikri Sasma Ditulis oleh Shinta Devi Rossaline 12 Humanities 2 2010
Kehidupan adalah hal yang tidak mudah dimengerti baik kaum awam maupun para ahli sekalipun. Tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana kehidupan tiap-tiap manusia berjalan, karena pada dasarnya setiap orang memiliki gaya hidup atau pola hidup yang berbeda-beda. Alfred Adler, seorang psikolog asal Austria mengemukakan bahwa manusia dilahirkan dengan tubuh yang lemah dan inferior ± sebuah kondisi yang mengarah kepada perasaan-perasaan inferioritas dan ketergantungan pada orang o rang lain sangat vital dalam manusia. Sebuah teori bertajuk Psikologi Individu lahir karena dilatarbelakangi oleh kehidupan pribadinya yang penuh dengan ketidakstabilan mental. Adler yang merupakan anak kedua dari enam bersaudara merasa sering dibanding-bandingkan dengan kakaknya, Sigmund. Rasa cemburu kerap merajai jiwa Alder terhadap kakak lelakinya. Seakan-akan impian Adler untuk menajadi seperti kakaknya pupus sudah karena sejak berumur 5 tahun, Adler telah divonis mengidap penyakit Pneumonia kronis sehingga kemungkinan untuk sembuh dapat dikata mustahil. Kegagalan demi kegagalan harus dialami oleh seorang Alfred Adler di masa hidupnya namun di balik itu semua, beliau telah memberi kontribusi ko ntribusi yang besar kepada dunia ilmu psikologi. Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada (Alwisol, 2005 : 97).
Teori Psikologi Individu terbagi menjadi beberapa bagian penting antara lain; perjuangan menuju keberhasilan ( striving for succes or superiority), superiority), persepsi-persepsi subjektif, kesatuan dan konsisten-dalam-diri (unified (unified and self-consistent ), ), kepedulian sosial ( social interest ), gaya hidup ( style style of life atau yang lebih familier disebut dengan lifestyle), lifestyle), dan daya kreatif (creative (creative power ). ). Berlandasan pada teori psikologi individu yang Alder kembangkan, esai ini akan memuat sebuah analisis naskah drama karya sastrawan terkenal, Zulfikri Sasma yang berjudul berjudul Para Jahanam. Jahanam. Sebuah analisis yang membahas bagaimana Psikologi Individu dapat dibuktikan kebenarannya melalui sebuah naskah drama tentang kehidupan sebuah keluarga di pinggiran kota metropolitan. Naskah drama tersebut merupakan sumber tertulis sehingga akan dianalisis menggunakan metode penelitian studi pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), studi pustaka berarti metode penelitian dengan menggunakan sumber tertulis.
Karakter-karakter yang ada dalam naskah drama Para Jahanam tidaklah banyak. Hanya sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Seorang adalah perempuan dan seorang lagi seorang laki-laki. Karakter-karakter inilah simbol dari kehidupan manusia inferior pada umumnya seperti yang telah dikemukakan oleh Alfred Alder. Mengambil setting tempat di sebuah kawasan kumuh yang menempati gubuk-gubuk kumuh di bantaran sungai, sang penulis ingin menggambarkan bagaimana ketidaknyamanan kehidupan keluarga tersebut. Adler mereduksi semua motovasi menjadi satu dorongan tunggal ± perjuangan menuju keberhasilan atau keunggulan. Psikologi individu menyatakan bahwa setiap orang memulai kehidupan dengan kelemahan yang mengaktifkan perasaan-perasaan inferioritas ± inilah perasaan yang memotivasi seseorang untuk berjuang, untuk menjadi unggul atau berhasil. Individu yang tidak sehat secara psikologis berjuang hanya demi keunggulan pribadi. (Feist, 2008: 84)
Karakter Johari dalam naskah drama Para Jahanam dengan jelas mencerminkan bagaimana individu yang tidak sehat secara psikologis berjuang demi kepentingan pribadi. Tujuan utama Johari adalah kekayaan ± dalam naskah disimbolkan dengan keinginannya membangun sebuah rumah yang dapat mengalahkan kemegahan Griya Arta. Kita akan lekas kaya! Aku (Johari) akan membangun rumah dengan lampu yang lebih besar dari Griya Arta sana. Biar mereka nyahok! (Sasma). Penggunaan kalimat biar mereka nyahok di sini berarti keinginan Johari untuk mengalahkan orang lain yang pada saat itu lebih kaya dari pada dia. Kalimat ini juga berarti kesombongan seorang Johari yang begitu kental terlihat. Sosok Johari adalah contoh manusia yang memiliki keinginan yang kuat, akan tetapi cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan tidak dapat dibenarkan. Johari lebih memilih jalan pintas untuk menjadi kaya, yaitu dengan berjudi. Walaupun faktanya, dibutuhkan kerja keras dan waktu yang tidak singkat bagi seseorang untuk menjadi kaya raya. Beberapa orang berjuang menuju keunggulan dengan sedikit atau bahkan tidak memiliki kepedulian terhadap orang lain. Perjuangan mereka sebagian besar dimotivasikan oleh perasaan-perasaan inferioritas pribadi yang berlebih-lebihan ± pembunuh, pencuri, dan seniman peniru. (Feist, 2008: 153)
Selain berjudi, Johari juga terkesan acuh tak acuh terhadap kepentingan keluarganya. Dengan kata lain, Johari hanya pedu li terhadap dirinya sendiri. Pak tua, apa kau pikir akan makan dengan berada di rumah terus, heh? Ke pasar kek, kemana saja. Aku sudah tidak punya minyak tanah pak tua! (Sasma)
Kutipan di atas adalah sepenggal dialog Tumiya (istri Johari) kepada suaminya yang hanya berdiam diri di rumah, tidak bekerja namun selalu sibuk mengutak-atik angka-angka yang tertera dalam buku ramalan judi yang dalam naskah drama Para Jahanam disebut ³Merah Delima´. Keinginan Johari untuk mendapatkan apa yang ia mau memang begitu kuat namun hal itu tidak disertai dengan kerja keras, ia justru terlihat begitu malas untuk bekerja dan lebih memilih untuk berleha-leha di rumahnya. Beralih kepada sosok Tumiyah. Istri dari Johari ini juga memiliki watak yang tidak baik, ditinjau dari dialog-dialog yang dilontarkan oleh Tumiyah, nada yang digunakan terkesan selalu tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa sosok Tumiyah adalah orang yang emosional dan pemarah. Kata-
kata yang keluar dari mulut Tumiyah juga penuh dengan sumpah serapah. Anak sialan! Hei, kemana kau? Heh, jangan lari« Keparat, sampai kapan kau mempermainkan orang tua, heh? Awas kau! Awas! (ibid). Sepasang suami istri dengan kebiasaan yang tidak baik ternyata juga sangat berpengaruh kepada sifat anak-anaknya. Anak sulung; suka sekali memiliki perasaan yang luas terhadap kekuasaan dan keunggulan dan tidak kritis terhadap orang lain. (Feist, 2008: 346). Anak sulung dari pasangan Johari dan Tumiyah bernama Ros. Seorang gadis yang beranjak dewasa. Sekilas kemunculan Ros dalam naskah drama Para Jahanam cukup menjelaskan bahwa ia meniru apa yang ayahnya lakukan yaitu ketidakpedulian terhadap orang lain. Ditambah lagi dengan statusnya sebagai anak sulung, Ros bertindak semaunya. Ada sebuah bagian dalam naskah drama Para Jahanam di mana sang ayah merasa lapar karena belum makan sejak pagi, Ros yang pada saat itu sedang makan tidak mau berbagi dengan ayahnya. Nggak! Nggak mau. Uangku hanya tinggal 2000 perak buat beli Viva, bedakku habis (Sasma), itulah yang dikatakan Ros ketika sang ayah memintanya untuk membelikan makanan. Lain Ros lain pula Ujang, anak bungsu Johari dan Tumiyah. Ujang memang tidak memili dialog satupun dalam naskah drama Para Jahanam namun melalui tokoh-tokoh lain terlihat bahwa Ujang bukan seorang anak yang baik. Sekali lagi, perilaku orang tua menurun kepada anaknya. Seperti Johari, Ujang juga melakukan sebuah perjuangan yang dimotivasikan oleh perasaan inferioritas yang berlebihan dengan mencuri uang dari ibunya. Sebenarnya tujuan utama Ujang bukanlah soal uang tetapi perhatian daripada orang tuanya. Ujang adalah contoh anak-anak yang merasa terabaikan dan tidak diperlakukan dengan benar oleh lingkungannya terlebih-lebih oleh keluarganya. Anak yang mengalami hal demikian cenderung menciptakan gaya hidup yang tertolak sehingga berujung pada tindak kejahatan. Gaya hidup mengacu pada warna kehidupan seseorang. Ini mencakup tujuan pribadi, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Hal-hal yang telah disebutkan di atas merupakan bagian dari teori individu Alfred Alder. Hal ini berarti bahwa telah dibuktian kebenaran teori individu melalui naskah drama Para Jahanam karya Zulfikri Sasma.
Daftar Pustaka: BRUNKHORST, Steve, 2006. Lifestye Avaliable at: http://EzineArticles.com/?expert=Steve_Brunkhorst (21 October 2010) rd
FEIST, Jess and Gregory J., 2008. Theories of Personality 3 Edition, Brown & Benchmark Publisher: USA SASMA, Zulfikri. Para Jahanam! (updated 16 March 2010) Avaliable at: http://mbahbrata.wordpress.com/2010/03/16/para-jahanam-analisis-naskahdrama/ STEIN, Henry T., 2005. Distance Training in Classical Alderian Psycotheraphy Avaliable at: http://ourworld.compuserve.com/homepages/hstein (22 October 2010) Tim penyusun Kamus Bahasa Indonesia (2007) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka WAHID, Hilaludin, 2009. Lifestyle (Gaya Hidup). (updated 10 December 2009) Avaliable at: http://hilaludinwahid.com/lifestyle-gaya-hidup/ (21 October 2010)