MAKALAH KORELASI MATEMATIKA DENGAN AL-QUR’AN
Oleh: Anita Setyaningsih 4101413035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mulai menjadi subjek kajian pada abad ke enam SM. Kemunculan beberapa pandangan dan pendapat tentang matematika dari para ahli atau matematikawan pada akhirnya sebatas menjadi sifat-sifat dari matematika itu sendiri. Hal ini disebabkan masing-masing usaha mereka untuk mendefinisikan secara pasti apa itu matematika belum memperoleh persetujuan atau kesepakatan semua ahli. Sifat-sifat matematika tersebut antara lain matematika bersifat abstrak, bersifat deduktif aksiomatik, sebagai bahasa simbol, dan sebagainya. Matematika memperoleh julukan “Mathematics is a queen of sciences” karena beberapa topik di dalamnya dapat dikembangkan tanpa dukungan atau campur tangan ilmu lain, serta “Mathematics is a servant of sciences” karena tidak dapat dipungkiri bahwa matematika dibutuhkan oleh semua ilmu pengetahuan. Ilmu agama pada dasarnya juga membutuhkan matematika untuk mengembangkan ajarannya, salah satunya adalah matematika dalam agama Islam. Hubungan matematika dengan agama Islam antara lain terdapat pada rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Keterkaitan antara lima rukun Islam tersebut dengan matematika secara garis besarnya adalah tentang konsep dan arti bilangan serta penentuan waktu. Selain pada rukun Islam, matematika juga memiliki kaitan dengan kitab suci agama Islam, yaitu Al-Qur’an. Untuk mengkaji keterkaitan tersebut, penulis membuat makalah “Korelasi Matematika dengan AlQur’an”. B. Rumusan Masalah Bagaimana korelasi atau hubungan antara Matematika dengan Al-Qur’an? C. Tujuan Mengetahui korelasi atau hubungan antara Matematika dengan Al-Qur’an. D. Manfaat 1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang Matematika dan Al-Qur’an. 2. Memberikan wawasan kepada para matematikawan bahwa terdapat hubungan yang erat antara Matematika dengan Al-Qur’an.
3. Memberikan wawasan kepada umat Muslim bahwa Al-Qur’an erat kaitannya dengan Matematika. E. Metode Penulisan Dalam penulisan ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana hubungan atau korelasi antara matematika dengan Al-Qur’an. Metode penulisan yang digunakan adalah studi pustaka, dengan cara mencari literatur yang sesuai dari beberapa sumber, baik dari media cetak maupun elektronik.
BAB II LANDASAN TEORI Istilah matematika menurut Nasution berasal dari kata Yunani yaitu “mathein” atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”. Phythagoras, salah satu ilmuwan yang mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan khususnya matematika, membuat istilah “mathematics” dari bahasa Yunani yaitu “mathema” yang berarti “materi pelajaran” (Hardi Suyitno 2014). Bangsa Belanda menyebut matematika dengan “wiskunde”, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan bangsa arab, menyebut matematika dengan „ilmu al hisab yang artinya ilmu berhitung (Abdusyukur dalam Mahfudzoh (2011)). Dari masa ke masa, berbagai bangsa di seluruh belahan dunia, seperti Yunani, Cina, Arab, dan lain-lain, juga para tokoh atau ilmuan matematika turut memberikan sumbangan besar dalam membangun dan mengembangkan matematika. Dalam hal ini, dunia Islam juga turut memberikan kontribusi pemikiran tentang perkembangan ilmu matematika hingga saat ini menjadi sangat berkembang. Matematika bahkan menempati posisi unik dan istimewa dalam pandangan ilmuwan Islam. Hal ini dikarenakan kebenaran matematika yang bersifat tautologis, yaitu kebenaran yang tertutup tanpa berkorelasi dengan kesadaran subjek ataupun fenomenafenomena alam semesta, serta kebenaran matematika yang bersifat rasional dan berkorelasi dengan kesadaran subjek atas fenomena-fenomena alam raya (Aji 2014). Hubungan atau korelasi antara matematika dengan dunia Islam sesungguhnya dapat dilihat dari beberapa aspek dan budaya Islam, salah satunya ialah hubungan matematika dengan kalam Allah, pedoman bagi umat Islam, yaitu kitab suci Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kumpulan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (Sudrajat dalam Isnawan (2013)). Salah satu keajaiban Al-Qur’an adalah terpelihara keasliannya dan tidak berubah sedikitpun sejak pertama kali diturunkan pada malam 17 Ramadan, 14 abad yang lalu hingga kiamat nanti. Otentisitas Al-Qur’an sudah dijamin oleh Allah, seperti dalam firman-Nya, dalam Q.S. Al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur‟an, dan Sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya,” (Wulandari, Rahayu dkk (2012)). Matematika yang terkandung dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara eksplisit, tetapi secara implisit sehingga dibutuhkan penafsiran ayat-ayat tentang fenomena yang dijelaskan dalam AlQur’an yang berhubungan dengan matematika.
BAB III PEMBAHASAN Ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki korelasi dengan matematika memang tidak banyak diketahui jika dibandingkan dengan ilmu sains lainnya, seperti fisika dan biologi. Hal ini dikarenakan intisari dari ayat-ayat Al-Qur’an pada umumnya berupa penjelasan fenomenafenomena, baik nyata maupun ghaib, yang lebih mudah dikaitkan dengan konsep ilmu sains selain matematika. Selain itu, matematika sendiri memang bersifat abstrak sehingga dalam memahaminya dibutuhkan pemahaman dan penalaran yang lebih mendalam. Secara umum, korelasi antara matematika dan Al-Qur’an dapat dilihat dari Q.S. Jin ayat 28: "Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti” serta pada Q.S. Maryam ayat 93-94: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”. Sementara itu, ilmuwan Galileo dalam salah satu ungkapannya menyatakan, “Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)”. Melalui ayat dan pernyataan tersebut diperoleh bahwa dalam pandangan al-Qur'an, tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Semua terjadi dengan "hitungan", baik dengan hukumhukum alam yang telah dikenal manusia maupun yang belum. Secara khusus, konsep matematika yang memiliki hubungan atau korelasi dengan kitab suci Al-Qur’an ialah tentang himpunan, bilangan, pengukuran, dan statistika. Berikut penjelasan mengenai korelasi tersebut. a. Himpunan dalam Al-Qur’an Dalam ilmu matematika dikenal istilah himpunan, yaitu sekumpulan objek yang dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama. Untuk korelasinya dengan Al-Qur’an, dapat dilihat pada: (i) Q.S. al-Fathir ayat 1 yang artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (ii) Q.S. an-Nur ayat 45 yang artinya: “Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua
kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” Dari kedua contoh ayat tersebut, jelas terdapat konsep matematika yang terkandung didalamnya yaitu kumpulan objek-objek yang mempunyai ciri-ciri yang sangat jelas. b. Bilangan dalam Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 38 bilangan berbeda. Dari 38 bilangan tersebut, 30 bilangan merupakan bilangan asli dan 8 bilangan merupakan bilangan pecahan (rasional). Selain itu, terdapat fenomena angka-angka menakjubkan yang ditunjukkan dari beberapa kata dalam Al-Qur’an Misalnya pada kata “dunia” dan “akhirat” yang disebutkan dalam Al-Qur’an memiliki frekuensi sama, kita dapat menafsirkan bahwa Allah menyuruh umat manusia untuk memperhatikan baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat secara seimbang. Artinya, kehidupan dunia dan akhirat sama-sama penting bagi orang Islam. Hal tersebut juga dapat kita kaji untuk beberapa pasangan kata yang lain seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 1. Jumlah Penyebutan beberapa Kata Penting dalam Al Quran
(Sumber:https://alisaid.wordpress.com/2007/10/26/al-qur%E2%80%99an-sebuah-keajaiban-bersifat-matematis/)
Pada Januari 1974 (bertepatan dengan Zul-Hijjah 1393), Dr. Rashad Khalifa menemukan bahwa bilangan 19 sebagai bilangan pembagi secara umum dalam inisial-inisial
surah dan seluruh penulisan dalam Al Qur’an, sekaligus sebagai kode rahasia Al Qur’an. Beberapa contoh bukti-bukti yang sangat sederhana tentang “Kode 19” yaitu. (1) Kalimat Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf arab. (2) QS 1:1 tersebut diturunkan kepada Muhammad setelah Surat 74 ayat 30 yang artinya “Di atasnya adalah 19”. (3) Al Qur’an terdiri dari 114 surah, 19×6. (4) Ayat pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf. (5) Surah 96 (Al Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114), dan terdiri dari 19 ayat. (6) Surat terakhir yang turun kepada Nabi Muhammad adalah Surah An-Nashr atau Surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surah terakhir yang turun terdiri dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19 huruf. (7) Kalimat Basmalah berjumlah 114 (19×6). Meskipun pada Surah 9 (At Taubah) tidak ada Basmalah pada permulaan surah sehingga jumlah Basmalah kalau dilihat pada awal surah kelihatan hanya 113, tetapi pada Surah 27 ayat 30 terdapat ekstra Basmalah (dan juga 27+30=57, atau 19 x 3). Dengan demikian jumlah Basmalah tetap 114. (8) Jika dihitung jumlah surah dari surah At Taubah (QS 9) yang tidak memiliki Basmalah sampai dengan Surah yang memuat 2 Basmalah yaitu Q.S. 27, ditemukan 19 surah. Dan total
jumlah
nomor
surah
dari
Surah
9
sampai
Surah
27
diperoleh
(9+10+11+…+26+27=342) atau 19×18. Total jumlah ini (342) sama dengan jumlah kata antara dua kalimat basmalah dalam Surat 27. (9) Berkaitan dengan inisial surah, misalnya ada dua Surah yang diawali dengan inisial “Qaaf” yaitu Surah 42 yang memiliki 53 ayat dan Surah 50 yang terdiri dari 45 ayat. Jumlah huruf “Qaaf” pada masing-masing dua surat tersebut adalah 57 atau 19 x 3. Jika kita tambahkan nomor surah dan jumlah ayatnya diperoleh masing-masing adalah (42+53=95, atau 19 x 5) dan (50+45=95, atau 19 x 5). Selanjutnya inisial “Shaad” mengawali tiga surah yang berbeda yaitu Surah 7, 19, dan 38. Total jumlah huruf “Shaad” di ketiga surah tersebut adalah 152, atau 19 x 8. Hal yang sama berlaku untuk inisial yang lain. (10) Frekuensi munculnya empat kata pada kalimat Basmalah dalam Al Qur’an pada ayatayat yang bernomor merupakan kelipatan 19 (lihat Tabel 2).
Tabel 2. Empat kata dalam Basmalah dan frekuensi penyebutan dalam ayat-ayat yang bernomor dalam Al Quran
(Sumber:https://alisaid.wordpress.com/2007/10/26/al-qur%E2%80%99an-sebuah-keajaiban-bersifat-matematis/)
(11) Ada 14 huruf arab yang berbeda yang membentuk 14 set inisial pada beberapa surah dalam Al Qur’an, dan ada 29 surah yang diawali dengan inisial (seperti Alif-Lam-Mim). Jumlah dari angka-angka tersebut diperoleh 14+14+29=57, atau 19×3. (12) Antara surah pertama yang berinisial (Surah 2 atau Surah Al Baqarah) dan surah terakhir yang berinisial (Surah 68), terdapat 38 surah yang tidak diawali dengan inisial, 38=19×2. (13) Al-Fatihah adalah surah pertama dalam Al-Qur’an dan terdiri dri 7 ayat, sebagai surah pembuka (kunci) bagi kita dalam berhubungan dengan Allah ketika shalat. Jika kita tuliskan secara berurutan nomor surah (No. 1) diikuti dengan nomor setiap ayat dalam surah tersebut, kita dapatkan bilangan: 11234567. Bilangan ini merupakan kelipatan 19. Hal ini menunjukkan bahwa kita membaca Al Fatihah adalah dalam rangka menyembah dan meng-Esakan Allah. Selanjutnya, jika kita tuliskan sebuah bilangan yang dibentuk dari nomor surah (1) diikuti dengan bilangan-bilangan yang menunjukkan jumlah huruf pada setiap ayat (lihat Tabel 3), diperoleh bilangan: 119171211191843 yang juga merupakan kelipatan 19. Tabel 3. Jumlah huruf pada setiap ayat dalam Surah Al Fatihah
(Sumber:https://alisaid.wordpress.com/2007/10/26/al-qur%E2%80%99an-sebuah-keajaiban-bersifat-matematis/)
(14) Ketika kita membaca Surah Al-Fatihah (dalam bahasa arab), maka bibir atas dan bawah akan saling bersentuhan tepat 19 kali. Kedua bibir kita akan bersentuhan ketika mengucapkan kata yang mengandung huruf “B atau Ba’” dan huruf “M atau Mim”. Ada 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim. Nilai numerik dari 4 huruf Ba’ adalah 4×2=8, dan nilai numerik dari 15 huruf Mim adalah 15×40=600. Total nilai numerik dari 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim adalah 608=19×32 (lihat Tabel 4). Tabel 4. Kata-kata dalam Surah Al-Fatihah yang mengandung huruf Ba’ dan Mim beserta nilai numeriknya.
(Sumber:https://alisaid.wordpress.com/2007/10/26/al-qur%E2%80%99an-sebuah-keajaiban-bersifat-matematis/)
c. Pengukuran dalam Al-Qur’an Pengukuran yang disebutkan dalam Al-Qur’an meliputi pengukuran panjang, waktu, luas dan berat. Contoh ayat yang menjelaskan tentang pengukuran adalah Q.S. Al-Isra ayat 12 yang artinya: “ Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami), kemudian kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar kamu dapat mencari karunia Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas.” Ayat ini menunjukan sesuatu yang terjadi pada rotasi bumi adalah sesuatu yang eksak (matematis), karena dampak dari putaran tersebut adalah pergantian waktu. Pola gerak BumiBulan-Matahari kita gunakan untuk memahami periodesasi waktu secara lebih presisi (Aji 2014). Selain itu, lihat kembali tabel 1 di atas, ditemukan beberapa kata lain yang menarik dari tabel tersebut yang menyatakan ukuran waktu yaitu kata “syahr (bulan)” yang disebutkan sebanyak 12 kali yang menunjukkan bahwa jumlah bulan dalam setahun adalah 12, dan kata “yaum (hari)” yang disebutkan sebanyak 365 kali yang menunjukkan jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari. Selanjutnya, korelasi untuk pegukuran terhadap luas terdapat pada kata “lautan (perairan)” yang disebutkan sebanyak 32 kali, dan kata “daratan” disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 13 kali. Jika kedua bilangan tersebut kita tambahkan kita dapatkan angka 45. Kita lakukan perhitungan berikut: Dengan mencari persentase jumlah kata “bahr (lautan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan: (32/45)x100% = 71.11111111111% Dengan mencari persentase jumlah kata “barr (daratan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan: (13/45)x100% = 28.88888888889% Dari perhitungan di atas, kita mendapati bahwa Allah SWT, dalam Al-Qur’an 14 abad yang lalu, menyatakan bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111111%, dan persentase daratan adalah 28.88888888889%, yang merupakan perbandingan riil dari air dan daratan di bumi ini. Contoh korelasi pada ukuran berat diungkapkan di dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 47 yang artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” Selain itu, Q.S. Zalzalah ayat 7-8 pun mengungkapkan bahwa “Barang siapa yang mengerjakan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” Beberapa contoh di atas menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara Al-Qur’an dan matematika dalam bidang pengukuran. d. Statistika dalam Al-Qur’an Statistika atau statistik sebagai ilmu atau metode statistik adalah prosedur-prosedur yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data serta menarik suatu kesimpulan berdasarkan dari analisis yang dilakukan. Syarat utama dalam menyajikan data atau menyajikan hasil analisis data statistik adalah “jujur”, artinya data maupun hasil analisis data yang diperoleh harus ditampilkan dan dijelaskan apa adanya tanpa ada yang disembunyikan dengan maksud tertentu. Syarat utama yang lain adalah “bebas”, artinya dengan adanya campur tangan dari pihak lain, maka analisis statistik menjadi berpihak atau tidak independen lagi sehingga dalam menyajikan data statistik juga perlu menghindari adanya prasangka atau subyektif (Fauzy 2014). Berkaitan dengan statistika, ternyata Al-Qur’an juga membicarakannya, yaitu: (i) Q.S. al-Kahfi ayat 49 yang artinya: “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) didalamnya, dan mereka berkata, „Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,‟ dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang juga pun.” (ii) Q.S. az-Zukhru ayat 80 yang artinya: “Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.” Kedua ayat tersebut secara implisit berkaitan dengan pengumpulan data dan penyajian data. Dijelaskan dalam ayat tersebut perihal pencatatan amal baik dan buruk makhluk Allah, yang pengerjaannya secara akurat, jujur, dan bebas sehingga memenuhi syarat utama dalam statistika. Jelas dari dua contoh ayat di atas telah menjelaskan bagaimana
korelasi (hubungan) antara Al-Qur’an dan statistika sebagai salah satu cabang ilmu matematika. Demikianlah pembahasan sebagian korelasi antara matematika dengan Al-Qur’an, dan mungkin masih banyak lagi kandungan Al-Qur’an yang berkaitan dengan matematika yang dapat dikaji lebih lanjut.
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Korelasi antara matematika dan Al-Qur’an sesungguhnya cukup banyak, namun fakta tersebut belum banyak terungkap oleh para pengkaji matematika dikarenakan ayat yang menjelaskan matematika dalam Al-Qur’an tidak sebanyak ilmu sains lainnya dan matematika sendiri memang bersifat abstrak sehingga dalam memahaminya dibutuhkan penalaran yang lebih mendalam. Selain itu, matematika dalam Al-Qur’an banyak dijelaskan secara implisit bukan eksplisit, sehingga diperlukan penafsiran mendalam untuk menemukan korelasinya. Sesuai dengan julukan “Mathematics is a servant of sciences”, matematika membantu umat islam untuk mengamalkan ilmu yang diajarkan dalam AlQur’an. B. Saran 1. Dalam Al-Qur’an tersirat ayat yang menyuruh umat islam untuk mempelajari matematika, jadi hilangkanlah anggapan bahwa mempelajari matematika bukan merupakan ibadah. Matematika adalah ilmu, semua ilmu harus dipelajari oleh umat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. 2. Kepada para pengkaji ilmu matematika diharapkan tidak melupakan Al-Qur’an yang diyakini sebagai sumber dasar semua ilmu. Begitu pula para pengkaji Al-Qur’an diharapkan tidak melupakan matematika sebagai salah satu ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA Aji, Rizqon Halal Syah. 2014. “Khazanah Sains dan Matematika dalam Islam”. UIN Jakarta: Program Studi Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi & Bisnis. https://www.academia.edu/9990160. Diakses 18 Maret 2015. Isnawan, Muhamad Galang. 2013. “Bilangan Prima: Bukti Kesempurnaan Al-Qur’an”. Prosiding: Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. FMIPA UNY: Jurusan Pendidikan Matematika. https://www.academia.edu/6722276/BILANGAN_PRIMA_BUKTI_KESEMPURNA AN_AL-QURAN. Diakses 7 Maret 2015. Mahfudzoh, Siti. 2011. “Pengaruh Integrasi Islam dan Sains Terhadap Matematika”. Prosiding: Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Prodi Mematika Fakultas Sains dan Teknologi. http://eprints.uny.ac.id/7393/1/p-38.pdf. Diakses 7 Maret 2015. Solehudin, Ending. 2012. “Filsafat Ilmu Menurut Al-Qur’an”. Jurnal: ISLAMICA, Vol. 6, No. 2, Maret 2012. islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/download/145/132/pdf. Diakses 18 Maret 2015. Suyitno, Hardi. 2014. Pengenalan Filsafat Matematika. Unnes: Fakultas MIPA. https://alisaid.wordpress.com/2007/10/26/al-qur%E2%80%99an-sebuah-keajaiban-bersifatmatematis/. Diakses 7 Maret 2015. http://kilometer2.blogspot.com/p/keilmuan-dalam-al-quran.html. Diakses 7 Maret 2015. http://alislamiyah.uii.ac.id/2014/05/26/berhijrah-dengan-statistika/. Diakses 18 Maret 2015. https://muhsyams.wordpress.com/category/al-kahfi-47-49/. Diakses 18 Maret 2015.