STUDENTPRENEUR BERBASIS ZAKAT, UPAYA MENANAMKAN JIWA BERWIRAUSAHA SEJAK DINI BAGI GENERASI MUDA INDONESIA Yanur Setyaningrum SMP Muhammadiyah 1 Malang
ABSTRAK Masalah pengangguran di negara berkembang seperti Indonesia merupakan hal yang rumit. Selama ini pendidikan telah membentuk mindset siswa menjadi generasi pencari kerja sedangkan lapangan kerja terbatas. Pendidikan justru menghasilkan pengangguran. Seharusnya perlu pembiasaan sejak dini kepada siswa untuk belajar berwirausaha (entrepreneurship). Semangat siswa perlu dibangkitkan sehingga diharapkan lahir entrepreneur baru yang bisa menciptakan lapangan kerja guna mengatasi masalah pengangguran. Paper ini bertujuan untuk menguraikan dan menjawab tentang studentpreneur berbasis zakat sebagai usaha penanaman jiwa berwirausaha siswa sejak dini berbasis ajaran Islam. Paper ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi duia pendidikan, pemerintah dan umat Islam. Kontribusi tersebut adalah merevitalisasi potensi yang dimiliki umat Islam, penyadaran, kajian teoritis dan langkah praktis. Penulisan karya tulis ini diawali dengan mengumpulkan data dan informasi terkait kajian masalah. Data diolah secara sistematis, disajikan dan disimpulkan. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa studentpreneur berbasis zakat merupakan model alternatif penanaman jiwa berwirausaha sejak dini. Potensi zakat secara nasional diperkirakan mencapai 100 triliun rupiah, yang dapat diproduktifkan misalnya dengan menyalurkannya untuk membina dan mengembangkan siswa berwirausaha (studentpreneur). Contoh implementasi konsep ini adalah dengan menggunakan zakat untuk (1) rangkaian pelatihan siswa (beasiswa entrepreneurship); dan (2) pengembangan koperasi sekolah. Kata Kunci: studentpreneur, zakat, siswa
1
PENDAHULUAN Masalah pengangguran di negara-negara berkembang merupakan masalah yang rumit. Masalah pengangguran bahkan lebih serius daripada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk berpendapatan rendah. Keadaan di negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Sementara itu, angka pengangguran terbuka di Indonesia per Agustus 2008 mencapai 9,39 juta jiwa atau 8,39% dari total angkatan kerja.1 Jumlah pengangguran di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2010 mencapai 8,59 juta orang atau 7,41% dari total angkatan kerja.2 Hingga tahun 2009, jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 33.713.000 orang, lebih tinggi dari target yang diinginkan pemerintah pada level 32.380.000 orang. Di samping itu, hingga tahun 2007 tercatat sebanyak 740.206 lulusan perguruan tinggi menganggur.3 Hal ini membuktikan bahwa lahan pekerjaan di Indonesia sangat kecil sementara setiap tahun jumlah lulusan yang mencari pekerjaan terus bertambah. Masalah bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan global adalah pada kelemahan SDM yang tidak profesional dan kurang memiliki kemampuan entrepreneurship sehingga tidak mampu membuat produk bersaing dan menciptakan pekerjaan untuk memanfaatkan kekayaan alam yang ada. Lembaga pendidikan selama ini hanya menciptakan siswa atau mahasiswa pencari kerja bukan pembuat lapangan pekerjaan. Selama ini pendidikan telah berhasil membuat mindset generasi pencari kerja. Hampir semua lulusan sibuk mencari kerja sedangkan lapangan kerja sangat terbatas. Oleh karena itu pendidikan justru banyak menghasilkan pengangguran. Dengan demikian, seharusnya perlu pembiasaan atau pembinaan sejak dini kepada siswa untuk belajar berwirausaha atau entrepreneurship sehingga suatu saat mereka lebih siap dan menjadi seorang entrepreneur. Masalah pengangguran akan menimbulkan dampak negatif bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dampak negatif dari pengangguran adalah kian beragamnya tindakan kriminal, makin banyaknya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya. Masalah ini bahkan sudah menjadi patologi sosial atau kuman penyakit sosial yang menyebar bagaikan virus dan sulit di berantas. Penyakit sosial ini sangat berbahaya dan menghasilkan korban-korban sosial
yang tidak ternilai. Menurunnya kualitas sumber daya manusia, tidak dihargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan korban dari penyakit sosial. Oleh karena itu, persoalan pengangguran ini harus secepatnya dipecahkan dan dicari jalan keluarnya.4 Menurut Soegoto5 untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran dan penduduk miskin tersebut perlu dibangun semangat Entrepreneurship baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat umum guna melahirkan calon entrepreneur baru. Dibutuhkan 2% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 220 juta jiwa atau sebanyak 4,4 juta entrepreneur guna mengatasi masalah pengangguran di Indonesia, sementara saat ini baru terdapat 400.000 pelaku usaha atau baru 0,18% dari jumlah penduduk Indonesia. Para calon entrepreneur, siswa, mahasiswa, dan para pengusaha sebagai tulang punggung bangsa perlu dibangkitkan semangatnya melalui pengetahuan Entrepreneurship guna memberikan wawasan, pemahaman, dan strategi dalam membangun, mengembangkan, dan memenangkan persaingan usaha sehingga diharapkan lahir entrepreneur-entrepreneur baru yang bisa menciptakan lapangan kerja guna mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Di sisi lain, Islam adalah ajaran komprehensif yang mengakui hak individu dan hak kolektif masyarakat secara bersamaan. Syariat Islam sangat menekankan adanya suatu distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata sebagaimana dalam Al Quran Surah Al Hasyr ayat 7. Salah satu cara yang dituntut oleh Syariat Islam atas kewajiban umat Islam adalah "zakat". Secara teknik, zakat adalah kewajiban finansial seorang muslim untuk membayar sebagian kekayaan bersihnya atau hasil usahanya apabila kekayaan yang dimilikinya telah melebihi nishab (kadar tertentu yang telah ditetapkan).6 Dilatarbelakangi potensi di atas maka perlu kiranya penulisan paper ini. Penulid percaya bahwa jika konsep dan mekanisme zakat diterjemahkan lebih jauh, maka ia akan mendorong suatu perubahan yang mendasar dan progresif terutama terkait dengan minimalisasi angka pengangguran kemiskinan. Di samping itu, langkah ini merupakan optimisme bahwa pada hakekatnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjawab permasalahannya, dimulai dari sejak dini yaitu dengan melatih para siswa. Penulisan paper ini bertujuan untuk menguraikan dan menjawab tentang studentpreneur berbasis zakat 4 5
1
Harun
Mahbub, “Jumlah Pengangguran di Indonesia 9,43 Juta Orang”, Dalam Tempo, 5 Januari 2009. 2 Lebih lanjut lihat http://bataviese.co.id. 3 Harun, Op. cit.
ibid Eddy
Soeryanto Soegoto, Entrepreneurship menjadi Pebisnis Ulung (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009). 6 Merza Gamal, “Sedekah dalam Perspektif Pemberdayaan Ekonomi Umat, Dalam Media Indonesia, 13 Oktober 2006.
2
sebagai model alternatif dalam upaya penanaman jiwa berwirausaha sejak dini. Paper ini diharapkan dapat memberikan kontribusi posistif bagi duia pendidikan, siswa, pemerintah, umat Islam dari level pemerintah, ulama dan cendikiawan, sampai lapisan akar rumput terutama para muzakki, mustahik, dan amil. Kontribusi yang dimaksudkan adalah mengingatkan kembali akan potensi yang dimiliki umat Islam, penyadaran, kajian teoritis dan langkah praktis. METODE PENULISAN Pengumpulan Data Penulisan karya tulis ini diawali dengan mengumpulkan data-data dan informasi yang terkait dengan kajian masalah. Data-data dan informasi yang terkumpul kemudian dipilah-pilah dan dievaluasi guna memberikan keakuratan informasi dan analisis yang akan ditulis atau digunakan. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai dokumentasi atau literatur seperti buku, koran, majalah, jurnal, makalah maupu artikel di internet yang berkaitan dengan kajian masalah.7 Analisis Data Data yang diperoleh dikumpulkan untuk diolah secara sistematis, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu serangkaian prosedur yang digunakan sebagai upaya pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek yang dikaji (seseorang, lembaga, masyarakat, sistem, dan lain-lain). Tahap akhir penulisan adalah membuat kesimpulan dan saran/rekomendasi yang relevan berdasar hasil analisis pada pembahasan yang telah dilakukan. Metode analisis deskriptif dapat digambarkan sebagi berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN Definisi Siswa Siswa yang dimaksud dalam karya ilmiah ini adalah siswa sekolah menengah atau sederajat (pertama dan atas). Oleh karena itu siswa adalah remaja. Menurut Dariyo8 remaja sebagai masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa maka remaja akan melalui masa kritis di mana remaja akan berusaha mencari identitas diri. Penggolongan remaja terbagi menjadi 3 tahap yaitu (a) remaja awal (usia 13-14 tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun), dan (c) remaja akhir (1821 tahun). Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki masa pendidikan dibangku SLTP (SMP/MTs), sedangkan saat masa remaja tengah individu sudah duduk dibangku SMU (SMA/MA/SMK). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU dan mungkin sudah bekerja.9 Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.10 Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu tertentu. WHO11 membagi 2 tahap usia remaja yaitu: (1) Remaja Awal : 10 – 14 tahun, (2) Remaja akhir : 15 – 20 tahun. Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. 8
Gambar 1. Analisis Model Deskriptif Kualitatif 7
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004). 9 Ibid 10 Program Pengembangan Kompetensi Profesi Pendidik (PPKPP), Identitas dan Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2009). 11 Agoes Dariyo, Loc.cit.
3
1). Ciri Fisik/Biologis Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang saling berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle–Stimulating Hormone (FSH); dan Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone; dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak laki-laki, luteinizing hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormonhormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendpat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. 2). Ciri Psikologis Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut: a) Kegelisahan Remaja mempunyai banyak idealisme anganangan atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah. b) Pertentangan Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain. c) Mengkhayal Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang. d) Aktivitas kelompok Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. e) Keinginan mencoba segala sesuatu
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak SMP sebagai berikut : a) Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciriciri seks sekunder mulai berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakun pada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan biologis ini, remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa lainnya dalam hal reproduksi. b) Masa remaja awal merupakan periode yang singkat Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam perkembangan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya. c) Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif. d) Masa remaja awal merupakan masa negatif Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua. Perkembangan Siswa Selama di SMP/ MTs/SMA/MA/SMK seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru. 1). Perkembangan aspek kognitif Aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan berpikir. Perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan
4
konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif. 2). Perkembangan aspek afektif Ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain. 3). Perkembangan psikomotorik Perkembangan aspek psikomotorik seusia siswa ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri. Definisi Entrepreneur Berbagai definisi yang menjelaskan tentang peranan seorang entrepreneur telah ditegaskan oleh para ilmuwan maupun pengamat ekonomi. Menurut Schumpeter entrepreneur adalah orang yang memutuskan untuk mengambil alih risiko (take a risk) dalam memperkenalkan produk atau jasa-jasa baru (servis, metode produksi, produk, peluang pasar, sumber-sumber) serta menciptakan teknologi baru untuk memajukan perekonomian dan mencapai tujuan-tujuannya.12 Menurut Webster orang yang mengorganisir, mengelola, serta menanggung risiko atas keputusan bisnis/usahanya tersebut. Filion: orang yang imajinatif, yang ditandai oleh kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaransasaran itu. Juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang, membuat keputusan dan menerapkan inovasi yang memiliki risiko moderat13. Entrepreneur14 didefinisikan melalui tiga pendekatan, diantaranya; (1) Pendekatan ekonom; entrepreneur adalah orang yang membawa sumbersumber daya, tenaga, material, dan asset-aset lain dalam kombinasi yang membuat nilainya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, dan juga seseorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi, pembaruan, dan suatu order/tatanan atau tata dunia baru. (2) Pendekatan psikologi, entrepreneur adalah betul-betul seorang yang digerakkan secara khas oleh kekuatan tertentu kegiatan untuk menghasilkan atau mencapai sesuatu, pada percobaan, pada penyempurnaan, atau mungkin pada wewenang mencari jalan keluar yang lain. (3) Pendekatan 12
Husamah, Teacherpreneur Cara Cerdas Menjadi guru Kaya Raya (Yogyakarta: Interpre Book, 2011). 13 Kasali et al., Modul Kewirausahaan untuk Program Strata 1. (Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah,m 2010). 14 Ibid
seorang pebisnis, entrepreneur adalah seorang pebisnis yang muncul sebagai ancaman, pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis lain sesama entrepreneur mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber penawaran, seorang pelanggan, atau seorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain, juga menemukan jalan yang lebih baik untuk memanfaatkan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan menghasilkan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain yang dengan senang hati untuk menjalankannya. Dapat disimpulkan bahwa entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki keberanian dan mengambil resiko terutama dalam menangani usaha dengan berpijak pada pada kemampuan dan atau kemauan sendiri. Seorang entrepreneur adalah seorang yang “moving forward”, maju terus ke depan, dari usaha kecil menjadi besar, selalu tumbuh dari waktu ke waktu. Entrepreneur tidak memandang atau tidak peduli apakah dia seniman, wartawan, pekerja social, atau industriawan. Jadi, dari berbagai definisi tentang guru dan entrepreneur di atas perlu kita munculkan pertanyaan, sebenarnya siapakah entrepreneur itu? 1. Seseorang yang memulai dan/atau mengoperasikan sebuah usaha. 2. Seseorang yang menjadi individu yang menemukan kebutuhan pasar dan membangun usaha baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut. 3. Seseorang yang berani mengambil risiko (risk takers) yang mampu memberikan daya dorong bagi perubahan, inovasi dan kemajuan. 4. Seseorang yang juga aktif menjadi pemilik, pendiri sekaligus manager sebuah usaha atau usaha kecil (active owner-managers; founders and/or managers of small businesses). Definisi Zakat Secara kebahasaan, zakat berasal dari kata zaka yang berarti tumbuh dan berkembang. Dapat juga zakat itu berarti suci, bertambah, berkah, dan terpuji. Secara terminologi, zakat berarti: sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak, di samping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.15 Sedangkan menurut terminologi Syari'ah zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu. Definisi zakat adalah kewajiban atas sejumlah harta tertentu, berarti zakat adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada setiap muslim (baligh atau belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang sudah memenuhi batas nisabnya. Kelompok tertentu adalah mustahikin yang terangkum dalam 8 asnhaf. Waktu untuk mengeluarkan zakat adalah 15
Lebih lanjut lihat http://rumahzakat.org/.
5
ketika sudah berlalu setahun (haul) untuk zakat emas, perak, perdagangan dan lain-lain, ketika panen untuk hasil tanaman, ketika memperolehnya untuk rikaz dan ketika bulan Ramadhan sampai sebelum shalat 'Iid untuk zakat fitrah.16 Syarat Harta Wajib Zakat Menurut Utomo17 harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: 1. Harta yang Halal dan Thayyib, sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat AlBaqaraah ayat 267 dan sabda Rasulullah saw yang artinya: "Allah tidak menerima zakat dari harta yang tidak sah" (HR Muslim). 2. Harta Produktif dan Berpotensi Produktif (Nama') adalah harta yang berkembang baik secara konkrit atau tidak. Secara konkrit dengan melalui pengembangan usaha, perdagangan, saham dan lain-lain. Melalui tangan sendiri atau orang lain. Sedangkan tidak konkrit yaitu harta tersebut berpotensi untuk berkembang. 3. Milik Penuh dan Berkuasa Menggunakannya, pada hakekatnya kepemilikan mutlak pada harta adalah Allah swt, tetapi Allah Swt memberikan hak kepemilikan harta kepada manusia secara terbatas. 4. Mencapai Nishab (Standar Minimal Harta yang dikenakan zakat), ketika kekayaan mencapai nishab berarti sudah dapat mencukupi untuk kehidupan sehari-hari dalam waktu satu tahun. Sehingga ketika dikenakan zakat tidak akan membahayakan dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 5. Surplus dari Kebutuhan Primer dan Terbebas dari Hutang, manakala pendapatan seseorang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian diri dan keluarganya berarti dia tidak termasuk orang kaya, kecuali jika setelah kebutuhan keluarganya terpenuhi masih memiliki kelebihan yang mencapai nishab, berarti ia wajib bayar zakat. Hal ini juga dikuatkan oleh ayat Al-Qur'an surat AlBaqaraah 219. 6. Haul (Sudah Berlalu Setahun), disebutkan dalam hadist riwayat Abu Dawud: Artinya: "Tidak wajib membayar zakat sampai sudah berlalu beberapa harta yang wajib dizakati seperti emas, perak, perdagangan, hewan dll. Dan haul tidak berlaku pada zakat pertanian, rikaz, barang tambang dll. Untuk hasil pertanian disebutkan dalam surat Al An'aam
aya 141, artinya: "Dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilmu (dengan dikeluarkan zakatnya)". Macam Harta Wajib Pajak dan Penerima Pajak Dalam buku-buku Fiqh, harta-harta yang wajib dizakati terdiri dari dua macam yaitu Zakat Harta dan Zakat Fitrah. Kemudian Zakat Harta dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian sebagai berikut18: 1. Zakat Emas, Perak dan Perhiasan 2. Zakat Hewan dan Produk Hewani 3. Zakat Pertanian dan Hasil Bumi 4. Zakat Barang Perdagangan 5. Zakat Aset dan Penerimaan yang diqiyaskan pada hal tersebut di atas Menurut Al-Jaza’iry (1419 H), berdasarkan surat At-Taubah ayat 60 maka terdapat delapan kelompok yang berhak menerima zakat yaitu, orang-orang fakir, orang miskin, para pengurus zakat, orangorang yang lemah hatinya (lemah keislamannya), budak yang ingin merdeka karena Allah, orangorang berhutang, di jalan Allah (fiisabilillaah) dan orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil). Pentingnya Menanamkan Jiwa Entrepreneurship Sejak Dini Entrepreneurship (jiwa kewirausahaan) harus dikenalkan sejak dini kepada siswa. Pendidikan ini dikembangkan tidak semata-mata melatih siswa menjadi pengusaha atau pedagang, tetapi melatih siswa untuk memiliki kebiasaan menciptakan dan berinovasi serta melihat peluang untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai. Menurut Pauli19 setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa entrepreneurship sangat penting diajarkan di bangku sekolah. 1), kebanyakan generasi muda tidak dibesarkan dalam budaya wirausaha. Inspirasi dan latihan usaha tidak banyak diajarkan di bangku sekolah. 2), tingginya pengangguran di Indonesia. 3), lapangan kerja sangat terbatas, tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. 4), pertumbuhan entrepreneur selain dapat menampung tenaga kerja, juga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat secara luas. 5), Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam, akan tetapi sumber daya alam tersebut tidak bisa dikelola dengan baik karena Indonesia kekurangan SDM entrepreneur yang mampu mengubah "kotoran dan rongsokan menjadi emas". Arah yang sangat mungkin dirintis adalah membuat sebuah sistem penyelenggaraan sekolah dan pembelajaran yang menyiapkan siswa ke arah kemandirian untuk berkreasi dan berinovasi sehingga siswa secara bertahap membangkann cara berpikir untuk hidup secara mandiri atau mempunyai
16
Setiawan Budi Utomo, Reaktualisasi Fikih Zakat, Infak dan Sedekah Menuju Tatakelola yang Efektif (Jakarta: Rumah Zakat Indonesia, 2007). 17 Ibid
18
19
Ibid Pauli, “Pendidikan Wirausaha Dikenalkan sejak Dini”, Dalam Lampung Post, 31 Januari 2011
6
kesadaran tentang self employment. Isu ini penting agar bangsa ini mempunyai generasi baru yang punya mindset untuk berkreasi dan berinovasi bahkan tidak cukup kalau hanya sekedar berkreasi. Kreasi yang berdasarkan kesempatan yang diperoleh dari proses eksplorasi. Hasil kreativitas harus dikomunikasikan dan dipromosikan agar dihargai oleh orang lain. Mengapa siswa perlu diajarkan berwirausaha sejak dini? Menurut Iin20 beberapa keuntungan berikut jika kita mengajarkan anak didik untuk berwirausaha sejak dini. 1. Berwirausaha dapat melatih anak untuk belajar mandiri sejak dini. 2. Tak ada salahnya memupuk karakter entrepreneur sejak dini sehingga setelah anak didik lulus dari jenjang pendidikan mereka tidak hanya terfokus untuk mencari kerja saja, tapi juga bisa menciptakan lapangan kerja. Bagi yang yang ingin jadi karyawan di perusahaan besar namun tidak diterima, baginya itu tak masalah karena ia telah dibekali ilmu kewirausahaan. 3. Indonesia butuh entrepreneur muda. 4. Berwirausaha dapat melatih anak belajar bersosialisasi, membaur dengan lingkungan dan masyarakat sejak dini. Setelah lulus sekolah mereka tidak kesusahan beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat. Malah-malah tidak perlu beradaptasi lagi karena telah mampu beradaptasi sejak dini. Potensi Zakat di Indonesia Diantara hikmah zakat menurut Al-Qaradhawi21 adalah sebagai bentuk pembersihan dan penyucian, baik material maupun spiritual, bagi pribadi orang kaya dan jiwanya, atau bagi harta dan kekayaannya. Zakat adalah refleksi keimanan seseorang kepada Allah Swt dan sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya (QS Ibrahim:7). Zakat merupakan sarana paling tepat dan paling utama untuk meminimalisir kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, sebagai satu bentuk sikap dari saling membantu (takaful) dan solidaritas di dalam Islam.22 Zakat juga menjadi sarana penolong dan pembantu bagi para mustahiq ke arah kehidupan yang lebih baik dan sebagai pilar amal bersama antara pejuang yang tidak mampu dengan orangorang kaya (Al-Baqarah : 278).
Badan Amil Zakat Nasional23 menyatakan potensi zakat secara nasional diperkirakan mencapai Rp. 100 triliun. Berdasarkan kajian Asian Development Bank (ADB) potensi zakat di Indonesia mencapai Rp100 triliun, sementara zakat yang terkumpul oleh Baznas masih sangat kecil. Pada 2007 dana zakat yang terkumpul di Baznas mencapai Rp. 450 miliar, 2008 meningkat menjadi Rp920 miliar, dan pada 2009 tumbuh menjadi Rp. 1,2 triliun. Tahun 2010, dengan berbagai program sosialisasi, dapat terkumpul mencapai Rp. 1,5 triliun. Penumpukan atau peredaran kekayaan pada sekelompok masyarakat tertentu tidak akan membawa kemaslahatan dan kesejahteraan bagi masa depan masyarakat tertentu lainnya. Keadilan sosial, sebagaimana diamanahkan agama dan dicitacitakan kita bersama, tidak akan pernah terwujud bila kekayaan hanya berputar di antara para orangorang kaya (aghniya). Sementara para fuqara, masakin, dan dhuafa tidak pernah menikmati sebagian kekayaan para aghniya yang sebenarnya adalah hak mereka juga. Di zaman Rasulullah SAW, dana zakat salah satunya diperuntukkan bagi pengembangan ekonomi sahabat-sahabatnya. Dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah memberikan kepadanya zakat, lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Salim pun mengelolanya sampai ia benar-benar mampu bersedekah dari usahanya tersebut.24 Zakat merupakan sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh umat Islam. Dalam zakat terdapat dimensi sosialisasi cara berbisnis yang benar. Zakat yang dikelola dengan baik akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas sekaligus penguasaan aset-aset umat Islam.25 Al-Qardhawi 26 memandang zakat sebagai ibadah maliyah ijtimaiyyah, yaitu ibadah di bidang harta benda yang memiliki fungsi strategis dan menentukan dalam membangun kesejahteraan masyakarat. Bentuk Implementasi Konsep Studentpreneur Berbasis Zakat Umat Islam seharusnya bisa menyadari bahwa dana zakat yang dikelola dengan baik dan profesional, akan mampu membawa masyarakat 23
20
Lebih lanjut kunjungi http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/13/m engapa-siswa-perlu-diajarkan-berwirausahasejak-dini/. 21 Yusuf Al-Qaradhawi, Hukum Zakat (Bandung: Litera Antar Nusa dan Mizan, 1996). 22 Wahbah Zuhaili, Islam Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu. (Daarul Fikr, Jilid II, tanpa tahun) hal.732.
Badan Amil Zakat Nasional, Potensi Zakat di Indonesia Capai Rp 100 Triliun (Jakarta: Baznas, 2010). 24 Muh Abu Nasrun, „Mengelola Zakat secara Profesional“, Dalam Harian Joglo Semar, 06 September 2010. 25 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta:Gema Insani Press, 2002). 26 Yusuf Al-Qaradhawi, Op. cit.
7
mustahik menjadi bagian dari muzaki (orang yang membayar zakat) yang siap berbagi dengan mustahik yang lainnya. Landasan awal pengelolaan zakat produktif ini adalah bagaimana dana zakat tidak habis dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi lebih bermakna karena digunakan untuk sesuatu hal yang lebih bermanfaat atau positif. Pepatah mengatakan, “berikanlah kail, bukan ikannya”. Modal usaha yang digulirkan dari dana zakat diharapkan menjadi kail yang mampu menangkap ikan-ikan yang tersedia di alam. Salah satu caranya adalah dengan menyalurkannya untuk membina dan mengembangkan siswa berwirausaha (studentpreneur). Konsep Studentpreneur berbasis zakat adalah salah satu bentuk pengelolaan zakat dari muzakki, dimana dana yang terkumpul tidak serta merta diberikan kepada mustahik melainkan ditampung dulu oleh pengelola yang disebut amil. Dana yang terkumpul dengan jumlah tertentu akan diberikan kepada siswa atau kelompok siswa dalam bentuk modal usaha tertentu dan usaha tersebut dipantau atau didampingi oleh amil dan amil pendamping. Muzakki pun memiliki akses untuk memantau apakah zakatnya bermanfaat bagi orang lain dengan cara melihat usaha mustahik. Muzakki pun dapat memangfaatkan jasa dari usaha atau kegiatan mustahik tersebut. Sangatlah mungkin mengembangkan peran muzakki bukan sekedar pemberi, melainkan juga sekaligus menjadi konsumen atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh para mustahik. Konsep ini bertujuan memberi kontribusi bagi pemecahan masalah yang mengacu pada kekuatan dan keterlibatan (pemberdayaan) berorientasi pembinaan siswa sejak dini. Berikut ini beberapa contoh konkrit implementasi konsep studentpreneur berbasis zakat: 1. Zakat untuk rangkaian pelatihan siswa (Beasiswa Entrepreneurship). Para murid menyiapkan rencana bisnis secara detail, mulai dari penganggaran, produksi, hingga pemasaran. Mereka mendapatkan pendampingan dan pengarahan dari para guru mereka. Rencana bisnis itu kemudian dipresentasikan dengan penuh percaya diri dan semangat oleh para murid di hadapan para guru dan pendamping/trainer. Siswa dibekali materi economics for life yang isinya seputar ilmu-ilmu ekonomi terapan dan kemudian mendirikan student company. Kegiatan itu merupakan bagian dari ekstrakurikuler. Dalam student company, murid diajarkan menjalankan perusahaan, mulai dari etika dan perilaku kerja, pengaturan keuangan, dasar manajemen, hingga rencana bisnis. Pola ini bisa pula dikembangkan sebagai berikut: a) Tahapan eksplorasi: Siswa berlatih mencari dan menggali informasi, fakta-fakta, masalah agar dapat menemukan hal pokok yang harus dipelajari lebih fokus Hal pokok akan mengarah
pada kemungkinan - kemungkinan untuk berinovasi. Proses ini juga memberi kesempatan bagi siswa untuk mempelajari pola, sistem atau konsep yang ada. b) Tahap perencanaan: Setelah menemukan fokus yang akan dikembangkan serta memahami model atau sistem yang ada siswa mencari inspirasi untuk menemukan model/sistem baru. Pengertian baru tidak selalu 100% baru. Tapi mungkin saja ada beberapa faktor yang diganti dengan apa yang ditemukan atau diciptakan sendiri. Jadi dari model yang sudah ada, siswa mengembangkan hal yang baru. Itulah salah satu prinsip membuat inovasi. Dasar dari ini semua adalah sikap kreatif dan berani mencoba yang dituangkan kedalam sebuah rencana kerja. Tahap perencanaan akan melatih siswa untuk mempertimbangkan masalah waktu, tujuan atau target yang akan dicapai, prosedur kerja serta antisipasi tantangan yang mungkin akan ditemukan. c) Tahap melakukan : Dari proses rencana siswa melakukan tindakan atau action untuk dapat menghasilkan sesuatu. Penekanan tahap ini adalah melatih siswa bekerja secara kolaborasi dan bekerja berdasarkan rencana. Siswa berlatih untuk konsisten dengan kerangka waktu dan tahapan yang ditetapkan serta memperhatikan standar perilaku kerja. d) Tahap komunikasi : Tantangan berikutnya bagi siswa adalah bagaimana dia mengkomunikasikan hasil kerja ke komunitas agar hasil kerjanya mendapat penghargaan. Tahap ini sangat perlu agak siswa berlatih ketrampilan berkomunikasi dan mengenal respon-respon dari audience. Aspek lain yang akan diperhatikan adalah rasa percaya diri dan pengetahuan tentang subject matter. e) Tahap refleksi : Mengetahui atau mengenal kemajuan belajarnya sendiri atau self knowledge, merupakan hal yang penting dalam proses belajar. Bahkan proses mengenali kelemahan dan kekuatan sendiri menjadi salah satu tujuan dalam proses penilaian untuk saat ini. Tahap refleksi akan mendorong siswa untuk menidentifikasi hal yang telah dicapai dan aspek apa yang akan menjadi target berikutnya. Ini akan membantu siswa untuk mengembangkan pola belajar self directed learning. Menurut Rohayani27 untuk menanamkan jiwa entrepreneur pada siswa kegiatan dapat diawali dengan pelatihan dalam bentuk cerita dan games yang isinya mengenalkan siswa tentang entrepreneur dan cara mengatur keuangan atau menabung. Setelah itu mereka dapat langsung mempraktekkannya secara nyata dan konkrit.
27
Lebih lanjut kunjungi http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=6842&kd.
8
2. Zakat untuk Pengembangan Koperasi Sekolah Menurut Zuhri28 koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya para siswa atau murid – murid dari suatu sekolah, yang fungsinya sebagai wadah untuk mendidik tumbuhnya kesadaran berkoperasi di kalangan siswa sebagai anggota dan pengurus. Koperasi sekolah mempunyai nilai dan potensi strategis untuk mengatasi masalah pengangguran karena skill yang tidak memadai dalam kewirausahaan atau entrepreneur, potensi yang dimiliki oleh koperasi sekolah adalah sebagai berikut: 1) koperasi sekolah sebagai wahana pembelajaran sehingga memiliki alternatif bagi kepentingan di masa depan, (2) potensi peningkatan kualitas sumber daya manusia karena koperasi sekolah sebagai sarana pembelajaran berkoperasi dan mengasah potensi kewirausahaan sehingga tersedianya wahana proses pembelajaran memiliki alternatif menjadi mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (2) potensi sebagai wahana pembelajaran karena para siswa mengenal dan mempraktekkan sendiri aktivitas – aktivitas transaksi atau berusaha seperti mencatat, membukukan, melayani pelanggan, menerima barang, mengelola barang serta berbagai aktivitas transaksi lainya. Karena pengembangan kewirausahaan (entrepreneur) tidak dapat dilakukan secara instant. Sikap mental kewirausahaan (entrepreneur) membutuhkan sentuhan – sentuhan nyata, untuk mengasah potensi – potensi internal yang ada pada diri masing - masing orang agar menjadi peka dan terlatih. Pengembangan kewirausahaan (entrepreneur) juga sesuai dengan dengan tujuan pendirian koperasi. Pada saat koperasi sekolah benar - benar dirasakan siswa sebagai wadah yang dapat menggembleng diri mereka dalam menghadapi hari esoknya maka minat entrepreneur juga dapat muncul pada saat siswa di gembleng dalam wadah koperasi sekolah. Kesimpulan Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa studentpreneur berbasis zakat merupakan model penanaman jiwa berwirausaha sejak dini yang ideal karena jiwa kewirausahaan harus dikenalkan sejak dini kepada siswa. Potensi zakat secara nasional diperkirakan mencapai Rp. 100 triliun, dana ini dapat diproduktifkan misalnya dengan menyalurkannya untuk membina dan mengembangkan siswa berwirausaha 28
Anas Syaifuddin Zuhri, Pengaruh Partisipasi Anggota Di Koperasi Sekolah Terhadap Minat Entrepreneur di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto (Malang: Jurusan Ekonomi Pembangunan S1 Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, 2010).
(studentpreneur). Contoh implementasi konsep ini adalah dengan menggunakan zakat untuk (1) rangkaian pelatihan siswa (Beasiswa Entrepreneurship); dan (2) Pengembangan Koperasi Sekolah. Saran Untuk mensukseskan implementasi konsep tersebut maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Para pengelola zakat dan pemberi zakat hendaknya mulai memberikan perhatiannya kepada upaya memproduktifkan zakat berupa pembinaan dan pemberian modal bagi siswa yang berwirausaha. 2. Dana sebaiknya ditangani oleh kelompok guru yang membina kesiswaan sehingga lebih terjamin atau tepat guna. Pelaksanaan berbagai kegiatan dapat dilakukan oleh siswa atau OSIS tetapi tetap dibawah pengawasan sekolah. 3. Kepala Sekolah disarankan untuk menggunakan konsep ini misalnya dengan menggunakan koperasi sebagai laboratorium kewirausahaan atau entrepreneur bagi siswa karena minat entrepreneur siswa dapat timbul melalui koperasi sekolah. 4. Pihak Guru diharapkan lebih optimal lagi dalam memberikan bimbingan dan pembelajaran tentang entrepreneur kepada para siswa. 5. Pihak Siswa: Siswa diharapkan lebih meningkatkan partisipasinya di dalam kegiatan entrepreneurship ini serta meningkatkan pengetahuan tentang entrepreneurship DAFTAR PUSTAKA Al-Qaradhawi, Yusuf. 1996. Hukum Zakat. Bandung: Litera Antar Nusa dan Mizan. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). 2010. Potensi Zakat di Indonesia Capai Rp 100 Triliun. Diakses 21 Februari 2011. Business News. 2010. Masalah Pengangguran dan Kondisi Ketenaga Kerjaan di Indonesia. http://bataviese.co.id. Diekses 21 Februari 2011. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Erwin. 2008. Kewirausahaan Makin Diminati Siswa. http://mybusinessblogging.com/entrepreneur/ 2008/01/24/kewirausahaan-makin-diminatisiswa/. Diakses tanggal 21 Februari 2011. Gamal, Merza. 2006. Sedekah dalam Perspektif Pemberdayaan Ekonomi Umat. Media
9
Indonesia, Edisi Jumat, 13 Oktober 2006, hal.A8. Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press Iin, Hurin. 2010. Mengapa Siswa Perlu Diajarkan Berwirausaha Sejak Dini?. http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/13/m engapa-siswa-perlu-diajarkan-berwirausahasejak-dini/. Diakses tanggal 21 Februari 2011. Ismail et al. 2007. Zakat dan Pemberdayaan Masyarakat. Serial Ramadhan 24/30 Azzam Al-Faruqi. Kasali,
R; Nasution, AH; Purnomo, BR; Ciptarahayu, A; et al. 2010. Modul Kewirausahaan untuk Program Strata 1. Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah.
Mahbub, Harun. 2009. Jumlah Pengangguran di Indonesia 9,43 Juta Orang. http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/200 9/01/05/brk,20090105-153874,id.html. Diakses 21 Februari 2011. Nasrun, Muh Abu. 2010. Mengelola Zakat secara Profesional. Harian Joglosemar Online Edisi Senin, 06 September 2010. Pauli. 2011. Pendidikan Wirausaha Dikenalkan sejak Dini. Kolom Ekonomni Harian Lampung Post Edisi Senin, 31 Januari 2011. Program Pengembangan Kompetensi Profesi Pendidik (PPKPP). 2009. Identitas dan Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Rohayani, Enok. 2010. Siswa SD Juara Belajar Jadi Entrepreneur. http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=68 42&kd=B. Diakses tanggal 21 Februari 2011. Soegoto, Eddy Soeryanto. 2009. Entrepreneurship menjadi Pebisnis Ulung - Edisi Revisi. Jakarta: Elex Media Komputindo Sumardi. 2007. Password Menuju Sukses: Rahasia Membangun Sukses Individu, Lembaga, dan Perusahaan. Jakarta: Esensi Supardi. 2010. Ide Bisnis bagi Ibu Rumah Tangga. Yogyakarta: Kata Hati. Supardi. 2010. Ide Bisnis bagi Remaja. Yogyakarta: Kata Hati. Utomo, Setiawan Budi. 2007. Reaktualisasi Fikih Zakat, Infak dan Sedekah Menuju Tatakelola yang Efektif. Jakarta: Rumah Zakat Indonesia Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiadi. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Zulkarnaen, Iskandar. 2007. Pengenalan Zakat. http://rumahzakat.org/. Diakses tanggal 21 Februari 2011. Zuhaili, Wahbah. Tanpa tahun. Islam Al-Fiqh AlIslami Wa Adillatuhu. Daarul Fikr, Jilid II, hal.732. Zuhri, Anas Syaifuddin. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggota Di Koperasi Sekolah Terhadap Minat Entrepreneur di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan Ekonomi Pembangunan S1 Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
10