OXYTETRACYCLINE
FARMAKOKINETIKA Aksi antibakterial oksitetrasiklin adalah berspektrum luas dengan menghambat menghambat sintesis protein bakteri bakteri pada ribosom ribosom 30s. Pada ternak, ternak, obat ini sering digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pencernaan oleh E. coli dan Salmonella, infeksi pernafasan, footrot, anaplasmosis, theileriosis dan ehrlichiosis
(Brander et al.1991). Obat yang masuk tubuh baik secara oral mau pun parenteral akan melalui serangkaian proses biotransformasi, masuk sirkulasi darah serta terikat pada reseptor di dalam jaringan dan akhirnya akan dieliminasi. Di dalam darah obat akan terikat dengan protein plasma ( protein-bound drug) atau dalam bentuk senyawa bebas ( free drug). Profil farmakokinetik obat dalam jaringan atau profil farmakokinetik physiologica lly based pharmacokinetic) suatu senyawa obat adalah fisiologi ( physiologically
distribusi senyawa tersebut di dalam jaringan atau organ tertentu yang diterangkan berdasarkan model fisiologi. Model ini mampu menerangkan distribusi obat di dalam jaringan, namun belum banyak digunakan karena memerlukan data-data fisiologi jaringan, sehingga memerlukan banyak studi pendukung. pendukung. Farmakokinetik fisiologis senyawa-senyawa tetrasiklin dapat menerangkan sifat-sifat absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi senyawa-senyawa tersebut dalam jaringan atau organ organ tertentu tertentu dalam tubuh. Dengan Dengan mengetahui profil farmakokinetik farmakokinetik obat di dalam jaringan atau atau organ akan akan diperoleh banyak banyak informasi yang yang bermanfaat terutama untuk terapi penyakit tertentu, menentukan drug of choice, managemen terapi dan analisis residu (Shargel et al. 2005). Interaksi suatu molekul obat pada reseptor menginisiasi suatu rangkaian proses yang menyebabkan respon farmakologi. Menurut Shargel dan Yu (1993), farmakodinamik merupakan hubungan antara kadar obat di tempat aksinya (reseptor) dan respon farmakologi, dengan melibatkan efek fisiologi dan biokimia dari struktur molekul obat. Menurut Rowland and Tozer (1989) yang dikutip oleh Wijayanti et al. (2010), dalam hal pemberian obat, terdapat dua fase yaitu yaitu fase farmakokinetik yaitu hubungan antara dosis, bentuk dosis, frekuensi dan cara
pemberian dengan konsentrasi dan waktu dalam tubuh, serta fase farmakodinamik yaitu mengenai efek dari sejumlah konsentrasi obat pada tempat aksinya.
Studi farmakokinetik menunjukkan bahwa sekitar 60% dari oxytetracycline yang dicerna akan diserap pada manusia, sedangkan pada tikus dan babi hanya 49%. Setelah penyerapan dengan berbagai rute, oxytetracycline secara luas akan didistribusikan dalam tubuh, terutama di hati, ginjal, tulang, dan gigi. Oksitetrasiklin akan diekskresikan melalui urin. Dalam sebuah penelitian pada anjing yang diberi oxytetracycline 0, 5 atau 10g/kg dalam pakan perubahan degeneratif pada epitel germinal testis yang dicatat pada 10 g / kg. Namun, temuan itu tidak dikonfirmasi dalam studi kedua. Tidak ada efek yang diamati adalah tingkat setara dengan 250 mg / kg / hari. Tidak ada efek pada kinerja reproduksi yang diamati dalam penelitian dua generasi pada tikus di mana senyawa ini berdiri pada tingkat 360 mg / kg dalam makanan, setara dengan 18 mg / kg / hari. Dalam studi pada tikus yang menerima senyawa tersebut secara oral pada 48,, 240 dan 480 mg / kg / hari pada hari-hari 121 kehamilan, efek teratogenik yang diamati. Namun, meningkatnya angka kematian dan jumlah resorptions janin dan penurunan pengerasan janin dicatat di semua tingkat dosis yang diuji. Dalam sebuah penelitian pada tikus di mana senyawa tersebut adalah diberikan secara oral, dosis tertinggi 2100 mg / kg / toksisitas yang disebabkan ibu. Tidak ada bukti efek teratogenik. Dalam penelitian teratogenisitas pada tikus dan kelinci oxytetracycline diberikan intramuskular 41 mg pada per kg berat badan, tidak ada bukti efek teratogenik. Namun, peningkatan jumlah resorptions janin tercatat pada kelinci. Administrasi intramuskular dari senyawa pada anjing, pada sekitar 20 mg / kg bw / hari, menyebabkan malformasi skeletal dan viseral di anak anjing. Komite mencatat bahwa penelitian ini sulit untuk mengevaluasi sejak buruk dilaporkan. Dalam sebuah penelitian karsinogenisitas pada tikus dan penelitian serupa pada tikus, di mana oxytetracycline diberikan dalam diet pada dosis hingga 1372 dan 150 mg / kg / hari masing-masing, tidak ada bukti kejadian
tumor meningkat. Dalam studi kedua, tikus yang diberi diet mengandung sampai 2000 oxytetracycline mg per kg berat badan per hari selama 103 minggu. Sebuah meningkatkan dosis-terkait dalam kejadian phaeochromocytomas jinak diamati pada laki-laki, tetapi karena tingkat kelangsungan hidup tikus jantan dalam kelompok kontrol yang rendah, kenaikan ini tidak dianggap signifikan. Meskipun ada peningkatan dalam kejadian neoplasma jinak dari kelenjar pituitari pada tikus betina pada kelompok dosis tertinggi, ada kejadian yang lebih rendah dari hiperplasia kelenjar hipofisis-daripada kelompok kontrol. Komite menyimpulkan bahwa tidak ada bukti efek karsinogenik pada tikus atau ti kus. Potensi mutagenik oxytetracycline diteliti dalam berbagai studi. Hasil tes negatif dicatat pada bakteri, tes kelainan kromosom, tes pertukaran kromatid kakak (dengan dan tanpa aktivasi metabolik), dan dalam uji limfoma mouse tanpa aktivasi metabolik. Komite mencatat bahwa efek positif dalam tes limfoma mouse dengan aktivasi metabolik diperoleh dengan menggunakan tingkat dosis yang dekat dengan konsentrasi beracun dan bahwa efek positif di dalam uji mikronukleus vivo pada tikus tidak berhubungan dengan dosis. Dalam
menilai
pengaruh
oxytetracycline
mikrobiologi,
Komite
menganggap hasil penelitian tentang induksi organisme resistan terhadap obat pada anjing dan manusia. Dalam sebuah studi 6-minggu pada anjing, yang menerima oxytetracycline, tidak ada peningkatan kadar coliform fecal perlawanan pada 2 mg / kg dalam makanan (setara dengan 50 mg per kg berat badan per hari). Pada manusia menerima pengobatan oral dengan oxytetracycline pada 2 mg g, 20 mg, atau 2 per hari selama 7 hari berturut-turut, tidak ada bukti dari bakteri resisten keluarga Enterobacteriaceae di tanah pada dosis terendah. Data induksi resistensi bakteri pada anjing, ketika dihitung ulang berdasarkan 60 kg, dosis tidak menghasilkan efek yang sama 3 mg per hari. Brander GC, Pugh RJ, Bywater WL. 1991. Veterinary Applied Pharmacology and th
Theraprutics.5 ed. Bailliere Tindall ELBS.436,467-473. th
Shargel L, Yu ABC. 1993. Applied Biopharmaceutic and Pharmacokinetics. 3 . Appleton and Lange. Connecticut. 10-50,375-395.
Shargel L, Wu-Pong S, Yu BC. 2005. Applied Biopharmaceutic
and
th
Pharmacokinetics. 5 ed.Mc. Graw Hill. Company, Inc.USA.
Wijayanti AD, Hakim L, Widiyono I, Irianti T. 2010. Penentuan efektifitas oxytetrasiklin melalui parameter farmakokinetik/farmakodinamik pada plasma dan jaringan ayam broiler. Jurnal Veteriner . Vol 11. 2: 119-125
