J.Alchemy, Vol. 5, No. 2 (September 2006), 1-12
ISSN 1412-4092
ADSORPSI Zn(II) DAN Cd(II) PADA HIBRIDA AMINO-SILIKA DARI ABU SEKAM PADI 1
Nuryono dan Narsito
1
1
Jurusan Kimia FMIPA Universtas Gadjah Mada, Sekip Utara Yogyakarta 55281
ABSTRAK
Dalam penelitian ini telah dilakukan kajian adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) dalam larutan oleh adsorben hibrida amino-silika (HAS) yang disintesis dari abu sekam padi melalui proses sol-gel. Penelitian diawali dengan pembuatan larutan natrium silikat dari abu sekam padi. Pengabuan sekam dilakukan pada temperatur 700 ºC selama 4 jam. Abu sekam dilebur dengan NaOH pada temperatur 500 ºC selama 30 menit. Hasil peleburan dilarutkan dalam akuades sehingga diperoleh larutan natrium silikat (Na 2SiO3). Pembuatan HAS dilakukan dengan menambahkan (3-aminopropil)-trimetoksisilan dan larutan asam sitrat 1 M ke dalam larutan natrium silikat Na 2SiO3 sampai pH 7. Karakterisasi hasil dilakukan dengan spektroskopi inframerah (FTIR) dan difraktometri sinar-X (XRD). Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) dilakukan dalam sistem batch selama satu jam dengan memvariasi konsentrasi ion logam dan memvariasi waktu kontak pada kosentrasi ion logam tetap. Ion logam yang teradsopsi secara kuantitatif dihitung berdasarkan konsentrasi ion logam dalam larutan setelah adsorpsi yang ditentukan dengan metode AAS. Data yang diperoleh digunakan untuk mengevaluasi kinetika dan termodinamika adsorpsi. Hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan bahwa HAS telah dapat disintesis yaitu dengan munculnya serapan yang khas dari gugus fungsional siloksan (≡Si– O –Si≡), silanol (≡Si– OH) OH) dan rantai alifatik – CH ( – CH2 – ). ). Dari data XRD diketahui bahwa HAS dan silika gel (SG) yang terbentuk mempunyai struktur amorf. Hasil kajian termodinamika adsorpsi menunjukkan bahwa HAS mempunyai kapasitas adsorpsi terhadap Zn(II) maupun Cd(II) lebih besar (526,3 μmol/g dan 135,1 μmol/g) daripada silika gel (SG) (277,8 μmol/g dan 117,6 μmol/g). Energi yang menyertai adsorpsi Zn(II) pada HAS dan SG berkisar 16 kJ sedangkan energi adsorpsi Cd(II) pada HAS dan SG berkisar 18 kJ yang menunjukkan interaksi terjadi melalui fisisorpsi. Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) pada HAS menghasilkan tetapan laju adsorpsi yang lebih besar dibandingkan adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) pada SG. Adsorpsi ion logam pada HAS berlangsung melalui dua tahap yaitu cepat dan lambat dengan urutan tetapan laju adsorpsi Zn(II)>Cd(II). Kata kunci: abu sekam padi, sol-gel, silika, adsorpsi, ion logam
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini modifikasi permukaan silika gel (SG) banyak dilakukan untuk meningkatkan kinerja bahan anorganik itu sesuai dengan keperluannya.
organometalik atau oksida logam (Jal dkk, dkk,
2004).
Modifikasi SG dapat dilakukan melalui interaksi fisik dan kimiawi. Modifikasi secara fisik suatu senyawa pada SG
Berdasarkan jenis senyawa yang digunakan modifikasi
dapat dilakukan
permukaan SG dapat dibedakan menjadi 2 jenis, j enis, yaitu
(1983) telah melakukan impregnasi pada padatan
fungsionalisasi organik di mana agen pemodifikasi
pendukung SG,
berupa gugus organik dan fungsionalisasi anorganik di
kloroetilen menggunakan bahan – bahan impregnan 2,5-
mana gugus pemodifikasi dapat berupa senyawa
dimerkapto-1,3,4-tiadiazol (DMT), 2-merkaptobenzo
Korespondensi : Nuryono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, BLS 21 Yogyakarta Email :
[email protected] nuryono_
[email protected] .id Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II )…(Nuryono dan Narsito)
melalui impregnasi. Terrada dkk karbon aktif
dan politrifluoro
tiazol (MBT) dan 2-merkaptobenzimidazol (MBI) untuk adsorpsi Cu(II) dalam medium air. Dilaporkan
1
bahwa adsorpsi hanya efektif pada pH tertentu untuk
{2-{3-(trimetoksisilil)-propilamino}-etiltio}etanatiol
tiap jenis ligan. Kelemahan modifikasi secara fisik
(NSSH). Hibrida silika yang dihasilkan digunakan
antara lain interaksi yang terjadi relatif lemah atau
untuk adsorpsi logam divalen. Cestari dkk (2000) telah
mudah lepas sehingpga tidak dapat digunakan secara
melakukan imobilisasi ethilendiamin pada permukaan
berulang-ulang.
SG melalui proses sol-gel dan digunakan sebagai
Modifikasi SG secara kimia dapat dilakukan
adsorben untuk adsorpsi ion logam Cu(II), Hg(II) dan
dengan dua teknik, yaitu imobilisasi reagen silan dan
Co(II). Nuryono dkk (2005) melaporkan pembuatan
melalui proses sol-gel. Teknik konvensional untuk
hibrida merkapto-silika melalui proses sol-gel dengan
memodifikasi permukaan SG secara kimia dilakukan
prekursor natrium
silikat
yang dihasilkan dari
dengan mengembangkan reaksi antara gugus silanol
pengolahan
sekam
padi
dengan reagen silan yang berfungsi sebagai prekursor
menunjukkan bahwa modifikasi merkapto pada silika
untuk immobilisasi molekul organik. Pada umumnya,
mampu meningkatkan kemampuan adsorpsi terdapat
reagen silan bereaksi dengan permukaan gugus silanol
ion logam Zn(II) dan Cd(II).
dalam
satu
langkah
sehingga
abu
(ASP).
Hasil
memungkinkan
Dalam makalah ini dilaporkan modifikasi SG
pengikatan gugus fungsional terminal yang diinginkan
dengan senyawa aminopropil melalui proses sol-gel
pada permukaan (Jal dkk, 2004). Fahmiati (2006) telah
menggunakan
memodifikasi permukaan SG secara impregnasi tidak
pengolahan ASP. Produk yang dihasilkan digunakan
langsung
-
sebagai adsorben untuk ion logam Zn(II) dan Cd(II)
glisidoksipropiltrimetoksisilan (GPS) untuk adsorpsi
dalam larutan. Beberapa parameter termodinamika dan
ion logam Cd(II), Ni(II) dan Mg(II). Hasil yang
kinetika adsorpsi juga dihitung dan dievaluasi.
menggunakan
bahan
penghubung
prekursor
natrium
silikat
hasil
diperoleh menunjukkan laju adsorpsi ion logam dengan urutan Cd(II)>Mg(II)>Ni(II) dengan aplikasi
II. METODE PENELITIAN
isoterm Langmuir diperoleh tetapan kesetimbangan
Bahan. Sampel sekam padi yang digunakan
adsorpsi ( K ) untuk ion logam Cd(II), Ni(II) dan Mg(II)
sebagai sumber silika berasal dari tempat penggilingan
berturut – turut 9,28 x 10 2, 14,56 x 10 2 dan 1,79 x 10 2.
gabah di daerah Wates, Kulon Progo, Yogyakarta.
Kelemahan dari modifikasi melalui imobilisasi adalah
Bahan kimia berupa larutan H 2SO4 5 %, natrium
rendahnya efektivitas pengikatan senyawa pada
EDTA 0,01 M digunakan untuk pencucian abu sekam
permukaan SG.
padi. Untuk pembuatan adsorben digunakan padatan
Proses sol – gel telah banyak dikembangkan
NaOH (Merck), asam sitrat, C6H8O7.H2O, (Merck),
terutama untuk pembuatan hibrida, kombinasi oksida
dan (3-amminpropil)-trimetoksisilan, APTS (Aldrich).
anorganik (terutama silika) dengan alkoksisilan.
Larutan logam diperoleh dengan melarutkan garam
Pengunaan proses sol – gel untuk sintesis beberapa
klorida dari logam Zn(II) dan Cd(II) yang dibeli dari
bahan
Merck dalam akuades sesuai keperluan.
hibrida
anorganik – organik
telah
banyak
dilaporkan. Metode pembuatan hibrida silika melalui
Peralatan. Peralatan yang digunakan meliputi
proses sol gel untuk tujuan adsorpsi telah dilakukan
alat preparasi larutan natrium silikat dari abu sekam
oleh
Mereka
padi, yaitu tungku pemanas (Charbolite), pompa
menggunakan tetraetoksisilan (TEOS) sebagai bahan
vakum (Buchi VacR V-500”), dan ayakan ukuran 200
dasar yang dicampur dengan senyawa organik aktif 2-
mesh (Fischer). Untuk identifikasi gugus fungsional
2
Airoldi
dan
Arakaki
(2001).
J.Alchemy, Vol. 5, No. 2 (September 2006), 1-12
adsorben digunakan spektrofotometer inframerah
asam sitrat 1M tetes demi tetes sampai terbentuk gel
(Shimadzu FTIR-8201PC), sedangkan untuk adsorpsi
dan diteruskan hingga pH 7. Gel yang terbentuk
digunakan alat sentrifius (Centrifig 228) dan pengaduk
didiamkan semalam, disaring dan dicuci dengan
magnet dan spektrometer serapan atom (AAS)
akuades hingga netral terhadap indikator universal,
(Hitachi Z-8000) untuk analisis logam.
kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 70
Cara Kerja
ºC dengan pengurangan tekanan. Setelah kering (HAS)
Pembuatan larutan natrium silikat dari abu
digerus dan diayak dengan ayakan 200 mesh.
sekam padi. Dalam penelitian ini, sampel sekam padi
Pembentukan gel dilakukan dengan cara yang sama
diambil dari daerah Wates, Kulon Progo, Yogyakarta.
tanpa penambahan APTS untuk mendapatkan silika
Sekam padi dibersihkan dari tanah, kerikil dan kotoran
gel (SG). HAS dan SG dikarakterisasi dengan FTIR
lainnya kemudian dicuci dengan air dan dibilas dengan
untuk mengidentifikasi gugus fungsional yang ada.
akuades lalu dikeringkan dalam oven. Sekam padi
Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II). HAS (100 mg)
bersih dan kering dibakar dengan nyala api sehingga
ditempatkan dalam wadah plastik. Adsorpsi dilakukan
diperoleh arang sekam yang berwarna hitam. Arang
dalam sistem batch dengan cara menambahkan larutan
kemudian diabukan pada suhu 700 ºC selama 4 jam
Zn (II) (50 mL ) dengan variasi konsentrasi 10, 20, 40,
dalam tungku. Abu sekam yang diperoleh berwarna
80, 150, 200, 300 mg/L dan distirer selama 1 jam.
putih kemudian digerus dan diayak sehingga diperoleh
Selanjutnya larutan disentrifius dengan kecepatan
abu yang lolos pada ayakan 200 mesh. Selanjutnya,
2000 rpm untuk memisahkan supernatan dengan
sampel abu sekam (5 gram) dicuci dengan H 2SO4 5%
adsorben. Masing-masing supernatan dianalisis dengan
(10 mL), dinetralkan dengan akuades, dicuci lagi
AAS untuk menentukan jumlah ion logam yang
dengan Na2EDTA (0,05 M, 20 mL) dan dinetralkan
teradsorpsi. Hal yang sama dilakukan untuk logam
kembali dengan akuades. Abu hasil pencucian
Cd(II). Adsorpsi yang sama juga dilakukan terhadap
dikeringkan dalam oven. Abu sekam hasil pencucian
SG.
dimasukkan dalam krus porselin, ditambah NaOH (8 gram ) dan dilebur pada 500 ºC selama 30 menit.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dingin ditambahkan akuades (50 mL) dan
Silika Gel dan Hibrida Amino Silika
dibiarkan semalam kemudian disaring dengan kertas saring.
Pembuatan SG dilakukan dengan menggunakan
Filtrat yang dihasilkan merupakan larutan
natrium silikat (Na2SiO3) hasil peleburan abu sekam
natrium silikat ditampung dalam gelas plastik. Kadar
padi. Na2SiO3 yang dilarutkan dalam akuades
Si dalam larutan natrium silikat hasil peleburan abu
menghasilkan sistem larutan silikat yaitu hidrosol
sekam ditentukan dengan spektrometer serapan atom
Na2SiO3. Pada sistem ini, terdapat anion silikat (≡Si–
(AAS).
O-) sebagai gugus reaktif dengan ion natrium sebagai adsorben
penyeimbang muatan. Pembentukan gel dari larutan
hibrida amino-silika (HAS). Larutan natrium silikat
silikat dilakukan dengan menurunkan pH larutan
(20 mL) hasil dari peleburan abu sekam padi
melalui penambahan asam, dalam penelitian ini
dimasukkan ke dalam gelas plastik dan ditambahkan
digunakan asam sitrat 1M. Penambahan asam sitrat
(3-aminopropil)-trimetoksisilan (2 mL) sambil diaduk
1M pada 20 mL larutan Na 2SiO3 dilakukan tetes demi
dengan pengaduk magnet. Selanjutnya ditambahkan
tetes sampai pH 7. Gel yang terbentuk didiamkan satu
Pembuatan
dan
karakterisasi
Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II )…(Nuryono dan Narsito)
3
malam agar pembentukan gel sempurna kemudian dicuci dengan akuades untuk menghilangkan garam sisa, lalu dikeringkan pada temperatur 120 ºC selama satu jam. Gel kering yang diperoleh disebut xerogel . Xerogel yang berwarna putih ini kemudian digerus dan
diayak
dengan
ayakan
200
mesh
untuk
menghomogenkan ukurannya. Pembuatan
HAS
dilakukan
dengan
penambahan senyawa organik aktif (3-aminopropil)trimetoksisilan (APTS) pada larutan Na2SiO3 sebelum ditambah asam sitrat untuk pembentukan gel. Hasil pembuatan SG dan HAS dengan tiga kali pengulangan (n = 3) ditampilkan dalam Tabel 1. Berat HAS yang dihasilkan lebih banyak daripada SG. Hal ini disebabkan
adanya
pembuatan
HAS
penambahan yang
APTS
mengakibatkan
Gambar 1. Spektra inframerah (a) SG Kiesel gel 60
pada adanya
Si.
tipe G, Merck; (b) SG hasil sintesis dari abu sekam padi; (c) dan HAS Vibrasi ulur simetris Si – O dari Si – O – Si
penggantian gugus silanol oleh merkapato propilsilan
ditunjukkan
yang memiliki berat molekul lebih besar.
gelombang 800,4 cm-1. Pita serapan pada 974,0 cm -1
pita
serapan
pada
bilangan
menunjukkan vibrasi ulur Si – O dari Si – OH. Pita
Tabel 1. Berat SG dan HAS yang dihasilkan
serapan yang kuat pada bilangan gelombang 1101,3
Berat (gram)
Nama
oleh
APTS yang ditambahkan -
Produk yang dihasilkan 1,85 ± 0,05
cm-1 merupakan vibrasi ulur asimetris Si – O dari Si – O –
SG
ASP yang digunakan 2,00
HAS
2,00
2,054
2,70 ± 0,07
Si – OH. Adanya pita serapan pada 1629,7 cm -1
Produk
Si sedangkan pita lebar pada bilangan gelombang 3448,5 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur gugus OH dari
Karakteristik SG dan HAS
menunjukkan vibrasi dari molekul air yang terikat
Spektr a inf ramerah.
(William, 1998).
Spektroskopi inframerah digunakan untuk
Gambar 1(b) merupakan spektra inframerah SG
yang
hasil sintesis dari larutan natrium silikat hasil
terdapat pada SG dan HAS. Setiap gugus fungsi
peleburan abu sekam padi. Hasil spektra yang
mempunyai serapan inframerah yang karakteristik
diperoleh menunjukkan kemiripan dengan spektra SG
pada bilangan gelombang tertentu sehingga secara
pembanding Kiesel gel 60 di mana terdapat pita-pita
kualitatif dapat diidentifikasi. Pola serapan inframerah
serapan pada bilangan gelombang yang hampir sama.
SG dan HAS ditampilkan dalam Gambar 1.
Secara umum gugus fungsional yang terdapat pada SG
mengidentifikasi
gugus-gugus
fungsional
Gambar 1 (a) merupakan spektra inframerah
adalah gugus siloksan dan gugus silanol. Dengan
60 tipe G) yang
kemiripan pola serapan pada spektra SG hasil sintesis
digunakan sebagai pembanding spektra padatan hasil
(b) dan Kiesel gel 60 (a) yaitu adanya serapan-serapan
sintesis. Pita serapan pada bilangan gelombang 472,5
yang karakteristik untuk gugus siloksan dan silanol
cm-1 menunjukkan vibrasi tekuk gugus siloksan Si – O –
maka dapat disimpulkan bahwa SG hasil sintesis
SG produksi Merck (Kiesel Gel
4
J.Alchemy, Vol. 5, No. 2 (September 2006), 1-12
memiliki kemiripan gugus fungsional dengan Kiesel
gugus OH dari Si – OH pada bilangan gelombang
gel 60. Perbedaan terletak pada kuantitas gugus yang
3415,7 cm-1. Munculnya serapan baru tersebut
ada. Gugus silanol pada SG lebih sedikit dibandingkan
didukung dengan terjadinya pergeseran serapan dari
dengan gugus silanol pada Kiesel Gel 60 yang
gugus siloksan. Serapan pada bilangan gelombang
ditunjukkan rendahnya intensitas serapan sekitar 3400
462,9 cm-1 merupakan vibrasi tekuk Si – O – Si, vibrasi
cm-1.
ulur simetri Si – O dari Si – O – Si muncul pada bilangan Pada Gambar 1(c) yang merupakan spektra
gelombang 792,7 cm -1 dan pita kuat pada 1074,3 cm -1
HAS terlihat adanya perubahan pola serapan. Pita
merupakan vibrasi ulur asimetris Si – O dari Si – O – Si.
serapan pada bilangan gelombang 3415,7 cm -1 yang
Semua bergeser ke bilangan gelombang yang lebih
merupakan vibrasi ulur gugus OH dari Si – OH
rendah dibanding serapan pada SG hasil sintesis (b)
mengalami penurunan intensitas serapan yang cukup
yang menunjukkan adanya perubahan di lingkungan
besar dibandingkan spektra SG hasil sintesis, begitu
Si – O – Si akibat pembentukan HAS.
juga pita serapan pada bilangan gelombang 964,3 cm -1
Mekanisme
reaksi
pembentukan
HAS
yang merupakan vibrasi ulur Si – O dari Si – OH.
mengikuti mekanisme kondisi basa dan diperkirakan
Penurunan
menunjukkan
seperti yang ditampilkan pada Gambar 2. Pada saat
berkurangnya jumlah gugus silanol akibat terjadinya
penambahan asam sitrat, terjadi proses pembentukan
kondensasi dengan senyawa APTS pada proses transisi
gel yang diduga diawali dengan protonasi terhadap
sol-gel. Munculnya pita serapan baru pada bilangan
atom oksigen pada gugus metoksi (-OCH 3) dalam
gelombang 2933,5 cm -1 yang merupakan serapan
senyawa APTS dan dilanjutkan dengan serangan anion
rantai
ulur – CH2 – juga
silikat (≡Si– O ) terhadap atom Si dalam senyawa
menunjukkan bahwa HAS telah berhasil dibuat.
APTS melalui mekanisme reaksi S N2. Dengan adanya
Vibrasi ulur N – H ditunjukkan oleh serapan pada
protonasi atom oksigen dari gugus metoksi yang
bilangan gelombang 3500-3100 cm-1 Serapan gugus
terikat pada atom Si tersebut menyebabkan atom Si
N – H ini mungkin tumpang tindih dengan serapan
semakin terpolarisasi positif sehingga mempunyai
intensitas
alifatik
serapan
akibat
ini
vibrasi
-
H OCH3 H2 N
Si
+ OCH3 +
+
H
H2 N
(1)
Si
H H2 N
+ OCH3
H H2 N
Si
+
Si
O
+ OCH3 H2 N
Si Si
(2)
A -
O - Si
O - Si
+
CH3OH
Gambar 2. Model mekanisme reaksi pembentukan dimer siloksan pada pembuatan HAS
Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II )…(Nuryono dan Narsito)
5
kecenderungan besar untuk diserang oleh spesies yang
reaksi selanjutnya menghasilkan C akan tetapi dapat
bermuatan negatif yaitu anion silikat dan membentuk
terhenti hanya pada persamaan (2) menghasilkan A,
ikatan siloksan (≡Si– O –Si≡) dengan melepas metanol.
demikian juga reaksi dapat terhenti pada persamaan
Reaksi tersebut masih dapat berlanjut karena
(3) menghasilkan B sehingga setelah HAS terbentuk
masih terdapat gugus metoksi yang memungkinkan
berbagai variasi permukaan seperti yang dimodelkan
untuk terkondensasi dengan anion silikat yang lain.
pada Gambar 4 mungkin terjadi.
Secara sederhana reaksi tahapan proses sol-gel selanjutnya ditampilkan dalam Gambar 3. Proses
reaksi
kondensasi
Dari Gambar 4 tersebut terlihat bahwa A1 dan B1 masih
yang
dapat
mengalami
reaksi
hidrolisis
disertai
menghasilkan hibrida masing-masing A 2 dan B2. Pada
pelepasan metanol tersebut tidak selalu berlanjut pada
hibrida A2, transisi sol-gel yang terjadi melibatkan
SiO -
Si
SiO
+
+H
O
+
H3CO
NH2
Si
SiO
NH 2
Si
(3)
-CH3OH H3CO
H3CO
SiO
SiO
+
+H -
Si
O
+
SiO
NH 2
Si
B
SiO
NH 2
Si
(4)
-CH3OH H3CO
SiO
C
Gambar 3 Model reaksi pembentukan HAS
OCH3
OH +
Si
O
Si
NH2
n(H /H2O)
Si
O
OCH3
O
OCH3 +
Si
Si
Si
O
Si
O
Si
n(H /H2O)
Si
O
nCH3OH
NH2
+
nCH3OH
OH Si
Si
(B1)
O
+
(A2)
NH2
O
Si
NH2
OH
(A1)
Si
Si
O
(B2)
NH2
(C)
Gambar 4. Berbagai model ikatan di permukaan HAS
6
J.Alchemy, Vol. 5, No. 2 (September 2006), 1-12
-
kondensasi satu gugus ≡Si– O dan gugus metoksi
dengan membuat kurva jumlah ion logam teradsorpsi
menghasilkan dua gugus silanol dan satu gugus amino
tiap gram adsorben terhadap ion logam pada
sehingga menambah jenis dan jumlah situs aktif pada
kesetimbangan yang ditampilkan pada Gambar 5.
HAS
B2
Model isoterm adsorpsi Langmuir mengasumsikan
tidak
bahwa permukaan adsorben mempunyai sejumlah
mempengaruhi jumlah situs aktif yang ada, tetapi
tertentu situs adsorpsi yang sebanding dengan luas
hanya memvariasi jenis dari situs aktif tersebut
permukaan adsorben. Masing-masing situs aktif
sedangkan pada hibrida C transisi sol-gel justru akan
adsorben hanya dapat mengadsorpsi satu molekul
mengurangi jumlah situs aktif yang ada.
adsorbat sehingga yang terbentuk adalah lapisan
relatif
menunjukkan
Selain
terhadap bahwa
reaksi
SG.
Pada
transisi
hibrida
sol-gel
pada
adsorpsi monomolekuler. Apabila situs aktif adsorpsi
pembentukan gel hibrida ini juga terjadi kondensasi
belum jenuh dengan molekul adsorbat, maka kenaikan
antara anion silikat dan gugus silanol yang terbentuk
konsentrasi adsorbat selalu disertai dengan naiknya
dari protonasi anion silikat karena penambahan asam
jumlah ion logam yang teradsorpsi. Sebaliknya, bila
menghasilkan ikatan siloksan yang membentuk
situs aktif adsorpsi sudah jenuh dengan molekul
jaringan
reaksi
adsorbat maka kenaikan konsentrasi adsorbat relatif
kondensasi terus berlangsung membentuk trimer,
tidak meningkatkan jumlah logam yang teradsorpsi
tetramer, oligomer dan akhirnya membentuk bola-bola
(Oscik, 1982).
kerangka
kondensasi
gel.
tersebut,
Masing-masing
polimer. Bola-bola polimer baik yang berasal dari reaksi
kondensasi
Pada gambar 5 nampak bahwa pola isoterm
(3-aminopropil)-trimetoksisilan
adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) cenderung mengikuti pola
dengan anion silikat maupun dari reaksi kondensasi
isoterm adsorpsi Langmuir, di mana pada kisaran
anion silikat dan silanol akan saling bergabung melalui
konsentrasi
reaksi kondensasi lebih lanjut membentuk gel hibrida.
kesetimbangan Zn(II) dan Cd(II) diikuti dengan
Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II)
kenaikan jumlah ion yang teradsorpsi dan pada
Termodinamik a adsorpsi.
Kajian
rendah
kenaikan
konsentrasi
konsentrasi kesetimbangan yang tinggi jumlah ion
termodinamika adsorpsi dipelajari dengan membuat
teradsorpsi cenderung konstan. Oleh karena itu
seri konsentrasi awal logam Zn(II) dan Cd(II) yang
penentuan nilai kapasitas adsorpsi dan tetapan
diinteraksikan dengan adsorben selama 60 menit pada
kesetimbangan adsorpsi digunakan persamaan isoterm
temperatur kamar. Pola isoterm adsorpsi ditunjukkan
Langmuir: 0.12
0.3
g / l o 0.2 m m , i s 0.2 p r o s d 0.1 a r e t ) I I ( 0.1 n Z
SG HAS
g / l o m m0.08 , i s p r o s d a r e 0.04 t ) I I ( d C
SG HAS
0.00
0.0 0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
C, mmol/L
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
C, mmol/L
Gambar 5. Kurva hubungan jumlah logam teradsorpsi pada adsorben; (a) Zn(II) dan (b) Cd(II)
Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II )…(Nuryono dan Narsito)
7
C m
1
bK
1
SG tanpa modifikasi dapat mengadsorpsi ion logam
C
Zn(II) dan Cd(II) karena adanya gugus fungsional
b
di mana C adalah konsentrasi kesetimbangan,
silanol (Si – OH) dan siloksan (Si – O – Si) setelah
m adalah jumlah zat yang teradsorpsi per gram
dilakukan modifikasi melalui proses sol-gel menjadi
adsorben, b adalah kapasitas adsorpsi dan K adalah
HAS ternyata jumlah ion logam yang teradsorpsi baik
tetapan kesetimbangan. Jika data yang diperoleh dari
Zn(II) maupun Cd(II) meningkat.
penelitian memenuhi persamaan tersebut maka plot
Jika dibandingkan dengan imobilisasi gugus
C/m terhadap C akan menghasilkan garis lurus dengan
merkapto (-SH) sebagaimana dilaporkan oleh Nuryono
slope 1/b dan intersep 1/ bK. Dari grafik C/m versus C
dkk (2005) terjadi perbedaan sifat adsorpsi. Imobilisasi
dapat ditentukan parameter-parameter isoterm adsorpsi
merkapto menyebabkan peningkatan kemampuan
Langmuir. Energi total adsorpsi per mol dapat dihitung
adsorpsi Cd(II) 3,4 kali lebih besar daripada silika gel,
dari persamaan berikut:
sedangkan untuk Zn(II) kemampuan adsorpsi justru
E ads = - ∆G˚ ads = RT ln K
menurun
(7
%
lebih
rendah).
Fenomena
ini
K adalah tetapan kesetimbangan adsorpsi yang
menunjukkan bahwa gugus merkapto (basa lunak)
diperoleh dari persamaan Langmuir dan energi total
pada
adsorpsi ekuivalen dengan perubahan energi bebas
mengadsorpsi ion Zn(II) yang termasuk asam keras.
Gibbs standar, ∆G˚ .
Dengan kata lain, adsorpsi Zn(II) bergantung pada
Data dari perhitungan menunjukkan adanya
permukaan
keberadaan
gugus
silika
gel
silanol.
kurang
Penambahan
efektif
gugus
kesesuaian dengan persamaan Langmuir di mana
merkapto dapat mengurangi jumlah gugus silanol
diperoleh garis lurus untuk grafik C/m versus C .
sehingga menurunkan kemampuan adsorpsi terhadap
Parameter-parameter isoterm adsorpsi Langmuir yang
Zn(II). Sebaliknya, kemampuan adsorpsi terhadap
diperoleh ditampilkan dalam Tabel 2. Dari Tabel 2
Cd(II) meningkat dengan keberadaan gugus merkapto
terlihat bahwa kapasitas adsorpsi HAS terhadap kedua
akibat interaksi efektif antara Cd(II), asam lunak, dan
ion logam cenderung lebih besar dibanding adsorben
– SH, basa lunak.
SG.
Berdasarkan
hasil
perhitungan,
HAS
Peningkatan kapasitas adsorpsi ini diduga
mempunyai nilai tetapan kesetimbangan adsorpsi ( K )
disebabkan oleh bertambahnya jenis dan jumlah situs
dan energi adsorpsi, baik Zn(II) maupun Cd(II) tidak
aktif yang berperan dalam adsorpsi setelah modifikasi.
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan SG.
Selain terdapat gugus Si – OH dan Si – O – Si seperti pada
Adanya gugus – NH2 yang secara teori bersifat lebih
SG, juga terdapat gugus aktif baru yaitu gugus – NH2.
basa daripada silanol dan siloksan pada HAS ternyata
Tabel 2 Parameter isoterm adsorpsi Langmuir
Adsorben
SG HAS
8
Parameter isoterm adsorpsi Langmuir Ion logam
(μmol/g)
b
K (L/mol)
E (kJ/mol)
R 2
Zn(II)
257,95
722,43
16,42
0,9185
Cd(II)
117,65
1582,16
18,37
0,9538
Zn(II)
310,17
673,01
16,23
0,9001
Cd(II)
135,14
1349,92
17,98
0,9705
J.Alchemy, Vol. 5, No. 2 (September 2006), 1-12
tidak memberikan peningkatan terhadap kemampuan
yang lebih kecil ini menyebabkan jumlah Zn(II) yang
adsorpsinya. Hal ini menunjukkan bahwa sifat
tertampung di permukaan adsorben lebih banyak
kebasaan adsorben bukan merupakan satu-satunya
daripada [Cd(H2O)6]2+ yang mempunyai ukuran lebih
faktor yang dominan dalam proses adsorpsi.
besar.
Nilai energi adsorpsi yang diperoleh masih
Ki netika A dsorpsi.
tergolong rendah untuk adsorpsi kimia. Energi
Kajian kinetika adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) pada
adsorpsi Zn(II) pada adsorben SG dan HAS berkisar
adsorben SG dan HAS dipelajari didasarkan pada
16 kJ/mol, sedangkan untuk logam Cd(II) berkisar 18
proses adsorpsi ion logam dalam sistem batch pada
kJ. Rendahnya energi adsorpsi ini mengindikasikan
variasi waktu kontak. Laju adsorpsi dari ion logam
bahwa interaksi antara adsorben dengan ion logam
yang dikaji dari kurva hubungan antara jumlah ion
bukan merupakan ikatan kimia dan langsung antara
logam yang teradsorpsi terhadap waktu adsorpsi
ion logam dengan atom dari situs aktif adsorben tetapi
ditunjukkan Gambar 6.
diduga melalui jembatan molekul dan membentuk
Nuryono dkk (2003) membagi kinetika adsorpsi
ikatan hidrogen. Penggantian gugus silanol oleh amino
ion logam pada adsorben menjadi tiga, yakni: (a)
dari SG ke HAS berakibat pada lemahnya ikatan
adsorpsi berlangsung dalam satu tahap cepat kemudian
hidrogen dan energi adsorpsi lebih rendah.
mencapai kesetimbangan. Pada adsorpsi jenis ini, laju
Dari data kapasitas adsorpsi (Tabel 2) diketahui
desorpsi relatif lambat dan dapat diabaikan (b)
bahwa kapasitas adsorpsi terhadap Zn(II) lebih tinggi
adsorpsi berlangsung lambat kemudian mencapai
dibandingkan Cd(II) baik untuk SG maupun HAS. Hal
kesetimbangan. Pada adsorpsi ini laju desorpsi relatif
tersebut dapat dijelaskan melalui pendekatan jejari
cepat dan tidak dapat diabaikan dengan adorpsi yang
hidrasi. Proses adsorpsi dilakukan dalam media air, di
berlangsung secara reversibel seperti yang ditunjukkan
mana dalam larutan kedua ion tersebut membentuk
Tabel 3, adsorpsi berlangsung dalam dua tahap, tahap
kompleks dengan molekul air yaitu kompleks akuo
cepat dan lambat kemudian mencapai kesetimbangan.
oktrahedral
[M(H2O)6]2+.
dan
Pada Gambar 6 terlihat bahwa adsorpsi Zn(II)
jejari
dan Cd(II) pada SG maupun HAS termasuk jenis
kompleks lebih kecil (1,09 Å) jika dibanding dengan
adsorpsi ketiga yaitu adsorpsi berlangsung 2 tahap
jejarai Cd(II) (2,30 Å). Karena ukuran [Zn(H2O)6]2+
yaitu
Hancock
(1996)
logam
Menurut Zn(II)
Martell
memiliki
cepat
dan
lambat
kemudian
mencapai
0.05
0.06
g / l o m m , i s p r o s d a r e t ) I I ( n Z
0.05
0.04 SG 0.03
HAS
0.02
0.01
0
g / l 0.04 o m m , i s 0.03 p r o s d a r 0.02 e t ) I I ( d C 0.01
SG HAS
0
0
50
100
150
200
t, menit
0
50
100
150
200
t, menit
Gambar 6. Kurva hubungan antara jumlah ion logam teradsorpsi dengan waktu interaksi, (a) Zn(II) dan (b)
Cd(II). Konsentrasi awal Zn(II) = 0,72 mmol/L dan Cd(II) = 0,42 mmol/L Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II )…(Nuryono dan Narsito)
9
kesetimbangan. Dengan menggunakan asumsi bahwa
dengan ion-ion logam. Tahap lambat diduga terjadi
proses mengikuti order 1, adsorpsi dapat dinyatakan
antara ion-ion logam dengan gugus siloksan karena
dengan persamaan reaksi:
atom O pada gugus siloksan kurang mampu
M
M
+
k c
Ad c
silanol dan juga letaknya cenderung agak ke dalam dibandingkan gugus silanol sehingga memerlukan
k 1
Ad 1
+
mendonorkan elektronnya relatif dibandingkan O pada
MAd c
k' 1
MAd 1
waktu yang lebih lama bagi ion logam untuk mencapai
M adalah ion logam (adsorbat), Ad c dan Ad 1
gugus-gugus tersebut. Pada HAS tahap cepat diduga terjadi antara
adalah situs aktif adsorben reaksi cepat dan lambat, Mad c dan Mad 1 merupakan adsorben yang telah
ion-ion logam dengan gugus-gugus NH2 dan tahap
mengadsorpsi logam M , k c merupakan tetapan laju
lambat terjadi antara ion-ion logam dengan gugus-
adsorpsi cepat sedangkan k 1 merupakan tetapan laju
gugus silanol (Si-OH) yang masih terdapat pada HAS
adsorpsi
antara
dan juga gugus siloksan. Hal ini disebabkan atom N
ln([M]o /[M]) versus t diperoleh slop (s) yang
pada gugus NH2 dalam HAS bersifat lebih basa dari
merupakan harga tetapan laju adsorpsi tahap cepat ( k c).
atom O pada gugus hidroksi (-OH) silanol. Sehingga
Setelah tahap cepat selesai, proses lambat adalah
gugus-gugus
proses
dan
mendonorkan pasangan elektronnya menyebabkan
diasumsikan berlangsung secara reversibel. Dari kurva
interaksinya dengan ion logam akan lebih efektif
hubungan ln{([M]0 – [M]e ) / ([M] – [M]e )} versus t
relatif terhadap gugus hidroksi. Karena interaksi ion
akan diperoleh slope yang merupakan k 1+k’ 1, k 1 dan
logam dengan gugus-gugus NH2 lebih efektif maka
k’ 1
ion-ion logam akan terlebih dahulu berinteraksi
lambat.
yang
Dari
kurva
menentukan
hubungan
laju
adsorpsi
dapat dihitung. Tetapan kesetimbangan (K 1)
NH2
akan
lebih
siap
dalam
dengan gugus-gugus NH2 daripada dengan gugus-
diperoleh dari k 1 /k’ 1. Proses adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) pada SG
gugus hidroksi (-OH) walaupun keduanya sama-sama
maupun HAS tersebut melalui 2 proses, yaitu proses
terletak di permukaan. Sedangkan gugus siloksan
cepat dan selanjutnya diikuti oleh proses lambat. Dua
cenderung berperan pada proses adsorpsi tahap lambat
tahapan adsorpsi ini diduga terjadi pada gugus yang
karena selain kurang efektif dalam mendonorkan
berbeda. Pada SG tahap cepat terjadi antara ion-ion
elektronnya relatif terhadap gugus – NH2 maupun O
logam dengan gugus silanol, karena gugus silanol
pada silanol, keberadaannya relatif lebih di dalam
terletak lebih di luar maka mudah terjangkau oleh ion-
sehingga ion logam memerlukan waktu lebih lama
ion logam dan gugus ini akan bereaksi terlebih dahulu
untuk mencapainya.
Tabel 3 Parameter kinetika laju adsorpsi tahap lambat
1
10
SG
HAS
k c
Zn(II) 8.31 x 10 -3
Cd(II) 7.66 x 10 -3
Zn(II) 21 x 10-3
Cd(II) 8.12 x10-3
k 1
2,65 x 10 -5
1,22 x 10 -9
2,2 x 10-3
2,0 x 10-3
k' 1
3,06 x 10 -3
4,35 x 10 -8
46 x 10-3
15 x 10-3
K
8.67 x 10 -3
0,028
0,048
0,14
J.Alchemy, Vol. 5, No. 2 (September 2006), 1-12
Pada tahap cepat laju adsorpsi untuk Zn(II) dan
lebih besar relatif terhadap SG.
Cd(II) lebih besar apabila digunakan adsorben HAS
Dari Tabel 3 terlihat pula bahwa nilai tetapan
dibandingkan SG. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
laju adsorpsi pada SG maupun HAS untuk Zn(II) lebih
berikut : pada hibrida gugus yang berperan pada
tinggi daripada Cd(II). Sebagaimana diuraikan di
adsorpsi tahap cepat adalah gugus-gugus
NH2
muka bahwa ion logam Zn(II) dan Cd(II) akan
sedangkan pada SG adalah gugus-gugus hidroksi (-
membentuk kompleks dengan molekul air menjadi
OH). Gugus NH2 bersifat lebih basa daripada gugus
[Zn(H2O)6]2+ dan [Cd(H2O)6]2+. Karena ukuran Zn(II)
NH2 akan lebih – OH pada SG. Oleh karena itu gugus –
yang lebih kecil maka mobilitasnya dalam larutan akan
efektif dalam mendonorkan pasangan elektronnya
lebih cepat daripada Cd(II) sehingga mempercepat
daripada
pula
gugus
hidroksi
( – OH).
Hal
tersebut
interaksi
dengan
gugus
fungsional
pada
mengakibatkan HAS akan lebih efektif mengadsorpsi
permukaan SG maupun HAS dan akan meningkatkan
Zn(II) dan Cd(II) dibadingkan SG tanpa gugus – NH2.
laju adsorpsi.
Karena interaksi yang lebih efektif antara ion logam dengan gugus-gugus – NH2 dibandingkan dengan gugus-gugus hidroksi maka adsorpsi ion logam dengan
IV. KESIMPULAN
Adsorben hibrida amino-silika telah berhasil dibuat melalui proses sol-gel dengan menggunakan
HAS akan lebih cepat daripada dengan SG. Pada tahap cepat, peningkatan laju adsorpsi
prekursor natrium silika dari abu sekam padi.
untuk Cd(II) pada HAS tidak begitu nyata terlihat
Hibridisasi dengan gugus amino mampu meningkatkan
dibandingkan untuk Zn(II). Hal ini menyatakan bahwa
kapasitas dan laju adsorpsi terhadap Zn(II) dan Cd(II).
keberadaan gugus – NH2 tidak begitu mempengaruhi
Proses adsorpsi Zn(II) dan Cd(II) pada hibrida amino-
adsorpsi Cd(II). Kemungkinan hal tersebut terjadi
silika diduga terjadi melalui ikatan hidrogen antara
karena Cd(II) mempunyai ukuran yang besar dan
molekul air yang terhidrat pada ion logam dengan
polarizabilitas
NH2 –
atom O dan N pada gugus fungsional adsorben. Laju
mempunyai sifat yang tidak berbeda jauh dari OH
adsorpsi ion logam pada silika gel maupun hibrida
yaitu ukuran kecil dan polarizabilitas rendah sehingga
aminosilika diperoleh urutan laju reaksi Zn(II) >
interaksinya dengan Cd(II) kurang begitu efektif.
Cd(II). Meskipun hibridisasi silika gel dengan gugus
yang
tinggi
sedangkan
Seperti pada tahap cepat untuk tahap lambat
amino mampu meningkatkan kapasitas adsorpsi
laju adsorpsi untuk Zn(II) dan Cd(II) juga relatif lebih
Zn(II), peningkatannya masih rendah, yaitu hanya
besar apabila digunakan adsorben HAS dibandingkan
20%. Untuk itu perlu adanya penelitian lanjutan, yaitu
SG. Gugus-gugus yang berperan pada tahap lambat
mengganti
untuk HAS adalah gugus-gugus hidroksi pada silanol
diharapkan lebih efektif seperti diamino dan triamino.
gugus
amino
dengan
gugus
yang
(Si-OH) dan siloksan sedangkan pada SG hanya gugus-gugus siloksan (Si-O-Si). Pada HAS terdapat 2
UCAPAN TERIMAKASIH
situs aktif yang mempengaruhi adsorpsi sehingga
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
proses adsorpsi cenderung akan lebih cepat karena
Direktor Jenderal Pendidikan Tinggi atas bantuan dana
terdapat 2 situs yang siap berinteraksi dengan ion
untuk penelitian ini melalui Program Penelitian
logam. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dipahami
Fundamental tahun anggaran 2006 dan L. Dewi, M.R.
laju adsorpsi ion logam apabila digunakan HAS akan
Kurniasari atas bantuan dalam pengumpulan data
Adsorpsi Zn(II) dan Cd(II )…(Nuryono dan Narsito)
11
penelitian.
Martel, A.E., dan Hancock, R.D., 1996, Metal Complexes in Aqueous solution, Plenum Press, New York.
V. DAFTAR PUSTAKA
Airoldi, C., dan Arakaki, L.N.N., 2001, Immobilization of Ethylenesulfide on Silica Surface Through Sol-Gel Process and Some Thermodynamic Data of Divalent Cation Interaction, Polyhedron, 20, 929-936. Cestari, A.R., Viera, E.F.S., Simoni, J.D.A, dan Airoldi, C., 2000, Thermochemical Investigation on The Adsorption of some Divalent Cations on Modified silicas Obtained from Sol-Gel Process, Thermochemica Acta , 348, 25-31 Fahmiati, Nuryono dan Narsito, 2006, Thermodinamics adsorpstion of Cd(II), Ni(II) and Mg(II) on 3-Mercapto-1,2,4-Triazole Immobilized Silica Gel, Indo. J. Chem., 6(1), 52-55 Jal, P.K., Patel, S., dan Misrha, B.K., 2004, Chemical Modification of Silica by immobilization of Fungsional Groups for Extractive Concentration of Metal Ions, Talanta, 62, 1005-1028.
12
Nuryono, V.V.H. susanti, dan Narsito, 2003, Kinetic Study on Adsorption of Chromium(III) to Diatomaceous Earth Pre-treated with Sulfuric and Hydrochloric Acids, Indo. J. Chem., 3(1), 32-38 Nuryono, Suyanta, dan Narsito, 2005, Kinetics of Zn(II) and Cd(II) Adsorption on Mercaptopropyl-Silica Hybrid Synthesized from Rice Husk Ash, Presented in the second
International Seminar on Environmental Chemistry and Toxicology (InSECT) in Yogyakarta, Indonesia, April 26-27, 2005 Oscik, J., 1982, Adsorption, Ellis Horwood Limited, England. Terrada, K., Matsumoto, K., dan Kimora, H., 1983, Sorption of Copper(II) by Some Complexing Agents Loaded on Various Support, Anal. Chim. Acta, 153, 237-247. William, T., 1998, Stuctural Study of Xerogel , Departement Engineering, the University of Quensland, Australia.
J.Alchemy, Vol. 5, No. 2 (September 2006), 1-12