PTERIDOPHYTA LAPORAN PRAKTIKUM
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Botani Cryptogamae Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd. Dr. Topik Hidayat, M.Si. Dr. Wahyu Surakusumah, M.T.
oleh: Kelas A/2015 Kelompok 8 Fadillah Utami
(1505063)
Fathimah Dini Hanifah
(1507549)
Naufal Ahmad Muzakki
(1505601)
Rizky Akbar
(1202547)
Siti Salma
(1507518)
Suchi Handayani Khotimah
(1506770)
Wilda Robiatul Adawiyah
(1500828)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016
A. Judul Pteridophyta
B. Waktu dan Tempat Hari, tanggal
: Selasa, 22 November 2016
Waktu
: Pukul 09.00 – 11.30 WIB
Tempat
: Laboratorium Struktur Tumbuhan, FPMIPA UPI
C. Tujuan 1. Mengetahui ciri-ciri umum tumbuhan paku; 2. Mengklasifikasikan tumbuhan paku berdasarkan ciri-ciri utamanya.
D. Landasan Teori Tumbuhan paku tergolong tumbuhan kormus berspora, yang disebut Pteridophyta. Istilah ini berasal dari bahasa Greek, yaitu pteron = sayap, bulu. Pteridophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan/melingkar (Yudianto, 1992). Tumbuhan ini fase gametofitnya masih berbentuk thallus yang disebut prothalium dan sangat kecil bentuknya sehingga tidak mudah terlihat. Adapun fase sporofitnya jelas terlihat, yang dikenal sebagai tumbuhan paku. Daun tumbuhan paku ada dua macam, yaitu tropofil dan sporofil. Bentuk sporofil ini ada yang mirip dengan trofopil da nada yang berbeda samasekali dengannya dengan membentuk strobilus. Dengan demikian ada paku homofolium dan paku heterofolium (Yudianto, 1992). Spora pada tumbuhan paku berbeda-beda, baik bentuk, ukuran, maupun sifatnya. Atas dasar ini, kita membedakannya ada tumbuhan paku homospora, heterospora, dan tumbuhan paku peralihan yang memiliki sifat antara keduanya. Selain itu susunan letak sporangium paku ada beberapa macam, ada yang tersusun dalam sorus, strobilus, dan sporakarpium. Badan-badan penghasil sporangium tersebut ada yang diketiak daun/cabang, di ujung
1
cabang, atau di helaian daunnya. Hal inilah yang menentukan dalam pembagian klasifikasinya (Yudianto, 1992). Banyak tumbuhan paku yang memiliki manfaat dan peranan penting dalam kehidupan manusia, antara lain: sebagai tanaman hias, tanaman obat, bahan sayuran, kesuburan tanah, dan gulma pertanian (Yudianto, 1992). Mengingat pelestarian dan peranan tumbuhan paku sangat berarti bagi manusia, maka dianggap perlu untuk dilakukan praktikum agar mahasiswa dapat lebih mengetahui tentang lumut baik dari morfologi maupun perkembangbiakannya. Pteridophyta atau tumbuhan paku tergolong kormofita sejati, karena sudah menyerupai tumbuhan tinggi, yaitu: 1. Batangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu; 2. Daunnya sudah memiliki urat-urat daun, tetapi ada yang tidak berdaun dan berdaun serupa sisik; 3. Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar; 4. Sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe radiair/menjari, atau tipe konsentris (Yudianto, 1992).
5.
Alat dan Bahan Alat dan bahan untuk pengamatan Fungi adalah sebagai berikut: Tabel 01. Alat yang Digunakan Pada Praktikum No. 1. 2.
Alat Alat tulis Kamera Handphone
Jumlah 1 set 1 buah
Tabel 02. Bahan yang Digunakan Pada Praktikum No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12.
Bahan Herbarium Pittynogamma sp. Herbarium Hymenophyllum sp. Herbarium Vittaria sp. Herbarium Cycloporus sp. Herbarium Lycopodium cernum Herbarium Equisetum sp. Herbarium Polypodium sp. Herbarium Angiopteris sp. Herbarium Asplenium nidus Herbarium Davalia sp. Herbarium Selaginella sp. Herbarium Dipteris sp.
Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
2
No. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Bahan Herbarium Pteris sp. Herbarium Nephrolepis sp. Herbarium Adiantum sp. Herbarium Dicranopteris sp. Herbarium Drynaria sp. Herbarium Cyathea sp. Herbarium Drymoglossum sp. Herbarium Trichomanes sp. Herbarium Asplenium caudatum Herbarium Histyopteris sp. Herbarium Platycerium sp. Herbarium Gleichenia sp. Herbarium Blechnum sp.
Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
F. Langkah Kerja Herbarium diamati oleh mata secara langsung tanpa mikroskop.
Klasifikasi ordo ditentukan berdasarkan bagianbagian yang dimiliki oleh spesimen.
Informasi dicatat dalam buku catatan dan didokumentasikan.
Hasil pengamatan dituangkan ke dalam tabel karakteristik dan Badan Dikotomi Konsep.
3
G. Tabel Karakteristik Tabel 03. Tabel Karakteristik Pteridophyta No
1
2
Nama spesies
Pittyrogramm a sp. Hymenophillu m sp.
Bentuk daun Lanset
7
Majem uk Majem uk
Letak daun Roset
Roset
Batang
Berbuku
Berbuku
Percabang an Bebas
Bebas
Spora
Homofi l
Tungga l
Roset
Berbuku
Bebas
Heterof il
Tungga l
Terseba r
Berbuku
Bebas
Equisetum sp. Polypodium sp.
Heterof il
Tungga l
Roset
Jarum
Heterof il
Tungga l
Berkara ng
Berongga
Sisik
Homofi l
Tungga l
Roset
Berbuku
Lanset
Berbuku
Dikotom Bebas Bebas
Letak sorus /strobilus
Habitus
Sorus
dibawah permukaan daun
Terestial
herba
Sorus berwarna kuning
Seperti tusuk konde ratu
Sorus
dibawah permukaan daun
Epifit
herba
lembaran daun tipis mirip selaput
Daun seperti kaki bebek
Sorus
dibawah permukaan daun
Epifit
herba
daun lanset panjang
Seperti rumput
Sorus
dibawah permukaan daun
Epifit
herba
daun bulat
Seperti balon
Heteros pora
Strobil us
diujung
Terestial
herba
Merambat
Seperti kawat
Heteros pora
strobilu s
di ujung
Air
herba
daun bentuk sisik, batang berongga
Seperti bambu
sorus
di bawah permukaan daun
herba
daun tunggal berukuran umumnya besar
Seperti menara
Homos pora Homos pora Homos pora Homos pora
Oval Lycopodium cernum
Pemba wa spora
Habitat
Panjang
4
6
Tipe daun
Lanset
Cycloporus sp.
5
Homofi l Homofi l
Vittaria sp. 3
Jenis daun
Homos pora
Terestial
Ciri khas
Kemiripan
4
No
8
9
Nama spesies
Angiopteris sp. Asplenium nidus
Bentuk daun
Jenis daun Homofi l
Tipe daun Majem uk
Letak daun Roset
Batang Berbuku
Percabang an Bebas
Spora
Tungga l
Roset
Berbuku
Bebas
Majem uk
Roset
Berbuku
Bebas
sorus
di bawah permukaan daun
Terestial
sorus
dibawah permukaan daun
Epifit
Homos pora
Lanset Homofi l
Letak sorus /strobilus
Homos pora
Lanset Homofi l
Pemba wa spora
11
Lanset Selaginella sp.
Elips
Dipteris sp. 12
Tungga l
Roset
Homofi l
Tungga l
Roset
Berbuku Berbuku
Dikotom Bebas
Homos pora
Homofi l
13
Majem uk
Roset
Berbuku
Bebas
Nephrolepis sp.
Homofi l Lanset
Majem uk
Roset
Berbuku
Bebas
Kemiripan
semak
daun hijau gelap mengkilat
Daunnya seperti bulu ayam
herba
daunnya panjang lebar seperti dasi
Seperti dasi
Seperti pohon pinus
sorus
dibawah permukaan daun
Epifit
herba
Strobil us
di ujung
Terestial
herba
daun elips berhadapan
Seperti sisik naga
sorus
dibawah permukaan daun
Terestial
semak
daun membentuk dua sayap
Seperti terompet
sorus
dibawah permukaan daun
Terestial
herba
majemuk imparipinatus
Seperti pedang
sorus
dibawah permukaan daun
Terestrial
semak
bentuk daun muda seperti ginjal
Seperti daun saga
Homos pora
Lanset
Ciri khas
daun seperti tricomanes tapi daunnya lebih tebal lebih besa, perawakan kasar
Homos pora
Lanset Pteris sp.
14
Heterof il
Habitus
Homos pora
Davalia sp. 10
Habitat
Homos pora
5
No
Nama spesies
Bentuk daun
Homofi l
Adiantum sp. 15
16
Dicranopteris sp.
17
Homofi l
Roset
Batang Berbuku
Percabang an Bebas
Spora
Majem uk
Roset
Berbuku
Dikotom
Homofi l
Tungga l
Roset
Berbuku
Bebas
Homofi l
Tungga l
Roset
Berbuku
Bebas
Trichomanes sp. Asplenium caudatum
Heterof il
Tungga l
Roset
Berbuku
Bebas
Majem uk
Roset
Berbuku
Bebas
Lanset
Tungga l
Roset
Berbuku
Bebas
sorus
dibawah permukaan daun
Habitat
Habitus
Ciri khas
Kemiripan
herba
daun berbentuk persegi di ujung daun
Daun mirip kipas
Terestrial
semak
pteolus tidak mempunyai anak daun
Seperti daun singkong
sorus
dibawah permukaan daun
Epifit
semak
sorusnya banyak dan tersebar
Daun seperti sirip ikan
sorus
dibawah permukaan daun
Terestrial
pohon
habitus pohon
Seperti pohon kelapa
sorus
dibawah permukaan daun
Epifit
semak
susunan daun satu bidang
Sporofit seperti cacing
sorus
dibawah permukaan daun
semak
daun lebih kecil dan lebih halus dari davalia
Seperti gurita
sorus
dibawah permukaan daun
herba
ujung daun meruncing seperti ekor
Seperti sayap
Homos pora Homos pora Homos pora
Lanset Homofi l
sorus
ditepi daun
Homos pora
Lanset Homofi l
Letak sorus /strobilus
Homos pora
Lanset Drymoglossu m sp.
Pemba wa spora
Homos pora
Lanset
18
21
Majem uk
Letak daun
Lanset
Cyathea sp.
20
Tipe daun
Persegi
Drynaria sp.
19
Jenis daun
Homos pora
Terestrial
Terestrial
Terestrial
6
No
22 23
24
Nama spesies
Histyopteris sp. Platycerium sp. Gleichenia sp.
Bentuk daun
Homofi l
Tipe daun Majem uk
Letak daun Roset
Batang Berbuku
Percabang an Bebas
Spora
Lanset
Homofi l
Tungga l
Roset
Homofi l
Majem uk
Roset
Berbuku Berbuku
Bebas Dikotom
Homos pora
Lanset
Tungga l
Roset
Berbuku
Bebas
Letak sorus /strobilus
Habitat
Habitus
sorus
dibawah permukaan daun
Terestrial
semak
daun majemuk tingkat satu
Seperti kupukupu
sorus
diujung daun
Epifit
herba
daun pipih, ujung daun seperti tanduk
Seperti tanduk rusa
sorus
dibawah permukaan daun
Terestrial
semak
pteolus tumbuh anak daun
Seperti bintang
sorus
dibawah permukaan daun
semak
daun muda berwarna merah
Seperti payung terbalik
Homos pora
Lanset Homofi l
Pemba wa spora
Homos pora
Lanset
Blechnum sp. 25
Jenis daun
Homos pora
Terestrial
Ciri khas
Kemiripan
7
H. Tabel Klasifikasi Tabel 04. Tabel Klasifikasi Pteridophyta No.
1
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
2
Genus Species
Gambar Manual
: Pteridophyta : Filicinae : Superficiales : Polypodiaceae : Pittyrogramma : Pittyrogramma sp
Gambar 1.1 Pittyrogramma sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Division Class Order Family
Gambar Literatur
Gambar 1.2 Pittyrogramma sp. (Vega, 2014)
: Pteridophyta : Polypodiatae : Hymenophyllales : Hymenophyllaceae : Hymenophyllum : Hymenophyllum sp. Gambar 2.1 Hymenophyllum sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 2.2 Hymenophyllum sp. (Chen, 2013)
8
No.
3
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
4
Gambar Manual
: Pteridophyta : Polypodipsida : Polypodiales : Pteridaceae : Vittaria : Vittaria sp.
Gambar 3.1 Vittaria sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Literatur
Gambar 3.2 Vittaria sp. (Mikael, 2010)
: Pteridophyta : Filicopsida : Polypodiales : Polypodiaceae : Cycloporus : Cycloporus sp.
Gambar 4.1 Cycloporus sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 4.2 Cycloporus sp. (Ching, 2010)
9
No.
5
6
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 5.1 Lycopodium cernum (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 5.2 Lycopodium cernum (Clive, 2009)
Gambar 6.1 Equisetum sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 6.2 Equisetum sp. (Ruckszio, tanpa tahun)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Lycopodiopsida : Lycopodiales : Lycopodiaceae : Lycopodium : Lycopodium cernum
: Pteridophyta : Equisetopsida : Equisetales : Equisetaceae : Equisetum : Equisetum sp.
10
No.
7
8
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 7.1 Polypodium sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 7.2 Polypodium sp. (Arousa, Tanpa tahun)
Gambar 8.1 Angiopteris sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 8.2 Angiopteris sp. (Pryer, K.M. et al., 2004)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Polypodiopsida : Polypodiales : Polypodiaceae : Polypodium : Polypodium sp.
: Pteridophyta : Filicopsida : Marattiales : Marattiaceae : Angiopteris : Angiopteris sp.
11
No.
9
10
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 9. Asplenium nidus (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 9.2 Asplenium nidus (123rf, Tanpa tahun)
Gambar 10.1 Davalia sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 10.2 Davalia sp. (Cultivated, 2006)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Polypodiopsida : Polypodiales : Aspleniaceae : Asplenium : Asplenium nidus
: Pteridophyta : Filicinae : Filicinales : Davaliaceae : Davalia : Davalia sp.
12
No.
11
12
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 11.1 Selaginella sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 11.2 Selaginella sp. (Garcia, 2004)
Gambar 12.1 Dipteris sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 12.2 Dipteris sp. (Visualphotos, 200)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Lycopsida : Selaginellales : Selaginellaceae : Selaginella : Selaginella sp.
: Pteridophyta : Pteridopsida : Gleicheniales : Dipteridaceae : Dipteris : Dipteris sp.
13
No.
13
14
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 13.1 Pteris sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 13.2 Pteris sp. (Rood, 2004)
Gambar 14.1 Nephrolepis sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 14.2 Nephrolepis sp. (Reynolds, Tanpa tahun)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Filicopsida : Filicales : Polypodiaceae : Pteris : Pteris sp.
: Pteridophyta : Filicinae : Polypodiales : Polypodiaceae : Nephrolepis : Nephrolepis sp.
14
No.
15
16
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 15.1 Adiantum sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 15.2 Adiantum sp. (Corbett, 2006)
Gambar 16.1 Dicranopteris sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 16.2 Dicranopteris sp. (Baimajian, 2013)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Pteridopsida : Pteridales : Polypodiaceae : Adiantum : Adiantum sp.
: Pteridophyta : Pteridopsida : Gleicheniales : Gleicheniaceae : Dicranopteris : Dicranopteris sp.
15
No.
17
18
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 17.1 Drynaria sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 17.2 Drynaria sp. (Siamgreenculture, 2015)
Gambar 18.1 Cyathea sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 18.2 Cyathea sp. (Alamy, 2006)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Pteridopsida : Polypodiales : Polypodiaceae : Drynaria : Drynaria sp.
: Pteridophyta : Pteridopsida : Cyatheales : Cyatheaceae : Cyathea : Cyathea sp.
16
No.
19
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family 20 Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 19.1 Drymoglossum sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 19.2 Drymoglossum sp. (Woodlands Park, 2009)
Gambar 20.1 Trichomanes sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 20.2 Trichomanes sp. (Kokeshino, 2013)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Pteridopsida : Polypodiales : Polypodiaceae : Drymoglossum : Drymoglossum sp.
: Pteridophyta : Polypodiopsida : Hymenophyllales : Hymenophyllaceae : Trichomanes : Trichomanes sp.
17
No.
21
22
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 21.1 Asplenium caudatum (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 21.2 Asplenium caudatum (Fida, 2014)
Gambar 22.1 Histyopteris sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 22.2 Histyopteris sp. (Sundue, Michael, 2012)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Felicinae : Polypodiales : Aspleniaceae : Asplenium : Asplenium Caudatum
: Pteridophyta : Filicinae : Polypodiales : Dennstaediaceae : Histyopteris : Histyopteris sp.
18
No.
23
24
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 23.1 Platycerium sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 23.2 Platycerium sp. (Canberra, 2015)
Gambar 24.1 Gleichenia sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 24.2 Gleichenia sp. (Leonardo, 2011)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Felicinae : Polypodiales : Polypodiaceae : Platycerium : Platycerium sp.
: Pteridophyta : Filicinae : Gleicheniales : Gleicheniaceae : Gleichenia : Gleichenia sp.
19
No.
25
Klasifikasi
Division Class Order Family Genus Species
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 25.1 Blechnum sp. (Dok kelompok 8, 2016)
Gambar 25.2 Blechnum sp. (Moran, Robbin, 2001)
Gambar Manual
: Pteridophyta : Felicinae : Athyriales : Blechnaceae : Blechnum : Blechnum sp.
20
I.
Bagan Dikotomi Konsep dan Kunci Determin
21
Keterangan: 1. Pittyrogramma sp.
14. Nephrolepis sp.
2. Hymenophyllum sp.
15. Adiantum sp.
3. Vittaria sp.
16. Dicranopteris sp.
4. Cycloporus sp.
17. Drynaria sp.
5. Lycopodium cernum
18. Cyathea sp.
6. Equisetum sp.
19. Drymoglossum sp.
7. Polypodium sp.
20. Trichomanaes sp.
8. Angiopteris sp.
21. Asplenium caudatum
9. Asplenium nidus
22. Histyopteris sp.
10. Davalia sp.
23. Platycerium sp.
11. Selaginella sp.
24. Gleichenia sp.
12. Dipteris sp.
25. Blechnum sp.
13. Pteris sp.
Kunci Determinasi: 1a Jenis Daun Homofil ............................................................................................. 2 1b Jenis Daun Heterofil ............................................................................................ 3 2a Tipe Daun Tunggal .............................................................................................. 4 2b Tipe Daun Majemuk ........................................................................................... 5 3a Letak Daun Roset ................................................................................................ 6 3b Letak Daun Tidak Roset ...................................................................................... 7 4a Habitat Terestial .................................................................................................. 8 4b Habitat Epifit ...................................................................................................... 9 5a Habitat Epifit ....................................................................................................... 10 5b Habitat Terestial .................................................................................................. 11 6a Bentuk Daun Jarum ................................................................. Lycopodium cernum 6b Bentuk Daun Lanset ..................................................................... Drymoglossum sp. 7a Homospora .........................................................................................Cycloporus sp. 7b Heterospora ......................................................................................................... 12 8a Habitat Herba ...................................................................................................... 13
22
8b Habitat Tidak Herba ............................................................................................ 14 9a Habitus Semak ...................................................................................... Drynaria sp. 9b Habitus Herba ..................................................................................................... 15 10a Ciri Khas Lembaran Daun Tipis ................................................ Hymenophillum sp. 10b Ciri Khas Daun Tebal ............................................................................ Davalia sp. 11a Habitus Semak .................................................................................................. 16 11b Habitus Herba ................................................................................................... 17 12a Bentuk Daun Sisik ............................................................................. Equisetum sp. 12b Bentuk Daun Elips ........................................................................... Selaginella sp. 13a Ciri Khas Daun Tunggal Besar ........................................................ Polypodium sp. 13b Ciri Khas Ujung Daun Meruncing ......................................... Asplenium caudatum 14a Habitus Semak .................................................................................................. 18 14b Habitus Pohon .......................................................................................Cyathea sp. 15a Seperti Dasi ................................................................................ Drymoglossum sp. 15b Tidak Seperti Dasi ............................................................................................. 19 16a Ciri Khas Daun Tidak Berwarna Hijau Gelap .................................................... 20 16b Ciri Khas Daun Berwarna Hijau Gelap ............................................ Angiopteris sp. 17a Sorus Berwarna Kuning.............................................................. Pittyrogramma sp. 17b Sorus Tidak Berwarna Kuning........................................................................... 21 18a Ciri Khas Daun Membentuk dua sayap .................................................. Dipteris sp. 18b Ciri Khas Daun Muda Berwarna Merah.............................................. Blechnum sp. 19a Ciri Khas Daun Lanset Panjang ............................................................. Vittaria sp. 19b Ciri Khas Ujung Daun Seperti Tanduk ............................................Platycerium sp. 20a Ciri Khas Bentuk Daun Seperti Ginjal .............................................Nephrolepis sp. 20b Ciri Khas Bentuk Daun Tidak Seperti Ginjal ..................................................... 22 21a Daun Majemuk Imparipinatus .................................................................. Pteris sp. 21b Daun Tidak Majemuk Imparipinatus ................................................................. 23 22a Ciri Khas Daun Tidak Kecil .............................................................................. 24 22b Ciri Khas Daun Kecil ....................................................................... Gleichenia sp. 23a Ciri Khas Daun Persegi ........................................................................ Adiatum sp. 23b Ciri Khas Ujung Daun Seperti Tanduk ............................................Platycerium sp. 23
24a Ciri Khas Daun Majemuk Tingkat Satu ...........................................Histyopteris sp. 24b Ciri Khas Daun Tidak Majemuk Tingkat Satu ................................................... 25 25a Pteolus Tidak Memiliki Anak Daun .............................................. Dicranopteris sp. 25b Pleotolus Memiliki Anak Daun ..................................................... Trichomanes sp.
J.
Pembahasan 1. Pittyrogramma sp. Dimasukan kedalam ordo superficiales karena letak sorus dibawah daun, menyebar dan di tepi daun. Paku ini disebut juga sebagai paku perak karena pada saat tumbuhan masih muda, seluruh entalnmya tertutup oleh seperti tepung yang berwarna putih kekuningan dan setelah dewasa tepung itu hanya terdapat pada bagian bawah permukaan daun saja. Mempunyai rimpang yang pendek dan tegak pada rimpang tersebut terdapat sisik yang berwarna coklat, secara ekologis paku ini sering di temukan tumbuhdi daerah-daerah terbuka. warna dari tangkai entalnya yaitu berwarna hitam, bersisik pada pangkalnya dan tidak bersisik mengkilat, , anak daun yang terletak dibagian pangkal adalah jenis daun tunggal, sedang yang dibagian tengah dan ujungnya menyirip yang paling ujung melekuk dan bisa mencapai ukuran 17 cm dan lebar 4-5 cm melancip pada bagian ujungnya 2. Hymenophyllum sp. Hymenophyllum merupakan jenis paku yang tumbuh epifit pada batang pohon. Habitusnya adalah herba serta mempunyai ciri khas daun majemuk tipis seperti selaput berwarna hijau. Bentuk daunnya lanset dan sporofil maupun tropofil tidak dapat dibedakan. Paku ini memiliki percabangan bebas dengan letak daun roset. Batang paku ini berbukubuku. Hymenophyllum mempunyai alat pembawa homospora berupa sorus yang terletak di bawah permukaan daun. 3. Vittaria sp. Dimasukan
ke
dalam
Ordo
Polypodiales
dan
Familia
Polypodiaceae. Daun mempunyai panjang 30-60 cm, lebar 8-16 mm, daun tersusun linier, tebal, halus, dan berwarna hijau tua. Sori berwarna coklat
24
tua yang terletak di bawah permukaan daun, terletak di bagian ujung daun.habitatnya Epifit pada pohon, yang mempunyai lingkungan lembab. 4. Cycloporus sp. Akar berbentuk rimpang, akar banyak dan halus, sebagian besar tertanam di dalam tanah, kerapkali bersisik, berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Batangnya bulat, berwarna kecoklatan, pangkal batang berlekatan dengan rimpang akar, terkadang bersisik lebat dan halus, arah tumbuh batang mendatar, permukaan batang halus. Memiliki daun majemuk, permukaan daun kasar, daun steril dengan panjang daun 0,2-2 cm, ujung daun tumpul, tulang daun lateral tidak jelas. Pada paku dewasa, terdapat spora yang dapat hidup dan berkembang pada tempat yang lembab.Spora dihasilkan dari sporangium yang berada di bawah daun fertile, Berwarna cokelat (Nasution,1989). 5. Lycopodium cernum Memiliki ciri-ciri berdaun kecil (mikrofil) dengan susunan spiral dan daun-daun yang sangat banyak tersebut tersusun rapat, batangnya seperti kawat, sporangium muncul di ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (kerucut), hidup di darat. Akar pada Lycopodium cernuum biasanya bercabang menggarpu, bagian – bagian batang yang berdiri tegak, dan mempunyai rangkaian sporofil . Lycopodium cernuum termasuk tumbuhan paku homospora. Metagenesis/pergiliran keturunan pada Lycopodium cernuum terdiri dari dua fase yaitu fase sporofit dan fase gametofit. 6. Equisetum sp. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan pada
25
tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual. Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Tumbuhan yang bersifat tahunan, berukuran kecil dengan tinggi 0,2-1.5 m. Batang beruas-ruas dan tegak lurus berbentuk bulat.Tumbuhan ini tidak memiliki bunga, namun pada ujung batangnya terdapat suatu badan yang berbentuk gada atau kerucut. Hal ini disebabkan oleh sporofil yang mengumpul pada ujung batang, warga kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna (tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu). 7. Polypodium sp. Polypodiaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales). Suku yang monofiletik ini merupakan suku dengan anggota jenis yang paling banyak dibandingkan dengan suku-suku tumbuhan paku lainnya, dengan lebih dari 60 marga dan merangkum sekitar 1000 jenis. Habitat Polypodium sp. adalah epifit di tanah. Rimpang yang menjala di tanah. Atau batang pohon dan juga batu-batuan atau pada dinding yang sudah tua. Biasanya terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab). di daerah tropis dan sub tropis. Jenis ini sering terdapat di dekat sungai yang ternaung, di tempat terbuka di hutan. Polypodium
sp.
merupakan
Pterydophyta
yang
memiliki
perawakan herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan agak keras. Bangun daun pada Polypodium sp. yaitu linier bentuk ujungnya meruncing dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau membedah dan simetris. Ukuran daunnya berupa isofil yakni mempunyai ukuran sama atau serupa, sektar kurang lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau muda, tekstur daun pada Polypodium sp. berupa helaian, pada permukaan daunnya halus mempunyai ramenta. Daun Polypodium sp. memiliki urat daun menyirip, tulang daunnya memiliki tipe makrofil, yakni tulang daunnya bercabang
26
dari pangkal ke ujung.Pada Polypodium sp. terdapat ental, yakni daun muda yang masih meggulung dan tangkai ental disebut stipe, hal ini untuk membedakan dari tangkai yang lainnya. Bagian pipih ental disebut lamina yang berbentuk menyirip. Tiap anak daun dari daun yang menyirip disebut sirip dan porosnya disebut rachis. 8. Angiopteris sp. Angiopteris sp. ini memiliki ciri-ciri khusus dari tumbuhan paku yang lainnya yaitu tumbuhan yang termasuk dalam kelompok ini adalah paku-pakuan yang hidup di tanah dan tebing terjal. Perawakan atau habitus dari tumbuhan paku ini adalah paku pohon. Karena jenis paku ini adalah paku pohon maka batangnya tinggi seperti pohon. Berakar serabut, karena semua tumbuhan paku memiliki akar serabut atau rhizoma yang merayap di tanah. Batang pada tumbuhan ini berbentuk bulat beralur dan berusuk secara longitudinal serta beruas- ruas panjang dan kaku. Angiopteris sp. memiliki permukaan batang halus, tetapi permukaan batang paku- pakuan tidak selalu halus tetapi kadang-kadang di hiasi dengan bentukan tertentu seperti duri, rambut- rambut halus yang uniseluler, ramenta (bentukan seperti rambut atau sisik yang berwarna hitam, cokelat), lapisan lilin dan sisa- sisa tangkai. Tidak terdapat rambut pada tumbuhan paku ini. Ukuran batang pada tumbuhan paku- pakuan sangat bervariasi dari beberapa mm sampai beberapa m dan diameter yang juga bervariasi dari beberapa mm sampai cm, pada paku Angiopteris sp. mempunyai panjang sekitar 1- 2 meter dengan diameternya 0,2 mm. Warna batang hijau kecokelatan. Dan tidak memiliki percabangan pada batangnya. 9. Asplenium nidus Jenis asplenium yang sering dipelihara oleh masyarakat yaitu Asplenium nidus. Tetapi para pecinta tanaman hias yang fanatik merasa kurang puas dengan jenis ini.
Saat ini para
pemulia
sedang
mengembangkan paku sarang burung yang unik dan langka. Dengan perlakuan mutasi, anakan yang terjadi dapat menghasilkan jenis variegata dan cristata. Persilangan antar jenis dapat menghasilkan hibrida baru. Hasil
27
perlakuan mutasi bersifat temporer. Jika orang tak pandai memelihara paku sarang burung ini, sifatnya mudah berubah. Tanaman yang terjadi dari hasil mutasi cenderung akan kembali lagi pada sifatnya yang asli. Hasil persilangan bersifat permanen. Hibrida ini yang diharapkan oleh penggemar paku-pakuan. Perawatan asplenium boleh dikatakan mudah. Tanaman ini membutuhkan tempat yang lembab, basah dan ternaungi. Dalam perawatan asplenium sebaiknya menghindari terpaan langsung sinar matahari. Daun yang terkena terpaan sinar matahari langsung akan terlihat terbakar. Daun akan berwarna kuning hingga akhirnya coklat dan mati. Pemberian bahan organik diperlukan untuk menambah nutrisi. Bahan-bahan organik seperti seresah daun, sabut kelapa dan merang dapat dipakai oleh para hobiis dalam perawatan asplenium. (Keren, 2013). 10. Davalia sp. Berdasarkan hasil pengamatan, Davallia memiliki daun, bangun daun berupa lanset, susunan daunnya selang seling, dan bentuk daunnya homofil. Spesies ini juga habitusnya epifit, letak spora di tepi daun, bangun sporanya sorus, habitat di darat, dan memiliki ciri khas berupa spora di ujung setiap toreh. 11. Selaginella sp. Berdasarkan hasil pengamatan, Selaginella sp memilki daun, bangun daun oval, susunan daunnya selang seling, bantuk daun heterofil, habitusnya terrestrial. Spora terletak di ujung, bangun spora berupa strobilus, habitatnya di darat. Menurut Hypermash (2014), bahwa spesies ini sebagian berbatang tegak, tapi juga ada yang batang mendatar, tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Daun ada dua macam, mikrofil dan makrofil, belum mengalami diferensiasi membentuk jaringan pagar dan jaringan spons. Akar tumbuh dari bagian batang yang tidak berdaun. Bersifat heterospor, protalium telah mereduksi, berukuran sangat kecil. 12. Dipteris sp. Dipteridaceae lebih dikenal sebagai keluarga payung pakis, merupakan bagian dari divisi Pteridophyta. Famili ini memiliki sejarah
28
fosil panjang sejak periode triassic (251.000.000-199.600.000 tahun yang lalu), tetapi untuk saat ini hanya ada dua genera yang masih tersedia, yaitu dipteris (11 spesies) dan cheiropleura (1 spesies). Dipteris mencakup delapan spesies terbatas pada lereng berbatudi daerah tropis-lembab dan bersuhu hangat dari asia hingga australia dan tiga spesies ditemukan dari papua nugini sampai kepulauan solomon (wilayah biogeografi yang dikenal sebaga papuasia). Daun sangat atipikal untuk pakis, dengan lamina dibagi menjadi dua selembaran primer atau lobus mendalam, yang kurang lebih berbentuk kipas dan disebagian besar lembarannya dibagi menjadi lobus tidak teratur. Sporangia berwarna kuning terkelompok menjadi putaran kecil sepanjang jaringan pembuluh diantara pembuluh utama. (Yatskievych, 2010). 13. Pteris sp. Berdasarkan hasil pengamatan, Pteris sp memilki daun, bangun daun lanset, susunan daunnya berhadapan, bantuk daun homofil, habitusnya terrestrial. Spora tersebar di tepi daun, bangun spora berupa sorus, habitatnya di darat. Tumbuhan ini memiliki ciri khas ujung anak daun menyempit. Menurut Yudianto (1992), bahwa spesies ini memiliki daun, bangun daunnya lanset. Susunan daunnya berhadapan. Bentuk daunnya homofil, bentuk sporofil mirip dengan tropofil. Habitatnya di darat, habitusnya terrestrial. Letak spora di tepi daun sporofil. Bangun spora sorus. Ciri khas tanaman ini yaitu memiliki satu buah daun dijungnya yang berbentuk seperti pedang. 14. Nephrolepis sp. Nephrolepis sp. merupakan divisi dari Pteridophyta, kelas Filicinae (Filix = tumbuhan paku sejati), dan famili Polypodiaceae (Poly = banyak, podia = kaki, tangkai). Nephrolepis sp. mempunyai daun berukuran besar, menyirip duduk daunnya, bentuk daun lanset, jenis daun homofil (daun-daunnya memiliki bentuk sama), tipe daun majemuk, letak daun roset, serta dalam satu tangkai daun anak-anak daun ada yang menghasilkan spora dan ada yang tidak menghasilkan spora. Mempunyai batang yang berbuku dan tipe percabangan bebas. Jenis spora yaitu
29
homospora, pembawa spora sorus, daun mudanya menggulung, letak sorus di bawah permukaan daun, dan susunan sori berderet ai antara urat daun ke samping sampai ke bagian ujung anak daunnya. Daun-daun fertilnya dari bagian tengah ke bagian ujung daunnya. Habitat dari Nephrolepis sp. terestrial, habitusnya berupa semak. Ciri khas dari spesies ini yaitu bentuk daun muda seperti ginjal. 15. Adiantum sp. Adiantum sp. atau dikenal dengan nama daerah yaitu suplir merupakan divisi dari Pteridophyta dan famili Polypodiaceae (Poly = banyak, podia = kaki, tangkai). Adiantum sp. mempunyai daun, bentuk daun persegi, jenis daun homofil (daun-daunnya memiliki bentuk sama), tipe daun majemuk, letak daun roset, serta daun mudanya menggulung secara spiral. Mempunyai batang yang berbuku dan tipe percabangan bebas, tetapi tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah, tetapi adanya akar rimpang yang kerap kali bersisik. Jenis spora yaitu homospora, pembawa spora sorus, dan letak sorus ditepi daun berderet melekuk sesuai dengan tepi daunnya. Habitat dari Adiantum sp. terestrial, habitusnya berupa herba. Ciri khas dari spesies ini yaitu daun berbentuk persegi di ujung daun. 16. Dicranopteris sp. Dicranopteris sp. merupakan divisi dari Pteridophyta. Mempunyai daun, bentuk daun lanset, jenis daun homofil (daun-daunnya memiliki bentuk sama), tipe daun majemuk, dan letak daun roset. Mempunyai batang yang berbuku dan tipe percabangan dikotom. Jenis spora yaitu homospora, pembawa spora sorus, dan letak sorus ada di bawah permukaan daun. Habitat dari genus ini yaitu terestrial, serta habitus seperti semak. Ciri khas dari Dicranopteris sp. yaitu pteolus tidak mempunyai anak daun. 17. Drynaria sp. Berdasarkan hasil pengamatan, Drynaria memiliki daun, bangun daun berupa lanset, susunan daunnya selang seling, dan bentuk daunnya homofil. Spesies ini juga habitusnya epifit, letak spora tersebar di
30
belakang daun, bangun sporanya sorus, habitat di darat, dan memiliki ciri khas berupa sorus banyak tersebar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Yudianto (1992), bahwa Drynaria merupakan salah satu anggota Divisi Pteridophyta yang termasuk ke dalam Class Feliciinae. Daun pada Drynaria memiliki bangun daun lanset dengan bentuk daun homofil karena jumlah daun tropofil sama dengan jumlah daun sporofilnya. Susunan daun pada Drynaria selang-seling. Spora pada Drynaria memiliki bangun sorus dan letaknya tersebar di bawah permukaan daun. Habitat Drynaria adalah darat dan habitusnya berupa tumbuhan epifit. 18. Cyathea sp. Cyathea sp. merupakan divisi dari Pteridophyta dan dari Famili Cyatheaceae (Cyathium = piala). Mempunyai daun, bentuk daun lanset, jenis daun homofil (daun-daunnya memiliki bentuk sama), dan tipe daun tunggal. Jenis paku pohon dengan duduk daun roset, berjejal membulat seperti piala tampaknya. Mempunyai batang yang berbuku dan tipe percabangan bebas. Jenis spora yaitu homospora dan pembawa spora sorus. Sori terletak pada bagian bawah daun, di bagian urat daunnya, selaput penutup (indusium) kecil. Habitat dari genus ini terestrial dan habitus pohon. Ciri khas Cyathea yaitu habitus pohoh dan kemiripan seperti pohon kelapa. 19. Drymoglossum sp. Berdasarkan hasil pengamatan, Drymoglossum memiliki daun, bangun daun berupa lanset, susunan daunnya satu bidang, dan bentuk daunnya heterofil. Spesies ini juga habitusnya epifit, letak spora ujung daun sporofil, bangun sporanya sorus, habitat di darat, dan memiliki ciri khas berupa susunan daun 1 bidang. 20. Trichomanaes sp. Trichomanes sp. merupakan divisi dari Pteridophyta. Mempunyai daun, bentuk daun lanset, jenis daun homofil (daun-daunnya memiliki bentuk sama), tipe daun majemuk, dan letak daun roset. Trichomanes sp. mempunyai batang yang berbuku dan tipe percabangan bebas. Jenis
31
spora homospora, pembawa spora oleh sorus, dan letak sorus di bawah permukaan daun. Habitat dari genus ini terestrial, serta habitus semak. Ciri khas Trichomanes sp.yaitu daun lebih kecil dan lebih halus dari Davalia. 21. Asplenium caudatum Bentuk daun lanset dimana bagian basal meruncing bagian apek runcing dan bagian tepi daunnya bergerigi. Tipe daun Homofil, dengan jenis daun tunggal, letak duduk daun roset. Pada bagian batang berbuku, memiliki percabangan bebas, jenis spora homospora dengan pembawa spora sorus, sorus terletak dibagian bawah daun dengan bentuk memanjang dan berhadapan. Habitat terestial dan epifit. Habitus herba dengan cirikhas ujung daun meruncing seperti ekor. 22. Histyopteris sp. Bentuk daun lanset dan seperti kupu-kupu, sporangium dalam bentuk sorus habitat terestrial. Tipe daun Homofil, dengan jenis daun majemuk, letak duduk daun roset. Pada bagian batang berbuku, memiliki percabangan bebas, jenis spora homospora dengan pembawa spora sorus, sorus terletak dibagian bawah daun. Habitus semak dan memiliki ciri khas yaitu daun majemuk tingkat satu. 23. Platycerium sp. Bentuk daun lanset. Tipe daun Homofil, dengan jenis daun tunggal, letak duduk daun roset. Pada bagian batang berbuku, memiliki percabangan bebas, jenis spora homospora dengan pembawa spora sorus, sorus terletak dibagian bawah daun dengan bentuk memanjang dan berhadapan. Habitat epifit. Habitus herba dengan ciri khas yaitu daun pipih, ujung daun seperti tanduk. 24. Gleichenia sp. Bentuk daun lanset, sporangium dalam bentuk sorus habitat terestrial. Tipe daun Homofil, dengan jenis daun majemuk, letak duduk daun roset. Pada bagian batang berbuku, memiliki percabangan dikotom, jenis spora homospora dengan pembawa spora sorus, sorus terletak dibagian bawah daun dengan bentuk bulat dan terletak di bawah
32
permukaan daun. Habitus semak. Habitat terestial. Memiliki ciri khas yaitu bentuk daun mirip dengan Dicranopteris hanya saja tidak terdapat ala, dan pteolus ditumbuhi anak daun. 25. Blechnum sp. Bentuk daun lanset. Tipe daun Homofil, dengan jenis daun tunggal, letak duduk daun roset. Pada bagian batang berbuku, memiliki percabangan bebas, jenis spora homospora dengan pembawa spora sorus, sorus terletak dibagian bawah daun dengan bentuk memanjang dan berhadapan. Habitat epifit. Habitus herba dengan ciri khas yaitu Bentuk daun panjang dengan ujung daun muda berwarna merah. Jenis daunnya troposporofil dan letak sorus tersebar di belakang daun. Habitatnya terestial. Habitusnya herba.
K. Nilai-nilai Kehidupan 1. Nilai Praktis Tumbuhan paku memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia antara lain sebagai tanaman hias pada Adiantum (suplir), Platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku sarang burung), Nephrolepis, Alsophila (paku tiang). Sebagai bahan obat pada Equisetum (paku ekor kuda) untuk antidiuretik (lancar seni),Cyclophorus untuk obat pusing dan obat luar, Dryopteris untuk obat cacing pita, Platycerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodium untuk antidiuretik dan pencahar lemah dari sporanya. Sebagai bahan sayuran pada Marsilea (semanggi), Pteridium aquilinum (paku garuda). Sebagai kesuburan tanah pada Azolla pinnata karena bersimbiosis dengan Anabaena (alga biru) yang dapat mengikat unsur nitrogen dari udara. 2. Nilai Intelektual Tumbuhan paku (Pteridophyta) ini sudah terbukti memiliki banyak manfaat bagi manusia, tetapi dibalik itu semua tidak boleh berhenti meneliti kegunaan lainnya, karena pasti masih banyak lagi kandungan Pteridophyta bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan kemampuan intelektualnya mahasiswa tentu dapat menggali berbagai potensi yang
33
dimiliki paku tersebut. Hal yang kecil jika kita dalami dan pelajari akan memberikan manfaat yang berkali-kali lebih besar daripada kuantitasnya. 3. Nilai Sosial Politik Pada tumbuhan paku, susunan letak sporangium bermacam-macam diantaranya tersusun dalam sorus, strobilus, dan karpogonium. Tetapi semuanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penghasil spora. Sama hal nya dengan manusia, walaupun tempat tinggalnya di desa, di kota, di pegunungan, di dekat pantai, tetapi memeiliki tujuan yang sama yaitu untuk bertahan hidup dalam lingkungannya. 4. Nilai Pendidikan Dengan mempelajari Pteridophyta ini, banyak ilmu yang bisa di ambil. Kita lebih tahu ternyata banyak spesies dari tumbuhan paku ini yang akan menjadi ilmu untuk kita semua. 5. Nilai Agama Pada tumbuhan Pteridophyta ada beberapa jenis spesies yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tersendiri, itu menndakan bahwa sang Pencipta Maha Besar sehingga menciptakan setiap organisme dengan perbedaan yang dimiliki setiap organisme. Pada Pteridophyta tersusun strobilus yang rapi, tanpa ada bantuan dari mahluk lain, itu menandakan bahwa Allah Maha Pengatur segalanya.
L. Simpulan 1. Pteridophyta atau tumbuhan paku tergolong kormofita sejati, karena sudah menyerupai tumbuhan tinggi, yaitu: a. Batangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu; b. Daunnya sudah memiliki urat-urat daun, tetapi ada yang tidak berdaun dan berdaun serupa sisik; c. Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar; d. Sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe radiair/menjari, atau tipe konsentris. 2. Untuk bisa mengklasifikasikan tumbuhan paku bisa dilihat dari karakteristiknya yaitu: tumbuhan paku dominan sporofitnya karena
34
menghasilkan spora; tumbuhan paku ada yang berdaun dan tidak; daunnya ada yang mempunyai sisik, rambut, lebar dengan majemuk atau tunggal; bentuk daun ada yang lonset, oval, ginjal dan menjari; batangnya ada yang berongga, berbuku, bercabang dikotom atau bebas; sporanya dihasilkan dari sporangium, sporakardium dan strobilus; bentuk sporanya ada yang homospora atau heterospora; habitatnya merambat atau tidak dan habitusnya pohon, herba atau semak.
35
DAFTAR PUSTAKA
Hypermash. (2014). Penjelasan Tumbuhan Paku Pteridophyta. [Online]. Diakses dari:http://www.materisma.com/2014/05/penjelasan-tumbuhan-pakupteridophyta.html [27-11-2016] Irawati, Nori. 2013. Equistinae (Laporan Praktikum Pterydologi). [Online]. Diakses dari: http://noriirawat.blogspot.co.id/2013/07/laporanpterydophyta.html Keren, Tiartha. 2013. Paku Sarang Burung (Asplenium nidus). [Online]. Diakses dari: http://tiartha.blogspot.co.id/2013/03/paku-sarang-burung-aspleniumnidus.html Mali’ah, Siti. 2012. Deskripsi Tumbuhan Paku Dicuban Talun. [Online]. Diakses dari: http://shyteemell.blogspot.co.id/2012/06/deskripsi-tumbuhan-pakudicuban-talun.html Nasution . (1989). Mengenal Cycloporus. Bandung . Eka Jaya Surakusumah, dkk. (2015). PENUNTUN PRAKTIKUM BOTANI CRYPTOGAMAE. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Tiyas, Eka Dianing. 2009. Angiopteris sp. [Online]. Diakses dari: http://ekadianingtiyas.blogspot.co.id/2009/12/blog-post_04.html Yatskievych, George. 2010. Dipteridaceae, Plant Family. [Online]. Diakses dari https://www.britannica.com/plant/Dipteridaceae#ref1007712 Yudianto, S. A. (1992). Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.
36
DAFTAR PUSTAKA GAMBAR
Gambar 1.2 Pittyrogramma sp. Vega, Juan. (2014). Pittyrogramma sp.. [Online]. Diakses dari: https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd= &cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiTidztqsvQAhULgbwKHYEBCMQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fmurosverdes.blogspot.com%2F&bv m=bv.139782543,d.dGc&psig=AFQjCNFmpyqsLgROtQuLKkVgFW_IsXfd bw&ust=1480418481337630. [27-11-2016] Gambar 2.2 Hymenophyllum sp. Chen, Cheng . (2013). Hymenophyllum sp. [online]. Diakses dari: https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd= &cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi2qIzpcvQAhWDfrwKHS_oCPgQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fsiflora.nmns.e du.tw%2Fliving-photo%2FSITW04935-CCWI005%2F&psig=AFQjCNESZxk57T9u6ipKOAppSwZNuOPJQQ&ust=14804 17042607878. [27-11-2016] Gambar 3.2 Vittaria sp. Mikael. (2010). Vittaria sp. [online]. Diakses dari: https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd= &ved=0ahUKEwje1sr8qcvQAhXGWrwKHeOICjUQjRwIBw&url=https%3 A%2F%2Fwww.flickr.com%2Fphotos%2Flika_sweden%2F6827078520%2F lightbox%2F&bvm=bv.139782543,d.dGc&psig=AFQjCNFrEymMRsh7kMX_D-JFb4fRzLQKw&ust=1480418260748404&cad=rjt. [2711-2016] Gambar 4.2 Cyclophorus sp. Ching. (2010). Cyclophorus sp. [online]. Diakses dari: https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd= &cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjd_53kp8vQAhUEybwKHbFAtIQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fbbs.fuzhouhuaniao.com%2Fthread5948-11.html&bvm=bv.139782543,d.dGc&psig=AFQjCNH_O_zDxbB0oX75EivM v8lzoLAbqA&ust=1480417637976843. [27-11-2016] Gambar 5.2 Lycopodium cernum Clive. (2009). Lycopodium cernum. [online]. Diakses dari: http://www.hiddenforest.co.nz/plants/clubmosses/images/lycop02b.jpg. [2711-2016]
37
Gambar 6.2 Equisetum sp. Ruckszio, Manfred. Tanpa Tahun. Horsetail; Equisetum; arvense; Seedling,
sprout.
[Online].
Diakses
dari:
https://www.shutterstock.com/pic-427398646/stock-photo-horsetailequisetum-arvense-seedling sprout.html?src=Ty_SniBktkMJRKwx1t6eWQ-1-23. [27-11-2016] Gambar 7.2 Polypodium sp. Arousa. Tanpa Tahun. Common polypody fern, Polypodium vulgare, growing over old walls in Arousa Island. [Online]. Diakses dari: https://www.shutterstock.com/pic-467498753/stock-photo-commonpolypody-fern-polypodium-vulgare-growing-over-old-walls-in-arousaisland.html?src=VZ1Cbu3tZncWow4JkxwDUg-1-4. [27-11-2016] Gambar 8.2 Angiopteris sp. Pryer, K.M. et al. 2004. Angiopteris in a ravine forest, Guam. [Online]. Diakses dari: http://university.uog.edu.172-31-2236.previewmywsisite.com/botany/Plant_Di/monilophytes.html. [27-112016] Gambar 9.2 Asplenium nidus 123rf. Tanpa tahun. Stock Photo - Bird's nest fern or Asplenium nidus in green field. [Online]. Diakses dari: http://www.123rf.com/photo_14532994_bird-s-nest-fern-or-aspleniumnidus-in-green-field.html. [27-11-2016] Gambar 10.2 Davalia sp. Cultivated. (2006). Davallia canariensis. [Online]. Diakses dari: https://en.wikipedia.org/wiki/Davallia#/media/File:Davallia_canariensis_c ult0.jpg [27-11-2016] Gambar 11.2 Selaginella sp. García, Luis Fernández. (2004). Selaginella sp. [Online]. Diakes dari: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Selaginella-sp.jpg [27-11-2016] Gambar 12.2 Dipteris sp. Visualphotos. Tanpa Tahun . A riparian fern (Dipteris sp) on the banks of the Likau river in Similajau National Park Sarawak Malaysian Borneo.
38
[Online]. Diakses dari: http://www.visualphotos.com/image/1x7571471/ariparian-fern-dipteris-sp-on-the-banks-of-the-likau-river-in-similajaunational-park-sarawak-malaysian-borneo. [27-11-2016] Gambar 13.2 Pteris sp. Rodd,
Tony.
(2004).
Pteris
sp.
[Online].
Diakses
dari:
https://www.flickr.com/photos/tony_rodd/510010512 [27-11-2016] Gambar 14.2 Nephrolepis sp. Siamgreenculture.
(2015).
Drynaria
sp.
[Online].
Diakses
dari:
http://www.siamgreenculture.com/drynaria-sp-spd----rare-epiphytfern.html [27-11-2016] Gambar 15.2 Adiantum sp. Corbett.
Adiantum
(2006).
sp.
[Online].
Diakses
dari
http://botany.csdl.tamu.edu/FLORA/pic03/DSCN3734.JPG [27-11-2016] Gambar 16.2 Dicranopteris sp. Baimajian.
(2013).
Dicranopteris
pedata.
[Online].
Diakses
dari
Diakses
dari:
https://mjhchina.wordpress.com/tag/baimajian/ [27-11-2016] Gambar 17.2 Drynaria sp. Siamgreenculture.
(2015).
Drynaria
sp.
[Online].
http://www.siamgreenculture.com/drynaria-sp-spd----rare-epiphytfern.html [27-11-2016] Gambar 18.2 Cyathea sp. Alamy.
(2016).
Cyathea
sp.
[Online].
Diakses
dari
http://h7.alamy.com/zooms/521aa67656e04cc9bcdaa6f0e2bda5bf/tree-ferncyathea-sp-spring-trelissick-garden-united-kingdom-btcrw3.jpg
[27-11-
2016] Gambar 19.2 Drymoglossum sp. Woodlands Park. (2009). Dragon scales. [Online]. Diakses dari: http://www.wildsingapore.com/wildfacts/plants/others/drymoglossum/pilo selloides.htm [27-11-2016] Gambar 20.2 Trichomanaes sp. Kokeshino.
(2013).
Trichomanes
sp.
[Online].
Diakses
dari
http://kokeshino.exblog.jp/19272980/ [27-11-2016]
39
Gambar 21.2 Asplenium caudatum Fida.
(2014).
Asplenium
caudatum.
[Online].
Diakses
dari:
http://www.naturalista.mx/taxa/399754-Asplenium-caudatum. [27-11-2016] Gambar 22.2 Histyopteris sp. Sundue,
Michael.
(2012).
Diakses
http://www.fernsoftheworld.com/2012/04/15/histiopteris-incisa/.
dari: [27-11-
2016] Gambar 23.2 Platycerium sp. Canberra. (2015). Platycerium bifurcatum. [Online]. Diakses dari: http://www.anbg.gov.au/gnp/interns-2004/platycerium-bifurcatum.html. [27-11-2016] Gambar 24.2 Gleichenia sp. Leonardo.
(2011).
Gleichenia
sp.
Diakses
dari:
https://s10.lite.msu.edu/res/msu/botonl/b_online/e45/gleiche.htm.
[27-11-
2016] Gambar 25.2 Blechnum sp. Moran, Robbin. (2001). Blechnum ensiforme. [Online]. Diakses dari: http://www.plantsystematics.org/imgs/robbin/r/Blechnaceae_Blechnum_ens iforme_4327.html.html. [27-11-2016]
40