PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BRANCHIAL APPARATUS
A. PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial (muka dan rongga
mulut) dimulai pada minggu ke-3 intra uterin. Mula-mula masih berbentuk
tube dan terdiri dari 3 unsur, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.1
Pada pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial sangat
dipengaruhi oleh tumbuh kembang dari branchial apparatus. Bagian ini
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap struktur kepala dan
leher. Bagian ini terdiri dari empat komponen, yaitu lengkung brankial
atau lengkung faring (branchial arches), kantong brankial (branchial
pouches), celah brankial atau celah faring (branchial groove) dan
membran brankial.
Komponen utama dari kelompok ini adalah lengkungan brankial
(branchial arches) yang merupakan gambaran paling khas dalam
perkembangan kepala dan leher, struktur sementara yang berasal dari otot
mayor, saraf, pembuluh darah, dan elemen skeletal.1
B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BRANCHIAL APPARATUS
Proses pertumbuhan dan perkembangan branchial apparatus, terdiri dari:
1. Branchial arches (lengkung)
2. Branchial pouches (kantong)
3. Branchial grooves (celah)
4. Branchial membrane (selaput)
Gambar 1 : Pembentukan branchial apparatus. A. 25 hari. B. 28 hari. C. 5
minggu
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta:
EGC. 2009)
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Arches
Setiap lengkung brankial terdiri atas sebuah inti jaringan
mesenkim yang di sebelah luarnya dibungkus oleh ektoderm dan sebelah
dalamnya dibungkus oleh endoderm. Selain mesenkim yang berasal dari
mesoderm lempeng paraksial dan lateral, inti tiap-tiap lengkung
brankial menerima banyak sekali sel krista neuralis, kemudian
bermigrasi ke dalam lengkung brankial untuk ikut membentuk unsur-
unsur rangka pada wajah. Mesoderm lengkung yang asli membentuk
susunan otot di wajah dan leher. 2
Mula-mula dibentuk branchial arch/ pharyngeal arch I, kemudian
dibentuk branchial arch II hingga VI, namun branchial arch V
rudimenter/ hilang sehingga branchial arch IV bergabung dengan
branchial arch VI. Dari branchial apparatus inilah akan dibentuk
organ-organ, rahang atas, rahang bawah, lidah, laring, faring, os.
hyoid, otot-otat wajah, ligamentum, arteri, vena, nervus, dll.1,2
a. Branchial arch I
Lengkung brankial pertama terdiri dari bagian dorsal,
prosesus maksilaris yang meluas ke depan di bawah daerah mata, dan
bagian ventral, prosesus mandibularis yang mengandung kartilago
Meckel. Selama perkembangan lebih lanjut, kartilago Meckel lenyap
kecuali dua bagian kecil di ujung dorsalnya yang menetap dan
membentuk inkus dan maleus. Mesenkim prosesus maksilaris membentuk
premaksila, maksila, os zigomatikum dan sebagian os temporal
melalui osifikasi membranosa. Mandibula juga dibentuk oleh
osifikasi membranosa jaringan mesenkim yang mengelilingi kartilago
Meckel. Selain itu, lengkung pertama ikut membentuk tulang-tulang
telinga tengah.2
Otot lengkung brankial pertama mencakup otot pengunyah (m.
temporalis, m. masseter, m. pterigoideus), venter anterior m.
digastrikus, serta m. milohioideus, m. tensor timpani, dan m.
tensor veli palatine. Persarafan ke otot-otot lengkung pertama
diberikan n. mandibularis (cabang n. trigeminus). Karena mesenkim
dari lengkung pertama juga ikut membentuk dermis wajah, persarafan
sensorik ke kulit wajah diberikan oleh n. oftalmikus, n.
maksilaris, dan n. mandibularis (cabang n. trigeminus).2
Otot-otot lengkung tidak selalu melekat ke komponen tulang
atau tulang rawan lengkung itu sendiri tetapi kadang-kadang
bermigrasi ke daerah sekitar. Bagaimanapun, asal dari otot-otot
ini selalu dapat ditelusuri, karena persarafannya datang dari
lengkung asalnya.2
b. Branchial arch II
Tulang rawan lengkung kedua atau arkus hyoid (kartilago
Reichert) membentuk stapes, prosesus stiloideus os temporal,
ligamentum stilohioideum dan di sebelah ventral, kornu minus, dan
bagian atas korpus os hioideum. Otot arkus hyoid adalah m.
stapedius, m. stilohioideus, venter posterior m. digastrikus, m.
aurikularis, dan otot-otot ekspresi wajah. Nervus fasialis, saraf
lengkung kedua, mensarafi semua otot ini.2
c. Branchial arch III
Tulang rawan lengkung brankial ketiga menghasilkan bagian
bawah korpus dan kornu mayus os hioideum. Susunan ototnya terbatas
pada m. stilofaringeus. Otot ini disarafi oleh nervus
glosofaringeus, saraf lengkung ketiga.2
d. Branchial arch IV dan VI
Komponen tulang rawan lengkung brankial keempat dan keenam
menyatu untuk membentuk kartilago laring: kartilago tiroidea,
krikoidea, aritenoidea, kornikulata dan kuneiformis. Otot lengkung
keempat (m. krikortiroideus, m. levator veli palatini dan m.
konstriktorfaringis) dipersarafi oleh nervus laringeus superior
(cabang nervus vagus), saraf lengkung keempat. Otot intrinsik
laring disarafi oleh nervus laringeus rekurens (cabang nervus
vagus), saraf lengkung keenam.2
Gambar 2 : Gambar yang memperlihatkan potongan melintang lengkung-
lengkung brankial. Di antara lengkung terdapat kantong di permukaan
dalam dan celah di permukaan luar.
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10.
Jakarta: EGC. 2009)
Tabel 1. Branchial Arches1,2
"Lengkung "Saraf "Otot "Tulang "
"Brankial " " " "
"Mandibula "V. N. "Otot-otot "Premaksila "
"(Prosesus "trigeminus : "pengunyah (m. "Maksila "
"maksilaris dan "n. maksilaris "temporalis; m."Os zigomatikum"
"mandibularis) "dan n. "masseter; m. "Sebagian os "
" "mandibularis) "pterigoideus "temporal "
" " "medialis dan "Kartilago "
" " "lateralis) "Meckel "
" " "m. "Mandibula "
" " "milohioideus "Maleus "
" " "venter "Inkus "
" " "anterior m. "Ligamentum "
" " "digastrikus "malei anterius"
" " "m. tensor "Ligamentum "
" " "palatini "sfenomandibula"
" " "m. tensor "re "
" " "palatine " "
"Hioid "VII. N. "Ekspresi wajah"Stapes "
" "fasialis "(m. businator;"Prosesus "
" " "m. "stiloideus "
" " "aurikularis; "Ligamentum "
" " "m. frontalis; "stilohioideum "
" " "platisma; m. "Kornu minus "
" " "orbicularis "Bagian atas os"
" " "oris; m. "hoideum "
" " "orbicularis " "
" " "okuli) " "
" " "venter " "
" " "posterior m. " "
" " "digastrikus " "
" " "m. " "
" " "stilohioideus " "
" " "m. stapedius " "
"III "IX. N. "M. "Kornu mayus "
" "glosofaringeus"stilofaringeus"Bagian bawah "
" " " "korpus os "
" " " "hioideum "
"IV-VI "X. N. vagus "M. "Kartilago "
" "N. laringeus "krikotiroideus"laring "
" "superior "m. levator "(tiroidea, "
" "(saraf ke "palatine "krikoidea, "
" "lengkung "m. konstriktor"aritenoidea, "
" "keempat) "faringis "kornikulata, "
" "N. laringeus "Otot-otot "kuneiformis) "
" "rekurens "intrinsik " "
" "(saraf ke "laring " "
" "lengkung " " "
" "keenam) " " "
Gambar 3 : Saraf-saraf pada setiap lengkung brankial
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10.
Jakarta: EGC. 2009)
Gambar 4. Struktur-struktur definitif yang dibentuk oleh komponen
tulang rawan berbagai lengkung brankial
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10.
Jakarta: EGC. 2009)
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Pouches
Pada umumnya manusia mempunyai lima pasang branchial pouch.
Pasangan yang terakhir adalah kantong atipikal dan sering dianggap
sebagai bagian kantong keempat. Epitel endoderm yang melapisi kantong-
kantong ini menghasilkan sejumlah organ penting.
a. Branchial pouch pertama
Pada branchial pouch pertama membentuk sebuah divertikulum
yang menyerupai sebuah tangkai, yaitu recessus tubotympanicus,
yang berdampingan dengan epitel yang membatasi branchial groove
pertama, yang kelak menjadi meatus acucticus externus.1,2 Bagian
distal divertikulum ini melebar menjadi bangunan yang menyerupai
kantong, yaitu cavum tympani primitif atau rongga telinga tengah
primitif, sedangkan bagian proksimalnya tetap sempit, membentuk
tuba auditiva (eustachi). Epitel yang melapisi cavum tympani kelak
membantu dalam pembentukan membrana tympani atau gendang telinga.2
b. Branchial pouch kedua
Di bagian ini terdapat lapisan epitel yang berproliferasi dan
membentuk tunas-tunas yang menembus ke dalam mesenkim di
sekelilingnya. Tunas-tunas ini kemudian disusupi oleh jaringan
mesoderm, sehingga membentuk primordium tonsilla palatina.1,2
Selama bulan ketiga sampai kelima, tonsil berangsur-angsur
diinfiltrasi oleh jaringan getah bening. Sebagian dari kantong ini
masih tersisa dan pada orang dewasa ditemukan sebagai fossa
supratonsilaris.2
c. Branchial pouch ketiga
Tanda khas kantong ketiga dan keempat adanya sayap dorsal dan
sayap ventral pada ujung distalnya. Pada minggu kelima, epitel
sayap dorsal kantong ketiga berdiferensiasi menjadi glandula
parathyroidea inferior, sedangkan sayap ventralnya membentuk
thymus. Kedua primordial kelenjar ini terputus hubungannya dari
dinding faring, dan thymus kemudian bermigrasi ke arah kaudal dan
medial, sambil menarik glandula parathyroidea bersamanya. Walaupun
bagian utama thymus bergerak menuju kedudukan akhirnya di dalam
rongga dada (untuk bersatu dengan pasangannya dari sisi lain),
ekornya terkadang menetap atau menempel pada kelenjar tiroid.
Pertumbuhan dan perkembangan timus berlanjut hingga masa akhir
pubertas. Jaringan paratiroid dari kantong ketiga pada akhirnya
terletak di permukaan dorsal kelenjar tiroid dan membentuk
glandula parathyroidea inferior.2
d. Branchial pouch keempat
Epitel sayap dorsal kantong ini membentuk glandula
parathyroidea superior. Ketika kelenjar paratiroid tidak lagi
berhubungan dengan dinding faring, kelenjar ini kemudian
bermigrasi ke dorsal glandula thyroid dan akhirnya terletak pada
permukaan dorsal kelenjar ini sebagai kelenjar paratiroid
superior.2
e. Branchial pouch kelima
Branchial pouch kelima adalah branchial pouch terakhir yang
berkembang dan biasanya dianggap sebagai bagian dari kantong ke
empat. Kantong ini menghasilkan corpus ultimobranchiale, yang
kelak menyatu ke dalam glandula thyroidea. Pada orang dewasa sel
parafolikular atau sel C dari glandula thyroidea. Sel-sel ini
mensekresi kalsitonin, yaitu hormon yang terlibat dalam pengaturan
kadar kalsium darah.2
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Groove
Pada dasarnya branchial groove terdapat empat celah. Bagian
dorsal celah pertama menembus mesenkim di bawahnya dan menghasilkan
meatus acusticus externus. Epitel yang melapisi bagian dasar meatus
ikut serta membentuk gendang telinga.1,2 Proliferasi aktif jaringan
mesenkim di dalam lengkungan kedua menyebabkan lengkung kedua ini
menutupi lengkung ketiga dan keempat. Akhirnya, lengkung kedua ini
bersatu dengan epicardial ridge di bagian bawah leher dan celah
kedua, ketiga dan keempat terputus hubungannya dengan bagian luar.
Celah-celah ini membentuk sebuah rongga yang dilapisi epitel ektoderm
yang disebut sinus cervicalis, tetapi pada perkembangan selanjutnya
sinus ini akan menghilang.2
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Membrane
Branchial membrane pertama akan membentuk membran timpani
sedangkan branchial membrane yang lain menghilang.2
Gambar 5 : A. Perkembangan celah dan kantong brankial. Lengkung kedua
tumbuh di atas lengkung ketiga dan keempat, menutupi celah brankial
kedua, ketiga dan keempat. B. Sisa celah brankial kedua, ketiga dan
keempat membentuk sinus servikalis yang normalnya akan mengalami
obliterasi.
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta:
EGC. 2009)
Bagan 1: Tumbuh Kembang Branchial Apparatus
C. PENYIMPANGAN ATAU GANGGUAN TUMBUH KEMBANG BRANCHIAL APPARATUS
Adanya gangguan/ penyimpangan tumbuh kembang branchial apparatus
menyebabkan terjadinya anomali. Anomali branchial apparatus dapat berupa
kista, sinus, dan fistula.
Sinus brankial
Sinus brankial terbentuk dari saluran yang tidak lengkap dan
biasanya terbuka pada bagian ekternal dan sangat jarang terbuka
secara internal. Sinus brankial tersusun atas epitel squamous
stratified, epitel siliata dan epitel kolumnar, serta memiliki
jaraingan limfoid pada dindingnya.3,4
Fistula brankial
Fistula brankial saling berhubungan secara ekternal dan internal
dan menghasilkan celah dan kantong brankial yang persistensi. Selain
itu, fistula juga melibatkan persistensi celah brankial dengan
pengrusakan membran brankial sehingga menghasilkan fistula
faringokutan. Fistula brankial tersusun atas epitel di sekitar
saluran yang menghubungkan kulit dengan lumen. 3,4
Kista brankial
Kista brankial tidak berhubungan secara ekternal maupun
internal. Biasanya tersusun atas epitel squamous stratified, tetapi
jika kista berasal dari kantong brankial, akan tersusun atas epitel
kolumnar3,4
1. Anomali brankial pertama
Berasal dari mana saja di sepanjang nasofaring, rongga telinga
tengah atau kanal auditori eksternal. Sinus, fistula atau kista dapat
memanjang sampai di bawah sudut rahang bawah, dapat hadir sebagai
lesi massa inflamasi. Anomali kantong brankial paling sering
menimbulkan saluran eustachius pendek atau kista nasofaring.3,4
Anomali ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.4
2. Anomali brankial kedua
Ini adalah anomali brankial paling sering. Mungkin hadir sebagai
fistula antara fosa tonsil dan membuka kulit eksternal, biasanya
terletak di sepanjang batas anterior dari otot sternokleidomastoid.
Seperti fistula yang lewat di antara arteri karotis internal dan
eksternal, kista brankial kedua harus berada di tempat sepanjang
jalan ini; lokasi paling umum adalah anterior ke otot
sternokleidomastoid, menggusur pembuluh karotis medial dan kelenjar
submandibular anterior.3
Ada 4 tipe anomali brankial kedua, yaitu4:
Tipe I
Lesi berjalan dari anterior sampai m. sternokleidomastoideus,
tetapi tidak berkontak dengan karotis.
Tipe II
Lesi yang sering terjadi dan berjalan ke dalam m.
sternokleidomastoideus dan melalui anterior dan posterior karotis.
Tipe III
Lesi ini melalui antara internal dan eksternal arteri karotis
sampai ke faring.
Tipe IV
Lesi ini melalui bagian medial karotis dan menutupi faring sampai
fossa tonsilar.
Gambar 6: A. Tipe I B. Tipe II C. Tipe III D. Tipe IV
(Sumber: Acierno SP, John HT, Waldhausen. Congenital cervical
cysts, sinuses and fistulae. Otolaryngol Clin N Am. 2007; 40:
161–176)
3. Anomali brankial ketiga
Anomali brankial ketiga ini jarang terjadi. Sebuah fistula
brankial lengkap memiliki program serupa dengan fistula brankial
kedua, namun bagian posterior arteri karotis eksternal dan internal
membuka ke sinus piriformis. Anomali brankial ketiga kebanyakan
berasal dari kompartemen posterior leher.3
4. Anomali brankial keempat
Anomali ini sangat jarang terjadi. Lesi yang timbul biasanya
berasal dari sinus piriform dan memperpanjang di bawah leher anterior
arteri karotis yang menyebabkan timbulnya kista.3
5. Anomali timus
Anomali timus dapat terjadi karena hasil peturunan timus yang
tidak lengkap ke dada, fokus penyerapan jaringan timus sepanjang
jalur normal atau kista timus yang dihasilkan dari kegagalan involusi
duktus timofaringeal. Umumnya lesi terletak pada leher sebelah kiri.3
6. Anomali paratiroid
Beberapa teori telah dirumuskan tentang pembentukan kista
paratiroid, mereka mungkin sisa-sisa embriologis kantong brankial
ketiga dan keempat, degenerasi kista dari adenoma paratiroid,
pembesaran bertahap mikrokista sehingga terjadi akumulasi sekresi
serta penyatuan dari beberapa mikrokista. Mereka terlihat paling
sering pada inferior dan posterior kelenjar tiroid.3
7. Branchial fistula
Fistula brankial terjadi jika arkus faring kedua gagal tumbuh ke
kaudal melewati arkus ketiga dan kelima, meninggalkan sisa celah
kedua, ketiga dan keempat berhubungan dengan permukaan melalui sebuah
saluran sempit. Fistula semacam ini yang ditemukan di sisi lateral
leher tepat di depan m. sternokleidomastoideus, biasanya menjadi
drainase bagi kista servikal lateral. Kista ini yang merupakan sisa
sinus servikalis, paling sering ditemukan tepat di bawah sudut
rahang, meskipun dapat juga dimana saja di sepanjang batas anterior
m. sternokleidomastoideus. Kista servikalis lateral sering tidak
terlihat saat lahir dan mulai tampak jelas karena membesar pada masa
kanak-kanak.2
Fistula brankial interna jarang dijumpai. Fistula ini terbentuk
jika sinus servikalis berhubungan dengan lumen faring melalui sebuah
saluran kecil yang biasanya bermuara ke regio tonsil. Fistula ini
terjadi akibat ruptur membran antara celah dan kantong faring kedua
pada suatu saat selama perkembangannya.2
8. Kelainan duktus tiroglosus dan tiroid
Kista tiroglosus dapat terletak dimana saja di sepanjang jalur
migrasi kelenjar tiroid, tetapi kista ini selalu berada di dekat atau
di garis tengah leher. Kelainan ini adalah sisa kistik dari duktus
tiroglosus. Kista ini juga dapat ditemukan di pangkal lidah atau
dekat kartilago tiroidea.2,4
Jaringan tiroid aberan dapat ditemukan dimana saja di sepanjang
jalur penurunan kelenjar tiroid. Jaringan menyimpang ini umumnya
ditemukan di pangkal lidah, tepat di belakang foramen caecum dan
dapat terkena penyakit yang mengenai kelenjar tiroid itu sendiri.2
Gambar 7: Kista tiroglosus
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10.
Jakarta: EGC. 2009)
9. Sel krista neuralis dan cacat kraniofasial
Sel krista neuralis sangat penting dalam pembentukan sebagian
besar regio kraniofasial. Karena itu, gangguan pada perkembangan sel-
sel krista neuralis juga ikut berperan dalam pembentukan bantalan
endokardium konotrunkal yang memisahkan saluran aliran keluar jantung
menjadi saluran pulmonal dan aorta, banyak bayi dengan cacat
kraniofasial juga mengidap kelainan jantung, termasuk trunkus
arteriosus persisten, tetralogi fallot, dan transposisi pembuluh
darah besar.2 Contoh cacat kraniofasial yang melibatkan sel krista
neuralis adalah:
Sindrom Treacher Collins (disostosis mandibulofasialis)
Ditandai oleh hipoplasia malar akibat kurang berkembangnya os
zigomatikum, hipoplasia mandibula, fisura palpebra miring ke
bawah, koloboma kelopak mata bawah, dan malformasi telinga luar.2
Sekuens Robin
Dapat timbul secara independen atau berkaitan dengan sindrom dan
malformasi lain. Sekuens Robin mengubah struktur-struktur arkus
pertama, dengan pembentukan mandibula yang paling parah terkena.
Bayi biasanya mengidap trias mikrognatia, langit-langit sumbing,
dan glosoptosis (lidah terletak di posterior). Sekuens Robin dapat
disebabkan faktor genetik atau lingkunagn. Kelainan ini juga dapat
terjadi sebagai suatu deformasi, misalnya ketika dagu tertekan ke
dada pada kasus oligohidramnion. Cacat primer mencakup gangguan
pertumbuhan mandibula, dan akibatnya, lidah yang terletak di
posterior yang gagal turun diantara bilah-bilah palatum,
menghambat penyatuannya. Sekuens Robin terjadi pada sekitar 1/8500
kelahiran.2
Anomali DiGeorge
Terjadi pada sekitar 1/2000 sampai 1/3000 kelahiran dan
mencerminkan contoh paling parah dari kumpulan gangguan yang juga
mencakup sindrom velokardiofasialis dan conotruncal anomalies face
syndrome. Semua kelainan ini adalah bagian dari suatu spektrum
yang disebut sindrom delesi 22qq karrena terjadi akibat delesi di
lengan panjang kromosom 22 (22q11). Pasien dengan anomali DiGeorge
lengkap mengalami defisiensi imunologis, hipokalsemia dan
prognosisnya buruk. Penyebab cacat adalah kelainan perkembangan
sel krista neuralis yang ikut berperan dalam pembentukan semua
struktur yang terkena. Selain penyebab genetik, pajanan ke
retinoid (vitamin A), alkohol, dan diabetes ibu dapat menimbulkan
kecacatan ini. 2
Spektrum okuloaurikulovertebra (sindrom Goldenhar)
Mencakup sejumlah kelainan kraniofasial yang biasanya yang
biasanya mengenai maksila, os temporal, dan os zigomatikum, yang
menjadi kecil dan datar. Cacat telinga (anotia, mikrotia), mata
(tumor dan dermoid di bola mata), dan vertebra (penyatuan dan
hemivertebrae, spinabifida) sering ditemukan pada pasien-pasien
ini.2
Gambar 9: A. Sindrom Treacher Collins B. Sekuens Robin C. Anomali
DiGeorge D. Sindrom Goldenhar
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10.
Jakarta: EGC. 2009)
10. Aurikularis atresia
Aurikularis atresia terjadi di sepanjang spektrum dari aurikel
cacat terisolasi pada bentuk yang paling ekstrim. Karena asal
embriologi, kelainan ini sering dikaitkan dengan kelainan pada
telinga eksternal dan telinga bagian tengah. Cacat telinga tengah
bisa ringan atau berat.5
11. Mikrognasia
Mikrognasia adalah kelainan wajah yang sering ditemui di mana
mandibula (rahang bawah) mengalami hipoplasia. Mikrognasia sebagian
besar terkait dengan sindrom kraniofasial. Bentuk lebih ringan dari
mikrognasia umum terjadi pada bayi dan biasanya diakhiri dengan
pertumbuhan rahang bawah.5
Bagan 2: Gangguan Tumbuh Kembang Branchial Apparatus
DAFTAR PUSTAKA
1. Isselhard, Brand. Anatomy of Orofacial Structures 7th Ed. USA: Mosby
Inc. 2003. Hal 248-258.
2. Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009.
Hal 303-319.
3. Benson MT, Dalen K, Mancuso AA, Ker HH, Cacciarelli AA, Mafee MF.
Congenital anomalies of the branchial apparatus: embryology and
pathologic anatomy. Radiographics. 2001; 12: 943-960.
4. Acierno SP, John HT, Waldhausen. Congenital cervical cysts, sinuses and
fistulae. Otolaryngol Clin N Am. 2007; 40: 161–176.
5. Johnson JM, Moonis G, Green, GE, Carmody R, Burbank HN. Syndromes of the
first and second branchial arches, part 1: embryology and characteristic
defects. AJNR Am J Neuroradiol. 2011; 32: 14-19.
-----------------------
Lihat Tabel 1