PYROGEN Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubungan dengan panas, dan kata Gen
yang artinya membentuk atau menghasilkan. Pirogen adalah suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa e ndotoksin dari bakteri ini. Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yaitu terdiri dari suatu lipopolysaccharida yang pyrogenic, suatu protein dan suatu lipid yang innert. Pada tahun 1923 Seibert membuktikan bahwa pirogen adalah substansi yang tidak tersaring, thermostabil, dan non – volatile. Pada tahun 1937 Co Tui membuktikan bahwa kontaminasi pirogen ini juga terjadi pada alat-alat seperti wadah-wadah untuk melarutkan obat suntik, juga pada pada zat kimia yang digunakan sebagai zat berkhasiat. Pirogen dapat bersumber dari: – Pelarut – obat itu sendiri – peralatan – karena metode penyimpanan.
Pirogen dapat berbahaya bila : a. Injeksi volume besar akan mengandung pirogen yang besar pula. b. Injeksi Volume besar (infus). Biasanya diberikan Intra vena efek cepat. c. Infus untuk pasien gawat, bila terj adi penaikan suhu badan bisa berakibat fatal. Sifat-sifat pirogen : a. Thermostabil, proses sterilisasi > 200ºC. b. Larut dalam air. Sehingga tidak bisa memakai penyaring bakteri. c. Tidak dipengaruhi oleh bakter isida yang biasa. d. Tidak menguap, destilasi biasa ada yang ikut bersama percikan air e. Berat molekul (BM) antara 15.000 – 4.000.000 f. Ukuran umumnya 1 – 50µm
Pirogen secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pirogen e ndogen, dan pirogen eksogen. • Pirogen endogen
Pirogen endogen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sebagai re aksi kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ke tubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon, dan tumor necrosis factor (TNF). • Pirogen eksogen
Pirogen eksogen merupakan faktor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh manusia. Misalnya bagian dari sel bakteri dan virus. Selain itu, bisa juga berupa zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu. Suatu pirogen apabila masuk ke dalam tubuh maka pirogen menjadi suatu benda asing yang dapat menimbulkan respon imun berupa demam. Proses terjadinya demam dimulai dari terpaparnya tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen
endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut. Pusat pengaturan suhu manusia (termoregulator) terletak di bagian otak yang bernama hipotalamus dan batang otak. Termoregulator ini berfungsi untuk mengatur produksi, konservasi, dan pengeluaran panas tubuh yang pada akhirnya akan menjaga kestabilan suhu inti tubuh. Selama proses demam, suhu inti tubuh menjadi naik, akibatnya termoregulator akan beradaptasi dengan cara membentuk setting point (titik pengaturan) tersendiri yang lebih tinggi dari suhu normal. Dengan kata lain demam itu bertuj uan untuk menjaga agar proses termoregulasi tubuh tetap berjalan normal. Mekanisme pengaruh pirogen pada timbulnya demam
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, demam dapat timbul dari terpaparnya tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut, atau disebabkan pengaruh pirogen endogen itu sendiri. Contoh pirogen endogen yanga ada dalam tubuh adalah interleukin-1 (IL-¬1), α-interferon, dan tumor necrosis factor (TNF). IL-1 berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu antara lain dapat menstimulasi limfosit T dan B, mengaktivasi netrofil, merangsang sekresi reaktan (C¬reactive protein, haptoglobin, fibrinogen) dari hepar, mempengaruhi kadar besi dan seng plasma dan meningkatkan katabolisme otot. IL¬-1 bere aksi sebagai pirogen yaitu dengan merangsang sintesis prostagalndin E2 di hipotalamus, yang kemudian bekerja pada pusat vasomotor sehingga meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan panas, sehingga menyebabkan demam. TNF (cachectin) juga mempunyai efek metabolisme dan berperan j uga pada penurunan berat badan yang kadang-kadang diderita setelah seseorang menderita infeksi. TNF bersifat pirogen melalui dua cara, yaitu efek langsung dengan melepaskan prostaglandin E2 dari hipotalamus atau dengan merangsang perlepasan IL-1. Sedangkan, alpha-interferon (IFN-α) adalah hasil produksi sel sebagai respons terhadap infeksi virus. Prostaglandin yang dihasilkan pirogen-pirogen itu kemudian mensensitisasi rese ptor dan diteruskan oleh resptor sampai hypotalamus yang akan menyebabkan peningkatan derajat standart panas hypotalamus (Hypotalamic Termostat). Peningkatan derajat standart panas hypotalamus inilah yang akan memicu sistem pengaturan suhu tubuh (termoregulation) untuk meningkatkan suhu, maka terjadilah demam. Pada saat kita demam, sebenarnya tubuh juga me ngeluarkan zat-zat tertentu untuk membantu menurunkan demam. Misalnya arginine vasopressin (AVP), melanocyte-stimulating hormone (MSH), dan corticotropin-releasing factor. Efek anti demam ini yang menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu tubuh selama kondisi demam. Untuk pengatasan demam, penggunaan obat-obatan penurun panas harus dipertimbangkan sebaik-baiknya. Beberapa prosedur menganjurkan menggunakan obat hanya pada saat demam mencapai suhu yang sangat tinggi ataupun memberikan efek samping yang berbahaya, seper ti kerusakan sel-sel saraf atau kejang. Jadi tidak selalu proses demam membutuhkan pengobatan dengan obat-obatan, namun bisa juga dengan hanya melakukan kompres terhadap pasien. Kompres dengan menggunakan air hangat jauh lebih efektif dalam menurunkan panas dibandingkan dengan kompres menggunakan air dingin ataupun alkohol. Anak-anak lebih rentan terhadap terjadinya demam, karena respon tubuh terhadap terjadinya infeksi masih belum sempurna. Dengan adanya infeksi ringan saja, respon tubuh anak akan menimbulkan demam yang cukup tinggi. Lain halnya dengan orang yang sudah lanjut usia, respon tubuh terhadap terjadinya infeksi sudah menurun, oleh sebab itu, kemungkinan
untuk menderita sakit maupun kematian akibat penyakit infeksi menjadi meningkat pada orang tua. Prinsip kerja obat penurun panas umumnya yaitu dengan menghambat biosintesis atau pembentukan prostaglandin. Contoh obatnya adalah Parasetamol, Aspirin, dll. Setiap sediaan steril yang akan diinjeksikan ke dalam tubuh harus lulus uji ster ilitas dan uji pirogenitas. Syarat sediaan steril yang harus dilakukan uji pirogen sebelum nantinya dapat digunakan adalah, sediaan steril itu digunakan dalam jumlah besar (volume besar) yaitu yang lebih dari 10 ml. Untuk se diaan yang setelah diuji ternyata mengandung pirogen, maka sediaan tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak dapat digunakan. Atau dapat juga dilakukan penghilangan pirogen dengan beberapa metode, antara lain: 1. Cara destilasi 2. Cara pemanasan 3. Cara penyerapan 4. Cara depyrogenasi 5. Dengan penukar ion 6. Dengan gamma radiasi 7. Getaran ultrasonik. http://ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf Oleh karena itu pada sediaan farmasi steril harus dilakukan uji pirogen terle bih dahulu, sehingga dapat membatasi resiko reaksi demam pada pasien, dan agar pasien nantinya dapat mendapatkan obat dengan efek yang sesuai. Untuk pengatasan pasien yang terke na sediaan pirogen, maka segera diobati dengan pemberian obat penurun panas ataupun demam. Substansi dan preparat yang harus bebas pirogen, antara lain: – Air untuk injeksi – Larutan infus – Antibiotika – Garam asam organik (misalnya: Calcium glukonas) – Obat tetes dan substansi lain, yang diberikan intravena sebagai diagnostic. Misalnya: Inulin -
Indigocarmin - Conggored , dsb. – Produk-produk darah. Misalnya : albumin – Produk-produk hewani. Misalnya: heparin, gelatin (sebagai penganti plasma), chorionic gonadotropin
Uji pirogen Uji pirogen adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakan suatu sediaan uji bebas pirogen atau tidak (Anonim, 1995). Uji ini dilakukan setelah melalui uji sterilitas. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan uji ini adalah untuk membatasi resiko reaksi demam pada pasien (Anonim, 1995). Uji pirogen dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu: – Penentuan pirogen secara fisiko kimia. (kuantitatif pirogen)
1. Dengan fotokolorimetri. Reagen Tetrabrom phenolphthalein (TBP) dan penambahan asam acetat 0,2 N, sehingga timbul warna. 2. Polarografi. Pirogen mempunyai panjang gelombang maksimum oksigen pada polarografi.
3. Elektroforesis 4. Spektrofotmetri. Pirogen mempunyai absorbsi spektrum ultraviolet pada E maksimum 265nm. – Penentuan pirogen secara biologis. (kualitatif dari pirogen)
1. Pengujian pengukuran temperatur badan hewan percobaan. (Rabbit Test) 2. Perhitungan sel darah putih 3. Tes limulus (LAL test)
PIROGEN (Pyrogen) Posted by: rgmaisyah on: Mei 21, 2011
In: mikRobiolOgi | phArmaceutical TecHnologY | Pharmacokinetics Comment!
Pirogen atau endoksin bakteri adalah produk metabolit dari pertumbuhan mikroba, larut air, tahan panas, LPS-nya tidak dapat dihancurkan dengan sterilasasi uap air/penyaringan (Encyclopedia II: 203).Pirogen adalah produk metabolisme mikroorganisme umumnya bakteri dankapang serta virus telah dilaporan sebagai p enghasil pirogen. Bakteri gram negatif memberikan zat pirogenik paten seperti crudotoksin, secara kimiawi, pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya merupakan polisakarida, tapi juga merupakan suatu peptida (Lachman : 641). Pirogen dibagi menjadi 2 kelas (Pyrogen :11): a) Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan menginduksi kenaikan suhu ketika diinjeksikan kepada manusia dan hewan, walaupun lipopolisakarida (endoksin) jelas berada dimana-mana. Pirogen eksogen penting, terdapat perbedaan kimia yang besar yang belum disatukan dalam penyebab kenaikan suhu, ketika diinjeksi dibawah kesadaran yang cocok. Umumnya kelas dari pirogen dan eksogen termasuk mikroba, komponen-komponen mikroba dari bakteri gram negatif, gram positif, fungi, dan virus. Juga pirogenik non mikroba seperti beberapa obat : steroid-steroid, fraksi plasma dan bahan tambahan sintetik muarmil dipeptida. Pirogen endo gen dihasilkan secara internal oleh inang dalam respon untuk stimulasi berbagai pirogen eksogen. b) Pirogen endogen adalah bahan sintetik yang homogen dengan be rbagai sel tubuh setelah dikeluarkan sebagai endotoksin oleh pirogen endogen. Pirogen dapat masuk dalam sediaan dalam arti berupa mikroorganisme hidup/mati. Mungkin sumber terbesar dari berbagai kontaminasi adalah air yang digunakan pada proses pembuatn. Walaupun destilasi yang tepat akan menyediakan air bebas pirogen, kondisi penyimpanannya harus tidak dapat dimasuki oleh mikroorganisme dan pertumbuhannya dicegah. Sumber potensial yang lain dari kontaminasi adalah perlengkapan. Bahan-bahan pirogenik melekat kuat pada gelas atau permukaan lain. Residu dari larutan dalam peralatan yang
digunakan sering terjadi menjadi kultur bakteriyang terkontaminasi pirogenik. Walaupun peralatan yang sudah dicuci dibiarkan di udara dapat mengandung nutrisi yang nyata untuk pertumbuhan mikroorganisme karena pengeringan tidak menghancurkan pirogen, pirogen dapat tinggal dalam peralatan selama jangka panjang. Pencucian yang baik akan menurunkan dan pemanasan kering akan mencegah kontaminasi peralatan yang cocok untuk digunak an bahan terlarut dapat menjadi sumber nitrogen. Bahan terlarut dapat mengkristal/mengendap dari larutan berair yang mengandung kontaminasi pirogenik. Pada proses ini, pirogen dapat didihalangi melalui lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan terlarut dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau cara lai untuk penghilangan pirogen. Proses pembuatan harus diperhatikan sekali dansecepat mungkin untuk meminimalkan kontaminasi. Tidak ada produk yang seharusnya disiapkan dengan proses yang lengkap dalam satu hari kerja termasuk sterilisasi (RPS 18th : 1550). Dipirogenasi dapat dicapai dengan 2 cara (pyrogen : 203) : dengan menginaktivasi atau menghilangkan endotoksin. Inaktivasi dapat dilakukan dengan pemurnian molekul lipopolisakarida denganmenggunakan sejumlah besar perlakuan kimia yang memecah / merusak bahan kimia lain/gugus yang dibutuhkan untuk aktivasi pirogenik. Sebagai alternatif lain molekul dapat dirusak secara total dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda baik berdasarkan karakteristik fisik dan endotoksin seperti berat molekul dan muatan elektrostatik/afinitas endotoksin pada permukaan yang berbeda. a)
Depirogenasi Endotoksin dengan Inaktivasi
1. Hidrolisis Asam Basa Despirogenasi menggunakan hidrolisis asam basa/alkali menurunkan atau menghilangkan aktivasi biologi dari lippolisakarida bakteri dengan aktivasi lemak A. Lemak A adalah rantaiinti polisakarida atau 2 keto 3 asam dioksiketon. Rantai asam 8 karbon asam gula khusus dari LPS bakteri Hidrolisis asam aktif pada asam labil ketosidik ini pada inti yang terpisah dari lemak A dari sisa molekul LPS. 2. Oksidasi Pengetahuan tentang inaktivasi oksidasi dari endotoksin dapat ditemukan ketika Hanrd melaporkan bahwa sel Salmonella Typosa menghilangkan kapasitas produksi demam ketika dicuci dengan H2O2. Dari asam lemak yang dihasilkan dalam lemak A dari LPS dapat dianjurkan. 3. Alkilasi Endotoksin dilaporkan dengan bahan pengalkil menurunkan pirogenitas endotoksin dihilangkan dengan asam anhidrat. Grup yang sama dilaporkan lapisan diturunkan ketika endotoksin digunakan dengan subsinat anhidrat. Disamping mekanisme reaksi ini secara perlahan dengan asetilasi. 1. Perlakuan dengan panas kering.
2. 3. 4. 5. b)
Perlakuan dengan panas lembab. Radiasi ionisasi. Poliniksin B LAL (Limolas Amobacyte Lisate)
Despirogenasi dengan Menghilangkan Endotoksin 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pembilasan. Destilasi Ultrafiltrasi Osmosa bolak balik Karbon aktif Daya tarik elektrosatik dengan jalan modifikasi media Daya tarik hidrofobik pada media hidrofobik
Istilah ”pirogen” berarti ”menghasilkan demam”. Jadi pirogen yang mana merupakan substansi yang dibentuk oleh mikroorganisme kadang-kadang terdapat dalam cairan parenteral dan membentuk reaksi fibril ketika larutan diinjeksi ke pasien. Pirogenik yang khas/reaksi fibril tidur dari perasaan kaku dan panas yang mana dapat terjadi ketika 15 menit hingga 8 jam setelah injeksi larutan yang mengandung bahan pirogenik. Pengalaman pasien mengalami kenaikan temperatur dan denyut jantung. Reaksi ini diikuti oleh keringat yang berkelebihan dan turunnya temperatur. Mual, muntah, sakitkepala dan albuminuria dapat menyertai (Scoville’s : 195).
Difteri Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar. Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.
Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae. Difteri ialah penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak -anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.
Daftar isi
1 Penularan 2 Simptom 3 Perawatan dan pencegahan 4 Lihat pula 5 Pranala luar
Penularan Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan d ari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.
Simptom Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan(membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.
Perawatan dan pencegahan Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik . Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas(tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak , remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.
Lihat pula