OKLUSI
1. Definisi
Oklusi diambil dari bahasa Inggris dari kata „ to
occlude’
yang berarti
menutup, sehingga oklusi gigi geligi adalah suatu keadaan gigi rahang atas dan rahang bawah bertemu pada waktu kedua rahang menutup. Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara sistem dental. Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognatik terhadap permukaan gigi geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi.
2. Macam oklusi
Oklusi ideal: merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia. Struktur oklusal dan hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan. Syarat lain untuk mendapatkan oklusi ideal antara lain: - Bentuk korona gigi berkembang dengan normal dengan perbandingan yang tepat antara dimensi mesio-distal atau buko-lingual. - Tulang, otot, jaringan disekitar gigi anatomis mempunyai perbandingan yang normal. - Semua bagian yang membentuk gigi geligi geometris dan anatomis, satu dan secara bersama-sama memenuhi hubungan yang tertentu. - Gigi geligi terhadap mandibula dan cranium mempunyai hubungan geometris dan anatomis yang tertentu.
Karena gigi dapat mengalami atrisi akibat fungsi pengunyahan, maka bentuk gigi ideal jarang dijumpai. Oklusi ini jarang ditemukan pada gigi geligi asli yang belum diperbaiki. Oklusi fungsional gerakan fungsional dari mandibula shg menyebabkan
kontak antar gigi geligi.
Oklusi normal: merupakan suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi – geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea. Oklusi dikatakan normal jika: - Susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik. - Gigi dengan kontak proksimal. - Hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap cranium dan muscular di sekitarnya. - Kurva spee normal. - Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan minimal overbite dan overjet. - Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar 1 mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di embrasure antara molar 1 dan 2 mandibla dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.
Gambar 1: Oklusi normal.
Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu: (1) Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp ke marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada
posisi cusp ke fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.
(2) Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side.
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya. 2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral. 3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior. 4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan ke lateral.
Pergerakan Rahang
Gerakan utama mandibula terdiri dari gerakan membuka, menutup, gerakan rahang ke kiri, gerakan rahang ke kanan, protusi dan retrusi. Gerakan mandibula dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
(1) Condylar guidance, yaitu inklinasi dari jalur ( pathway)
yang dilalui oleh
condyle selama gerakan rahang kontralateral atau protrusif. (2) Incisal guidance atau anterior guidance, yang ditentukan oleh hubungan gigi anterior, yaitu besarnya overbite (vertical overlap) dan overjet (horizontal overlap) diantara gigi anterior. Selain itu, anterior guidance juga ditentukan oleh estetik, fonetik dan condylar border movement . Anterior guidance mempengaruhi arah gerakan mandibula dan jika anterior guidance hilang, maka seluruh tekanan fungsional ditransmisikan ke gigi-gigi posterior. (3) Posterior guidance, yang ditentukan oleh hubungan gigi posterior, terutama hubungan gigi molar yang berlawanan. (4) Otot dan ligamen
Secara umum pola oklusi akibat gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral balanced occlusion (oklusi seimbang), kontak oklusi gigi anterior dan posterior sacara simultan dan bilateral pada posisi sentrik dan eksentrik. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak. 2. Unilateral balanced occlusion, sejumlah kontak antara gigi geligi mandibula dan maksila pada working side saat gerakan lateral, yang mana kontak sejumlah
gigi
ytang
simultan
bertindak
sebagai
suatu
grup
untuk
mendistribusikan kekuatan oklusal. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak, yaitu terjadi kontak cusp bukal gigi posterior pada sisi kerja, dan tidak ditemukan kontak gigi pada sisi keseimbangan. 3. Mutually protected occlusion, bentuk artikulasi yang saling melindungi dan menguntungkan yang mana overlap vertikal dan horizontal gigi kaninus mencegah gigi geligi posterior berkontak saat gerakan mandibula. Seluruh tekanan lateral ditahan hanya oleh gigi kaninus. Gigi kaninus mencegah gigi geligi lain berkontak pada gerakan mandibula sehingga dapat mengurangi atrisi normal pada gigi. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior tidak kontak. 4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas.
Kontak oklusal selama gerakan mandibula
Kontak gigi akan terjadi bersamaan dengan gerakan mandibula: Gerakan protrusif mandibula, terjadi jika mandibula bergerak lebih kedepan
dari posisi intercuspal. Pada hubungan oklusal yang normal, di anterior terjadi kontak antara incisal edge insisif bawah dan area fosa lingual atau incisal edge insisif atas. Gerakan lateral mandibula, gigi posterior bawah kanan dan kiri bergerak
melewati gigi antagonisnya dalam arah yang berbeda. Pada gerakan lateral mandibula dikenal dua sisi, yaitu: (a) Sisi mediotrusive (sisi keseimbangan), merupakan sisi rahang yang
bergerak ke arah midline (medial). Sisi keseimbangan disebut juga nonworking side, karena pada sisi ini tidak terjadi proses pengunyahan. (b) Sisi laterotrusive (sisi kerja), merupakan sisi rahang yang bergerak ke
lateral menjauhi midline pada gerakan rahang. Sisi ini disebut juga sisi kunyah, karena pada sisi ini terjadi proses pengunyahan. Berdasarkan jumlah dan keadaan gigi geligi yang berkontak pada gerakan rahang laterotrusive atau lateral, dikenal beberapa istilah antara lain: (a). disklusi, yaitu tidak berkontaknya gigi geligi pada gerak lateral rahang. (b). disklusi kaninus, yaitu disklusi yang hanya melibatkan gigi kaninus. (c). disklusi anterior, yaitu disklusi yang hanya melibatkan gigi insisif dan kaninus. (d). disklusi posterior, yaitu disklusi yang melibatkan gigi geligi posterior, gigi molar dan atau gigi premolar. (e). group function, yaitu disklusi yang melibatkan gigi geligi anterior dan posterior. Gerakan retrusif mandibula, yaitu gerakan yang terjadi ketika mandibula
bergerak ke posterior dari posisi intercuspal. Jika dibandingkan dengan gerakan mandibula yang lain, gerakan retrusif itu lebih kecil dan hanya berjarak 1-2 mm dari IC (intercuspal contact ). Gerakan retrusif dibatasi oleh struktur ligamen. Selama gerakan retrusif, tonjol bukal bawah bergerak ke distal melewati permukaan oklusal pada gigi atas antagonisnya. Area kontak terjadi antara lereng distal tonjol bukal bawah dan lereng mesial pada marginal ridge dan fosa gigi antagonisnya.
Maloklusi 1. Definisi
Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spatial ata u anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi pemakaian gigi.
Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :
1. Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula. 2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi postural adaptif ke posisi interkuspal. 3. Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula. 4. Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut. 5. Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal dan gigi. 6. Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi. 7. Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.
2. etiologi
Etiologi dari maloklusi dapat terbagi 2, yaitu :
Primary etiologi site Primary etiologi site terbagi menjadi : 1. Sistem Neuromuskular
Beberapa
pola
kontraksi
neuromuscular
beradaptasi
terhadap
ketidakseimbangan skeletal atau malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi. 2. Tulang Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi atau pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus. 3. Gigi Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang. Gigi yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar. 4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot) Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal atau kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ.
Etiologi pendukung Etiologi Pendukung antara lain : 1. Herediter Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir atau mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetik gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi
atau tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus (contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial). 2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft. 3. Trauma Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial. (a) Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran
Hipoplasia dari mandibula Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran.
Asymetri Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka.
(b) Prostnatal trauma
Retak tulang rahang dan gigi
Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.
4. Agen Fisik
-
Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
-
Makanan Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.
5. Habits
Mengisap jempol / jari Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah saat erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama
mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.
Desakan lidah Ada 2 tipe, yaitu: Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi,
sekalian menelan. Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam
oklusi bibir sedikit tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple tounge dihubungkan dengan digital sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah untuk mendesak ke depan ke arah open bite untuk menjaga anterior seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut. Lip sucking and lip biting
Menyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula ( terkadang).
Menggigit kuku
6. Penyakit Penyakit sistemik Mengakibatkan
pengaruh
pada
kualitas
gigi
daripada
kuantitas
pertumbuhan gigi. Gangguan endokrin Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin saat postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung. Penyakit local
Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng
seperti hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi. Trauma Karies
7. Malnutrisi Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.
3. Klasifikasi
Maloklusi terbagi 3, yakni: 1. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan. 2. Maloklusi tipe skeletal, terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang. 3. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguan saat dipakai untuk mengunyah.
Klasifikasi angel
Class I
Gambar 2: Klasifikasi angle Class I Hubungan ideal yang bisa ditolerir. Ini adalah hubungan antero-posterior yang sedemikian rupa, dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang,
ujung gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar atas berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol antero-bukal dari molar pertama atas tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari molar pertama bawah tetap. Jika insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet inisisal adalah sebesar 3 mm. Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.
Gambar 3: Oklusi klas I
Class II
Gambar 4: Klasifikasi angel Class II Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupi antara cusp mesio bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula. Pada
hubungan kelas 2, lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada lengkung gigi atas dibandingkan pada hubungan kelas 1. Karena itulah, keadaan ini kadang disebut sebagai “hubungan postnormal”. Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu: Class II – divisi I
Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.
Gambar 5: Maloklusi Angle Klas II divisi 1 postur lidah ke bawah aktivitas otot pipi tidak ada yang mengimbangi. Class II – divisi II
Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial . Class II – subdivisi
Saat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.
Class III
Gambar 6: Klasifikasi angel Class III
Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkung maksila dengan cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2 mandibula. Pada hubungan kelas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap lengkung gigi atas dibandingkan pada hubungan kelas 1. Oleh karena itu, hubungan ini kadang-kadang disebut juga sebagai “hubungan prenormal”. Class III terbagi 2, yaitu : Psedo class III – maloklusi
Biasanya disebut kelas 3 sejati, dimana rahang bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat penutupan normal. Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang berada pada oklusi sentrik. Kelas III – subdivisi
Gigi-gigi insisivus terletak sedemikian rupa sehingga gerak menutup mandibula menyebabkan insisivus bawah berkontak dengan insisivus atas sebelum mencapai oklusi sentrik. Oleh karena itu, mandibula akan bergerak ke depan pada penutupan translokasi, menuju ke posisi interkuspal. Tipe hubungan semacam ini biasanya disebut kelas 3 postural atau kelas 3 dengan pergeseran. Maloklusi sesuai dengan unilaterally.
Gambar 7: A. Klas I, B. Klas II divisi 1, C. Klas II divisi 2, D. Klas III
Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red). Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak tepat. Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih. Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.
Klasifikasi Dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III
Modifikasi angle‟s kelas I Tipe 1
Angle Class I dengan gigi anterior maksila crowding. Tipe 2
Angle Class I dengan gigi I maksila labio version Tipe 3
Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior cross bite ). Tipe 4
M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran normal (cross bite posterior). Tipe 5
M kearah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut, (contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2).
Modifikasi angle‟s kelas III Tipe 1
Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to edge. Tipe 2
I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah lingual ). Tipe 3
Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.
Klasifikasi Lischers modifikasi dengan klasifikasi Angel
Neutroklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1
Distoklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2
Mesioklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3 Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi geligi menyangkut penambahan ”versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal.
Mesioversi
Lebih ke mesial dari posisi normal
Distoversi
Lebih ke distal dari posisi normal
Lingouversi
Lebih ke lingual dari posisi normal
labioversi
Lebih ke labial dari posisi normal
Infraversi
Lebih rendah atau jauh dari garis oklusi
Supraversi
Lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi
Axiversi
Inklinasi aksial yang salah, tipped.
Torsiversi
Rotasi pada sumbunya yang panjang
Transversi
Perubahan pada urutan posisi.
Klasifikasi Bennette
Klasifikasi ini berdasarkan etiologinya:
Kelas 1
Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.
Kelas II
Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.
Kelas III
Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.
Klasifikasi Simons
Simon (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan kranial dalam tiga ruang:
1. Frankfort Horizontal Plane (vertikal)
Frankfort
Horizontal
Plane
atau
bidang
mata-telinga
ditentukan
dengan
menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam bidang vertikal. Attraksi Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu attraksi (mendekati). Abstraksi Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu abstraksi (menjauhi). 2. Bidang Orbital (antero-posterior)
Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya, adalah: Rotraksi
Gigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan. Retraksi
Satu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.
3. Bidang Mid-Sagital (transversal)
Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis melintang dari bidang midsagital.
Kontraksi Sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital
Distraksi (menjauhi)
Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal.
Klasifikasi Skeletal
Salzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan struktur lapisan skeletal.
Kelas 1 Skeletal
Maloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni dengan satu yang lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya orthognatic. Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental: divisi I Malrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar. divisi II Protrusi insisor maksila divisi III Lingouversi insisor maksila divisi IV protrusi bimaksilari
kelas II Skeletal
ini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal dalam hubungannya terhadap maksila. Dibagi menjadi dua divisi: divisi I
lengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada regio caninus, crossbite bisa saja ada ketinggian wajah vertikal menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya retrognatic. divisi II
merupakan pertumbuhan berlebih mandibula dengan sudut mandibula yang tumpul. Profilnya prognatic pada mandibula.