Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
BAB I KRISTALOGRAFI I. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL REGULER 1. Hexahedron
Langkah 1
Buatlah sumbu kristalografi sesuai dengan ukuran perbandingan yaitu 1:3:3 dan besar sudut yaitu 30 o
Beri
tanda/titik
pada
ukuran
perbandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi.
Tarik garis sejajar pada 2 titik di sumbu b dan sumbu c dengan ukuran yang sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda.
Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada 2 tanda/titik t anda/titik pada sumbu a dan di sumbu c
Langkah 2
Buat/tarik garis sejajar terhadap dengan panjang sumbu c pada 2 titik pada sumbu b dan sumbu a
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
1
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 3
Pada
setiap
garis
sejajar
yang
berpotongan (Contohnya pada garis sejajar b dengan garis sejajar a) di tarik garis yang sejajar pula dengan garis c (Lihat kotak kecil).
Langkah 4
Pada setiap perpotongan garis yang telah anda buat silahkan anda hubungkan (Lihat kotak kecil).
: : Keterangan - Bidang yang terlihat dari depan maka garis dibuat tegas sedangkan bidang yang tidak tampak dari
pandangan depan maka garis dibuat putus-putus. ( Berl Ber l aku u ntu k semua semua penggambaran penggambaran si stem tem ) ) kristal
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
2
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2. Pentagonal Dodecahedron
Langkah 1
Untuk langkah awal buatlah sumbu kristalogafi sistem regular dengan posisi/sudut antar sumbu a + dengan b adalah 30o.
Beri tanda/titik pada ketiga sumbu dengan perbandingan ukuran 1:3:3 dan beri juga titik pada kelipatan perbandingan tersebut 2:6:6.
Tarik garis dari titik a yang beukuran 1 (ukuran pada sumbu ini 1) dengan titik pada sumbu b yang berukuran dengan 6 (ukuran ini adalah kelipatan dari 3 yang merupakan ukuran yang sebenarnya)
Langkah 2
Tarik garis dari sumbu a pada titik yang berukuran 2 (ukuran sebenarnya adalah 1) dengan titik pada sumbu b yang berukuran 3 (ini adalah ukuran yang sebenarnya)
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
3
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 3
Buat garis pada sumbu c pada titik yang berukuran 3 sejajar dengan sumbu b (ukurannya adalah 6)
Buatlah garis sejajar dengan sumbu a (ukuran 1) pada titik yang berukuran 3 pada sumbu b, dan buat juga pada sumbu c pada titik yang berukuran 6.
Buat garis sejajar dengan sumbu c yang berukuran 6 pada sumbu a
Langkah 4
Buat garis yang sejajar dengan sumbu c berukuran 6 terhadap sumbu a pada titik yang berukuran 2
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
4
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 5
Tarik garis dari garis sejajar terhadap sumbu
b
di
sumbu
c
ke
titik
perpotongan antara garis sejajar sumbu c di sumbu a dengan garis miring yang menghubungkan sumbu a dan sumbu c (lihat pola yang ada pada kotak kecil)
Langkah 6
Lalu tarik garis dari garis yang sejajar sumbu a di sumbu c dengan garis yang sejajar a di sumbu b.
Lalu hubungkan perpotongan yang dibuat oleh garis itu (pada kotak jajaran genjang).
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
5
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TETRAGONAL
1. Tetragonal Prisma Orde I Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:3:6
-
Membuat garis a- /b+ =300
-
Memberi keterangan pada garis – garisnya seperti tanda a+, a-,b+,b-
-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+,a-
-
Menuju bagian ketiga dari sumbu b +
-
Menuju bagian ketiga dari sumbu b -
-
Memperhatikan gambar di sebelah
-
Membuat proyeksi bidang dari horizontal
Langkah 2
seperti langkah kedua tadi -
Memproyeksikan
bidang
menuju
bagian
menuju
bagian
ketiga dari sumbu c+ -
Memproyeksikan
bidang
ketiga dari sumbu c-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Melengkapi garis seperti gambar disebelah.
6
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2.Tetragonal Bipyramid Orde I
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:3:6 -
-
Membuat garis a- /b+ =300
Memberi keterangan pada n garisnya seperti
garis – tanda
a+,a-
,b+,b-
Perhatikan gambar disebelah
-
Membuat garis dengan menghubungkan 3 bagian dari b+ dengan 1 bagian a lanjutkan dengan 3 bagian b - lalu ke 1 bagian a +
-
Perhatikan gambar disebelah
-
Membuat proyeksi bidang dari horizontal
Langkah 2
seperti langkah kedua tadi -
Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c
-
+
Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-
-
Melengkapi
garis
seperti
gambar
disebelah.
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
7
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
SISTEM HEXAGONAL A. Hexagonal Prisma Orde I dan Hexagonal Bipyramid Orde I
Langkah 1 - Buat sumbu a, b, c dan d dengan ketentuan : < a+ / b- = 17° < b + / d- = 39° b : d : c = 3 : 1 : 6 - Dimana 1 satuan berukuran 1 cm - Buat garis sejajar dengan sumbu b melalui titik berukuran 1 pada sumbu d hingga memotong sumbu a
Langkah 2
Buat garis yg sejajar dengan sumbu a yang melalui sumbu b pada ukuran 3 dan sumbu d yang berukuran 1
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
8
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 3
Tarik garis sejajar dengan sumbu c pada
setiap
titik-titik
sudut
dari
bidang segi enam
Langkah 4
Hubungkan
setiap
titik-titik
pada
garis tersebut sehingga membentuk bidang alas dan atap berbentuk segi enam pada bangun tersebut.
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
9
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 5:
Untuk
membuat
kristal
hexagonal
bipyramid orde I kita dapat memodifikasi dari gambar hexagonal prisma orde I yaitu dengan menghubungkan titik-titik sudut dari bidang segi enam pada bagian tengah kristal ke titik pusat bidang alas dan atap.
Beri warna setiap bidang simetri, gunakan komposisi warna yang proporsi dan cocok.
Beri simbol pada setiap bidang simetri.
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
10
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
B. Hexagonal Prisma Orde II dan Hexagonal Bipyramid Orde II
Langkah 1
- Buat sumbu a, b, c dan d dengan ketentuan : < a+ / b- = 17° < b + / d- = 39° b : d : c = 3 : 1 : 6 - Dimana 1 satuan berukuran 1 cm - Buat garis yg saling menghubungkan antara titik pada sumbu b dan d seperti pada gambar disamping
langkah 2
Dari
hasil
titik-titik
penghubungan
tersebut
didapat
bidang berbentuk segienam
Tarik garis sejajar dengan sumbu c pada setiap titik-titik sudut dari bidang segi enam
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
11
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 3
Hubungkan setiap titik-titik pada garis tersebut sehingga membentuk bidang alas dan atap berbentuk segi enam pada bangun tersebut
Beri
warna
simetri,
setiap
gunakan
bidang
komposisi
warna yang proporsi dan cocok.
Beri simbol pada setiap bidang simetri, dengan ketentuan: = jika bernilai 6 = jika bernilai 2
Langkah 4
Untuk membuat kristal hexagonal bipyramid orde II kita dapat memodifikasi
dari
gambar
hexagonal prisma orde II yaitu dengan menghubungkan titik-titik sudut dari bidang segi enam pada bagian tengah kristal ke titik pusat bidang alas dan atap.
Beri warna setiap bidang simetri, gunakan komposisi warna yang proporsi dan cocok.
Beri simbol pada setiap bidang simetri, dengan ketentuan = jika bernilai 6 = jika bernilai 2
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
12
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIGONAL 1. Trigonal Bipyramid Orde I
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu b:d:c = 3:1:6
-
-
Membuat garis a- /b+=170
-
Membuat garis b+/d- =390
Memberi
keterangan
pada
garis – garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-,d+ dan d-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Membuat garis sejajar dengan sumbu a pada 3 bagian sumbu b -.
-
Membuat garis sejajar dengan sumbu b pada 1 bagian sumbu d -.
-
Lihat gambar disamping.
Langkah 2 -
Membuat
garis
sejajar
dengan sumbu d pada 3 bagian sumbu b+ sehingga menampakan bentuk bidang segitiga. -
Menarik garis lurus yang sejajar dengan sumbu c di setiap titik-titik perpotongan sepanjang 6 bagian.
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping.
13
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 3 -
Tarik garis pada setiap ujung-ujung
garis
pengerjaan
pada
langkah
sebelumnya. -
Lihat gambar disamping.
Langkah 4 -
Untuk membuat kristal trigonal bipyramid
orde
I
kita
dapat
memodifikasi dari gambar trigonal prisma orde I. Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah dengan 6 bagian dari sumbu c+ dan c-. -
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping
14
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2. Trigonal Prisma Orde II dan Trigonal Bypiramid Orde II
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu b:d:c = 3:1:6
-
-
Membuat garis a- /b+=170
-
Membuat garis b+/d- =390
Memberi keterangan pada
garis
– garisnya seperti tanda a +,a-,b+,b-,c+,c,d+ dan d-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Membuat garis memotong pada 1 bagian sumbu d- dan 2 bagian sumbu b+.
-
Lihat gambar di samping
Langkah 2 -
Membuat garis memotong pada 1 bagian sumbu b- dan 3 bagian sumbu d+ kemudian potongkan dengan garis sebelumnya.
-
Hubungkan kedua garis tersebut sehingga terbentuk segitiga
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar di samping.
15
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 4
-
Menarik garis lurus yang sejajar dengan sumbu c di setiap titik-titik perpotongan sepanjang 6 bagian.
-
Lihat gambar disamping.
-
Tarik garis pada setiap ujung-ujung
Langkah 5
garis pada pengerjaan langkah sebelumnya. -
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping.
16
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 6
-
Untuk membuat kristal hexagonal bipyramid orde II kita dapat memodifikasi dari gambar Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah dengan 6 bagian dari sumbu c+ dan c -.
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping.
17
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIC
1. Kombinasi Orthorombic Brachy, Makro, Basalt Pinacoid Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6 -
-
Membuat garis a- /b+ =300
Memberi keterangan pada
garis –
garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Membuat proyeksi garis yang merupakan
Langkah 2
pencerminan 1 bagian a+,a-
Menuju bagian keempat dari sumbu b + dan b-
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c +
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c -
-
Tarik garis sejajar dengan sumbu b + dan b- pada pencerminan 1 bagian a + dan a-.
-
Memperhatikan gambar disebelah -
Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a +,a-,b+,b,c+dan c-.
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping
18
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2. Orthorombic Brachy Dome, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6 -
-
Membuat garis a- /b+ =300
Memberi keterangan pada
garis
– garisnya seperti tanda a +,a-,b+,b-,c+,c-
Memperhatikan gambar disebelah.
-
Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a +,a-
-
Menuju bagian keempat dari sumbu b + dan b-
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c +
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c -
-
Tarik garis sejajar dengan sumbu b + dan b- pada pencerminan 1 bagian a + dan a-.
-
Memperhatikan gambar disebelah
Langkah 2
-
Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a+,a-,b+,b-,c+danc-.
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping.
19
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL MONOKLIN 1. Kombinasi Monoklin Clino, Ortho, Basal Pinacoid
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6 -
-
Membuat garis a- /b+ =450
Memberi keterangan pada garis – garisnya seperti tanda a +,a,b+,b-
-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+,a-
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c +
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c -
-
Memperhatikan gambar disebelah
Langkah 2 -
Membuat garis memotong sumbu b+ sejajar sumbu c sepanjang 6 bagian
-
Membuat garis memotong sumbu b- sejajar sumbu c sepanjang 6 bagian
-
Kemudian hubungkan garis garis tersebut menjadi sebuah bentuk kristal
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Perhatiakan gambar di samping
20
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2. Monoklin Hemibipyramid
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6 Membuat garis a- /b+ =450
-
Memberi keterangan pada garis – garisnya seperti tanda a+,a,b+,b-
-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Hubungkan titik-titik pada bagian a ,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
-
Lihat gambar disamping
Langkah 2 -
Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-.
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping.
21
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIKLIN 1. Triklin Hemibipyramid
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6
-
-
Membuat garis a+ /c-=450
-
Membuat garis b+/c -=800
Memberi keterangan pada garis – garisnya seperti tanda a+,a,b+,b-
-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Hubungkan titik-titik pada bagian a ,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
-
Lihat gambar disamping
Langkah 2
-
Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-.
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping.
22
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2. Kombinasi Triklin Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1 -
Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6
-
-
Membuat garis a+ /c-=450
-
Membuat garis b+/c -=800
Memberi keterangan pada garis – garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-
-
Memperhatikan gambar disebelah
-
Membuat proyeksi garis yang merupakan
Langkah 2
pencerminan 1 bagian a+,a-
Menuju bagian keempat dari sumbu b +
-
Menujui bagian keempat dari sumbu b -
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c +
-
Menuju bagian keenam dari sumbu c -
-
Memperhatikan gambar disebelah, Hubungkan garis-tersebut hingga menampakan bentuk kristal.
-
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
Lihat gambar disamping
23
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
BAB II MINERALOGI
II.1 BATASAN-BATASAN DEFINISI MINERAL :
1. 2. 3. 4.
Suatu bahan alam Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap Pada umumnya anorganik Homogen
Mineralogi dibagi menjadi 2 Macam : 1. Mineralogi fisik 2. Mineralogi kimiawi II.2 PENDESKRIPSIAN MINERAL II.2.1 Sifat-sifat fisik yang Diselidiki 1. WARNA
Faktor yang dapat mempengaruhi warna : komposisi kimia struktur kristal dan ikatan atom pengotor dari mineral
2. PERAWAKAN KRISTAL
Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan ( Richard Pearl, 1975) yaitu : A. Elongated habits B. Flattened habits C. Rounded habits 3. KILAP Macam-macam kilap :
Kilap Logam dan Non Logam 4.KEKERASAN
Skala kekerasan relative mineral dari mohs : 1. Talc Mg3Si4O10(OH)2 2. gypsum CaSO 22H2O 3. Calcite CaCO3 4. Fluorite CaF2 5. Apatite Ca5(PO4)3F 6. Orthoclas K(AlSi3O8) 7. Quartz SiO2 8. Topaz Al2SiO4(FOH)2 9. Corondum Al 2O3 10. Diamond C Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
24
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
5. GORES ( STREAK )
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus. 6. BELAHAN
1. 2. 3. 4. 5.
sempurna (perfect) baik (good) jelas (distinct) tidak jelas (indistinct) tidak sempurna (imperfect)
7. PECAHAN ( FRACTURE )
1. Choncoidal 2. hacly 3 Even 4 .Uneven 5. Splintery 6 . Earthy 8. DAYA TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Brittle Sectile Malleable Ductile Flexible Elastic
9. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY) Berat mineral
BJ = Volume mineral
10. RASA DAN BAU (TASTE AN ODOUR) a. Rasa Astringet Sweetist Astringet Alkaline Bitter Cooling Sour b. Bau
Alliaceous Horse Radish Odour Sulphurous
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
25
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Bitominous Fetid Argiilaceous
11. SIFAT KEMAGNETAN
Paramagnetit (magnetit) Diamagnetit (non-magnetit)
12. DERAJAT KETRANSPARAN
Opaque mineral Transparant mineral Translucent mineral Mineral-mineral yang tidak tembus pandang ( non-transparant)
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
26
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
BAB III MINERALOGI KIMIAWI II.3 Mineralogi Kimiawi
Mineralogi Kimiawi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimiawi dari mineral. Meliputi perubahan yang terjadi bila dipanasi oleh api oksidasi maupun api reduksi mengenai perubahan warna, sublimasi, pengembunan, penggarangan dan lain-lain, serta mempelajari sistematika mineral kedalam golongan-golongan atas dasar senyawa kimianya. A. Maksud dan tujuan
1. Mengetahui sifat-sifat kimia yang penting dari setiap mineral dengan metode yang sesuai. 2. Melengkapi data yang diperoleh dari penyelidikan secara fisis. B. Alat-alat yang dipergunakan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pipa tiup Lampu spirtus Kawat platina Jarum preparat Gelas arloji Keping gips Bor tangan Buluh tertutup Magnet
C. Nyala Api a. Struktur nyala api.
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
27
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
D. Pembagian Penyidikan a.
Penyelidikan basah dengan regensia
1. Mutiara borax Alat-alat : - lampu spirtus - pipa tiup - kawat platina - jarum preparat - gelas arloji Regensia : - HCl encer - Soda - tepung borax Na 2B4O7 Bahan : - pyrolusite (MnO2) - prusi (CuSO 4) - Magnetit (Fe 3O4) - Kalium bichromat Cara Penyelidikan
1.
Bersihkan kawat platina dengan jalan memasukkannya ke dalam lampu spirtus, supaya cepat bersih, masukkan ke dalam HCl encer, kemudian dipanaskan. Begitu berulang-ulang sampai bersih (berwarna putih). 2. Masukkan kawat platina ke dalam tepung borax 3. Panaskan ke dalam api oksidasi s ampai terbentuk manik-manik (mutiara borax) yang berwarna jernih tanpa noda sedikitpun. 4. Masukkan mutiara borax (dalam keadaan panas) ke dalam bubuk mineral yang akan diselidiki. 5. Panaskan dengan api oksidasi. 6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin. 7. Buatla mutiara borax lagi dan masukkan ke dalam tepung mineral yang akan diselidiki. 8. Panasi dengan api reduksi. 9. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin. 10. Cocokkan dengan tabel Bead Corolation Kranss, maka dapat diketahui unsur yang diselidiki.
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
28
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Tabel Bead Coloration Kranss
No
Oksidasi
Borax Bead
dari
Nyala api oksidsi
Nyala api reduksi
1.
Mn
Violet kemerahan
Tak berwarna
2.
Co
Biru
Biru
3.
Cu
Biru hijau
Merah Opaq
4.
Ni
Coklat kemerahan
Abu-abu Opaq
5.
Fe
Kuning
Hijau pucat
6.
Cr
Hijau kekuningan
Hijau pucat
7.
U
Kuning
Hijau pucat tak berwarna
8.
V
Hijau kekuningan
Hijau cerah
9.
Ti
Tak berwarna
Violet Kecoklatan
10.
Mo
Tak berwarna
Coklat
11.
W
Tak berwarna
Kuning-Coklat kemerahan
12.
Si
Tak berwarna
Tak berwarna
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
29
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
BAB IV ROCK FORMING MINERAL ( MINERAL PEMBENTUK BATUAN )
IV.1
Reaksi Bowen
Mineral-mineral yang penting dalam pembentukan kulit bumi adalah pada seri Reaksi Bowen.
Gambar.III.1
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta 2009
30