MAKALAH SENI BUDAYA HADROH
KELAS XI IPA 3 Disusun oleh: Kelompok 2 1. Alisya Qotrunada 2. Atika Khoirunnisa 3. Faza Daffa Al-khirzin 4. Khomsanov Alfarabi 5. Riasih Novi Triana
MAN 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Ginjal” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Seni Budaya dengan judul “Hadroh”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Purwokerto, April 2018
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3 BAB I Pendahuluan ........................................................................................................................ 4
1.
Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
2)
rumusan masalah .................................................................................................................... 5
3.
Tujuan Makalah ....................................................................................................................... 5
BAB 11 Isi ........................................................................................................................................ 5
1.
Asal Usul Hadroh .................................................................................................................... 5
2.
Macam Macam Alat Musik Hadroh ........................................................................................ 7
BAB III Penutup ............................................................................................................................. 10
1.
Kesimpulan ........................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 11
3
BAB I
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seni hadrah (rudat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari kitab Al-Barz anji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat i slam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu seni hadrah berkembang dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren. Sekarang di ISHARI cabang Malang ada 18 kelompok yang tercatat dan semuanya masih tetap eksis. Selama Maulid pun banyak undangan yang kami dapatkan. Hampir selama 40 hari banyak undangan yang kami terima,” kata Ketua ISHARI cabang Malang, KH. Ahmad Suyuti. Dari seluruh Jawa Timur, seni hadrah di Malang raya yang paling sedikit dari daerah lainnya. Kalau di daerah lainnya banyak bermunculan kelompokkelompok seni hadrah, di Malang perkembangannya tidak seperti di daerah lain. Ia mencontohkan seperti di Gresik yang memiliki anggota mencapai 2000 orang lebih. Satu kelompok seni hadrah biasanya mencapai 50 orang. Di Malang perkembangan saat ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Jika beberapa tahun lalu, jumlah grup seni hadrah hanya 11 kelompok, sekarang sudah berkembang menjadi 18 kelompok yang terseba r di Malang Raya. Jumlah ini tentunya masih kalah jauh dibandingkan dengan kelompok terbangan Al-Banjari atau Terbang Jidor yang sama-sama membaca dan melantunkan shalawat N abi. Tarian yang dilakukan para rodat pun memiliki filosifi tersendiri. Tidak hanya asal menari. Nama rodat berasal dari Bahasa Arab dari kata Rodda yang artinya bolak-balik. Para penari itu memang selalu bolak-balik dalam menggerakan tangan, badan serta anggota tubuh lainnya. 4
Gerakannya pun disandarkan pada kisah penyambutan Kanjeng Nabi saat berhijrah ke Madinah. Saking gembiranya dengan kedatangan nabi ke Madinah, kaum Ansor berdesak berdesak menyambut kedatangan Nabi. Berdesak-desakan itu tercermin dalam barisan yang rapat para rodat saat menggerakan tubuhnya. Tepukan tangan para rodatpun disandarkan para kegembiraan kaum Ansor yang menyambut kedatangan Nabi di Madinah, tepuk tangan dilakukan para perempuan yang lokasinya cukup jauh dari penyambutan Nabi Saw. 2) rumusan masalah (a) Apakah hadroh itu? (b) Apa saja alat musik hadroh
(c) Asal usul hadroh? (d) Dibawa pertama kali oleh? 3. Tujuan Makalah (a) Untuk mengetahui apakah hadroh ittu
(b) Untu mengetahui apa saja alah alat hadroh (c) Untu mengetahui sejarah hadroh
BAB 11 ISI 1. Asal Usul Hadroh Hadhroh pertama kali di perkenalkan oleh seorang tokoh tasawuf yang sampai sekarang karya – karyanya masih di perbincangkan oleh pakar – pakar serta sarjana – sarjana di dunia timur maupun barat, beliau adalah Jalaluddin Rumi Muhammad bin Muhammad al-Balkhi alQunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma). Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207, Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset. Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ula ma besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa ir i pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun. Di samping kepada ayahnya, Rumi juga
5
berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut. Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia. Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang mempunyai murid seban yak 4.000 orang. Sebagaimana layaknya seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan menjadi tumpuan ummat untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin/Syamsi Tabriz. Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing — yakni Syamsi Tabriz — ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sas arannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari. Sultan walad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya. ”Rumi benar benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya. Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia han ya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi. Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan walad untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya. Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi. Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syairsyair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan
6
pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz. Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan . Tidak ada yang tahu secara persis, kapan datangnya musik hadrah di Indomesia. Namun hadrah atau yang lebih populer dengan musik terbangan (rebana bahasa jawa) tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam para Wali Songo. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa pada setiap tahun di serambi Masji d Agung Demak, Jawa Tengah diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana. Para Wali songo menggadopsi rebana dari Hadrolmaut sebagai kebiasaan seni musik untuk dijadikan media berdakwah di Indonesia. Menurut keterangan ulama besar Palembang Al Habib Umar Bin Thoha Bin Shahab, adalah Al Imam Ahmad Al Muhajir (kakek dari Wali Songo kecuali Sunan Kalijaga), ketika hijrah ke Yaman ( Hadrolmaut ) bertemu dengan salah satu pengikut tariqah sufi (darwisy) yang sedang asyik memainkan hadrah (rebana) serta mengucapkan syair pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan pertemuan itu mereka bersahabat. Setiap Imam Muhajir mengadakan majelis maka disertakan darwisy tersebut, hingga keturunan dari Imam Muhajir tetap menggunakan hadrah disaat mengadakan suatu majelis. Hadrah selalu menyemarakkan acara-acara Islam seperti peringatan Maulid Nabi, tabligh akbar, perayaan tahun baru hijriyah, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya. Sampai saat ini hadrah telah berkembang pesat di masyarakat Indonesia sebagai musik yang mengiringi pesta pernikahan, sunatan, kelahiran bayi, acara festival seni musik Islami dan dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahan, pesantren, remaja masjid dan majelis taklim. Makna hadrah dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadrah diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Dari segi istila h atau definisi, hadrah menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya. Syair-syair Islami yang dibawakan saat bermain hardah mengandung ungkapan pujian dan keteladanan sifat Allah dan Rasulullah SAW yang agung. Dengan demikian akan membawa dampak kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Para sufi yang biasanya melibatkan seruan atas sifat – sifat Allah yang Maha Hidup (Al-Hayyu), melakukannya sambil berdiri, berirama dan melantunkan bait-bait pujian atas baginda Nabi Muhammad SAW. 2. Macam Macam Alat Musik Hadroh 1) Kencer. Merupakan alat musik utama dalam permainan muusik hadroh, kencer tersebut bisa saja digunakan sepanjang vokal dan becking vokal melantunkan sholawat /hanya pada saat nada naik dengan variasi-variasi tertentuTerdapat dua jenis rumus, yaitu
7
a) Rumus Nikahan i) rumus saat awalan/pembukaan: D-T-DD-T T lalu lanjutkan ke rumus vokal ii) rumus saat nada vokal: DTDD-D-TT-T kembali ke awal iii) rumus saat nada naik: DD-TTT-T-TT-T-D-DD-D-D-DD-DD lalu lanjutkan ke rumus koor iv) rumus saat nada koor: TT- TD- TT-T-D kembali ke awal v) rumus nada tengahan: T-T-T-TT-T-T-TT-T-D-TT-T-D kembali ke rumus koor vi) rumus nada penutup: DD-TT-TT-D-TT-T-Dlalu lanjutkan ke nada vokal b) Rumus Anakan i) rumus saat awalan/pembukaan: D-T-D-D-TT-T- lalu lanjutkan ke nada vokal ii) rumus nada vokal: D-TT-DD-D-T-T-D-T-Tkembali ke awal iii) rumus saat nada naik: D-D-T-TT-T-T-TT-T-D-DD-D-D-DD-T-T lalu lanjutkan ke nada koor iv) rumus nada koor: TT-D-T-TD-TT lalu lanjutkan ke nada koor v) rumus tengahan: T-TT-T-T-TT-T-T kembali ke rumus koor. vi) rumus nada penutup: D – D-T-TT-D-T-TD-T-Tkembali ke rumus vokal terbang 2) Bass. Bermain bass hadroh termasuk kategori mudah dipahami namun akan terlalu sulit jika sang pemain adalah orang yang tidak memiliki intensitas seni atau orang yang belum mengerti musik Hadroh.berikut adalah gambaran tentang bass: Berikut cara memainkan bass secara profesional, a) Pertama dianjurkan melakukan pemanasan kecil supaya otot tangan menjadi panas dan mudah bergerak, selanjutnya adalah tentang tata cara memegang stick (pemukul), agar tidak mudah lelah peganglah stick secara rileks, mirip cara memegang stick drum. b) Cara memukulnya adalah dengan mengayunkannya tepat ke arah komponen bunyi pada Bass (muka Bass), terlalu banyak tenaga saat memukul sangat tidak dianjurkan karena akan menimbulkan kelelahan luar biasa. c) Step berukutnya adalah tentang pengaplikasian dalam grup, alat Bass dimainkan dengan berkolaborasi dengan Tam-tam sehingga menimbulkan sebuah irama yang akan menjadi iringan dari Musik Hadroh. Alunan Musik Hadroh akan terasa indah jika kolaborasi Bass-Tam-tam dan Ter bang sangat harmonis, sehingga saat ini menjadi Musik yang unik dan populer dikalangan remaja Islam.
8
3) Keprak/kaplak adalah salah satu alat rebana yang bentuknya seperti rebana/terbang, akan tetapi memiliki diameter lebih kecil. Alat ini digunakan untuk membuat variasi musik pada rebana hadroh,sehingga musik yang dihasilkan lebih rancak atau semarak. Keberadaan alat ini saat pemainan hadroh menjadikan musik lebih hidup.berikut adalah gambar keprak Keprak/kaplak disebut juga marawis karena suaranya yang mirip dengan salah satu alat musik marawis. Hanya bentuk alatnya yng membedakan, keprak hanya satu sisi yang diletakkan kulitnya, sedangkan marawis dua sisi diikat menggunakan tali – tali. cara mainya hampir sama dengan kencer tetapi hanya pada rumus nada naik yang digunakan dalam kepak ini dan tidak ada "D"
4) Darbuka adalah alat musik dalam katagori membranophon, bodynya berbentuk jam pasir atau piala (goblet) dengan satu membran disalah satu sis inya. Fungsi darbuka adalah peningkah irama, Cara memainkannya dalam posisi horizontal. Teknis permainanya sesuai dengan fungsinya sebagai peningkah irama maka banyak mengandalkan permainan jari. Darbuka secara teknis permainan dibagi dalam 2 jenis yakni teknik tradisional dan teknik modern yg disebut splitfinger. Negara manca yg terkenal dominan dengan darbuka adalah mesir dan turki. Darbuka di indonesia biasa dipakai dalam musik musik religi atau musik gambus sedangkan di tempat asalnya yakni mesir dan turki darbuka identik dengan bellydance. Tinjauan tentang kategorisasi , Darbuka ada 4 jenis : a) Darbuka modern biasa terbuat dari aluminium dengan membran yg terbuat dari Mylar (salah satu jenis plastik) ada juga yg terbuat dari jenis logam lain seperti tembaga dan besi tempa dll. b) Darbuka tradisional turki. Di indonesia disebut "dumbuk pinggang" cara memainkan nya bisa posisi horizontal atau vertikal seperti jembe. Teknik permainanya bila dimainkan dengan posisi horizontal adalah dengan menggunakan teknik finger snapping (menjentikkan jemari). Teknik finger snapping sangat dominan digunakan untuk alat musik lain yg masih sepupu dengan darbuka yaitu Tonbak Iran.
9
c) Darbuka asli terbuat dari tanah liat dan kulit natural. Disebut clay darbuka. d) Dohola , artinya bass darbuka atau darbuka ukuran besar. Dohola biasa berbahan clay (tanah liat) dan ada juga yg terbuat dari logam dengan kulit yg terbuat dari plastik (mylar) e) Darbuka sekarang ini sudah bisa menjadi alat yg mandiri tanpa tergantung dengan alat musik lain atau jenis aliran musik tertentu. Darbuka dipopulerkan kembali oleh misirli ahmet dari Turki sehingga menjadi musik kontemporer garapan perkusi yg digemari pecinta perkusi seluruh dunia. Di Indonesia ini biasa disebut sebagai aliran Freestyle. Aliran freestyle ini mandiri dan tidak ada hubungannya dengan jenis musik2 lain oleh sebab itu freestyle masuk dalam katagori musik kontemporer. Namun Pecinta freestyle harus bisa memposisikan diri dan bijaksana dengan kemampuannya sehingga tidak serta merta dipakai secara sembrono bila dirinya berfungsi sebagai pengiring lagu. 5) Tam juga sama seperti bas yaitu sebagai kunci permainan musik hadroh, tam disini berfungsi sebagai pengiring bass jadi antara bass dan tam harus saling koordinasi agar tidak terjadi kesalahan saat memainkannya.
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Hadroh adalah kesenian islami yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallall ahu 'alaihi wa sallam. Dikisahkan pada saat baginda nabi hijrah dari makkah ke madinah, baginda nabi di sambut gembira oleh orang-orang anshor dengan nyanyian/syair yang dikenal dengan sholawat "thola'al badru 'alaina" dengan diiringi tabuhan terbang. Makna hadroh dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadroh diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, hadroh menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul Nya. Syair-syair Islami yang dibawakan saat bermain hadroh mengandung ungkapan pujian dan keteladanan sifat Allah dan Rasulallah yang agung. Dengan demikian akan membawa dampak kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Para sufi yang biasanya melibatkan ser uan atas sifat – sifat Allah yang Maha Hidup (Al-Hayyu), melakukannya sambil berdiri, berirama dan melantunkan bait-bait pujian atas baginda Nabi Muhammad. Hadrah selalu menyemarakkan acara-acara Islam seperti peringatan Maulid Nabi, tabligh akbar, perayaan tahun baru hijriyah, dan peringatan hari-hari besar Islam lai nnya. Sampai saat ini hadrah telah berkembang pesat di masyarakat Indonesia sebagai musik yang mengiringi pesta pernikahan, sunatan, kelahiran bayi, acara festival seni musik Islami dan dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahan, pesantren, remaja masjid dan majelis taklim. Hadroh juga bisa disebut rebana. Rebana (Bahasa Jawa: Terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Ini merupakan simbol kota bumiayu .Terbuat dari bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing atau sapi.
10
Daftar Pustaka https://jualrebana.com/blog/asal-mula-sejarah-hadroh/ https://www.kaskus.co.id/thread/519338ea6112434f0e000005/dulunya-hadroh-itu-terbang-asalusul-hadroh-ditanah-jawa/ http://sahabatislamiadm.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-hadroh-masuk-indonesia.html http://abiddawamullatif.blogspot.co.id/2016/11/mari-kita-mengenal-dan-cara-memainkan.html http://yogs472000.blogspot.co.id/2017/10/macam-macam-alat-hadroh.html http://as-wa-ja.blogspot.co.id/2012/12/hadroh-adalah-kesenian-islami-yang.html https://id.wikipedia.org/wiki/Rebana
11