I a. DEFINISI SEDIAAN EMULSI b. PERSYARATAN SEDIAAN EMULSI c. MACAM SEDIAAN EMULSI d. PEMAKAIAN SEDIAAN EMULSI II. TUJUAN PEMBERIAN BENTUK SEDIAAN EMULSI III FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI STABILITAS FISIKA SEDIAAN EMULSI IV CARA PERACIKAN SEDIAAN EMULSI a. FORMULA UMUM b. CARA PERACIKAN V. WADAH, ETIKET DAN LABEL SEDIAAN EMULSI
PUSTAKA • Anon Anonim im,” ,”Fa Farma rmako kope pe Indo Indone nesi sia a ed.II ed.III” I”,1 ,197 979 9 • An Anon onim im,” ,”Fa Farma rmako kope pe Indo Indone nesi sia a ed.I ed.IV, V,”19 ”1995 95 • Mo Moh. h.An Anif if,” ,”Ilm Ilmu u Mera Meraci cik k Obat Obat”, ”, Gad Gadja jah h Mada Mada University press,2005 • Nanizar Zaman-Joenoes,”Ars Prescribendi ed.2”, Airlangga University press,2006 • Ho Howa ward rd C. Ans Ansel el,” ,”Pe Peng ngan anta tarr Bentu Bentuk k Sedi Sediaa aan n Farmasi”, Universitas Indonesia press,1989. • C. C.F. F. Van Van Du Duin in,” ,”Il Ilmu mu Res Resep ep”, ”,So Soero eroen enga gan n
Definisi • Emulsi adalah sediaan yang homogen mengandung minyak atau lemak, terdispersi dalam vehikulum, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok. (ars prescribendi) • Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (pengantar bentuk sediaan farmasi)
definisi
• Menurut F I ed. III Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. • Menurut F I ed. IV Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil.
• Emulsi ~ mengandung 2 zat yang tidak bercampur • Fase terdispers ~ fase dalam : emulgendum • Fase pendispers ~ medium dispersi ~ fase luar ~ fase kontinu : menstruum • Bahan pengemulsi : emulgens ~ emulgator • Ukuran partikel: Ø 0,25-25 mikron, umumnya > 1 mikron
Persyaratan Emulsi Sediaan emulsi yang baik harus : 1. Stabil dan homogen 2. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati ukuran partikel koloid 3. Tidak terjadi creaming atau cracking 4. Warna, bau dan rasa menarik
Macam – Macam Emulsi 1.
Menurut konsistensinya dan maksud pemakaiannya: - emulsi cair : pemakaian oral, topikal, parenteral mis : emulsi ol.iecoris aselli, balsamum papilare, intralipid injeksi - emulsi semisolid : pemakaian topikal mis : vanishing cream
Macam – Macam Emulsi
2. Menurut asal bahan pembuat emulsi a. Emulsi alam / emulsi vera (emulsa naturalia) Dibuat dari bahan dasar biji-bijian yang mengandung emulgendum & emulgens, dengan penambahan air dari luar akan terbentuk emulsi. b. Emulsi buatan / emulsi spuria dibuat dari bahan cair yang umumnya berupa minyak dengan penambahan emulgator dan air dari luar akan terbentuk emulsi
Macam – Macam Emulsi
3. Menurut tipe emulsi / jenis emulsi a. Tipe minyak dalam air = m/a = o/w - fase dalam : minyak/bahan serupa - fase luar
minyak. : air
b. Tipe air dalam minyak = a/m = w/o - fase dalam : air - fase luar : minyak
Jenis/ tipe emulsi yang terbentuk umumnya tergantung dari emulgator yang digunakan
Cara Penentuan Tipe Emulsi : 1. Tes pengenceran = drop dilution test Berdasarkan pengenceran fase luar emulsi dilakukan dengan cara : - meneteskan air atau minyak pada sejumlah tertentu emulsi. - bila emulsi dapat diencerkan dengan air (tetap homogen) tipe emulsi adalah m/a. - bila emulsi dapat diencerkan dengan minyak (tetap homogen) tipe emulsi adalah a/m.
Cara Penentuan Tipe Emulsi :
2. Tes kelarutan zat warna = Dye Solubility Test Berdasarkan kelarutan zat warna dalam air atau minyak (fase pendispers). dilakukan dengan cara: - meneteskan larutan zat warna pada sejumlah tertentu emulsi. - bila larutan zat warna dalam air, ditambahkan pada suatu emulsi dan didapat : warna yang homogen tipe emulsi minyak dalam air (m/a). warna yang heterogen tipe emulsi air dalam minyak (a/m).
Cara Penentuan Tipe Emulsi :
3. Tes Konduktivitas / Conductivity Test Berdasarkan sifat air yg dapat menghantarkan aliran listrik. Test ini akan lebih sensitif bila ditambah sedikit NaCl. dilakukan dengan cara : - dibuat suatu rangkaian listrik, media penghantar arus digunakan emulsi yang ingin diketahui tipenya. - adanya arus akan ditunjukkan dengan menyalanya lampu yg dipasang pada rangkaian tersebut.
Cara Penentuan Tipe Emulsi : ad. 3. Tes Konduktivitas / Conductivity Test
• Bila emulsi dapat menghantarkan listrik lampu menyala fase luar emulsi adalah air tipe emulsi adalah minyak dalam air (m/a) • Bila emulsi tidak dapat menghantarkan aliran listrik lampu tidak menyala fase luar emulsi adalah minyak tipe emulsi air dalam minyak (a/m). • Perlu diperhatikan emulsi dengan emulgator ionik dapat memberi reaksi positif.
Cara Penentuan Tipe Emulsi :
4. Tes Flouresensi / Flourescence test Berdasarkan sifat beberapa minyak yang berflouresensi pada sinar ultraviolet. dilakukan dengan cara : - emulsi yang ingin diketahui tipenya disinari dengan sinar ultraviolet. - bila fluoresensi merata di seluruh bagian tipe emulsi adalah air dalam minyak (a/m). - bila fluoresensi bintik-bintik tipe emulsi adalah minyak dalam air (m/a).
• Sediaan emulsi dapat dipergunakan untuk obat dalam maupun obat luar. • Untuk obat dalam, lebih disukai emulsi tipe m/a karena : - rasa atau bau minyak yang tidak enak dapat tertutup/dikurangi. - minyak dalam butir-butir halus lebih mudah dicerna. Co: emulsi minyak ikan untuk p.o
Suatu bahan obat bentuk cair (minyak) yang tidak tercampurkan dengan pembawa cair dibuat dalam bentuk sediaan emulsi dengan tujuan / alasan : 1. Untuk menutupi rasa yang kurang enak 2. Untuk mempermudah proses pencernaan 3. Untuk memudahkan pemakaian - memudahkan pengolesan emulsi tipe a/m - memudahkan pencucian emulsi tipe m/a 4. Memberi efek emolient. 5. Memperlama khasiat
Suatu emulsi stabil, jika butir yang terdispersi berada dalam keadaan terbagi halus dalam waktu yang lama, bila fase terdispersi makin mendekati keadaan koloidal maka emulsi tersebut makin stabil.
Adalah salah satu faktor penyebab terjadinya creaming. Butir-butir yang besar dan dapat bergerak dengan cepat akan menubruk butir-butir yang kecil dengan pergerakan yang lambat.
Bila konsentrasi fase dalam shg butir-butir yg berada pada dasar sampai permukaan bersentuhan maka gerakan dari butirbutir tidak memungkinkan lagi krn alasan ruang geometriknya.
Makin besar viskositas emulsi , maka makin kurang gerakan/tumbukan butir-butir fase dalam, dengan demikian menghalangi bersatunya fase dalam dan menghindari terjadinya creaming. Sesuai dengan hukum Stoke’s d2
ρ
ρ η
Ketidak stabilan emulsi secara fisis dapat ditunjukkan dengan terjadinya :
Bila fase dalam menjadi lebih pekat dan mendorong fase luar yang cenderung naik ke atas atau turun ke bagian bawah sediaan, tergantung dari berat jenis kedua fase tersebut. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan pengocokan.
Bila fase dalam dan fase luar memisah secara menyeluruh yang umumnya disebut pecahnya sistem emulsi. Keadaan ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan.
Fase dalam dan fase luar cenderung memisah → adanya tegangan permukaan pada kedua cairan. bila gaya ini tidak dihilangkan , butir-butir fase dalam akan bersatu dan emulsi akan pecah.
1. Menambah bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan / surfaktan. 2. Menambah bahan yg dapat menempatkan diri pada permukaan antara kedua fase dan mengikat kedua fase dengan kekuatan besar. 3. Menambah bahan yg membentuk suatu film / selaput tipis di sekeliling butiran-butiran fase dalam yang secara mekanis mencegah kedua fase tersebut bersatu.
Terbntknya emulsi tipe m/a atau a/m tergantung : a. Kelarutan selektif emulgator yg digunakan. - bila emulgator larut dalam air terbentuk emulsi tipe m/a - bila emulgator larut dalam minyak terbentuk emulsitipe a/m b. Perbandingan jumlah fase minyak dan fase air.
FORMULA UMUM SEDIAAN EMULSI
R/ Bahan obat Bahan pengemulsi Bahan tambahan Pembawa
a.Bahan obat. Bahan obat dalam sediaan emulsi dapat berasal dari minyak yang dikandung dlm biji-bijian atau bahan cair yang umumnya berupa minyak atau yang menyerupai minyak yang tidak dapat tercampurkan dengan pembawa umumnya air.
b.Bahan pengemulsi = emulgator. Untuk menstabilkan suatu emulsi, agar fase dalam dan fase luar tidak memisah dapat ditambahkan bahan pengemulsi / surfaktan.
MACAM-MACAM BAHAN PENGEMULSI Bhn pengemulsi dibdkan berdsrkan: Kelarutan emulgator - emulgator larut air mis: gom arab, tragakan,tween - emulgator larut minyak mis: sabun kalsium stearat, span Muatan emulgator a. anionik mis : gom arab, sabun natrium stearat
•
•
b. kationik mis : benzalkonium klorida
MACAM-MACAM BAHAN PENGEMULSI
c. Non ionik - bersifat lipofil * alkohol – lemak stearil alkohol * ester-ester asam lemak dg alkohol tinggi: -dg as. lemak jenuh span 20, 40, 60 -dg as. Lemak tdk jenuh span 80, 85 - bersifat hidrofil mis : ester asam lemak * dengan polietilenglikol PEG 4000 monostearat * dengan polioksietilen tween d. amphoter misal : protein
Bahan Pengemulsi Pada Pembuatan Sediaan Emulsi 1.Golongan karbohidrat : gom arab, tragakan, metilselulosa, karboksimetil selulosa 2.Golongan protein : gelatin = pharmagel 3.Golongan sabun dan alkali : TEA 4.Golongan alkohol : setil alkohol, stearil alkohol, oleil alkohol, gliseril monostearat, PEG 5.Golongan pembasah : Natrium lauril sulfat, Span, Tween
1. Gol. Karbohidrat : Gom arab
-
dapat digunakan untuk mengemulsikan minyak lemak dan minyak menguap - Jumlah gom arab yang dibutuhkan : menurut pustaka(Van Duin) untuk : * minyak lemak : digunakan ½ x minyak * minyak menguap : digunakan sama banyak * minyak jarak : digunakan 1/3 x minyak
Gom Arab
• Emulsi dengan gom arab stabil pada pH 2-11 • Dapat digunakan sebagai musilago atau dalam bentuk kering → hasil yang lebih baik. • Emulsi dengan gom arab viskositasnya agak rendah → agak cepat terjadi creaming atau sedimentasi. • Emulsi dengan gom arab OTT dengan: - alkohol konsentrasi > 35%, - larutan FeCl3 - larutan pekat Natrium borat
Tragakan • Sebagai emulgator, tragakan kurang efisien → tidak menurunkan tegangan antar permukaan secara nyata. • Diameter butiran-butiran minyak agak besar • Pembuatan yang baik dengan homogenizer. » Jumlah tragakan yang dibutuhkan : 1/10 bagian dari Gom Arab
Tragakan - Stabil dalam media asam dan netral - Umumnya digunakan sebagai mucilago → tragakan digerus dengan air 20kalinya → ditambah bergantian sejumlah kecil minyak dan air. - Viskositas lebih besar dari gom arab → sukar dituang. - Bila tragakan dikombinasi dengan gom arab (0,1 g tragakan ditambah 1 g gom arab) → - gom arab membuat diameter butir-butir minyak lebih kecil - tragakan memperbesar viskositas.
Metilselulosa = MC • Merupakan semisintetis selulosa, jenis tergantung viskositasnya. • Jumlah MC yang digunakan : umumnya dalam kadar 1 – 10%, tergantung jenisnya. • Stabil pada pH 2 – 12 - Digunakan sebagai musilago, cara : mencampur minyak dengan musilago MC
Karboksimetil selulosa = CMC • Sifat hampir sama dengan MC • Digunakan sebagai musilago,
cara : mencampur minyak dengan musilago CMC
2. Golongan Protein Gelatin = Pharmagel • Ada 2 jenis yaitu Gelatin A dan Gelatin B • Gelatin A : - mempunyai titik isoelektrik pada pH 8 - pada pH ± 3,2 : sangat mudah terhidrasi, bermuatan positif dan berfungsi baik sebagai stabilitas emulsi. - untuk membuat pH 3,2 ditambahkan asam tartrat.
Gelatin B
- mempunyai titik isoelektrik pada ph 4,7 - pada pH 8 : sangat mudah terhidrasi, bermuatan negatif. - untuk membuat pH 8 ditambahkan natrium bikarbonat Emulsi yg dibuat dg gelatin viskositasnya akan turun krn hidrolisa dari gelatin.
Gelatin • Perubahan ini dapat dikurangi sampai minimum menggunakan lar.gelatin yg dipanaskan dekat dengan titik didihnya selama 15-20 menit untuk menghidrolisa gelatin. Sebelum digunakan larutan gelatin didinginkan terlebih dahulu sampai ± 50°C. - Emulsi dengan gelatin akan didapat
hasil yang baik bila digunakan homogenizer.
3. Golongan Sabun Dan Alkali • Sabun jenis monovalen dari asam lemak tinggi menghasilkan emulsi yang baik dalam sediaan lotion atau linimen. • Untuk obat luar → rasa tidak enak dan efek laxansnya shg dihindari penggunaannya untuk emulgator obat dalam.
- Emulsi dg sabun dari logam alkali polivalent menghasilkan emulsi type a/m.
Trietanolamin = TEA • Trietanolamin + asam lemak bebas membentuk sabun → bersifat basa lemah. • Menghasilkan emulsi stabil tipe m/a utk penggunaan luar. • Bila kandungan asam lemak dari suatu minyak terlalu rendah, dpt ditambahkan asam stearat /
asam oleat tergantung jumlah minyak yg diemulsikan.
TEA • Membuat emulsi dengan emulgator TEA + asam stearat dengan cara : 1. Asam stearat dicairkan dengan minyaknya, TEA dilarutkan dalam air panas. 2. Tambahkan fase air pelan-pelan ke fase minyak pada suhu yg sama dengan pengadukan konstan sampai dingin.
4. Golongan Alkohol
Sejumlah alkohol BM tinggi dlm sistem emulsi → utk daya stabilisasi. Yang umum digunakan adalah setil alkohol, stearil alkohol, oleil alkohol dan gliseril monostearat. Dalam pembuatan emulsi dikombinasi dg sabun-sabun atau zat pembasah utk mendapatkan emulsi yg stabil.
Polietilen Glikol Ester = PEG
Mempunyai gugus etilenoksid dengan satu atau dua radikal asam lemak.
Macam PEG berdsrkn BM Perbandingan gugus hidrofil-lipofil yg berbeda-beda dan membentuk emulsi tipe m/a
Umumnya digunakan untuk penggunaan luar (kulit)
5. Golongan Pembasah
Bahan surfaktan sintetis → mengurangi tegangan antar permukaan antara dua cairan yg tidak tercampurkan.
Mengandung gugus hidrofil dan lipofil, dan dalam emulsi dapat digunakan sebagai emulgator atau penstabil emulsi. Contoh : Natrium lauril sulfat, ester sorbitol dan derivat polioksi etilen
Derivat Sorbitol Ester
Span : bersifat lipofilik, mempunyai harga HLB yg rendah dan merupakan emulgator tipe a/m
Tween : bersifat hidrofilik, mempunyai harga HLB yang tinggi dan cenderung membentuk emulsi tipe m/a
Kombinasi antar Span dan Twen untuk mendapatkan harga HLB tertentu dari fase minyak akan menghasilkan emulsi yang mudah dan stabil baik emulsi tipe m/a atau a/m
Untuk membuat emulsi dengan emulgator span dan tween dilakukan dengan cara : - Span dilarutkan dalam fase minyak - Tween dilarutkan dalam fase air - Campur kedua fase dalam botol bermulut lebar, kemudian kocok beberapa menit.
Nilai HLB
Tipe Sistem
3-6
A/M emulgator
7-9
Zat pembasah
8-18
M/A emulgator
13-15
Zat pembersih
15-18
Zat penambah pelarutan
HLB 1,8 – 8,6 → lipofil → tipe A/M
HLB 9,6 – 16,7 → hidrofil → tipe M/A
Contoh : R/ Tween 80 Span 80
70 %
HLB: 15
30 %
HLB: 4,3
Perhitungan: Tween 80: 70% x 15 = 10,5 Span 80 : 30% x 4,3 = 1,3 HLB campuran : 11,8
Cara Peracikan 1. Emulsi vera / emulsi alam Emulsi alam dibuat dari bahan dasar biji-bijian yang mengandung minyak dan emulgator (protein). Dengan penambahan air dari luar akan terbentuk emulsi. Apabila tidak disebut lain,emulsi alam dibuat dari 10 bagian bahan dasar untuk 100 bagian emulsi. Untuk biji kacang tanah, biji amigdalae dulces, maka kulit biji harus dihilangkan dg merendam biji dlm air panas company name
Cara pembuatan :
Biji kacang tanah disiram dg air panas shg kulitnya dapat dg mudah dilepas. Biji kacang tanah tanpa kulit digerus kuat-kuat dalam mortir, kmdn + air ± ½ kali berat kacang gerus sampai menjadi bubur. (+) kan air kira-kira ⅓ dari seluruh air yg tersedia, gerus sampai berwarna putih, kmdn diserkai dg kain flanel. Ulangi lagi 2 kali proses tersebut dg sisa air yg tersedia. company name
Penambahan Pada Emulsi Alam Emulgator/putih telur yang ada dalam bahan dasar, dapat mengemulsikan lebih banyak minyak dari pada minyak yang terdapat dalam bahan dasar. Emulgator tsb masih dapat mengemulsikan minyak seberat bahan dasar tsb, dan dibuat bersama-sama pada pembuatan emulsi alam. Apabila minyak yang ditambahkan > jumlah bahan dasar perlu penambahan gom arab. company name
Jumlah gom arab yg di + kan adlh ½ kali minyak yg belum dapat diemulsikan oleh protein biji. Penambahan gom arab dalam jumlah besar dapat mengendapkan protein dari biji, sehingga apabila dalam pembuatan emulsi alam ditambahkan gom arab dari luar, perlu penambahan gom arab ekstra sejumlah 2 g untuk setiap 10 g bahan dasar untuk menggantikan protein biji yang mengendap. company name
Emulsi spuria / emulsi buatan
Dalam pembuatan emulsi yang baik, perlu suatu tata cara urutan pencampuran fase minyak, fase air, dan emulgator .
Dalam pembuatan emulsi dapat dilakukan dalam mortir atau dengan bantuan alat mis. Homogenizer.
Bila dibuat dalam mortir, penggerusannya tidak memerlukan tekanan tetapi memerlukan gerakan yang cepat dan konstan. company name
Untuk pembuatan emulsi dengan emulgator gom arab ada beberapa cara yg dapat digunakan : a. Cara gom kering = cara kontinental corpus emulsi dibuat dengan perbandingan : - menurut ANSEL minyak : air : gom arab = 4 : 2 : 1 - menurut Van Duin minyak : air : gom arab = 2 :1,5 : 1 company name
Cara Pembuatan : Minyak dan gom arab yang telah dihaluskan digerus dalam mortir kering sampai homogen. Tambahkan air sekaligus gerus secara cepat dan konstan sampai terbentuk corpus emulsi yang berwarna putih. Bahan-bahan lain seperti sirup, gliserin ditambahkan ke corpus emulsi sedikitsedikit sambil digerus. Tinctura, cairan alkoholis dan lar.elektrolit ditambahkan setelah pengenceran Hasil lebih baik / cepat daripada cara basah. company name
b. Cara gom basah / cara Inggris Perbandingan minyak, gom arab, dan air untuk pembuatan corpus emulsi sama seperti cara kering. Cara pembuatan : 1. gom arab ditambah air, gerus ad terbentuk musilago 2.Tambahkan minyaknya sedikit demi sedikit dengan digerus secara cepat. Bila terlalu kental, sebelum seluruh minyak ditambahkan, dapat diencerkan dengan sedikit air, kemudian ditambah sisa minyak sedikit-sedikit ad terbentuk corpus emulsi. company name
c. Cara Botol Cara ini umumnya baik untuk pembuatan emulsi yang mengandung minyak menguap. Corpus emulsi dibuat dengan perbandingan minyak : air : gom arab = 2 : 2 : 1 Cara pembuatan : 1. Gom arab dan minyak menguap dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian dikocok kuat-kuat sampai tercampur merata. 2. Tambahkan air sedikit-sedikit, kemudian kocok kuat-kuat ad terbentuk corpus emulsi. Cara botol ini tidak bisa digunakan untuk minyak lemak, karena emulsi yang terbentuk hasilnya kurang baik. Hal ini disebabkan karena kekentalan yang terbentuk menghalangi pencampuran.
company name
a. Emulsi dengan jumlah gom arab kurang dari setengah jumlah minyak
R/ Parafin liquidi 20 Gummi arabici 7,5 Aqua ad 50 Cara pembuatan : Parafin liq. 15 + gom arab 7,5 gerus ad hom (1) + air 1,5 kali gom arab (11 ml) sekaligus gerus ad corpus emulsi (+) kan sisa Parafin liq. (5 g) sedikitsedikit ke corpus emulsi gerus ad emulsi.
b. Emulsi dari lemak padat
Pembuatan emulsi dengan lemak padat harus dilakukan pada suhu tinggi sehingga lemak padatnya mencair. Jumlah gom arab yang digunakan sama banyak dengan jumlah lemak padatnya. Cara pembuatan : 1. Lemak padat dilebur di atas penangas air, kemudian + gom gerus/aduk ad merata. 2. (+) segera air panas gerus ad corpus emulsi
c. Emulsi minyak atsiri
Jumlah gom arab yang digunakan sama banyak dengan jumlah minyak atsirinya.
Cara pembuatan : 1. sama seperti pada pembuatan emulsi dengan minyak lemak. misal : Benzoas Benzylicus, Kreosot
d. Emulsi minyak atsiri bersama-sama dengan minyak lemak
Jumlah gom yang digunakan :
Untuk minyak lemak : digunakan gom arab ½ kali minyak Untuk minyak atsiri : digunakan gom arab sama banyak dg minyak Cara pembuatan : Sama seperti pada pembuatan dengan minyak lemak.
e. Emulsi dengan balsem
Jumlah gom arab yang digunakan adalah sama banyak dengan jumlah balsem, tetapi dengan gom arab sejumlah 2 kali balsem akan didapat hasil yang lebih baik seperti pada sediaan Balsamum papilare.
Cara pembuatan : Seperti pada minyak lemak
f. Emulsi dari balsem bersama-sama dengan minyak lemak.
Jumlah gom yang digunakan : - untuk minyak : digunakan gom arab ½ jumlah minyak - untuk balsem: digunakan gom arab sama banyak balsem Cara pembuatan : Dibuat corpus emulsi dari minyak dan seluruh gom arab, kemudian + kan balsem ke dalam corpus emulsi.
Bahan-bahan pembantu / tambahan yang umumnya ditambahkan dalam sediaan emulsi 1. Pengawet Emulsi yang menggunakan emulgator gom atau zat organik lainnya ,mudah sekali terurai baik oleh jamur, ragi atau bakteri Emulsi yang disimpan tanpa pendinginan, agar tidak rusak atau pecah harus ditambah pengawet. Agar efektif, pengawet harus larut dalam air karena umumnya mikroorganisme tsb tumbuh dalam fase air.
Pengawet yang dapat digunakan a.l. : Alkohol, konsentrasi 12 – 15 % dari fase air Asam
Parahidroksi benzoat, konsentrasi 0,1 – 0,2 %
Asam
benzoat, konsentrasi 0,2 %
sorbat, konsentrasi 0,2 % Sentawa amonium kuarterner
2. Corrigens Penambahan corrigens ditujukan untuk menutupi rasa dan bau dari minyak agar emulsi menjadi lebih enak. Untuk minyak ikan dapat diberi : - ekstrak glicyrrhizae - kopi - vanili - coklat - minyak atsiri
Corigens sering ditambahkan pada fase minyak sebelum diemulsikan untuk memberi rasa enak pada fase dalam.
Umumnya corrigens ditambah ke fase dalam dan fase luar
Konsentrasi minyak atsiri yang digunakan 0,1 – 0,5 %
Sebagai pemanis dapat digunakan sirup, gula atau sakarin.