BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seorang mahasiswa Teknik Sipil diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya dalam dunia konstruksi sipil dengan tepat guna untuk menghasilkan konstruksi yang aman, kuat, stabil, nyaman, dan ramah lingkungan. Selain ilmu dan keterampilan, dibutuhkan juga pengalaman yang cukup. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana suatu pekerjaan baik perencanaan maupun pelaksanaan struktur dan konstruksi serta hubungan profesional antara pelakunya itu berjalan di dunia nyata, seorang mahasiswa diberikan kewajiban untuk terjun langsung melihat permasalahan di lapangan, akan diperoleh pemahaman yang lebih matang. Dengan mengacu pada kenyataan yang ada, maka perguruan tinggi seperti Politeknik Negeri Bandung dirasakan perlu untuk menyelenggarakan program Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi diploma IV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun akademik 2012/2013. Dalam Praktek Kerja Lapangan ini, mahasiswa diarahkan untuk melihat, mengamati, mencatat dan mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung di lapangan. Kemudian mencoba membandingkan kenyataan yang ada di lapangan dengan bekal teori yang telah didapatkan dalam kegiatan perkuliahan, yang hasil pengamatannya dituliskan dalam sebuah laporan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup pesat didukung dengan berkembangnya sektor pemukiman dan perkantoran menuntut penyediaan infrastruktur transportasi (termasuk jalan dan jembatan) yang memadai. Kawasan Pemukiman dan Perkantoran di wilayah Jalan Trans Yogie (Alternatif Cibubur) yang tumbuh sangat pesat menjadi pusat bangkitan lalu lintas ( generatic traffic) yang sangat besar yang perlu diimbangi dengan peningkatan insfrastruktur jalan dan jembatan di wilayah tersebut. Hal ini telah disadari oleh pemerintah sejak dicanangkan Konsep Penanganan Jaringan Jalan guna mendukung Kawasan
Pemukiman dan Perkantoran. Kondisi jaringan jalan dan jembatan yang ada saat ini, khususnya Jalan Trans Yogie sudah tidak memadai lagi pada saat pagi dan sore hari karena jalan tersebut sudah 3 (tiga) lajur, tetapi jalan yang ada di Cibubur Junction tidak dapat menampung arus lalu lintas karena merupakan pertemuan arus lalu lintas yang keluar tol jagorawi, yang dari jalan Trans Yogie menuju tol dan yang keluar pintu tol Cibubur menuju jalan Jambore dan Radar AURI. Untuk mengatasi hal ini perlu dibangun jalan baru guna mengurangi kepadatan lalu lintas di Cibubur Junction. Kondisi tersebut melatar belakangi Pemerintah
melalui
Kementerian
Pekerjaan
Umum
melaksanakan
paket
Pembangunan Underpass Cibubur guna memberikan kemudahan dan kelancaran arus kendaraan dari arah jalan Trans Yogie menuju Jakarta dan sebaliknya yang akhirnya akan memberikan kenyamanan dan kelancaraan arus lalu lintas bagi pengguna jalan sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan pendapatan daerah di kawasan tersebut.
1.2
Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi D-IV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan adalah: a.
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat langsung dengan kegiatan proyek (Kontraktor, Konsultan, dan Lembaga Penelitian) yang berkaitan dengan bidang ilmu rekayasa sipil.
b.
Menambah wawasan mengenai pekerjaan Teknik Sipil pada pelaksanaannya langsung di lapangan, sehingga dapat mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia kerja.
c.
Menumbuhkan
dan
menciptakan
kemampuan
mahasiswa
untuk
bisa
membandingkan, menganalisis dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah dengan keadaan nyata di lapangan. d.
Memberikan pengalaman, baik secara visual maupun aktivitas yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan.
e.
Melatih adaptasi dengan lingkungan kerja yang sebenarnya sehingga akhirnya memiliki kompetensi (hard dan soft skill) yang cukup untuk memasuki dunia kerja.
f.
Melatih mahasiswa untuk dapat memberikan pendapat teknis setiap permasalahan
yang terjadi
dan
penyelesaiannya di
lapangan
untuk
meningkatkan kompetensi. g.
Membina kemampuan dan keterampilan mahasiswa secara optimal dalam aspek pembahasan, penyampaian dan membuat simpulan proses pelaksanaan proyek dalam bentuk laporan ilmiah.
1.3
Ruang Lingkup
Paket Pembangunan Underpass Cibubur terdiri dari beberapa macam pekerjaan yaitu Perkerasan Rigid, Retaining Wall , Galian Tanah, Timbunan, Steel Sheet Pile, Drainase, Bored Pile, Cover Wall, Capping Beam, Parapet , dan Jacking Box Underpass .
Dalam penyusunan laporan ini, penulis membatasi lingkup pembahasan yaitu pada pelaksanaan pekerjaan Bored Pile dan Steel Sheet Pile di proyek Pembangunan Underpass Cibubur.
1.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah : 1. Observasi Yaitu melakukan peninjauan langsung ke lapangan secara berulang-ulang untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas tentang proyek yang sedang diamati. 2. Wawancara Yaitu data yang diperoleh dengan mewawancarai narasumber di lapangan yang memiliki hubungan langsung dengan proyek yang sedang diamati, misal : owner, kontraktor, konsultan, dan pekerja.
3. Dokumentasi Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh melalui foto/video kegiatan yang berlangsung di lapangan. 4. Kajian Pustaka Yaitu mengumpulkan, memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, diktat, catatan kuliah, dan sumber lain yang erat kaitannya dengan proyek yang sedang diamati.
1.5
Sistematika Pembahasan
Penulisan laporan praktek kerja lapangan ini dibuat secara sistematis yang terbagi dalam lima bab, yaitu : Bab I
Pendahuluan
Berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, lingkup pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan Umum Proye k Bab ini berisi mengenai kondisi proyek, tujuan proyek, data proyek, struktur organisasi proyek secara umum, dan struktur organisasi perusahaan dan proyek secara khusus. Bab III Perancangan dan Pelaksanaan Proyek
Dalam bab ini, berisi tentan penjelasan umum, perancangan proyek, pelaksanaan proyek, dan pengawasan proyek. Bab IV Permasalahan
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan baik teknis maupun non teknis serta solusinya. Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pelaksanaan proyek dan saran proyek.
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1
Kondisi Proyek
Paket Pembangunan Underpass Cibubur terletak setelah Exit Gate Cibubur, jalan Tol Jagorawi. Pembangunan Underpass Cibubur direncanakan akan memotong di bawah jalan tol Jagorawi. Pekerjaan yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2012 ini adalah lanjutan dari pekerjaan Pembangunan Underpass Cibubur Tahun Anggaran 2011 yang merupakan salah satu paket pekerjaan yang ditangani oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV, SNVT Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan I Jakarta, PPK Jl. TB Simatupang
– Jl. Mayjen Sutoyo – Jl. Trans
Yogi yang dibiayai dengan dana APBN murni yang tertuang dalam DIPA SNVT Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan I Jakarta Tahun Anggaran 2012, No: 02/KTR/PPK-STMSTY/SNVT-PJNM-I-J/III/2012, tanggal 21 Maret 2012. Penyedia jasa (kontraktor) pelaksana yang ditunjuk untuk mengerjakan paket ini adalah PT. Brantas Abipraya (Persero), adalah
Badan Usaha Milik
Negara yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Sedangkan konsultan supervisi yang ditunjuk untuk mengawasi jalannya proyek ini adalah PT. Epadascon Pratama, perusahaan Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam jasa konsultansi teknik. Pembangunan paket Pembangunan Underpass Cibubur tahap II ini sudah mulai dikerjakan pada tanggal 23 Maret 2012 dan ditargetkan akan rampung pada tanggal 17 Desember 2012.
Gambar 2.1 Kurva-S rencana awal Sumber: Dokumen kontraktor
Berdasarkan kurva-s rencana awal yang terdapat dalam dokumen kontrak pekerjaan antara pihak owner dengan kontraktor pelaksanan dalam proyek Pembangunan Underpass Cibubur, terdapat beberapa uraian pekerjaan seperti terlihat pada table 2.1 berikut. Tabel 2.1 Perencanaan pekerjaan pembangunan underpass cibubur No. BAB I 1.2 1.8 1.21 BAB II 2.1 2.3.3 2.3.9a 2.3.10 2.3.10a 2.3.11 SKH-2.4.1 SKH-2.4.2 BAB III 3.1.1 3.1.4 3.1.4
Uraian Pekerjaan UMUM Mobilisasi Manajemen Dan Keselamatan Lalu Lintas Manajemen Mutu Jumlah Bobot Pekerjaan BAB I DRAINASE Galian Untuk Selokan Drainase Dan Saluran Air/ Kuras Saluran Gorong-Gorong Pipa Beton Bertulang, Diameter Dalam 800 Mm Saluran Berbentuk U Tipe DS-1a Saluran Berbentuk U Tipe DS-2 Saluran Berbentuk U Tipe DS-2a Saluran Berbentuk DS-3 Gorong-Gorong Kotak 1,2 M X 1,5 M Gorong-Gorong Kotak 1,6 M X 1,75 M Jumlah Bobot Pekerjaan BAB II PEKERJAAN TANAH Galian Biasa Galian Struktur Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Mining Machine
Bobot 0.810 0.048 0.149 1.007 0.176 0.075 0.937 0.619 0.292 0.844 0.216 0.728 3.889 1.346 0.607 0.016
3.1.9 3.2.1 3.3 BAB V 5.1.1 5.3.1 5.3.3 BAB VI 6.1.1 (b) 6.1.2 (b) 6.3.5a 6.3.6a 6.3.6c 6.3.7a 6.3.8a 6.3.10a BAB VII 7.1.3 7.1.5 7.1.7 7.1.10 7.2 (4) 7.3 (4) 7.6.11 7.6.11a 7.15 (1) 7.15 (2) SKH 7.17 SKH 7.18
Galian Perkerasan Beton Timbunan Biasa Penyiapan Badan Jalan Jumlah Bobot Pekerjaan BAB III PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN Lapis Pondasi Agregat Kelas A (Drainase Layer) Perkerasan Beton Semen Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus Jumlah Bobot Pekerjaan BAB V PERKERASAN ASPAL Lapis ResapAspal Pengikat Emulsi – Lapis AspalPerekat Emulsi – Laston Lapis Aus (AC-WC) (Gradasi Halus/Kasar) Laston Lapis Antara(AC-BC) (Gradasi Halus/Kasar) Laston Lapis Antara (AC-BC(L)) (Gradasi Halus/Kasar) Laston Lapis Aus (AC-Base) (Gradasi Halus/Kasar) Aspal Minyak Filler Jumlah Bobot Pekerjaan BAB VI STRUKTUR Beton Struktur Tinggi Dengan Fc’ = 40 Mpa (K -450) Beton Struktur Sedang Dengan Fc’ = 30 Mpa (K -350) Beton Struktur Sedang Dengan Fc’ = 20 Mpa (K -250)
0.035 0.159 0.081 2.244 0.567 3.405 0.696 4.668 0.039 0.018
Beton Struktur Rendah Dengan Fc’ = 10 Mpa (K-125) Baja Prategang
Baja Tulangan U39 Ulir Tiang Bor Beton Bertulang, Dia 800 mm Tiang Bor Beton Tak Bertulang, Dia 800 mm Pembongkaran Pasangan Batu Pembongkaran Beton Dinding Panel Penutup Jacking Box Underpass Jumlah Bobot Pekerjaan BAB VII BAB VIII PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR 8.3.(3) Pohon 8.4.(1) Marka Jalan Termoplastik 8.4.4a Rambu Jalan Tunggal Permukaan Pemantul High Intensity Grade (Hig) 8.4.4b Rambu Jalan Ganda Permukaan Pemantul Hig 8.4.4c Rambu Petunjuk Jalan Tunggal Permukaan Pemantul Hig 8.4.7 Rel Pengaman 8.4.(10)a Kerb Pracetak Jenis 1 (Peninggi/Mountable) 8.4.(10)c Kerb Pracetak Jenis 3 (Berparit) 8.4.12 Perkerasan Blok Beton Pada Trotoar Dan Median 8.7.1 Unit Lampu Penerangan Jalan Lengan Tunggal, Tipe Sodium 250 Watt SKH 8.8.1 Unit Lampu Penerangan Jalan Son-T 250 Watt SKH 8.8.2 Lampu Flashing SKH 8.8.3 Unit Pompa SKH 8.8.4 Stell Grating Jumlah Bobot Pekerjaan BAB VIII BAB X PEMELIHARAAN DAN LAYANAN PEMELIHARAAN JALAN SK. 10.1.(1) Pekerja Harian SK. 10.1.(2) Mandor SK. 10.1.(3) Pekerja Biasa
0.376 0.124 0.095 0.725 0.774 0.045 2.196 5.887 5.517 0.600 0.180 1.392 11.152 31.761 7.296 0.010 0.084 1.243 13.820 78.942 0.021 0.084 0.018 0.004 0.144 0.184 0.219 0.014 0.123 0.513 0.180 0.012 4.349 0.048 5.913 0.553 0.000 0.352
SK. 10.1.(4) Tukang Kayu, Tukang Batu, Dsb SK. 10.1.(5) Dump Truck, Kapasitas 3-4 M3 SK. 10.1.(6) Truk Tangki 3000-4500 Liter Jumlah Bobot Pekerjaan BAB X Jumlah Bobot BAB I sd X
0.147 0.000 0.090 1.142 100.00
Pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini, selama penulis melaksanakan praktek kerja lapangan bulan Juni s/d Agustus pekerjaan yang sedang dilaksanakan antara lain sebagai berikut:
2.1.1
1.
Galian Tanah
2.
Pekerjaan Retaining Wall
3.
Pekerjaan Drainase
4.
Pekerjaan Pembesian
5.
Pekerjaan Bored Pile
6.
Pekerjaan Steel Sheet Pile
7.
Pekerjaan Parapet
Lokasi Proyek
Lokasi pekerjaan paket Pembangunan Underpass Cibubur berada di sekitar off ramp Cibubur jalan Tol Jagorawi KM 14 arah Jakarta, dan di sebelah kiri jalan Trans Yogie sebelum on ramp Cibubur arah Bogor. Berikut ini gambar peta lokasi Underpass Cibubur yang akan dibangun oleh kontraktor PT. Brantas Abipraya.
Gambar 2.2 Peta wilayah Cibubur, Jakarta Timur Sumber: pusakamitrajasa.wordpress.com & maps.google.co.id
Gambar 2.3 Peta lokasi proyek Sumber: www.belajarjoomla.net
AKHIR PROYEK
AWAL PROYEK
Gambar 2.4 Plan (Layout Pekerjaan) Sumber: Dokumen kontraktor
2.1.2
Kondisi Lapangan
Berikut ini gambar-gambar yang terlihat secara umum pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur:
Gambar 2.5 Papan nama proyek Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2.6 Pagar seng proyek di jalan Trans Yogie Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2.7 Detour yang dipasang MCB + pagar seng + traffic cone Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2.8 Rambu-rambu K3 proyek Sumber: Dokumentasi pribadi
2.2
Tujuan Proyek
Tujuan dari Pembangunan Underpass Cibubur adalah memberikan kenyamanan dan kelancaraan arus lalu lintas bagi pengguna jalan, dari arah jalan Trans Yogie menuju Jakarta.
2.3
Data Proyek
Data proyek Pembangunan Underpass Cibubur terdiri dari data teknis proyek dan data administrasi proyek. 2.3.1
Data Teknis
Nama Proyek
: Pembangunan Underpass Cibubur
Panjang Total
: 440 m
Station
Tipe Konstruksi
: 0+110 s.d 0+550 : Beton Bertulang
Ramp Timur
- Panjang
: 111 m
- Station
: 0+110 - 0+221.216
- Lebar
: 7 m (2 lajur, 1 arah)
- Perkerasan
: Rigid Pavement , t = 30 cm AC-WC, t = 4 cm
- Struktur Dinding : Bored Pile existing ø 80 cm Bored Pile Secant Pile ø 80 cm Retaining Wall Box Underpass - Panjang
: 93 m
- Station
: 0+221.216 - 0+314.065
- Lebar bersih
: 8,5 m
- Lebar Jalan
: 7 m (2 lajur, 1 arah)
- Struktur dinding : Beton Bertulang - Finishing Slab
: 80 cm, AC-BC, t = 6 cm AC-WC, t = 4 cm
Ramp Barat
- Panjang - Station
: 236 m : 0+314.065 - 0+550
- Lebar
: 7 m (2 lajur, 1 arah)
- Perkerasan
: Rigid Pavement , t = 30 cm AC-WC, t = 4 cm
- Struktur Dinding : Bored Pile Secant Pile ø 80 cm Cover Wall, t = 20 cm
2.3.2
Data Administrasi
Nama Proyek
: Pembangunan Underpass Cibubur
Jenis Pekerjaan
: Pembangunan Underpass dengan sistem Jacking Box Underpass
Lokasi
: Jalan Trans Yogie
– Tol Jagorawi KM
14+400 s/d 14+600 Wilayah
: Kotamadya Jakarta Timur
Pengguna Jasa
: Dinas Bina Marga, SNVT Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan I Jakarta
Konsultan Perencana
: PT. Gatra Ciptatama
Konsultan Pengawas
: PT. Epadascon Permata
Kontraktor
: PT. Brantas Abipraya (Persero)
Sumber Dana
: APBN T.A 2012
Nilai Kontrak
: Rp 47.999.876.000,-
No. Kontrak
: 01/KTR/PPK-STMSTY/SNVT-PJNM-IJ/III/2012
Tanggal Kontrak
: 21 Maret 2012
Masa Pelaksanaan
: 270 hari kalender
Masa Pemeliharaan
: 730 hari kalender
Jenis Kontrak
: Gabungan Lump Sump dan Harga Satuan
Uang Muka
: 20%
Retensi
: 5%
2.4
Cara Pembayaran
: Sertifikat Bulanan
Eskalasi
:-
Struktur Organisasi Proyek Konstruksi
Proyek
dapat diartikan
sebagai suatu
kegiatan
sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Suharto, 1995). Struktur organisasi dalam suatu proyek adalah gabungan beberapa organisasi proyek yang memiliki hubungan kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki. Hubungan kerjasama merupakan suatu hubungan yang berdasarkan atas kontrak dua pihak atau lebih yang terlibat kerjasama, dimana kontrak itu sendiri adalah persetujuan antara kedua belah pihak atau lebih yang mempunyai kekuatan hukum. Kesepakatan itu dapat tercapai setelah satu dari kedua pihak tersebut menerima penawaran yang diajukan oleh pihak yang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang telah tercantum dalam penawaran. Hubungan kerjasama antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa diperlukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan didapatkan hasil konstruksi yang baik sesuai waktu dan mutu. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi dengan menggunakan kontrak konvensional pembagian tugasnya sederhana, yaitu Pengguna Jasa menugaskan Penyedia Jasa untuk melaksanakan salah satu aspek pembangunan saja. Setiap aspek satu Penyedia Jasa dimana perencanaan, pengawasan, pelaksanaan dilakukan Penyedia Jasa yang berbeda. Oleh karena itu pengawas pekerjaan secara khusus diperlukan untuk mengawasi pekerjaan Penyedia Jasa. Adapun diagram hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam kontrak konvensional konstruksi dapat dilihat pada struktur organisasi proyek di bawah ini.
Pemilik (Owner)
Konsultan Pengawas
Konsultan Perencana
Kontraktor
Sub Kontraktor
Gambar 2.9 Struktur organisasi proyek konstruksi Sumber: www.sastrasipilindonesia.wordpress.com
Keterangan : Garis Komando Garis Koordinasi Garis Hubungan Kontrak
Struktur organisasi proyek berfungsi untuk mengatur suatu hubungan atau koordinasi yang akan diterapkan dalam suatu proyek, sehingga memperjelas kedudukan dari tiap-tiap pihak yang terkait didalamnya untuk mencapai sasaran yang dikehendaki dan menjadi tempat bergeraknya administrasi. Hubungan antar pihak-pihak dari diagram di atas dapat diartikan sebagai berikut : 1. Hubungan Struktual Hubungan ini adalah hubungan garis perintah dimana satu pihak berhak memberikan perintah/komando dan pihak lain berhak melaksanakannya selama perintah itu sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Hubungan Kontraktual
Hubungan ini adalah hubungan kontrak dimana pihak pihak diatas telah membuat perjanjian sesuatu hal dan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam masing-masing kontrak. Dalam hal ini masing-masing pihak harus menjalankan tugasnya sesuai isi perjanjian dan akan mendapat haknya sesuai yang dijanjikan dalam kontrak. 3. Hubungan Koordinasi Hubungan ini adalah hubungan kerja sama antara pihak-pihak yang memiliki hubungan kerja, dalam hal ini hubungan koordinasi itu terjadi antara pihak konsultan pengawas dengan pihak kontraktor. Mereka dapat melakukan kerjasama dalam
meelesaikan
masalah-masalah
yang
mungkin
terjadi
dilapangan. Hubungan kontrak dan hubungan kerjasama antar pihak-pihak dalam struktur organisasi proyek di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Hubungan kerja antara Owner (Pemilik Proyek) dengan Konsultan Perencana a. Hubungan dalam ikatan kontrak kerja. b. Konsultan perencana menyerahkan hasil perencanaannya kepada owner. c. Hubungan antara pihak owner dengan konsultan perencana juga merupakan hubungan konsultasi. d. Owner member imbalan jasa kepada konsultan perencana.
Owner memberikan tanggung jawab perencanaan konsep/desain awal dan RAB kepada konsultan perencana. Kemudian konsultan perencana mengajukan jasanya serta mendapat imbalan dari pihak pemberi tugas (owner). Hubungan ini diikat oleh suatu kontrak perjanjian yang disetujui oleh owner dengan konsultan perencana.
2.
Hubungan kerja antara Owner (Pemilik Proyek) dengan Kontraktor a. Hubungan dalam ikatan kontrak kerja. b. Kontraktor
melaksanaan pekerjaan proyek, kemudian menyerahkan
pekerjaannya kepada pemilik proyek.
c. Pemilik proyek membayar biaya pelaksanaan dan imbalan jasa konstruksi kepada kontraktor. d. Ada hubungan dalam pengaturan pelaksanaan proyek. e. Owner (pemilik proyek) memberikan pengendalian teknis pelaksanaan proyek yang dikerjakan oleh kontraktor.
Setelah melalui proses tender, maka kontraktor akan menjadi pelaksana proyek, yang diatur dalam kontrak perjanjian.
3.
Hubungan kerja antara Owner (Pemilik Proyek) dengan Konsultan Pengawas a. Berkoordinasi dengan owner dalam hal pengawasan proyek b. Dapat mewakili owner dalam pengawasan berkala, member pengarahan, petunjuk, dan penjelasan kepada kontraktor
4.
Hubungan kerja antara Konsultan Pengawas dengan Kontraktor a. Memberikan teguran dan peringatan kepada Kontraktor apabila dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan dari spesifikasi dan gambar
–
gambarteknis b. Mengecek dan merekomendasikan jenis atau kondisi material, peralatan yang boleh dipakai sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
5.
Hubungan kerja antara Kontraktor dengan Sub kontraktor a. Hubungan dalam ikatan kontrak kerja b. Sub kontraktor dapat sebagai penyedia alat dan bahan ( supplier ) dalam suatu proyek konstruksi. c. Kontraktor mengkonfirmasi kebutuhan akan kerjasama dengan Sub kontraktor . d. Kontraktor dapat menyerahkan sebagian dari pekerjaan untuk diberikan kepada Sub kontraktor
2.5
Struktur Organisasi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
Secara umum pihak-pihak yang terlibat pada paket Pembangunan Underpass Cibubur mulai dari tahap ide sampai dengan tahap pelaksanaan secara
garis besar dapat dibagi menjadi tiga pihak: 1. Pemilik Proyek/ owner 2. Pihak Konsultan (perencana/ pengawas) 3. Pihak Kontraktor (pelaksana)
2.5.1
Pemilik Proyek
Pemilik Proyek (owner) adalah pejabat pembuat komitmen yang ditunjuk sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan jasa pelaksanaan konstruksi. Tugas dan wewenang owner adalah sebagai berikut : a.
Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.
b.
Mengundang konsultan-konsultan tertentu untuk mengajukan tender dan menetapkan pemenang dari tender tersebut.
c.
Mengundang kontraktor-kontraktor tertentu untuk mengajukan tender dan menetapkan pemenang dari tender tersebut.
d.
Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan proyek yang dimilikinya.
e.
Menandatangani semua Surat Kontrak dan Surat Perintah Kerja baik kepada para konsultan maupun kepada para kontraktor.
f.
Mengesahkan semua dokumen pembayaran terhadap para konsultan maupun kepada para kontraktor.
g.
Menyetujui atau menolak perubahan pekerjaan.
h.
Menyetujui atau menolak penambahan atau pengurangan pekerjaan.
i.
Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan.
j.
Mengeluarkan semua instruksi kepada para kontraktor melalui konsultan pengawas.
k.
Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi. Adapun dalam proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini yang
bertindak sebagai owner adalah Dinas Bina Marga Balai Pelaksanaan Jalan Nasional IV. Susunan struktur organisasi owner proyek Pembangunan Underpass Cibubur bisa dilihat pada gambar 2.10 berikut. Pejabat Pembuat Komitmen Ir. Edyson Rombe, MT Kepala Urusan Tata Usaha Ramli Hutauruk, Amd
Kepala Pelaksana/ Pengawas Lapangan
Staf Urusan Tata Usaha - Pramudji Antoro
Adrian M.R. Paranoan, ST,
- Suryono - Arief Prihadi - Puji Astuti
Pengawas Pembangunan
Pengawas Peningkatan / Pemeliharaan Berkala
Pelaksana Pemeliharaan Rutin
- Ifa Tri Wulandari, ST
- Agus Putra
- Suharyanto
- Affan Naser
- Mohammad Soleh
- Arif Sejahtera
- Novia Sari Rahayu Pertiwi
- Ida POR Manurung
- Alser pasang
- Fitriyani
- Lukman Aji Kuswoko - Siswantoro - Arnold Lenama
Gambar 2.10 Struktur organisasi o wner Sumber: Dokumen konsultan pengawas
2.5.2
Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Tugas Konsultan perencana dalam suatu proyek adalah sebagai berikut:
a.
Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik bangunan.
b.
Membuat gambar kerja pelaksanaan.
c.
Membuat renacana kerja dan syarat
– syarat pelaksanaan bangunan (RKS)
sebagai pedoman pelaksanaan. d.
Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
e.
Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik ke dalam desain bangunan.
f.
Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di wujudkan
g.
Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjai kegagalan konstruksi.
Pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini, yang bertindak sebagai konsultan perencana adalah PT. Gatra Ciptatama.
2.5.3
Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas adalah badan atau pejabat yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan yang telah disepakati sebelumnya pada kontrak, dan bertanggung jawab terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan yang diawasi. Lingkup kegiatan Konsultan Pengawas pada proyek meliputi tetapi tidak terbatas pada : a.
Memberikan layanan teknis dan pengendalian pekerjaan agar tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya,
b.
Memberikan saran teknis dan administrasi kepada Pengguna Jasa/ PPK selama periode kontrak,
c.
Memberikan bimbingan teknis dan administrasi kepada Kontraktor agar pelaksanaan kegiatan tidak menyimpang dari Dokumen Kontrak,
d.
Menerbitkan Justifikasi Teknis apabila terjadi perubahan jenis pekerjaan secara mendasar dan berakibat timbulnya variasi kuantitas > 10%,
e.
Menerbitkan rekomendasi Addendum kepada PPK terkait dengan hasil Rekayasa Lapangan terhadap ketersediaan anggaran pekerjaan,
f.
Melaksanakan pengawasan sehari-hari (day to day supervision) dengan : 1)
memberikan saran / teguran secara tertulis dengan menerbitkan instruksi lapangan atau menerbitkan surat peringatan,
2)
menyetujui / menolak permohonan ijin kerja yang diajukan Kontraktor,
3)
melaksanakan pengawasan produksi beton / hotmix agar sesuai dengan JMF
4)
mendampingi Kontraktor dalam melaksanakan pengujian hasil kerja di laboratorium sendiri atau di laboratorium pengujian independen,
5)
mendampingi Kontraktor dalam melaksanakan uji kepadatan lapangan dan memberikan saran perbaikan seperlunya
g.
Mengendalikan kuantitas pekerjaan agar tidak melampaui Nilai Kontrak,
h.
Menerima/ menolak (approval/rejection) hasil kerja yang tidak memenuhi persyaratan Spesifikasi,
i.
Menyetujui hasil opname bersama dan menerbitkan Sertifikat Pembayaran Bulanan / MC,
j.
Membantu PPK dalam persiapan Serah Terima Sementara Pekerjaan (PHO),
k.
Menerbitkan Rencana Mutu Kontrak Konsultan Supervisi pada awal dimulainya kegiatan pekerjaan,
l.
Menerbitkan Laporan Bulanan dan Triwulan untuk dilaporkan kepada Kepala SNVT.
Pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur, yang bertindak sebagai konsultan pengawas adalah PT. Epadascon Permata. Adapun struktur organisasi
konsultan pengawas proyek Pembangunan Underpass Cibubur bisa dilihat pada gambar 2.11.
Supervision Engineer Noeng Poerwoko
Quantity Engineer-1 Nur Rochman
Quantity Engineer-2 Ananda Hirawadi
Structure Engineer Demiyanti Melawat
Highway Engineer Tomy Tarigan
Geotechnic Engineer Budi Susetyo
Inspector-1 Hadi Soleh
Surveyor-1 Edi Susilo
Lab Technician-1 Anggri Apriawan
Inspector-2 Eko Sriyadi
Surveyor-2 Dayat
Lab Technician-2 Idvan
Quality Engineer Elon Ahmadi
Gambar 2.11 Struktur organisasi konsultan pengawas Sumber: Dokumen konsultan pengawas
Sasaran dari pengadaan jasa konsultan ini, adalah tercapainya hasil pekerjaan pembangunan underpass tersebut sesuai dengan isi dokumen kontrak, sehingga kinerja jalan yang ditangani diharapkan dapat memberikan layanannya sampai akhir umur rencana.
2.5.4
Kontraktor
Menurut Ervianto (2002) definisi perusahaan kontraktor adalah orang atau
badan
hukum
atau
perorangan
yang
menerima
pekerjaan
dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang ditentukan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain sebagai berikut: a.
Melaksanakan pekerjaan fisik dilapangan sesuai dengan RKS, gambar rencana, peraturan dan syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
b.
Menempatkan sejumlah tenaga ahli yang bekerja sepenuhnya dalam melaksanakan pekerjaan.
c.
Menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
d.
Membuat rencana kerja (time schedule), man power dan jadwal pengadaan bahan yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan
e.
Memberikan laporan harian, mingguan dan bulanan yang menjelaskan kemajuan pekerjaan, situasi pekerjaan dan lainnya yang dirasa perlu.
f.
Bertanggung jawab atas perawatan, pengawasan dan penjagaan keamanan fisik selama dalam hubungan pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan.
g.
Menyediakan bahan dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan.
h.
Mengajukan tambahan biaya sesuai dengan besarnya pekerjaan tambahan kepada pemilik
i.
Bertanggung jawab untuk memperbaiki dan menyempurnakan bagian pekerjaan yang kurang memenuhi syarat yang diinginkan pemilik selama masih dalam proses perawatan.
j.
Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilaksanakan.
Pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini, yang bertindak sebagai kontraktor pelaksana adalah PT. Brantas Abipraya (Persero). Adapun struktur organisasi kontraktor proyek Pembangunan Underpass Cibubur bisa dilihat pada gambar 2.12 di bawah ini.
General Superintendent Ir. Darwis Ahmad, MM Manajemen Mutu & SMK3L Ilham Hafid/ Dody Quaryanto
Site Adm Manager Sugiono
Site Operation Manager Zulkifli Lubis, ST
Site Manager Ir. Dody Perbawanto
Site Engineer Manager Dwi Adi S., MSc
SDM dan Kasir Adi Susanto
Adm Operasional Bustanil
Pelaksana I Mulyanto
Progress Report Agus Widyanto
Logistik Ari Mulyani
Pelaksana II Budi Perwanto
Draftmen & Quantity Triputra Wahyu
Peralatan Sigit Hermantoi
Pelaksana III Aris Sulistio
Qualtity & Laborat Dian Vondri
ISSCS Indra Kurniawan
Cost Control Bustanil
Surveyor Bambang/ Agus Bawono
Gambar 2.12 Struktur organisasi kontraktor Sumber: Dokumen kontraktor
Pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini, owner memberikan kepercayaan secara langsung kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
BAB III PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN PROYEK
3.1
Umum
Bidang yang diamati pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan penulis adalah struktur jalan dengan mengambil lokasi di proyek Pembangunan Underpass Cibubur. Pemilik proyek ini adalah Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV, SNVT Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan I Jakarta, PPK Jl. TB Simatupang
– Jl. Mayjen Sutoyo – Jl. Trans Yogi dan PT. Brantas Abipraya
sebagai kontraktor serta konsultan pengawas dari PT. Epadascon Permata. Pelaksanaan
konstruksi
yang
sedang
berlangsung
pada
proyek
Pembangunan Underpass Cibubur saat penulis mulai pelaksanaan praktek kerja lapangan salah satunya adalah pekerjaan bored pile dan pekerjaan steel sheet pile. Sehingga pada pembahasan perancangan dan pelaksanaan proyek pun terbatas hanya pada kedua pekerjaan tersebut.
3.2
Perancangan Proyek
Perancangan adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Pressman, 2001). Konstruksi yang akan dibahas pada perancangan proyek ini adalah konstruksi underpass pada pekerjaan pondasi bored pile dan sheet pile.
3.2.1
Dasar Teori
Mengungkapkan beberapa dasar teori yang telah ada tentang pondasi tiang dan turap. 3.2.1.1 Pondasi Tiang
Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk
mendukung bangunan yang menahan gaya angkat, terutama pada bangunan tinggi yang dipengaruhi oleh gaya penggulingan akibat beban angin. Tiang juga digunakan untuk mendukung bangunan dermaga. Pada bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan kapal dan gelombang air. Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain : a.
Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak, ke tanah pendukung yang kuat;
b.
Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu sehingga pondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah disekitar tiang;
c.
Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas akibat tekanan hidrostatik atau momen penggulingan;
d.
Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring;
e.
Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut bertambah;
f.
Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah tergerus air.
Pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 katagori, yaitu : 1.
Tiang perpindahan besar (Large displacement pile ), yaitu tiang pejal atau
berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relatif cukup besar. Termasuk dalam tiang perpindahan besar atalah tiang kayu, beton pejal, beton prategang (pejal atau berlubang), baja bulat (tertutp di ujungnya); 2.
Tiang perpindahan kecil (small displacement pile ), adalah sama dengan
katagori diatas, tetapi hanya volume tanah yang dipindahkan saat pemancangan relatif kecil, contohnya, tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, beton prategang berlubang dengan ujung juga terbuka, tiang baja H, baja bulat dengan ujung terbuka, tiang ulir;
3.
Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile), terdiri dari tiang yang
dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah. Termasuk dalam tiang tanpa perpindahan adalah tiang bor, yaitu tiang beton yang pengecorannya langsung dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan dalam lubang dan di cor beton).
Gambar dibawah menunjukan panjang maksimum dan beban maksimum untuk berbagai macam tiang yang umum dipakai dalam praktek (Carson, 1965)
Gambar 3.1 Macam-macam pondasi tiang Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
1)
Tipe Pondasi Tiang
Untuk klasifikasi pondasi tiang, dapat dikelompokan ke dalam 4 (empat) kriteria pengelompokan yaitu: a.
Berdasarkan bahan
b.
Berdasarkan daya dukung
c.
Berdasarkan metoda pelaksanaan
d.
Berdasarkan jumlah tiang
a. Berdasarkan Bahan Pondasi
1. Tiang Kayu (Timber Pile)
2. Tiang Baja (Steel Pile)
(a)
(b)
Gambar 3.2 (a)Tiang kayu & (b) Tiang baja Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
3. Tiang Beton Pracetak (Perecast Concrete)
4. Tiang Beton Cor di Tempat (Cast-in-place Concrete)
(c)
(d)
Gambar 3.3 (c) Tiang beton pracetak & (d) Tiang beton cor di tempat Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
b. Berdasarkan Daya Dukung
1. Friction Pile
2. Point Bearing Pile
(a)
(b) Gambar 3.4 (a) Friction Pile (b) Point Bearing Pile Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
3. Kombinasi 1 dan 2
Gambar 3.5 Kombinasi 1 dan 2
Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
c. Berdasarkan Metoda Pelaksanaan
Jika pondasi tiang dibedakan dalam metoda pelaksanaannya maka klasifikasinya adalah sebagai berikut : 1. Tiang Pancang (Driven pile ) 2. Tiang Pancang Cor di Tempat (Driven Cast-in-Situ Pile ) 3. Tiang Bor (Bored Pile )
4. Tiang Ulir (Screwed Pile)
d. Berdasarkan Jumlah Tiang
Klasifikasi pondasi tiang berdasarkan jumlah tiang dalam satu satuan unit pendukung kolom adalah: 1. Tiang Tunggal (Single Pile) 2. Tiang Gabungan (Pile Group)
3.2.1.2 Sheet Pile Sheet pile atau turap adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi
kecuali untuk menahan tanah juga berfungsi untuk menahan air ke dalam lubang galian. Karena pemasangan yang mudah dan biaya pelaksanaan yang relatif murah, turap banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan seperti : - penahan tebing galian sementara - bangunan-bangunan di pelabuhan - dinding penahan tanah - bendungan elak, dll.
Dinding turap tidak cocok untuk menahan tanah timbunan yang sangat tinggi karena akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu, dinding turap juga tidak cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak batuan-batuan, karena menyulitkan pemancangan.
1) Tipe Sheet Pile
Tipe Turap dibedakan menurut bahan yang digunakan. Bahan Turap tersebut bermacam-macam, misalnya kayu, beton bertulang dan baja. a. Wood sheet piles (Turap Kayu)
Turap kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu tinggi, karena tidak kuat menahan beban-beban lateral yang besar. Turap ini tidak cocok digunakan pada tanah berkerikil, karena turap cenderung pecah bila dipancang. Bila turap kayu digunakan untuk bangunan permanen yang berada di
atas muka air, maka perlu diberikan lapisan pelindung agar tidak mudah lapuk. Turap ini banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sementara.
Gambar 3.6 Berbagai jenis turap kayu Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
b. Concrete sheet piles (Turap Beton)
Turap beton merupakan balok-balok beton yang telah dicetak sebelum dipasang dengan bentuk tertentu. Balok-balok Turap dibuat saling mengkait satu sama lain. Masing-masing Balok, kecuali dirancang kuat menahan beban-beban yang bekerja pada turap, juga terhadap beban-beban yang akan bekerja pada waktu pengangkatannya. Ujung bawah turap biasanya dibentuk meruncing untuk memudahkan pemancangannya.
Gambar 3.7 Turap beton Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
c. Steel Sheet Piles (Turap Baja)
Turap Baja sangat umum digunakan, karena lebih menguntungkan dan mudah penanganannya. Keuntungan-keuntungannya antara lain : - Turap baja kuat menahan gaya-gaya benturan pada saat pemancangan - Bahan turap relatif tidak begitu berat. - Turap dapat digunakan berulang-ulang - Turap baja mempunyai keawetan yang tinggi - Penyambungan mudah, bila kedalaman turap besar.
Gambar 3.8 Berbagai jenis turap baja Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
2) Tipe Konstruksi Sheet Pile (Turap)
- Dinding Turap Kantilever - Dinding Turap diangker - Dinding Turap dengan landasan/panggung (platform) - Bendungan elak seluler (celluler cofferdam)
a. Dinding Turap Kantilever
Dinding turap kantilever merupakan turap yang dalam menahan beban lateral mengandalkan tahanan tanah di depan dinding. Defleksi lateral yang terjadi relatif besar pada pemakaian turap kantilever. Karena luas tampang bahan turap yang dibutuhkan bertambah besar dengan ketinggian tanah yang ditahan (akibat momen lentur yang timbul), turap kantilever hanya cocok untuk menahan tanah dengan ketinggian sedang.
Gambar 3.9 Dinding turap kantilever Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
b. Dinding Turap Diangker
Dinding turap diangker cocok untuk menahan tebing galian yang dalam, tetapi masih juga bergantung pada kondisi tanah. Dinding turap ini menahan beban lateral dengan mengandalkan tahanan tanah pada bagian turap yang terpancang ke dalam tanah dengan dibantu oleh anker yang dipasang pada bagian atasnya. Kedalaman Turap menembus tanah bergantung kepada besarnya tekanan tanah. Untuk dinding turap yang tinggi, diperlukan turap baja dengan kekuatan yang tinggi. Stabilitas dan tegangan-tegangan pada turap yang diangker
bergantung pada banyak faktor, misal kekakuan relatif bahan turap, kedalaman penetrasi turap, kemudah-mampatan tanah, kuat geser tanah, keluluhan angker, dll.
Gambar 3.10 Dinding turap diangker Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
Ground Anchor Metode penjangkaran tanah disebut juga dengan nama Ground Anchor. Dalam metode ini pemboran dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk memperkuat konstruksinya. Dalam banyak hal dipergunakan untuk melawan tekanan tanah seperti turap ataupun tembok penahan tanah. Kadang-kadang juga dipergunakan untuk konstruksi yang permanent tetapi pada dasarnya hanyalah dipakai untuk konstruksi sementara. Apabila suatu dinding turap dipasang di suatu daerah di mana sedang dikerjakan penurapan sedangkan penopang ataupun tiangtiang antara tidak dibutuhkan maka akan diperoleh daerah yang lebih luas di antara dinding turap, yang memungkinkan penggalian dengan alat-alat berat.
Bagian-bagian yang membentuk sistem ground anchor adalah : 1.
Bond Length ( fixed anchor length ) adalah sebagian dari panjang anchor yang
direncanakan untuk mampu mentransfer gaya tarik yang terjadi ke tanah disekitarnya. Bond Length ini terdiri dari : 1. Rangkaian sekelompok strand atau prestressing bar 2. Centralizer 3. Spreader ring 4. Grout tube 5. Cement grout 2.
Free Length adalah sebagian dari panjang anchor dimana anchor tersebut
diikatkan sampai ujung atas bond length. Free length ini memungkinkan pemberian gaya awal pada ground anchor, dan juga berfungsi untuk membypass lapisan tanah lunak. Free length ini terdiri atas : 1. strand/bar yang diberi gemuk (greese ) 2. HDPE smmoth sheath yang membungkus masing-masing strand/bar 3. Centralizer 4. Grout tube 5. Cement grout 6. Inflatable packer 3.
Anchor head adalah bagian dari ground anchor yang memungkinkan
terjadinya tranfer gaya dari tendon ke permukaan struktur soldier pile. Anchor head ini terdiri atas :
1. Anchor block 2. Anchor plate 3. Jaws (baji) c. Dinding Turap dengan Landasan
Dinding turap semacam ini dalam menahan tekanan tanah lateral dibantu oleh tiang-tiang, dimana diatas tiang-tiang tersebut dibuat landasan untuk meletakkan bangunan tertentu. Tiang-tiang pendukung landasan juga berfungsi untuk mengurangi beban lateral pada turap. Dinding turap ini dibuat bila di dekat
lokasi dinding turap direncanakan akan dibangun jalan, derek atau bangunan berat lainnya.
Gambar 3.11 Dinding turap dengan landasan Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
d. Bendungan Elak Seluler
Bendungan elak seluler (cellular cofferdam) merupakan turap yang berbentuk sel-sel yang diisi dengan pasir. Dinding ini menahan tekanan tanah dengan mengandalkan beratnya sendiri.
Gambar 3.12 Bendungan elak seluler Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
3.2.2
Konsep Perancangan
Kondisi fisik permukaan tanah di lokasi proyek Pembangunan Underpass Cibubur secara umum menunjukkan relatif tidak datar. Secara umum tanah di daerah tersebut dominan terdiri dari perselingan lempung berwarna merah bata hingga kedalaman 5 - 5,5 m, serta lanau ( weakly cemented) dan tanah pasiran yang mengandung kerikil hingga bongkah batuan andesit dijumpai pada kedalaman dibawah 14 m hingga kedalaman 30 m dibawah permukaan tanah. Dengan muka air tanah ditemukan pada kedalaman antara 3 - 5 m. Ini diketahui dari hasil penyelidikan tanah ( soil investigation) yang telah dilakukan di sekitar lokasi proyek Pembangunan Underpass Cibubur. Dengan pertimbangan kondisi tersebut, maka dapat digunakan pondasi bored pile dan steel sheet pile sebagai konstruksi dinding penahan tanah pada
proyek Pembangunan Underpass Cibubur. Dinding penahan tanah adalah struktur yang didesain dan dibangun untuk menahan gerakan tanah arah lateral (horizontal ) yang dapat menimbulkan bahaya kelongsoran. 3.2.2.1 Bored Pile (Secant Pile) Bored pile atau tiang bor adalah pondasi tiang bor yang terbuat dari beton
yang dicor di tempat. Bored pile merupakan salah satu jenis pondasi dalam yang memanfaatkan daya dukung tanah (N Bearing ) dan gaya gesekan antara tanah dengan beton. Konsep perancangan pekerjaan bored pile dalam proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini dibuat dari tiang bor beton tak bertulang (primary pile ) dan tiang bor beton bertulang (secondary pile) yang saling bepotongan sehingga membentuk dinding yang rapat atau biasa disebut secant pile.
Gambar 3.13 Secant piles Sumber: www.consultoriaeanalise.com
Fungsi dari secant pile adalah sebagai struktur dinding penahan tanah ramp yaitu di sisi exit gate cibubur dan sisi jalan Tol Jagorawi. Pelaksanaan konstruksi bored pile pun relatif tidak menimbulkan kebisingan dan tidak mengganggu lalu lintas yang berlangsung di sisi jalan tol Jagorawi maupun exit gate Cibubur, jalan Tol Jagorawi.
3.2.2.2 Steel Sheet Pile Steel sheet pile (lembar tiang baja) merupakan jenis struktur yang
fleksibel yang dipakai khususnya untuk pekerjaan sementara yang berfungsi sebagai dinding penahan tanah. Tiang baja ini sangat baik digunakan karena daya tahannya terhadap tegangan yang tinggi selama penyorongan ke dalam tanah yang keras. Penggunaan steel sheet pile dipandang lebih praktis dan ekonomis, sebab setelah pekerjaan tanah selesai, sheet pile dapat dicabut dan digunakan di tempat lain. Konsep perancangan pekerjaan sheet pile dalam proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini memakai turap jenis baja yang diangkur. Turap baja dipancang dengan cara digetarkan menggunakan alat pancang vibro.
Gambar Steel sheet pile2 diangkur Sumber: 3.14 Buku rekayasa pondasi studi tpjj
Penggunaan ground anchor diperlukan karena dalamnya penggalian dapat mengakibatkan roboh/patah steel sheet pile karena gaya desak yang ditimbullkan oleh tanah di belakang steel sheet pile . Ini dilakukan karena proyek Pembangunan Underpass Cibubur memiliki area galian dengan kedalaman lebih dari 10 meter. Sheet pile ini berfungsi sebagai penahan tanah sementara untuk area kerja jacking box underpass sebelum memulai ke pekerjaan utama box underpass.
3.2.3
Perancangan Sistem Konstruksi
Pelaksanaan pekerjaan pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini menggunakan konstruksi dinding penahan tanah bored pile dan steel sheet pile. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi bored pile adalah pada STA 0+314.465 s/d STA 0+537.575. Sedangkan pelaksanaan pekerjaansteel sheet pile adalah pada STA 0+314.216 s/d STA 0+358.129.
3.2.3.1 Bored Pile (Secant Pile)
Pekerjaan konstruksi bored pile secant pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur direncanakan akan dilaksanakan pada dua sisi. Untuk sisi kiri dimulai dari STA 0+314.465 s/d STA 0+537.575 yang terdiri dari 92 buah tiang bor beton tak bertulang (primary pile) dan 91 buah tiang bor beton bertulang (secondary pile), sedangkan untuk sisi kanan pekerjaan dimulai dari STA 0+314.465 s/d 0+STA 444.665 yang terdiri dari 33 buah primary pile dan 32 buah secondary pile. Tabel 3.1 Daftar rencana kedalaman dan jumlah bored pile
No. 1. 2.
Nama
Kedalaman Pile (m) 8 - 10 15 - 17
Primary Pile Secondary Pile
Total
200 200
Jumlah (bh) Kiri Kanan 109 109 400 218
Pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan kedalaman pondasi bervariasi antara 8 m - 10 m untuk primary pile dan kedalaman antara 14 m - 17 m untuk secondary pile dengan diameter lubang bor 80 cm. Untuk penulangan secondary pile pembesian menggunakan baja tulangan U39 ulir (BJTD-40) berdiameter 32
mm, sedangkan untuk tulangan ekstra (sengkang) digunakan baja tulangan polos berdiameter 10 mm. Dalam melaksanakan pengecoran tiang bor beton yang digunakan harus memiliki nilai kelecakan yang tinggi agar pada saat pengecoran tidak terjadi macet (mampat) pada pipa tremi. Tiang bor dicor dengan beton mutu K-250 dan beton tersebut harus memiliki nilai slump 16 ± 2 cm. Beton yang digunakan adalah beton ready mix yang dikirim langsung dari PT. Adhimix Precast Indonesia wilayah Sentul, Bogor. Gambar yang dijadikan pedoman dari pekerjaan ini adalah seperti gambar di bawah ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 3.15 Skema pemasangan bored pile Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.16 Primary pile dia 800 mm Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.17 Secondary pile dia 800 mm Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.18 Detail penulangan secondary pile Sumber; Dokumen kontraktor
3.2.3.2 Steel Sheet Pile
Pekerjaan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur terdiri dari pekerjaan pemancangan steel sheet pile dan pekerjaan ground anchor. Pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur adalah pada STA 0+314.216 s/d STA 0+358.129. a.
Pemancangan
Jenis tiang baja yang dipakai menggunakan lembar tiang baja tipe FSP-III yang terdiri dari 268 buah tiang baja dengan panjang 12 m. Pelaksanaan pemancangan tiang baja direncanakan dengan panjang 15 m, oleh karena itu perlu penyambungan sepanjang 3 m. Penambahan panjang 3 m dilakukan setelah steel sheet pile 12 m telah terpancang dengan mengelas menggunakan tambahan plat
sebagai perkuatan. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan alat vibro hammer yang digantung pada boom crane. Steel sheet pile
dipancang satu per
satu seluruhnya ke dalam tanah dengan mengikuti alur sambungan
steel sheet
pile yang telah dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama.
Gambar yang dijadikan pedoman dari pekerjaan ini adalah seperti gambar dibawah ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 3.19 Denah steel sheet pile Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.20 Detail steel sheet pile Sumber: Dokumen kontraktor
b.
Ground Anchor Berdasarkan perhitungan konstruksi pemancangan steel sheet pile free
standing tidak mampu menahan geser dan guling akibat tekanan tanah aktif maka
dilakukan penambahan kekuatan dengan ground anchor. Pada proyek ini ground anchor yang dipergunakan adalah tipe temporary anchor yang dapat dilepas
setelah selesainya masa konstruksi. Kabel prategang yang digunakan adalah tipe wire strand II. Angkur dipasang berdasarkan layer menurut pembebanan di sisi
luar area galian. Adapun rencana pengangkuran tersebut dibagi menjadi 3 layer dengan kedalaman galian 0 - 2.5 m, 2.5 - 4 m, dan 4 - 6 m. Pengangkuran steel sheet pile dengan kedalaman 2.5 m sebanyak 17 titik, kedalaman 4 m sebanyak 21
titik, dan kedalaman 6 m sebanyak 17 titik. Tabel 3.2 Daftar jumlah rencana t itik dan kedalaman pengangkuran
No. 1. 2. 3.
Nama Layer 1 Layer 2 Layer 3
Kedalaman (m)
Jumlah titik (bh)
2.5 4.0 6.0
17 21 17
Pengeboran lubang angkur pada sheet pile dilakukan setelah lembar tiang baja telah terpancang dan tersambung semua dan dikerjakan setelah galian tanah. Kabel prategang dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran hingga mencapai
kedalaman rencana sedalam 34 m kemudian dilakukan pekerjaan grouting. Pelaksanaan pekerjaan grouting semen yang digunakan adalah semen PPC tipe 1 yang dicampur dengan bahan additive dan air. Karena pengangkuran tidak mungkin dilakukan di tiap sheet pile, maka dibuatlah waller beam sebagai pengikat antar pile. Waller beam juga difungsikan sebagai dudukan angkur. Pemasangan waller beam dilakukan setelah grouting telah selesai dikerjakan. Pada saat
pelaksanaan stressing dilakukan dengan kekuatan hingga mencapai 70 ton. Gambar yang dijadikan pedoman dari pekerjaan ini adalah seperti gambar dibawah ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 3.21 Denahground anchor Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.22 Tampak sampingground anchor layer 1 & 3 Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.23 Tampak sampingground anchor layer 2 Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.24 Tampak depanground anchor Sumber: Dokumen kontraktor
Gambar 3.25 Tampak atasground anchor Sumber: Dokumen kontraktor
3.2.4
Perancangan Waktu Konstruksi
Perancangan waktu pekerjaan konstruksi bored pile adalah 61 hari yaitu dari mulai 8 Juni 2012 s/d 8 Agustus 2012. Sedangkan untuk pekerjaan steel sheet pile waktu yang direncanakan adalah 43 hari yaitu pekerjaan pemancangan dari 1
Juni 2012 s/d 25 Juni 2012 dan pekerjaan ground anchor dari 1 Juli 2012 s/d 18 Juli 2012.
3.3
Pelaksanaan Proyek
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang
digunakan sebagai laporan akhir . Pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan dialami penulis selama praktek kerja di proyek Pembangunan Underpass Cibubur, pelaksanaan pekerjaan antara lain: pekerjaan bored pile yang terdiri dari primary pile dan secondary pile, dan pekerjaan steel sheet pile yang terdiri dari pemancangan tiang dan ground anchor.
3.3.1
Pekerjaan Bored Pile (Secant Pile)
Pekerjaan konstruksi bored pile secant pile merupakan pembentukan dinding penahan tanah badan jalan dimana pelaksanaannya dibuat pada sisi kanan dan sisi kiri ramp. Pelaksanaan konstruksi bored pile dalam proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini dikerjakan oleh sub kontraktor yaitu PT. Berdikari Pondasi Perkasa. Pekerjaan konstruksi bored pile dalam proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini terdiri dari tiang bor beton tak bertulang (primary pile ) dan tiang bor beton bertulang (secondary pile).
3.3.1.1 Primary Pile Primary pile yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah tiang bor beton
tak bertulang diameter 800 mm yang dicor di tempat dengan mutu beton K-250.
Primary pile dibuat dengan cara membor pada titik pemboran yang telah
ditentukan, dibor secara berselang-seling dengan secondary pile. Bedasarkan barchart dalam dokumen kontrak kontraktor pelaksanaan pekerjaan tiang bor beton
tak bertulang diameter 800 mm berbobot 7,38% dari nilai kontrak yaitu sebesar Rp3.183.773.123,3.
a)
Peralatan, Bahan, dan Tenaga kerja
Dalam pelaksanaan pekerjaan primary pile diperlukan peralatan-peralatan yang tidak sedikit. Peralatan yang digunakan pada pekerjaan ini mayoritas merupakan peralatan berat. Peralatan-peralatan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Peralatan pekerjaan primary pile
No.
1.
Nama
Mesin Bor
Gambar
Spesifikasi
- Zoom Lion 200 C-728 - Kapasitas 55m
2.
Crawler Crane
- PH Kobelco - Kapasitas 35 ton
3.
Excavator
- Hitachi - Kapasitas 0,7 m3
4.
Auger
Diameter 80 cm
5.
Bucket
Diameter 80 cm
6.
Pipa Casing
- Panjang 7,5 m - Diameter 80 cm
7.
Pipa Tremi
- Panjang 2,7 m - Diameter 25 cm
8.
Corong Cor
Diameter 100 cm
9.
Truk Mixer Adhimix
- Hino, Zoom Lion, Shacman - Kapasitas 10 m 3
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi primary pile ini juga diperlukan suatu bahan. Dibawah ini terdapat tabel kebutuhan bahan dalam pekerjaan primary pile . Tabel 3.4 Kebutuhan bahan dalam pekerjaan primary pile
No. 1.
Nama Ready mix beton K-250
Volume 5-6 m
3
Keterangan Untuk 1 buah pondasi bored pile
Selain itu, ada beberapa sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan primary pile seperti terlihat pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.5 SDM dalam pekerjaan primary pile
No.
Tugas/Jabatan
Jumlah
1 2 3
Owner Kon. Perencana Kon. Pengawas
1 orang -
a b c 4 a b c d e f g h i 5
Inspector Surveyor Lab Teknik Kontraktor Site Manager Pelaksana Surveyor Pembantu Surveyor Laborat K3 Mandor Operator Pekerja Supplier
1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang 1 orang 2 orang 1 orang 3 orang 8 orang 2 orang
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti: 1. Safety helmet 2. Sarung tangan 3. Sepatu boots 4. Rompi 5. Masker 6. Rambu-rambu peringatan
c)
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan konstruksi primary pile di lapangan terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya pengukuran untuk menentukan as pondasi yang akan dikerjakan, pengeboran titik pondasi, dan pengecoran. Dalam pelaksanaannya
kontraktor mengikuti pedoman yang terdapat dalam dokumen perencanaan seperti gambar pada sub bab perancangan sebelumnya. Tahapan pelaksanaan pekerjaan primary pile dilakukan seperti diagram alir dibawah ini.
Mulai
Gambar kerja
Pengukuran/ penentuan titik as pondasi
Pengeboran
Pemasangan Casing
Pemesanan ready mix
Pengujian slump
Tidak
Ya
Slump 16±2 ?
Persetujuan pengawas
Pengecoran
Selesai
Gambar 3.26 Metode pelaksanaan primary pile
Berikut ini penjelasan dari kegiatan pelaksanaan konstruksi primary pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur: 1.
Penentuan Titik As Pondasi
Sebelum pekerjaan pengeboran pondasi tiang bor dimulai, lokasi pengeboran pondasi tiang ditentukan terlebih dahulu dan penentuan letak dari titik-titik pengeboran pondasi dilakukan dengan menggunakan theodolit dan waterpass dengan mengacu pada gambar kerja. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah theodolit bermerk Sokkia tipe SET350x. Pengukuran dengan alat theodolit ini dilakukan dari dua sisi yang saling tegak lurus, sehingga dapat diperoleh hasil yang akurat. Setelah pengukuran dengan alat theodolit selesai, maka proses penarikan benang dilakukan dari dua sisi titik As yang berbeda, sehingga didapat titik As untuk pengeboran pondasi.
Gambar 3.27 Pekerjaan pengukuran Sumber: Dokumentasi pribadi
Setelah titik-titik pengeboran pondasi didapat dan diberi tanda seperti terlihat pada gambar 3., maka selanjutnya proses pengeboran dapat dimulai.
Gambar 3.28 Titik-titik pengeboran Sumber: Dokumentasi pribadi
2.
Pekerjaan Pengeboran
Pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur kedalaman lubang bor primary pile bervariasi dari 8 m sampai 10 m dengan diameter lubang pondasi 80 cm.
Tanah hasil pengeboran diletakkan sekitar 45 o di samping alat berat untuk kemudian dibersihkan oleh excavator. Langkah-langkah pekerjaan pengeboran adalah sebagai berikut: a. Pertama, alat berat diarahkan menuju titik pengeboran yang telah ditandai sebelumnya. Berdasarkan tinjauan di lapangan kadang titik-titik tersebut sudah tak terihat karena tertutup tanah. Sehingga perlu pembersihan dengan menyiramkan air atau dibersihkan dengan sekop.
Gambar 3.29 Pembersihan titik dari tanah Sumber: Dokumentasi pribadi
b. Setelah titik terlihat, selanjutnya setting titik dengan memasang 2 buah batang besi sebelum auger mulai menggerus tanah. Setting titik ini perlu dilakukan agar pada saat pengeboran titik tidak bergeser dan pengeboran lubang tetap vertikal.
Gambar 3.30 Setting titik Sumber: Dokumentasi pribadi
c. Alat berat dengan mata bor auger mulai beraksi merusak tanah yang ada di bawahnya. Tanah dibor berulang-ulang dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5 meter. Kedalaman lubang bor sendiri dapat diketahui melalui monitor yang ada di dalam alat berat. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman mencapai muka air tanah.
Gambar 3.31 Proses pengeboran dengan mata bor auger Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.32 Monitor pengukur kedalaman lubang Sumber: Dokumentasi pribadi
d. Pada saat kedalaman mencapai muka air tanah, auger diangkat untuk kemudian diganti dengan bucket . Kemudian pengeboran dapat dilanjutkan kembali hingga
mencapai kedalaman yang dikehendaki. Perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual dengan pita ukur.
Gambar 3.33 Pengeboran dengan mata bor bucket Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.34 Pengecekan kedalaman dengan pita ukur Sumber: Dokumentasi pribadi
e. Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing . Pemasangan casing dengan panjang 7,5 m dan diameter 80 cm ini diangkat menggunakan crane . Setelah casing terpasang, selanjutnya lubang bor dibersihkan dari endapan lumpur yang terdapat di dasar lubang.
Gambar 3.35 Pengangkatan pipa casing Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.36 Casing telah terpasang di lubang bor Sumber: Dokumentasi pribadi
3.
Pemasangan Pipa Tremi
Setelah lubang bersih dari lumpur dan casing sudah terpasang selanjutnya memasukan pipa tremi dengan menggunakan crane . Pipa tremi ditahan dengan baja penahan (guide) kemudian disambung dan dimasukkan kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang kemudian disambung dengan corong cor. Pipa tremi ini digunakan untuk memasukan beton ke dalam lubang bor agar beton tidak rusak akibat bercampur dengan cairan pengisi lubang. Pipa tremi yang digunakan adalah diameter 25 cm serta diameter corong cor 100 cm dengan panjang disesuaaikan kedalaman lubang bor.
Gambar 3.37 Pemasukkan pipa tremi dengan crane Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.38 Kondisi lubang bor siap dicor Sumber: Dokumentasi pribadi
4.
Pekerjaan Pengecoran
Tahap keempat pada pekerjaan primary pile adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor. Beton yang dituangkan harus memiliki nilai slump 16±2 cm. Langkah-langkah pengecoran adalah sebagai berikut: a. Setelah sebelumnya disetujui oleh konsultan pengawas beton kemudian mulai dituangkan di dalam corong cor hingga penuh. Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremi tertanam beton biasanya beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, dilakukan hentakan hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu terbenam dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak kosong.
Gambar 3.39 Penuangan beton ke dalam pipa tremi Sumber: Dokumentasi pribadi
b. Selanjutnya penuangan beton dilakukan dengan cepat sehingga cukup untuk mendorong air/ lumpur dari bawah keluar lubang. Pengecoran dilakukan secara kontinyu dan tidak terputus lebih dari 10 menit. Kedalaman beton juga perlu dicek dengan pita ukur.
Gambar 3.40 Lumpur terlihat keluar dari dalam lubang Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.41 Pengecekan kedalaman beton Sumber: Dokumentasi pribadi
c.
Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah
bersih dari lumpur. Bila pengecoran dihentikan di bawah permukaan tanah (karena perhitungan adanya galian tanah), maka tinggi pengecoran minimal harus 0,5 meter di atas level rencana bagian atas bored pile. Kemudian pipa tremi
diangkat dari lubang bor. Setelah pipa tremi diangkat dari lubang bor. Casing lalu dicabut perlahan-lahan secara tegak lurus.
Gambar 3.42 Pengangkatan pipa tremi dan pengangkatan casing Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.43 Kondisi lubang sehari setelah dicor Sumber: Dokumentasi prribadi
d) Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dalam suatu proyek merupakan hal yang penting, sebab akan menentukan kualitas dari hasil pelaksanaan apakah telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Tinjauan pengendalian dalam proyek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Spesifikasi beton ready mix yang digunakan harus sesuai dengan SNI 034433-1997.
2.
Pengujian nilai kelecakan atau slump harus sesuai dengan SNI 03-19721990, campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
3.
Pembuatan benda uji dan pengujian kuat tekan beton harus sesuai dengan SNI 03-1974-1990.
4.
Tata cara pengecoran beton harus sesuai dengan SNI 03-3976-1995.
5.
Pelaksanaan pengecoran tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan dan setelah hujan.
6.
Apabila hujan turun tiba-tiba saat pengecoran sedang dilaksanakan, maka pekerjaan pada titik yang sedang dicor dapat dilanjutkan sampai selesai namun setelah itu pekerjaan harus dihentikan.
3.3.1.2 Secondary Pile Secondary pile yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah tiang bor
beton bertulang diameter 800 mm yang dicor langsung di tempat dengan mutu beton K-250. Pemboran dan konstruksi secondary pile ini dilaksanakan setelah konstruksi primary pile selesai dilaksanakan. Pekerjaan dilaksanakan antara 1-4 hari setelah pengecoran kedua pile yang mengapit disampingnya. Pemboran lubang secondary pile dilaksanakan akan memotong beberapa cm (sesuai gambar kerja) lubang primary pile yang telah di cor. Bedasarkan bar-chart dalam dokumen kontrak kontraktor pelaksanaan pekerjaan tiang bor beton bertulang diameter 800 mm berbobot Rp13.859.198.405,72.
a)
32,13
dari
nilai
kontrak
yaitu
sebesar
Peralatan, Bahan, dan Tenaga Kerja
Umumnya peralatan, bahan, dan tenaga pelaksana dalam pekerjaan ini tidak jauh berbeda dengan pekerjaan primary pile sebelumnya. Di bawah ini terdapat tabel peralatan yang digunakan, tabel kebutuhan bahan , dan tabel sumber daya manusia yang terlibat dalam pekerjaan secondary pile.
Tabel 3.6 SDM dalam pekerjaan secondary pile
No
Tugas/Jabatan
Jumlah
1 2 3
Owner Kon. Perencana Kon. Pengawas
1 orang -
a b c 4 a b c d e f g h i j k 5
Inspector Surveyor Lab Teknik Kontraktor Site Manager Pelaksana Surveyor Pembantu Surveyor Laborat K3 Mandor Operator Pekerja Tukang besi Tukang las Supplier
1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang 1 orang 2 orang 1 orang 3 orang 8 orang 10 orang 2 orang 2 orang
Tabel 3.7 Peralatan pekerjaan secondary pile
No. 1.
Nama Mesin Bor
Gambar
Spesifikasi - Zoom Lion200 C-728 - Kapasitas 55m
2.
Crawler Crane
- P&H Kobelco - Kapasitas 35 ton
3.
Excavator
- Hitachi - Kapasitas 0,7 m3
4.
Auger
Dia. 80 cm
5.
Bucket
Diameter 80 cm
6.
Casing
- Diameter 80 cm - Panjang 7,5 m
7.
Pipa Tremi
- Panjang 2,7 m - Diameter 25 cm
8.
Corong Cor
Diameter 100 cm
9.
Welder Set
- Miller Engine - Kapasitas 380 volt
10.
Pembengkok besi
Diameter 80 cm
11.
Cutting Tos/ Lampu potong
Dengan LPG dan oksigen
12.
Truk mixer Adhimix
- Hino, Zoom Lion - Kapasitas 10 m3
Tabel 3.8 Kebutuhan bahan dalam pekerjaan secondary pile
No. 1. 2. 3. 4.
Nama Ready mix beton K-250 Baja tulangan U39 ulir D32 Baja tulangan polos ø 10 Kawat bendrat
Volume
Keterangan
3
7-8 m 25-30 batang 23-26 batang -
Untuk 1 buah pondasi bored pile
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti: 1.
Safety helmet
2. Sarung tangan 3. Sepatu boots 4. Rompi 5. Kacamata 6. Masker 7. Rambu-rambu peringatan
c)
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi secondary pile di lapangan tidak jauh berbeda dengan pekerjaan primary pile, perbedaanya hanya pada kedalaman pile, pekerjaan penulangan dan pemasangan tulangan serta penyambungan tulangan. Dalam pelaksanaannya kontraktor mengikuti pedoman yang terdapat dalam dokumen perencanaan seperti pada gambar di sub bab perancangan proyek sebelumnya. Tahapan pelaksanaan pekerjaan secondary pile dilakukan seperti diagram alir dibawah ini. Mulai
Gambar kerja
Pengukuran/ penentuan titik as pondasi
Pengeboran
Pabrikasitulangan
Tidak
Pemasangan casing
Sesuai gambar kerja ?
Ya
Pemasukan tulangan
Penyambungan tulangan
A
A
Pemasangan tremi
Pemesanan ready mix
Pengujian slump Tidak
Slump 16±2 ?
Ya
Persetujuan pengawas
Pengecoran
Selesai
Gambar 3.44 Metode pelaksanaan s econdary pile
Berikut ini penjelasan dari kegiatan pelaksanaan konstruksi secondary pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur: 1.
Penentuan Titik As Pondasi
Pekerjaan penentuan titik pondasi secondary pile dan primary pile dilakukan pada waktu yang sama, telah diuraikan secara jelas pada sub bab 3.3.1.1 (1).
2.
Pekerjaan Penulangan dan Beton Decking
a. Penulangan Pekerjaan penulangan secondary pile dilakukan di site project dirakit sesuai dengan shop drawing. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan ini dilakukan di tempat yang masih terjangkau oleh alat-alat berat. Penulangan dibuat dengan diameter 60 cm dengan panjang bervariasi dari 15 m sampai 16 m, karena baja tulangan yang tersedia di pasaran hanya berukuran 12 m maka dilakukan penyambungan tulangan.
Gambar 3.45 Proses pembengkokan tulangan sengkang Sumber: Dokumentasi pribadi
Pekerjaan pembuatan tulangan sengkang dilakukan dengan alat pembengkok yang terbuat dari kayu seperti pada gambar 3.45.
Gambar 4.46 Tulangan sengkang spiral Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pekerjaan perakitan tulangan sengkang pada tulangan pokok ini diikat dengan kawat bendrat dan dikerjakan dengan menggunakan alat bantu berupa palu, tang, cutting tos , dan mesin las.
Gambar 4.47 Perakitan sengkang pada tulangan pokok Sumber: Dokumentasi pribadi
b. Pembuatan beton decking Beton decking ini berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang diinginkan. Dalam pembuatannya, beton diisikan kawat bendrat pada bagian tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan. Beton decking dibuat dengan beton mutu K-250 dengan tebal sebesar 50 mm dan diameter 100 mm. Beton decking ini dipasang pada bagian sisi tulangan bored pile sebanyak 4 buah.
Gambar 4.48 Pembuatan beton decking Sumber: Dokumentasi pribadi
3.
Pekerjaan Pengeboran
Kedalaman lubang bor secondary pile bervariasi dari 14 m sampai 16 m dengan diameter lubang pondasi 80 cm. Pekerjaan pengeboran ini telah diuraikan secara jelas pada sub bab 3.3.1. (2).
4.
Pekerjaan Pemasukan Tulangan
Setelah lubang bersih dari lumpur maka kerangka baja tulangan yang telah dirakit diangkat dengan bantuan crane dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang
bor. Baja tulangan dengan panjang 12 m yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang bor.
Gambar 3.49 Proses pemasukan tulangan Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.50 Tulangan ditahan dengan potongan tulangan melintang Sumber: Dokumentasi pribadi
Karena kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter maka dilakukan penyambungan. Tulangan yang terpasang di lubang bor kemudian disambung
tulangan baru dengan panjang overlap 40D baru yang sudah diikatkan beton decking. Penyambungan tulangan dilakukan dengan me nggunakan sambungan las.
Gambar 3.51 Penempatan sambungan tulangan Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 4.52 Penyambungan tulangan dengan las Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.53 Kondisi lubang sebelum dipasang pipa tremi Sumber: Dokumentasi pribadi
5.
Pemasangan Pipa Tremi
Setelah rangka baja tulangan terpasang, pipa tremi dimasukkan kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang. Pekerjaan ini telah diuraikan secara jelas pada sub bab 3.3.1.1 (3). 6.
Pekerjaan Pengecoran
Tahap keenam adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor. Pekerjaan ini telah diuraikan secara jelas pada sub bab 3.3.1.1 (4).
Gambar 3.54 Pondasi secondary pile Sumber: Dokumentasi pribadi
d) Pengendalian Mutu
Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut: 1.
Spesifikasi beton ready mix yang digunakan harus sesuai dengan SNI 034433-1997.
2.
Pengujian nilai kelecakan atau slump harus sesuai dengan SNI 03-19721990, campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
3.
Pembuatan benda uji dan pengujian kuat tekan beton harus sesuai dengan SNI 03-1974-1990.
4.
Baja tulangan yang dipakai harus sesuai SNI 07-2052-1997.
5.
Baja tulangan yang cacat tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
6.
Toleransi pabrikasi tulangan harus seperti yang diisyaratkan dalam SNI 03-6816-2002.
7.
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-6401-2000.
8.
Selimut beton harus dipasang sedemikian sehingga menutup bagian luar baja tulangan.
9.
Material baja tulangan harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun naik baik musim hujan maupun kemarau unruk menghindari karat.
10. Tata cara pengecoran beton harus sesuai dengan SNI 03-3976-1995. 11. Pelaksanaan pengecoran tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan dan setelah hujan.
12. Apabila hujan turun tiba-tiba saat pengecoran sedang dilaksanakan, maka pekerjaan pada titik yang sedang dicor dapat dilanjutkan sampai selesai namun setelah itu pekerjaan harus dihentikan.
3.3.2
Pekerjaan Steel Sheet Pile Steel sheet pile pada proyek ini berfungsi sebagai dinding penahan tanah
proteksi pengaman penggalian tanah area jacking box underpass. Bedasarkan barchart dalam dokumen kontrak kontraktor pekerjaan steel sheet pile tidak termasuk
dalam sebuah item pekerjaan. Pekerjaan sheet pile ini merupakan pekerjaan persiapan yang termasuk dalam item pekerjaan jacking box underpass . Pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur pekerjaan steel sheet pile terdiri dari pekerjaan pemancangan tiang dan pekerjaan ground anchor.
3.3.2.1 Pemancangan
Pemancangan tiang baja dilakukan dengan cara digetarkan menggunakan alat vibro hammer. Steel sheet pile yang digunakan adalah tipe FSP-III. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan steel sheet pile pada proyek ini dikerjakan oleh sub kontraktor PT. Jasa Tirta I.
a)
Peralatan, Bahan, dan Tenaga Kerja
Di bawah ini terdapat tabel kebutuhan alat dan bahan untuk pekerjaan pemancangan steel sheet pile dan tabel matrik SDM yang terlibat selama pelaksanaan. Tabel 3.9 Peralatan pekerjaan pemancangan steel sheet pile
No.
1.
Nama
Vibro Hammer
Gambar
Spesifikasi
Kapasitas 90 Kw
Kapasitas 110 Kw
2.
Crane
- Sumitomo LS108RH, Linkbelt LS108BS - Kapasitas 35 ton - 2 unit
3.
Genset
- 2 unit - Kapasitas 400 Kva
4.
Las Listrik
- Inverter Nlg MMA-160 - Kapasitas 5 KVA - 2 unit
5.
Cutting tos
-
Tabel 3.10 Kebutuhan bahan dalam pekerjaan pemancangan
No.
Nama
Volume
Ket.
1.
Tiang baja 12 m
292 batang
Panjang 12 m = 268 batang Panjang 3 m = 24 batang
Tabel 3.11 SDM dalam pekerjaan pemancangan
No
Tugas/Jabatan
Jumlah
1 2 3 a b 4 a b c d f
Owner Kon. Perencana Kon. Pengawas Inspector Surveyor Kontraktor Site Manager Pelaksana Surveyor Pembantu Surveyor K3
1 orang -
g h i k
Mandor Operator Pekerja Tukang las
1 orang 4 orang 5 orang 4 orang
1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang 2 orang
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti:
c)
1.
Safety helmet
2.
Sarung tangan
3.
Kacamata
4.
Sepatu boots
5.
Rompi
6.
Rambu-rambu peringatan
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan pemancangan steel sheet pile di lapangan terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya pengukuran untuk penentuan posisi ( stakeout ) titik-
titik pancang, pemancangan tiang baja dengan alat vibro hammer, dan penyambungan tiang menggunakan las. Tahapan pelaksanaan pemancangan SSP dilakukan seperti diagram alir dibawah ini.
Mulai
Data
Pengukuran / Pematokan
Pemancangan tiang 12 m
Peyambungan tiang dengan las tidak
Cek ?
ya
Pemancangan tiang 3 m
Selesai
Gambar 3.55 Metode pelaksanaan pemancangan SSP
Berikut ini penjelasan dari pekerjaan pemancangan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur: 1. Pengukuran/ Pematokan
Dalam pengukuran penentuan posisi (stakeout) secara tepat menggunakan alat yang bernama teodolit, sebagai kontrol saat pemancangan berlangsung. Penentuan titik-titik BM (bench mark ) yang dipakai untuk referensi posisi alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan maksud memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang.
Gambar 3.56 Pematokan Sumber: Dokumentasi konsultan pengawas
2. Instalasi Steel Sheet Pile
Setelah penentuan posisi selesai dilakukan dan benang dipasang untuk menjaga kelurusan posisi tiang, Steel sheet pile kemudian diarahkan ke posisi titik rencana dengan bantuan vibro hammer yang digantung pada boom crane.
Gambar 3.57 Steel sheet pile diangkat oleh crane Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.58 Steel sheet pile diarahkan pada posisi yang tepat Sumber: Dokumentasi pribadi
Steel sheet pile kemudian digetarkan menggunakan vibro hammer sampai
kedalaman yang dikehendaki. Steel sheet pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada kedalaman agar steel sheet pile dapat berdiri sendiri dengan stabil.
Gambar 3.59 Pemancangan dengan alat vibro hammer Sumber: Dokumentasi pribadi
Pile-pile
yang tersisa kemudian dipancang satu per satu seluruhnya ke
dalam tanah dengan mengikuti alur sambungan dengan
steel sheet pile yang
telah dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama. Begitu seterusnya dengan steel sheet pile selanjutnya sampai sepanjang yang dikehendaki. Bila pemancangan telah selesai sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki yaitu sampai pada kedalaman 12 m, barulah pekerjaan penyambungan dapat dimulai.
Gambar 3.60 Steel sheet pile terpancang sedalam 12 m Sumber: Dokumentasi pribadi
3. Penyambungan tiang Penyambungan steel sheet pile dilakukan setelah beberapa pile terangkai
membentuk satu panel rangkaian seperti terlihat pada gambar 3. Steel sheet pile 12 m disambung dengan sheet pile 3 m yang telah dipotong. Penyambungan dilakukan dengan mengelas menggunakan tambahan plat besi sebagai perkuatan.
Gambar 3.61 Penyambungan steel sheet pile menggunakan las Sumber: Dokumentasi pribadi
Setelah steel sheet pile telah tersambung maka pemancangan dilanjutkan kembali hingga kedalaman 15 m menggunakan vibro hammer dengan kapasitas yang lebih berat.
Gambar 3.62 Pemancangan kembali steel sheet pile Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.63 Steel sheet pile yang telah terpancang sedalam 15 m Sumber: Dokumentasi pribadi
d) Pengendalian Mutu
Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut: 1. Baja turap yang digunakan harus memenuhi kriteria sesuai dengan SNI 070722-1989. 2. Perpanjangan tiang baja harus dilakukan dengan pengelasan. 3. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. 4. Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur baja yang akan disambung untuk memastikan bahwa sambungan dapat dipertanggung jawabkan. 5. Tiang baja yang cacat tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. 6. Tiang baja harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun naik baik musim hujan maupun kemarau unruk menghindari karat. 7. Pelaksanaan pemancangan tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan. 8. Apabila hujan turun tiba-tiba saat pemancangan sedang dilaksanakan, maka pekerjaan pada titik tiang yang sedang dipancang dapat dihentikan.
3.3.2.2 Ground Anchor
Pelaksanaan ground anchor dikerjakan setelah pekerjaan galian tanah. Pada proyek ini angkur dipasang berdasarkan layer menurut pembebanan di sisi luar area galian sesuai dengan yang telah direncanakan. Pekerjaan ground anchor ini dikerjakan oleh sub kontraktor PT. Delta Systech Indonesia.
a) Peralatan, Bahan, dan Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus didukung oleh peralatan yang memadai, kebutuhan bahan yang cukup, serta tenaga pelaksana yang profesional. Dibawah ini terdapat tabel kebutuhan alat dan bahan untuk pekerjaan ground anchor proyek Pembangunan
Underpass Cibubur, serta tabel matrik SDM yang terlibat selama pelaksanaan pekerjaan.
Tabel 3.12 Peralatan utama pekerjaan ground anchor
No.
Nama
Gambar
Spesifikasi
1.
Alat Bor
- Toho - Kapasitas 5 Kw - 4 unit
2.
Pompa
- Sanchin - Kapasitas 20 Psi - 4 unit
3.
Grout Pump & Tangki air
Grout hog
4.
Hydraulic Pump
- DSI R2.6
5.
Hydraulic Jack
- DSI HOZ 1700/150-60 - Kapasitas 150 ton
6.
Las listrik
- Inverter Nlg MMA-160 - Kapasitas 5 KVA - 4 unit
7.
Cutting tos
Tabel 3.13 Kebutuhan bahan dalam pekerjaan ground anchor
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Strand 12.7 mm Semen PPC Sikament LN + Intraplast Z Baja WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 12 m Plat 6 mm x 4’ x 8’ Stiffener plate L
Tabel 3.14 SDM dalam pekerjaan ground anchor
No 1 2 3 a b
Tugas/Jabatan Owner Kon. Perencana Kon. Pengawas Inspector Surveyor
Jumlah 1 orang 1 orang 1 orang
c 4 a b c
Lab Teknik Kontraktor Site Manager Pelaksana Laborat
1 orang
df g i k l m n
Surveyor Surveyor Pembantu K3 Engineer Supervisor For man Pekerja Tukang las
1 orang orang 2 2 orang 1 orang 1 orang 2 orang 9 orang 10 orang
1 orang 1 orang 1 orang
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti: 1. Safety helmet
c)
2.
Sarung tangan
3.
Kacamata
4.
Sepatu boots
5.
Rompi
6.
Rambu-rambu peringatan
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan ground anchor dilakukan setelah pekerjaan galian tanah. Pekerjaan ground anchor terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya penentuan posisi titik angkur, pengeboran tanah, instalasi tendon anchor, grouting tendon anchor , pemasangan waller beam, dan stressing tendon anchor. Tahapan pelaksanaan pekerjaan ground anchor dilakukan seperti diagram alir dibawah ini.
Mulai
Gambar
Penentuan titik
Pengeboran
tidak Kedalaman 34 m?
ya
Instalasi strand
Grouting
tidak
Cek?
ya
Pemasangan waller beam
Stressing
Selesai
Gambar 3.64 Metode pelaksanaan ground anchor
Berikut ini penjelasan dari metode pelaksanaan ground anchor pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur: 1. Penentuan Titik
Proses ini dilakukan untuk menentukan titik ground anchor pada posisi yang sesuai dengan shop drawing. Titik yang akan diangkur terlebih dahulu ditandai pada steel sheet pile dengan cat semprot seperti terlihat pada gambar 3. Setelah itu titik tersebut dipotong dengan alat cutting tos untuk selanjutnya dilakukan pengeboran.
Gambar 3.65 Penandaan titik ground anchor pada steel sheet pile Sumber: Dokumentasi pribadi
2. Pengeboran (Drilling)
Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, dimana mesin bor tersebut duduk di landasan kayu di atas tanah. Kotoran atau lumpur hasil pengeboran dikeluarkan dari lubang bor dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 15 cm dengan kedalaman sampai 34 meter dan kemiringan sudut 30°.
Gambar 3.66 Proses pengeboran Sumber: Dokumentasi pribadi
3. Instalasi Tendon Anchor
Setiap unit anchor terdiri atas strand-strand yang dipilin dan terbungkus menjadi satu kesatuan. Strand yang digunakan dalam proyek ini adalah IIs - wire strand berdiameter 12,7 mm dengan jumlah 7 buah, perangkaian strand dilakukan di proyek. Instalasi tendon anchor dilakukan setelah lubang bor bersih dari lumpur dan air. Tendon anchor dengan panjang yang sama sesuai kedalaman lubang bor dimasukkan ke dalam lubang dengan cara manual.
Gambar 3.67 Instalasi tendon anchor Sumber: Dokumentasi pribadi
4. Grouting Tendon Anchor
Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah instalasi tendon anchor selesai. Campuran grouting diinjeksikan ke dalam lubang dengan alat grout pump dengan tekanan antara 3-5 kg/cm2 hingga campuran keluar dari
lubang. Komposisi material grouting yang digunakan adalah portland cement tipe 1 ditambah bahan additive dan air, dengan water cement ratio 0,45.
Gambar 3.68 Proses grouting Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.69 Kondisi lubang setelah dilakukan grouting Sumber: Dokumentasi pribadi
5. Pemasangan Waller Beam
Proses pemasangan waller beam dapat langsung dilakukan setelah grouting dalam beberapa titik ground anchor telah selesai dikerjakan. Pekerjaan pemasanganwaller beam harus dilaksanakan sesuai dengan shop drawing. Stiffener plate L dipasang
terlebih dahulu sebagai support landasan waller beam. Kemudian waller beam pertama dipasang dan dilanjutkan dengan memasang stiffener beam, baru kemudian memasang waller beam kedua. Semua pekerjaan ini dilakukandengan menggunakan las listrik. Setelah waller beam terpasang dengan kokoh barulah kemudian memasang steel bracket dan wedges plate, selanjutnya dilakukanstressing.
Gambar 3.70 Pemasangan waller beam Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.71 S teel bracketyang terpasang pada waller beam Sumber: Dokumentasi pribadi
6. Stressing Tendon Anchor
Pelaksanaan stressing dilakukan setelah kekerasan grouting mencapai 3 hari (27 Mpa). Alat yang digunakan untuk stressing anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu unit hydraulic jack, yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon tersebut. Gaya penarikan maksimal saat stressing adalah 70 ton. Langkah-langkah stressing: a. Posisikan dan masukkan strand pada jack
Gambar 3.72 Proses memasukkan strand pada jack Sumber: Dokumentasi pribadi
b. Lakukan penarikan
Gambar 3.73 Proses penarikan angkur Sumber: Dokumentasi pribadi
c. Kunci dudukan baji
Gambar 3.74 Mengunci dudukan baji Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.75 Ground anchor yang telah terpasang Sumber: Dokumentasi pribadi
d) Pengendalian Mutu
Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut: 1. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. 2. Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur baja yang akan disambung untuk memastikan bahwa sambungan dapat dipertanggung jawabkan. 3. Mutu campuran grouting harus terdiri dari semen portland biasa dan air. Rasio air - semen harus serendah mungkin sesuai dengan sifat kelecakan (workability ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 0,45. 4. Semen yang digunakan untuk dijadikan pasta harus sesuai dengan SNI 152049-1994 5. Penggunaan kadar bahan tambahan ( admixture) harus sesuai dengan persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat 6. Bahan plasticizer yang umum diperdagangkan untuk penyuntikan (grouting ) harus digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Bahan ini tidak boleh mengandung chlorida, nitrat, sulfat atau sulfida.
7. Jumlah benda uji minimum baik untuk sistem pra tarik maupun sistem pasca tarik adalah 3 (tiga) buah atau sekurang-kurangnya 1 (satu) benda uji untuk setiap 20 ton berat bahan. 8. Pengujian kuat tekan harus sesuai dengan SNI 03-1974-1990 9. Untaian kawat (strand) prategang harus terdiri dari 7 kawat ( wire) dengan kuat tarik tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan sesuai dengan SNI 07-1154-1989 10. Bahan wire, strand, stress bar, angkur, selongsong ( ducting) harus disimpan di bawah atap yang kedap air, diletakkan terpisah dari permukan tanah dan harus dilindungi dari setiap kemungkinan kerusakan. 11. Pelaksanaan grouting tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan dan setelah hujan dimana diperkirakan terdapat air/lumpur di dalam lubang bor. 12. Apabila hujan turun tiba-tiba saat grouting semen sedang dilaksanakan, maka pekerjaan pada titik yang sedang diisi dapat dilanjutkan sampai selesai namun setelah itu pekerjaan harus dihentikan. 13. Angkur harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja prategang saat stressing .
3.4
Pengawasan Proyek
Kegiatan pengawasan proyek dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan perencanaan, hasil yang didapatkan bisa memenuhi target, dan terhindar dari aksi penyelewengan yang dilakukan oleh pihak
kontraktor.
Dalam
masa
konstruksi,
konsultan
pengawas
akan
melaksanakan pengawasan dan pemantauan terhadap pencapaian progres fisik proyek secara menerus di lapangan dan pengendalian proyek secara sistematis dengan menggunakan metode-metode yang sudah baku guna mencapai sasaran agar hasilnya tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Pengawasan dilakukan pada pekerjaa bored pile dan pekerjaan steel sheet pile.
3.4.1
Pekerjaan Bored Pile (Secant Pile)
Beberapa kegiatan konsultan pengawas yang perlu dilakukan pada pekerjaan bored pile adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan dan persetujuan shop drawing b. Memeriksa data titik-titik pengeboran c. Penggunaan APD pada tenaga kerja d. Pemantaun kelayakan peralatan yang ada e. Pengawasan pengujian mutu material f. Pengawasan pekerjaan laboratorium g. Pengawasan perakitan dan pengikatan tulangan serta penempatan tulangan h. Pemeriksaan lubang bor apakah lurus/vertikal i. Pemeriksaan kedalaman lubang bor j. Pemeriksaan kualitas beton dan pengujian nilai slump beton k. Pengambilan sampel silinder untuk pengujian kuat tekan beton l. Pencatatan kondisi cuaca setiap hari m. Pengawasan kejadian yang dapat mengakibatkan keterlambatan serta melaksanakan
langkah-langkah
solusi
agar
keterlambatan
dapat
diminimalisir.
3.4.2
Pekerjaan Steel Sheet Pile
Hal-hal yang perlu diawasi oleh konsultan pengawasn dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan dan persetujuan shop drawing b. Memeriksa data titik-titik pemancangan c. Memeriksa data titik-titik ground anchor d. Penggunaan APD pada tenaga kerja e. Pemantauan kelayakan peralatan yang ada f. Pemeriksaan kelurusan tiang pada saat pemancangan g. Pengawasan penyambungan tiang h. Pengawasan pengujian mutu material i. Pemeriksaan mutu campuran grouting
j. Pengambilan sampel benda uji kubus untuk uji kuat tekan k. Pemeriksaan kedalaman pengeboran ground anchor l. Pengawasan pemasangan waller beam dll apakah sesuai posisi m. Pengawasan terhadap pelaksanaan stressing n. Pencatatan kondisi cuaca setiap hari o. Pengawasan kejadian yang dapat mengakibatkan keterlambatan serta melaksanakan diminimalisir.
langkah-langkah
solusi
agar
keterlambatan
dapat
BAB IV PERMASALAHAN Dalam pelaksanaan konstruksi seringkali ditemukan beberapa problem dalam setiap item pekerjaan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang bisa berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu. Permasalahan-permasalahan
yang
terjadi
dalam
konstruksi
tentu
akan
mengganggu jalannya suatu proyek dan sedapat mungkin harus dihindari. Dalam bab ini, akan dibahas evaluasi permasalahan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi bored pile dan steel sheet pile di proyek Pembangunan Underpass Cibubur.
4.1
Matriks Permasalahan dengan Penyebabnya
Dalam pekerjaan konstruksi bored pile dan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ditemui beberapa masalah yang disebabkan oleh faktor teknis dan non teknis. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai permasalahan-permasalahan selama pelaksanaan pekerjaan bored pile
dan
pekerjaan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur.
4.1.1
Pekerjaan Bored Pile (Secant Pile)
Permasalahan teknis dan permasalahan non teknis beserta penyebabnya yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan bored pile terdapat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 berikut ini. a)
Faktor Teknis Tabel 4.1 Permasalahan teknis pekerjaan bored pile
No.
1.
1.
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan konstruksi bor pile tidak sesuai dengan target jumlah yang direncanakan Pelaksanaan Keterlambatan dalam pengadaan beton ready mix yang dipesan
Penyebab/alasan Ketidaksesuaian jumlah pile dengan rencana anggaran biaya
Kurangnya koordinasi antara pelaksana dengan laborat
Akibat terhadap Biaya Mutu Waktu
√
-
-
-
-
√
2.
3.
1.
2.
b)
Crawler crane mengalami kerusakan
Pengecoran tertunda Pengawasan Penempatan dan pengikatan beton decking yang tidak benar Pengujian nilai slump hanya dilakukan pada beton ready mix truk mixer pertama, pada truk mixer berikutnya tidak
Pihak sub kontraktor kurang melakukan perawatan alat secara berkala Turunnya hujan pada saat akan berlangsung pengecoran
√
-
√
-
√
√
-
√
-
-
√
-
Pengujian nilai slump diawal sudah cukup mewakili
Faktor non Teknis Tabel 4.2 Permasalahan non teknis pekerjaan bored pile
No. 1.
2.
4.1.2
Permasalahan
Penyebab/alasan
Terganggunya arus lalu lintas pada exit gate cibubur jalan tol jagorawi
Area proyek yang sempit dan kekurangan personil pengatur lalu lintas atau flagman pada
pada saat pengecoran berlangsung Beberapa pekerja tidak memakai alat pelindung diri
saat pengecoran Kesadaran pekerja dalam penggunaan alat safety sangat kurang
Akibat terhadap Biaya Mutu Waktu
-
-
√
-
-
√
Pekerjaan Steel Sheet Pile
Permasalahan teknis dan permasalahan non teknis beserta penyebabnya yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile terdapat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 berikut ini. a)
Faktor Teknis Tabel 4.3 Permasalahan teknis pekerjaan steel sheet pile
No. 1.
1.
2.
3.
Permasalahan Perencanaan Pengeboran tidak tercapai sampai kedalaman rencana sedalam 34 m Pelaksanaan Permukaan tiang tidak rata
Sheet pile yang terpasang cenderung miring
Alat pemancang vibro
Penyebab Ketidakmampuan alat bor untuk menembus tanah (gravel)
Tidak semua bagian tiang pancang dapat masuk ke dalam tanah Saat perangkaian antara sheet pile satu dan lainnya tidak simetris Pihak sub kontraktor kurang
Akibat terhadap Biaya Mutu Waktu
-
√
-
-
√
-
-
√
-
√
-
√
4.
5.
6.
1.
b) No. 1.
hammer mengalami kerusakan Terjadi keterlambatan waktu awal pelaksanaan pekerjaan pengeboran Pemasangan waller beam dan pelaksanaan grouting tertunda Pada saat stressing gaya load kekuatan tidak tercapai 70 ton Pengawasan Campuran semen pada saat grouting meleber keluar terlalu banyak yang terbuang
√
-
√
Turunnya hujan pada saat berlangsungnya pekerjaan
-
-
√
-
√
-
√
-
-
Kurang dalamnya pengeboran/ mutu campuran grouting tidak tercapai Kurangnya koordinasi antara pekerja dengan operator mesin grout pump
Faktor non Teknis Tabel 4.4 Permasalahan non teknis pekerjaan steel sheet pile Akibat terhadap Permasalahan Penyebab Biaya Mutu Waktu Beberapa pekerja tidak Kesadaran pekerja dalam memakai alat pelindung diri
4.2
melakukan perawatan alat secara berkala Keterlambatan dalam kedatangan alat bor
penggunaan alat safety sangat kurang
-
-
√
Matriks Hubungan Permasalahan dengan Solusi
Berdasarkan paparan di atas selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi bored pile dan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ditemui
beberapa masalah yang disebabkan oleh faktor teknis dan non teknis yang berakibat terhadap biaya, mutu, dan waktu. Masalah yang ada tentu saja bisa berakibat terhadap target pelaksanaan proyek. Pihak pelaksana proyek melakukan pemecahan/ solusi pada permasalahan-permasalahan pada pekerjaan bored pile dan pekerjaan steel sheet pile yang terdapat pada matriks analisa permasalahan dan solusi di bawah ini.
4.2.1
Pekerjaan Bored Pile (Secant Pile)
Pemecahan permasalahan teknis dan permasalahan non teknis dalam pelaksanaan pekerjaan bored pile oleh pelaksana proyek terdapat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 berikut ini. a)
Faktor Teknis
No. 1.
1.
2.
3.
Tabel 4.5 Solusi terhadap masalah teknis pekerjaan bored pile Solusi Biaya Mutu Waktu Perencanaan Pelaksanaan konstruksi bor Kontraktor mengusulkan pile tidak sesuai dengan target jumlah yang kepada owner direncanakan untuk melakukan perhitungan ulang Pelaksanaan Keterlambatan dalam Pihak pengawas pengadaan beton ready mix menegur yang dipesan kontraktor agar koordinasi antara pelaksana dan laborat serta logistik harus berjalan baik Crawler crane mengalami Mengganti Kontraktor kerusakan pada slink aksesoris alat melakukan angkat yang rusak penambahan jam waktu kerja Permasalahan
Pengecoran tertunda
Menutup segera lubang bor yang akan dicor
-
1.
2.
Pengawasan Penempatan dan pengikatan beton decking yang tidak benar Pengujian nilai slump hanya dilakukan pada beton ready mix truk mixer pertama
b) No. 1.
-
-
Pengawasan yang lebih disiplin dan tegas Pengujian harus dilakukan pada setiap truk ready mix
Pada saat hujan reda pelaksana proyek menginstuksikan agar langsung dilaksanakan pengecoran hari itu juga walaupun hingga malam hari
-
-
Faktor non Teknis Tabel 4.6 Solusi tehadap masalah non teknis pekerjaan bored pile Solusi Biaya Mutu Waktu Terganggunya arus lalu Penambahan lintas pada exit gate personil cibubur jalan tol jagorawi pengatur lalu pada saat pengecoran lintas atau berlangsung flagman pada Permasalahan
2.
4.2.2
Beberapa pekerja tidak memakai alat pelindung diri
-
-
saat pengecoran Dilakukan kegiatan safety talk setiap hari rabu pukul 08.00 WIB
Pekerjaan Steel Sheet Pile
Pemecahan permasalahan teknis dan permasalahan non teknis dalam pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile oleh pelaksana proyek terdapat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 berikut ini. a) No. 1.
Faktor Teknis Tabel 4.7 Solusi terhadap masalah teknis pekerjaan steel sheet pile Solusi Permasalahan Biaya Mutu Perencanaan Pengeboran tidak tercapai Dilakukan sampai kedalaman rencana review design sedalam 34 m sehingga
-
Waktu
-
pengeboran hanya kedalaman 21 m 1.
Pelaksanaan Permukaan tiang tidak rata
2.
Sheet pile yang terpasang cenderung miring
3.
4.
5.
6.
1.
Alat pemancang vibro hammer mengalami kerusakan Terjadi keterlambatan waktu awal pelaksanaan pekerjaan pengeboran Pemasangan waller beam dan pelaksanaan grouting tertunda Pada saat stressing gaya load kekuatan tidak tercapai 70 ton Pengawasan Campuran semen pada saat grouting meleber keluar terlalu banyak yang terbuang
Jika diperlukan dilakukan pemotongan Digunakan pengatur jarak dan kayo penjepit tiang pancang
-
-
-
-
Penambahan jam waktu kerja (lembur) Penambahan jam waktu kerja
-
-
(lembur) Penambahan jam waktu kerja
Mendatangkan alat baru
-
Harus berkoordinasi yang baik antara pekerja dengan operator mesin grout pump
-
Penambahan titik angkur
-
-
-
b)
Faktor non Teknis
No. 1.
Tabel 4.8 Solusi tehadap masalah non teknis pekerjaan steel sheet pile Solusi Permasalahan Biaya Mutu Waktu Beberapa pekerja tidak Dilakukan memakai alat pelindung kegiatan safety diri
4.3
-
talk setiap hari rabu pukul 08.00 WIB
-
Sintesa Permasalahan
Hasil dari analisa permasalahan yang terjadi pada perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan bored pile dan pekerjaan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur dapat disimpulkan
sebagai berikut:
4.3.1
Pekerjaan Bored Pile (Secant Pile)
Dalam proses pelaksanaan pekerjaan bored pile proyek Pembangunan Underpass Cibubur disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a)
Perencanaan pekerjaan bored pile pada Pembangunan Underpass Cibubur secara
keseluruhan
telah
sesuai
dengan
spesifikasi.
Namun
dalam
pelaksanaan ada ketidaksesuaian antara jumlah pile yang akan dikerjakan dengan biaya yang direncanakan sehingga mengakibatkan pihak kontraktor hanya mengerjakan sebagian bored pile saja. b)
Pelaksanaan pekerjaan bored pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini bisa dikategorikan baik. Namun pada beberapa pekerjaan ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga sedikit berdampak pada biaya, mutu, dan waktu. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal yaitu, kerusakan alat, kurangnya
koordinasi
antar
lini
organisasi,
faktor
cuaca,
dan
ketidakdisiplinan sumber daya manusia. c)
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pada pekerjaan ini secara umum bisa dikategorikan kurang maksimal. Beberapa proses pekerjaan luput dari pihak pengawas sehingga terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan yang bias mengakibatkan berkurangnya mutu dari pekerjaan bored pile.
4.3.2
Pekerjaan Steel Sheet Pile
Dalam proses pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile proyek Pembangunan Underpass Cibubur disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a)
Perencanaan pekerjaan steel sheet pile pada Pembangunan Underpass Cibubur secara keseluruhan telah sesuai dengan spesifikasi. Namun ada ketidaksesuaian kedalaman rencana pengeboran dengan pelaksanaan sehingga dilakukan review design.
b)
Pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ini bisa dikategorikan kurang baik. Terdapat beberapa masalah pada pekerjaan yang tidak sesuai dengan perencanaan sehingga berdampak pada biaya, mutu, dan waktu. Hal ini diakibatkan oleh: kerusakan alat, keterlambatan alat, faktor cuaca, dan ketidakdisiplinan sumber daya manusia.
c)
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pada pekerjaan ini secara umum bisa dikategorikan kurang makismal karena terdapat beberapa proses pekerjaan yang tidak sesuai dengan perencanaan yang luput dari pengawasan.
BAB V PENUTUP
Praktek kerja lapangan dilakukan selama 7 (tujuh) minggu waktu pelaksanaan pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur Jakarta Timur (0+110 - 0+550) yang bersumber dari dana APBN tahun 2012. Dalam melakukan praktek kerja lapangan (PKL) ini penulis telah memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta dapat menghubungkan dengan materi perkuliahan.. Dalam situasi tertentu dapat diambil beberapa kebijaksanaan antara konsultan pengawas dengan pelaksana yang dapat dipertanggungjawabkan tanpa melewati batas toleransi. Berdasarkan kegiatan proyek yang diikuti, dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan serta keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan proyek.
5.1
Kesimpulan
Dari hasil pemantauan di lapangan pada pekerjaan bored pile secant pile dan pekerjaan steel sheet pile selama melaksanakan praktek kerja lapangan ini, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : a.
Pelaksanaan jumlah bored pile yang dikerjakan kontraktor tidak sesuai dengan jumlah yang direncanakan. Pekerjaan bored pile yang terlaksana pada sisi kiri hanya 183 buah dan sisi kanan hanya 65 buah dilaksanakan selama 60 hari.
b.
Mekanisme pelaksanaan pekerjaan bored pile yang tertera pada perencanaan tidak seluruhnya bekerja sesuai perencanaan yang telah dibuat. Hal ini disebabkan oleh ketidakdisiplinan sumber daya manusia dan kurangnya pengawasan.
c.
Dalam proyek ini tidak dilaksanakan test pada bored pile karena bored pile ini hanya berfungsi sebagai dinding penahan tanah.
d.
Pemilihan jenis dinding penahan tanah steel sheet pile tidak lain adalah karena dari hasil penyelidikan tanah didapatkan lapisan tanah keras yang
dalam, serta jenis tanah yang tidak memungkinkan digunakan turap beton ataupun turap kayu. e.
Pekerjaan pemancangan steel sheet pile mengalami keterlambatan waktu pelaksanaan dikarenakan faktor kerusakan pada alat pancang. Metode pelaksanaan ground anchor pada steel sheet pile yang dilaksanakan kurang berjalan dengan baik karena pekerjaan yang terhambat dan banyaknya keterlambatan juga karena adanya review design
dan
penambahan titik angkur. f.
Kesadaran pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri sangat kurang. Kontraktor mengatasinya dengan melakukan safety talk setiap hari rabu pukul 08.00 WIB.
g.
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pengawas pada pekerjaan bored pile dan steel sheet pile kurang maksimal.
5.2
Saran
Ada beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya kepada pelaksana proyek dan pada semua pihak yang terlibat dalam kegiatankegiatan pelaksanaan proyek sebagai berikut : a.
Pelaksanaan senantiasa harus sesuai dengan perencanaan agar proyek berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal.
b.
Hendaknya semua pihak yang berperan dalam pelaksanaan proyek lebih disiplin
melaksanakan
tugasnya
masing-masing,
sehingga
dapat
diperoleh hasil seperti yang direncanakan. c.
Menjalin komunikasi dan koordinasi yang lebih baik antara kontraktor dan
konsultan
pengawas
dalam
pekerjaan,
agar
tidak
terjadi
kesalahpahaman dalam pelaksanaan pekerjaan. d.
Pihak
kontraktor
bertanggung
jawab
penuh
atas
pelaksanaan
pekerjaannya dengan target tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya berdasarkan persyaratan teknis yang ada. Oleh karena itu pihak kontraktor
harus
pekerjaannya.
benar-benar
profesional
dalam
melaksanakan
e.
Kepada pihak pengawas agar lebih memperketat pengawasan di lapangan, sehingga proyek yang dilaksanakan dapat selesai sesuai jadwal yang sudah direncanakan.
f.
Melakukan evaluasi dan pelaporan pekerjaan, baik kepada owner maupun konsultan perencana agar dapat dipertanggungjawabkan.
g.
Faktor keselamatan dan kesehatan kerja harus lebih diperhatikan melihat dalam pelaksanaan banyak pekerja yang mengindahkan hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. Spesifikasi Umum 2010 Divisi 7.
Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Spesifikasi Khusus Interim Pekerjaan Rehabilitasi Jembatan .
Djuwadi, Drs., MT. 2010. Rekayasa Pondasi-2 . Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Rochaman, Henda dan Sugeng Nirwanto. 2009. Laporan Kerja Praktek “Tinjauan Pelaksanaan Pondasi Bored Pile dan Pekerjaan Footing Pilar pada Pembangunan
Jalan
Tol
Semarang-Solo
Jembatan
Banyumanik
I
Semarang-Jawa Tengah”. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Brantas Abipraya (Persero), PT. 2012. Kontrak Jasa Pemborongan Pekerjaan Pembangunan Underpass Cibubur. Jakarta
Budisuanda. 2011. Kontrak Konstruksi. http://proyekindonesia.com/2011/02/kontrakkonstruksi/. 5 Agustus 2012.
NN. 2009. Pelaksanaan Jembatan Bangunan Bawah Jembatan II . http://civilinjinering.blogspot.com/2009/05/pelaksanaan-jembatan-bangunan bawahjembatan-ii.html. 10 Agustus 2012.
Wibawa,
Tatang
Bored
Pile.
http://tatangw.blogspot.com/2011/11/metode-kerja-pondasi-bored-pile.html.
7
Agustus 2012.
Kukuh.
2011.
Metode
Kerja
Pondasi