MAKALAH KOMUNIKASI BISNIS KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA
Disusun :
LISA NOVIANTI ELLYA FATMA SARI YUNI ABDILLAH ISRO MULLAH GT WAHYU HIDAYAT
C1C113008 C1C113226 C1C112128 C1C112228 C1C112142
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN AJARAN 2014
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat dan karunia jualah kami dapat menyeselasikan makalah ini yang berjudul “Komunikasi Bisnis Lintas Budaya” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini merupakan tugas “ Komunikasi Bisnis “. Makalah ini merupakan sebuah sacara pembelajaran dan sebuah inovasi pembelajaran dan pengembangan wawasan tentang segala sesuatu yang dapat berguna dan dapat menjadi bahan ajar bagi para mahasiswa. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yohana Yunika Sari, SE, M.Si selaku dosen pembimbing mata pelajaran Komunikasi Bisnis atas segala bimbingannya dan pengarahannya selama ini hingga terjadinya penyusunan makalah ini. Serta tidak lupa kami mengucapkan kepada seluruh pihak yang ikut membantu dan berperan serta baik tenaga, materil dan moral dan tentunya kepada semua pihak yang telah memfasilitasi dalam pengerjaan makalah ini. Kami pun juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan bahkan penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapakan tanggapan, saran, dan kritikan yang membangun kepada kami yang bertujuan agar kami dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam makalah ini agar dimasa datang akan jauh lebih baik lagi. Banjarmasin, 09 Oktober 2014
TTD Penulis
DAFTAR ISI Kata Pengantar……………………………………………………………………………............ Daftar Isi…………………………………………………………………………………………... Pendahuluaan…………………………………………………………………………………….. 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………… 1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………........... Pembahasan…………………………………………………………………………………......... 2.1 Menjelaskan Tentang Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.......................................................................................................................................... 2.2 Menjelaskan Tentang Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya…………………………………………………………………………………………. 2.3 Menjelaskan Tentang Memahami Budaya dan Perbedaannya…………………………………………………………………………………. 2.4 Menjelaskan Tentang Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing……………………………………………………………………………………………. 2.4 Menjelasakn Tentang Hambatan Komunikasi Lintas Budaya………………………………………………………………………………………….. Penutup…………………………………………………………………………...……………….. 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...……….. 3.2 Saran............................................................................................................................... Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.
Semakin maraknya komunikasi bisnis lintas budaya tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, Disamping itu kesempatan masuknya berbagai kegiatan bisnis dari satu negara ke negara yang lain semakin terbuka, sehingga komunikasi bisnis lintas budaya menjasdi pokok bahasan yang menarik Dewasa ini akan membahas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan komunikasi binsis lintas budaya yang meliputi bahasan tentyang pengertian komunikasi bisnis lintas budaya dan arti pentingnya bagi para pelaku bisnis baik bisnis yang berskala nasional maupun international. Disamping itu, mengingat komunikasi bisnis lintas budaya ini berhadapan dengan daerah maupun negara yang memiliki budaya , bahasam adat istiadat, nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-beda dibahas pula apa hambatan atau kendala yang muncul dalam komunikasi bbisnis lintas budaya tersebut. Apabila telah ditemukan apa yang menjadi kendala dalam komunikasi bisnis lintas budaya perlu dicarikan bagaimana solusinya. Bagaimana meningkatkan keterampilan komunikasi bnisnis lintas budaya juga perlu menjadi salah satu faktor penting yang operlu mendapat perhatian para manajemen puncak suatu perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini adalah seperti : 1.2.1. Tentang Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya ? 1.2.2. Tentang Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya ? 1.2.3. Tentang Memahami Budaya dan Perbedaannya ? 1.2.4. Tentang Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing ?
1.2.5 Tentang Hambatan Komunikasi Lintas Budaya ? 1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah seperti 1.3.1. Menjelaskan Tentang Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya 1.3.2. Menjelaskan Tentang Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya 1.3.3 Menjelaskan Tentang Memahami Budaya dan Perbedaannya 1.3.4. Menjelaskan Tentang Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing 1.3.5 Menjelasakn Tentang Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari suatu pihak kepasa pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umunya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapt dimengerti oleh keduanya, komunikasi dapat dilakuakn dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, Cara berkomunikasi seperti ini9 disebut komunikasi secara nonverbal.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk seperti sistem agama dan politik, adat istiadat , bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sebuah budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Namun seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah kelompok secara keseluruhan dapat dilacak meskipun telah berubah banyak dari generasi kegenerasi. Budaya sebagai sejumlah asumsi penting yang dianut oleh anggota suatu mayarakat. Budaya bukanklah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang yang lain, tetapi budaya dimiliki seluruh manusai hanya saja antara budaya yang satu dengan yang lain berbeda, ada aspek-aspek budaya yang sama dan ada pula aspek-aspek budaya yang berbeda.
Bagi pra pelaku bisnis pemahaman yang baik terhdap budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan organisasi bisnis.
Secara sederhana,
komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah ataupun negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (international ) tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang diberbagai daerah dalam wilayah yang terdapat dalam suatu negara
Indonesia sebagai bsalah satu negara yang sangat kaya dengan aneka ragam budaya merupaka salah satu contoh yang sangat berharga bagi para pelaku bisnis dalam menerapkan komunikasi bisnis lintas budaya . Sebagaimana diketahui setiap daerah yang ada diindonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya.seperti bagaimana seseorang berkomuniksi dengan orang lain,
bagaimana seseorang saling menghargai orang lain, bagaimana cara mereka memanfaatkan orang lain dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya kedaerah lain atau negara lain, pemahaman budaya disuatau daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman disuatu negara. Hal ini dimkasudkan agar jangan sampai terjadi kesalaham fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.
2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya Dalam menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaan-perusahaan besar mencoba melakukan bisnis secara global. Pada umumnya , perusahaan- perusahaan besar yang beroperasi ditanah air baik bidang manufaktur, eksplorasi, maupun jasa, menggunakan berberapa konsultan asing untuk membantu mengembangkan perusahaan mereka.Begitu pula sebaliknya, perusahaan-perusahaan besar ditanah air juga ada yang mengembangkan bisnisnya kenegara lain.
Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka.bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antar dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya baik melalui tulisan (termasuk komunikasi lewat internet) maupun lisan (bertatap muka langsung).
Semakin banyaknya pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting.Saat ini berberapa pola kerja sama ekonomi diberbagai kawasan dunia seperti kawasan ASEAN ( AFTA/ASEAN Free Trade Area), Kawasan Asia Pasifik (APEC), Kawasan Amerika Utara ( NAFTA/North American Free Trade Area), Kawasan Kanada (CFTA/Canada Free Trade Area), Kawasan Eropa Tengah (CEFTA/Central European Free Trade Agreement ), Kawasan Eropa ( EFTA/Europen Free Trade Area), dan Kawasan America Latin ( LAFTA/Latin American Free Trade Assocition).
Pendek kata, dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke wilayah suatu negara dan didorong dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi sangat penting artinya .
2.3 Memahami Budaya Dan Perbedaannya Setiap orang hidup, tumbuh, dan berkembang dalam suatu kelompok-kelompok tertentu, baik yang berkaitan dengan kelompok keagamaan, profesi, dan bisnis. Mereka masing-masing menerapkan suatu aturan maupun perilaku yang sesuai dengan kebudayaanya. 1. Definisi Budaya
Budaya dapat didefinisikan bermacam-macam bergantung pada sudut pandang setiap ahli, Berikut ini adalah berberapa defines tentang budaya.diantaranya : a.
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman
hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalamaan hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif termasuk didalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri. b. Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pemikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini, yang menjadi kunci budaya adalah pemprograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang setelah kita lahir didunia. c.
Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas simbol-simbol, kepercayaan,
sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku.Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi yang serupa tentang bagaimana seseorang berpikir, berprilaku, dan berkomunikasi, serta cenderung untuk melakukan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. d. Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok.Pengertian tersebut juga mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan non verbaldalam satu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya. e.
Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan standar,
pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian budaya tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, antara lain bahwa budaya mencakup sekumpulan pengalaman hidup, pemrograman kolektif, system sharing, dan tipikal karakteristik perilaku setiap individu yang ada dalan suatu masyarakat,
termasuk di dalamnya tentang bagaimana sistem nilai, norma, simbol-simbol, dan kepercayaan atau keyakinan mereka masing-masing. 2. Komponen Budaya
Budaya mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, terutama yang berkatian dengan dimensi hubungan antar manusia,meskipun bentuk dari setiap komponen budaya dapat berbeda-beda dari suatu tempat ketempat yang lainnya.
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty , setiap elemen terbangun oleh berberapa komponen
utamanya, yaitu : nilai-nilai (baik-buruk, diterima atau ditolak), Norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), symbol-simbol (warna logo suatu perusahaan ), bahasa, dan pengetahuan.
Menurut Mitchel, Komponen budaya mencakup antara lain : bahasa, kepercayaan,/ keyakinan. Sopan
santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial.
Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material, lembaga sosial,
sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa. a. Budaya Material ( M ateri al Culture ), Budaya Material ( M ateri al Culture ), dibedakan kedalam dua bagian, yaitu teknologi dan
ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya. Sedangkan Ekonomi dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara orang menggunakan segala kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, Termasuk didalmnya adalah segala bentuk kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, distribusi, konsumsi, cara pertukaran, dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan kreasi. b. Organisasi Sosial (Social I nstituti on ) dan Pendidikan Organisasi Sosial (Social I nstituti on ) dan Pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan
dengan cara bagaimana seseorang berhubungna dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya. Kedudukan kaum pria dan wanita dalam suatu masyarakat, keluarga, kelas social, dan kelompok umur dapat ditafsirkan secara berbeda atau berlainan dalam setiap budaya. Dalam hal menuntut pendidikan, kaum wanita mendapat perlakuan diskriminatif, mereka dianggap tidak perlu sekolah hingga jenjang pendidkan tinggi, karena nantinya kaum wanita akan menjadi ibu rumah tangga,
Namun kini anggapan tersebut sudah tidak berlaku,Kaum pria dan wanita memiliki kedudukan yang seimbang dlam meniti karier masing-masing. c.
Sistem Kepercayaan atau keyakinan (Bel i ef System ) Sistem Kepercayaan atau Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh
terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut. Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka. Bagaimana mereka memandang hidup dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi, dan bagimana cara mereka membeli suatu produk, hal tersebut tidak terlepads dari pengaruh yang kuat atas kepercayaan atau keyakinan yang dianut seseorang. d.
Estetika (Aesthetics ) Estetika berkatian dengan seni, dongeng, hikayat, musik, drama dan tari-tarian. Nilai-nilai
estetika yang ditunjukkan mesyarakat dalam berbagai peran tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran secara efektif. f.
Bahasa (Language) Bahasa adalah suatu cara yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui
simbol-simbol tertentu kepada orang lain.Bahasa juga merupakan salah satu komponen budaya yang paling sulit dipahami, meskipun demikian, bahasa sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami dengan benar, sehingga melaluib bahasa orang dapat memperoleh empati dan simpati dari orang lain ,
3. Tingkatan Budaya , dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu : M enur ut M urphy dan Hi ldebrandt formal, informal dan teknis.Masing-masing tingkatan budaya tersebut dapat dijelaskan secara lebih rincio sebagai berikut : a. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi. Dalam dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk salah satu budaya tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari dulu hingga sekarang. b. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan. c.
Teknis
Tingakatan berikutnya adalah teknis (Technical) Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting. Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan
dan yang lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkat formal pembelajaran dalam budaya mencakup pembelajran pola periakunya sedangkan pada tingkatan teknis aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat. Pembelajaran secara teknis memiliki ketergantungan sangat tinggi pada orang yang mampu memberikan alasan-alasan yang logis bagi suatu tindakan tertentu.
4. Mengenal Perbedaan Budaya
Dalam kehidupan sehari-hari orang akan selalu berhubungan dengan orang lain yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda. Disamping itu, orang juga berbeda dalam hal suku, agama, ras/etnis, pendidikan, usia, perkerjaan, status, dan jenis kelamin. Perbedaan berbagai macam latar belakang budaya yang akan mempengaruhi cara seorang mengirim, menerima, dan manafsirkan pesan-pesan kepada orang lain. Dalam era globalisasi ketika banyak perusahaan asing yang melakukan kegiatan bisnis di Indonesia, diperlukan pemahaman yang baik dan benar terhadap budaya dalam suatu negara, hal ini sangat diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Perbedaan budaya dapat dilihat dari nilai sosial, peran dan status, kebiasaan mengambil keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang/jarak, konteks budaya, bahasa tubuh, hukum perilaku etis, dan perbedaan budaya perusahaan.
a. Nilai-Nilai Sosial
Secara umum, oramg-orang amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai maasalah, kekayaan yang diperoleh dari usahanya sendiri merupakan sinyal superioritas, dan orang yang berkerja keras lebih baik dari pada orang yang tidak berkerja keras, mereka juga membenci kemiskinan dan menghargai kerja keras. Nilai nilai sosial yang tumbuh dan berkembang di suatu negara berbeda dengan negara lain.
b. Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh, di negara-negara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunias bisnis masih relatife lemah, Sementara itu, di negara-negara maju peran wanita di dunia bisnis sudah cukup kuat, Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau seorang wanita dinegara-negara maju tersebutt menduduki posisi-posisi penting dalam suatu perusahaan.
Begitu pula dalam konsep status, yang cara pandangnya berbeda antara negara satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status para eksekutif dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa materialistik.
c. Pengambilan Keputusan
Di Niegara-negara maju seperti AS dan Kanada, para eksekutif selalu berupaya secepat n seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting. Umumnya, para manager puncak berkaitan dengan suatau keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan kepada manager yang lebih bawah . Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para manajemen puncak antara negara yang satu dengan negara yang lain berbeda, ada yang cepat tetapi ada juga yang lambat.
d. Konsep Waktu
Sebagian besar penduduk negara maju sudah menyadari bahwa waktu sangatlah berharga. Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika dan Jerman membuat rencana bisnis secara efisien dengan memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu.Oleh karena itu waktu sangatlah terbatas dalam berkomunikasi mereka cenderung langsung menuju pada pokok persoalan (to the point) dan cepat. Penilaian terhadap waktu antara negara yang satu dengan negara yang lain juga berbeda, ada yang ketat tetapi ada juga yang longgar/luwes.
e. Konsep Jarak Komunikasi
Sebagaimana masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga berbeda untuk budaya yang berbeda. Ketika melakukan pembicaraan bisnis, para eksekutif Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak sekitar 5 feet dari lawan bicara. Namun, bagi para eksekutif Jerman dan Jepang, jarak komunikasi tersebut kurang dekat.Sebagaimana masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga berbeda untuk budaya yang berbeda. f. Konteks Budaya
Salah satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Didalam konteks budaya tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tapi lebih banyak tergantung pada komunikasi non verbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan secara tidak langsung (Indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun dengan gerakan-gerakan tubuh; dalam konteks budaya rendah.Salah satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya.
g. Bahasa Tubuh
Perbedaan bahasa tubuh seringkali menjadi sumber kesalahpahaman berkomunikasi lintas budaya. Seringkali orang mewaspadai antara kata yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui apa maksud yang sebenarnya. Contoh, Sinyal Tidak orang AS “
”
dan Kanada menyatakan Tidak dengan menggerakkan kepala kekanan dan kekiriPerbedaan “
”
bahasa tubuh sering kali menjadi sumber kesalahpahaman berkomunikasi lintas budaya. Sering kali orang perlu mewaspadai antara kata yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui apa maksud yang sebenarnya.Bentuk bahasa tubuh lainnya adalah kontak mata. Mata adalah salah satu bagian tubuh yang sangat ekspresif. h. Perilaku Sosial
Apa yang dianggap sopan oleh suatu negara bisa jadi dianggap dinegara orang lain. Contoh Dinegara Arab memberikan suatu hadiah kepada istri orang lain namun tidak mengapa jika hadiah tersebut diberikan untuk anak-anaknya. Di Jerman memberikan bunga mawar merah kep[ada wanita dianggap sebagai suatu undangan yang romantis, tetapi menjadi tidak baik jika dikaitkan dengan hubungan bisnis dengannyaApa yang dianggap sopan di suatu negara bisa jadi dianggap kurang sopan di negara lain. Selain itu, perilaku sosial antara negara satu dengan yang lain juga bisa menjadi penghampat berkomunikasi. i. Perilaku Etis
Perilaku etis dan tidak etis antar negara bisa berbeda. Di beberapa negara, perushaaan diharapkan membayar sejumlah uang secraa resmi untu persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggpa sebagai hal yang rutin sementara itu bagi negara-negara seperti AS dan Swedia, hal itu bisa dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan ilegalPerilaku yang etis dan tidak etis antarnegara pun bisa berbeda. Di beberapa negara perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang secara resmi untuk persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap sebagai hal yang rutin. j. Perbedaan Budaya Perusahaan Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain, budaya organisasi mempengaruhi cara orang bereaksi dengan orang lain.
2.4. Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing 1. Belajar tentang Budaya
Ketika merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya berbeda, seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah mempelajari budayanya. Lagi pula ketika merencanakan untuk tinggal dinegara latin, ia tentunya juga sudah mempersiapakn bahasa yang harus dikuasainya. Disamping itu, ketike tinggal dinegara lain alangkah baiknya orang tersebut juga sedikit banyak mengenal budaya maupun adat istiadat yang berlaku dinegara tersebut. Bahsa asing tentunya tidak bias dipelajari dalam waktu singkat, namun demikian, memulai mengebnal berberapa kata bahsa asing untuk suatu pergaulan dilingkungan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu dikembangkan. Kalau perlu, dalam suatu pertemuan tertentu yang bersifat informasl bias juga diselipkan kata-kata bahsa asing yang telah dipahami. Selain belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang budaya asing tersebut, dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada mitra bisnis Anda. Usahakan agar Anda berkonsentrasi belajar pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sejarah budaya, agama, politik, nilainilai, dan adat istiadat. Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan ke suatu negara: a. di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai dengan tujuh ayunan; melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Di Perancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali ayunan atau gerakan. b. Jangan memberikan hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara Arab. c. Di Pakistan atau negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, jangan heran kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta izin keluar untuk menunaikan ibadah sholat karena setiap Muslim wajib sholat lima kali sehari. d. Anda dianggap menghina tuan rumah jika Anda menolak tawaran makanan, minuman atau setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab. Namun, anda juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk tawaran tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara-cara sopan. e. Tekankan usia perusahaan Anda ketika berhubungan bisnis dengan pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.
2. Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal penting, yaitu pertama, jangan terlalu yakin
bahwa seseorang akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap perilaku seseorang dari budaya yang berbeda. Mempelajari keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda. Berikut ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang diperlukan seseorang ketika berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda. a. Asumsikan berbeda hingga suatu persamaan telah terbukti. Jangan berasumsi bahwa orang lain
memiliki pandangan sama sampai benar-benar menjadi kenyataan. b. Berani mengambil tanggung jawab saat berkomunikasi. Jangan berasumsi bahwa ini adalah
pekerjaan orang lain untuk berkomunikasi dengan orang lain. c. Tidak memberi pendapat. Belajar mendengar suatu cerita yang utuh dan terimalah perbedaan
dengan tanpa memberikan pendapat atau penilaian tentang mereka. d. Tunjukkan suatu penghargaan. Belajar bagaimana suatu penghargaan itu dikomunikasikan melalui
suatu gerak isyarat, kontak mata, dan sejenisnya dalam berbagai budaya yang berbeda. e. Empati. Sebelum menyampaikan suatu pesan, cobalah untuk membayangkan perasaan orang lain bagaimana dan mengapa berkomunikasi. f. Menahan sikap ambiguitas/mendua. Belajar untuk mengendalikan kekecewaan pada situasi yang
membingungkan. g. Jangan melihat sesuatu yang superfisial. Jangan diganggu dengan sesuatu seperti pakaian,
penampilan, atau ketidaknyamanan lingkungan. h. Sabar dan tekun. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki budaya
berbeda, jangan mudah menyerah. i. Mengenal bias budaya Anda sendiri. Belajar untuk mengidentifikasi ketika asumsi Anda berbeda
dengan orang lain. j. Fleksibel/luwes. Siap mengubah kebiasaan atau sikap Anda ketika berkomunikasi dengan orang
yang memiliki budaya berbeda. k. Tekankan hal-hal yang biasa. Carilah kesamaan untuk menjalin suatu kerja sama. l. Mengirim pesan yang jelas. Membuat sinyal verbal dan nonverbal yang jelas dan konsisten. m. Tingkatkan kepekaan budaya Anda. Belajar tentang berbagai kebiasaan dan praktik, sehingga
seseorang perlu waspada terhadap potensi munculnya salah komunikasi. n. Bersifat individual. Berkomunikasi dengan setiap orang sebagai individu bukanlah mewakili
kelompok lain.
3. Negosiasi Lintas Budaya Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat cenderung relatif impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan mereka dalam sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan penting di antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan Jepang lebih suka pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi, Anda sebaiknya bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan personal (pribadi) di Cina. Anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai dasar membangun kepercayaan dalam proses negosiasi. Di Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan menyukai suasana yang formal dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan kepada pihak lain. Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari budaya partner Anda sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah dalam memahami pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat, sabar dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi proses negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
E. Hambatan Komunikasi Antar Budaya Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif (Chaney & Martin, 2004, p. 11). Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.
Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antar Budaya Hambatan komunikasi (communication barrier ) dalam komunikasi antar budaya (intercultural communication) mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air ( above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini
cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi ( perceptions), norma (norms), stereotip ( stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules),jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang ( subcultures group). Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatanhambatan ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut menurut Chaney & Martin adalah sebagai berikut : 1. Fisik (Physical )
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik. 2. Budaya (Cultural )
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya. 3. Persepsi (Perceptual )
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda. 4. Motivasi ( Motivational )
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi. 5. Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu. 6. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui. 7. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
Belajar secara langsung. Investigasi setiap budaya, sehingga Anda tahu kapan mengirim suatu pesan dengan cara langsung atau tidak langsung.
Memperlakukan tafsiran Anda sebagai hipotesis kerja. Saat Anda memahami budaya asing, berhati-hatilah terhadap umpan balik yang dilakukan si penerima pesan.
9. Kompetisi (Competition )
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Komunikasi Bisnis Lintas Budaya ialah suatu komunikasi yang diperlukan dalam dunia bisnis baik secara verbal ataupun nonverbal dengan mengamati faktor-faktor budaya yang terdapat disuatu daerah, wilayah atau negara. Perbedaan yang terdapat dalam setiap budaya selalu meliputi berberapa hal seperti ; Normanorma, Simbol-simbol, Bahsa, Pengetahuan, Kepercayaan atau Keyakinan, Adat Istiadat, Seni, dan Organisasi. Pada dasarnya setiap budaya memiliki tiga tingkatan yaitu : Formal, Informal, dan teknis. Perbedaan budaya menimbulkan sikap etnosentris terhdap suatu individu dan kelompok. 3.2 Saran
Hendaknya para pelaku bisnis dari masyarakat umum mau mepelajari dan memahami perbedaan budaya disekitarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesenjangan komunikasi. Bagi para budayaan hendaknya dapat dengan suka rela berbagi pengetahuan akan budaya yang non verbal, guna mengatasi kesenjangan dan perselisihan antar budaya dalam hal apa pun.
DAFTAR PUSTAKA Purwonto, Djoko, 201, Komunikasi Bisnis, Ed 3, (Jakarta, Erlangga, 2006)