TUGAS PENGOLAHAN BUANGAN INDUSTRI
“PENGOLAHAN BIOLOGI”
OLEH: ELGA MARDIA 07 174 025
DOSEN YOMMI DEWILDA, MT
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2010 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta merupakan sebuah ibukota yang amat padat sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan
sumber
air
tanah.
Terdapat
sebuah
penelitian
yang
mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan. Dalam
kegiatan
industri,
air
limbah
akan
mengandung
zat-
zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdownbeberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (inpipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk
meminimalkan
volume
limbah
yang
ditimbulkan,
juga
konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.
Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan
karena
pengolahan
air
limbah
memerlukan
biaya
investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat. Dalam
pengolahan
air
limbah
itu
sendiri,
terdapat
beberapa
parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat
dikelompokkan
karakteristik
fisik,
menjadi
dan
tiga,
kontaminan
yaitu spesifik.
parameter Parameter
organik, organik
merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik. Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah disebutkan. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek
ekonomi,
kemudahan
aspek
teknis,
keamanan,
kehandalan,
dan
peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih
haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium.
I.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa saja unit pengolhan bilogi yang bisa diterapkan dalam pengolahan limbah industri. 2. Sebagai tugas akhir “MID SEMESTER”.
BAB II PEMBAHASAN II.1 Teori Umum Limbah adalah suatu barang yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses – proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi atau bahkan mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Limbah merupakan sisa atau hasil samping dari proses produksi yang tidak dapat digunakan dapat berbentuk padat, cair,
gas,
debum
getaran,
dan
kerusakan
lain
yang
dapat
menimbulkan pencemaran jika tidak dikelola dengan baik. Sedangkan menurut Soeriaatmaja (1981) limbah adalah zat yang merugikan, sesuatu yang dianggap tidak bernilai oleh manusia dan dalam jumlah melampaui batas optimum akan mengakibatkan perubahan pada alam serta lingkungan. Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat atau kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes.
Limbah cair adalah hasil buangan industri yang berupa organik terlarut, bahan anorganik terlarut, limbah organik tersuspensi dan limbah anorganik yang tersuspensi. limbah cair ini biasanya berasal dari industri yang banyak menggunakan air pada sinterm prosesnya, juga dari bahan baku yang menghandung air dan harus dibuang. air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan sebagai pencuci suatu bahan untuk diproses lanjut. Beberapa gangguan yang ditimbulkan pembuangan air limbah ke adalah : 1. Gangguan terhadap kesehatan manusia; 2. Gangguan terhadap kehidupan biotik; 3. Gangguan terhadap keindahandan kerusakan benda.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap: 1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran
air
limbah.
Beberapa
proses
pengolahan
yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation. 2. Pengolahan Tahap Pertama (PrimaryTreatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan
yang
sama
dengan
pengolahan
awal.
Letak
perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization,
chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration. 3. Pengolahan Tahap Kedua (SecondaryTreatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zatzat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter. 4. Pengolahan Tahap Ketiga (TertiaryTreatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption,
ion
exchange,
membrane
separation,
serta
keempat
tahap
thickening gravity or flotation. 5. PengolahanLumpur(SludgeTreatment) 6. Lumpur
yang
terbentuk
pengolahan sebelumnya
sebagai
hasil
kemudian diolah kembali melalui
proses digestion, incineration, atau landfill. Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan
peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih
haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:
1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari prosesproses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. 2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan. 3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Salah satu nya pengolahan bilogi seperti activated sludge, tricking filter, aerated lagoon, rotating biological contactor, dan anaerobic decomposition. II.2 Activated Sludge Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif secara umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen. Secara umum proses pengolahannya adalah sebagai berikut. Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung ke dalam bak penampung air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar. Kemudian, air limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi (Suspended Solids) sekitar 30 - 40 %, serta BOD sekitar 25 % . Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa
dalam jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan menguaraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan(over flow) dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Keunggulan proses lumpur aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang besar. Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain yakni kemungkinan dapat terjadi bulking pada lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar.
Gambar 2.1 unit pengolahan dengan Activated Sludge II.3 Aerated lagoon Aerated lagoon adalah bak dengan kedalaman 2,5 - 5 m, dan luas permukaan beberapa ratus meter persegi serta diaerasi secara mekanis atau difusi udara, sehingga organik dalam air limbah dapat terurai.
•
Aerobik lagoon DO dan suspended solid dijaga uniform dalam bak. Kriterianya
adalah W tinggal : 1-3 hari. BOD di Feed : 50 – 750 mg/l ;Xv (MLVSS) : 0,5 BOD umpan Power : 2,8 – 3,9 W/M3 Eficsiensi : 80 -90% •
Fakultatif lagoon DO dijaga tetap hadir dibagian lapisan air dalam bak,sebagian suspended
solid
dipertahankan.Lapisan
bawah
adalah
anaerobic. Kriterianya adalah:
Waktu tinggal : 3,0 -10 dari
BOD di Feed : 50 -750 ; Xv (MLVSS) : 50- 100 mg/l.
Power : ± 0,79 W/M3 (harus cukup jaga DO dan SS uniform di
lapisan atas)
Efisiensi : 80 - 90 %
Gambar 2.2 Unit pengolahan dengan Aerated lagoon II.4 Trickling Filter
Pengolahan air limba dengan proses Trickling Filter adalah proses pengolahan dengan cara menyebarkan air limba kedalam suatu tumpukan atau unggun media yang terdiri dari bahan batu pecahan (kerikil), bahan keramik, sisa tanur, medium dari bahan plastik lainnya. Dengan cara demikian maka permukaan media akan tumbuh lapisan biologi (biofilm) seperti lendir, dan lapisan biologi tersebut akan kontak dengan air limbah dan akan mengurangi senyawa polutan yang ada dalam air limbah. Proses pengolahan air limba dengan sistem Trickling filter pada dasarnya
hampir
sama
dengan
sistem
lumpur
aktif,
dimana
mikroorganisme berkembang biak dan menempel pada permukaan media penyangga. Air imbah yang dialirkan kedalam bak pengendapan awal untuk mengendapkan padatan tersuspensi, selanjutnya air limbah dialirkan ke bak trickling filter melalui pipa berlubang dan berputar. Dengan cara ini maka terdapat zona basah dan kering secara bergantian sehingga terjadi transfer oksigen kedalam air limbah. Pada saat kontak dengan trickling filter maka limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang akan mengurangi polutan yang ada di dalam bak. Air limbah yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan keluar melalui pipa under drain yang berada didasar bak dan keluar melalui saluran effluent. Dari saluran effluent dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak pengendapan akhir adalah merupakan air olahan. Lumpur yang mengendap di dalam bak pengendapan akir selanjutnya disirkulasikan ke inlet bak pengendpan awal.
Permasalahan yang sering terjadi dengan sistem trickling filter ini adalah : •
Timbulnya alat dan bau;
•
Terjadinya pengelupasan biofilm.
Cara mengatasi gangguan tersebut yakni dengan cara menurunkan debit air limbah yang masuk kedalam reaktor atau dengan cara melakukan
aerasi
didalam
bak
ekualisasi
untuk
menaikkan
konsentrasi oksigen terlarut.
Gambar 2.3 Unit pengolahan dengan Trickling Filter Parameter desain dan operasional Hydraulic loading •
Low rate, M3 flow/M2.day surface area : 1 – 4
•
High rat, M3 flow/M2.day. surface area : 8 – 40
BOD loading •
Low rate, kg BOD/M3.day. filter volume : 0.08 – 0.4
•
High rate, kg BOD/M3.day. filter volume : 0.3 – 1.0
•
Recirculation
•
Low rate ( % feed rate ) : 0 – 50
•
High rate ( % feed rate ) : 25 - 300
Pada umumnya trickling filter tidak dapat mengurangi BOD lebih dari 85%.
Namun
secara
umum
lebih
mudah
dan
lebih
murah
dibandingkan proses lumpur aktif.
II.5 Rotating Biological Contractor Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor. Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut. Dengan cara seperti ini mikro-organisme miaslanya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm
(lapisan biologis). Mikro-
organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari
udara untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang. Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut tercelup kedalam air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di atas permuaan air, mikro-organisme menyerap okigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa organik. Enegi hasil penguraian
senyawa
organik
tersebut
digunakan
oleh
mikro-
organisme untuk proses perkembang-biakan atau metabolisme. Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar dari biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air. Pertumbuhan mikroorganisme atau biofilm tersebut makin lama semakin tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas
dari
mediumnya
dan
terbawa
aliran
air
keluar.
Selanjutnya, mikroorganisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam air limbah. Keunggulan
dari
sistem
RBC
yakni
proses
operasi
maupun
konstruksinya sederhana, kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar, lumpur yang terjadi relatf kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari sistem RBC yakni sensitif terhadap temperatur.
Secara garis besar proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC terdiri dari bak pemisah pasir, bak pengendap awal, bak kontrol aliran, reaktor/kontaktor biologis putar (RBC), Bak pengendap akhir, bak khlorinasi, serta unit pengolahan lumpur. Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC adalah seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC. Keterangan:
1. Bak Pemisah Pasir
Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir tersebut. 2. Bak Pengendap Awal Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang
telah
mengendap
dikumpulkan
daan
dipompa
ke
bak
pengendapan lumpur. 3. Bak Kontrol Aliran Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun / kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan. 4. Kontaktor (reaktor) Biologis Putar Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan tumbuh pada permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Film biologis tersebut terdiri dari berbagai jenis/spicies mikro-organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan lainnya. Mikro-organisme yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senaywa organik yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya beratnya akan mengelupas dengan sedirinya dan lumpur
orgnaik
tersebut
akan
terbawa
aliran
air
keluar.
Selanjutnya laisan biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan media dengan sendirinya. 5. Bak Pengendap Akhir Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan
sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relaitif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal. 6. Bak Khlorinasi Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu sehingga seluruh mikroorgnisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air. 7. Bak Pemekat Lumpur Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
Gambar 2.5 Unit RBC.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah denga sistem RBC antara lain : •
Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.
•
Untuk kapasitas kecil / paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah.
•
Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi beban pengoalahan.
•
Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih besar.
•
Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti pada proses lumpur aktif.
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara lain yakni : •
Sensitif terhadap perubahan temperature dan sulit mengontrol mikroorganisme
•
Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
•
menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadangkadang timbul bau yang kurang sedap.
II.6 Aerobik Dekomposition
Dalam kondisi anaerobik, dekomposisi residu organik terjadi oleh aktivitas
kedua
mesophrk
dan
mikroorganisme
termofilik
yang
dihasilkan dalam produksi karbondioksida, hidrogen, etil alkohol dan asam organik seperti asam asetat, format, laktat, suksinat dan butirat. Di antara flora mesofilik, bakteri lebih aktif daripada jamur atau actinomycetes dalam kegiatan selulolitik. Mereka termasuk dalam genus Clostridium dan banyak di tanah bergambut dan lubang pupuk tetapi jarang ditemui di tanah subur dibudidayakan. Dalam tumpukan kompos, baik mikroorganisme mesofilik dan termofilik (bakteri dan aktinomisetes) adalah penting dalam memecah substrat selulosa. Sebagaimana dinyatakan di atas, penjajah mikroba utama awalnya memecah karbohidrat kompleks dan protein menjadi asam organik dan alkohol. Pada tahap selanjutnya, bakteri anaerob metana yang ketat mulai bertindak atas substrat sekunder terutama laktat, asetat dan butirat asam dan fermentasi mereka menjadi CH
2
dan CO
2
yang
rasio adalah variabel tergantung pada sifat dari reaksi. Namun, dengan teknik pengayaan budaya, bakteri metana telah diisolasi dan dikelompokkan
dalam
empat
genera:
Methanobacterium,
Methanobacillus, Methanosarcina dan Methanococcus. Percobaan dengan kultur murni maupun kultur campuran bakteri metana telah menunjukkan bahwa di antara beberapa jenis reaksi yang dapat menghasilkan CH
4,
yang khas berikut adalah penting:
Anaerobik Dekomposisi Bahan Organik
I Non-methanogens NonAku methanogen A. Clostridium acetobutylicum A. Clostridium acetobutylicum Eubacterium limosum Eubacterium limosum
B. B.
II II Methanogens Methanogen
C1 H2 oxidizing methanogens H2 C1 oxidizing methanogen Methanobacterium Methanobacterium Methanobrevibacter Methanobrevibacter Methanospirillum Methanospirillum Volatile fatty acid oxidizers C2 Aceticlastic methanogens oksidasi asam lemak Volatile C2 Aceticlastic methanogen Syntrophomonas wolfeii Methanosoricina Syntrophomonas wolfeii Methanosoricina Syntrophobacter wolinii Syntrophobacter wolinii
(1) CO
2
+ 4H
2
(1) CO
2
+ 4H
(2) 4HCOOC (2) 4HCOOC 3CO 2 O (3) CH
3
(4) 2CH
COOH (3) CH 3
CH
2
3
CH
2
+ 2H
CH 4 + 3CO
COOH
H (4) 2CH
4
3
CH
CH 2
H
4
2
4
O CH 4 + 2H
+ 2H
+ CO
3CH
2
2
2
CH
+ CO
O CH 4
2
4
+ CO 3CH
4
+
2
O
2
+ 2H
2
+ CO
2
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN III.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-
zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdownbeberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes, yang harus dikelola dengan baik agar tidak membahayakan lingkungan. 2. Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. 3. Berdasarkan
karakteristik
kita
dapat
menentukan
unit
pengolahan yang dipakai, untuk pengolahan biologi antara lain: •
Aerated Lagoon;
•
Activated Sludge;
•
Trickling Filter;
•
RBC;
•
Anaerobik Dekomposisi.
III.2 Saran Untuk mendapatkan bahan atau materi yang lebih bervariasi dan lengkap sebaiknya gunakan beberapa sumber berupa buku text.
DAFTAR PUSTAKA Widjaya,Tri.2010.Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi 2.ITS file:///D:/backup/Tgs%20akir%20PBI/dekomposi2.htm (Dakses pada 29 Oktober 2010 15:56:46) file:///D:/backup/Tgs%20akir%20PBI/macam2%20pengolhana.htm (Diakses pada 29 Oktober 2010 15:51:40) file:///D:/backup/Tgs%20akir%20PBI/activated%20sludge.htm (Diakses pada 29 Oktober 2010 15:31:06)
LAMPIRAN (CONTOH KASUS)