20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
Desta Sandi Putra Prabowo NIM: 19310866
Abstrak
Di dalam teknik pondasi terdapat bermacam-macam cara untuk menghitung besarnya kapasitas daya dukung tanah pondasi dangkal, yang dapat disebut pionir dan paling terkenal dikemukakan oleh Terzaghi (1943), kemudian disusul oleh peniliti lainnya seperti Meyerhof, Hansen, Bala, dan lain-lainnya. Di dalam lingkup penulisan jurnal ini, analisa kapasitas daya dukung tanah pondasi dangkal diterangkan terbatas pada kapasitas daya dukung metode dari Meyerhof saja.
Universitas Gunadarma
1
20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
Pembahasan
Analisa
daya
dukung
yang
dikembangkan
oleh
Terzaghi
hanya
dipengaruhi faktor bentuk pondasi disamping faktor sifat-sifat tanah. Oleh Meyerhof faktor-faktor yang berpengaruh, disamping faktor sifat-sifat tanah dan bentuk pondasi itu, ditambah dengan faktor kedalaman pondasi dan faktor pembebanan. Dibedakan kapasitas daya dukung pondasi dangkal akibat beban vertikal dan akibat beriklinasi. Sehingga kapasitas daya dukung Meyerhof ditinjau dari faktor yang berpengaruh pada analisis kapasitas daya dukung, lebih lengkap dibandingkan dengan metode Terzaghi.
Analisa Meyerhof
Gambar 1. Bentuk Keruntuhan Dalam Analisis Kapasitas Dukung Sumber: Hardiyatmo, H.C. (2002).
Analisis kapasitas dukung Meyerhof (1955) menganggap sudut baji β (sudut antara bidang AD atau BD terhadap arah horisontal) tidak sama dengan ϕ, tapi β > ϕ. Akibatnya, bentuk baji lebih memanjang ke bawah bila Universitas Gunadarma
2
20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
dibandingkan dengan analisis Terzaghi. Zona keruntuhan berkembang dari dasar pondasi, ke atas sampai mencapai permukaan tanah. Jadi, tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diperhitungkan. Karena β > ϕ, nilai faktorfaktor kapasitas dukung Meyerhof lebih rendah daripada yang disarankan oleh Terzaghi. Namun karena Meyerhof mempertimbangkan faktor pengaruh kedalaman pondasi, kapasitas dukungnya menjadi lebih besar. Meyerhof (1963)
menyarankan
persamaan
kapasitas
dukung
dengan
mempertimbangkan bentuk pondasi, kemiringan beban dan kuat geser tanah di atas pondasinya, sebagai berikut:
dengan:
qu
= kapasitas dukung ultimit
Nc, Nq, Nγ
= faktor kapasitas dukung untuk pondasi memanjang
Sc, sq, sγ
= faktor bentuk pondasi
dc, dq, dγ
= faktor kedalaman pondasi
ic, iq, iγ
= faktor kemiringan beban
β’
= lebar pondasi efektif
po
= tekanan overbuden pada dasar pondasi
Df
= kedalaman pondasi
γ
= berat volume tanah
Universitas Gunadarma
3
20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
Gambar 2. Faktor-faktor Kapasitas Daya Dukung Meyerhof Sumber: Hardiyatmo, H.C. (2002).
Faktor-faktor kapasitas dukung yang diusulkan oleh Meyerhof (1963), adalah:
Nilai-nilai faktor kapasitas dukung Meyerhof untuk dasar pondasi kasar yang berbentuk memanjang dan bujursangkar ditunjukkan sedang menunjukkan nilai-nilai faktor kapasitas dukung tanah untuk pondasi memanjang dari usulan-usulan Meyerhof (1963), dan sekaligus peneliti-peneliti yang lain seperti: Brinch Hahnsen (1961), dan Vesic (1973). Nilai-nilai faktor kapasitas dukung pondasi bujursangkar lebih besar daripada pondasi memanjang.
Universitas Gunadarma
4
20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
Tabel 1. Faktor-faktor Kapasitas Daya Dukung ϕo 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Universitas Gunadarma
5
Meyerhof Nc 5.14 53.8 5.63 5.9 6.19 6.49 6.81 7.16 7.53 7.92 8.34 8.8 9.28 9.81 10.37 10.98 11.63 12.34 13.1 13.93 14.83 15.81 16.88 18.05 19.32 20.72 22.25 23.94 25.8 27.86 30.14 32.67 35.49 38.64 42.16 46.12
Nq 1 1.09 1.2 1.31 1.43 1.57 1.72 1.88 2.06 2.25 2.47 2.71 2.97 3.26 3.59 3.94 4.34 4.77 5.26 5.8 6.4 7.07 7.82 8.66 9.6 10.66 11.85 13.2 14.72 16.44 18.4 20.63 23.18 26.09 29.44 33.3
Nγ 0 0 0.01 0.02 0.04 0.07 0.11 0.15 0.21 0.28 0.37 0.47 0.6 0.74 0.92 1.13 1.37 1.66 2 2.4 2.87 3.42 4.07 4.82 5.72 6.77 8 9.46 11.19 13.24 15.67 18.56 22.02 26.17 31.15 37.15
20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF 36 37 38 39 40
50.59 55.63 61.35 67.87 75.31
37.75 42.92 48.93 55.96 64.2
41
83.86
73.9
42
93.71
85.37
43 44 45 46 47 48 49 50
105.1 1 118.3 7 133.8 7 152.1 173.6 4 199.2 6 229.9 2 266.8 8
44.43 53.27 64.07 77.33 93.69 113.9 9 139.3 2
99.01 171.14 115.3 211.41 1 134.8 262.7 7 4 328.7 158.5 3 187.2 414.3 1 3 526.4 222.3 5 674.9 265.5 2 319.0 873.8 6 6
Sumber: Hardiyatmo, H.C. (2002)
Tabel 2. Faktor Bentuk Pondasi Meyerhof Faktor Bentuk Sc
Nilai 1 + 0.2(B/L)tg2(45 +
Keterangan Untuk sembarangϕ
Sq = Sγ
ϕ/2) 1 + 0.2(B/L)tg2(45 +
Untuk ϕ ≥ 10o
ϕ/2)
Untuk ϕ = 0
1 Sumber: Hardiyatmo, H.C. (2002)
Tabel 3. Faktor Kedalaman Pondasi Meyerhof Faktor Kedalaman dc Universitas Gunadarma
Nilai 1 + 0.2(D/B)tan(45 + 6
Keterangan Untuk sembarang φ
20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
dq = dγ
φ/2)o 1 + 0.1(D/B)tan(45 +
Untuk φ ≥ 10o
φ/2)o
Untuk φ = 0
1 Sumber: Hardiyatmo, H.C. (2002)
Tabel 4. Faktor-faktor Kemiringan Beban Meyerhof (Hardiyatmo, H.C.(2002)). Faktor kemiringan beban
Nilai
ic = iq
Keterangan Untuk sembarang ϕ Untuk ϕ ≥ 10o Untuk ϕ = 0
dc
1 Catatan: δ = sudut kemiringan beban terhadap garis vertical Sumber: Hardiyatmo, H.C. (2002)
Universitas Gunadarma
7
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
20 Februari 2012
Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhitungan kapasitas daya dukung yang dikembangkan oleh Meyerhof lebih lengkap disbanding
dengan
metode
Terzaghi
karena
metode
Meyerhof
selain
memperhitungkan faktor sifat-sifat tanah dan bentuk pondasi, namun juga ditambahkan dengan faktor kedalaman pondasi dan faktor pembebanan. Namun
metode
ini
juga
memiliki
kekurangan
karena
tidak
memperhitungkan pengaruh permukaan tanah g1 (ground factors) dan pengaruh inklinasi dasar pondasi B1 (base factors).
Universitas Gunadarma
8
20 Februari 2012
BEARING CAPACITY: MEYERHOF
DAFTAR PUSTAKA 1. Hardiyatmo, H.C., Analisis Kapasitas Dukung, Universitas Gadjah Mada,
(2002) 2. Pradoto, S., Teknik Pondasi, Lab. Geoteknik, Pusat Antar Unversitas –
Ilmu rekayasa, ITB, (1989)
Universitas Gunadarma
9