MAKALAH ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS “SHADOW PRICE”
Oleh kelompok 3 : Marissa Yulenda
1610221035
Ratika Asti
1610222026
Bopy Apriyanti
1610222030
Septianita Vatmi
1610223001
Mella Indriani Nst
1610223002
Muthia Rahmi Putri
1610223008
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2018
BAB I LATAR BELAKANG
Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll. Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha / proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha / proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti finansial maupun dalam arti sosial benefit ( Ibrahim, 2009 ). Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan investasi dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat dikelompokkan kedalam
kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Dalam analisis
investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah membandingkan biaya ( costs ) dan manfaat ( benefit ) dengan berbagai usulan investasi( Soetriono, 2006 ). Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perekonomian dalam lingkup
perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam
yang lebih luas. Analisis ekonomi juga merupakan
analisis finansial, hanya saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial
terjadi perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variable harga yang
dipakai adalah harga bayangan ( shadow price).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pudjo Sumarto (1991) menyatakan bahwa harga bayangan (shadow price) merupakan suatu harga yang nilainya tidak sama dengan harga pasar, tetapi harga barang tersebut dianggap mencerminkan nilai sosial sesungguhnya dari suatu barang dan jasa. Harga bayangan digunakan untuk menyesuaikan terhadap harga pasar dari beberapa faktor produksi atau hasil produksi. 2.2 Faktor penyebab timbulnya shadow price Timbulnya harga bayangan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1.
Perubahan-perubahan dalam perekonomian yang terlalu cepat, sehingga mekanisme pasar tidak dapat mengikutinya.
2.
Proyek-proyek yang terlalu besar atau invisible, menyebabkan perubahan dalam harga pasar yang tidak dapat dipakai untuk mengukur nilainya.
3.
Unsur-unsur monopolistis di dalam pasar
4.
Berbagai macam input/output sehingga tidak dapat dibeli atau dijual dengan cara biasa.
Grey et al. (1992) menyatakan bahwa shadow price dari suatu produk atau faktor produk merupakan social opportunity cost, yaitu nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif terbaik. Shadow price dari suatu produk umumnya ditentukan oleh saling dipengaruhinya penawaran dan permintaan terhadap faktor produksi tersebut pada titik perekonomian secara keseluruhan. Harga bayangan dianggap sebagai penyesuaian yang dibuat oleh peneliti proyek terhadap harga aktual yang terjadi di beberapa faktor produksi atau hasil produksi tertentu. Perubahan harga aktual yang berlaku tidak mencerminkan biaya imbangan sosial sebenarnya (Social Opportunity Cost), penyimpangan ini disebabkan oleh kebijakan dari pemerintah, beberapa pajak tidak langsung, subsidi maupun pengaturan harga (Kadariah, 1999) Harga bayangan meliputi :
1. Harga bayangan hasil produksi atau output Harga sosial didekati dengan harga batas (border price) yaitu CIF (Cost Insurance Freight). 2. Harga bayangan tanah Menurut Gittinger (1986), ada 3 macam penilaian harga bayangan faktor produksi tanah yaitu : a. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan harga beli b. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan perkiraan nilai netto biaya produksi yang hilang/diluangkan (opportunity cost) bila penggunaan tanah diubah dari penggunaan tanpa proyek menjadi penggunaan dengan proyek. c. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan nilai sewanya Alternatif ini merupakan cara penilaian yang cukup memadai yang dipakai sebagai harga bayangan tanah mengingat pasaran akan faktor produksi tanah cukup kompetitif. Tentu saja dalam hal ini tanah yang diperhitungkan dapat mencerminkan nilai netto biaya produksi faktor produksi tanah yang diluangkan. 3. Harga bayangan tenaga kerja Dalam mnenetukan harga sosial tenaga kerja, maka perlu dibedakan antara tenaga kerja terdidik atau terlatih dengan tenaga kerja tidak terdidik, sebagai asumsi pasar dalam keadan bersaing sempurna tingkat upah dan mencerminkan produktivitas marginalnya.
Tenaga kerja terdidik Mempunyai persaingan tertentu untuk mendapatkan target tersendiri, upahnya dihitung berdasarkan tingkat upah. Ditentukan oleh nilai produk marjinal dari si tenaga kerja, yaitu upah yang diterima akan sama dengan jumlah produksi oleh seorang pekerja tambahan.
Tenaga kerja langka Nilai upah = nilai produksi marjinal dari tenaga kerja atau upah di daerah baru= di daerah lama
Tenaga Kerja tidak terdidik (unskill labour) Terdapat dua cara yaitu
Berdasarkan nilai usaha yang hilang akibat perpindahan dari daerah yang lama ke daerah proyek baru dipindahkan
Berdasarkan jumlah hari kerja di daerah lain dibagi dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun dikali dengan upah di daerah baru.
4. Harga bayangan nilai tukar Dapat ditentukan dengan menggunakan harga atau nilai valas yang ditentukan oleh lembaga pemerintahan yang berwenang. Cara lain untuk menghitung harga sosial nilai tukar asing adalah dengan mencari faktor konversi terhadap nilai tukar resmi yang dirumuskan Rosegent et al. (1987) SCFt
Mt Xt
( Mt Tmt ) ( Xt Txt )
Dimana : CFt
:
Standart Conversion faltor tahun ke-t
Mt
:
Nilai impor pada tahun ke-t
Vt
:
Nilai ekspor tahun ke-t
Tmt
:
Besarnya pajak impor tahun t
Txt
:
Besarnya nilai ekspor tahun t
5. Harga Pasar Internasional Untuk menentukan harga pasaran dunia yang seperti apa yang digunakan. Untuk menganalisis suatu proyek ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu
Tingkatan mutu yang tepat
Biaya pemasaran
Nilai pertukaran yang tepat
BAB III ANALISIS KASUS
SKRIPSI : ANALISIS KELAYAKAN DAN EFEKTIVITAS PROGRAM GERAKAN MENABUNG POHON MELALUI PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (Studi Kasus: Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung) Penentuan Harga Bayangan
Harga ekonomi atau yang biasa disebut dengan harga bayangan (shadow prices), memiliki pengertian harga seandainya tidak terdapat distorsi apapun baik untuk setiap input maupun output dalam proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Harga bayangan ini khusus digunakan pada analisis kelayakan secara ekonomi saja. Harga bayangan pada penelitian ini hanya digunakan dalam biaya untuk pupuk Phonska NPK saja dalam analisis ekonomi. Penyebab komponen lain tidak menggunakan harga bayangan akan dijelaskan pada pembahasan. Perhitungan harga bayangan untuk pupuk Phonska NPK dalam program kolaboratif ini adalah sebagai berikut: Pupuk Phonska NPK merupakan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah. Namun karena informasi mengenai besaran subsidi pemerintah terhadap pupuk Phonska NPK sulit didapat, maka penentuan harga bayangan pupuk ini berdasarkan harga di pasar internasional. Pupuk Phonska NPK merupakan barang tradeable di pasar internasional, sehingga perhitungan harga bayangannya pun menggunakan nilai tukar bayangan atau Shadow Exchange Rate (SER). SER didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus menurut Squire dan Van Der Tak (1975) dalam Gittinger (1986) sebagai berikut: = /
Keterangan:
SERt = Shadow Exchange Rate tahun ke-t (nilai tukar bayangan, Rp/US$)
OERt = Official Exchange Rate tahun ke-t (nilai tukar resmi, Rp/US$)
SCFt = Standard Convertion Factor tahun ke-t (Faktor Konversi Standar)
Sementara nilai Standard Convertion Factor menurut Rosegrant (1987) dalam Gittinger (1986), didapatkan dengan rumus Standard Convertion Factor sebagai berikut: = + /
− + ( −)
Keterangan:
SCFt = Standard Convertion Factor tahun ke-t (Faktor Konversi Standar)
Mt = Nilai Impor tahun ke-t (Rp)
Tmt = Pajak Impor tahun ke-t (Rp) Xt = Nilai Ekspor tahun ke-t (Rp)
Txt = Pajak Ekspor tahun ke-t (Rp)
Biaya pemupukan
Biaya Pemupukan Biaya pemupukan merupakan pengeluaran yang digunakan untuk membeli pupuk dalam program kolaboratif GMP-PHBM. Seperti diketahui sebelumnya, ratarata petani dalam program ini menggunakan dua jenis pupuk, yakni pupuk KCL dan Phonska. Menurut peraturan Menteri Pertanian nomor 130/Permentan/ SR.130/11/2014 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sekto r Pertanian Tahun Anggaran 2015, pemerintah hanya mensubsidi jenis pupuk urea, SP-36, ZA, NPK, dan organik. Hal tersebut mengakibatkan perhitungan harga bayangan untuk pupuk KCL didasarkan kepada harga pasar. Besaran harga untuk pupuk KCL adalah sebesar Rp 3.500/Kg. Pupuk Phonska NPK merupakan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah, sehingga perhitungannya menggunakan pendekatan harga bayangan. Namun karena informasi mengenai besaran subsidi pemerintah terhadap pupuk Phonska NPK sulit didapat, maka penentuan harga bayangan pupuk ini berdasarkan harga Free on Board (FOB) high purity compound fertilizer di China pada bulan Mei tahun 2015, yakni sebesar 400 US$ per ton2. Nilai tersebut kemudian ditambahkan biaya pengapalan dan asuransi sebesar 10% dari FOB menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 160/KMK.04/2010 tentang Nilai Pabean untuk Penghitungan Bea Masuk, sehingga didapatkan harga Cost, Insurance, and Freight (CIF). Harga ini dikonversi dengan harga sosial nilai tukar (SER) rupiah pada tahun 2014. SER didapatkan dari perhitungan yang dikenalkan oleh Squire dan Van Der Tak (1975) dalam Gittinger (1986) yang telah dijelaskan dalam metode penelitian. Perhitungan OERt menggunakan nilai rata-rata tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada tahun 2014, yakni sebesar Rp 11.938. Apabila metode perhitungan
tersebut dirangkum dalam sebuah tabel, maka perhitungan harga sosial nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi sebagai berikut:
Menurut perhitungan tersebut didapatkan harga sosial nilai tukar sebesar Rp 11.815. Nilai tersebut digunakan untuk mengkonversi harga CIF. Setelah itu harga CIF terkonversi dikurangi dengan biaya transportasi dan penanganan, besaran biaya transportasi dan penanganan pupuk Phonska NPK didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2013), yakni sebesar Rp 387, 8 atau dibulatkan menjadi sebesar Rp 388. Setelah dikurangi biaya transportasi dan penanganan tersebut didapatkan harga paritas impor pupuk Phonska NPK. Rincian perhitungan harga sosial pupuk Phonska NPK di Desa Warjabakti dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis menggunakan pendekatan harga FOB, didapatkan harga paritas impor sebesar Rp 4.811/Kg. Harga paritas impor tersebut digunakan sebagai harga bayangan untuk pupuk Phonska NPK. Berikut tabel yang menggambarkan biaya pemupukan pupuk Phonska NPK per hektar yang digunakan oleh petani peserta program kolaboratif GMPPHBM di Desa Warjabakti.
BAB IV PENUTUP
Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha / proyek yang direncanakan. Studi
kelayakan
bisnis/usaha
biasanya
menggunakan analisis kelayakan investasi. Kelayakan investasi dapat dikelompokkan kedalam kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi Analisis ekonomi
juga merupakan analisis finansial, hanya saja dalam
melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial
terjadi perbedaan.
Dalam analisis ekonomi, variable harga yang dipakai adalah harga bayangan ( shadow price). Shadow price merupakan harga yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya dari unsur unsur biaya dan untuk hasil hasil dari suatu proyek yang akan terjadi dalam perekonomian yang berada dalam tingkat keseimbangan sempurna Terkadang shadow price disebut juga accounting dapat dianggap sebagai semacam penyesuaian yang dibuat oleh si penilai proyek terhadap harga pasar dari beberapa faktor produksi atau hasil produksi tertentu berhubung pusat penentu kebijakan ekonomi berpendapat bahwa harga pasar itu mencerminkan biaya atau nilai sosial yang sebenarnya (social opportunity cost) dari unsur unsur atau hasil produksi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
File.rizaldi.web.id Shadow Price diakses tanggal 21 September 2018 Fanny.staff.uns.ac.id>files>2011 Shadow Price diakses tanggal 21 September 2018 Repository.usu.ac.id Tinjauan Pustaka Shadow Price diakses tanggal 22 September 2018