Studi
: Magister Hubungan Internasional dan Politik Timur Tengah
Mata Kuliah
: Sistem Perekonomian di Timur Tengah
Lecturer
: Drs. Afadhal MA
Time
: 5 pm – 7 7 : 30 pm/ Tuesday
Semester
:2
Angkatan
: 21/ 2011-2012
Week 2 Ekonomi Turki 1923 – 1983
:
Turki
mengambil
pendekatan
kuasa
kenegaraan
dengan
perencanaan ketat terhadap APBN dan pembatasan sektor privat, perdagangan luar negeri, ne geri, arus mata uang dan FDI.
1983
: PM Turgut Ozal melakukan pembaharuan ekonomi berorientasi swasta dan pasar, pembukaan hot money untuk meningkatkan pertumbuhan.
1994 dan 1999 : Resesi ekonomi dan krisis finansial membuat pertumbuhan menjadi lambat.
2001
: Reformasi keuangan, inflasi menjadi satu digit, FDI meningkat dan pengangguran menurun. Secara bertahap ekonomi menjadi terbuka dengan pengangguran intervensi pemerintah terhadap perdagangan luar negeri, investasi dan privatisasi industri dan liberalisasi sektor swasta.
2002 – 2007
: Pertumbuhan ekonomi rata- rata 7 % menjadi negara dengan pertumbuhan cepat. Tetapi, Tetapi , dalam 2008 pertumbuhan pert umbuhan menurun men urun 1% dan 2009 dilanda krisis ekonomi global, baru pulih dalam 2009 dengan pertumbuhan 8 % dan tingkat pengangguran 10 %.
2008
: Turisme mencapai 31 juta orang dan menghasilkan devisa 22 milyar $ US. Hal ini merupakan perkembangan baik, mengingat selama 26 tahun sektor toursm telah menjadi andalan. Peningkatan terjadi di sektor perbankan, konstruksi, peralatan rumah tangga, elektronik, tekstil, oil refining, produk petrokimia, makanan, pertambangan, besi dan baja, industri mesin, dan otomotif. Dalam 2008 Turki adalah produsen sepeda motor dan perkapalan. Ekonomi Turki mengandalakn industri di kota – kota besar dan ketergantungan pada sektor pertanian semakin menurun. Walau begitu, sektor tradisional tetap menjadi andalan.
2010
: sektor pertanian menyumbang 9 % GDP, sektor industri 26%, sektor jasa 65%, pertanian masih menanggung 24,7% lapangan pekerjaan.
2011
: pertumbuhan luar biasa kredit konsumen telah membuat defisit akun dan GDP menjadi 8%. Laporan IMF menyatakan bahwa ancaman krisis Eropa sedang membelit Turki, kredit tidak mudah lagi dan inflasi 10,6 % untuk 2012.
Keberhasilan ekonomi telah menempatkan Turki pada posisi sederajat Mexico dan Korea Selatan. Hubungan Ekonomi dengan Jerman dan dengan Arab Saudi, Iran, dan Irak telah membantu meningkatkan sektor perdagangan. Kebijakan mengatasi CAD dengan Hot Money akan membuat kondisi ekonomi rentan karena modal ini segera keluar kalau krisis terjadi. Perlu diketahui bahwa sebelum krisis keuangan sebagian besar investasi adalah bidang perbankan. Krisis keuangan 2001 dikoreksi dengan reformasi ekonomi telah berhasil meningkatkan pendapatan perkapita sebesar $10.000. pasar domestik membesar. Interest Rate Zero di negara – negara kaya telah membuat masalah bagi Turky yang memiliki bungan tinggi.
Sejak 1990an pembangunan dikendalikan oleh negara berubah menjadi berorientasi pasar. Perang Teluk 1991 dan embargo Irak menjadi semakin sulit, terutama untuk mengurangi sektor pertanian subsistensi meskipun modern industri telah tumbuh di wilayah bagian barat. Wilayah Anatolia bagian Timur masih terbelakang. Reformasi pasar dilaksanakan dalam 1980an. Meskipun demikian, perusahaan negara masih memegang dominasi, terutama proses bahan baku dan manufatur industri berat dan produk militer. Perusahaan kecil mendominasi sektor swasta menghasilkan barang konsumsi dan intermediate goods untuk pasar domestik dan luar negeri. Sektor jasa adalah sangat beragam meliputi kelompok pemasar orientasi ekspor, perbankan skala dunia, pekerja toko kecil dan perorangan domestik. Pada tingkat lebih tinggi, periode 200 tahun terakhir Turki telah melaksanakan transformasi kedalam bangsa industri modern Eropa. The Tanzimat ( reorganisasi ) 1839 – 1878 suatu reorientasi ekonomi menuju peningkatan industri lokal telah memperdalam jurang hutang Turki pada kekuatan imperial Barat. Sampai dengan menjelang pembentukan Republik Turki kondisi ketergantungan ini membuat kemunduran ekonomi. Perencanaan negara telah diambil mengikuti model Uni Soviet. Dalam 1930 – 1980 Industri Substistusi Impor dilaksanakan dengan cara memperkuat perusahaan negara dan perencanaan pembangunan. Kebijakan ekonomi ini menciptakan ekonomi campuran, dimana pembangunan industri dipercepat. Tetapi, masa setelah perang dunia II kemunduran terjadi sebagai akibat intervensi negara terlalu besar, dan perusahaan negara 40% dari total industri manufaktur. Mejelang 1980 sektor perusahaan negara tidak efesien dan offerstaffed. Kehilangan berbentuk defisit anggaran belanja. Target perencanaan negara sering terlalu ambisius, tetapi ada pengabaian sektor pertanian. Industri substitusi impor tidak tidak mendorong ekspor tidak pula mendorong import, akibatnya perdagangan menjadi defisit karena import teknologi. Pertumbuhan mengalami penurunan dan produksi dibiayai oleh pinjaman. Akibatnya adalah defisit neraca pembayaran.
Direktur IMF dalam 2011 menyatakan bahwa Turki telah mengalami pertumbuhan
ekonomi
yang mengesankan,
dimana pendapatan
perkapita
meningkat dan kemiskinan berkurang. Christine Lagarde selanjutnya mengatakan bahwa Turki masih mengalami kerentanan karena cadangan mengalami defisit besar. Capital flows berjangka pendek mudah mengguncang perekenomian Turki. Oleh karena itu, menurut Lagarde, kombinasi makroekonomi dan kebijakan fiskal dan reformasi struktural harus diambil. Defisit itu telah mencapai 10% dari GDP. Turki tidak banyak memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia tergolong rendah, angka wanita bekerja juga rendah jauh dibawah Korea Selatan. Tekstil dan pemrosesan bahan pangan bagus tetapi hinterland belum bisa berkembang. Sektor tradisional masih 25% yaitu sektor pertanian. Diluar tekstil dan pakaian jadi, Turki telah berhasil membangun industri elektronik, otomotif dan sektor pembangunan pipa yang mengalirkan gas dari Asia Tengah ke Eropa melalui Turki. Penduduk dibawah garis kemiskinan sebanyak 27, 43 juta. Penduduk bekerja di luar negeri sebanyak 1,2 juta dalam 2010. Perdana Mentri Recip Tayyip Erdogan dalam awal 2012 menyatakan bahwa Turki masih mengalami masalah struktural, yaitu current account defisit dan inflasi. Oleh karena itu pemerintah akan mengontrol permintaan domestik dengan menekan konsumsi, perdagangan eceran, perumahan dan otomotif. Ekspor telah menurun 11,3%, dan import mengalami kenaikan sedikit. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 3,2 %, suatu pertumbuhan yang sangat rendah. Produksi industri menurun 1,8% dalam kuartal pertama 2012. Dengan mempertimbangkan ketergantungan pada ekspor dan depresiasi lira tahun lalu perekonomian tahun 2012 tidak memiliki prospek cerah. Krisis hutang Eropa menambah buruk situasi yang dihadapi oleh Turki. Pelambatan tuntutan kebutuhan domestik diharapkan dapat menekan angka inflasi.
Revita Annur Lestari Magister Hubungan Internasional dan Politik Timur Tengah Universitas Indonesia