LAPORAN PENDAHULUAN Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Medikal
Oleh : Jayanti n!rayani N": #$%%&%'%%%###
PRO*RA" PRO+ES NERS L"U L "U ,EPERA-A.A ,EPERA-A.AN N +A,UL.AS ,EDO,.ERAN UN/ERS.AS 0RA-JA1A %#&
LAPORAN PENDAHULUAN SLE (Sistemic Lupus Erithematosus) Erithematosus)
#2 ANA. ANA.O" DAN DAN +SO +SOLO* LO* OR*AN OR*AN Sistem Imun (bahasa (bahasa Inggris: immune immune system) adalah sistem sistem pertahanan manusia manusia sebagai sebagai perlindu perlindungan ngan terhadap terhadap infeksi infeksi dari makromole makromolekul kul asing asing atau serangan serangan organisme, termasuk termasuk virus, bakteri, bakteri, protozoa dan dan parasit. Sistem imun imun terdiri dari dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya siap bertindak begitu tubuh tubuh kita diserang diserang oleh berbagai berbagai bibit bibit
penyakit penyakit seperti seperti virus, bakteri, bakteri, mikroba, mikroba,
parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan. penyembuhan. rgan- rgan dalam Sistem Imun (rgan !imfoid) : "erdasarkan fungsinya : #. rgan !imfoid $rimer : organ organ yang yang terli terlibat bat dalam dalam sintes sintesis% is% produ produksi ksi sel imun, imun, yaitu yaitu kelen& kelen&ar ar timus timus dan dan susmsum tulang. '. rgan !imfoid Sekunder : organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-proses reaksi imun. isalnya : nodus limfe, limpa, the loose clusters of follicles, peyer patches, !* (ucosa ssosiated !ymphoid *issue), tonsil. 2 DE+N E+NS S SLE S!+ merupakan penyakit radang atau inflamasi multisystem yang disebabkan oleh oleh banya banyak k faktor faktor (Isenb (Isenberg erg and orsf orsfall all,# ,#) ) dan dan dikar dikarakt akteri erisas sasii oleh oleh adanya adanya gangguan gangguan disregu disregulasi lasi sistem sistem imun berupa autoantibo autoantibodi di yang
peningk peningkatan atan sistem sistem imun dan produksi produksi
berlebih berlebihan an (lbar, (lbar, '//0). '//0). *erbentukny rbentuknya a autoanti autoantibodi bodi terhadap terhadap
ds12, ds12, berbagai berbagai macam macam ribonukl ribonukleopr eoprotei otein n intraselu intraseluler ler,, sel-sel sel-sel darah, darah, dan fosfolipi fosfolipid d dapat menyebabkan menyebabkan kerusakan åan (lbar, (lbar, '//0) '//0) melalui mekanisme pengaktivan komplemen (+pstein, #). Sistemic !upus +rithematosus (S!+) adalah suatu penyakit otoimun kronik yang ditandai ditandai oleh terbentu terbentuknya knya antibody antibody-anti -antibodi bodi terhadap terhadap beberapa beberapa antigen antigen diri yang berlainan. ntibody-antib ntibody-antibodi odi tersebut biasanya adalah Ig 3 atau Ig dan dapat beker&a terhadap asam nukleat pada 12 atau 42, protein &en&ang koagulasi, kulit, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. 5ompleks antigen antibody dapat mengendap di åan kapiler sehingga ter&adi reaksi hipersensitifitas hipersensitifitas tipe III, kemudian ter&adi peradangan kronik.
'2 EPD EPDE" E"O OLO LO* * SLE SLE22
$enyakit ini menyerang 6anita muda dengan insiden puncak usia #7-8/ tahun selama masa reproduktif dengan ratio 6anita dan pria 7:#. 1alam 0/ tahun terakhir, !+S telah men&adi salah satu penyakit penyakit reumatik utama di dunia. $revalensi !+S di berbagai negara sangat bervariasi antara ',%#//.///-8//%#//.///. !+S lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa negro, 9ina, dan mungkin sa&a ilipina 1i merika Serikat hingga bulan aret tahun '/// terdapat 7//./// pasien telah
didiagnosa
sebagai
S!+.
$revalensi
S!+
di
merika
Serikat
yaitu
antara#8,;%#//.///-7/,%#//.///. Insiden bervariasi antara #,-#,;%#//./// per tahun. Insiden S!+ bervariasi di seluruh dunia. +ropa / ditemukan 7 kasus, tahun #>'-#>; ditemukan # kasus, dan tahun #-#/
insiden rata-rata ialah
0>,>%#/./// pera6atan. $enelitian oleh $ur6anto dkk di ?okyakarta tahun #0-#; melaporkan insiden sebesar #/,#%#/./// pera6atan. $enelitian di edan oleh *agiran antara tahun #8-#; mendapatkan insiden sebesar #,8%#/./// pera6atan.
2 E.OLO* SLE $roses per&alanan penyakit dari S!+ sendiri tidak lepas dari adanya pengaruh faktor-faktor resiko yang saling berhubungan. 1i antara faktor genetik,hormonal dan lingkungan yang paling berdampak besar terhadap S!+ adalah faktor genetik, kedua adalah hormonal dan onset usia serta adanya faktor lingkungan sebagai faktor pemicunya. 1ilihat dari faktor genetik
karena bila adanya kelainan gen berupa !
haplotype yang ter&adi pada usia @ '7 tahun perempuan. 5elainan gen inilah yang di duga memicu adanya autoantibody yang berlebihan sehingga memunculkan berbagai antibodi pada penderita S!+ dengan usia onset @'7 tahun. ntibodi itu berupa 2 yang sebagian besar terdeteksi pada pasien S!+, antibodi anti ds-12,antibodi anti-$,antibodi anti-S,antibodi anti 42$. $ada onset usia ini &uga sering ditemukan adanya penurunan
complemen pada darah.unculnya antibodi dan menurunnya tingkat complement yang menimbulkan berbagai macam manifestasi S!+ semakin parah.(llarcon,et al.#) ! berasal dari 9 I dan 9 II pada kromosom ; yang mengkode antigen presenting protein yang disebut dengan ! protein yang bertanggung &a6ab terhadap antigen presentation untuk sel *. 9omplement yang mengkode '/ macam protein pada hummoral immune system membela
host &ika terdapat infeksi, namun
dapat
menyebabkan cidera dan kerusakan bila dipicu secara tidak terkendali.( !appegard et al., '//). Sehingga adanya defisiensi complement dalam darah.9omplement itu dapat teraktivasi oleh kompleks antigen-antibody yang diproduksi oleh bakteri dan komponen sistem plasma.(uether and 5athryn,'///). 5ekurangan protein complement seperti 9#A,9#r,9is,90,dan
98
'//0BCratsanos,=ung,$ark,
dilaporkan and
dapat
menderita
9raft,'//#).
$ada
S!+. pasien
(5ang
and
dengan
$ark
,
penyakit
trombositopenia kronik &uga bisa berdampak pada penyakit S!+.
$2 +A,.OR RES,O SLE "erbagai factor yang dapat menyebabkan resiko ter&adinya penyakit lupus, diantaranya factor genetic, factor hormonal, sinar ultraviolet, dan stress (lbar, #;). $ada factor genetic terutama dipengaruhi oleh &enis kelamin dimana frekuensi pada 6anita de6asa delapan kali lebih sering daripada pria de6asa, yang kedua adalah umur, biasanya lupus lebih sering ter&adi pada usia '/ sampai 8/ tahun, yang ketiga adalah etnik dan factor keturunan dengan frekuensi '/ kali lebih sering dalam keluarga yang terdapat anggota dengan penyakit tersebut. aktor resiko hormonal ter&adi karena hormone estrogen menambah akan resiko ter&adinya lupus, sedengkan androgen mengurangi resiko ini. Sedangkan pada factor sinar ultraviolet maka sinar tersebut mengurangi supresi imun sehingga terapi men&adi kurang efektif sehinnga lupus muncul, kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga ter&adi inflamasi di tempat tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran pembuluh darah.
32 "AN+ES.AS ,LNS SLE anifestasi klinis S!+ sangat luas. 6alnya ditandai dengan ge&ala klinis yang tidak spesifik antara lain: lemah, lesu, demam, mual, anoreksia, dan berat badan menurun. a. anifestasi sistem muskuloskeletal #. 1apat berupa atralgia yang hampir di &umpai sekitar /D-/D atau atritis yang ditandai dengan sendi yang bengkok, kemerahan yang terkadang disertai efusi, sendi-sendi yang sering tekena antara lain sendi &ari-&ari tangan, siku, bahu, dan lutut. rtritis pada S!+ kadang menyerupai artritis reumatoid, bedanya adalah artritis pada S!+ sifatnya nonerosif. '. ylagia ter&adi pada >/D pasien S!+ dan myositis ter&adi pada 7D-#/D pasien. $ada myositis ter&adi peningkatan enzim 9$5. 0. steopenia dan osteoporosisB inflamasi kronik karena S!+ serta obat-obatan seperti kortikosteroid dan methotreEate, dapat menyebabkan osteopenia dan osteoporosis. al ini ditambah dengan kekurangan vitamin 1 karena pasien S!+ harus menghindari paparan sinar ultraviolet. b. anifestasi sistem mukokutaneus #. 5utaneus lupus akut: malar rash (butterfly rash) merupakan tanda spesifik pada S!+, yaitu bentuk ruam pada kedua pipi yang tidak melebihi lipatan nasolabial dan
di tandai dengan adanya ruam pada hidung yang
menyambung dengan ruam yang ada di pipi. "entuk akut kutaneus lain yaitu bentuk morbili, ruam makular, fotosensitif, papulodermatitis, bulosa, toksik epidermal nekrolitik. $ada umumnya ruam akut kutaneus ini bersifat fotosensitif. '. 5utaneus lupus subakut: simetrikal eritema sentrifugum, anular eritema, psoriatik !+, pitiriasis dan makulo papulo fotosensitif. anifestasi subakut lupus ini sangat erat hubungannya dengan antibody 4o. !esi subakut umumnya sembuh tanpa meninggalkan scar. 0. 5utaneus lupus kronis. "entuk yang klasik adalah lupus dikoid yang berupa bercak kemerahan denga kerak keratotik pada permukaannya. "ersifat kronik dan rekuren pada lesi yang kronik ditandai dengan parut dan atropi pada daerah sentral dan hiperpigmentasi pada daerah tepinya. !esi ini sering di&umpai pada kulit kepala yang sering menimbulkan kebotakan yang irreversible. 1aun telinga, leher, lengan dan 6a&ah &uga sering terkena panikulitis lupus atau lupus profundus di tandai dengan inflamasi pada lapisan ba6ah dari dermis dan åan subkutan. 3ambaran klinisnya berupa nodul yang sangat dalam dan sangat keras, dengan ukuran #-0cm. anya di temukan sekitar ' D pada penderita S!+.
8. 2onspesifik kutaneus lupusB vaskulitis cutaneus. 1itemukan hampir pada >/D pasien. anifestasi kutaneus nonspesifik lupus tergantung pada pembuluh darah yang terkena. "entuknya bermacam-macam antara lain: a.
biopsi pada tempat ini menun&ukkan leukosistoklasik vaskulitis. 4aynould phenomenon. 3ambaran khas dari raynould phenomenon ini adanya vasospasme, yang di tandai dengan sianosis yang berubah men&adi bentuk kemerahan bila terkena panas. 5adang disertai dengan
&.
nyeri. 4aynould phenomenon ini sangat terkait dengan antibodi <# 42$. lopesia. kibat kerontokan rambut yang bersifat sementara terkait dengan aktifitas penyakit, biasanya bersifat difus tanpa adanya åan parut. 5erontokan rambut biasanya dimulai pada garis rambut depan. $ada keadaan tertentu bisa menimbulkan alopesia yang menetap
disebabkan oleh diskoid lupus yang meninggalkan åan parut. k. Sklerodaktili. 1itandai dengan adanya sklerotik dan bengkak ber6arna kepucatan pada tangan akibat dari perubahan tipe skleroderma. anya l.
ter&adi pada >D pasien. 2odul rheumatoid. Ini dikaitkan dengan antibodi 4o yang positif dan
adanya reumatoid artritis. m. $erubahan pigmentasi. "isa berupa hipopigmentasi atau hiperpigmentasi pada daerah yang terpapar sinar matahari. n. 5uku. anifestasinya bisa berupa nail bed atrofy atau telangiektasi pada kutikula kuku. o. !uka mulut (oral ulcer). !uka pada mulut yang terdapat pada palatum molle atau durum mukosa pipi, gusi dan biasanya tidak nyeri. 3ambaran histopatologis kutaneus lupus yaitu didapatkannya kompleks imun yang berbentuk seperti pita pada daerah epidermal &unction (lupus band). c. anifestasi pada paru 1apat berupa pnemonitis, pleuritis, ataupun pulmonary haemorrhage, emboli paru, hipertensi pulmonal, pleuritis ditandai dengan nyeri dada atau efusi pleura, atau friction rub pada pemeriksaan fisik. +fusi pleura yang di &umpai biasanya &ernih dengan kadar protein @#/./// kadar glukosa normal. d. anifestasi pada &antung
1apat berupa perikarditis, efusi perkardium, miokarditis, endokarditis, kelainan katup penyakit koroner, hipertensi, gagal &antung, dan kelainan konduksi. anifestasi &antung tersering adalah kelainan perikardium berupa perikarditis dan efusi perikardium ;;D, yang &arang menimbulkan komplikasi tamponade &antung, menyusul kelainan miokardium berupa miokarditis yang di tandai dengan pembesaran &antung dan endokardium berupa endokarditis yang di kenal dengan nama !ibman-Sacks endocarditis, sering sekali asimptomatis tanpa disertai dengan bising katup. "agian yang sering terkena adalah katup mitral dan aorta. e. anifestasi pada hematologi anifestasi kelainan hematologi yang terbanyak adalah bentuk anemia karena penyakit kronis, anemia hemolitik
autoimun hanya didapatkan pada #/D
penderita. Selain anemia &uga dapat di&umpai leukopenia, limphopenia, nitropenia, trombositopenia, splenomegali. f.
anifestasi pada gin&al 1ikenal dengan lupus nefritis. !upus nefritis ter&adi karena penumpukan kompleks imun di gin&al. ngka ke&adiannya mencapai hampir 7/D dan melibatkan kelainan glomerulus. $emeriksaan urinalisa menun&ukkan adanya proteinuria, hematuria mikros, adanya silinder.
g. anifestasi sistem gastrointestinal 1apat berupa hepatosplenomegali non spesifik, hepatitis lupoid, keradangan sistem saluran makanan (lupus gut), kolitis, ascites, peningkatan enzim hepar, vaskulitis arteri di abdomen, pankreatitis. h. anifestasi pada sistem neuropsikiatrik #. Susunan saraf pusat: psikosis, ke&ang,
aseptic
meningitis,
stroke,
demyelinating disorder, myelopathy, anEiety disorder, mood disorder, cognitive dysfunction, sakit kepala. '. Susunan saraf tepi:
polyneuropathy,
3uillain
"arreF
Syndrome,
mononeuropathy, cranial neuropathy, myasthenia gravis. &2 ,ompli4asi SLE #. Serangan pada 3in&al a)
5elainan gin&al ringan (infeksi gin&al)
b)
5elainan gin&al berat (gagal gin&al)
c)
5ebocoran gin&al (protein terbuang secara berlebihan melalui urin).
'. Serangan pada =antung dan $aru a)
$leuritis
b)
$ericarditis
c)
+fusi pleura
d)
+fusi pericard
e)
4adang otot &antung atau iocarditis
f)
3agal &antung
g)
$erdarahan paru (batuk darah).
0. Serangan Sistem Saraf a)
Sistem saraf pusat • • • • •
b)
9ognitive dysfunction Sakit kepala pada lupus Sindrom anti-phospholipid Sindrom otak ibromyalgia Sistem saraf tepi ati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki
c)
Sistem saraf otonom 3angguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan
åan otak, dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakan otak yang sifatnya permanen (stroke). Stroke dapat menimbulkan pengaruh sistem saraf otonom. 8. Serangan pada 5ulit !esi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung cahaya •
•
disebut lesi diskoid 9iri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan 3illiam pada akhir >/-an : a)
"erparut, ber6arna merah (erythematosus), berbentuk koin sangat
sensitif terhadap sengatan matahari. =enis lesi ini berupa lupus kult subakut%cutaneus lupus subacute. 5adang menyerupai luka psoriasis atau lesi tidak berparut berbentuk koin. b)
!esi dapat ter&adi di 6a&ah dengan pola kupu-kupu atau dapat
mencakup area yang luas di bagian tubuh c) • •
!esi non spesifik
4ambut rontok (alopecia) Caskullitis : berupa garis kecil 6arna merah pada u&ung lipatan kuku dan u&ung &ari. Selain itu, bisa berupa ben&olan merah di kaki yang dapat men&adi
•
borok. otosensitivitas : pipi men&adi kemerahan &ika terkena matahari dan kadang di
sertai pusing. 7. Serangan pada Sendi dan tot 4adang sendi pada lupus 4adang otot pada lupus ;. Serangan pada ata
>. Serangan pada 1arah nemia *rombositopenia 3angguan pembekuan !imfositopenia . Serangan pada ati • • • •
52 PE"ER,SAAN DA*NOS., SLE
ntinuclear antibody (2) =uga dikenal sebagai nti 2uclear actor (2) adalah suatu antibodi yang menyerang atau mengikat inti sel yang merupakan pusat perintah sel. *es darah 2 merupakan tes yang sensitif untuk !upus. 5etika ada tiga atau lebih fitur%ciri khas !upus seperti keterlibatan kulit, sendi, gin&al, paru-paru, &antung, darah, atau sistem saraf, maka tes 2 yang positif merupakan konfirmasi adanya !upus. 2amun, hasil tes 2 positif tidak selalu berarti orang tersebut memiliki !upus. 2 dapat men&adi positif pada orang dengan penyakit lain, atau positif pada orang yang tidak sakit. 2 &uga bisa berubah dari positif ke negatif, atau negatif ke positif, pada orang yang sama. 2amun, ntibodi antinuclear biasanya ditemukan (>D) dalam darah penderita !upus.
ntibodi untuk 12 untai ganda (anti-ds12)
"atas normal : >/ G '// iu%m! 2egatif : @ >/ iu%m! $ositif : H '// iu%m! ntibodi ini ditemukan pada ;7-/D
penderita dengan S!+ aktif dan
&arang pada penderita dengan penyakit lain. =umlah yang tinggi merupakan spesifik untuk S!+ sedangkan kadar rendah sampai sedang dapat ditemukan pada penderitadengan penyakit reumatik dan lain-lain, hepatitis kronik, infeksi mononukleosis, dan sirosis bilier. =umlah antibodi ini dapat turun dengan pengobatan yang tepat dan dapat meningkat pada penyebaran
penyakit
terutama
!upus
glomerulonetritis.
=umlahnya
mendekati negativ pada penyakit S!+ yang tenang Suatu antibodi yang menyerang 12 (suatu material genetik di dalam inti sel).
ntibodi terhadap fosfolipid (a$!s)
1apat
menyebabkan
penyempitan
pembuluh
darah,
menyebabkan
pembekuan darah di kaki atau paru-paru, stroke, serangan &antung, atau keguguran. ?ang paling sering a$!s diukur adalah antikoagulan lupus, antibodi anticardiolipin, dan anti-"eta' glikoprotein I. ampir 0/ persen orang dengan !upus akan mendapatkan hasil tes positif untuk antibodi antifosfolipid. (9atatan : osfolipid selain ditemukan pada !upus &uga ditemukan pada penyakit Syphilis, &adi hasil positif untuk tes sifilis tidak berarti bah6a nda telah atau pernah menderita Syphilis karena sekitar '/ persen dari penderita !upus akan memiliki hasil tes Syphilis positif palsu).
ntibodi terhadap protein Sm dalam inti sel (nti Sm) nti Sm merupakan singkatan dari antibodi Smith, nama ini dipakai sebagai bentuk penghargaan terhadap seorang gadis yang bernama Stephanie Smith yang didiagnosis menderita S!+ pada tahun #7 dan akhirnya meninggal dunia pada tahun #; pada usia '' tahun. Selama sakit, nona Smith dira6at di 4umah Sakit
ntibodi untuk 4o%SS- dan !a%SS-" (4o dan !a adalah nama-nama protein lain dalam inti sel) nti-4o terutama ditemukan pada !upus bentuk kutan (kulit), suatu bentuk !upus yang menyebabkan ruam yang sangat sensitif terhadap sinar matahari. $ada 6anita hamil, antibodi 4o dan !a dapat mele6ati plasenta dan dapat menyebabkan !upus 2eonatal pada bayi. !upus 2eonatal &arang ter&adi dan biasanya tidak berbahaya, tetapi bisa serius dalam beberapa kasus.
5omplemen (9omplement) 90 dan 98 5omplemen adalah sekelompok protein yang berfungsi membantu ker&a sistem kekebalan tubuh dan berperan dalam proses peradangan. da macam komplemen yang bergerak bebas di dalam aliran darah yaitu 9# sampai 9. 5omplemen yang penting dalam diagnosis S!+ adalah 90 dan 98. !evel normal 90 dan 98 dalam darah untuk perempuan #0->7 mg%d! dan untuk laki-laki #'->' mg%d!. $ada S!+ aktif, biasanya 90 dan 98 turun diba6ah level normal.
*es abnormalitas sel darah
nemia *es untuk anemia termasuk tes b, ct dan 4"9 count. =uga dilakukan pemeriksaan iron level, total iron-binding capacity dan ferritin. Selama per&alanan penyakit, sekitar 8/D pasien S!+ mengalami anemia. nemia disebabkan oleh defisiensi zat besi, perdarahan
3I*,
obat-obatan
atau
pembentukan
autoantibody
terhadap sel darah merah. Saat pertama kali didiagosa, sekitar 7/D pasien mengalami anemia dengan konsentrasi b dan ukuran sel darah merah yang normal. Ini disebut normochromic-normocytic anemia atau anemia of chronic disease.
Sedangkan autoimun
hemolytic anemia, dengan tes 9oombs positif lebih &arang di&umpai. !eukopenia dan trombositopenia bnormalitas sel darah putih (J"9) dan platelet counts merupakan indicator penting untuk S!+. !eukopenia merupakan penurunan ¨ah sel darah putih, sering ditemukan pada #7-'/D pasien S!+ aktif. *rombositopenia atau ¨ah platelet yang rendah ter&adi pada
'7-07D pasien S!+. *est laboratorium lain *est laboratorium lainya yang digunakan untuk menun&ang diagnosa serta untuk monitoring tetapi pada penyakit S!+ antara lain adalah antiribosomal $, antikardiolipin, lupus antikoagulan, urinalisis, serum kreatinin, test fungsi hepar.
$emeriksaan darah "isa menun&ukkan adanya antibodi antinuklear , yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. *etapi antibodi ini &uga &uga bisa ditemukan pada penyakit lain. 5arena itu &ika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan &uga pemeriksaan untuk antibodi terhadap 12 rantai ganda. 5adar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini.
$emeriksaan darah untuk mengukur kadar
komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk
memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit. 4uam kulit atau lesi yang khas 4ontgen dada menun&ukkan pleuritis atau perikarditis $emeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menun&ukkan adanya gesekan pleura atau &antung nalisa air kemih menun&ukkan adanya darah atau protein
itung &enis darah menun&ukkan adanya penurunan beberapa &enis
sel darah $emeriksaan saraf. 9"9 (9omplete "lood 9ell 9ount) untuk mengukur ¨ah sel
darah, maka terdapat anemia, leukopenia,trombositopenia. +S4(+rithrocyte Sedimen 4ate), la&u endap darah pada lupus akan +S4 akan lebih cepat dari pada normal. "iopsi untuk mengetahui fungsi hati dan gin&al
62 PENA.ALA,SANAAN SLE Penatala4sanaan SLE Secara Umum 5arena infeksi sering ter&adi pada penderita !+S, penderita harus selalu diingatkan bila mengalami demam yang tidak &elas penyebabnya, terutama pada penderita yang memperoleh kortikosteroid dosis tinggi, obat-obat sitotoksik, penderita dengan gagal gin&al, vegetasi katup &antung, ulkus di kulit dan mukosa. $rofilaksis antibiotika harus dipertimbangkan pada penderita !+S yang akan men&alani prosedur genitourinarius, cabut gigi dan prosedur invasif lainnya. $engaturan kehamilan sangat penting pada penderita !+S, terutama penderita dengan
nefritis,
atau
penderita
yang
mendapat
obat-obat
yang
merupakan
kontraindikasi untuk kehamilan, misalnya antimalaria atau siklofosfamid. 5ehamilan &uga dapat mencetuskan eksaserbasi akut !+S dan memiliki risiko tersendiri terhadap fetus. leh sebab itu, penga6asan aktifitas penyakit harus lebih ketat selama kehamilan. Sebelum penderita !+S diberi pengobatan, harus diputuskan dulu apakah penderita tergolong yang memerlukan terapi konservatif, atau imunosupresif yang agresif. $ada umumnya, penderita !+S yang tidak mengancam nya6a dan tidak berhubungan dengan kerusakan organ, dapat diterapi secara konservatif. "ila penyakit ini mengancam nya6a dan mengenai organ-organ mayor, maka dipertimbangkan pemberian terapi agresif yang meliputi kortikosteroid dosis tinggi dan imunosupresan lainnya. .erapi ,onser7ati8 #. rthritis, rthralgia M ialgia rthritis, rthralgia, dan ialgia merupakan keluhan yang sering di&umpai pada penderita !+S. $ada keluhan yang ringan dapat diberikan analgetik sederhana atau obat antiinflamasi nonsteroid. ?ang harus diperhatikan pada penggunaan obat-obat ini adalah efek sampingnya agar tidak memperberat keadaan umum penderita. +fek
samping terhadap sistem gastrointestinal, hepar dan gin&al harus diperhatikan, misalnya dengan memeriksa kreatinin serum secara berkala. pabila analgetik dan obat antiinflamasi nonsteroid tidak memberikan respons yang baik, dapat dipertimbangkan pemberian obat antimalaria, misalnya hidroksiklorokuin 8// mg%hari. "ila dalam 6aktu ; bulan, obat ini tidak memberikan efek yang baik, harus segera distop. $emberian klorokuin lebih dari 0 bulan atau hidroksiklorokuin lebih dari ; bulan memerlukan evaluasi oftalmologik, karena obat ini mempunyai efek toksik terhadap retina. $ada beberapa penderita yang tidak menun&ukkan respons adekuat dengan analgetik
atau
obat
antiinflamasi
non
steroid
atau
obat
antimalaria,
dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid dosis rendah, dengan dosis tidak lebih dari #7 mg, setiap pagi. etotreksat dosis rendah (>,7-#7 mg%minggu), &uga dapat dipertimbangkan untuk mengatasi arthritis pada penderita !+S '. !upus 5utaneus Sekitar >/D penderita !+S akan mengalami fotosensitivitas. +ksaserbasi akut !+S dapat timbul bila penderita terpapar oleh sinar ultraviolet, sinar inframerah, panas dan kadang-kadang &uga sinar fluoresensi. $enderita fotosensitivitas harus berlindung terhadap paparan sinar-sinar tersebut dengan menggunakan ba&u pelindung, kaca &endela yang digelapkan, menghindari paparan langsung dan menggunakan sunscreen. Sebagian besar sunscreen topikal berupa krem, minyak, lotion atau gel yang mengandung $" dan esternya, benzofenon, salisilat dan sinamat yang dapat menyerap sinar ultraviolet dan ". Sunscreen ini harus selalu dipakai ulang setelah mandi atau berkeringat. 3lukokortikoid lokal, seperti krem, salep atau in&eksi dapat dipertimbangkan pada dermatitis lupus. $emilihan preparat topikal harus hati-hati, karena glukokortikoid topikal, terutama yang bersifat diflorinasi dapat menyebabkan atrofi kulit, depigmentasi, teleangiektasis dan fragilitas.
dapat
dipertimbangkan
pemberikan
glukokortikoid
sistemik.
1apson
dapat
dipertimbangkan pemberiannya pada penderita lupus diskoid, vaskulitis dan lesi !+ berbula. +fek toksik obat ini terhadap sistem hematopoetik adalah methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia, dan anemia hemolitik, yang kadang-kadang memperburuk ruam !+S di kulit. 0. 5elelahan dan 5eluhan Sistemik 5elelahan merupakan keluhan yang sering didapatkan pada penderita !+S, demikian &uga penurunan berat badan dan demam. 5elelahan &uga dapat timbul akibat terapi glukokortikoid, sedangkan penurunan berat badan dan demam dapat &uga diakibatkan oleh pemberian Auinakrin. 1okter harus bersikap simpati dalam mengatasi masalah ini. Seringkali hal ini tidak memerlukan terapi spesifik, cukup menambah 6aktu istirahat dan mengatur &am ker&a. $ada keadaan yang berat dapat menun&ukkan peningkatan aktivitas penyakit !+S dan pemberian glukokortikoid sistemik dapat dipertimbangkan. 8. Serositis 2yeri dada dan nyeri abdomen pada penderita !+S dapat merupakan tanda serositis. $ada beberapa penderita, keadaan ini dapat diatasi dengan salisilat, obat antiinflamasi non-steroid, antimalaria atau glukokortikoid dosis rendah (#7 mg%hari). $ada keadaan yang berat, harus diberikan glukokortikoid sistemik untuk mengontrol penyakitnya. .erapi A9resi8 #. 5ortikosteroid *erapi agresif yang dimulai dengan pemberian glukokortikoid dosis tinggi harus segera dimulai bila timbul manifestasi serius !+S dan mengancam nya6a, misalnya vaskulitis, lupus kutaneus yang berat, poliarthritis, poliserositis, miokarditis pneumonitis lupus, glomerulonefritis (bentuk proliferatif), anemia hemolitik, trombositopenia, sindrom otak organik, defek kognitif yang berat, mielopati, neuropati perifer dan krisis lupus (demam tinggi, prostrasi). 1osis glukokortikoid sangat penting diperhatikan dibandingkan &enis glukokortikoid yang akan diberikan. Jalaupun demikian, pemberian glukokortikoid berefek pan&ang seperti deksametason, sebaiknya dihindari. $emberian prednison lebih banyak disukai, karena lebih mudah mengatur dosisnya. $emberian glukokortikoid oral, sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal pada pagi hari. $ada manifestasi minor !+S, seperti arthritis, serositis dan ge&ala konstitusional, dapat diberikan prednison /,7 mg%kg""%hari, sedangkan pada manifestasi mayor dan serius dapat diberikan prednison #-#,7 mg%kg""%hari. $emberian bolus metilprednisolon intravena # gram atau #7 mg%kg""
selama 0 hari dapat dipertimbangkan sebagai pengganti glukokortikoid oral dosis tinggi, kemudian dilan&utkan dengan prednison oral #-#,7 mg%kg""% hari. 4espons terapi dapat terlihat sedini mungkin, tetapi dapat &uga dalam 6aktu yang cukup lama, seperti ;-#/ minggu. Setelah pemberian glukokortikoid dosis tinggi selama ; minggu, maka harus mulai dilakukan penurunan dosis secara bertahap, dimulai dengan 7-#/D setiap minggu bila tidak timbul eksaserbasi akut. Setelah dosis prednison mencapai 0/ mg%hari, maka penurunan dosis dilakukan ',7 mg%minggu, dan setelah dosis prednison mencapai #/-#7 mg%hari, penurunan dosis dilakukan # mg%minggu. "ila timbul eksaserbasi akut, dosis prednison dinaikkan sampai ke dosis efektif, kemudian dicoba diturunkan kembali. pabila dalam 6aktu 8 minggu setelah pemberian glukokortikoid dosis tinggi tidak menun&ukkan
perbaikan
yang
nyata,
dipertimbangkan
untuk
memberikan
imunosupresan lain atau terapi agresif lainnya. '. Siklofosfamid Indikasi siklofosfamid pada !+S : #. $enderita !+S yang membutuhkan steroid dosis tinggi ( steroid sparing agent ). '. $enderita !+S yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tinggi. 0. $enderita !+S kambuh yang telah diterapi dengan steroid &angka lama atau berulang. 8. 3lomerulonefritis difus a6al. 7. !+S dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid.
;. $enurunan la&u filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin serum tanpa adnya faktor-faktor ekstrarenal lainnya. >. !+S dengan manifestasi susunan saraf pusat. "olus siklofosfamid intravena /,7-# gr%m' dalam #7/ ml 2a9l /,D selama ;/ menit diikuti dengan pemberian cairan '-0 liter%'8 &am setelah pemberian obat, banyak digunakan secara luas pada terapi !+S. Siklofosfamid diberikan selama ; bulan dengan interval # bulan, kemudian tiap 0 bulan selama ' tahun. Selama pemberian siklofosfamid, dosis steroid diturunkan secara bertahap dengan memperhatikan aktifitas lupusnya. $ada penderita dengan penurunan fungsi gin&al sampai 7/D, dosis siklofosfamid diturunkan sampai 7//->7/ mg%m'. Setelah pemberian siklofosfamid, ¨ah leukosit darah harus dipantau. "ila ¨ah leukosit mencapai #7//%ml, maka dosis siklofosfamid berikutnya diturunkan '7D. 5egagalan menekan ¨ah leukosit sampai 8///%ml menun&ukkan dosis siklofosfamid yang tidak adekuat sehingga dosisnya harus ditingkatkan #/D pada pemberian berikutnya.
*oksisitas siklofosfamid meliputi mual dan muntah, alopesia, sistitis hemoragika, keganasan kulit, penekanan fungsi ovarium dan azoospermia.
0. zatioprin zatioprin merupakan analog purin yang dapat digunakan sebagai alternatif terhadap siklofosfamid dengan dosis #-0 mg%kg""%hari dan diberikan secara per oral. bat ini dapat diberikan selama ;-#' bulan pada penderita !+SB setelah penyakitnya dapat dikontrol dan dosis steroid sudah seminimal mungkin, maka dosis azatioprin &uga dapat diturunkan perlahan dan dihentikan setelah penyakitnya betul-betul terkontrol dengan baik. *oksisitas azatioprin meliputi penekanan sistem hemopoetik, peningkatan enzim hati dan mencetuskan keganasan.
8. Siklosporin Imunosupresan lain yang dapat digunakan untuk pengobatan !+S adalah Siklosporin dosis rendah (0-; mg%kg""%hari). bat ini dapat digunakan pada !+S baik tanpa manifestasi renal maupun dengan nefropati membranosa. Selama pemberian harus diperhatikan tekanan darah penderita dan kadar kreatinin darah. "ila kadar kreatinin darah meningkat '/D dari kadar kreatinin darah sebelum pemberian siklosporin, maka dosisnya harus diturunkan.
7. ofetil-mikofenolat () dapat menurunkan aktifitas dan mortalitas penderita !+S. $ada nefritis lupus, memiliki efek yang sebanding dengan siklofosfamid dalam hal tingkat remisi, kekambuhan dan risiko infeksi. dapat mempertahankan tingkat remisi nefritis lupus sebanding dengan siklofosfamid &angka pan&ang. tidak berhubungan dengan penekanan sumsum tulang, atau amenorrhea. 1osis adalah 7// G #7// mg, ' kali perhari.
;. 4ituEimab 4ituEimab adalah monoklonal antibodi anti-91'/, yang dapat digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun sistemik, termasuk !+S. 1osis rituEimab adalah # gram, ' kali pemberian dengan &arak ' minggu, dan dapat diulang setiap ; bulan.
>. Imunoglobulin 3 IC $emberian imunoglobulin intravena &uga berguna untuk mengatasi trombositopenia pada !+S, dengan dosis 0//-8// mg%kg ""%hari, diberikan selama 7 hari berturut-turut,
diikuti dosis pemeliharaan setiap bulan untuk mencegah kekambuhan. 5ontraindikasi mutlak pemberian imunoglobulin pada pada penderita defisien Ig yang kadang-kadang ditemukan pada penderita !+S.
ASUHAN ,EPERA-A.AN
A2 PEN*,AJAN #2 !entitas a2 $enyakit !upus +ritematosus Sistemik bisa ter&adi pada 6anita maupun pria, namun penyakit ini sering diderita oleh 6anita, dengan perbandingan 6anita dan pria : #. 2 "iasa ditemukan pada ras-ras tertentu seperti 2egro, 9ina, dan iliphina. c. !ebih sering pada usia '/-8/ tahun, yaitu pada usia produktif. d. aktor ekonomi dan geografis tidak mempengaruhi distribusi penyakit ini. 2 ,eluhan Utama $ada umumnya pasien mengeluh mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam%panas, anoreksia dan efek ge&ala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien. '2 Ri;ayat Penya4it Dahulu $erlu dika&i tentang ri6ayat penyakit dahulu, apakah pernah menderita penyakit gin&al atau manifestasi S!+ yang serius, atau penyakit autoimun yang lain. 2 Ri;ayat Penya4it Se4aran9 a2 $erlu dika&i yaitu ge&ala apa yang pernah dialami pasien (misalnya ruam malarfotosensitif, ruam diskoid-bintik-bintik eritematosa menimbul, rtralgia%arthritis, demam, kelelahan, nyeri dada pleuritik, perikarditis, bengkak pada pergelangan kaki, ke&ang, ulkus dimulut. b. ulai kapan keluhan dirasakan. c. aktor yang memperberat atau memperingan serangan.
!2 keluhan-keluhan lain yang menyertai. $2 Ri;ayat Pen9oatan 5a&i apakah pasien mendapat terapi dengan 5lorpromazin, metildopa, hidralasin, prokainamid, dan isoniazid, dilantin, penisilamin, dan kuinidin. 32 Ri;ayat Penya4it ,eluar9a $erlu dika&i apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit autoimun yang lain. &2 Pemeri4saan +isi4 1ika&i secara sistematis 0# ( 0reath ) Irama dan kecepatan nafas, kesimetrisan pergerakan nafas, penggunaan otot nafas tambahan, sesak, suara nafas tambahan (rales, ronchii), nyeri saat inspirasi, produksi sputum, reaksi alergi.$atut dicurigai ter&adi pleuritis atau efusi pleura. 0 ( 0loo! ) *anda-tanda vital, apakah ada nyeri dada, suara &antung ( S#,S',S0), bunyi systolic click ( e&eksi click pulmonal dan aorta ), bunyi mur-mur.riction rub perikardium yang menyertai
miokarditis
dan
efusi
pleura.
!esi eritematous papuler dan purpura yang men&adi nekrosis menun&ukkan gangguan vaskuler ter&adi di u&ung &ari tangan, siku, &ari kaki dan permukaan ekstensor lengan ba6ah atau sisi lateral tangan 0' ( 0rain ) engukur tingkat kesadaran( efek dari hipoksia ) 3lasgo6 9oma Scale secara kuantitatif dan respon otak B compos mentis sampai coma (kualitatif), orientasi klien.Sering ter&adi depresi dan psikosis, &uga serangan ke&ang-ke&ang 0 ( 0la!!er ) $engukuran urine tampung ( menilai fungsi gin&al ), 6arna urine (menilai filtrasi glomelorus), 0$ ( 0o;el ) $ola makan, nafsu makan, muntah, diare, berat badan dan tinggi badan., turgor kulit. 2yeri perut, nyeri tekan, apakah ada hepatomegali, pembesaran limpa.
DA*NOSA ,EPERA-A.AN • • •
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit. 2yeri berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan åan. 3angguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampilan fisik. 4esiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit, leukopenia, penurunan hemoglobin Intoleransi aktivitas fisik berhubungan dengan kelemahan atau keletihan akibat anemia.
N.ER/ENS
Dia9nosa ,epera;atan< "asalah ,olaorasi
Rencana 4epera;atan .u=uan !an ,riteria Hasil
nter7ensi
,erusa4an inte9ritas
NO> :
N> : Pressure "ana9ement
4ulitberhubungan dengan :
*issue Integrity : Skin and n&urkan pasien untuk menggunakan
+ksternal :
ucous embranes
pakaian yang longgar
ipertermia atau
Jound ealing : primer indari kerutan pada tempat tidur
hipotermia
dan sekunder
-
Substansi kimia
Setelah
-
5elembaban
tindakan
-
aktor mekanik
selamaN..
(misalnya : alat yang
integritas
dapat menimbulkan luka,
teratasi dengan
tekanan, restraint)
hasil:
-
dilakukan
kulit
pasien onitor kulit akan adanya kemerahan kriteria leskan lotion atau minyak%baby oil pada derah yang tertekan
Integritas kulit yang
Immobilitas fisik
-
4adiasi
baik
-
dipertahankan
-
5elembaban kulit
(sensasi, elastisitas,
-
bat-obatan
temperatur,
-
$erubahan status
bisa
metabolik
*idak
$erfusi åan baik
-
1efisit imunologi
enun&ukkan
-
"erhubungan dengan
pemahaman
dengan perkembangan
proses
-
$erubahan sensasi
kulit dan mencegah
-
$erubahan status nutrisi
ter&adinya
(obesitas, kekurusan)
berulang
perbaikan
sedera
-
$erubahan pigmentasi
kulit
-
$erubahan sirkulasi
mempertahankan
-
$erubahan turgor
kelembaban kulit dan
(elastisitas kulit)
pera6atan alami
tubuh
emandikan pasien dengan sabun dan air hangat
ampu
bservasi
dan
luka
kedalaman
penyembuhan luka
peralatan
yang
lokasi,
dimensi,
karakteristik,6arna
granulasi, åan nekrotik, infeksi
lokal,
formasi
traktus &arkan
pada keluarga tentang luka dan
pera6atan luka
5olaburasi
ahli gizi
pemberian
diae
*5*$, vitamin
9egah kontaminasi feses dan urin
!akukan tehnik pera6atan luka dengan steril
"erikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
proses
:
luka,
tanda-tanda
melindungi
enun&ukkan ter&adinya
5a&i lingkungan dan menyebabkan tekanan
dalam
$erubahan status cairan
3angguan pada bagian
cairan,
-
-
onitor status nutrisi pasien
*on&olan tulang
1:
ada luka%lesi
-
onitor aktivitas dan mobilisasi pasien
pada kulit
hidrasi,
pigmentasi)
dan kering
kepera6atan obilisasi pasien (ubah posisi pasien) kerusakan setiap dua &am sekali
-
Internal :
=aga kebersihan kulit agar tetap bersih
-
5erusakan lapisa kulit (dermis)
-
3angguan permukaan kulit (epidermis)
Dia9nosa ,epera;atan<
Rencana 4epera;atan .u=uan !an ,riteria Hasil
"asalah ,olaorasi Nyeri a4ut berhubungan
NO> :
dengan: gen in&uri (biologi, kimia,
N> :
$ain !evel,
!akukan
pain
komprehensif
fisik, psikologis), kerusakan
level 1S:
-
Setelah
!aporan secara verbal 1:
-
termasuk
lokasi,
kepera6atan
bservasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan "antu
pasien
dan
keluarga
untuk
mencari dan menemukan dukungan
$osisi untuk menahan
mengalami nyeri, dengan
5ontrol
nyeri
kriteria hasil:
mempengaruhi
*ingkah laku berhati-hati
-
3angguan tidur (mata
•
menyeringai) *erfokus pada diri sendiri
-
okus menyempit (penurunan persepsi
•
berpikir, penurunan interaksi dengan orang •
*ingkah laku distraksi, contoh : &alan-&alan,
mampu
•
yang
nyeri
dapat
seperti
suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan 5urangi faktor presipitasi nyeri 5a&i tipe
dan
sumber
nyeri untuk
tehnik
nonfarmakologi
untuk &arkan tentang teknik non farmakologi:
mengurangi
nyeri,
elaporkan
menentukan intervensi
napas
dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres hangat% dingin bah6a
"erikan analgetik untuk mengurangi
nyeri berkurang dengan
nyeri: NN...
menggunakan
*ingkatkan istirahat
mana&emen nyeri
"erikan informasi tentang nyeri seperti
ampu mengenali nyeri
penyebab nyeri, berapa lama nyeri
(skala,
akan
intensitas, dan
nyeri)
dan%atau aktivitas,
4espon autonom (seperti
penyebab
lingkungan
menggunakan
frekuensi
menemui orang lain
aktivitas berulang-ulang)
(tahu
mencari bantuan)
6aktu, kerusakan proses
dan lingkungan)
mengontrol
nyeri,
atau gerakan kacau,
-
ampu nyeri
sayu, tampak capek, sulit
-
secara
selama N. $asien tidak
-
-
dilakukan
tinfakan
nyeri
dan faktor presipitasi
comfort
pengka&ian
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
control,
åan
nter7ensi
tanda
enyatakan
rasa
nyaman setelah
nyeri
berkurang
dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur onitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
diaphoresis, perubahan tekanan darah,
berkurang •
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
vital
dalam
rentang normal •
$erubahan autonomic
-
*anda
*idak
mengalami
gangguan tidur
dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) *ingkah laku ekspresif
-
(contoh : gelisah, merintih, menangis, 6aspada, iritabel, nafas pan&ang%berkeluh kesah) $erubahan dalam nafsu
-
makan dan minum
Dia9nosa ,epera;atan<
Rencana 4epera;atan .u=uan !an ,riteria
"asalah ,olaorasi
nter7ensi
Hasil *an99uan o!y ima9e
29:
berhubungan dengan:
"ody image
"ody image enhancement
"iofisika (penyakit kronis),
Self esteem
-
kognitif%persepsi (nyeri kronis),
Setelah dilakukan
kultural%spiritual, penyakit,
tindakan kepera6atan
-
onitor frekuensi mengkritik dirinya
krisis situasional,
selama N. gangguan
-
=elaskan
trauma%in&ury, pengobatan
body image
pera6atan,
(pembedahan, kemoterapi,
pasien teratasi dengan
prognosis penyakit
radiasi)
kriteria hasil:
1S:
"ody image positif
ampu
-
1epersonalisasi bagian tubuh
-
-
Secara verbal menyatakan perubahan gaya hidup
1 :
kekuatan personal
endiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
5a&i secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
-
1orong
tentang
pengobatan,
kema&uan
klien
dan
mengungkapkan
perasaannya
-
Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
mengidentifikasi
$erasaan negatif tentang tubuh
N> :
-
asilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
-
$erubahan aktual struktur
dan fungsi tubuh
-
5ehilangan bagian tubuh
-
"agian tubuh tidak
empertahankan interaksi sosial
berfungsi
Dia9nosa ,epera;atan< "asalah ,olaorasi Risi4o in8e4si
aktor-faktor risiko :
Rencana 4epera;atan .u=uan !an ,riteria Hasil NO> :
N> :
Immune Status
•
$ertahankan teknik aseptif
5no6ledge : Infection
•
"atasi pengun&ung bila perlu
•
9uci tangan setiap sebelum dan sesudah
- $rosedur Infasif - 5erusakan åan dan
control
4isk control
peningkatan paparan
Setelah
lingkungan
tindakan
tindakan kepera6atan dilakukan
selamaNN pasien tidak
- $eningkatan paparan
mengalami
- Imonusupresi - *idak adekuat pertahanan sekunder (penurunan b,
!eukopenia, penekanan
mencegah
- $enyakit kronik - Imunosupresi
- alnutrisi - $ertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma åan, gangguan peristaltik)
•
batas normal
*ingkatkan intake nutrisi terapi
onitor tanda dan ge&ala infeksi sistemik
•
$ertahankan teknik isolasi k%p
•
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
imun,
gastrointestinal, genitourinaria
untuk
dan lokal
=umlah leukosit dalam
Status
intermiten
antibiotik:.................................
hidup sehat
kateter
"erikan
•
enun&ukkan perilaku
3unakan
menurunkan infeksi kandung kencing
timbulnya
batas normal
•
untuk
infeksi
3anti letak IC perifer dan dressing sesuai dengan petun&uk umum
enun&ukkan kemampuan
respon inflamasi)
•
5lien bebas dari tanda dan ge&ala infeksi
3unakan ba&u, sarung tangan sebagai alat pelindung
infeksi
dengan kriteria hasil:
•
kepera6atan
- alnutrisi lingkungan patogen
nter7ensi
dalam
•
onitor adanya luka
•
1orong masukan cairan
•
1orong istirahat
&arkan pasien dan keluarga tanda dan
•
ge&ala infeksi •
5a&i
suhu
badan
pada
pasien
neutropenia setiap 8 &am
Dia9nosa ,epera;atan< "asalah ,olaorasi
Rencana 4epera;atan .u=uan !an ,riteria Hasil
ntoleransi a4ti7itas
NO> :
"erhubungan dengan :
Self 9are : 1!s
*irah "aring atau
*oleransi aktivitas
imobilisasi
5onservasi eneergi
5elemahan
Setelah dilakukan tindakan
menyeluruh
kepera6atan selama N.
5etidakseimbangan
$asien bertoleransi
antara suplei oksigen
terhadap aktivitas dengan
dengan kebutuhan
,riteria Hasil :
•
•
•
3aya hidup yang
nter7ensi N> :
bservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
5a&i adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
onitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
onitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
"erpartisipasi dalam
onitor respon kardivaskuler
dipertahankan.
aktivitas fisik tanpa
1S:
disertai peningkatan
terhadap aktivitas (takikardi,
elaporkan secara
tekanan darah, nadi dan
disritmia, sesak nafas, diaporesis,
verbal adanya
44
pucat, perubahan hemodinamik)
•
kelelahan atau
•
ampu melakukan
kelemahan.
aktivitas sehari hari
danya dyspneu atau
(1!s) secara mandiri
ketidaknyamanan saat beraktivitas.
tidur%istirahat pasien
4ehabilitasi edik dalam
dan istirahat
merencanakan progran terapi yang tepat.
•
"antu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
4espon abnormal dari tekanan darah atau
5olaborasikan dengan *enaga
5eseimbangan aktivitas
1 :
•
onitor pola tidur dan lamanya
"antu untuk memilih aktivitas
nadi terhadap aktifitas
konsisten yang sesuai dengan
$erubahan +93 :
kemampuan fisik, psikologi dan
aritmia, iskemia
sosial
"antu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
"antu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
"antu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
"antu klien untuk membuat &ad6al latihan di6aktu luang
"antu pasien%keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas "antu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan onitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
DA+.AR PUS.A,A
9or6in,+lizabeth =. ('//). Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. =akarta: +39
Sudoyo, et all. '//. "uku a&ar ilmu penyakit dalam &ilid 0 edisi 7. Interna publishing. =akarta
Ilmu $enyakit 5ulit dan 5elamin. '//8.“LupusEritematosus” al '8; - '8 +disi ketiga,9etakan 5elima, 5
ans&oer, rif. #. kapita Selekta #edokteran. =akarta : +39
$rice, Sylvia . '//;. Patofisiologi Edisi $ %ol & . =akarta : +39
Smeltzer, Suzanne 9. '//'. Buku Ajar #epera'atan (edikal Beda) %ol 3 . =akarta : +39 +ngram, "arbara. #. *encana Asu)an #epera'atan (edikal Beda) %ol & . =akarta: +39
3leadle, =onathan. '//>. Anamnesis dan pemeriksaan +isik . =akarta : +rlangga ehadian, maylia. '//.
#elainan dara) pada lupus eritematosus sistemi k.
akultas 5edokteran
5o6alak. ('/##). Buku Ajar Patofisiologi . =akarta: +39
erdman, *. eather. ('/#'). ,ursing iagnoses efinition and -lassification &."&/ &."0. Eford: Jiley-"lack6ell
oorhead, Sue.et al . ('//8). ,ursing 1utcome -lassification 2,1- +ourt) Edition . issouri : osby. +lsevier
1ochterman, =oanne c9loskey.et al . ('//). ,ursing Inter4ention -lassification +ift) Edition. issouri : osby. +lsevier