Aphiin.Blog
EkspLorasi
Home Software Tambang Tutorial Download Facebook Hack TV Online Tips & Trick
RSS Category Archives: Pengolahan Bahan Galian Sedikit Bahan Ujian
04 Jun
Metallurgical Metallurgical Balance adalah neraca kesetimbangan material bijih dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan produk dengan kadarnya. Material Material Balance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar. Sizing merupakan proses pengelompokan mineral atau bahan galian secara umum. Sedangkan screening adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya seragam. Sizing merupakan proses pengelompokan mineral atau bahan galian secara umum. Sedangkan classifying adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara) sehingga hasilnya tidak seragam. Flowing Film Concentration Concentration Merupakan proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan dipergunakan adalah : Shaking Table (meja goyang) Humphrey Spiral Sluice Box (palong) Log Washer Gaya-ga Gaya-gaya ya yang yang ber ber pengaru pengaru h dalam f lowi ng f i lm conce concentr ntr ation adalah:
Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat Gaya dorong air terhadap partikel Gaya gravitasi Gaya sentripetal Circulating Load Ratio yaitu perbandingan antara material yang dikembalikan dari classifier ke mill dengan umpan yang masuk ke mill. Floatasi adalah suatu proses separasi (pemisahan) antara mineral yang berharga dan pengotornya (gangue) dengan dengan memanfaatkan sifat kimia fisik dari permukaan partikel mineral. Flotalasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat
yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotation melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung dalam cairan) dan gas (gelembung udara). Faktorudara). Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah flotation adalah ukuran partikel, pH larutan , surfaktan, dan bahan kimia yang lain, misalnya koagulan. koagulan. Circulating load is Over sized pieces of ore returned to the head of a closed crushing/grinding circuit to be further reduced in size. After the y reach the desired size they are moved on to the next processing step.
Leave a comment Posted by aphiin on June 4, 2012 in Pengolahan Bahan Galian
Tags: aliran fluida, fluida, islam islam,, larutan larutan,, log washer , religion religion,, sluice box Flotasi
04 Jun Floatasi adalah suatu proses separasi (pemisahan) antara mineral yang berharga dan pengotornya (gangue) dengan dengan memanfaatkan sifat kimia fisik dari permukaan partikel mineral. Dimana partikel mineral memiliki sifat si fat hidrofobik dan hidrofilik. Mineral yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan dengan gelembung udara dan naik ke permukaan membentuk buih. Buih yang dihasilkan diambil dan dikeringkan sehingga didapat mineral berharga yang diinginkan.
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti mengapung atau mengambang. Flotalasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih yang yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotation melibatkan 3 fase
yaitu cair (sebagai media), padat (partikel (part ikel yang terkandung dalam cairan) dan gas (gelembung udara). Proses flotasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu directional flotation dan reverse flotation. Directional flotation yaitu proses flotasi dimana mineral berharga akan terangkat ke atas membentuk buih yang mengapung di permukaan pulp. Sedangkan reverse flotation adalah proses floatasi dimana partikel mineral yang diapungkan merupakan mineral pengotor (gangue) Klasifikasi Mineral
Semua mineral yang ada di muka bumi ini diklasifisikan ke dalam t ipe polar dan nonpolar sesuai dengan karakteristik permukaannya.
Permukaan dari mineral nonpolar diindikasikan dengan ikatan molekul yang lemah dan biasanya hidrofobik.
Contoh: grafit, sulfur, molybdenite sulfur, molybdenite,, berlian, batu bara, talc, talc, dll.
Mineral dengan ikatan kovalen atau ionic permukaan yang kuat dikenal dengan tipe polar. Tipe ini memperlihatkan nilai energi bebas yang tinggi tinggi yang ada di permukaan polar. Permukaan polar bereaksi kuat dengan molekul air dan mineral-mineral ini secara alami akan menjadi hidrofibik.
Contoh: sulfat, karbonat, halide, fosfat, dll Proses floatasi dapat berlangsung optimal bergantung dari reagen-rea gen yang digunakan. Reagen-reagen yang digunakan juga beragam tergantung dari mineral yang ingin kita peroleh. Reagen – Reagen – reagen reagen yang digunakan tersebut memiliki masing-masing kegunaan ataupun saling melengkapi antar reagen. Berikut kegunaan masing-masing reagent yang digunakan: 1. Collector Collector adalah senyawa yang dapat menyebabkan prmukaan mineral menjadi suka udara (hidrofobik). Collector biasanya merupakan mineral organic heteropolar, mengandung gugus polar dan non-polar. Gugus Gugus non-polar cenderung bersifat hidrofobik dan dan akan menempel pada gelembung udara, sedangkan sedangkan gugus polar akan menempel pada partikel partikel solid tertentu sehingga partikel solid tersebut ikut terapung bersama gelembung udara. 2. Frother Frother adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan gelembung, sehingga tidak mudah pecah. Frother yang efektif biasanya mengandung setidaknya 5 atom karbon dalam tantai utamanya. Ketika permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus mampu menempel pada gelembung udara yang disuntikkan (aerasi). Namun muncul masalah ketika gelembung – gelembung – gelembung gelembung tersebut tidak stabil dan mudah pecah akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dala m gelembung – gelembung – gelembung gelembung lain. Oleh karena itu perlu adanya penambahan material ke dalam pulp yang dapat menstabilkan gelembung udara. Material yang ditambahkan tersebut dikenal dengan frother.
3. Modifier Adalah beberapa jenis reagen yang ditambahkan untuk mengoptimalkan proses flotasi. Modifier itu sendiri terdiri dari beberapa jenis reagent tertentu, yaitu:
Aktivator, adalah reagen yang ditambahkan untuk menambah interaksi antara partikel solid dengan kolektor Dispersant, adalah reagen yang digunakan untuk mencehah terjadinya penggumpalan antara partikel solid sehingga menambah sifat hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan Depresant, adalah reagen yang ditambahkan untuk membentuk lapisan polar yang membungkus partikel solid sehingga menambah sifat hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan pH Regulator, adalah reagen yang digunakan digunakan untuk mengontrol mengontrol pH karena sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.
Dalam proses floatasi, besarnya besarn ya ukuran partikel yang akan diflotasi sangatlah penting. Karena besarnya ukuran partikel dapat mempengaruhi laju flotasi. Seperti ditunjukan pada kurva dibawah ini. Ukuran partikel yang semakin besar awalnya menaikkan laju konstanta flotasi secara perlahan, tetapi setelah mencapai puncak(batasan maximum ukuran partikel), laju konstanta flotasi turun secara drastic. Hal ini dikarenakan derajat liberasi yang berkurang dari mineral menurunkan kemampuan bubble untuk mengangkat partikel yang kasar(coarse). Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah:
Ukuran partike
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung c enderung untuk mengendap sehingga susah untuk terflotasi
pH larutan
sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu
surfaktan
surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen rea gen yang memiliki gugus polar dan gugus non polar sekaligus
laju udara
berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan hidrofobik, hidrofobik, persen padatan, untuk flotasi pada partikel kasar dapat dilakukan dengan dengan persen padatan yang besar demikian sebaliknya, besar laju pengumpanan yang berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggi.
Sumber : http://avissz.wordpress.com/2011/03/01/forth-flotation/
Leave a comment Posted by aphiin on June 4, 2012 in Pengolahan Bahan Galian
Tags: cairan cairan,, islam islam,, ke atas, atas, larutan larutan,, molekul molekul,, religion KOMINUSI
04 Jun KOMINUSI Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan biji h tersebut dari ikatnnya yang merupakan gangue mineral dengan menggunakan alat crusher atau grinding mill. Kominusi terbagi dalam 3 tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing dan fine crushing. A. Primary Crushing Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa bongkah-bongkah besar yang berukuran +/- 84 x 60 inchi inchi dan produkta berukuran 4 inchi. Beberapa alat untuk primary crushing antara lain : 1. Jaw Crusher Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan yang lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam : a. Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas b. Dodge Jaw Crusher, dengan poros poros di bawah Perbandingan Dodge dengan Blake Jaw Crusher, yaitu : a. Ukuran produkta pada Blake Jaw J aw lebih heterogen dibandingkan dengan Dodge Jaw yang relatif seragam b. Pada Blake Jaw porosnya di atas sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terkecil c. Pada Dodge Jaw porosnya di bawah sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terbesar sehingga gaya mekanis dari Dodge Jaw lebih besar doibandingkan dengan Blake Jaw d. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari Blake Jaw pada ukuran yang sama e. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan Istilah-istilah pada Jaw Crusher, antara lain : a. Setting Block, bagian dari jaw crusher untuk mengatur agar lubang ukuran sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan, maka jarak antara fixed jaw dengan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, dan sebaliknya. sebaliknya. b. Toggle, bagian dari jaw crusher yang berfungsi untuk mengubah gerakan gerakan naik turun menjadi maju mundur c. Pitman, berfungsi untuk merubah gerakan berputar dari maju mundur menjadi gerakan naik turun d. Swing Jaw, bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat gerakan atau dorongan toggle
e. Fixed Jaw, bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak/diam f. Mouth, bagian mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai lubang penerimaan umpan g. Throat, bagian paling bawah yang berfungsi se bagai lubang pengeluaran h. Gate, adalah jarak mendatar pada mouth i. Set, adalah jarak mendatar pada throat j. Closed Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke depan k. Open Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada s aat swing jaw ekstrim ke belakang l. Throw, selisih jarak pelemparan antara open setting dengan close setting m. Nip Angle, sudut yang dibentuk dengan garis s inggung yang dibuat melalui titik singgung antara jaw dengan batuan Khusus untuk gape adalah jarak mendatar pada mouth yang diukur pada bagian mouth dimana umpan yang dimasukkan bersinggungan dengan mouth. Jadi besarnya gape se lalu berubah-ubah menurut besarnya umpan. umpan. Pecahnya batuan dari jaw crusher karena adanya : a. Daya tahan batuan lebih keci dari gaya yang menekan b. Nip angle c. Resultante gaya yang arahnya ke bawah Gaya-gaya yang ada pada jaw crusher, adalah : a. Gaya tekan (aksi) b. Gaya gesek c. Gaya gravitasi d. Gaya yang menahan (reaksi) Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultante gaya akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi jika gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ka atas saja. Faktor-faktor Faktor-faktor yangmempengaruhi efisiensi jaw crusher : a. Lebar lubang bukaan b. Variasi dari throw c. Kecepatan d. Ukuran umpan e. Reduction ratio (RR) f. Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis umpan Reduction ratio merupakan perbandingan antar ukuran umpan dengan ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary cr ushing adalah 4 – 4 – 7, 7, sedangkan untuk secondary crushing adalah 14 – 14 – 20 20 dan fine crushing (mill) adalah 50 -100. Terdapat empat macam reduction ratio, yaitu : a. Limiting Reduction Ratio Yaitu perbandingan antara tebal/lebar umpan dengan tebal/lebar produk LRR = tF/tP = wF/wP dimana : tF = tebal umpan tP = tebal produk wF = lebar umpan wP = lebar produk b. Working Reduction Ratio Ratio Perbandingan antara tebal partikel umpan (tF) yang terbesar dengan efective set (Se) dari crusher. WRR = tF/Se
c. Apperent Reduction Ratio Perbandingan antara effective gate (G) dengan effective set (So) ARR =0,85G/So d. Reduction Ratio 80 (R80) Perbandingan antara lubang ayakan umpan dengan lubang ayakan produk pada kumulatif 80%. Kapasitas jaw crusher dipengaruhi oleh : a. Gravitasi b. Kekerasan material c. Keliatan material d. Kandungan air/kelembaban Menurut Taggart, kapasitas jaw crusher dinyatakan dalam suatu rumus empiris : T = 0,6 LS dimana : T = kapasitas, ton/jam L = panjang dari lubang penerimaan S = lebar dari lubang pengeluaran 2. Gyratory Crusher Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini berputar dan bergoyang sehingga proses penghancuran berjalan terus menerus tanpa selang waktu. Berbeda dengan dengan jaw crusher yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu yaitu pada waktu swing jaw bergerak ke belakang sehingga ada material-material yang tidak mengalami penggerusan. Macam-macam gyratory crusher : a. Suspended Spindel Gyratory Crusher b. Pararell Pinch Crusher Perbedaan utama jenis ini dari suspended spindel, terlet ak pada gerakan crushing head-nya. Gerakan crushing head pada prarell pinch menghasilkan bentuk cone yang tajam dengan puncak dalam keadaan menggantung sehingga menghasilkan gerakan berputar yang yang dapat menghancurkan umpan sepanjang daerah permukaan crushing head. Bentuk-bentuk head dan concave pada gyratory crusher adalah : a. Straight head and concave b. Curved head and concave concave Kedua jenis head dan concave ini perbedaanya hanya pada permukaannya, yaitu yang pertama adalah rata dan yang kedua melengkung. melengkung. Kapasitas gyratory crusher lebih besar disbanding dengan jaw crusher pada ukuran umpan yang sama. Oleh Taggart, kapasitas gyratory dihitung dengan rumus : T = 0,75So (L-G) dimana : T = kapasitas, ton/jam G = gape, inch So = open set, inch Kapasitas gyratory crusher tergantung pada : a. sifat alamiah material yang dihancurkan, seperti kekerasan, keliatan dan kerapuhan b. permukaan concave dan crushing head terhadap umpan akan mempengaruhi gesekan gesekan antara material dengan bagian pemecah (concave dan head) c. Kandungan air, seting, putaran dan gape Perbedaan antara gyratory dan jaw crusher adalah : a. Pemasukan umpan, jaw crusher pemasukannya tidak kontinyu sedangkan gyratory kontinyu
b. Gyratory alatnya lebih besar dan bagian-bagiannya bagian-bagiannya tidak mudah dilepas c. Kapasitas gyratory lebih besar dari jaw ja w crusher, karena pemasukan umpan dapat kontinyu dan penghancurannya merata d. Pemecahan pada jaw lebih banyak tekanan, tetapi pada gyratory crusher gaya geseknya lebih besar walaupun ada gaya tekannya. Pada gyratory kalau berputarnya cepat, produkta yang dihasilkan relatif kecil. B. Secondary Crushing Merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari primar y crushing, dimana umpan berukuran lebih kecil dari 6 inchi produkta berukuran 0.5 inchi. Beberapa alat untuk secondary crushing antara lain : 1. Jaw Crusher (kecil) 2. Gyratory Crusher (kecil) 3. Cone Crusher Alat ini merupakan secondary secondar y crusher yang penggunaannya lebih ekonomis. Cone crusher hampir sama dengan gyratory crusher, perbedaannya terletak pada : a. crushing surface terluar bekerja sedemikian rupa sehingga luas lubang pengeluaran dapat bertambah b. crushing surface terluar bagian atasnya dapat diangkat sehingga material yang tidak dapat dihancurkan dapat dikeluarkan Macam-macam cone crusher : a. Simon Cone Crusher Alat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu : – standart standart crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan yang berukuran kasar – short short head crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan berukuran halus b. Telsmith Gyrasphere Crusher Crushing head dari alat ini berbentuk bulat (sphere) yang terbuat dari baja dengan cutter shell bergerak naik turun. Dalan cone crusher crushing head adalah rata dan perbandingan antara tinggi dengan diameternya 1 : 3. Unpan dari cone crusher harus dalam keadaan kering karena jika basah akan mengakibatkan choking. choking. 4. Hammer Mill Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil produk dari primary crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan adalah kurang dari sat u inch. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang berbeda cara penghancurannya dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada hammer mill proses penghancuran menggunakan shearing stress, sedangkan pada secondary crushing lainnya menggunakan compressive stress. 5. Roll Crusher Alat ini terdiri dari dua silinder si linder baja dan masing-masing dihubungkan pada as (poros) sendirisendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam, tapi karena adnya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya maka silinder ini ikut berputar j uga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan arah sehingga materia l yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur. Bentuk dari roll crusher ada dua macam, yaitu : a. Rigid Roll Alat ini pada porosnya tidak ti dak dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya hanya satu saja, tapi ada juga yang keduanya berputar. b. Spring Roll Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan porosnya patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada material yang sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan dan material itu akan jatuh.
Dari gambar diatas diketahui diameter roll (D) (D ) dan diameter material (d), gaya ga ya normal (N), gaya tangensial (T) dan resultante (R) dari gaya normal dan gaya tangensial, nip angle (n), setting (s). Jika resultan arahnya ke bawah maka material akan dapat dihancurkan karena terjepit oleh roll. Persamaan komponen-komponen vertikal dari gaya normal dan gaya tangensial menggambarkan batas kondisi untuk crushing. Nv = Nsin(n/2) Tv = Tcos(n/2) untuk Nv = Tv maka persamaan menjadi : Nsin(n/2) = Tcos(n/2) atau, T/N = tan(n/2) adalah koefisien gesek , maka agar terjadi crushing c rushing harus lebih kecil atau sama dengan . Hubungan antara n, s, d dan D : atau dari hubungan formula diatas dengan koefisien gesek akan dapat menentukan diameter roller. Contoh : Diketahui : koefisien gesek = 0,4, mereduksi 1,5” menjadi 0,5” Ditanya : diameter minimum roll (Dm) Jawab : = 0,4 : jadi : : D = 12,5 inchi Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter dan jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras. Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : C = 0,0034 N x D x W x G x s dimana : N = jumlah putaran, rpm D = diameter roll, inchi W = lebar permukaan roll, inchi G = berat jenis material s = jarak antar roll, inchi Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi : a. Choke Crushing Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh ses ama material b. Free Crushing Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll. Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan macam reduksi yang diinginkan. C. Fine Crushing (Grinding Mill) Milling merupakan proses kelanjutan dari primary crushing dan secondary crushing. Proses penghancuran dalam milling menggunakan menggunakan shearing stress. Milling diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan : 1. Bentuk cell a. Cylinder (produk yang ada masih kasar) Contoh untuk mill bentuk silinder adalah tube mill. pada tube mill ini produktanya masih
agak kasar dan dalam proses penghancurannya perlu ditambahkan air sehingga bercampurnya dengan material menjadi pulp. b. Conical (produk halus) Contoh untuk mill bentuk conical adalah hardinge conical mill. Produktanya halus, lebih halus daripada produkta yang dihasilkan cylinder c ylinder mill. Untuk akhir penghancuran memerlukan bola baja dengan diameter 2 – 2 – 3 3 inchi. Jumlah bola-bola baja dalam ball mill berkisar antara 50% – 50% – 60% 60% dari volume mill dan kadang-kadang mencapai 80%. d. Cylindro Conical Mill jenis ini produktanya ada yang halus dan ada yang kasar, bentuk cell merupakan penggabungan antara bentuk cylinder cylinder dan conical. 2. Grinding Media a. Ball Mill (bola-bola baja) Contoh untuk mill ini adalah ball mill, yang telah diuraikan pada keterangan conical mill. b. Peable Mill (batu api/flint) c. Rod Mill (batang-batang Baja). Grinding media pada rod mill adalah batang-batang baja, umpan yang dimasukkan ukurannya lebih kecil dari ¾ inchi dan produktanya berukuran -14 sampai -18 mesh. Umpan berukuran kecil, karena bila materialnya materialn ya terlalu besar maka akan menimbulkan cataracting akibatnya batangan baja akan patah. Dengan adanya rod maka tidak akan mengalami over grinding, hal ini karena rod tersebut saling sejajar sehingga umpan yang telah halus tidak akan mengalami penghancuran lagi. Hal ini dapat dilihat pada distribusi partikel pada rod mill . Pada bagian (A) terlihat penyebaran material itu teratur dari besar di sebelah kiri dan yang kecil disebelah kanan. Pada bagian (B) penyebaran partikel ini acak -acakan ada yang besar dan ada yang kecil, tetapi di sini dapt dilihat dili hat bahwa partikel yang relatif besar saja yang mengalami penghancuran sampai akhirnya berukuran relatif sama sehingga tidak akan terjadi over grinding. Pada bagian (C) terlihat pada bagian kiri terdapat partikel yang besar (terlalu besar) sedangkan disebelah kanan partikelnya kecil. Hal ini menyebabkan timbulnya cataracting dan dapat menyebabkan patahnya rod. 3. Cara Memasukkan Umpan a. Scoop Feeder b. Drum Feeder c. Scoop and Drum Feeder Cara pemasukan umpan melalui kombinasi antara scoop dan drum. 4. Lubang Pengeluaran a. Grate Discharge Proses penghancurannya dilakukan dalam keadaan basah dan pada lubang pengeluaran diberi saringan sehingga diharapkan hasilnya seragam. sera gam. Kelemahanya kemungkinan grinding media yang kecil menutupi lubang saringan sehingga saringan tersumbat. b. Overflow Discharge Mill jenis ini mirip dengan grate mill diatas, hanya saja pada mill ini tidak dilengkapi dengan saringan sehingga hasilnya tidak seragam. 5. Kecepatan Putar Cell a. Kecepatan Kritis Yaitu kecepatan putar cell pada operasi milling dimana pada saat itugrinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi proses abrasi maupun impact. b. Cataracting Adalah kecepatan putar dari cell mill dimana grinding media akan menimbukan impact yang lebih besar dibandingkan abrasi.
c. Cascading Yaitu kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi maupun impact. Rumus kecepatan kritis adalah sebagai berikut : dimana : N = putaran, rpm D = diameter cell mill, ft r = jari-jari mill, ft S = diameter mill, ft s = diameter bola baja/grimding media, ft Setiap mill bagian dari cell dilapisi oleh liner. Hal ini berguna untuk melindungi cell agar tidak aus dan rusak, selain itu juga membantu kerja dari grinding media. Liner ini jika sudah aus harus diganti dengan yang baru agar tidak merusak bagian mill. Lapisan pengganti (liner) biasanya terbuat dari baja campuran dan terdapat dalam beberapa tipe, yaitu ; shiplap. wedge wedge bar dan ribbed plate. Dalam pemakaian mill perlu diperhatikan kekerasan material yang akan dihancurkan karena liner yang dipasang harus lebih keras dari material yang akan dihancurkan. Operasi mill dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka. Untuk yang tertutup biasanya diombinasikan dengan classifier. Pada operasi ini terdapat istilah-istilah sebagai berikut : – Circulating Circulating Load Ratio yaitu perbandingan antara material yang dikembalikan dari classifie r ke mill dengan umpan yang masuk ke mill. dimana : d = persen berat kumulatif yang ada pada ukuran tertentu yang ada pada umpan o = persen berat kumulatif yang ada dalam overflow pada classifier s = persen berat kumulatif dalam underflow pada classifier
Sumber : http://laporanp.blogspot.com/2010/02/bab-ii-kominusi-kominusi-adalah proses.html
Leave a comment Posted by aphiin on June 4, 2012 in Pengolahan Bahan Galian
Tags: dorongan dorongan,, gerakan gerakan,, grinding mill, mill, islam islam,, jaw crusher , religion LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
04 Jun BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Pengolahan Bahan galian atau Mineral Dressing adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian/mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang terdapat bersama-sama dalam alam. Dengan demikian istilah Mineral Dressing dapat juga meliputi : Mineral Dressing, yaitu proses pengolahan bahan galian anorganik secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau perubahan hanya sebagian dari sifat fisik mineral tersebut. Extractive Metallurgy, juga merupakan pengolahan bahan galian aborganik, tetapi dalam prosesnya mineral-mineral tersebut mengalami perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral tersebut. Fuel Technology, yaitu proses pengolahan bahan galian organic di mana dalam prosesnya mengalami perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral tersebut. Secara umum Mineral Dressing adalah suatu proses pengolahan bahan galian/mineral hasil penambangan guna memisahkan mineral berharga berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga, yang terdapatnya bersama-sama (gangue mineral). Proses Pengolahan berlangsung berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang berubah. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan : Memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral tersebut, sehingga terj adi liberasi sempurna dari partikel-partikel yang tidak sejenis satu sama lain. Memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimian ya atau berbeda sifat fisiknya. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum pengolahan bahan galian acara menghitung material balance ini antara lain : Mempelajari cara mencari nilai recovery suatu bahan galain. Mengetahui hubungan dari recovery, umpan, konsentrat, dan tailing dalam suatu formula. Mengetahui nilai kadar dan berat suatu umpan, konsentrat, dan tailing. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pra ktikum pengolahan bahan galian acara menghitung material balance ini antara lain : Kertas A4 Pulpen Papan pengalas Penggaris Hekter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses Pengolahan Bahan Galian merupaka jembatan antara penambangan dengan eksstaksi logam (metallurgi ekstraksi). Karena Pengolahan Bahan Galian mendasarkan atas sifat fisik mineral, maka informasi mengenai mineral yang terkandung dalam bahan galian sangan diperlukan, misalnya : Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian Kadar masing-masing mineral
Besar kecilnya ukuran (distribusi ukuran) Derajat liberasi (kebebasan) dari mineral Derajat Liberasi adalah perbandingan antara mineral yang terliberasi sempurana dengan jumlah mineral yang sama keseluruhan. Sifat fisik mineral, antara lain : Hardness (kekerasan), Structure dan Fracture Sifat ini diperlukan dalam menentukan alat penghancur Ikatan mineral dan besar kecilnya Kristal Berkaitan dengan derajat liberasi. Semakin tinggi derajat liberasi akan semakin sempurna proses pengolahan Warna dan Kilap Berkaitan dengan proses pengolahan secara hand sortng/hand picking, yaitu pemisahan yang dilakukan secara manual (tangan biasa) Spesific Grafity (SG) Berkaitan dengan pengolahan konsentrasi gravitasi Magnetic Suceptibility (sifat kemagnetan) Berkaitan dengan pengolahan Magnetic Separator Electro Conductivity (daya hantar listrik) Berkaitan dengan pengolahan Electristatic Separation atau High Tension Separation Sifat permukaan (senang tidaknya terhadap udara) Berkaitan dengan pengolahan Flotasi Dalam kegiatan Pengolahan Bahan Galian terdapat beberapa tahap yang dilakukan, yaitu : Preparasi Kominusi Adalah proses meredksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing (peremukan) untuk proses kering, sedangkan grinding (penggilingan) digunakan untuk proses basah dan kering. Selain untuk mereduksi ukuran butir, kominusi juga untuk meliberasi bijih, yaitu proses melepaskan mineral bijih dari ikatannya yang merupakan gangue mineral. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah crusher dan grinding mill. Sizing Merupakan pengelompokan mineral yang dilakukan dengan cara : Screening Adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya seragam. Alat yang digunakan disebut screen Classsifying Adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada kecepatan jatuhnya material dal am suatu media (air atau udara) sehingga hasilnya hasiln ya tidak seragam. Alat yang dipergunakan adalah classifier. Kecepatan jatuh mineral dipengaruhi oleh ; SG, volume dan bentuk mineral. Konsentrasi Merupakan proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tidak berharga sehingga didapat kadar yang lebih tinggi t inggi dan menguntungkan. Ada beberapa cara pemisahan yang mendasarkan sifat fisik mineral, diantaranya adalah : Warna, Kilap, Bentuk Kristal Konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand picking) Spesific Gravity (Gravity Concentration) Adalah konsentrasi berdasarkan berat jenis material. Oleh karena itu untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses konsentrasi gravimetri, harus di cek harga kriteria konsentrasinya.
KK = (SG mineral berat – berat – SG SG media) / (SG mineral ringan – ringan – SG SG Media) Keterangan : KK = Kriteria Konsentrasi SG = Spesific Gravity Bila KK > 2,5 atau harganya negatif, maka antar mineral berat dengan mineral ringan dalam bahan galian mudah untuk dipisahkan secara konsentrasi gravimetri. Bila KK = 1,75, maka pemisahan dapat berjalan baik manakala ukuran butirnya 60 mesh – 100 mesh Bila KK = 1,50, agak sulit sul it dipisahkan, namum dapat dilakukan pemisahan bila ukurannya 10 mesh Bila KK ≤ 1,0, maka mineral sulit dilakukan pemisahan pe misahan dengan konsentrasi gravimetri. Gravimetri concentration ada tiga macam, yaitu : Flowing Film Concentration Merupakan proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan adalah : Shaking Table (meja goyang) Humphrey Spiral Sluice Box (palong) Log Washer Gaya-gaya yang berpengaruh dalam flowing film concentration adalah: Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat Gaya dorong air terhadap partikel Gaya gravitasi Gaya sentripetal Vertical Flowing Concentration (aliran air vertikal) Merupakan proses konsentrasi mendasarkan pada aliran air ke atas. Pemisahan pada jig terjadi karena perbedaan SG, yang mana tiap mineral akan mengalami t iga peristiwa, yaitu ; hindered settling, differential acceleration accelerati on dan consolidation trickling. Agar proses pemisahan continue diperlukan adanya suction dan pulsion, dimana pada waktu terjadi suction diperlukan under water agar besarnya suction tereliminir. Jig dibagi beberapa macam, yaitu : Berdasarkan atas screen/sieve, movable sieve jig dan fixed sieve jig Berdasarkan penimbul suction dan pulsion, plunger, diaphragma, pulsator dan air pulsator SG Heavy Media Density Adalah pemisahan berdasarkan SG cairan media dan SG mineral. Sebagai media adalah cairan berat yang pada umumnya tidak bereaksi langsung dengan material yang akan dipisahkan. Ada dua proses, yaitu heavy media separation dan heavy liquid separation. Media heavy media separation berupa suspensi atau pseudo liquid yang merupakan campuran antara : Magnetic (SG = 5,1) dan air (H2O) Ferro silicon (SG = 6,7 – 6,7 – 6,9) 6,9) dengan komposisi 82% Fe dan 1,5% Si Media heavy liwuid separation adalah cairan dengan berat jenis yang besarnya kecil, biasanya cairan organik. Tetra bromethane (C2H2Br4) SG = 2,96 Ethylene dibromide (C2H4Br2) SG = 2,17 Magnetic Susceptibility (sifat kemagnetan) Setiap mineral mempunyai sifat kemagnitan yang berbeda, yaitu ada yang kuat, lemah bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang yang
berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic separator. Alat ini bekerja berdasarkan pada kuat lemahnya mineral tersebut tertarik oleh magnet sehingga dapat terpisah antara mineral magnetik dan non magnetik. Pemisahan dapat dilakukan dalam keadaan kering atau basah. Electric Conductivity (daya hantar listrik) Mineral memiliki sifat konduktor dan non konduktor. Untuk memisahkan mineral jenis ini digunakan alat yang disebut high tension separator atau electrostatic s eparator dan hasilnya berupa mineral konduktor dan non konduktor. Proses selalu dalam keadaan kering. Sifat permukaan mineral Permukaan mineral ada yang bersifat senang dan tidak senang terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan menempel pada gelembung udara sedangkan s edangkan mineral yang senagn terhadap air tidak akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara diperlukan suatu reagent kimia. Biasanya ada tiga reagent rea gent kimia yang ditambahkan, yaitu ; collector, modifier dan frother. Reagent ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral). Dengan memberikan gelembung udara maka mineral akan terpisah, sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini disebut flotasi. Dewatering Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak dapat dilakukan sekaligus tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan cara: Thickening Yaitu proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu pulp. Alat yang digunakan adalah thickener, yang mana alat ini mencapai % solid se besar 50% (solid factor = 1) Filtrasi Adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan dengan cara menyaring (dengan filter) sehingga didapatkan solid factor sama dengan empat (persen solid = 80%) Drying Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara pemanasan sehingga padatan benar benar bebas dari cairan (% solid = 100%) Material Balance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar. F=C+T Keterangan : F = Berat material umpan/Feed (ton) C = Berat konsentrat (ton) T = Berat tailing (ton) Metallurgical Balance adalah neraca kesetimbangan material bijih dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan produk p roduk dengan kadarnya. Ff = Cc + Tt Keterangan : Ff = Kadar umpan (%)
Cc = Kadar konsentrat (%) Tt = Kadar tailing (%) Nisbah Konsentrasi Adalah perbandingan berat feed dengan berat konsentrat. K = F/C K = (C-t)/(F-t) Berasal dari : Ff = Cc + Tt Ft = Ct + Tt F(f-t) = C (c-t) F/C = (c-t)/(f-t) Angka Perolehan (% Recovery) Adalah perbandingan antara logam berharga dalam konsentrat dengan berat logam berharga dalam umpan yang dinyatakan dalam persen (%). R = (Cc/Ff) x 100% R = (c(f-t)/f(c-t)) x 100% R = cC/fF = c/fK = c(f-t)/f(c-t) BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertanyaan Material diumpankan pada suatu rotation plan dengan kadar 0.8% Cu. Konsentrat yang dihasilkan 25% Cu dan tailing dengan kadar 0.15% Cu. Hitung recovery Cu, Ratio Of Consentration, dan enrichment Ratio? Sebuah Hydrosiclon diumpankan dengan slurry quartz, dengan densit y 2650 Kg/m3 dalam keadaan pulp densitynya 1130 Kg/m3. Product dari hydrosiclon tersebut adalah underflow dan overflow. Underflow yang dihasilkan memiliki density pulp 1280 Kg/m3 dan overflow yang dihasilkan memiliki density pulp 1040 Kg/m3, density air 1000 Kg/m3, 2 liter sample pada underflow diambil dalam waktu 3.1 3.1 detik. Hitung mass flow rate pada hydrosiclon tersebut? Bijih yang mempunyai konsentrasi mineral sebanyak se banyak 20% Ni dengan jumlah 1000 ton/jam. Dari hasil pengolahan diperoleh konsentrat sebanyak 80% Ni, sedangkan tailingnya 0.16% Ni. Berapa berat konsentrat dan tailingnya? Jelaskan : Pengertian metallurgical balance dan material balance? Perbedaan sizing dengan screening dan sizing dengan classifying? Mekanisme kerja flowing film consentration? Suatu pengolahan bijih dengan kapasitas 5000 ton/jam dengan Ratio Of Consentration 10 : 2, sedangkan tailingnya mengandung 20% solid dan konsentratnya 30%. Hitung volume tailing yang masuk ke screening bond 3 ton/m3? Hitung volume konsentrat, jika berat jenis konsentrat 5 ton/m3?
Jawab Diketahui f = 0.8% k = 25% t = 0.15% Ditanya R = ……….? RoC = ……….? Ef = ……….? Penyelesaian R = (k (f-t))/(f (k-t)) ×100% = (25% (0.8%-0.15%))/(0.8% (25%-0.15%)) ×100% = (16.25%)/(19.88%) ×100% = 81.74% RoC = (k-t)/(f-t) = (25-0.15)/(0.8-0.15) = 24.85/0.65 = 38.23 Ef = k/f = 25/0.8 = 31.25 Diketahui ρf = 2650 Kg/m3 ρds = 1130 Kg/m3 ρA = 1000 Kg/m3 ρds underflow = 1280 Kg/m3 ρds overflow = 1040 Kg/m3 V = 2 liter t = 3.1 detik Ditanya M = ……….? Penyelesaian x = (ρds (ρf -ρA))/(ρf (ρds(ρds-ρA)) ×100% = (1130 (2650-1000))/(2650 (1130-1000)) ×100% = 1864500/3344500 ×100% = 541.22% xunderflow = (ρds underflow (ρf -ρA))/(ρf (ρds underflowunderflow-ρA)) ×100% = (1280 (2650-1000))/(2650 (1280-1000)) ×100% = 2112000/742000 ×100% = 284.63% xoverflow = (ρds overflow (ρf -ρA))/(ρf (ρds overflowoverflow-ρA)) ×100% = (1040 (2650-1000))/(2650(1040-1000)) ×100% = 1716000/106000 ×100% = 1618.87% M = ρf × ρds underflow × xunderflow = 2650 × 1280 × 284.63 = 965464960 Kg Diketahui f = 20% F = 1000 ton/jam k = 80% t = 0.16% Ditanya K = ……….?
T = ……….? Penyelesaian R = (k (f-t))/(f (k-t)) ×100% = (80 (20-0.16))/(20 (80-0.16)) ×100% = 1587.2/1596.8 ×100% = 99.4% R = (K × k)/(F × f) ×100% 99.4 = (K × 80)/(1000 ×20) ×100% 8000K = 20000 × 99.4 K = 1988000/8000 = 248.5 ton/jam F=K+T 1000 = 248.5 + T T = 1000 – 1000 – 248.5 248.5 = 751.5 ton/jam Jawab : Metallurgical Balance adalah neraca kesetimbangan material bijih dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan produk p roduk dengan kadarnya. Sedangkan Material Balance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar. Sizing merupakan proses pengelompokan mineral atau bahan galian secara umum. Sedangkan screening adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya seragam. Sizing merupakan proses pengelompokan mineral atau bahan galian secara umum. Sedangkan classifying adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara) sehingga hasilnya tidak seragam. Flowing Film Concentration Merupakan proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan adalah : Shaking Table (meja goyang) Humphrey Spiral Sluice Box (palong) Log Washer Gaya-gaya yang berpengaruh dalam flowing film concentration adalah: Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat Gaya dorong air terhadap partikel Gaya gravitasi Gaya sentripetal Diketahui Kapasitas = 5000 ton/jam RoC = 10 : 2 k = ρk = 30 t = ρt = 20 Mt = 3 ton/jam Mk = 5 ton/jam Ditanya Ft = ……….? Fk = ……….?
Penyelesaian RoC = (k-t)/(f-t) 10/2 = (30-20)/(f-20) 10f – 10f – 200 200 = 20 f = 220/10 = 22% x = (k (f-t))/(f (k-t)) ×100% = (30 (22-20))/(22 (30-20)) ×100% = 60/220 ×100% = 27.27% Mt = Ft × ρt × x 3 = Ft × 20 × 27.27 Ft = 3/0.05454 = 55.006 m3/jam Mk = Fk × ρk × x 5 = Fk × 30 × 27.27 Fk = 5/0.08181 = 61.18 m3/jam Pembahasan Dari hasil praktikum pengolahan bahan galian acara menghitung material balance tersebut, diperoleh : Kadar umpan suatu bahn galian berbanding terbalik te rbalik dengan berat umpan yang dimasukan ke dalam crusher, classifier, ataupun screen. Yaitu ditandai dengan kadar umpan tidak selamanya harus lebih besar dari kadar konsentrat ataupun kadar dari tailingnya sendiri, berbeda dengan berat umpan yaitu yaitu harus selalu lebih besar dari berat konsentrasi atupun berta tailing bahan galian tersebut. Nilai recovery suatu bahan galian yang bersatuan persen (%) dapat dapat diperoleh dari kadar ataupun berat dari konsentrat, umpan, dan tailing yang sudah diketaui sebelumnya yaitu dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan persentase dari r ecovery suatu bahan galian tersebut. Nilai kadar dan berat dari umpan, konsentrat, dan tailing suatu bahan bahan galian dapat diperoleh dari beberapa rumus yang berhubungan dengan variabel yang sudah diketahui dan dapat menggunakan beberapa rumus yang saling berhubungan seperti rumus r ecovery yang diketahui berat umpan, konsentrat, dan tailingnya saja, dan juga rumus recovery yang diketahui kadar umpan, konsentrat, dan tailingnya saja. Dari hasil tersebut juga diperoleh berat umpan akan se lalu lebih besar dari berat konsentrat ataupun berat tailing. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Sesuai dengan pembahasannya, nilai recovery suatu bahan galian yang bersatuan persen (%) dapat diperoleh dari kadar ataupun berat dari konsentrat, umpan, dan tailing yang sudah diketaui sebelumnya yaitu dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan pers entase dari recovery suatu bahan galian tersebut. Hubungan recovery, umpan, konsentrat, dan tailing suatu bahan galian dalam suatu formula, yaitu :
R = (k (f-t))/(f (k-t) ) ×100% Nilai kadar dan berat dari umpan, konsentrat, dan tailing suatu bahan bahan galian dapat diperoleh dari beberapa rumus yang berhubungan dengan variabel yang sudah diketahui dan dapat menggunakan beberapa rumus yang saling berhubungan seperti rumus r ecovery yang diketahui berat umpan, konsentrat, dan tailingnya saja, dan juga rumus recovery yang diketahui kadar umpan, konsentrat, dan tailingnya saja. Saran Diharapkan agar jadwal praktikum pengolahan bahan galian lebih konsisten, sehingga praktikan bisa lebih siap menghadapi praktikum yang yang dilaksanakan. Diharapkan agar literature-literature yang digunakan lebih lengkap dan detail, sehingga praktikan bisa lebih mudah memahami dan mengerti acara praktikum yang yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA _______________. _______________. 2010. Pendahuluan Pendahuluan PBG. http://laporanp.blogspot.com/feeds/8163012590347927936/comments/default.. diakses pada http://laporanp.blogspot.com/feeds/8163012590347927936/comments/default tanggal 31 Oktober 2010 pukul 17:05:24 wita Nck, Mheea,. 2009. Pengolahan Pengolahan Bahan Galian. http://mheeanck.blogspot.com/feeds/3515585515585937524/comments/default.. diakses pada tanggal 31 nck.blogspot.com/feeds/3515585515585937524/comments/default Oktober 2010 pukul 17:30:12 wita Sudarsono, Arief,. 1989. Pengolahan Bahan Galian Umum. Bandung : Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Institut Teknologi bandung Sumber : http://pocongkesurupan.blogspot.com/2010/12/laporan-praktikum-pengolahan bahan.html
Leave a comment Posted by aphiin on June 4, 2012 in Pengolahan Bahan Galian
Tags: anorganik , fuel technology, technology, islam islam,, material balance, balance, mineral dressing, dressing, religion 03 Jun Kokas (coke) adalah sejenis arang yang diperoleh dari sisa -sisa refinery minyak bumi. Kokas ini secara fisik berbentuk serbuk kasar yang berwarna hitam.
okas (coking coal) adalah hasil karbonasi dari batubara at au lebih mudahnya adalah arangnya batubara. Kokas ini berguna atau dimanfaatkan dalam berbagai hal diantaranya : Untuk Bahan Bakar Industri Pengecoran Logam Untuk Bahan Bakar Pengecoran Besi ….(ada yang bisa nambahkan?) Kesimpulan : # Jadi pada intinya kokas berguna sebagai bahan bakar sama halnya seperti batu bara. # Kokas dihasilkan dari karbonasi batubara baik dengan metode pemanasan tidak langsung dan pemanasan langsung. selain itu dapat menggunakan metode karbonisasi unggun References: http://www.tekmira.esdm.go.id http://id.wiki.detik.com/wiki/Kokas,_Fak-fak http://www.inovasi.lipi.go.id http://nationalinks.blogspot.com/2009/09/kokas-coking-coal-dan-batubara.html
Leave a comment Posted by aphiin on June 3, 2012 in Pencucian Batu Bara, Bara, Pengolahan Bahan Galian
Tags: bahan Tags: bahan bakar , fak fak , islam islam,, kokas kokas,, pengecoran logam, logam, religion Penggolongan Bahan Galian
05 Apr Menurut undang-undang No 11 Tahun 1967, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, pada Bab II pasal 3, mengenai Penggolongan Dan Pelaksanaan Penguasaan Bahan Galian, dimana bahan galian dibagi atas tiga golongan, yaitu: a. golongan bahan galian strategis b. golongan bahan galian galian vital c. golongan yang tidak termasuk golongan a atau b Rincian tentang penggolongan bahan galian dijelaskan pada PP No. 27/1980, dimana, : a. golongan bahan galian strategis adalah: minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi dan gas alam;
bitumen padat, aspal; antrasit, batubara, batubara muda; uraniuam, radium, thorium dan bahan galian radioaktif lainnya; nikel, kobalt ; timah; b. golongan bahan galian vital adalah: besi, mangaan. Molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas, platina, perak, air raksa, intan ; arsen, antimon, bismut; ytrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya; berilium, korondum, zirkon, kristal kuarsa; kriolit, flourspar, barit; yodium, brom, klor, belerang; c. golongan bahan galian yang tidak termasuk a atau b adalah: nitrai-nitrat, posfat-posfat, garam batu (halit); asbes, talk, mika, grafit, magnesit; yarosit, leusit, tawas (alum), oker; batu permata, batu setengah permata; pasir kuarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit; batuapung, tras, obsidian, perlit, tanah diatomae, tanah serap (fuller s earth); marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit, kalsit; granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsurunsur mineral golongan a maupun b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Maka sebagian besar bahan galian industri termasuk bahan galian tidak te rmasuk a atau b atau lebih dikenal sebagai Golongan C yang juga sering disebut bahan galian industri dan di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral termasuk dalam Mineral Non Logam, yang di dalamnya termasuk batuan. Definisi di atas sekarang ini sudah tidak tepat lagi, karena dengan semakin berkembangnya teknologi industri manufaktur menuntut produk-produk bahan galian industri sebagai bahan baku yang mempunyai mempunyai spesifikasi tertentu (uniform berderajad tinggi), yang untuk memperolehnya kadang-kadang memerlukan proses pengolahan yang panjang dan komplek. Demikian pula dengan batas-batas bahan galian industri sangat sukar ditetapkan, sebagai contoh, bahan galian kromit, zirkon, bauksit, mangan, dan tanah jarang yang merupakan bahan galian logam, namun dapat dapat pula diklasifikasikan sebagai bahan galian industri bila produknya berbentuk mineral yang telah diolah dan digunakan langsung sebagai bahan baku dalam industri manufaktur. Dalam industri manufaktur dan konstruksi, peranan bahan galian industri sebagai bahan baku sangat s angat penting, yang pada umumnya berfungsi untuk memperbaiki mutu ataupun untuk memperoleh produk akhir dengan spesif ikasi tertentu. Tidak sama halnya dengan bahan galian logam, dalam bahan galian industri tidak dikenal adanya proses daur-ulang dari produk padat mineral (kecuali gelas), serta tidak ada bahan substitusi selain di antara bahan galian itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Departemen Departe men Energi Dan Sumber Daya Mineral sedang mengajukan Undang-Undang mengenai pengaturan Mineral dan Batubara, yang masih berupa konsep dan sudah diajukan diajukan ke DPR, dengan terbitnya undang-undang tersebut diharapkan penggolongan bahan galian akan sesuai dengan perkembangan te knologi dan industri yang menggunakan bahan baku bahan galian non logam.
Di Indonesia secara geologi mineral non logam (bahan galian industri) te rdapat dalam semua formasi batuan, mulai dari formasi batuan berumur Pra-Tersi er sampai Kuarter, baik yang berasosiasi dengan batuan beku dalam dan batuan volkanik volkanik maupun berasosiasi dengan batuan sedimen dan batuan malihan. Mineral non logam sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia hidup tidak terlepas dari bahan galian itu. Dengan kata lai n bahwa mineral non logam sebenarnya sangat vital bagi kehidupan manusia, hampir semua peralatan rumah tangga, gedung, bangunan air, obat, kosmetik, alat tulis dan gambar, barang pecah belah dan lain-lain, dibuat langsung atau dari hasil pengolahan bahan galian galian tersebut Sebenarnya mineral non logam tersebar luas di Indonesia, namun pengelolaannya belum berkembang sebagai mana mestinya. Meskipun demikian demikian pengelolaan bahan galian industri di Indonesia mengalami kemajuan cukup pesat. Hal ini sejalan dengan kemudahan dan kebijaksanaan Pemerintah dalam menggalakkan pemanfaatan mineral non logam, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk komoditi ekspor non-migas, sudah banyak pengusahaan mineral non logam yang yang memberikan sumbangan besar bagi pembangunan pembangunan nasional, seperti: industri semen, walaupun industrinya masih banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu: PT Semen Gresik, G resik, Indocement, Semen Kujang, Semen Cibinong (HOLCIM),dan Semen Nusantara; di Pulau Kalimantan: Kalimantan: Indo-Kodeco, patungan Indonesia Korea; di Pulau Sulawesi: Sulawesi: Semen Tonnasa dan dan Bosowa; di Pulau Sumatera: Semen Padang, Baturaja dan Semen Andalas (kena bencana tsunami, Aceh) dan Pulau Timor: Semen Kupang. Industri lainnya yang banyak membantu pembangunan nasional adalah dengan bahan baku mineral non logam logam adalah: industri keramik, industri agregat batuan untuk kontruksi, dari skala kecil sampai skala besar. Serta masih banyak banyak lagi industri, yang mempergunakan bahan baku mineral non logam. Dengan terbitnya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan Per aturan Pemerintah No.25/1999 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan pemerintah pemerintah daerah sebagai daerah otonom, maka daerah memiliki kewenangan untuk mengelola sumber daya alam agar dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi yang tentunya dalam rangka memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat dan pemerintah daerah. Dalam rangka nilai manfaat pertambangan secara keseluruhan dan menghindari tumpang tindih lahan, lingkungan dan banyak hal lainnya, pemerintah me ngeluarkan UU No 4 tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang merupakan penyempurnaan UU No 11 tahun 1967. 1967. Pada BAB VI Pasal 34, Usaha Usaha pertambangan : (1) dikelompokkan atas: a. pertambangan mineral; dan b. pertambangan batubara. (2) Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) huruf a digolongkan atas: a. pertambangan mineral radioaktif; b. pertambangan mineral logam; c. pertambangan mineral bukan logam; dan d. pertambangan batuan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan suatu komoditas tambang ke dalam suatu golongan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam PP No 23 Tahun 2010 dijelaskan dijelas kan mineral bukan logam meliputi intan, i ntan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, kriolit , yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen, dan batuan meliputi pumice,
tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah lia t, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir p asang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Potensi bahan galian industri industri (mineral non logam) hampir hampir dijumpai di semua wilayah Indonesia, dari jenis komoditinya mungkin lebih dari 100 jenis, dengan waktu kurang lebih 334 jam, baik itu berupa ceramah umum dan diskusi sangat sulit untuk dapat memahami keseluruhan mengenai mineral non logam, untuk itu bahan diklat dibuat secara ringkas, tanpa mengabaikan tujuan dari diklat ini, yaitu peserta (aparatur pemda) memiliki kompetensi dalam evaluasi laporan eksplorasi untuk pelaksanaan tugas fungsinya. Acuan Evaluasi Pemetaan bahan galian non non logam ini mengacu pada : 1. SNI 13-4688-1998, Penyusunan peta sumber sumber daya daya mineral, batubara dan Gambut 2. SNI 13-4691-1998, Penyusunan peta geologi 3. SNI 13-4726-1998, Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan 4. SNI 13-6606-2001, Tatacara penyusunan laporan eksplorasi bahan galian 5. SNI 13-6676-2002, Evaluasi laporan penyelidikan umum umum dan eksplorasi bahan bahan galian galian 6. Pedoman umum tata laksana kegiatan lapangan di lingkungan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral 7. Pedoman teknis inventarisasi sumber sumber daya mineral, batubara batubara dan bitumen padat 8.
Pedoman teknis basis data sumber daya mineral non logam
Leave a comment Posted by aphiin on April 5, 2012 in Bahan Galian Industri, Industri, Pengolahan Bahan Galian
Tags: air raksa, raksa, belerang belerang,, berilium berilium,, flourspar , tanah liat, liat, yodium Laporan Pengolahan Bahan Galian
27 Feb LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengolahan Bahan galian atau Mineral Dressing adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian/mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral kurang
berharga, yang terdapat bersama-sama dalam alam. Dengan demikian istilah Mineral Dressing dapat juga meliputi : Mineral Dressing, yaitu proses pengolahan bahan galian anorganik secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau perubahan hanya sebagian dari sifat fisik mineral tersebut. Extractive Metallurgy, juga merupakan pengolahan bahan galian aborganik, tetapi dalam prosesnya mineral-mineral tersebut mengalami perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral tersebut. Fuel Technology, yaitu proses pengolahan bahan galian organic dimana dalam prosesnya mengalami perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral tersebut. Secara umum Mineral Dressing adalah suatu proses pengolahan bahan galian/mineral hasil penambangan guna memisahkan mineral berharga berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga, yang terdapatnya bersama-sama (gangue mineral). Proses Pengolahan berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang berubah. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan : Memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral tersebut, sehingga terjadi liberasi sempurna dari partikel-partikel yang tidak sejenis satu sama lain. Memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimianya atau berbeda sifat fisiknya. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum pengolahan bahan galian acara menghitung material balance ini antara lain : Mempelajari cara mencari nilai recovery suatu bahan galain. Mengetahui hubungan dari recovery, umpan, konsentrat, dan tailing dalam suatu formula. Mengetahui nilai kadar dan berat suatu umpan, konsentrat, dan tailing. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pra ktikum pengolahan bahan galian acara menghitung material balance ini antara lain : Kertas A4 Pulpen Papan pengalas Penggaris Hekter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses Pengolahan Bahan Galian merupaka jembatan antara penambangan dengan eksstaksi logam (metallurgi ekstraksi). Karena Pengolahan Bahan Galian mendasarkan atas sif at fisik mineral, maka informasi mengenai mineral yang terkandung dalam bahan galian sangan diperlukan, misalnya : Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian Kadar masing-masing mineral Besar kecilnya ukuran (distribusi ukuran) Derajat liberasi (kebebasan) dari mineral Derajat Liberasi adalah perbandingan antara mineral yang terliberasi sempurana dengan jumlah mineral yang sama keseluruhan. Sifat fisik mineral, antara lain :
Hardness (kekerasan), Structure dan Fracture Sifat ini diperlukan dalam menentukan alat penghancur Ikatan mineral dan besar kecilnya Kristal Berkaitan dengan derajat liberasi. Semakin tinggi ti nggi derajat liberasi akan semakin sempurna proses pengolahan Warna dan Kilap Berkaitan dengan proses pengolahan secara hand sortng/hand picking, yaitu pemisahan yang dilakukan secara manual (tangan biasa) Spesific Grafity (SG) Berkaitan dengan pengolahan konsentrasi gravitasi Magnetic Suceptibility (sifat kemagnetan) Berkaitan dengan pengolahan Magnetic Separator Electro Conductivity (daya hantar listrik) Berkaitan dengan pengolahan Electristatic Separation atau High Tension Separation Sifat permukaan (senang tidaknya terhadap udara) Berkaitan dengan pengolahan Flotasi Dalam kegiatan Pengolahan Bahan Galian terdapat beberapa tahap yang dilakukan, yaitu : Preparasi Kominusi Adalah proses meredksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing (peremukan) untuk proses kering, sedangkan grinding (penggilingan) digunakan untuk proses basah dan kering. Selain untuk mer eduksi ukuran butir, kominusi juga untuk meliberasi bijih, yaitu proses melepaskan mineral bijih dari ikatannya yang merupakan gangue mineral. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah crusher dan grinding mill. Sizing Merupakan pengelompokan mineral yang dilakukan dengan cara : Screening Adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya seragam. Alat yang digunakan disebut screen Classsifying Adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara) sehingga hasilnya hasiln ya tidak seragam. Alat yang dipergunakan adalah classifier. Kecepatan jatuh mineral dipengaruhi oleh ; SG, volume dan bentuk mineral. Konsentrasi Merupakan proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tidak berharga sehingga didapat kadar yang lebih tinggi t inggi dan menguntungkan. Ada beberapa cara pemisahan yang mendasarkan sifat fisik mineral, diantaranya adalah : Warna, Kilap, Bentuk Kristal Konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand picking) Spesific Gravity (Gravity Concentration) Adalah konsentrasi berdasarkan berat jenis material. Oleh karena itu untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses konsentrasi gravimetri, harus di cek harga kriteria konsentrasinya. KK = (SG mineral berat – berat – SG SG media) / (SG mineral ringan – ringan – SG SG Media)
Keterangan : KK = Kriteria Konsentrasi SG = Spesific Gravity Bila KK > 2,5 atau harganya negatif, maka antar mineral berat dengan mineral ringan dalam bahan galian mudah untuk dipisahkan secara konsentrasi gravimetri. Bila KK = 1,75, maka pemisahan dapat berjalan baik manakala ukuran butirnya 60 mesh – 100 mesh Bila KK = 1,50, agak sulit sul it dipisahkan, namum dapat dilakukan pemisahan bila ukurannya 10 mesh Bila KK ≤ 1,0, maka mineral sulit dilakukan pemisahan dengan konsentrasi gravimetri. Gravimetri concentration ada tiga macam, yaitu : Flowing Film Concentration Merupakan proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan adalah : Shaking Table (meja goyang) Humphrey Spiral Sluice Box (palong) Log Washer Gaya-gaya yang berpengaruh dalam flowing film concentration adalah: Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat Gaya dorong air terhadap partikel Gaya gravitasi Gaya sentripetal Vertical Flowing Concentration (aliran air vertikal) Merupakan proses konsentrasi mendasarkan pada aliran air ke atas. Pemisahan pada jig terjadi karena perbedaan SG, yang mana tiap mineral akan mengalami t iga peristiwa, yaitu ; hindered settling, differential acceleration accelerati on dan consolidation trickling. Agar proses pemisahan continue diperlukan adanya suction dan pulsion, dimana pada waktu terjadi suction diperlukan under water agar besarnya suction tereliminir. Jig dibagi beberapa macam, yaitu : Berdasarkan atas screen/sieve, movable sieve jig dan fixed sieve jig Berdasarkan penimbul suction dan pulsion, plunger, diaphragma, pulsator dan air pulsator SG Heavy Media Density Adalah pemisahan berdasarkan SG cairan media dan SG mineral. Sebagai media adalah cairan berat yang pada umumnya tidak bereaksi langsung dengan material yang akan dipisahkan. Ada dua proses, yaitu heavy media separation dan heavy liquid separation. Media heavy media separation berupa suspensi atau pseudo liquid yang merupakan campuran antara : Magnetic (SG = 5,1) dan air (H2O) Ferro silicon (SG = 6,7 – 6,7 – 6,9) 6,9) dengan komposisi 82% Fe dan 1,5% Si Media heavy liwuid separation adalah cairan dengan berat jenis yang besarnya kecil, biasanya cairan organik. Tetra bromethane (C2H2Br4) SG = 2,96 Ethylene dibromide (C2H4Br2) SG = 2,17 Magnetic Susceptibility (sifat kemagnetan) Setiap mineral mempunyai sifat kemagnitan yang berbeda, yaitu ada yang kuat, lemah bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang yang berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic separator. Alat ini bekerja berdasarkan pada kuat lemahnya mineral tersebut tertarik oleh magnet
sehingga dapat terpisah antara mineral magnetik dan non magnetik. Pemisahan dapat dilakukan dalam keadaan kering atau basah. Electric Conductivity (daya hantar listrik) Mineral memiliki sifat konduktor dan non konduktor. Untuk memisahkan mineral jenis ini digunakan alat yang disebut high tension separator atau electrostatic s eparator dan hasilnya berupa mineral konduktor dan non konduktor. konduktor. Proses selalu dalam keadaan kering. Sifat permukaan mineral Permukaan mineral ada yang bersifat senang dan tidak senang terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan menempel pada gelembung udara sedangkan s edangkan mineral yang senagn terhadap air tidak akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara diperlukan suatu reagent kimia. Biasanya ada tiga reagent rea gent kimia yang ditambahkan, yaitu ; collector, modifier dan frother. Reagent ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral). Dengan memberikan gelembung udara maka mineral akan terpisah, sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini disebut flotasi. Dewatering Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak dapat dilakukan sekaligus tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan cara: Thickening Yaitu proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu pulp. Alat yang digunakan adalah thickener, yang mana alat ini mencapai % solid se besar 50% (solid factor = 1) Filtrasi Adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan dengan cara menyaring (dengan filter) sehingga didapatkan solid factor sama dengan empat (persen solid = 80%) Drying Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara pemanasan sehingga padatan benar benar bebas dari cairan (% solid = 100%) Material Balance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar. F=C+T Keterangan : F = Berat material umpan/Feed (ton) C = Berat konsentrat (ton) T = Berat tailing (ton) Metallurgical Balance adalah neraca kesetimbangan material bijih dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan produk p roduk dengan kadarnya. Ff = Cc + Tt Keterangan : Ff = Kadar umpan (%) Cc = Kadar konsentrat (%) Tt = Kadar tailing (%)
Nisbah Konsentrasi Adalah perbandingan berat feed dengan berat konsentrat. K = F/C K = (C-t)/(F-t) Berasal dari : Ff = Cc + Tt Ft = Ct + Tt F(f-t) = C (c-t) F/C = (c-t)/(f-t) Angka Perolehan (% Recovery) Adalah perbandingan antara logam berharga dalam konsentrat dengan berat logam berharga dalam umpan yang dinyatakan dalam persen (%). R = (Cc/Ff) x 100% R = (c(f-t)/f(c-t)) x 100% R = cC/fF = c/fK = c(f-t)/f(c-t) BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertanyaan Material diumpankan pada suatu rotation plan dengan kadar 0.8% Cu. Konsentrat yang dihasilkan 25% Cu dan tailing dengan kadar 0.15% Cu. Hitung recovery Cu, Ratio Of Consentration, dan enrichment Ratio? Sebuah Hydrosiclon diumpankan dengan slurry quartz, dengan density 2650 Kg/m3 dalam keadaan pulp densitynya 1130 Kg/m3. Product dari hydrosiclon te rsebut adalah underflow dan overflow. Underflow yang dihasilkan memiliki density pulp 1280 Kg/m3 dan overflow yang dihasilkan memiliki density pulp 1040 Kg/m3, density air 1000 Kg/m3, 2 liter sample pada underflow diambil dalam waktu 3.1 3.1 detik. Hitung mass flow rate pada hydrosiclon tersebut? Bijih yang mempunyai konsentrasi mineral sebanyak se banyak 20% Ni dengan jumlah 1000 ton/jam. Dari hasil pengolahan diperoleh konsentrat sebanyak 80% Ni, sedangkan tailingnya 0.16% Ni. Berapa berat konsentrat dan tailingnya? Jelaskan : Pengertian metallurgical balance dan material balance? Perbedaan sizing dengan screening dan sizing dengan classifying? Mekanisme kerja flowing film consentration? Suatu pengolahan bijih dengan kapasitas 5000 ton/jam dengan Ratio Of Consentration 10 : 2, sedangkan tailingnya mengandung 20% solid dan konsentratnya 30%. Hitung volume tailing yang masuk ke screening bond 3 ton/m3? Hitung volume konsentrat, jika berat jenis konsentrat 5 ton/m3? Jawab Diketahui f = 0.8% k = 25%
t = 0.15% Ditanya R = ……….? RoC = ……….? Ef = ……….? Penyelesaian R = (k (f-t))/(f (k-t)) ×100% = (25% (0.8%-0.15%))/(0.8% (25%-0.15%)) ×100% = (16.25%)/(19.88%) ×100% = 81.74% RoC = (k-t)/(f-t) = (25-0.15)/(0.8-0.15) = 24.85/0.65 = 38.23 Ef = k/f = 25/0.8 = 31.25 Diketahui ρf = 2650 Kg/m3 ρds = 1130 Kg/m3 ρA = 1000 Kg/m3 ρds underflow = 1280 Kg/m3 ρds overflow = 1040 Kg/m3 V = 2 liter t = 3.1 detik Ditanya M = ……….? Penyelesaian x = (ρds (ρf -ρA))/(ρf (ρds(ρds-ρA)) ×100% = (1130 (2650-1000))/(2650 (1130-1000)) ×100% = 1864500/3344500 ×100% = 541.22% xunderflow = (ρds underflow (ρf -ρA))/(ρf (ρds underflowunderflow-ρA)) ×100% = (1280 (2650-1000))/(2650 (1280-1000)) ×100% = 2112000/742000 ×100% = 284.63% xoverflow = (ρds overflow (ρf -ρA))/(ρf (ρds overflowoverflow-ρA)) ×100% = (1040 (2650-1000))/(2650(1040-1000)) ×100% = 1716000/106000 ×100% = 1618.87% M = ρf × ρds underflow × xunderflow = 2650 × 1280 × 284.63 = 965464960 Kg Diketahui f = 20% F = 1000 ton/jam k = 80% t = 0.16% Ditanya K = ……….? T = ……….? Penyelesaian R = (k (f-t))/(f (k-t)) ×100%
= (80 (20-0.16))/(20 (80-0.16)) ×100% = 1587.2/1596.8 ×100% = 99.4% R = (K × k)/(F × f) ×100% 99.4 = (K × 80)/(1000 ×20) ×100% 8000K = 20000 × 99.4 K = 1988000/8000 = 248.5 ton/jam F=K+T 1000 = 248.5 + T T = 1000 – 1000 – 248.5 248.5 = 751.5 ton/jam Jawab : Metallurgical Balance adalah neraca kesetimbangan material bijih dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan produk p roduk dengan kadarnya. Sedangkan Material Balance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar. Sizing merupakan proses pengelompokan mineral atau bahan galian secara umum. Sedangkan screening adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya seragam. Sizing merupakan proses pengelompokan mineral atau bahan galian secara umum. Sedangkan classifying adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara) sehingga hasilnya tidak seragam. Flowing Film Concentration Merupakan proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan adalah : Shaking Table (meja goyang) Humphrey Spiral Sluice Box (palong) Log Washer Gaya-gaya yang berpengaruh dalam flowing film concentration adalah: Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat Gaya dorong air terhadap partikel Gaya gravitasi Gaya sentripetal Diketahui Kapasitas = 5000 ton/jam RoC = 10 : 2 k = ρk = 30 t = ρt = 20 Mt = 3 ton/jam Mk = 5 ton/jam Ditanya Ft = ……….? Fk = ……….? Penyelesaian RoC = (k-t)/(f-t) 10/2 = (30-20)/(f-20)
10f – 10f – 200 200 = 20 f = 220/10 = 22% x = (k (f-t))/(f (k-t)) ×100% = (30 (22-20))/(22 (30-20)) ×100% = 60/220 ×100% = 27.27% Mt = Ft × ρt × x 3 = Ft × 20 × 27.27 Ft = 3/0.05454 = 55.006 m3/jam Mk = Fk × ρk × x 5 = Fk × 30 × 27.27 Fk = 5/0.08181 = 61.18 m3/jam Pembahasan Dari hasil praktikum pengolahan bahan galian acara menghitung material balance tersebut, diperoleh : Kadar umpan suatu bahn galian berbanding terbalik te rbalik dengan berat umpan yang dimasukan ke dalam crusher, classifier, ataupun screen. Yaitu ditandai dengan kadar umpan tidak selamanya harus lebih besar dari kadar konsentrat ataupun kadar dari tailingnya sendiri, berbeda dengan berat umpan yaitu yaitu harus selalu lebih besar dari berat konsentrasi atupun berta tailing bahan galian tersebut. Nilai recovery suatu bahan galian yang bersatuan persen (%) dapat dapat diperoleh dari kadar ataupun berat dari konsentrat, umpan, dan tailing yang sudah diketaui sebelumnya yaitu dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan persentase dari recovery suatu bahan galian tersebut. Nilai kadar dan berat dari umpan, konsentrat, dan tailing suatu bahan bahan galian dapat diperoleh dari beberapa rumus yang berhubungan dengan variabel yang sudah diketahui dan dapat menggunakan beberapa rumus yang saling berhubungan seperti rumus r ecovery yang diketahui berat umpan, konsentrat, dan tailingnya saja, dan juga rumus recovery yang diketahui kadar umpan, konsentrat, dan tailingnya saja. Dari hasil tersebut juga diperoleh berat umpan akan selalu lebih besar dari berat konsentrat ataupun berat tailing. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Sesuai dengan pembahasannya, nilai recovery suatu bahan galian yang bersatuan persen (%) dapat diperoleh dari kadar ataupun berat dari konsentrat, umpan, dan tailing yang sudah diketaui sebelumnya yaitu dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan pers entase dari recovery suatu bahan galian tersebut. Hubungan recovery, umpan, konsentrat, dan tailing suatu bahan galian dalam suatu formula, yaitu : R = (k (f-t))/(f (k-t) ) ×100%
Nilai kadar dan berat dari umpan, konsentrat, dan tailing suatu bahan bahan galian dapat diperoleh dari beberapa rumus yang berhubungan dengan variabel yang sudah diketahui dan dapat menggunakan beberapa rumus yang saling berhubungan seperti rumus recovery yang diketahui berat umpan, konsentrat, dan tailingnya saja, dan juga rumus recovery yang diketahui kadar umpan, konsentrat, dan tailingnya saja. Saran Diharapkan agar jadwal praktikum pengolahan bahan galian lebih konsisten, sehingga praktikan bisa lebih siap menghadapi praktikum yang yang dilaksanakan. Diharapkan agar literature-literature yang digunakan lebih lengkap dan detail, sehingga praktikan bisa lebih mudah memahami dan mengerti mengerti acara praktikum yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA _______________. _______________. 2010. Pendahuluan Pendahuluan PBG. http://laporanp.blogspot.com/feeds/8163012590347927936/comments/default.. diakses pada http://laporanp.blogspot.com/feeds/8163012590347927936/comments/default tanggal 31 Oktober 2010 pukul 17:05:24 wita Nck, Mheea,. 2009. Pengolahan Pengolahan Bahan Galian. http://mheeanck.blogspot.com/feeds/3515585515585937524/comments/default.. diakses pada tanggal 31 nck.blogspot.com/feeds/3515585515585937524/comments/default Oktober 2010 pukul 17:30:12 wita Sudarsono, Arief,. 1989. Pengolahan Bahan Galian Umum. Bandung : Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Institut Teknologi bandung
Leave a comment Posted by aphiin on February 27, 2012 in Pengolahan Bahan Galian
Tags: anorganik , bahan galian, galian, fuel technology, technology, kulit kulit,, material balance, balance, mineral dressing
MyNiceProfile.com Search
Aphiin.Menu Al-Kisah (8) o Analisis Batubara (4) o
Analisis Lereng (1) Artikel (16) o Bacaan Menakjubkan (Miracle Reading) (5) o Bahan Galian Industri (4) o Batu Bara (13) o Batuan (5) o Da'wah (1) o Dunia Kerja (4) o Dunia Pertambagan (12) o Ekonomi Teknik (2) Teknik (2) o Eksplorasi (8) o Geology (7) o Ilmu Pertambangan (13) o Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2) Dasar (2) o Info (4) o Isipol (1) o K3 dan Lingkungan Tambang (6) o Kecerdasan (2) o Kesehatan (39) o Kimia (11) o Kristalografi dan Mineralogi (22) o Kunci Kesuksesan (3) o Mekanika Batuan (6) o Mekanika Tanah (14) o Mine Planning (7) o Peledakan (17) o Pemboran (9) o Pencucian Batu Bara (3) o Pengolahan Bahan Galian (9) o Perpetaan (1) o Reklamasi Tambanag (2) o Rumus Pacaran (23) o Sekilas (1) o SOP Pengambilan Sampel (4) o Stabilitas Lereng (1) o Tambang Bawah Tanah (9) o Tambang Terbuka (Open Pit Mining) (8) o Teknik Terowongan (11) o Tips (11) o Trik (8) Trik (8) o Uncategorized (7) o UU Pertambangan (1) o Ventilasi Tambang (2) o Time To Death o
October 2014 M T W T F S S
« Apr 1 2 3 4 5
October 2014 M T W T F S S
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Who Am I
Blog Stats 195,949 hits o My Twitter @aphin_17 RT @DiaryKESEHATAN @DiaryKESEHATAN:: Mageiricophobia adalah ketakutan harus terus o memasak.^__^ 5 days ago RT @infoLengkap @infoLengkap:: Peluang Anda untuk menikahi seorang jutawan adalah 215 o berbanding 1. [infographicpost [infographicpost .com]^__^ 5 days ago RT @FaktaGoogle @FaktaGoogle:: Tidur dalam posisi telungkup dapat membuat kulit wajah o menjadi berkerut.^__^ 5 days ago RT @AndaTahu @AndaTahu:: Bernyanyi dan menari adalah cara yang ampuh untuk o menghilangkan kebosanan.^__^ 5 days ago RT @PepatahDoa @PepatahDoa:: Tuhan, tegarkan hati hamba. teduhkan hati ini seperti o teduhnya hati orang-orang yang selalu bersabar^__^ 5 days ago RT @PepatahDoa @PepatahDoa:: Ya Allah, beri rahmat kepada orang yang membenci o hamba, beri mereka hidayah agar mereka kembali pada jalanMu^__^ 5 days ago RT @PepatahDoa @PepatahDoa:: Tuhan tabahkan hati ku dari semua fitnah yang sedang o menimpa ku - Jokowi^__^ 5 days ago Click Here now
air hujan air tanah aksi panas amerika serikat analisis mengenai dampak lingkungan antara dua atom atom bahan atom bahan galian bahan galian bahan kimia bakteri kimia bakteri batuan batuan batuan batuan sedimen batubara bau batubara bau mulut berat mulut berat badan buah badan buah buahan butuh buahan butuh cara kerja curah hujan dalam bahasa inggris dari hasil detik detik galian galian gerakan hormon kortisol human-rights ilmu
pengetahuan islam islam jawaban jawaban jaw jaw crusher jika jika tidak kadang tidak kadang kadang kecelakaan kerja kekasih kerak bumi kereta api kesuburan kromatografi kuari larutan lubang minyak bumi molekul mulai national sleep foundation nyaman nyaman pasangan pasangan pekerjaan pekerjaan penambangan penetrasi penambangan penetrasi penyakit penyakit jantung peredaran jantung peredaran darah perhatian darah perhatian peta peta geologi pinggul pori pinggul pori pori reaksi kimia rekahan religion romantis rumah tangga senyawa kimia sering sinar matahari studi kelayakan sulit tidur sumber tidur sumber daya sumber energi tambang tambang bawah tanah tekanan darah tidak akan travel urutan vacation
Aphiin.Blog Blog at WordPress.com. WordPress.com. The Choco Theme. Theme . Follow Follow “Aphiin.Blog”
Get every new post delivered to your Inbox. Join 1,275 other followers Powered by WordPress.com ALAT-ALAT PREPARASI NIKEL
Diposkan oleh Syaiful Bakhri di 15.53.00 2 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan Faceboo kBagikan ke Pinterest
Label: Ball Mill, Mill, Batubara Batubara,, Crusher , Cutting Machine, Machine, Drying Drying,, HGI HGI,, Indonesia Indonesia,, Jaw Crusher , Nikel,, Ore Nikel Ore,, Oven Oven,, Pertambangan Pertambangan,, Preparasi Preparasi,, Pulverizer , Ro-Tap Sieve Shaker , Rotary Sample Divider , Super Crunch ALAT-ALAT PREPARASI BA ALAT-ALAT PREPARASI BATUBARA
Diposkan oleh Syaiful Bakhri di 15.03.00 Tidak ada komentar: aporan Praktikum Modul Rod Mill BAB III ROD MILL
3.1 Landasan Teori Penggerusan dengan rod mill diterapkan dengan cara penggerusan basah dan kering, rod mill
digunakan pada prymary grinding sebelum dilanjutkan dengan ball mill. Disamping itu rod mill digunakan untuk preparasi bijih untuk proses gravity konsentrasi dengan produk mempunyai ukuran 4-100 mesh, dapat juga digunakan untuk umpan pembuatan klinker semen. (Rod mills) mampu mereduksi ( feed) dengan ukuran 50 mm menjadi produk dengan ukuran 300 μm. Rasio reduksi re duksi biasanya antara 15: 1 s.d. 20:1. Ciri khusus dari (rod ( rod mill) adalah panjang (cylindrical (cylindrical shell)-nya shell)-nya antara 1,5 dan 2,5 kali diameternya.
Gambar 3.1 Tampilan Rod Tampilan Rod Mill (Mill) dengan panjang 6,4 m, diameternya tidak boleh lebih dari 4,57 m. Rod mills) dengan mills) dengan diameter lebih dari 4,57 m dengan panjang 6,4 m dapat digunakan dengan motor 1640 kW.
Daya yang dibutuhkan untuk kapasitas tertentu dapat diperkirakan dengan persamaan Bond:
Persamaan Bound Jenis – Jenis – jenis jenis Ro Rod d Mi ll -
Centr Ce ntr e pe perr iph er al di scharge mi ll s
Gambar 3.2 centre peripheral discharge mill Pada centre
peripheral
dalam trunnions dan
discharge
hasilnya
mills, feed feed dimasukkan dimasukkan
dikeluarkan
melalui
port
dari
kedua
sirkumferen
ujungnya pada
ke
bagian
tengah shell tengah shell . Mill Mill ini ini dapat digunakan untuk penghalusan basah atau kering dan banyak dipakai dalam menyiapkan pasir-pasir khusus dalam jumlah besar. -
End pe perr iphe ipheral ral dis discha charr ge mil ls
Pada end
peripheral
discharge
mills , feed mills, feed dimasukkan dimasukkan
dari
salah
satu
ujungya
ke trunnion dan produk dikeluarkan dari ujung lainnya. Mill ini ini digunakan umumnya untuk trunnion dan penghalusan kering dan lembab.
Gambar 3.3 end 3.3 end peripheral discharge mills Jenis (rod (rod mill) yang mill) yang paling banyak digunakan dalam industri pertambangan adalah ( trunnion overflow),, dimana umpan dimasukkan melalui sebuah (trunnion overflow) trunnion )dan dikeluarkan melalui yang lainnya. Jenis (mill) (mill) ini hanya digunakan untuk penghalusan basah fungsi dasarnya adalah
untuk
mengkonversi
produk ( crushing
plant)
menjadi (ball-mill (ball-mill
feed). feed).
Diameter (overflow (overflow trunnion) lebih besar 10-20 cm dari bukaan umpan untuk membuat aliran yang tinggi.
Gambar 3.4 overflow mill
Untuk (rods) (rods) ini digunakan baja karbon tinggi. Jumlah penghalusan yang optimal diperoleh jika volumenya 35 % dari ( shell). Pemakaian (rod) (rod) tergantung kepada karakteristik (mill feed),, kecepatan penggilingan, panjang (rod) feed) ( rod),, dan ukuran produk; normalnya berkisar antara 0,1-1,0 kg baja per ton bijih untuk penghalusan basah, dan kurang dari itu untuk penghalusan kering. (Rod mills) normalnya mills) normalnya bekerja antara 50 dan 65% dari kecepatan kritisnya.
Gambar 3.5 Grinding action of rocks at Rod Mill 3.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ( Rod Mill) Mill ) adalah menentukan RR 80 80 dari hasil penggerussan, dimana waktu penggerusan setiap umpan berbeda – beda beda dan memisahkan mineral pengganggu yang msih menyatu dengan mineral berharganya. 3.3 Sistematika Alat
Sistematika alat dari ( Rod Rod Mill) Mill) yaitu menggunakan energi kinetik dari slinder baja yang bersama -sama dengan umpan dalam (crusher), crusher), pada saat terjadinya pemutaran kemudian umpan dan silinder baja terlempar bersama – bersama – sama sama ke dinding (crusher) ( crusher) saat saat itulah terjadinya penggerusan pada umpan yang yang kita masukkan pada ( Rod Mill).
3.4 Alat dan Bahan 3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses pereduksian dengan Rod dengan Rod Mill yaitu yaitu : 1.
Rod mill , sebagai alat untuk menggerus batuan.
2.
Stopwatch sebagai alat pencatat waktu.
3.
Timbangan Elektrik (neraca analitik) sebagai analitik) sebagai alat menimbang berat bahan dan plastik
4.
Sieve shekar sebagai sebagai ayakan yang digunakan untuk mengelompokkan butiran sesuai dengan ukuran butirannya.
5.
Kantong plastik sebagai wadah sample dari tiap ayakan.
6.
Kemoceng 1 buah sebagai pembersih alat.
7.
Dulang 2 Buah untuk tempat sample setelah proses pengerusan.
8.
Scrap 2 Scrap 2 buah untuk mencampur sample.
9.
Spidol, untuk membuat tanda pada tiap plastik berisi sampel sebagai pengenal.
10. Pulpen dan kertas kertas (buku), sebagai alat tulis dan tempat menulis data yang diperoleh. 3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan digunakan sebagai umpan adalah yang yang tertahan ayakan no 10 pada proses proses sebelumnya ( Hamer Hamer Mill)
Gambar 3.6 Bahan yang digunakan pada percobaab Rod Mill
Neraca analitik
sekop
dulang
Silinder Baja
Rod Mill
Screen
scrap
Spidol Kemoceng Gambar 3.7 alat yang digunakan dalam praktikum Rod praktikum Rod Mill 3.5 Prosedur Percobaan
1.
Menimbang umpan tertahan 10# sebanyak ± 1500 gr, dan membaginya dalam 3 bagian.
2.
Menggerus umpan I dalam waktu waktu 30 sekon, umpan II II 60 sekon dan umpan III 90 sekon dengan menggukan Rod Mill.
3.
Menimbang hasil penggerusan Rod Mill tiap bagian .
4.
Mengayak produk dengan durasi 300 sekon.
5.
Menimbang produk tiap ukuran mesh pada ayakan.
6.
Setelah menimbang produk tiap mesh, menyatukan kembali dalam 1 tempat(plastik).
7.
Mencatat hasil penimbangan
8.
Malakukan pengolahan data dan mencari RR 80 80 dengan membandingkan 80% umpan dengan 80% produk.
3.6 Pengolahan Data
Umpan yang praktikan gunakan yaitu produk yang tertahan ayakan no 10 dengan berat total 1500 gr, dengan demikian F80 = 1,68 mm (Klasifikasi (Klasifi kasi Tayler) dan membaginya dalam 3 bagian yang sama. Umpan 1 Berat awal
= 503,2 gr
Berat setelah di Rod Mill
= 498,0 gr
Waktu Penggerusan
= 30 sekon
Waktu Pengayakan
= 300 sekon
Tabel 3.1 Produk Pengayakan Umpan Bagian 1
N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MES H #10 #20 #40 #60 #80 #100 #120 #140 #200 <200
LUAS (mm)2 1,68 0,841 0,42 0,25 0,178 0,15 0,125 0,105 0,073 0,073
Nilai P80 = 1,49 mm Maka RR80 = = = 1,1275
BERAT PLASTI K (gr) 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr) 380,4 42,8 8 6 5,2 3,2 3,8 3,5 3,5 4,4
BERAT SAMPE L (gr) 377,2 39,6 4,8 2,8 2 0 0,6 0,3 0,3 1,2 428,8
BERAT KOMULATI F (gr) 428,8 51,6 12 7,2 4,4 2,4 2,4 1,8 1,5 1,2
% LOLOS KOMULATI F 100,00 12,03 2,80 1,68 1,03 0,56 0,56 0,42 0,35 0,28
Umpan 2 Berat awal
= 503,4 gr
Berat setelah di Rod Mill
= 500,4 gr
Waktu Penggerusan
= 60 sekon
Waktu Pengayakan
= 300 sekon
Tabel 3.1 Produk Pengayakan Umpan Bagian 2 LUA S (mm)
BERAT PLASTI K (gr)
BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr)
BERAT SAMPEL (gr)
BERAT KOMULATI F (gr)
% LOLOS KOMULATI F
N O
MES H
1
#10
1,68
3,2
340,2
337
445,8
100,00
2
#20
0,841
3,2
91,4
88,2
108,8
24,41
3
#40
0,42
3,2
13,3
10,1
20,6
4,62
4
#60
0,25
3,2
5,8
2,6
10,5
2,36
5
#80
0,178
3,2
5
1,8
7,9
1,77
6
#100
0,15
3,2
4,4
1,2
6,1
1,37
7
#120
0,125
3,2
4,3
1,1
4,9
1,10
8
#140
0,105
3,2
4,1
0,9
3,8
0,85
9
#200
0,073
3,2
3,6
0,4
2,9
0,65
10
<200
0,073
3,2
5,7
2,5
2,5
0,56
2
445,8
Nilai P80 = 1,46 mm Maka RR80 = = = 1,15 Umpan 3 Berat awal
= 503,4 gr
Berat setelah di Rod Mill
= 499,7 gr
Waktu Penggerusan
= 90 sekon
Waktu Pengayakan
= 300 sekon
Tabel 3.1 Produk Pengayakan Umpan Bagian 3
N O 1 2 3 4 5 6 7 8
N O 9 10
MES H #10 #20 #40 #60 #80 #100 #120 #140
LUA S (mm)2 1,68 0,841 0,42 0,25 0,178 0,15 0,125 0,105
BERAT PLASTI K (gr) 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
MES H #200 <200
LUA S (mm)2 0,073 0,073
BERAT PLASTI K (gr) 3,2 3,2
BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr) 388,7 38 14 7,3 6 4,8 4,8 4 BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr) 3,7 6,1
BERAT SAMPEL (gr) 385,5 34,8 10,8 4,1 2,8 1,6 1,6 0,8
BERAT KOMULATI F (gr) 445,4 59,9 25,1 14,3 10,2 7,4 5,8 4,2
% LOLOS KOMULATI F 100,00 13,45 5,64 3,21 2,29 1,66 1,30 0,94
BERAT SAMPEL (gr) 0,5 2,9 445,4
BERAT KOMULATI F (gr) 3,4 2,9
% LOLOS KOMULATI F 0,76 0,65
Nilai P80 = 1,485 mm Maka RR80 = = = 1,13 3.7 Pembahasan Dari praktikum yang telah praktikan lakukan praktikan praktikan medapat % lolos komulatif, produk produk dan RR 80 80 untuk setiap umpan dalam selang waktu proses yang berbeda-beda dengan F80 yang tetap yaitu 1,680 mm, karena menggunkan pruduk yang lolos ayakan no 10. Untuk menentukan RR 80 80 dengan rumus berikut Maka RR 80 80 =
-
Dimana : F80
= ukuran umpan pada 80% pada grafik
P80
= ukuran umpan pada 80% pada grafik
Umpan bagian 1 dengan Berat awal = 503,2 gr, setelah di reduksi di Rod Mill = 498,0 gr waktu pengayakan 30 sekon dan berat akhir = 428,8 gr, nilai P 80% = 1,49 mm, sehingga RR 80 80 = 1,1275
-
Umpan bagian 2 dengan Berat awal = 503,4 gr, setelah di reduksi di Rod Mill = 500,4 gr waktu pengayakan 60 sekon dan berat akhir = 445,8 gr, nilai P 80% = 1,46 mm, sehingga RR 80 80 = 1,15
-
Umpan bagian 3 dengan Berat awal = 503,4 gr, setelah di reduksi di Rod Mill = 449,7gr waktu pengayakan pengayakan 90 sekon dan berat akhir = 445,4 gr, nilai P 80% = 1,485 mm, sehingga sehingga RR 80 80 = 1,13 Pada proses pengerusan atau pereduksian dengan menggunakan ( Rod ( Rod Mill ) berguna untuk memisahkan mineral mineral pengotor yang masih menyatu dengan mineral berharganya, itulah sebabnya dilakukan proses lanjutan (secandary crusher). crusher). Jumlah berat umpan yang di masukkan dalam (crusher) (crusher) terjadi kehilangan berat (loss) (loss) hal tersebut karena beberapa hal yaitu, sebagian umpan tertinggal dalam alat sehingga dianggap berat yang hilang, selanjutnya pada saat penuangan produk ke suatu tempat (plastik) dan selanjutnya pada saat pengeluaran penge luaran produk dari (crusher) (crusher) umpan umpan yang berukuran (micro) ( micro) terhembus terhembus dan terbawa oleh angin. Halhal tersebutlah yang mengakibatkan perbedaan antara berat umpan denga berat produk (berat produk lebi rendah daripada berat umpan) umpan)
3.8 Aplikasi
Aplikasi (Rod Mill) Mill) pada perusahaan pertambangan yaitu berguna untuk meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan kualitas produksi suatu perusahaan, dimana d imana proses (Rod Mill) Mill) yaitu menggerus umpan yang umpannya berasal dari hasil perduksian sebelumnya (primary Crusher) dengan Crusher) dengan memisahkan mineral – mineral mineral pengganggu yang masih menyatu dengan mineral berharganya supaya mendapatkan produk baik. Pada umumnya Rod Mill digunakan dalam perusahaan logam dan nonlogam, seperti pasir, besi, dolomit, keramik dll.
Rabu, 17 Juli 2013 Laporan Praktikum Modul Rod Mill BAB III ROD MILL
3.1 Landasan Teori
Penggerusan dengan rod mill diterapkan dengan cara penggerusan basah dan kering, rod mill digunakan pada prymary grinding sebelum dilanjutkan dengan ball mill. Disamping itu rod mill digunakan untuk preparasi bijih untuk proses gravity konsentrasi dengan produk mempunyai ukuran 4-100 mesh, dapat juga digunakan untuk umpan pembuatan klinker semen. (Rod mills) mampu mereduksi ( feed) dengan ukuran 50 mm menjadi produk dengan ukuran 300 μm. Rasio reduksi biasanya antara 15: 1 s.d. 20:1. Ciri khusus dari (rod ( rod mill) adalah panjang (cylindrical (cylindrical shell)-nya shell)-nya antara 1,5 dan 2,5 kali diameternya.
Gambar 3.1 Tampilan Rod Tampilan Rod Mill (Mill) dengan panjang 6,4 m, diameternya tidak boleh lebih dari 4,57 m. Rod mills) dengan mills) dengan diameter lebih dari 4,57 m dengan panjang 6,4 m dapat digunakan dengan motor 1640 kW.
Daya yang dibutuhkan untuk kapasitas tertentu dapat diperkirakan dengan persamaan Bond:
Persamaan Bound Jenis – Jenis – jenis jenis Ro Rod d Mi ll -
Centr Ce ntr e pe perr iph er al di scharge mi ll s
Gambar 3.2 centre peripheral discharge mill Pada centre
peripheral
dalam trunnions dan
discharge
hasilnya
mills, feed feed dimasukkan dimasukkan
dikeluarkan
melalui
port
dari
kedua
sirkumferen
ujungnya pada
ke
bagian
tengah shell tengah shell . Mill Mill ini ini dapat digunakan untuk penghalusan basah atau kering dan banyak dipakai dalam menyiapkan pasir-pasir khusus dalam jumlah besar. -
End pe perr iphe ipheral ral dis discha charr ge mil ls
Pada end
peripheral
discharge
mills , feed mills, feed dimasukkan dimasukkan
dari
salah
satu
ujungya
ke trunnion trunnion dan dan produk dikeluarkan dari ujung lainnya. Mill ini ini digunakan umumnya untuk penghalusan kering dan lembab.
Gambar 3.3 end 3.3 end peripheral discharge mills Jenis (rod (rod mill) yang mill) yang paling banyak digunakan dalam industri pertambangan adalah ( trunnion overflow),, dimana umpan dimasukkan melalui sebuah (trunnion overflow) trunnion )dan dikeluarkan melalui yang lainnya. Jenis (mill) (mill) ini hanya digunakan untuk penghalusan basah fungsi dasarnya adalah
untuk
mengkonversi
produk ( crushing
plant)
menjadi (ball-mill (ball-mill
feed). feed).
Diameter (overflow (overflow trunnion) lebih besar 10-20 cm dari bukaan umpan untuk membuat aliran yang tinggi.
Gambar 3.4 overflow mill Untuk (rods) (rods) ini digunakan baja karbon tinggi. Jumlah penghalusan yang optimal diperoleh jika volumenya 35 % dari ( shell). Pemakaian (rod) (rod) tergantung kepada karakteristik (mill feed),, kecepatan penggilingan, panjang (rod) feed) ( rod),, dan ukuran produk; normalnya berkisar antara 0,1-1,0 kg baja per ton bijih untuk penghalusan basah, dan kurang dari itu untuk penghalusan kering. (Rod mills) normalnya mills) normalnya bekerja antara 50 dan 65% dari kecepatan kritisnya.
Gambar 3.5 Grinding action of rocks at Rod Mill 3.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ( Rod Mill) Mill ) adalah menentukan RR 80 80 dari hasil penggerussan, dimana waktu penggerusan setiap umpan berbeda – beda beda dan memisahkan mineral pengganggu yang msih menyatu dengan mineral berharganya. 3.3 Sistematika Alat
Sistematika alat dari ( Rod Rod Mill) Mill) yaitu menggunakan energi kinetik dari slinder baja yang bersama -sama dengan umpan dalam (crusher), crusher), pada saat terjadinya pemutaran kemudian umpan dan silinder baja terlempar bersama – bersama – sama sama ke dinding (crusher) ( crusher) saat saat itulah terjadinya penggerusan pada umpan yang yang kita masukkan pada ( Rod Mill).
3.4 Alat dan Bahan 3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses pereduksian dengan Rod dengan Rod Mill yaitu yaitu : 1.
Rod mill , sebagai alat untuk menggerus batuan.
2.
Stopwatch sebagai alat pencatat waktu.
3.
Timbangan Elektrik (neraca analitik) sebagai analitik) sebagai alat menimbang berat bahan dan plastik
4.
Sieve shekar sebagai sebagai ayakan yang digunakan untuk mengelompokkan butiran sesuai dengan ukuran butirannya.
5.
Kantong plastik sebagai wadah sample dari tiap ayakan.
6.
Kemoceng 1 buah sebagai pembersih alat.
7.
Dulang 2 Buah untuk tempat sample setelah proses pengerusan.
8.
Scrap 2 Scrap 2 buah untuk mencampur sample.
9.
Spidol, untuk membuat tanda pada tiap plastik berisi sampel sebagai pengenal.
10. Pulpen dan kertas kertas (buku), sebagai alat tulis dan tempat menulis data yang yang diperoleh. 3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan digunakan sebagai umpan adalah yang yang tertahan ayakan no 10 pada proses proses sebelumnya ( Hamer Hamer Mill)
Gambar 3.6 Bahan yang digunakan pada percobaab Rod Mill
Neraca analitik
sekop
dulang
Silinder Baja
Rod Mill
Screen
scrap
Spidol Kemoceng Gambar 3.7 alat yang digunakan dalam praktikum Rod praktikum Rod Mill 3.5 Prosedur Percobaan
1.
Menimbang umpan tertahan 10# sebanyak ± 1500 gr, dan membaginya dalam 3 bagian.
2.
Menggerus umpan I dalam waktu waktu 30 sekon, umpan II 60 sekon dan umpan umpan III 90 sekon dengan menggukan Rod Mill.
3.
Menimbang hasil penggerusan Rod Mill tiap bagian .
4.
Mengayak produk dengan durasi 300 sekon.
5.
Menimbang produk tiap ukuran mesh pada ayakan.
6.
Setelah menimbang produk tiap mesh, menyatukan kembali dalam 1 tempat(plastik).
7.
Mencatat hasil penimbangan
8.
Malakukan pengolahan data dan mencari RR 80 80 dengan membandingkan 80% umpan dengan 80% produk.
3.6 Pengolahan Data
Umpan yang praktikan gunakan yaitu produk yang tertahan ayakan no 10 dengan berat total 1500 gr, dengan demikian F80 = 1,68 mm (Klasifikasi (Klasifi kasi Tayler) dan membaginya dalam 3 bagian yang sama. Umpan 1 Berat awal
= 503,2 gr
Berat setelah di Rod Mill
= 498,0 gr
Waktu Penggerusan
= 30 sekon
Waktu Pengayakan
= 300 sekon
Tabel 3.1 Produk Pengayakan Umpan Bagian 1
N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MES H #10 #20 #40 #60 #80 #100 #120 #140 #200 <200
LUAS (mm)2 1,68 0,841 0,42 0,25 0,178 0,15 0,125 0,105 0,073 0,073
Nilai P80 = 1,49 mm Maka RR80 = = = 1,1275
BERAT PLASTI K (gr) 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr) 380,4 42,8 8 6 5,2 3,2 3,8 3,5 3,5 4,4
BERAT SAMPE L (gr) 377,2 39,6 4,8 2,8 2 0 0,6 0,3 0,3 1,2 428,8
BERAT KOMULATI F (gr) 428,8 51,6 12 7,2 4,4 2,4 2,4 1,8 1,5 1,2
% LOLOS KOMULATI F 100,00 12,03 2,80 1,68 1,03 0,56 0,56 0,42 0,35 0,28
Umpan 2 Berat awal
= 503,4 gr
Berat setelah di Rod Mill
= 500,4 gr
Waktu Penggerusan
= 60 sekon
Waktu Pengayakan
= 300 sekon
Tabel 3.1 Produk Pengayakan Umpan Bagian 2 LUA S (mm)
BERAT PLASTI K (gr)
BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr)
BERAT SAMPEL (gr)
BERAT KOMULATI F (gr)
% LOLOS KOMULATI F
N O
MES H
1
#10
1,68
3,2
340,2
337
445,8
100,00
2
#20
0,841
3,2
91,4
88,2
108,8
24,41
3
#40
0,42
3,2
13,3
10,1
20,6
4,62
4
#60
0,25
3,2
5,8
2,6
10,5
2,36
5
#80
0,178
3,2
5
1,8
7,9
1,77
6
#100
0,15
3,2
4,4
1,2
6,1
1,37
7
#120
0,125
3,2
4,3
1,1
4,9
1,10
8
#140
0,105
3,2
4,1
0,9
3,8
0,85
9
#200
0,073
3,2
3,6
0,4
2,9
0,65
10
<200
0,073
3,2
5,7
2,5
2,5
0,56
2
445,8
Nilai P80 = 1,46 mm Maka RR80 = = = 1,15 Umpan 3 Berat awal
= 503,4 gr
Berat setelah di Rod Mill
= 499,7 gr
Waktu Penggerusan
= 90 sekon
Waktu Pengayakan
= 300 sekon
Tabel 3.1 Produk Pengayakan Umpan Bagian 3
N O 1 2 3 4 5 6 7 8
N O 9 10
MES H #10 #20 #40 #60 #80 #100 #120 #140
LUA S (mm)2 1,68 0,841 0,42 0,25 0,178 0,15 0,125 0,105
BERAT PLASTI K (gr) 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
MES H #200 <200
LUA S (mm)2 0,073 0,073
BERAT PLASTI K (gr) 3,2 3,2
BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr) 388,7 38 14 7,3 6 4,8 4,8 4 BERAT PLASTIK + SAMPEL (gr) 3,7 6,1
BERAT SAMPEL (gr) 385,5 34,8 10,8 4,1 2,8 1,6 1,6 0,8
BERAT KOMULATI F (gr) 445,4 59,9 25,1 14,3 10,2 7,4 5,8 4,2
% LOLOS KOMULATI F 100,00 13,45 5,64 3,21 2,29 1,66 1,30 0,94
BERAT SAMPEL (gr) 0,5 2,9 445,4
BERAT KOMULATI F (gr) 3,4 2,9
% LOLOS KOMULATI F 0,76 0,65
Nilai P80 = 1,485 mm Maka RR80 = = = 1,13 3.7 Pembahasan Dari praktikum yang telah praktikan lakukan praktikan praktikan medapat % lolos komulatif, produk produk dan RR 80 80 untuk setiap umpan dalam selang waktu proses yang berbeda-beda dengan F80 yang tetap yaitu 1,680 mm, karena menggunkan pruduk yang lolos ayakan no 10. Untuk menentukan RR 80 80 dengan rumus berikut Maka RR 80 80 =
-
Dimana : F80
= ukuran umpan pada 80% pada grafik
P80
= ukuran umpan pada 80% pada grafik
Umpan bagian 1 dengan Berat awal = 503,2 gr, setelah di reduksi di Rod Mill = 498,0 gr waktu pengayakan 30 sekon dan berat akhir = 428,8 gr, nilai P 80% = 1,49 mm, sehingga RR 80 80 = 1,1275
-
Umpan bagian 2 dengan Berat awal = 503,4 gr, setelah di reduksi di Rod Mill = 500,4 gr waktu pengayakan 60 sekon dan berat akhir = 445,8 gr, nilai P 80% = 1,46 mm, sehingga RR 80 80 = 1,15
-
Umpan bagian 3 dengan Berat awal = 503,4 gr, setelah di reduksi di Rod Mill = 449,7gr waktu pengayakan pengayakan 90 sekon dan berat akhir = 445,4 gr, nilai P 80% = 1,485 mm, sehingga sehingga RR 80 80 = 1,13 Pada proses pengerusan atau pereduksian dengan menggunakan ( Rod ( Rod Mill ) berguna untuk memisahkan mineral mineral pengotor yang masih menyatu dengan mineral berharganya, itulah sebabnya dilakukan proses lanjutan (secandary crusher). crusher). Jumlah berat umpan yang di masukkan dalam (crusher) (crusher) terjadi kehilangan berat (loss) (loss) hal tersebut karena beberapa hal yaitu, sebagian umpan tertinggal dalam alat sehingga dianggap berat yang hilang, selanjutnya pada saat penuangan produk ke suatu tempat (plastik) dan selanjutnya pada saat pengeluaran produk dari (crusher) (crusher) umpan umpan yang berukuran (micro) ( micro) terhembus terhembus dan terbawa oleh angin. Halhal tersebutlah yang mengakibatkan perbedaan antara berat umpan denga berat produk (berat produk lebi rendah daripada berat umpan) umpan)
3.8 Aplikasi
Aplikasi (Rod Mill) Mill) pada perusahaan pertambangan yaitu berguna untuk meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan kualitas produksi suatu perusahaan, dimana d imana proses (Rod Mill) Mill) yaitu menggerus umpan yang umpannya berasal dari hasil perduksian sebelumnya (primary Crusher) dengan Crusher) dengan memisahkan mineral – mineral – mineral mineral pengganggu yang masih menyatu dengan mineral berharganya supaya mendapatkan produk baik. Pada umumnya Rod Mill digunakan dalam perusahaan logam dan nonlogam, seperti pasir, besi, dolomit, keramik dll.
3.9 Kesimpulan dan Saran 3.9.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah praktikan lakukan, praktikan dapat menyimpulkan bahwa : 1.
Rod Mill merupakan merupakan lanjutan dari Primary crusher yaitu secondary yaitu secondary crusher crusher (tahap pereduksian lanjutan dari primari)
2.
Rod Mill merupakan salah satu bagian pereduksian batuan yaitu yaitu menggerus dengan menggunakan silinder baja, yang bertujuan untuk memisahkan mineral pengotor yang masih menyatu dengan mineral berharganya.
3.
Pada pereduksian dengan Rod dengan Rod Mill nilai nilai RR 80 80 relatif kecil, hal tersebut dipengaruhi oleh F80 (nilai 80 % pada umpan), karena pada pereduksian ini praktikan mengunakan umpan yang tertahan ayakan no 10.
4.
Pada pereduksian menggunakan Rod Mill semakin lama waktu pengayakan maka semakin banyak produk yang yang berukuran milli (lolos ayakan < 200)
Diposkan oleh hotden manurung di 05.43
3.9 Kesimpulan dan Saran 3.9.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah praktikan lakukan, praktikan dapat menyimpulkan bahwa : 1.
Rod Mill merupakan merupakan lanjutan dari Primary crusher yaitu secondary yaitu secondary crusher crusher (tahap pereduksian lanjutan dari primari)
2.
Rod Mill merupakan salah satu bagian pereduksian batuan yaitu yaitu menggerus dengan menggunakan silinder baja, yang bertujuan untuk memisahkan mineral pengotor yang masih menyatu dengan mineral berharganya.
3.
Pada pereduksian dengan Rod dengan Rod Mill nilai nilai RR 80 80 relatif kecil, hal tersebut dipengaruhi oleh F80 (nilai 80 % pada umpan), karena pada pereduksian ini praktikan mengunakan umpan yang tertahan ayakan no 10.
4.
Pada pereduksian menggunakan Rod Mill semakin lama waktu pengayakan maka semakin banyak produk yang yang berukuran milli (lolos ayakan < 200)
Diposkan oleh hotden manurung di 05.43 15 Km = faktor kandungan air : - kering = 1.00 - basah = 0.10
– 0.75 Kf = faktor pengumpan material continue = 1.00 - intermitent = 0.75 – 0.85 Kc = faktor kekersan batuan dolomite = 1.00 andesite = 0.90 granite = 0.90 quartzite = 0.80 basalt = 0.75 diabase = 0.65 3.2.2. Gyratory Crusher Proses peremukannya yang dihasilkan gyratory berasal dari dari putaran poros eksentris, sehingga mantel yang menempel pada crushing head dapat berputar dan sekaligus mengayun (gyrates). Sehingga reduksi batuan tidak hanya disebabkan oleh gaya tekan tetapi juga oleh gaya gesek yang diharapkan dapat menghasilkan bentuk butiran-butiran produk yang yang relatif membulat (rounded) . Proses penekanan batuan pada gyratory crusher tersebut berlangsung secara terus menerus, cepat dan merata kesegala arah, sehingga permukaan batu yang meruncing dapat dihilangkan oleh gaya geser dan menjadi relatif bulat. Bila pada saat proses peremukan salah satu sisi terjadi proses penekana dan pergeseran, pergeseran, maka melalui sisi yang lain pecahan batuan akan keluar se bagai produk. Kapasitas gyratory crusher dipengaruhi oleh : 1) sifat fisik dan keadaan batuan 2) ukuran umpan dan produk 3) ukuran setting 4)
kecepatan putar dari mantel 16 5) kandungan air 3.2.3. Impact Crusher Prinsip kerja dari impact crusher adalah penghancuran batuan akibat adanya benturan yang ditimbulkan antara batang impact bar dengan impact plates. Pada impact crusher terdapat satu buah rotor dengan sejumlah impact bar yang berputar. Bagian-bagian penting dari impact crusher dalam proses peremukan adalah : 1) Rotor , Peremukan material dimulai pada unit rotor , dimana kecepatan putar impact bar tergantung pada power rotor yang dihasilkan. 2) Impact bar , berfungsi sebagai alat pemecah material dengan cara berputar dan memukul material. Terdapat empat buah impact bar yang terpasang pada rotor dan impact bar tersebut digerakkan oleh mesin. 3) Impact plate,
merupakan lempengan baja yang berfungsi sebagai bidang tumpuan material akibat putaran dari impact bar. 3.3. Kesediaan Alat Peremuk Penilaian kesediaan alat peremuk adalah pengertian yang dapat menujukkan keadaan mekanis alat tersebut dan effektifitas penggunaan yang menyatakan apakah jam kerja alat tersebut selalu tercapai sesuai s esuai harapan yang direncanakan atau malah sebaliknya. Beberapa penilaian tersebut adalah : 1) Availability Index atau Mechanical Availability Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi peralatan yang sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan, dinyatakan dengan rumus : W AI = x 100% W + R Dimana : AI = availability index W = jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan kepada suatu alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi meliputi pula tiap hambatan.
17 R = jumlah jam untuk perbaikan, yaitu waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu. Saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu peralatan peventiv. 2) Physical Availability atau Operational Availability Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat al at yang sedang dipergunakan. Dirumuskan : W + S PA = x 100 % W + R + S dimana : PA = Physical Availability S = jumlah jam suatu suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap operasi. W+R+S = jumlah seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi. 3) Use of Availability (UA) Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan, dirumuskan dengan persamaan : W UA = x 100% W + S Angka Use of Availabilit biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dan dapat dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan dalam pemakaian peralatan. 4)
Effective Ullization (UE) Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif, dirumuskan dengan persamaan : W
18 EU = x 100 % W+R+S 3.4. Nis Nisb bah Red Reduksi Nisbah reduksi ( Reduction Ratio) secara umum diartikan sebagai perbandingan ukuran terbesar dari umpan dengan ukuran produk. besar kecilnya nisbah reduksi reduksi ini ditentukan oleh kemampuan dari alat peremuk tersebut untuk mereduksi material yang akan diremuk. Nilai reduction ratio menentukan keberhasilan suatu proses peremukan, karena besar kecilnya nisbah reduksi ditentukan oleh kemampuan alat peremuk. Menurut Currie (1973), nilai reduction ratio yang baik pada proses peremukan untuk primary crushing adalah 4-7, untuk secondary crushing adalah 14-20 dan untuk fine crushing adalah 50 – 100. Ada empat macam reduction ratio , yaitu: 1) Limiting Reduction Ratio Limiting reduction ratio merupakan perbandingan antara tebal umpan terbesar (tF) atau lebar umpan t erbesar (wF) denagn tebal produk produk terbesar (tP) atau lebar produk terbesar (wP). Besarnya Besarnya nilai limiting reduktion ratio dirumuskan: TF wF R L = = TP wP dimana : R L = nilai limiting reduction ratio tF = tebal material umpan, cm tP = tebal material produk, cm wF = lebar material umpan, cm wP = lebar material produk, cm 2) Working Reduction Ratio Working reduction ratio adalah perbandingan antara tebal umpan (tF) yang terbesar dengan efektif set ( Se) peremuk. Nilai working reduction ratio
dinyatakan dengan rumus :
19 Tf wf Rw = = Se Fs x Se dimana : Rw = nilai working reduction ratio tf = tebal material umpan, cm wf = lebar material umpan, cm Se = setting efektif Fs = faktor bentuk menurut Shepaerd, yaitu : Fragmentasi batuan hasil peledakan yang relatif kibikal sekitar 1,7 dan batuan yang bertekstur lembaran (slabby) sekitar 3,3. 3) Apperent Reduction Reduction Ratio Apperent reduction ratio adalah perbandingan antara efektif gape (G) dengan efektif set (So) peremuk. Nilai apperent reduction ratio dinyatakan dengan rumus: 0,85 x G R A = Se dimana : RA = nilai apparent reduction ratio G = ukuran gape efektif crusher , cm Se = ukuran setting efektif crusher , cm 4) Reduction ratio 80 (RR80) Reduction ratio 80 adalah perbandingan antara lubang ayakan a yakan umpan dengan (W 80 f) dengan lubang ayakan produk (W 80 p) pada komulatif 80%. Besarnya reduction ratio 80 dapat dihitung dengan rumus: W 80 fR A =
W 80 p Dimana: W 80 f = ukuran lubang ayakan umpan W 80 p = ukuran lubang ayakan produk
1 BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini kebutuhan bahan galian batuan dari hari ke hari semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula kebutuhan manusia, sehingga sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa industri pertambangan di Indonesia menjamur begitu cepat. Pesatnya perkembangan industri pertambangan tentu diiringi diiringi pula dengan tumbuh dan berkembangannya ilmu pengetahuan, pengetahuan, teknologi, pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur. Ini menjadi menjadi sebuah keuntungan keuntungan sekaligus tantangan bagi industri-industri pertambangan Indonesia. Suatu industri pertambangan pertambangan dapat berjalan dengan lancar apabila dikelola dengan baik dan didukung oleh tenaga kerja yang terampil, ahli dan profesianal disamping manajemen pabrik yang efisien. Hal ini salaing berkaitan dengan segala kegiatan yang berlangsung di lingkungan industri pertambangan dimana pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil produksi dari suatu industri industri pertambangan tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan hasil sesuai dengan apa apa yang diinginkan oleh pasar atau konsumen. 1.1. Latar belakang Batu andesit adalah termasuk salah satu bahan galian yang berperan penting dalam sektor konstruksi terutama infrastruktur seperti sarana jalan ja lan raya, jembatan, gedung- gedung, bendungan, landasan terbang, terbang, pelabuhan dan perumahan. PT. Holcim Beton Pasuruan merupakan salah satu perusahaan tambang agregat batu andesit yang terletak di Desa Jeladri, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan IUP PT. Holcim Beton Pasuruan No. 540/03/424.077/2011 tanggal 4 Februari 2011 dan No.
540/04/424.077/2011 540/04/424.077/2011 tanggal 14 Februari 2011, 2011, luas daerah penambangannya seluas 81,22 Ha. 2 Kegiatan penambangan PT. Holcim Beton Pasuruan menggunakan system tambang terbuka ( surface mining ) dengan metode penambangan Quarry , dimana kegiatan penambangan terdiri dari pembongkaran pemuatan dan pengangkutan. Proses peremukan batu andesit di di PT. Holcim Beton Beton Pasuruan sebanyak tiga kali menggunakan tiga jenis alat peremuk jaw crusher, gyratory crusher dan impact crusher dengan ukuran umpan maksimal sebesar 85 cm. PT. Holcim Beton Pasuruan merencanakan me rencanakan target produksi split pada tahun 2012 adalah sebesar 445.824 ton dengan final produk terdiri dari empat macam ukuran yang direncanakan, yaitu : 1) 28-14 mm 2) 14-10 mm 3) 10-5 mm 4) 5-0 mm (abu batu) 1.2. Perumusan Masalah Permaslahan yang ada di pabrik peremuk PT. Holcim Beton Pasuruan yaitu yaitu produksi alat peremuk pada saat ini belum digunakan secara efisien sesuai dengan waktu kerja yang telah disediakan, ukuran umpan yang terlalu besar bes ar dan tingginya produksi abu batu. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menerapkan ilmu perkuliahan di lapangan sehingga dapat mempelajari dan mengetahui secara langsung kemampuan kemampuan produksi alat peremuk batu andesit pada PT. Holcim Beton Beton Pasuruan. Harapannya agar kemampuan alat peremuk dapat ditingkatkan efisiensinya dan mengurangi mengurangi factor-faktor yang mengganggu produksi pada waktu alat peremuk beroperasi. 1.4. Batasan Masalah Penelitian yang dilakukan dibatasi pada masalah-masalah antara lain : 3 1) Pembahasan pada penelitian ini dilakukan pada pabrik peremuk PT. Holcim Beton yang terletak di Desa Jeladri, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. 2) Penelitian dilaksanakan selama ± dua bulan, terhitung mulai tanggal 1 oktober 2012 sampai 1 desember 2012. 3) Meningkatkan produksi split andesit dengan penambahan crusher. 1.5. Metode Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, metode metode yang digunakan digunakan merupakan penggabungan antara teori-teori yang didapat selama perkuliahan dengan data-data yang diperoleh selama
penelitian di lapangan. Sehingga didapatkan didapatkan pendekatan penyelesaian permasalahan penelitian dari keduanya. Berikut kegiatan selama penelitian, yaitu : 1) Studi literature Mencari bahan bacaan untuk menunjang pengetahuan yang berkaitan dengan bidang penelitian dapat diperoleh dari : Instansi terkait Perpustakaan Buku-buku tentang pengolahan Internet 2) Pengamatan lapangan Pengamatan-pengamatan yang dilakukan yaitu : Pengamatan terhadap distribusi umpan dan produk Pengamatan terhadap produktifitas unit alat peremuk Pengamatan terhadap kesediaan unit alat peremuk Pengamatan terhadap efektifitas unit alat peremuk Pengamatan terhadap waktu kerja efektif 3) Pemngambilan data Dengan dilakukannya pengamatan-pengamatan tersebut maka didapatkan data-data : a