Definisi Pneumotoraks Adanya udara atau gas di rongga pleura (yaitu, jarak potensial antara pleura viseral dan parietal paru), yang dapat mengganggu oksigenasi dan / atau ventilasi. Hasil klinis tergantung pada tingkat keruntuhan paru pada sisi yang terkena. Jika pneumotoraks signifikan, hal itu dapat menyebabkan pergeseran stabilitas mediastinum dan kompromi hemodinamik. Udara bisa memasuki ruang intrapleural melalui komunikasi dari dinding dada (yaitu trauma) atau melalui parenkim paru di pleura viseral. http://emedicine.medscape.com/article/424547-overview Definisi Tension Pneumothoraks adanya udara dalam ruang pleura secara progresif, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara untuk masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau tertahan di dalam rongga pleura. Etiologi 1. Pneumothoraks spontan primer : paru normal, adanya ruptur ‘bleb’ pleura 2. Pneumothoraks spontan sekunder : berhubungan dengan penyakit paru (PPOK, pneumonia, dan lain – lain). Rupture pleura viseralis menyebabkan adanya hubungan antara saluran pernafasan dengan rongga pleura. 3. Traumatic misalnya pada luka tusuk Epidemiologi Insidensinya adalah 10/100.000 orang dewasa per tahun, laki-laki > perempuan, kadang – kadang diturunkan dalam keluarga. Orang degan tubuh lebih tinggi cenderung lebih sering mengalami pneumothoraks spontan primer. Sumber : buku : At a Glance Medicine oleh Patrick davey Penerbit Erlangga 2006. Authorized translation from English language edition published by Blackwell Science ltd. Editor : amalia safitri, S.TP.M.Si
Terapi Pneumothoraks Spontan Primer Pasien dengan lesi kecil dengan gejala minimal tanpa adanya gangguan pernapasan biasanya aman dan pasien tidak perlu dirawat. Pasien dengan pneumotoraks primer dengan gejala minimal hanya perlu diobservasi. Namun pasien harus segera berobat apabila terjadi perburukan gejala. Pada umumnya pneumotoraks yang kurang dari 15% tidak terjadi kebocoran udara yang persisten. Pada pasien dengan gejala seperti napas yang tidak adekuat memerlukan penanganan lebih lanjut. Pemberian oksigen dapat
memperbaiki
hipoksemia
pada
pasien
pneumotoraks.
Needle
aspiration
direkomendasikan sebagai tatalaksana awal dengan menggunakan jarum 16-18 G. Caranya kateter ukuran 16-18 G dimasukan di sela iga kedua garis midklavikula. Kateter lalu isambungkan ke three way dan tabung jarum. Lalu aspirasi sejumlah udara sampai terjadi resolusi. Aspirasi juga dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama menggunakan water sealed drainage (WSD). WSD merupakan suatu sistem drainase pleural yang terdiri dari 3 tabung. Tabung pertama yang terhubung dengan pasien berfungsi sebagai tabung pengumpul cairan. Tabung pertama kemudian dihubungkan dengan water sealed. Tabung ketiga bertugas untuk menghisap. Namun kebanyakan sistem drainase pleura ini hanya terdiri dari satu tabung WSD saja sampai tidak terdapat undulasi. Apabila gagal, needle aspiration tidak boleh diulang kecuali terdapat kesulitan teknis seperti kateter yang bengkok atau terjadi obstruksi. Lakukan small bore chest drain (<14 F) apabila NA gagal. Metode suction tidak dilakukan secara rutin, namun dapat dilakukan pada kasus pneumotoraks dengan adanya kebocoran udara yang persisten dengan atau tanpa reekspansi paru yang tidak sempurna ditandai dengan adanya gelembung udara melalui chest drain selama 48 jam pertama. Suction dilakukan dengan tekanan -10 sampai -20 cmH2O. Tekanan yang lebih tinggi dikhawatirkan dapat terjadi hipoksemia. Apabila paru tidak mengembang dalam waktu 24 jam, rujuk pasien ke spesialis paru.
Chest drains biasanya yang diperlukan untuk pasien Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Bilateral yang harus segera dibawa ke rumah sakit.
Observasi adalah pilihan terapi untuk Pneumothoraks Primer Spontan tanpa sesak napas yang signifikan.
Pasien dengan asimptomatik Pneumothoraks Primer Spontan mungkin dikelola hanya dengan observasi.
Gejala Minimal
Pasien yang tidak sesak napas bisa melakukan rawat jalan dengan syarat pasien rutin melakukan kontrol kesehatan jika terjadi perburukan gejala
Terapi Pneumothoraks Spontan Sekunder Penanganan pneumotoraks lebih rumit dibandingkan pneumotoraks primer karena terdapat penyakit yang mendasarinya. Oleh karena itu, penyakit yang mendasarinya harus ditatalaksana untuk mencegah kekambuhan pneumotoraks. Pasien dengan pneumotoraks sekunder memerlukan perawatan rumah sakit minimal selama 24 jam dan memerlukan terapi oksigen. Pada kebanyakan kasus, pneumotoraks sekunder memerlukan small-bore chest drain dan segera rujuk ke spesialis paru. Aspirasi biasanya tidak memberikan hasil yang signifikan pada pneumotoraks sekunder tetapi dapat dilakukan apabila lesi kecil untuk menghindari insersi dari chest drain. Discharge and follow-up
Patients should be advised to return to hospital if increasing breathlessness develops. (D)
All patients should be followed up by respiratory physicians until full resolution. (D)
Air travel should be avoided until full resolution. (C)
Diving should be permanently avoided unless the patient has undergone bilateral surgical pleurectomy and has normal lung function and chest CT scan postoperatively. (C)
Those managed by observation alone or by NA should be advised to return for a followup chest x-ray after 2–4 weeks to monitor resolution. Those with successful lung reexpansion before hospital discharge will also require early review because recurrence may occur relatively early. Pleurodesis Pleurodesis dapat dilakukan pada pasien dengan kebocoran udara yang persisten. Pleurodesis dapat mengontrol pneumotoraks yang rekuren pada pasien yang tidak dapat
dioperasi karena beratnya penyakit yang mendasarinya atau karena tidak bersedia menjalani operasi. Pleurodesis dilakukan dengan cara memasukkan sclerosing agent ke dalam pleura untuk menginduksi terjadinya inflamasi yang bersifat antiseptik. Inflamasi yang terbentuk diharapkan membentuk suatu adhesi yang akan melekatkan pleura. Sclerosisng agent yang digunakan adalah tetrasiklin dengan dosis 1500 mg. Pemberian analgesik dan anestesi intrapleura dapat dipertimbangkan karena pleurodesis memberikan efek samping berupa nyeri. Indikasi untuk tindakan bedah
Pada kasus kebocoran udara yang persisten atau kegagalan paru-paru untuk re-expand, segera (3-5 hari) diperlukan pemeriksaan bedah toraks .
Indikasi
Pneumotoraks ipsilateral kedua
Pneumotoraks kontralateral pertama
Pneumotoraks spontan bilateral
Kebocoran udara persisten (5-7 hari pemakaian chest tube drainage) atau kegagalan pengembangan paru
Hemotoraks spontan
Kehamilan
Torakotomi merupakan prosedur pembukaan rongga torak untuk memperbaiki kebocoran udara yang persisten denga melakukan reseksi bula atau bleb yang terdapat pada pleura viseral. Torakotomi merupakan pilihan tatalaksana dengan tingkat rekurensi paling rendah. Sambungan dibentuk antara kedua permukaan pleura yang berlawanan. Diharapkan dengan torakotomi dapat mencegah kekambuhan. Tension Pneumothoraks
Tension pneumothorax adalah kegawatdaruratan medis yang membutuhkan kesadaran tinggi dalam berbagai situasi klinis.
Penanganan dengan oksigen dan needle decompression
This is a medical emergency that can arise in a variety of clinical situations, so a high index of suspicion is required in order to make the correct diagnosis and to manage it effectively. The most frequent situations are shown in box 1, although the list does not include all eventualities. It arises as a result of the development of a one-way valve system at the site of the breach in the pleural membrane, permitting air to enter the pleural cavity during inspiration but preventing egress of air during expiration, with consequent increase in the intrapleural pressure such that it exceeds atmospheric pressure for much of the respiratory cycle. As a result, impaired venous return and reduced cardiac output results in the typical features of hypoxaemia and haemodynamic compromise Box 1 Typical clinical situations where tension pneumothorax arises 1. Ventilated patients on ICU. 2. Trauma patients. 3. Resuscitation patients (CPR). 4. Lung disease, especially acute presentations of asthma and chronic obstructive pulmonary disease. 5. Blocked, clamped or displaced chest drains. 6. Patients receiving non-invasive ventilation (NIV). 7. Miscellaneous group, for example patients undergoing hyperbaric oxygen treatment. Treatment is with high concentration oxygen and emergency needle decompression, a cannula usually being introduced in the second anterior intercostal space in the midclavicular line. The instantaneous egress of air through the majority of the respiratory cycle is an important confirmation of the diagnosis and the correct lateralisation. A standard 14 gauge (4.5 cm) cannula may not be long enough to penetrate the parietal pleura, however, with up to one-third of patients having a chest wall thickness >5 cm in
the second interspace. The chest wall may be less deep in the fourth or fifth interspace, and this could provide an alternative site for decompression or a chest drain may need to be inserted if there is an initial treatment failure. In any case, a chest drain should be inserted immediately after needle decompression and the cannula left in place until bubbling is confirmed in the underwater seal system to confirm proper function of the chest drain. Sumber: MacDuff A, Arnold A, Harvey J. Management of spontaneous pneumothorax: British Thoracic Society pleural disease guideline 2010. Thorax 2010;65:ii18-ii31.