1
Kuntari Erimurti
Industri Kreatif
Industri kreatif, atau sering disebut Creative Economy, merujuk pada seperangkat sektor industri yang saling mengunci (interlocking) dan smerupakan bagian yang sedang tumbuh di era ekonomi global. Creative industries sering dikaitkan dengan cultural industries, namun sebenarnya Cultural Industries adalah sektor tambahan (adjunct-sector)
dari Creative Industries, termasuk di dalamnya (a) Cultural tourism & Heritage, (b) Museums & Libraries dan (c) Sports & Outdoor activities. Cultural Industries lebih mengarah pada
menyampaikan nilai selain nilai moneter kepada masyarakat, antara lain kesejahteraan sosial, studi budaya dan pendidikan budaya. Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kegiatan mengkreasikan dan mengeksploitasi produk kekayaan intelektual (intellectual property) seperti seni, film, games atau desain fesyen, atau layanan kreatif untuk business-to-business misalnya iklan. Sektor kreatif yang sudah diidentifikasi yaitu:
1
1.
Iklan
2.
Arsitektur
3.
Seni dan restorasi karya seni
4.
Kerajinan
5.
Desain, termasuk desain komunikasi
6.
Fesyen
7.
Film, Video dan Fotografi
8.
Perangkat lunak, Computer Games dan Publikasi Elektronik
9.
Musik dan Seni Pertunjukan
10.
Penerbitan
11.
Televisi dan Radio
Staf Divisi Pengembangan Industri Kreatif, T echnoArt Park, PPPPTK Seni dan Budaya.
Page 1 of 11
Sektor-sektor kreatif tersebut pada umumnya dijalankan oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), yang diidentifikasi sering mengalami hambatan pada (1) konsistensi kualitas, dan (2) sulit memenuhi order yang besar dalam waktu yang singkat. Meskipun demikian, industri kreatif yang termasuk dalam kategori UMKM ini perlu dibangun sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk mengembangkan industri kreatif, perencana perlu (1) memahami pengorganisasian proses kreatif di lingkungan masyarakat berbasis pengetahuan, yaitu bagaimana kreatifitas di stimulasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan inovasi yang sukses, (2) memahami lingkungan ekonomi dan sosial yang menentukan keberhasilan pengembangan dan pendirian industri kreatif, (3) mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) dan (4) memahami bahwa industri kreatif dibangun berdasar bakat alam dan ditandai dengan pertumbuhan cepat, penambahan nilai yang tinggi, dan perspektif sosial yang positif. Pekerja kreatif
Kategori pekerja kreatif ada tiga yaitu: 1. Pekerja kreatif yang ditetapkan berdasar pekerjaan utama yang dilakukan, misalnya bekerja sebagai pemain piano, diklasifikasi sebagai musisi. 2. Semua pekerja yang dipekerjakan di industri kreatif (mis: musisi, satpam, pembersih, akuntan, manajer, dsb yang bekerja untuk perusahaan rekaman) 3. Semua pekerja kreatif dan tidak bekerja untuk industri kreatif (mis: guru piano). 4. Semua orang dengan pekerjaan kreatif sampingan mis: menghasilkan karya seni di waktu luang, atau sebagai hobi.
Pengertian produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk yang dipasarkan termasuk barang-barang fisik, layanan, pengalaman, kegiatan, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan gagasan. Selanjutnya, produk diklasifikasi menjadi tiga berdasarkan (1) daya tahan produk, (2) produk konsumen, dan (3) produk industri.
Page 2 of 11
Berdasar daya tahannya, produk dapat digolongkan menjadi dua yaitu (1) produk yang memiliki daya tahan dalam jangka waktu yang lama, biasanya adalah barang-barang nyata yang dapat dihitung, seperti almari es, mesin cuci, dan pakaian, dan (2) produk yang memiliki daya tahan dalam jangka pendek, biasanya dikonsumsi dalam jangka pendek, seperti minuman, makanan, dan sabun. Jasa layanan termasuk dalam golongan produk yang tidak nyata, variabel, tidak dapat dipisah-pisahkan, dan rentan, seperti salon kecantikan, biro konsultasi, dan jasa pencucian baju. Produk konsumen adalah produk yang dibeli oleh konsumen berdasar kebiasaan belanja konsumen. Produk konsumen digolongkan menjadi tiga yaitu: 1. Produk Praktis (convenience goods) yaitu produk yang sering dibeli oleh konsumen dengan usaha minimum, seperti rokok, sabun dan koran. Jenis produk konvenien bisa dibagi menjadi tiga yaitu (1) produk pokok, yaitu produk yang dibeli oleh konsumen pada basis reguler, (2) produk impulsif, yaitu produk yang dibeli oleh konsumen tanpa perencanaan, dan (3) produk darurat, yaitu produk yang dibeli oleh konsumen hanya ketika pada keadaan darurat. 2. Produk Umum (shopping goods) yaitu produk yang dalam proses pembeliannya diperlukan seleksi dengan cara membandingkan kesesuaian, kualitas dan gaya. Contoh produk umum adalah pakaian, mebel, dan berbagai peralatan. 3. Produk Khusus (specialty goods) yaitu produk yang memiliki karakteristik keunikan atau merk khusus yang mampu dibeli oleh sebagian konsumen dengan harga khusus. Contoh produk khusus adalah mobil mewah, peralatan fotografi atau merk khusus yang sangat populer misalnya Mercedes. 4. Produk Sangat Khusus (unsought goods) yaitu produk yang jarang dibeli dan konsumen bahkan tidak pernah memikirkan untuk membelinya. Contoh produk sangat khusus adalah asuransi atau ensiklopedi.
Produk industri adalah produk yang diklasifikasikan berdasar proses produksi dan harga relatifnya. Produk ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Bahan Baku dan Suku Cadang (materials and parts) yaitu produk yang menjadi input bagi produsen. Jenis produk ini dibagi dua yaitu (1) bahan baku dan (2) suku cadang.
Page 3 of 11
2. Barang-barang Modal adalah produk tahan lama yang digunakan untuk memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk akhir, meliputi instalasi dan peralatan 3. Jasa Layanan dan Pasokan adalah produk jangka pendek yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk akhir, meliputi (1) perawatan dan perbaikan, misalnya layanan pembersihan dan pengecatan, dan (2) pasokan untuk mengoperasikan pabrik, misalnya minyak industri, bahan bakar, alat tulis dan kertas. Hirarki nilai produk bagi konsumen
Pernahkan terpikirkan, nilai produk apa yang sebenarnya diperoleh konsumen ketika membeli sebuah rumah? Mengapa konsumen merasa perlu dilayani dengan baik? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan memahami nilai produk yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen, dan nilai-nilai lain yang sesungguhnya sebagai nilai tambahan, namun kadang justru memberikan nilai lebih pada produk yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen. Nilai produk rumah sebenarnya memiliki hirarki sebagai berikut. 1. Core benefit adalah manfaat rumah yang sangat fundamental yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen, yaitu tempat hunian yang nyaman dan dapat memberikan kepuasan sehingga konsumen memperoleh manfaat dan keuntungan dari rumah yang dibeli. 2. Basic product adalah produk pokok yang diberikan kepada konsumen sehingga konsumen merasa nyaman, aman dan sehat jika menghuni rumah tersebut. Produk ini antara lain konstruksi bangunan yang kokoh, bahan bangunan yang bermutu tinggi, pencahayaan alam yang cukup dan sirkulasi udara yang memenuhi standard kesehatan. 3. Expected product adalah atribut produk yang biasanya diharapkan oleh konsumen pada saat menghuni rumah yaitu lingkungan yang bersih dan sehat, sumber air dan energi yang sustainable, tersedia infra struktur komunikasi (mobile dan stationair), transportasi (jalan yang baik dan lintasan angkutan umum), dekat dengan fasilitas umum seperti tempat beribadah, sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan serta sarana olahaga dan rekreasi.
Page 4 of 11
4. Augmented product yaitu produk yang diidamkan oleh konsumen dibalik semua produk yang diharapkan, misalnya kecepatan dan profesionalisme developer , kemudahan cara-cara pembelian, keindahan dan keserasian tata ruang dan lingkungan, serta pemandangan alam yang indah.
Untuk menjamin kepuasan konsumen, justru augmented product merupakan faktor kompetitif yang sangat efektif. Kompetisi baru adalah bukan antar produk yang diproduksi oleh perusahaan, tetapi antar apa yang mereka tambahkan pada output dalam bentuk kemasan, iklan, layanan konsumen, keuangan, pengiriman barang ke konsumen, penyediaan barang, dan aspek lain yang dianggap bernilai oleh konsumen (Kotler dan Keller, 2006). Pendapat ini didukung oleh Edward De Bono dengan konsep sur/petition. Menurut De Bono kompetisi adalah usaha yang perlu dilakukan untuk bertahan dari kompetitor, dan sur/petition adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai sukses. Kompetisi adalah bagian dari perawatan dan penetapan dasar pijakan. Kita perlu ada dibalik kompetisi untuk mencari apa yang ada diatas segala kompetisi (sur/petition). Sur/petition adalah sikap pemikiran, suatu strategi dan desain sebuah konsep (De Bono 1992). Sedangkan konsep diartikan oleh De Bono sebagai sebuah cara untuk mengerjakan sesuatu yang akan mencapai sebuah tujuan dan menyediakan berbagai nilai. Dengan demikian untuk meraih sukses, produsen harus merancang dan menetapkan konsep produk yang memberikan nilai lebih kepada konsumen. Konsumen tidak hanya memperoleh manfaat produk yang diharapkan tetapi juga mendapatkan pengalaman yang baru dan dapat digunakan untuk menjalani kehidupan di masa datang dengan lebih baik. Paradigma baru desain produk
Untuk melakukan inovasi produk baru dan juga dalam menyampaikan nilai-nilai kepada klien, sudah saatnya produsen menggunakan tim multidisiplin. Untuk menciptakan bisnis multidisiplin tersebut dibutuhkan manajer hibrid yang menjembatani kesenjangan antara dunia desain dan dunia bisnis. Untuk itu, desainer harus bekerjasama dengan para spesialis di bidang sosial, pemasar dan konsultan manajemen. Desainer akan perlu mengembangkan kompetensi kunci untuk tim, komunikasi, apresiasi peran disiplin lain dan meningkatkan kesadaran bisnis dan teknologi (Design Council, 2007).
Page 5 of 11
Desain merupakan reprsentasi level manajer papan atas yang merefleksikan pertumbuhan kepentingan strategik di industri kreatif. Hal ini di dukung oleh perubahan strategi perusahaan yang saat ini dan di masa datang memfokuskan produknya pada pengguna dan melebarkan fungsi desain dari desain komunikasi dan produk ke pengembangan strategik industri kreatif. Ada dua alasan penting mengapa terjadi paradigma baru dalam perkembangan desain produk. Pertama, desain diarahkan kepada konsep keberlangsungan (sustainable). Konsep keberlangsungan ini meliputi daya tahan desain untuk jangka panjang, bahan dan proses yang digunakan untuk produksi tidak merusak lingkungan. Kedua, jika desain memberi kontribusi kepada budaya manusia, maka harus mencerminkan gaya hidup masyarakat tertentu. Pendekatan desain yang cocok untuk konsep tersebut adalah
incremental product
improvement artinya pengembangan produk dilakukan secara bertahap sesuai dengan (1)
kebutuhan konsumen, (2) pemeliharaan lingkungan hidup dan (3) teknologi tepat guna sehingga tidak terjadi konflik diantara tiga unsur tersebut, dan mengurangi dampak negatif desain produk dan produksinya (Walker, 2008). Dampak negatif yang muncul antara lain tidak laku jual karena tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen, bahan yang digunakan mengakibatkan perusakan lingkungan, proses produksinya menghasilkan limbah yang tidak ramah lingkungan, teknologi yang digunakan berbiaya tinggi, dan daur hidup produk sangat pendek sehingga produk cepat menjadi usang dan tidak diminati lagi oleh konsumen. Untuk menghindari konflik, maka penciptaan produk baru ini harus merupakan bagian dari solusi. Dengan demikian peran desain pada penciptaan produk bukan hanya sekedar ekspresi desainer, tetapi merupakan interrelasi antara kultur material, konsumerisme, lingkungan dan dampak sosial. Desainer bisa mengeksplorasi metode baru dan mengembangkan pendekatan alternatif untuk mendefinisikan produk fungsional. Incremental product improvement dikembangkan menjadi bagian dari konsep desain
yang layak diintegrasikan dengan konsep desain konvensional yang sudah dijalankan selama ini. Untuk menjaga supaya proses pengembangan tetap konsisten dilakukan secara bertahap, maka produk didesain dengan menitik beratkan pada konsep acceptance of what is. Konsep ini sangat natural dan menghindari konsep mendesain secara konvensional yaitu sekedar membuat desain baru dan berumur pendek. Ada tiga “r” sebagai dasar penciptaan produk. R
Page 6 of 11
yang pertama berkaitan dengan tanggung jawab terhadap lingkungan yaitu reduce, yang dimaknai dengan sikap mengurangi bahan, energi dan menggunakannya sehemat mungkin. R yang kedua adalah reuse, yaitu menggunakan kembali produk-produk yang sudah usang atau tidak terpakai dan digunakan untuk kepentingan lain yang bermanfaat. Misalnya kemasan minyak goreng isi ulang yang terbuat dari plastik di gunakan kembali untuk membuat produk tas. Reducing dan reusing merupakan dua aspek yang sangat penting dan harus diberikan prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan R yang ketiga yaitu recycling (Walker, 2008). Pemikiran
tentang
desain
yang
lebih
menekankan
fungsi
produk
dengan
mengetengahkan unsur-unsur reducing, reusing dan recycling menghasilkan produk baru dengan bahan lama, dan selalu mempertimbangkan pelestarian lingkungan. Produk baru yang didesain dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut akan memberikan kontribusi yang tidak ternilai kepada pemberdayaan kearifan lokal, pelestarian lingkungan, kesejahteraan ekonomi rakyat karena bisa diproduksi dengan skala kecil maupun besar. Industri kreatif dimulai dari kegiatan ekonomi semacam ini. Sebagai contoh produk kap lampu yang menggunakan kembali (reuse) botol bekas kemasan minuman, dikombinasikan dengan kap lampu yang terbuat dari kertas semen (recycling) dan didalamnya dipasang lampu hemat energi (reducing). Produk baru ini bisa mengintegrasikan skala besar dan produksi massal dengan
skala kecil dan produksi lokal serta menyediakan banyak peluang untuk menciptakan industri kreatif melalui desain dan penggunaan kembali barang-barang yang sudah tidak dipakai pada level sangat lokal. Konsep penciptaan produk tersebut mengubah peran desain menjadi peran yang lebih ditujukan kepada masyarakat dan lingkungannya, namun menggunakan material dan kearifan lokal. Produk yang diciptakan berdasarkan pertimbangan tiga “r” tersebut sangat fungsional, dengan unsur estetis yang sangat minim, tidak fashionable dan tidak mempertimbangkan aspek-aspek seni yang rumit. Produk fungsional ini mencapai tujuan sebagai produk yang: •
Diterima apa adanya, dengan bahan-bahan yang digunakan ulang (reuse) dengan segala konsekuensi terdapat bekas-bekas penggunaan di masa lampau, misalnya ada goresan pada permukaannya.
•
Menilai produk seperti apa adanya sesuai manfaat yang bisa diberikan.
Page 7 of 11
•
Menghargai produk seperti apa adanya karena penghargaan ini sama dengan menghargai pemikiran desainernya, keasliannya, keunikannya dan usaha yang sudah digunakan untuk membuat desain, juga menghargai sumber daya dan energi yang telah digunakan pada proses produksinya.
•
Menghargai
keberadaan
barang-barang
yang
sudah
tidak
terpakai
dan
menggunakannya kembali (tidak membuangnya dan menggantikannya dengan produk baru). •
Memperlambat budaya konsumerisme dan cenderung menggalakkan konsep baru dalam mengkonsumsi produk dan jasa.
Paradigma baru desain produk tersebut mengarahkan pemikiran kepada konsep ecodesign. Eco-design adalah suatu pendekatan desain produk dengan mempertimbangkan
dampak yang bisa terjadi pada lingkungan dari seluruh daur hidup produk. Eco-design cenderung diintegrasikan kedalam pengembangan produk melalui pilot project, menyeleksi produk yang sudah ada, dimulai dari proses pengembangan paling dasar hingga tahap akhir (Schiavone et al., 2008) sesuai dengan daur hidup produk (product life cycles). Daur hidup produk biasanya terdiri dari (1) cara memperoleh bahan baku, (2) pembuatan, (3) penggunaan dan (4) pembuangan. Seluruh proses yang terjadi pada daur hidup produk harus dipandang secara integratif dan merupakan perwujudan dari pengembangan produk, desain, produksi, pemasaran, pembelian dan paska pembelian. Orang-orang yang terlibat dalam proses daur hidup produk harus bekerjasama dan saling toleran untuk mengaplikasikan eco-design dalam menciptakan produk baru yang memiliki peluang bagus di pasar dan bisa memprediksi dampak menyeluruh dari produk tersebut terhadap lingkungannya. Aspek-aspek lingkungan yang dianalisis untuk setiap tahapan di dalam proses daur hidup produk adalah sebagai berikut. •
Konsumsi sumber daya (energi, bahan, air atau area)
•
Emisi udara, air dan tanah yang relevan untuk pelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.
•
Lain-lain, misalnya kebisingan dan getaran.
•
Limbah (baik yang tidak merugikan maupun yang merusak lingkungan) merupakan bagian awal dan emisi akhir dari setiap proses. Ketika limbahnya
Page 8 of 11
berupa gas metan atau debu, maka limbah ini bisa terhirup oleh manusia dan bisa mengganggu kesehatan manusia. Meskipun limbah gas ini tidak langsung berkaitan dengan produknya namun dampak terhadap lingkungannya akan sangat relevan dikaitkan jika dengan produksinya. Eco-design berbasis pada pelestarian ecosystem dan mengurangi dampak perusakan
lingkungan (Eco Indicator 95, 1996). Dampak lingkungan yang bisa merusak sistem ekologi atau kesehatan manusia adalah sebagai berikut: •
Dampak rumah kaca yaitu terjadinya peningkatan temperatur bumi yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas buang yang menghalangi radiasi panas yang dikeluarkan oleh bumi.
•
Dekomposisi lapisan ozon yang disebabkan oleh adanya peningkatan radiasi ultraviolet pada permukaan bumi.
•
Acidification yaitu terjadinya degradasi hutan yang disebabkan oleh hujan asam.
•
Eutrophication yaitu hilangnya tanaman langka yang bisa tumbuh di struktur tanah
yang gersang. Tanah gersang ini disebabkan oleh emisi substansi yang merupakan dampak dari pupuk dan perubahan ekosistem air. •
Smog terutama pada musim panas, merupakan masalah bagi penderita sesak nafas
(asma). Smog disebabkan oleh tingginya konsentrasi ozon tingkat rendah atau debu dan komposit belerang. •
Adanya zat beracun selain yang disebutkan diatas, antara lain logam berat, zat karsinogenik dan pestisida.
Untuk
menjaga
ecosystem,
maka
proses
produksi
harus
benar-benar
mempertimbangkan lima aspek penting yaitu: •
Bahan baku yang digunakan tidak merusak lingkungan. Apabila menggunakan kayu, haruslah kayu yang dipotong dari pohon yang berasal dari hutan produksi, bukan hutan lindung, dan di tera dengan label ekologi (ecolabeling). Konsep tiga “r” akan membantu desainer mengurangi dampak perusakan lingkungan. Semakin banyak kontribusinya terhadap pelestarian lingkungan maka produk akan menjadi semakin dihargai.
Page 9 of 11
•
Proses pengolahan yang digunakan harus singkat sehingga efisien. Semakin singkat proses pengolahan yang digunakan akan semakin efisien.
•
Proses transportasi bahan dan produk harus efisien, diukur dengan standard ton per kilometer. Semakin pendek jaraknya semakin efisien.
•
Energi yang digunakan untuk produksi harus seminim mungkin. Semakin sedikit energi yang digunakan untuk proses produksi, akan semakin baik.
•
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi harus ramah lingkungan. Semakin ramah dengan lingkungan akan semakin baik.
Konsep incremental design berbasis tiga “r” dan eco-design dikenal secara luas untuk mengembangkan produk dan melakukan inovasi produk. Pada acara “2008 International Home and Housewares Show” yang diselenggarakan di New York Hilton, Manhattan pada
tanggal 08 Januari 2008 yang lalu, hanya ada sedikit produk yang merupakan inovasi dan sungguh-sungguh
merupakan
penemuan
baru,
beberapa
jenis
produk
merupakan
pengembangan dan 90 persen adalah produk incremental yang merupakan pengembangan dari produk yang sudah ada (Bill Lazaroff, senior vice president for product development and design dari Lifetime Brands-StarNewsOnline.com, 2008).
Level tertinggi eco-design adalah iPod dan bola lampu hemat energi yang merupakan penemuan baru dan berhasil menciptakan pasar baru serta perubahan cara hidup manusia.Produk-produk semacam itu sangat sedikit. Selanjutnya, konsep eco-design yang berwawasan global dan memanfaatkan kearifan lokal (glocal) akan dijadikan landasan bagi setiap pengembangan desain produk yang ditujukan untuk pengembangan industri kreatif. ECO merupakan awalan yang cocok untuk ECO-logy dan ECO-nomy. Eco-design
mempertimbangkan kedua aspek tersebut secara serius. Selanjutnya eco-designers bisa lebih fokus pada parameter eco-design yang dikembangkan melalui pendekatan desain yang strategik.
Page 10 of 11
No.
KEGIATAN
WAKTU 2008 03 04 05 06
1. 2. 3. 4.
Identifikasi industri kreatif yang ada di Indonesia saat ini* Menyusun klasifikasi sektor industri dan pekerja kreatif Identifikasi jenis produk industri kreatif Membuat desain produk untuk pengembangan industri kreatif: Pilot Project 5. Identifikasi kompetensi pekerja kreatif** 6. Desain kurikulum pelatihan berjangka untuk pekerja kreatif** 7. Pelatihan jangka pendek untuk pekerja kreatif***
07
08
09
10
Keterangan: • • • •
*bekerjasama dengan Seksi Datin **bekerjasama dengan asosiasi industri (mis: ASMINDO) dan LSP ***program berkelanjutan untuk tahun 2009 Untuk kegiatan identifikasi dan klasifikasi industri dan produk kreatif serta pelatihan pekerja kreatif, bekerjasama dengan sub divisi Workshop dan Divisi Inkubator Bisnis dan BLU
De Bono, Edward (1992) Sur/Petition: Going Beyond Competition, London, Harper Collins Publisher. Design Council (2007) Lesson from Europe, Report on the Design Council/HEFCE factfinding, Visit to Netherland, Denmark and Finland, 5-10 September. th Kotler, Philip and Keller, Kevin, Lane (2006) Marketing Management” 12 Ed., NJ, Pearson Education. Schiavone, Francesco; Pierini, Marco and Eckert, Vincent (2008) “Strategy-based approach to eco-design: an innovative methodology for systematic integration of ecologic /economic considerations into product development process,” International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp. 29-44. StarNewsOnline.com diakses Januari 2008. The Eco-Indicator 95 (1996) Weighting method for environmental effects that damage ecosystem or human health on a European scale, Updated version. Walker, Stuart (2008) “Extant objects: designing things as they are,” International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp: 4-12.
Page 11 of 11
11