PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALISIS MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK SIMPLISIA
I.
TUJUAN PRAKTIKUM Mampu melakukan analisis makroskopik simplisia (bentuk, ukuran, tekstur, organoleptik
dan morfologi spesifik) dan mikroskopik simplisia.
II.
DASAR TEORI Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu, sampai derajat
kehalusan tertentu (Anonim, 1995). Untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia, maka dilakukan analisis ynag meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif (Anonim, 2007). Uji
mikroskopik
dilakukan
dengan
menggunakan
mikroskop
yang
derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia ayang dapat diuji berupata sayatan melintang, radial, paradermal, membujur, ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan diketahui jenis
simplisia
berdasarkan
fragmen
pengenal
spesifik
masing-masing
simplisia
(Wiryodagdo,2007) Sel yang mempunyai bentuk dan fungsi sama, akan membentuk jaringan tumbuhan. Jaringan dewasa pada tumbuhan berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi : 1. Jaringan epidermis Epidermis merupakan lapisan sel terluar dari daun, bagian bunga, buah dan biji, serta dari batang dan akar sebelum menjalani penebalan sekunder. Menurut fungsi dan bentuk selsel epidermis tidaklah sama. Selain dari sel epidermis yang umum juga dijumpai banyak macam rambut, sel pengawal stomata, serta sel spesifik lainnya. Akan tetapi dari segi topografi dan sampai tingkat tertentu secara ontogeni epidermis merupakan jaringan yang seragam. Epidermis biasanya terdapat diseluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan sekunder. Lamanya epidermis didalam organ tumbuhan dengan pertumbuhan sekunder se kunder tidak sama. Sel epidermis bentuk umum mempunyai bentuk, ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu tersusun rapat membentuk lapisan yang kompak tanpa ruang interselular (Agoes, 2007). Derivat Epidermis :
Stomata
Stomata berasal dari kata Yunani : stoma yang mempunyai arti lubang atau porus. Esau mengartikan sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada di antaranya. Jadi st omata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang masing-masing dibatasi oleh dua buah guard cell atau sel-sel penutup. Guard cell adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi, juga dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya. Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, jadi terutama sekali pada daun-daun. Pada tumbuhan yang hidup di bawah pe rmukaan air terdapat pula alat-alat yang strukturnya mirip dengan stomata, padahal alat-alat tersebut bukanlah stomata (Agoes,2007). Sel yang mengelilingi stomata dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya, sel yang berbeda bentuk itu dinamakan sel tetangga. Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuahan diatas tanah, paling banyak ditemukan pada daun. Pada daun, stomata ditemukan dikedua permukaan daun atau pada satu muka saja, biasanya pada permukaan bawah. Sel penutup biasanya mengadakan kloroplas sehingga bisa berlangsung fotosintesis. Sel penutup umumnya berbentuk ginjal, tetapi pada tumbuhan monokotil ada yang berbentuk halter. Dimungkinkan ada hubungan antara bagian dalam tubuh tumbuhan dengan dunia luar lingkungan, hal ini sangat be rguna bagi proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Stomata berasal dari sel protoderm yang terdapat pada meristem apikal (Fahn, 2005). Pada dikotil dapat dibagi menjadi empat jenis stomata berdasarkan susuna n sel epidermis yang ada di samping sel penutup yaitu (Hidayat, 2007) : 1. Jenis anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umumnya terdapat pada 2. Jenis anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Jenis ini umum terdapat pada 3. Jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup celah. Jenis ini umumnya terdapat pada 4. Jenis diasitik, yaitu setiap stomata dikelililngi dua sel tetangga. Jenis ini umum terdapat pada Acanthaciae. Selain itu juga terdapat tiga kategori sel penutup, yaitu (Hidayat, 2007) : 1. Mesogen, sel penutup dan sel yang ada di dekatnya yang dapat berkembang atau tidak berkembang menjadi sel tetangga. Memiliki asal yang sama. 2. Perigen, sel yang di dekat stomata yang tidak memiliki asal yang sama dengan sel penutup. 3. Mesoperigen, sedikitnya satu sel tetangga yang memiliki hubungan langsung dengan stomata, sementara sel yang lain tidak. Fungsi stomata pada daun adalah sebagai tempat pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida, pengatur penguapan (Fahn, 2005).
Trikoma
Trikoma dalam arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal dari kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta fungsinya memang bervariasi. Trikoma terdapat pada hampir semua organ tumbuh-tumbuhan (pada epidermisnya). Jelasnya yaitu selama organ-organ tumbuhan itu masih hidup. Disamping itu terdapat juga trikoma yang hidupnya hanya sebentar. Trikoma ini biasanya tumbuh lebih dahulu menjelang atau dalam hubungan dengan pertumbuhan organ tumbuhannya. Ditinjau dari susunannya dapat dibedakan menjadi dua, trikoma yang uniseluler dan multiseluler. Sedangkan menurut bentuknya trikoma juga dibagi menjadi dua, trikoma s ebagai rambut dan trikoma sebagai sisik (Agoes,2007). Beberapa sel epidermis daun atau cabang membentuk tonjolan dalam bantuk rambut atau trikoma. Trikoma dapat tersebar dalam bentuk tunggal, tetapi adakalanya bergerombol. Trikoma dapat terdiri dari sel tunggal atau beberapa sel bergabung dengan berbagai bentuknya. Mulai dari bentuk sederhana sebagai tonjolan sampai membentuk bangunan komplek yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel-sel penyusun trikoma dapat berupa sel hidup atau sel mati (Fahn, 2005). Penggunaan trikoma dalam taksonomi sangat dikenal. Beberapa f amili dapat dengan mudah diidentifikasi dengan adanya tipe atau tipe istimewa berbentuk rambut. Pada kasus yang lain rambut itu penting untuk klasifikasi genus dan spesies dan dalam analisis hibrid antar spesies. Secara garis besar trikoma dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu trikoma tanpa kelenjar dan trikoma berkelenjar (Fahn, 2005). Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : trikoma yang tidak menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut bersel satu atau sel banyak, rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, rambut bercabang dan bersel banyak, dan rambut akar. Sedangkan trikoma yang menghasilkan sekret dapat bersel satu atau bersel banyak dan berupa sisik, trikoma yang menghasilkan sekret yang kental atau koleter, rambut gatal, dan trikoma yang menghasilkan nektar (Hidayat, 2007).
Sel Silika, Lentisel, Litosit, dan Sel Gabus
Sel silika dan sel gabus sering kali secara berturut-turut dibentuk dalam pasangan di sepanjang daun. Sel-sel silika yang berkembang sepenuhnya mengandung badan-badan silika yang berupa massa silika yang isotropik dan di tengah-tengahnya buasanya berupa granulagranula renik. Pada pandangan permukaan, benda-banda silika itu mungkin berbentuk bulatan, elips, halter, atau berbeentuk pelana. Dilaporkan adanya silikon dijumpai hanya dalam jumlah kecil dalam sel silika muda, akumulasinya semakin cepat dalam sel yang mengalami proses menua (Fahn,2005).Dinding sel gabus disisipi oleh suberin dan banyak diantaranya mengandung bahan-bahan organuk padat. Litosit merupakan derivat epidermis yang mempunyai bentuk khusus. Terdapat pada daun tumbuhan Moraceae dan Cucurbitacirae. Dindingnya mengalami penebalan ke arah lumen sel, epidermis yang mengalami penebalan dari luar ke dalam. Penebalan ini berbentuk rumah lebah mengandung selulosa dan kalsium karbonat yang dise but sistolit (Purnomo,2005). Pada sebagian besar tumbuhan dalam jaringan periderm, terdaapat area te rbatas yang selselnya tersusun tidak rapat, bersuberin atau tidak. Derah ini dinamakan le ntisel. Lentisel menonjol di atas periderm di sekitarnya, karena ukuran yang lebih besar dan s usunan selselnya yang tidak rapat, dan biasanya jumlahnya lebih banyak di daerah-daerah ini. Karena
kesinambungan ini ruang-ruang antar sel dari lentisel serta dari jaringan sebelah dalam dari organ aksial, diduga bahwa fungsi lentisel berhubungan dengan pertukaran gas, sama dengan stomata pada organ yang hanya ditutupi oleh epidermis (Fahn, 2005). 1. Jaringan Dasar Merupakan jaringan yang berfungsi untuk memperkuat kedudukan jaringan yang lain. Disebut jaringan dasar karena terbentuk dari meriste m dasar yang terdapat hampir di semua tumbuhan dan mengisi jaringan tumbuhan baik pada akar, batang, daun, biji maupun buah (Waluyo, 2006). Ciri-ciri dari jaringan parenkim yaitu :
sel umumnya berukuran besar dan berdinding tipis sel hidup dan mengandung klorofil banyak mengandung rongga antar sel banyak mengandung vakuola letak selnya tidak rapat (Waluyo, 2006)
Macam-macam jaringan parenkim :
Klorenkim : parenkim untuk fotosintesis, karena selnya mengandung klorofil. Misal : parenkim palisade (jaringan pagar) dan parenkim spon (bunga karang). Aerenkim: parenkim untuk menyimpan udara sehingga dapat di gunakan untuk mengapung. Parenkim air: parenkim untuk menyimpan air Parenkim penimbun: parenkim untuk menyimpan cadangan bahan makanan. (Waluyo, 2006)
1. Jaringan penguat Merupakan jaringan yang berfungsi untuk menunjang agar tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Jaringan penunjang dibedakan menjadi :
kolenkim: adalah jaringan penunjang pada tumbuhan muda dan belum ber kayu yang dinding sel di bagian sudut-sudutnya mengalami penebalan dan tersusun atas sel-sel yang hidup. Contoh : pada batang bayam sklerenkim: adalah laringan penguat yang dinding selnya melami penebalan dari zat kayu (lignin) sehingga bersifat lebih kuat.
Ada 2 macam sklerenkim :
sklereida(sel batu) : pada tempurung kelapa dan tempurung kenari serabut sklerenkim(serat/ fiber) : pada serat rami. (Soesilo, 2005)
1. Jaringan Pengangkut Merupakan jaringan yang berguna untuk transportasi hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan serta mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun.
Jaringan pengangkut terdiri dari :
xylem (pembuluh kayu): sel penyusunnya berupa trakeid, trakea dan parenkim xylem. Terdapat pada bagian kayu. Fungsinya mengangkut air dan unsur hara dari akar ke daun floem (pembuluh tapis): terdiri dari sel hidup, berdinding selulosa dan dindingnya melintang. Terdapat pada bagian kulit kayu. Pada samping ploem terdapat sel pengiring. (Soesilo, 2005)
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan bij i-bijian (Poedjiadi, A. 2009). Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004). Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
Amilosa : Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai Amilopektin : Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6glikosidik menyebabkan terdjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A. 2009).
Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (ami losa) dan 80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif (Gunawan, 2004).Bentuk sederhana amilum adalah glukosa dan rumus struktur glukosa adalah C 6H11O6dan rumus bangun dari αD- glukosa. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas ter dapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase, am ilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltosa (Poedjiadi,A. 2009). Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan padi ; dari umbi kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi larut) (Fahn, 2005).Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah jagung ( Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela rambat ( Ipomoea batatas), ketela pohon ( Manihot utilissima) (Gunawan, 2004). Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne
(Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004). Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam ser buk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004).Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musila go, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar, 2004). Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar, pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam pasaran adalah Volex® (Gunawan, 2004).Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan (Syamsuni H,A. 2007) III.
ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah lup/ kaca pembesar, mikroskop, gelas objek, gelas penutup, pipet tetes, lampu spirtus. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pala, kemukus, temulawak, daun salam, jahe, daun sambiloto, biji klabet, bunga cengkeh, cabe jawa
IV.
CARA KERJA 1. Pengmatan amilum
Amilum
Diambil dan diletakkan secukupnya pada gelas objek
Diteteskan akuades secukupnya, lalu ditutup dengan gelas penutup
Diamati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5x10) dan perbesaran kuat (12,5x40)
Hasil
Digambarkan hasil yang diperoleh
2. Pengamatan serbuk simplisia
Serbuk amilum
Diletakkan di atas kaca objek, ditetesi dengan larutan kloralhidrat 70% LP, kemudian dipanaskan di atas lampu spirtus dan dijaga jangan sampai mendidih (kering)
Ditutup dengan gelas penutup
Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5x10) dan bila perlu dilihat dengan perbesaran kuat (12,5x40)
Diamati warna dan fragmen pengenalnya
Digambarkan fragmen- fragmen pengenalnya
Hasil
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tepung gandum Amilum disebut juga dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari berbagai
bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum (Fahn, 1995). Hasil pengamatan mikroskopik biji tanaman gandum didapatkan butir-butir amilum hal ini sudah sesuai literatur. 2. Tepung maizena Pati jagung dalam perdagangan biasa disebut tepung maizena. Kadar pati dalam tepung maizena adalah sebesar 54,1%-71,7% (Singh et al , 2008), mikroskopik pati jagung terdapat butir pati yang bergerombol/ majemuk, ada yang tunggal, hilus terlihat berbentuk titik dan bercabang. Hasil pengamatan terhadap mikroskopik tepung maizena terdapat butir-butir pati yang bergeromol dan ada pula butir yang tunggal hal ini sudah sesuai dengan literatur. 3. Temulawak
Pengamatan mikroskopik fragmen serbuk simplisia rimpang temulawak terdiri dari butir amilum, jaringan gabus, berkas pengangkut, parenkim korteks, dan serabut sklerenkim (Farmakope Herbal Indonesia,2008), berdasarkan hasil yang diamati di laboratorium tidak terdapat adanya serabut sklerenkim hal ini dikarenakan perbesaran mikroskop kurang besar sehingga kurang terlihat jelas adanya serabut sklerenkim. 4. Pala Pengamatan mikroskopik fragmen serbuk simplisia buah pala terdiri dari endosperm, perisperm, berkas pengangkut, butir amilum (Farmakope Herbal Indonesia, 2008) , berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium didapatkan keseluruhan bagian yang sebagaimana disebutkan dalam literatur. 5. Tepung Tapioka (Amylum Manihot) Bentuk amylum manihot yang kelompok kami amati dari mikroskop dengan perbesaran kuat 40x, kami dapat melihat bentuknya yang berupa butir tunggal,butir agak bulat atau bersegi banyak butir kecil, ada butir pati,dan juga hilus yang berupa garis dan titik, ada juga lamella tapi tidak jelas,yang berupa butir majemuk sedikit. Hal ini sudah sesuai dengan literatur dalam Materia Medika Indonesia yang menyebutkan bahwa fragmen pengenal pada tepung tapioka secara mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil dengan diameter 5µm sampai 10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya (Depkes RI, 1995). 6. Buah Cabe Jawa (Piperis longi fructus) Menurut Farmakope Herbal Indonesia, fragmen pengenal dari simplisia cabe jawa adalah jaringan epikarp, endokarp, endosperm, sel batu, perisperm dengan butir amilum dan jaringan mesokarp (Anonim, 2008). Berdasarkan hasil mikroskop yang kelompok kami dapat dengan perbesaran 40x, dapat diamati bentuk epikarp yang sesuai dengan yang tertera di Farmakope Herbal Indonesia dan bagian lain yang dapat diamati adalah endokarp yang sesuai dengan literature dengan struktur endokarp terpotong tangensial dengan sel endokarp berbentuk poligonal dan fragmen berwarna merah. (Anonim,2008) 7. Daun sambiloto Menurut Farmakope Herbal Indonesia, fragmen pengenal dari simplisia daun sambiloto adalah epidermis bawah dengan stomata dan sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas dengan sistolit, rambut penutup, berkas pengangkut, kelopak bunga dengan tonjolan papila. (Anonim, 2008). Berdasarkan hasil mikroskop yang kelompok kami dapat dengan perbesaran 40x, dapat diamati bentuk epidermis atas dengan sistolit yang sesuai dengan literature Farmakope
Herbal Indonesia yaitu epidermis atas terdiri dari sel berbentuk segi empat, kutikula tipis, pada penampang tangensial tampak berbentuk poligonal, dinding samping lurus, tidak terdapat stomata. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel litosis yang berisi sistolit (mengandung banyak kalsium karbonat). Sel litosis umumnya lebih besar daripada sel epidermis, bentuk jorong atau bulat telur memanjang. Sistolit berbentuk jorong dengan permukaan bertonjolan hingga mirip rangkaian buah anggur, panjang 60 µm sampai 150 µm, lebar 30 µm sampai 80 µm. (Depkes RI, 2008).
EVALUASI
VI.
KESIMPULAN
.
VII.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia jilid V, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Jilid VI , DepKes RI, Jakarta. Anonim, 2007, Kebijakan Obat Tradisional Nasional, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, 113-115, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Agoes, Goeswin, 2007,Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung. Anwar, E. et al.2004, Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom , Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Fahn, A, 2005, Anatomi Tumbuhan edisi ketiga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Gembog, 2001, Morfologi Tumbuhan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I , Penebar Swadaya, Jakarta. Hidayat, Estiti B, 2007, Anatomi Tumbuhan Berbiji, ITB, Bandung. Purnomo,Sudjino, 2005, Biologi, Sunda Kelapa Pustaka, Jakarta. Poedjiadi, 2009, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Singh S et al ,2008, Effect of incoporating sweet potato flour to wheat flour on the quality characteristics of cookies,African J ournal of Food Science. Soesilo,dkk, 2005, Materi Pokok Biologi, Karunika Jakarta UniversitasTerbuka, Jakarta. Syamsuni, H. A, 2007. Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Waluyo, Joko, 2006, Biologi Dasar , JemberPress, Universitas Jember. Wiryowidagdo, Sumali, 2007, Kimia dan Farmakologi Bahan Alam, EGC, Jakarta.