UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica (Carica papaya L.) papaya L.) TERHADAP Staphylococ TERHADAP Staphylococcus cus aureus
DHYA AYU WULANDARI 09.201.248
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2013
UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica (Carica papaya L.) papaya L.) TERHADAP Staphylococ TERHADAP Staphylococcus cus aureus
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Program Studi Farmasi Disusun Dan Diajukan Oleh DHYA AYU WULANDARI 09.201.248 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2013
SKRIPSI UJI EFEKTIVITAS SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica (Carica papaya L.) papaya L.) TERHADAP Staphylococ TERHADAP Staphylococcus cus aureus
Disusun Dan Diajukan Oleh DHYA AYU WULANDARI 09.201.248
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Ujian Skripsi Pada Tanggal 05 September 2013 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Menyetujui
Dra. ARIANI BUANG, M.Si.,Apt Pembimbing Utama
HAERIA, S.Si.,M.Si
Ajeng Kurniati R, S.Si, M.Kes, Apt
Pembimbing Pertama
Pembimbing Kedua
Ketua Program Studi Farmasi
Syafruddin, S.Si., M.Kes
Dekan Fakultas Farmasi
Ajeng Kurniati R, S.Si, M.Kes, Apt. KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur p enulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaik menyelesaikan an skripsi ini, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indon esia Timur. Mengawali ucapan terima kasih ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi – tingginya tingginya kepada Ayahanda Drs.Ec.Abd.Syukur Dallu.M.si dan Ibunda Nurmince.SE yang memberi doa, perhatian, kasih sayang, materi serta dorongan yang tidak henti – hentinya hentinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk sudara-sudaraku kakaku Dirga Aditya Ningrat adekku Try Satya Nugraha teman teman kls C9 terutama kepada Khardianti yang selalu mengingatkan tentang jadwal perkuliahan, kemudian trima kasih banyak kepada kakanda Irman Idrus, S.Farm.,M.Kes, kakanda Dzul Asfi, S.Farm.,Apt. yang tidak bosannya membantu dan mendengarkan keluhanku dan keluargabesarku atas kasih sayang, doa dukungannya baik berupa moril maupun material mulai dari awal hingga akhir pendidikan penulis. Pada kesempatan ini pula penulis juga mengucapkan terima kasih tidak terhingga kepada Ibu Dra. Ariani Buang, M.Si.,Apt, M.Si.,Apt, selaku pembimbing utama, Ibu Haeria, S.Si.,M.Si selaku pembimbing pertama, dan Ibu Ajeng Kurniati R, S.Si, M.Kes, Apt selaku pembimbing kedua atas keikhlasan meluangkan waktu, memberikan petunjuk dan saran, tenaga dan pikiran sejak perencanaan perencanaan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada: 1.
Rektor dan Ketua Yayasan Universitas Indonesia Timur
2.
Ibu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.
3.
Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Indon esia Timur, Makassar.
4.
Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.
5.
Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.
Serta keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan sehingga skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik serta petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini.
Makassar, 01September 2013
Penulis
ABSTRAK
DHYA AYU WULANDARI, ” Uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun pepaya (carica papaya L.) Terhadap stphylococcus
aureus (Dibimbing Oleh Ariani Buang, Haeria, dan Ajeng Kurniati R)
Telah dilakukan penelitian tentang Uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun Pepaya ( carica papaya l.) Terhadap stphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun papayadapat di buat dalam formulasi sediaan sabun cair dan untuk mengetahui uji efektivitasnya terhadapStaphylococcus aureus. Bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun cair adalah ekstrak daun pepeya kemudian diformulasikan dengan variasi konsentrasi masing-masing formula dan kontrol negatif. Pengujian
sediaan
sabun
cair
yang
dilakukan
antara
lain
uji
aktivitas
antimikroba
yang
dilakukan
dengan
menggunakanmedia Muller Hilton agar (MHA) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan paper disk, setelah di inkubasi 24 jam d idapatkan zona hambatan untuk yaitu Formula I (kontrol negatif) 0 mm, untuk Formula II (2%) didapatkan diameter hambatan sebesar 27,1 mm, Formula III (3%) diameter h ambatannya 29,63 mm, dan Formula IV (4%) diameter hambatannya sebesar 31,36 mm. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode persamaan regresi linier formula IV dengan konsentrasi 4% yang memiliki nilai y yang paling besar yaitu 31,49.
ata kunci : Uji efektivitas, Sabun cair, Ekstrak Daun Pepaya ( Carica Papaya L.), Staphylococcus aureus
ABSTRACT
DHYA
AYU
WULANDARI, "Testing the
effectiveness
of liquid soap from leaf
extracts of
papaya
(Caricapapaya l.) Against Stphylococcus aureus (Guided By Ariani Buang, Haeria, and Ajeng Kurniati R) Tests have
been conducted research
on the
effectiveness of liquid soap Papaya leaf
extract (Carica papaya L.)against Staphylococcus aureus bacteria. The eksperiment to
determine whether
the papaya leaf extract can be made in the formulation of liquid soap p reparation and testing to determine its effectiveness against theStaphylococcus aureus. Materials used in the manufacture of liquid soap is formulated papaya leaf extract withvarious concentration of each formula and negative controls. Testing liquid soap preparations undertaken include antimicrobial activity assay performed
using media Muller Hilton agar (MHA) against Staphylococcus
of incubation obtained in
the zone
of
aureus by
using paper disc, after 24 hours
inhibition for the Formula I
(negative
control) 0 mm, for Fo rmula II (2%) obtained obstacle diameter of 27.1 mm, Formula III (3%)resistance diameter 29.63 mm, and Formula IV (4%) resistance diameter of 31.36 mm. Based on analysis usinglinear regression formula IV with a concentration of 4% which has the greatest y value is 31.49.
Keywords: Test effectiveness, Liquid Soap, Papaya Leaf
Extract (Carica
Papaya L.), Staphylococcus aureus
BAB I PENDAHULUAN
Kehidupan alam dengan berbagai keaneka ragaman hayatinya menyimpan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Dari dulu hingga kini, pengobatan dengan tumbuhan ( Herbal Medicine) masih sering digunakan sebagai alternatif penyembuhan. Posisinya tidak mampu disingkirkan begitu saja meskipun pengobatan dengan cara moderen tumbuh pesat seiring dengan kemajuan peradaban (Gunawan, D. 1999). Berbagai hal menunjukkan, bahwa sejak zaman purbakala umat manusia sanggup membasmi berbagai penyakit dengan obat yang ditemukannya terutama dalam dunia tumbuh-tumbuhan khususnya dalam alam raya umumnya (Sastroamidjojo, 2001). Maraknya pemakaian kosmetika dalam berbagai bentuk sediaan yang mengandung bahan-bahan sintetis mengundang berbagai kekhawatiran bagi para pemakai akan efek sampingnya yang akhirnya menyebabkan kulit terutama bagian wajah menjadi iritasi. Pada zaman dahulu hingga saat ini, para ahli mengembangkan bahan-bahan alamiah untuk dijadikan sebagai bahan baku sabun (Wasitaatmadja,1997).
1 Kulit merupakan lapisan terluar pada tubuh manusia yang sensitif dan melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri (Wasitaatmadja, 1997). Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif dalam formulasi sabun yaitu pepaya. Dalam penggunaan tradisional, Papaya dikenal disamping dapat membantu proses penyembuhan dari berbagai macam penyakit ternyata dapat pula dan sering digunakan untuk pemakaian luar yakni dapat menghaluskan kulit, melembabkan kulit, dan membantu menghilangkan noda hitam di kulit, daun papaya memiliki banyak kandungan kimia dan diantaranya adalaha kandungan kimia yang bersifat antibakteri yaitu golongan alkaloid, papain dan damar (Puspito, H., 2008). Melihat kandungan bahan aktif di dalamnya, pemanfaatan pepaya dalam sediaan sabun sudah tidak diragukan lagi, karena diperkirakan mampu menghambat bakteri dan jamur sebagai penyakit kulit. Sabun adalah salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar obat p ada bagian yang terkena penyakit. Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Ada 2 jenis sabun yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair (Hambali et al. 2005). Pada penelitian ini di gunakan daun pepaya karena berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya bahwa diantara tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat jerawat adalah daun papaya (Carica papayaL.). Pepaya sangat dikenal oleh hampir seluruh penduduk di belahan bumi, karena semua bagian tanamannya dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, bunga, buah dan juga getahnya. daun papaya mengandung papain, chymopapain A, chymopapain B, protease, papain peptidase A dan damar. Keterangan yang didapat dari masyarakat dan beberapa buku ob at tradisional, daun kering dari tanaman papaya dapat digunakan dalam bidang kosmetik untuk mengobati jerawat, luka bakar, ketombe, jamur dan kutil. Daun ekstrak daun papaya yang digunakan untuk kosmetik adalah 3 % (Baga , 1996; Muhidin, 2004). Bakteri yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus, bakteri ini merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus dengan ukuran kecil, diameter 0,5 – 1,5 mikron, tidak membentuk spora, dan biasanya sel-selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur dan ada juga yang terpisah-pisah atau tunggal dan termasuk dalam famili Micrococeae, dan
tumbuh baik pada medium yang mengandung 7,5% NaCl, bakteri ini juga biasanya terdapat di atas permukaan kulit manusia, saluran kencing, mulut, hidung, jaringan kulit yang terinfeksi, radang paru-paru , selaput lendir dan tempat lainya (Djide, Sartini, 2006 ; Jawetz, 2001). Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas infus daun papaya (Carica papaya) terhadap pertumbuhan bakteri. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa infus daun pepaya dengan konsentrasi 40% memberikan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi 20% dan 30% (Susiladewi M, 2001) Berdasarkan uraian
di atas,
maka
permasalahan
yang
timbul,
apakah ekstrak
daun
pepaya (Carica
papaya L.) berpotensi diformulasi dalam bentuk sediaan sabun cair dan apakah sabun tersebut efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat formula sediaan sabun ekstrak daun pepaya dengan beberapa konsentrasi dan untuk menguji efektivitas sabun ekstrak daun pepaya terhadap pertumbuhan bakteri Sthapylococcus aureus. Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang daya hambat sabun ekstrak daun pepaya terhadap pertumbuhan bakteri Sthapylococcus aureus dan untuk mengaplikasikan tanaman Pepaya sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Uraian Tentang Tumbuhan
1.
Klasifikasi tanaman Pepaya Regnum
: plantae
Devisio
: Spermatophyta
Sub devisio Klassis
: Angiospermae : Dicotyledonae
Ordo
2.
: Cistales
Familia
: Caricacecae
Genus
: Carica
Species
: Carica papaya L.
Nama Lain Pepaya disebut juga gedang (Sunda), kates (Jawa), peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas, manjan (Kalimantan), kalujawa (Kalimantan) serta kapalaya kaliki d an uti jawa (Sulawesi). Selain nama d aerah pepaya juga mempunyai nama asing yaitu : papaw tree, papaya, papayer ,melonenbaum, fan mu gua (Tjitrosoepomo, Gembong. 2005).
3.
Ekologi dan Penyebaran
5 Pepaya berasal dari negara Amerika Tengah. Tanaman pepaya tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian 1000 m dp l, tumbuh subur di tanah yang kaya bahan organik dan tidak menyukai tempat tergenang. Syarat pepaya tumbuh di daerah tropis dengan suhu udara 22 °C – 26 °C, kelembaban sedang sampai tinggi. Pepaya juga mentoleransi pH tanah sebasar 6,5 – 7 (Tjitrosoepomo, Gembong. 2005). 4.
Morfologi Tanaman Pohon biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga besar d i tengahnya; tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis.
5.
Kandungan Kimia Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosida, karposid, dan saponin. Buah mengandung beta karoten, pektind-galaktosa, I-arabinosa, papain, kemopapain, lisosim, lipase, glutamine, siklotransferase. Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid, disamping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan bijinya mengandung saponin (Tjitrosoepomo, Gembong. 2005). Polifenol dan flavonoid merupakan golongan fenol yang telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik. Senyawa flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa flavon golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan C6 – C3 – C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambung oleh rantai alifatik 3 karbonsenyawa ini merupakan senyawa flavonoid larut dalam air serta dapat diekskresikan menggunakan etanol 70 % (Harborne, 1987).
6.
Khasiat Tanaman Daun pepaya berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas, obat malaria, menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan menghilangkan sakit. Juga berguna untuk penyembuhan luka bakar. Selain itu dapat sebagai obat cacing kremi, desentri amoba, kaki gajah (elephantois), ke Pepayaan, perut mulas, kanker dan masuk angin. Kenggunaan dari khasiat daun pepaya sebagai berikut :
1. Sebagai Obat jerawat. Daun pepaya dapat mengobatinya yaitu dengan membuatnya menjadi masker. Cara membuat maskernya : ambil 2-3 lembar daun pepaya yang sudah tua.Kemudian jemur dan tumbuk sampai halus. Tambahkan satu setenagh sendok air, baru deh dapat di manfaatkan untuk muka penu h jerawatmu.
2. Manfaat Memperlancar pencernaan Daun dari tumbuhan pepaya memiliki kandungan kimia senyawa karpain. Zat itu dapat membunuh mikroorganisme yang sering mengganggu fungsi pencernaan.
3. Menambah nafsu makan Manfaat ini terutama untuk anak-anak yang sulit untuk makan. Ambil daun pepaya yang segar dan memiliki ukuran sebesar telapak tangan. Kalau sudah ketemu tambahkan sedikit garam dan air hangat setengah cangkir. Campur semua lalu diblender. Kemudian saring airnya, nah air itulah yang dapat dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan.
4. Demam berdarah Daun pepaya juga dapat digunakan sebagai obat un tuk menyembuhkan demam berdarah. Cara menggunakannya adalah dengan mengambil 5 lembar daun. Tambahkan setengah liter air lalu direbus. Ambil air tersebut jika sudah tertinggal tiga perempatnya saja kemudian di minum 1x3 sehari.
5. Nyeri haid Wanita jawa zaman dulu sering memanfaatkan daun pepaya untuk mengobati nyeri haid. Cukup Ambil 1 lembar daun saja, Tambahkan asam jawa dan garam. Lalu campur dengan segelas air dan rebus. Dinginkan sebelum meminum ramuan pepaya tersebut.
6. Anti kanker Hal ini masih belum pasti, tapi dari beberapa penelitian bahwa manfaat daun pepaya juga dapat dikembangkan sebagai anti kanker. Sebenarnya bukan hanya daunnya saja melainkan batang pepaya juga dapat digunakan. Karena getahnya memiliki milky latex (getah putih seperti susu). B.
Sabun (Petrucci, 1966) .
1.
Pengertian sabun Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa biasa. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah Kalium Hidroksida (KOH), Natrium Hidroksida (NaOH), dan Amonium Hidroksida (NH4OH), sehingga rumus molekul sabun selalu dinyatakan sebagai RCOOK atau RCOONa atau RCOONH 4. Sabun kalium ROOCK disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun natrium, RCOONa, disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Didalam air, sabun bersifat sedikit basa (Petrucci, 1966).
2.
Sifat-sifat sabun
a.
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH
b.
Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak a kan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca (CH 3 (CH2) 16COO)2
c.
Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar (Petrucci, 1966)
3.
Macam - macam sabun
a.
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2 :1.
b.
Sabun Cair dibuat melalui proses saponifikasi denganm menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol.
c.
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptik dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, triklorkarbanilida, irgassan Dp 300 dan sulfur.
d.
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan atau menggiling, atau juga dengan menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.
e.
Sabun Bubuk untuk mecuci, dapat diproduksi melalui drymixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen
4.
Syarat mutu sabun mandi cair menurut SNI 06 - 4085 -1996 yaitu meliputi :
a.
Definisi Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.
b.
Jenis Jenis S : sabun mandi cair dengan b ahan dasar sabun Jenis D : sabun mandi cair dengan b ahan dasar deterjen
c.
Syarat mutu tabel 1. Syarat mutu sabun mandi cair No. 1.
Kriteria Uji
Jenis S
Bau Warna 0
2.
pH. 25 C
3.
Alkali bebas (dihitung sebagai
Cairan Homogen
Cairan Homogen
Khas
Khas
Khas
Khas
8 – 11
6 – 8
Maks. 0,1
Tidak dipersyaratkan
%
NaOH)
Min. 15
4.
Bahan aktif
1,01 – 1,10
5.
Bobot jenis
6.
Cemaran
Sumber : SNI 06 - 4085 -1996
1. Klasifikasi bakteri
Maks. 1x105
% mikroba
lempeng total
Bakteri.
Jenis D
Keadaan : Bentuk
C.
Persyaratan
Satuan
:
Maks. 1x105
Angka Koloni/g
Domain
: Bacteria
Kerajaan
: Eubacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Ordao
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
spesies
: Staphylococcus aureus (Rosenbach, 1884)
2. Sifat dan Morfologi bakteri Sifat bakteri ini berbentuk coccus, gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoksin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 60o C setelah 60 menit, merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas, pada pemeriksaan padat koloninya berwarna kuning emas. Di alam terdapat pada tanah, air dan debu di udara. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, dan infeksi pada luka. Sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan nosocomial infection pada bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit (medis dan paramedis) (Djide, 2003, Entjang, 2003 ).
3. Uji Mikrobiologi (Baeda Madjid, 2003) Dikenal beberapa pengujian secara biologis, terhadap daya mikroba dari bahan-bahan kemoterapeutik seperti antibakteri,antiseptik dan desinfektan. Umumnya pengujian mikrobiologis dilakukan terhadap kebanyakan antimikroba. Terhadap cara pengujian ini dapat dipakai untuk bahan-bahan lain yang mempunyai kemampuan menghambat dan membunuh mikroorganisme. Cara pengujian efektifitas antimikroba dalam hal ini adalah metode difusi. Pada metode ini kemampuan antibakteri atau mikroba ditentukan berdasarkan luasnya daerah penghambat yang tertentu. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara: a.
Cara difusi dengan plat selinder Cara ini berdasarkan atas perbandingan antara daerah hambatan yang dibentuk oleh larutan contoh terhadap pertumbuhan dari mikroba dengan daerah hambatan yang terjadi oleh larutan contoh dimasukkan kedalamnya.
b.
Cara difusi dengan plat mangkuk Prinsip ini cara kerjanya sama dengan plat silinder. Perbedaanya adalah pada cara ini mengunakan alat berupa cup platte yaitu lubang atau semacam mangkuk yang diletakkan diatas medium.
c.
Cara difusi dengan kertas saring Perbedaan dari kedua cara diatas menggunkan kertas saring yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu, Biasanya berbentuk bulat dengan diameter 7 -10 mm. Cara ini cepat dan prektis serta alat yang digunakan sederhana. P engamatan setelah masa inkubasi dengan melihat daerah h ambatan yang terjadi.
d.
Cara difusi Kirby-bauer Cara ini menggunkan kertas saring dan cawan Petri yang digunakan berukuran 150 x 15 mm sehingga langsung dapat diuji dengan konsentrasi larutan contoh.
e.
Cara difusi agar berlapis
Cara ini merupakan suatu modifikasi cara Kirby-bauer. Perbedaannya pada cara ini menggunakan dua lapisan agar, lapisan dasar (Base layer) dan lapisan atas (seed layer) mengandung mikroba. D.
Ekstrak ( Depkes RI, 1986)
1.
Pengertian ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstraksi (penyarian) adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengeluarkan atau menarik zat aktif yang terdapat di dalam sel bahan alam dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang sesuai. Bahan alam dapat berupa tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan biota laut adalah merupakan sumber bahan baku obat khususnya obat tradisional. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang terlarut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Secara umum metode ekstraksi dapat dibedakan menjadi infudasi, maserasi, perkolasi, soxlethasi, refluks dan destilasi uap air. Ekstraksi bertujuan untuk menarik komponen-komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan pelarut organik d iluar sel. Proses ini berulang terus sampai terjadi keadaan seimbang antara konsentrasi cairan zat aktif didalam dan diluar sel.
2.
Jenis – jenis ekstraksi ( Depkes RI, 1986)
a.
Ekstraksi secara Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perubahan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan di luar sel, maka larutan terpekat didesak ke luar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Simplisia yang akan diekstraksi diserbukkan lalu dimasukkan kedalam bejana maserasi. Simplisia tersebut direndam dengan cairan penyari, setelah dalam waktu tertentu sekali-kali diaduk. Hal ini dilakukan selama 5 hari.
b.
Ekstraksi secara Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang dibasahi. Pada metode ini simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif selsel yang dilalui sampai keadaan jenuh. Gerakan kebawah disebabkan oleh kekuatan beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cendrung u ntuk menahannya.
c.
Ekstraksi secara Soxhletasi Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah penyarian berkesinambungan secara dingin. Alat soxhletasi dibuat dari bahan gelas yang terbagi atas tiga bagian : bagian tengah untuk menampung serbuk simplisia yang akan diekstraksi yang dilengkapi dengan pipa pada bagian kiri dan kanan, satu untuk jalannya uap air dan yang lain untuk jalannya larutan yang berkondensasi uap menjadi cairan, agar cairan penyari yang dipakai tidak terlalu banyak . sedangkan bagian bawah terdapat labu alas bulat yang berisi cairan penyari dan ekstrak.
d.
Ekstraksi secara Refluks Cara ini termasuk cara ekstraksi yang berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, kemudian dipanasi sampai mendidih, cairan penyari akan menguap kemudian terkondensasi oleh pendingin tegak dan akan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, hingga tersari dengan sempurna.
e.
Ekstraksi secara Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dari bahan nabati, yang dilakukan dengan cara membasahi dengan air, biasanya dua kali bobot bahan, kemudian ditambah dengan air secukupnya dan dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit suhu 90-980 C sambil sesekali diaduk. Infuse diserkai selagi masih panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air melalui ampasnya. Umumnya 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. f.
Ekstraksi secara Destilasi uap air Ekstraksi destilasi uap air dipertimbangkan menyari serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan normal. Pada pemanasan biasanya kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan d engan destilasi uap air.
E.
Bahan
1.
Aquadest (Departemen Kesehatan RI,1979) Nama Resmi
: AQUA DESTILLATA
Nama Lain
: Air suling
BM
: 18,02
RM
: H2O
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa K/P 2.
: Sebagai pelarut/ zat tambahan
Gliserin (Depkes, 1979) Nama resmi
: GLYSEROLUM
Nama lain
: Gliserol, gliserin
: Cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna, rasa manis, berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis, netral terhadap lakmus. : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap
3.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Humectant, emollient
Range
:
Tidak lebih dari 30% (Rowe, 2009)
Carbopol (Rowe, 2009) Nama Resmi
: CARBOMER
: Acrypol, Acritamer, Carbopol, Carboxy polymethylene, Polyacrylic acid, Pemulen, Acrylic : Putih, serbuk halus, bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau. : Larut di dalam air, di dalam etanol (95%) dan gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal bersifat asam. : Dalam wadah tertutup baik. : Bahan pengental yang baik, viskositasnya :
tinggi, menghasilkan gel yang bening.
0,5 % - 2,0 %
4.
TEA (Depkes, 1995) Nama resmi
: TRIAETHANOLAMINUM
Nama lain
: Trietanolamina
: Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik. : Mudah larut dalam air dan etanol (95%) P, larut dalam kloroform P : Dalam wadah tertutup rapat
: Zat tambahan dan membantu stabilitas gel 5.
Methylparaben (Depkes, 1979) Nama resmi
: METHYLIS PARABENUM
Nama lain
: Metil paraben, Nipagin M.
: Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. :
Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
6.
:
Dalam wadah tertutup baik
:
Zat pengawet
:
0,02% - 0,3% (Rowe, 2009) Natrium Lauril Sulfat (Setia J. 2007) Rumus molekul
: CH3(CH2)10CH2OSO3 Na
: Natrium laurel sulfat terdiri dari Kristal putihn atau putih kekuningan, serpihan atau serbuk yanghalus, sebuah zat lemak yang bersabun, terasa pahit, dan berwarna redup. : Larut bebas dalam air, membentuk larutan berpendapar, praktis tidak larut dalam klororm dan eter : Sebagai detergen 7.
Propilenglikol (Depkes, 1979) Nama resmi
: PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain
: Propilenglikol
: Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak b erbau, rasa agak manis, higroskopik : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P. : Dalam wadah tertutup baik : Zat tambahan, pelarut, humectan Range 8.
: 15% (Rowe, 2009).
Kalium Hidroksida (Departemen Kesehatan RI,1979) Natrium hidroksida berperan sebagai reaktan pada reaksi penyabunan dengan asam lemak. ( Perry, 1997) Nama Resmi
: KALII HYDROXIDUM
Nama Lain
: Kalium Hidroksida
RM
: KOH
: Massa berbentuk batang, pellet atau bongkahan, putih sangat mudah meleleh. : Sangat mudah larut, larut dalam 1 bagian air, 3 bagian etanol (95%). Penyimpanan K/P 9.
: Dalam wadah tertutup baik : Zat tambahan
Minyak kelapa (Departemen Kesehatan RI,1979) Nama resmi
: OLEUM COCOS
Nama lain
: Minyak kelapa
: cairan jernih tidak berwarna, atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik. : larut dalam 2 bagian etanol (95%) P, pada suhu 600 , sangat mudah larut dalam klorofrm P dan eter P. K/P
: zat tambahan
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium, dengan desain penelitian yaitu sampel daun pepaya yang dibuat ekstrak kemudian diformulasi dalam bentuk sediaan sabun cair. formula sabun cair yang dibuat masingmasing terdiri 4 formula dengan kontrol negatif 1 yaitu formula tanpa kandungan zat aktif, dan 3 formula lainnya mengandung zat aktif masing-masing dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4% B.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fitokimia Farmasi, Laboratorium Teknologi Farmasi dan Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar pada bulan Juni 2013. C.
1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
a.
Autoklaf
b.
Batang Pengaduk
c.
Cawan Petri
d.
Cawan Porselin
e.
Erlenmeyer 100 mL, 1000 ml
f.
24 Gelas Ukur 50 mL, 100 ml g.
Gelas Kimia
h.
Jarum Ose
i.
Juiser
j.
Lampu Spiritus
k.
Oven
l.
Penangas
m. Pinset n. 2.
Pipet Tetes Bahan penelitian
a.
Air Suling
b.
Bakteri Staphylococcus aureus
c.
Carbopol
d.
Ekstrak daun papaya
e.
Gliserin
f.
Kalium Hidroksida
g.
Larutan NaCl 0,9%
h.
Media MHA (Medium Hilton Agar)
i.
Metylparaben
j.
Natrium Lauril sulfa
k.
Oleum cocos
l.
Oleum rosae
m.
Propylenglikol
n.
Trietanolamina D.
Prosedur Penelitian
1.
Pengambilan dan pengolahan sampel
a.
Pengambilan sampel Sampel yang digunakan adalah daun pepaya yang diperoleh dari kota makassar.
b.Pengelolahan sampel Sampel penelitian berupa daun pepaya yang diambil, dicuci bersih kemudian diangin-anginkan lalu dirajang atau dipotong potong kecil. 2.
Pembuatan Ekstrak daun pepaya Daun papaya yang telah dipotong kecil-kecil sesuai dengan derajat halusnya (4/18) kemudian di keringkan dengan cara di anginanginkan, terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah sampel dikeringkan selanjutnya ditimbang sebanyak 500 gram, kemudian dimasukkan kedalam bejana maserasi, kemudian dimasukkan cairan penyari etanol 70%, hingga simplisia tersebut terendam seluruhnya dengan cairan penyari, toples ditutup. Kemudian disimpan selama 5 (lima) hari ditempat yang terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang kali. Setelah itu diserkai dengan kain flannel, dan dimasukkan kedalam botol (diulang 3x dengan perlakuan yang sama), lalu disimpan ditempat terlindung dari cahaya. Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan Rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, selanjutnya dilakukan uji kualitatif terhadap kadar zat aktif.
3.
Rancangan Formula Formula (%) Bahan I
II
III
IV
Ekstrak Daun Pepaya
-
2
3
4
Carbopol
0.3
0.3
0.3
0.3
Oleum cocos
5
5
5
5
TEA
1
1
1
1
Natrium Lauril sulfat
1.5
1.5
1.5
1.5
KOH
3
3
3
3
Gliserin
10
10
10
10
Propilenglycol
10
10
10
10 Keterangan :
Metil paraben
0,15
0.15
0.15
0.15
FI = Formula Kontrol
Propil Paraben
0,02
0,02
0,02
0,02
Negatif
Oleum Rosae
q.s
q.s
q.s
q.s
Aquadest
ad 100
ad 100
ad 100
ad 100
FII = Formula sabun konsentrasi FIII
= Formula
sabun konsentrasi FIV 4.
= Formula sabun konsentrasi
Cara Kerja Pembuatan sabun
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Ditimbang semua bahan yang digunakan c. Metil paraben dilarutkan dalam air panas kemudian didinginkan. Carbopol ditaburkan diatas larutan metil paraben kemudian didiamkan selama 1x 24 jam, setelah 1x 24 jam dihomogenkan didalam lumpang d. Larutkan propil paraben, oleum cocos (sebagai zat tambahan) kemudian tambahkan kedalam campuran diatas. e. Tambahkan gliserin, propilenglycol, TEA kedalam campuran tersebut gerus sampai homogen f.
Larutkan KOH dan natrium lauiril sulfat didalam erlemeyer lalu masukan kedalam lumpang kemudian tambahkan oleum rosae aduk sampai homogen dan di angin-anginkan sampai terbentuk sabun cair (formula 1).
g.
Dibuat formula sabun cair ekstrak daun pepaya seperti pada formula 1 dengan penambahan ekstrak daun pepaya sesuai dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4%.
5.
Pengujian efektifitas sediaan sabun
a.
Sterilisasi alat Alat-alat yang digunakan dicuci dengan d eterjen dan dibilas dengan air. Untuk peralatan gelas disterilkan dalam oven pada suhu 1800 C selam 2 jam, sedangkan peralatan yang dapat ru sak oleh panas dan bahan-bahan yang akan digunakan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit. Jarum ose disterilkan dengan cara dipijarkan menggunakan api langsung.
b.
Pembuatan medium
1.
Medium Nutrien Agar (NA) Bahan ditimbang sebanyak 7 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu dilarutkan ke dalam air suling agar larut sempurna. Dipanaskan di atas waterbath, di atur pada pH 7,0 dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 250 ml disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit.
2.
Medium Muller Hilton Agar (MHA) Bahan ditimbang sebanyak 7 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu dilarutkan ke dalam air suling agar larut sempurna. Lalu diukur pH-nya hingga 7 ,2 kemudian disterilkan didalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
c.
Penyiapan bakteri uji
1.
Peremajaan bakteri uji Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus. Dari stok murni diambil 1 ose dan diinokulasi dengan cara digoreskan secara steril kedalam medium NA miring, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 oC selama 1- 2 kali 24 jam.
2.
Pembuatan suspensi bakteri Bakteri uji hasil peremajaan yang telah diinkubasi d ibuat suspensi bakteri dengan larutan NaCL 0 ,9%.
d.
Pengujian sabun
1.
Disiapkan medium Muller Hilton Agar dan dituang secara aseptik kedalam cawan petri steril sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan 0,2 ml biakan suspensi bakteri dicampur dengan b aik supaya bakteri terdistribusi secara merata.
2.
Kemudian paper disck dicelupkan kedalam masing-masing larutan sampel uji sediaan sabun formula 2%, 3%, 4%, dan kontrol negatif. Paperdisc yang telah dicelupkan kedalam masing masing sampel uji diletakkan pada permukaan media yang telah memadat secara aseptis dengan menggunakan pinset steril, dengan jarak 2-3 cm dari pinggir cawan petri, diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. E. Pengamatan dan pengukuran zona hambatan Pengamatan dan pengukuran diameter hambatan dilakukan setelah masa inkubasi 24 jam. Zona hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong. F. Pengolahan data Data yang diperoleh dari pengukuran diameter hambatan ditabulasi kemudian dirata-ratakan lalu dianalisis menggunakan regresi linear.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil penelitian
Hasil
penelitian
yang
diperoleh
untuk uji
efektivitas sabun
cair
dari
ekstrak
Daun
Pepaya (Carica
papaya L ) terhadap Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut : Hasil pengukuran diameter hambatan terhadap Staphylococcus Tabel 3.
aureus diperoleh data sebagai berikut :
Hasil pengukuran uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun pepaya ( carica papaya L.) terhadap Staphylococcus aureus dalam berbagai konsentrasi.
Diameter Zona Hambatan (mm)
Bakteri uji
Staphylococcus aureus
Rata-rata
Kontrol
2%
3%
4%
0
28,8
32,8
33,6
0
26,5
28,5
29,8
0
26,0
27,6
30,7
0
27,1
29,63
31,36
31
B. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan ekstrak daun Pepaya (Carica papaya). Tanaman Pepaya dibuat ekstrak dengan metode maserasi. Pemilihan metode ini karena tekstur dari simplisia lunak sehingga diperlukan metode ekstraksi secara dingin dan sederhana. Pembuatan sediaan sabun cair dari ekstrak daun Pepaya dengan beberapa konsentrasi yaitu 2%, 3%, dan 4% dimana komposisi zat aktif sediaan sabun cair ekstrak daun Pepaya dan untuk formula kontrol dibuat tanpa mengguanakan zat aktif ekstrak daun Pepaya. Formula sediaan sabun cair ekstrak daun Pepaya dievaluasi dengan pengujian aktivitas antimikroba dimana bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri Staphylococcus aureusyang merupakan bakteri patogen pada manusia. Pengujian daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar berlapis. Sebelum dilakukan pngujian daya hambat terlebih dahulu bakteri diinokulasi pada Medium Nutrien Agar (NA) miring dalam tabung reaksi untuk meremajakan kultur bakteri murni agar prtumbuhan dalam media uji optimal. Bakteri yang diremajakan disuspensikan ke dalam NaCl 0,9% b/v steril. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisiologis bakteri uji. Dari hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan medium Muller Hilton Agar (MHA) dan memakai tehnik penanaman paperdisc pada cawan petrik yang berisi dengan medium dan biakan bakteri, bahwa ekstrak daun Pepaya menghasilkan rata-rata zona hambatan terbesar (optimal) terhadap Staphylococcus aureus, diameter zona hambatan terbesar setelah masa inkubasi 1x24 jam ditunjukkan oleh ekstrak dengan konsentrasi 4% yaitu sebesar 31,36 mm, selanjutnya diikuti
oleh ekstrak dengan konsentrasi 3% dengan diameter 29,63 mm dan ekstrak dengan konsentrasi 2% dengan diameter 27.1 mm dan untuk formula kontrol 0 mm. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa ekstrak daun Pepaya dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Lebih besarnya diameter zona hambatan pada konsentrasi 4% dapat disebabkan perbedaan kandungan senyawa yang terikat pada setiap konsentrasi ekstrak dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin besar pula senyawa antimikroba yang dikandung oleh ekstrak tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barnet (1992) yang menyatakan bahwa perbedaan besarnya daerah hambatan untuk masing-masing konsentrasi dapat disebabkan karena perbedaan besarnya kandu ngan zat aktif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat d isimpulkan bahwa : 1. Ekstrak daun Pepaya dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun cair. 2.
Sabun cair ekstrak daun Pepaya dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
B.
Saran
Untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji efektivitas sediaan sabun cair ekstrak daun Pepaya dengan pengujian terhadap bakteri uji yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2009. pepaya.sumber.serat.pangan . diakses 15 april 2013
Baeda Madjid, 2003, Mikologi Medik . Hassanuddin University Press. Makassar
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2003, Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Kosmetik . Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. Jakarta
Depertemen Kesehatan R.I., 1979, Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta Depertemen Kesehatan R.I., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta Departemen kesehatan R.I., 1986 , Sediaan galenika, departemen kesehatan RI, Jakarta Djuanda, A, 2007, Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Entjang ,2003, Mikrobiologi dan parasitologi, Universitas Indonesia, Bandung. Gunawan, D., 1999. Ramuan Tradisional untuk Keharmonisan SuamiIstri.Seri Agrisehat. Jakarta
Hambali, E., A. Suryani, dan M. Rifai, 2005, Membuat Sabun Tranparan untuk Gift dan Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta
Kamaruddin, M. Dan Salim.2003. Pengaruh Pemberian Air Perasan Daun Pepaya Pada Ayam. Respon Patofisiologik Hepar. J.Sain
Keithler, W. M.R.,1986 ,”The Formulation of Cosmetics and cosmetics Specialitias. Drugs and cosmetic industry, New York
Mitsui, T., 1997, New Cosmetics Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd. Parrot E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutical , Burgess Publishing Company Minneapois.
Puspito, H., 2008, Bagaimana Caranya Membuat Sabun. http:// javanaturalsoap.wordpress.com(18April 2013)
Petrucci, R.H., 1966, General chimetry (Edisi ketiga), Mac Millan, Publishing Co, INC, New Yo rk
Perry, R.H., Green, D,.1997. Chemical Engineering HandBook . McGraw-Hill Book Company. New York.
Reklaitis,G.V., 1942, Introduction to Material and Energy Balance, McGraw-Hill Book Company, New York.
Setyawan, B.A. 2007. Serat Makanan dan Kesehatan. Majalah Kesehatan. Jakarta. Susiladewi M, 2001. “ Pengaruh Konsentrasi Infus Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Pertumbuhan Bakteri penyebab Iritasi Kulit ”,
Sekolah Tinggi Farmasi Riau.
Spitz, L., 1996, Soap and Detergents, A Theoretical and Practical Review. Illinois : AOCS Press Shrivastava, S. B., 1982, Soap, Detergent, and Parfume Industry. New Delhi : Small Industry Research Institute
SNI 06-3532., 1994, Sabun Mandi. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional
Suryani, A. , I. Sailah dan E. Hambali., 2002, Teknologi Emulsi. Bogor : Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB
Sundari, D dan M. W. Winarno. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur. Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan Rl, Jakarta
Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik , UI-Press, Jakarta.
Williams, D. F.dan Schimtt. W. H., 1992, Chemistry and Technology of the Cosmetics and Toiletries Industry. Second Edition. USA : Chesebrough Ponds, Inc
Gambar 1. Skema Kerja uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun
ampiran 1. Hasil perhitungan persamaan Regresi Linier uji efektivitas
pepaya (carica papaya L.) terhadap Staphylococcus aureus.
sabun cair dari ekstrak daun pepaya (carica papaya L.)
terhadap Staphylococcus aureus.
erhitungan regresi Formula
X
Y
X2
Y2
XY
Kontrol
0
0
0
0
0
1
2
27,1
4
734,41
54,2
2
3
29,63
9
877,93
88,89
3
4
31,36
16
998,56
125,44
Jumlah
9
88.09
29
2610,9
268,53
ersamaan Garis Regresi y = a + bx Dimana :
Y = Diameter zona hambatan rata-rata (mm) X = Konsentrasi (%) a = Intersep (Konstanta / Potongan pada sumbu vertikal (x) oleh garis regresi) b =Slope / Kemiringan ( hubungan antara sumbu x dan sumbu y) n = Jumlah data Berdasarkan rumus maka : Lampiran 2. Hasil pengukuran diameter hambatan uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun pepaya (carica papaya L.) terhadap
Staphylococcus aureus.
Hasil Garis Regresi Linier Sumbu x
Sumbu y
(Konsentrasi Sediaan (%) b/v
(Diameter Zona Hambatan)
Kontrol
0
0
1
2
27,57
2
3
29,36
3
4
31,49
Formula
Berdasarkan rumus : y = a + b x y = 22,97 + 2,13x Untuk formula kontrol, maka Y = 0 Untuk formula 1 (2%) maka Y
= a + bx = 22,97 + 2,13 (2) = 22,97 + 4,6 = 27,57
Untuk formula 2 (3%) maka Y
= a +bx = 22,97 + 2,13 (3) = 22,97 + 6,39 = 29,36
Untuk formula 3 (4%) maka Y
= a + bx = 22,97 + 2,13 (4) = 22,97 + 8,52 = 31,49
Gambar 2. : Histogram Diameter Hambatan uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun Pepaya (Carica papayaL.) terhadap Staphylococcus aureus.
terangan :
1
= Formula kontrol negatif
2
= Konsentrasi 2%
3
= Konsentrasi 3%
4
= Konsentrasi 4%
Gambar 3. Kurva Diameter uji efektivitas sabun cair dari ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Staphylococcus aureus.
terangan :
1
= Formula kontrol
2
= Konsentrasi 2%
3
= Konsentrasi 3%
4
= Konsentrasi 4%