PEMERIKSAAN PENUNJANG KANKER Pemeriksaan Penunjang yang digunakan untuk kanker secara umum adalah: 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hal ini dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis tumor padat, namun lebih penting lagi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat penyulit pada kanker pasien dan juga baik untuk mengetahui persiapan terapi yang akan dilakukan, baik bedah maupun medik. Diantaranya: darah lengkap, urin lengkap, FAAL hati, Faal ginjal, gula darah, faal hemostatik, protein serum, alkali fsfatase, elektrolit elektrolit serum, LDH, asam urat, serum imunoglobulin, dll. 2. Pemeriksaan Patologi Anatomi: Pemeriksaan ini ada lah pemeriksaan morfologi tumor baik secara makro maupun mikro. Bahan yang digunakan dapat diperoleh dari biopsi. Ada beberapa cara biopsi, d iantaranya, biopsi insisi, eksisi, eksisi, truncut, aspirasi, ataupun endoskop. Setelah bahan didapatkan, diproses melalui beberapa cara agar dapat terpotong halus, diantaranya: sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dll, dan dilakukan pengecatan sesuai tujuan pemeriksaan. 3. Imaging: Diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Banyak jenis imaging dari yang sederhana sampai dengan yang canggih, dan juga berguna untuk menentukan beberapa staging tumor. 4. Penanda Tumor: berupa molekul protein (enzim, hormon, dll) yang dalam keadaan normal tidak ada, atau sedikit sekali diproduksi tubuh. PT dapat digunakan untuk skrining, menegakkan diagnosisi, prognosis, pemantauan hasil pengobatan dan deteksi kekambuhan Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu diagnosis karsinoma payudara yaitu USG payudara, mammografi, mammografi, MRI mammae, pemeriksaan laboratorium, aspirasi jarum halus, dan pemeriksaan biopsi. Untuk menentukan adanya metastasis dapat dilakukan pemeriksaan foto thoraks, bone survey, survey, USG abdomen/hepar. Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid atau kistik, tetapi dapat mengetahui pasokan darah serta kandisi jaringan sekitarnya. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis fibrosis reaktif, comet sign (Stellata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikrokalsifikasi, mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi d istorsi pada struktur arsitektur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, vaskularisasi, perubahan posisi papila dan areola, adanya bridge of tumor , keadaan daerah tu mor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini
tidak khas). Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosis yang lebih tinggi . Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular (MVD = microvascular density) abnormal, MRI mammae dengan ko ntras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mammae stadium dini. Tapi pemeriksaan ini cukup mahal, sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding terhadap mikrotumor . Dewasa ini belum ada petanda tumor spesifik untuk kanker payudara. CEA memiliki nilai positif bervariasi dari 20 hingga 70 %, antibodi monoklonal CA 15-3 angka positifnya sekitar 33-60 %, semuanya dapat untuk referensi diagnosis dan tindak lanjut klinis . Pemeriksaan sitologik dengan metode aspirasi jarum halus caranya sederhana, aman, dan akurasinya mencapai lebih dari 90 %. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum halus tidak mempengaruhi hasil terapi. Pemeriksaan histologik dengan pung si jarum mandrin memiliki cara yang juga sederhana dan aman seperti diagnosis sitologi aspirasi jarum halus, juga ketepatan diagnosis histologik biopsi eksisi, serta dapat dibuat p emeriksaan imunohistologik yang sesuai. Pemeriksaan ini luas dipakai di klinis, khususnya sesuai bagi pasien yang diberi kemoterapi adjuvan . Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis yang dilakukan dengan : 1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya, dilakukan bila ukuran atau diameter tumor < 2 cm 2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau lebih besar dari 2 cm (Anonim, 2009).