FLOW METER I. Tujuan 1) Dapat menentukan laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa halus dan kasar dengan diameter yang berbeda. 2) Mendemonstrasikan aplikasi sudden contraction dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa. 3) Mendemonstrasikan aplikasi plat orifice dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa. 4) Mendemonstrasikan aplikasi sebuah venturi meter dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa. II. Prinsip Alat flow meter terdiri dari primary device, yang disebut sebagai alat utama dan secondary device (alat bantu sekunder). III.
Alat yang Digunakan Stopwatch Flow Meter Pompa 10 mm smooth bore pipe 17 mm smooth bore pipe orificemeter venturimeter Stopwatch Selang air Tempat penampung air Penyumbat Alat ukur headloss Katup Sudden contraction
IV.
Bahan yang Digunakan H2O
V. Dasar Teori Flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa atau laju aliran volumetrik cairan atau gas. Sebelum menetapkan flowmeter, juga dianjurkan untuk menentukan apakah aliran informasi akan lebih berguna jika disajikan dalam unit massa atau volumetrik. Ketika mengukur aliran bahan yang mempunyai tekanan, aliran volumetrik tidak terlalu berarti, kecuali kepadatan adalah konstan. Ketika kecepatan (volumetric aliran) dari cairan mampat diukur, faktor gelembung udara akan menyebabkan kesalahan, karena itu, udara dan gas harus dipindahkan sebelum mencapai fluida meter. (Noor Yudha Priyantini, 2010). Tidak semua fluida yang berpindah dinamakan fluida bergerak. Yang dimaksud fluida bergerak adalah jika fluida tersebut bergerak lurus terhadap sekitar. Aliran fluida dikatakan aliran garis lurus apabila aliran fluida yang mengalir mengikuti suatu garis (lurus melengkung) yang jelas ujung pangkalnya. Aliran garis lurus juga disebut aliran berlapis atau aliran laminar (laminar flow). Kecepatan- kecepatan partikel di tiap titik pada garis arus, searah dengan garis singgung di titik itu. Dengan demikian garis arus tidak pernah berpotongan. Pada fluida yang tak termampatkan, hasil kali antara kelajuan aliran fluida dan luas penampangnya selalu tetap. Jadi A.v = konstan, atau disebut debit (Q). Debit adalah volume fluida ( m3 ) yang mengalir melewati suatu penampang dalamm selang waktu tertentu. Dirumuskan dengan persamaan berikut: Q = V/ t. Keterangan : Q = debit ( m3 / s ) V = volume fluida ( m3 ) t = waktu fluida mengalir (s) (Fathor Rohman, 2009) Sistem kontrol fluida adalah sebuah alat yang dapat mengatur jumlah debit air yang akan dikeluarkan. Dengan sistem digital, sistem kontrol ini dirancang untuk mempermudah dalam pengemasan atau penakaran cairan dengan batas keluaran yang ditentukan. Rancangan alat ini
berupa perangkat keras dimana perangkat yang satu dengan yang lainya berhubungan dan saling mendukung, adapun perangkat keras tersebut terdiri dari Mikrokontroler, piringan derajat, optocoupler, water meter termodivikasi, solenoid, pompa air dan LCD karakter. Sedangkan perangkat lunaknya berupa program pada mikrokontroler dengan menggunakan bahasa pemrograman assembly sehingga dapat mengontrol perangkat tersebut baik berupa input maupun output. Pengukuran
aliran
pada
saluran
terbuka
dilakukan
dengan
menggunakan weir. Weir adalah sebuah obstruksi yang dilalui cairan di dalam sebuah aliran terbuka. Weir merupakan dam penahan dimana cairan ditampung ke dalamnya dan cairan dalam weir merupakan laju aliran. Istilah beda permukaan bending biasanya diartikan tinggi cairan diatas ambang bendungan tepat di hulu dimana pengisian bending diberi tanda “H” yang dinyatakan dalam meter. Asas Bernoulli dikemukakan pertama kali oleh Daniel Bernoulli (1700 – 1782). Dalam kertas kerjanya yang berjudul "Hydrodynamica", Bernoulli menunjukkan bahwa begitu kecepatan aliran fluida meningkat maka tekanannya justru menurun. Asas Bernoulli adalah tekanan fluida di tempat yang kecepatannya tinggi lebih kecil daripada di tempat yang kecepatannya lebih rendah . Jadi semakin besar kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya makin kecil dan sebaliknya makin kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya. Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya fluida yang mengalir selama 1 detik yang melewati suatu penampang luas. Maka, dapat dikatakan pula debit sebagai hasil kali kecepatan dan luas penampang. Debit yang masuk pada suatu penampang luasan sama dengan debit yang keluar pada luasan yang lain meskipun luas penampangnya berbeda. Hal ini disebut persamaan kontinuitas. Penerapan prinsip ini dilakukan dalam pengujian terowongan angin. Dengan prinsip ini dapat menghitung kecepatan (V) dan debit fluida (Q) yang
mengalir didalam terowongan angin. Kecepatan dan debit yang dimiliki oleh fluida yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan venturimeter dan pitot tube. Aliran Fluida Aliran fluida nyata lebih rumit daripada aliran fluida ideal, sehingga persamaan-persamaan
diferensial parsial yang
biasa digunakan untuk
menghitung aliran ideal (persamaan Euler) tidak mempunyai persamaan umum. Untuk menjawab soal-soal aliran fluida nyata digunakan cara-cara semi empiris dan hasil percobaan. Ada dua jenis aliran mantap dari fluidafluida nyata yang harus dipahami dan diselidiki. Aliran-aliran itu disebut aliran laminer dan aliran turbulen. Kedua jenis aliran tersebut diatur oleh hukum-hukum yang berbeda. o Aliran Laminer (Re ≤ 2000) Dalam aliran laminer partikel-partiel
fluidanya bergerak di sepanjang
lintasan-lintasan lurus, sejajar dalam lapisan-lapisan atau laminer. Besarnya kecepatan-kecepatan dari laminae yang bedekatan tidak sama. Aliran laminer diatur oleh hukum yang menghubungkan tegangan geser ke laju perubahan bentuk sudut, yaitu hasil kali kekentalan fluida dan gradien kecepatan atau = dv/dy. Kekentalan fluida tersebut dominan dan karenanya mencegah setiap kecenderungan menuju kondisi-kondisi turbulen. o Aliran Turbulen (Re > 2000) Dalam aliran turbulen partikel-partikel bergerak secara serampangan ke semua arah. Tidaklah mungkin untuk menjejaki gerakan sebuah partikel tersendiri. o Bilangan Reynolds Untuk pipa – pipa bundar dengan aliran penuh, Re
ud u d u (2 r0 ) atau v v Bilangan Reynolds,
Dimana, u
= kecepatan rata – rata dalam m / s d = garis tengah pipa dalam m, r0 = jari – jari pipa dalam m,
= kekentalan kinematik fluida dalam m2/s ρ = rapat massa fluida dalam kg/m3 = kekentalan mutlak dalam Pa.s Untuk irisan – irisan penampang yang tidak bundar R
A Keliling Perhitungan bilangan Reynold didasarkan pada jari – jari
hidraulik, R yaitu perbandingan luas irisan penampang terhadap keliling yang terbasahi.
Re
u (4 R) v
sehingga :
= kekentalan kinematik fluida (SI adalah m2 /s) u = kecepatan fluida (m/s) o Faktor Gesekan, f Faktor gesekan f dapat diturunkan secara matematis untuk aliran laminer, tetapi tak ada hubungan matematis yang sederhana untuk variasi f dengan bilangan Reynolds yang tersedia untuk aliran turbulen. Selanjutnya, Nikuradse dan lain – lainnya telah menemukan bahwa kekasaran
relatif
pipa
(perbandingan
ukuran
ketidaksempurnaan
permukaan E terhadap garis tengah sebelah dalam pipa) mempengaruhi harga f. a.Untuk aliran laminer disemua pipa untuk semua fluida, harga f adalah f = 64 / Re
Untuk aliran laminer , Re maksimum sebesar 2000 b. Untuk aliran turbulen, banyak ahli hidraulika telah mencoba menghitung f dari hasil– hasil percobaan. Untuk pipa – pipa mulus Blasius menganjurkan untuk bilangan – bilangan Reynolds antara 3000 dan 100 000 f=
1/
0,316 0,25 ℜ
f 2 log (Re
Re ) 0.8 Untuk harga – harga Re sampai kira
– kira 3.000.000, persamaan von karman yang diperbaiki oleh Prandtl adalah f 2 log r0 / (1, 74)
1/
Untuk pipa – pipa kasar
1 f
2, 51 3, 7 d Re f
2 log
Untuk semua pipa, lembaga Hidraulik
(hydraulic Institute) menganggap bahwa pers Colebrook bisa dipercaya untuk menghitung f. Persamaannya adalah :
Haruslah diamati bahwa untuk pipa-pipa mulus dimana harga /d sangat kecil, suku pertama dlm kurung dari (5 -25) dapat dihilangkan; shg (5 – 25) dan (5 – 23) serupa. Demikian juga, andai kata bilangan Reynolds Re mjd sangat besar, suku kedua dalam kurung dari (5 – 25) dapat dihilangkan; dalam hal seperti itu efek kekentalan dapat diabaikan, dan f tergantung pada kekasaran relatif pipanya. Untuk menentukan besarnya faktor gesekan harga f, dapat juga digunakan diagram Moody yang menggambarkan hubungan antara faktor
gesekan f, bilangan Reynolds Re dan kekasaran relatif / d. dapat dilihat pada diagram A – 1 dalam Apendiks. Orificemeter Orificemeter adalah alat ukur yg sangat sedehana, terdiri atas piringan datar dengan lubang pada pusatnya. Pelat berlubang tersebut dipasang di dalam pipa, tegak lurus pada arah aliran dan fluida mengalir melewati lubang (lihat gambar 1.1).
Gambar 1. 1Orificemeter bersudut lancip Semburan cairan yg meninggalkan orifice akan memp diameter minimum yg lebih kecil dari diameter orifice, yg disebut vena contracta. Diameter minimum ini tjd pada jarak ½ - 2 x diameter pipa, dari lubang orifice ke arah aliran (down stream). Jarak ini merupakan fungsi kecepatan fluida dan diameter relatif antara orifice dan pipa. Posisi pipa manometer pada down stream harus disekitar vena contracta, untuk memastikan bahwa bacaan manometer yg maksimum. Perhitungan kecepatan fluida dengan menggunakan orificemeter : u C 0
0
2 . gc ( P / ) A 1 A 2
1
2
0
dimana : C0
: koefisien orifice
A0
: luas penampang lubang orifice
Q
: Debit Aliran, ft3/det
A1
: Luas Penampang Pipa, ft2
A2
: Luas Penampang Nozzle,ft2
Ρ
: Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc
: Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp
: Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh
: Beda Tinggi Fluida pada Manometer
Venturimeter
Venturimeter adalah sebuah alat yang bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian tengahnya. Fluida dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang yang lebi sempit, dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan. Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida. Venturimeter digunakan sebagai pengukur volume fluida misalkan udara yang mengalir tiap detik. Venturimeter dapat dibagi 4 bagian utama yaitu :
a.
Bagian Inlet
: Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa atau cerobong aliran.
b.
Inlet Cone
Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini. : Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang
c.
Throat (leher)
:
berfungsi untuk menaikkan tekanan fluida. Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian
ini
berbentuk
bulat
datar.
Hal
ini
dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran yang keluar dari inlet cone. Pada venturimeter, fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone ini tekanan kembali normal. Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan. Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat Ada dua jenis venturimeter yaitu venturimeter tanpa manometer dan venturimeter menggunakan manometer yang berisi zat cair lain. Yang akan digunakan disini adalah venturimeter menggunakan manometer yang berisi zat cair lain.
Untuk menentukan kelajuan aliran v1 dinyatakan dalam besaranbesaran luas penampang A1 dan A2 serta perbedaan ketinggian zat cair pada tabung U yang berisi raksa (h). Pitot Tube (Tabung Pitot) Alat ini mengukur kec pada satu titik. Biasanya terdiri dari dua tabung konsentris yg dipasang sejajar terhadap arah aliran fluida. Tabung luarnya dilubangi kecil-kecil (berhub dengan ruang anulus), tegak lurus pada arah aliran dan dihubungkan dg salah satu kaki manometer. Tabung dalam mempunyai satu bukaan kecil yg menghadap kearah datangnya arus. Tabung ini dihub dg kaki yg lain dari manometer. Didalam tabung pitot ini tak tjd gerakan fluida. Ruang anulus berfungsi meneruskan tekanan statis. Fluida yg mengalir dipaksa berhenti pada mulut tabung dalam, dan tabung tsb meneruskan tekanan pukulan yg ekivalen dg energi kinetik dari fluida yg mengalir. Gambar 1.3 melukiskan sebuah tabung Pitot. Neraca energi dibuat dg mengabaikan perubahan energi potensial antara titik 1 dan 2.
Gambar 1.3 pitot tube Untuk mendptkan kec rata – rata dg mengg tabung Pitot, diperlukan pengukuran pada beberapa titik disepanjang diameter pipa. Pada suatu
pipa dengan radius r1, akan dilakukan pengukuran dg menggg tabung Pitot, maka kecepatan rata – rata melalui pipa ini dapat didefinisikan : u
laju alir volumentrik Q .........(6.13) luas penampang pipa r12
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2 Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manometer KOEFISIEN GESEK Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek
berbeda
pula
untuk
masing
–
masing
jenis
Rumus laju alir A1 Q = Cd x A1 x [ 1-( A 2 )2 ]-1/2 x Dimana : Q = laju aliran (m3/s) Cd = Coefisien discharge Untuk venturi Cd = 0,98 Untuk orifis Cd = 0,6 A1 = luas throat ( m2 ) D1 = 16 mm A2 = luas pipa keluaran ( m2 )
√ 2 g(h1−h 2)
aliran.
D2 = 26 mm h1-h2 = perbedaan head ( m H2O ) g = 9,81 ( percepatan gravitasi ) ( m/s2) VI.
Prosedur Kerja 1. Dihubungkan rangkaian alat flowmeter ke arus listrik 2. Ditekan tombol pump switch 3. Dipasang selang headpressure pada pipa 10 mm smooth yang akan diukur 4. Dibuka kran pipa 10 mm smooth yang akan diukur ( dan menutup kran pipa lainnya) 5. Dibuka katup control dan di pastikan tidak terdapat gelembung udara pada pipa aliran outlet 6. Diatur laju aliran air pada tangki volumetric 7. Disumbat lubang pada tangki volumetric 8. Diperhatikan skala volume tangki volumetric hingga 10 liter (dimana stopwatch dinyalakan pada skala 0 dan dihentikan pada skala 10 liter dan dibaca nilai yang tertera pada display headpressure) 9. Diangkat sumbat pada lubang tangki volumetri 10. Diulangi prosedur 5-9 dengan laju alir yang berbeda hingga diperoleh 5 data 11. Dilakukan prosedur yang sama untuk pipa 17 mm kasar , orifice, ventury meter, dan sudden contraction.
VII.
Perhitungan Dik : ρ pada suhu 20oC µ pada suhu 20oC
= 998,2071 Kg/m3 = 10-4
Diameter pipa :10 mm Smooth Bore Pipe 1. Penentuan h1teori h=f
L ×u2 d × 2× g
= 105609,74 −2
f 1 =1,9. 10
%Error =
h praktek−hteori h praktek
=
(pada Moody Diagram)
×100
158,94−108,5 × 100 158,94
= 31,74 Untuk data 2 s/d 5 dengan menggunakan rumus yang sama pada data 1 dapat dilihat pada table berikut : Volume H praktek H teori No Waktu (s) Q (m3/s) % error (m3) (mmH2O) (mmH2O) 1 0.01 120.35 158.94 8.3091E-05 108.5 31.73%
2
0.01
83.55
326.2
3
0.01
54.72
681.25
4
0.01
45.61
953.42
5
0.01
37.94
1303.4
0.000119689 0.00018274 9 0.00021925 0.00026357 4
Diameter pipa : 17 mm Smooth Bore Pipe
h=f
L ×u2 d × 2× g
1. Penentuan h1teori
f 1 =2,6 .10−2 (pada Moody Diagram)
208.71
36.01%
464.13
31.87%
654.8
31.32%
916.1
29.71%
=10,45 mm
Untuk data 2 s/d 5 dengan menggunakan rumus yang sama pada data 1 dapat dilihat pada table berikut : Volume hpraktek hteori == (s) No Waktu Q (m3/s) %error (m3) (mmH2O) (mmH2O) 1 0.01 120.9 157.08 0.000082712 10.45 93.34% 2
0.01
73.21
451.63
0.0000136593
81.84
81.87%
3
0.01
47.56
995.88
0.0000210261
64.63
93.51%
4
0.01
35.48
1768.7
0.0000281849
112.29
93.65%
5 0.01 27.66 Venturi Meter
2721.9
0.0000361533
184.16
93.23%
Dik
: Cd D1 D2
= 0,6 = 18 mm = 39 mm
1,8 . 10-2 m 3,9 . 10-2 m
Penentuan Qteori 2 −1 2
{ ( )}
A Q=Cd × A 1 × 1− 1 A2
×√2 × g × ∆ h
2 π 3,14 A 2= × d12= × ( 3,9 . 10−2 ) =1,19 4 4
1.
2
Penentuan Q1teori
= 1,74.10-4m3/s
Untuk data 2 s/d 5 dengan menggunakan rumus yang sama pada data 1 dapat dilihat pada table berikut :
No 1 2 3 4 5
Volume (m3) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Waktu (s)
∆h(mH2O)
57.36 35.74 29 21.41 18.5
0.048 0.103 0.15 0.273 0.374
Q praktek (m3/s) 0.000174338 0.000279799 0.000344828 0.000467071 0.000540541
Pipa orifice Dik
: Cd D1 D2
= 0,60 = 18 mm = 39 mm
1,8 . 10-2 m 3,9 . 10-2 m
Penentuan Qteori 2 −1 2
{ ( )}
A Q=Cd × A 1 × 1− 1 A2
×√2 × g × ∆ h
Qteori (m3/s) 0.000147 0.000218 0.000262 0.000355 0.000415
%error 15.68% 22.08% 24.02% 23.99% 23.22%
1. Penentuan Q1teori
Q praktek =
V1 t1
Q praktek =
V1 t1 =
1,53.10-4m3/s
Untuk data 2 s/d 5 dengan menggunakan rumus yang sama pada data 1 dapat dilihat pada table berikut :
No 1 2 3 4 5
Volume (m3) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Waktu (s)
∆h(mH2O)
65.14 56.79 41.99 35.46 32.15
0.045 0.055 0.114 0.191 0.246
Pipa sudden contraction d=25 mm =0,025 m Data 1 H = 324,09 mmH2O
Q praktek (m3/s) 0.000153516 0.000176087 0.000238152 0.000282008 0.000311042
Qteori(m3/s)
%Error
0.000144 0.000159 0.000229 0.000296 0.000337
6,19% 9.7% 3.84% 4.96% 8.34%
= 0,324 mH2O
hpraktek . 2. g k= u2 2 9,8
m s¿
¿ 10 = 0,326 m/s ¿ ¿ ¿ 0,324 m ×2 ¿ ¿ = 59,79 Untuk data 2 s/d 5 dengan menggunakan rumus yang sama pada data 1 dapat dilihat pada table berikut
No 1 2 3 4 5
Volume (m3) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
waktu(s) 61.10 42.94 37.06 29.99 24.73
Hpraktek (mH2O) 0.324 0.658 0.865 1.2813 1.9883
Q (m3/s)
K
0.00016366 0.00023288 0.00026983 0.00033344 0.00040436
59.79 58.64 60.35 55.56 57.46
IX.
Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai h (mmH2O) secara praktek berbeda dengan nilai h (mmH2O) secara teori terbukti dari besarnya %Error yang diperoleh. 2. Semakin tinggi/cepat Q (laju alirnya) maka semakin tinggi pula h-nya. 3. Nilai konstanta yang diperoleh pada sudden contraction mendekati nilai konstan. 4. Ada/tidaknya gelembung pada pipa yang menghubungkan antara manometer dengan alat flow meter dapat mempengaruhi penyimpangan tekanan yang akan terbaca, karena air harus lebih dahulu mengisi ruang kosong yang ada didalam pipa baru memberikan keterangan berapa selisih perbedaan tekanannya.
X. DAFTAR PUSTAKA
o Petunjuk Praktikum “Satuan Operasi Teknik Kimia”, PEDC, Bandung. o Tri Hartono:” BAB V PENENTUAN LAJU VOLUMETRIK DG BERBAGAI JENIS ALAT UKUR”PomerPoint:”Politeknik Negri Ujung Pandang” o Tri Hartono:” Aliran Fluida Dalam Pipa”PomerPoint:”Politeknik Negri Ujung Pandang” o http://www.sandaipump.com/INFORMATION/info%20flowmeter %202.html o https://baiuanggara.wordpress.com/2009/01/04/prinsip-kerja-flowmeter o https://www.scribd.com/doc/162934289/Teori-Perhitungan-flowmeter
Pembahasan Pada praktikum ini terdapat empat tujuan yang hendak dicapai diantaranya yaitu dapat menentukan laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa halus dan kasar dengan diameter yang berbeda, mendemonstrasikan aplikasi sudden contraction dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa, mendemonstrasikan aplikasi plat orifice dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa, dan mendemonstrasikan aplikasi sebuah venturi meter dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran di dalam pipa. Flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau laju aliran dari suatu fluida yang
mengalir
dalam
pipa
atau sambungan terbuka. Alat yang
digunakan dalam percobaan adalah
orificimeter, venturimeter, 10
mm smooth bore pipe, 17 mm smooth bore pipe, dan sudden contraction. Adapun langkah awal yang dilakukan yaitu menyalakan alat flowmeter dan memutar kran untuk mengalirkan air pada pipa, dimana harus dipastikan tidak terdapat gelembung udara. Data perbedaan head ( h1-h2 ) dicatat saat volume mencapai 10 liter, sedangkan data waktu didapatkan dengan cara menyalakan stopwatch saat skala nol dan berhenti pada skal 10 liter. Dari setiap pipa diambil masing-masing lima data dengan prosedur yang sama sehingga di peroleh 25 data untuk keseluruhan pipa. Pada praktikum ini pada pipa 10 mm smooth dan 17 mm kasar dilakukan perhitungan untuk mencari nilai h (headpreassure) secara teori, untuk venturimeter dan orificemeter dilakukan perhitungan untuk mencari nilai Q secara teori dan untuk suden contraction dilakukan perhitungan untuk mencari nilai k. Dari hasil perhitungan di peroleh persen kesalahan yang cukup besar. Gelembung pada pipa yang menghubungkan antara manometer dengan alat flow meter akan menyebabkan penyimpangan tekanan yang akan terbaca, karena air
harus lebih dahulu mengisi ruang kosong yang ada didalam pipa baru memberikan keterangan berapa selisih perbedaan tekanannya Pada venturimeter, perbedaan luas penampang tetlihat jelas dimana aliran air masuk melalui penampang yang besar menuju penampang yang lebih kecil dibandingkan venturimeter,yang mengakibatkan perbedaan luas penampang pada orificemeter tetapi tidak lebih besar dibandingkan perbedaan luas penampang pada venturemeter.
NURUL MUHLISA