LAPORAN PRAKTIKUM 1 “ANTENA PEMANCAR, ANTENA PENERIMA, DIAGRAM POLAR ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN “
JTD-3A/KELOMPOK JTD-3A/KELOMPOK 3
Disusun oleh : Muhammad novian r.r 1541160019
PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2018
ANTENA PEMANCAR 1. Tujuan
1.1 Mengoperasikan pemancar UHF dan mengetahui daya yang diradiasikan. 1.2 Mengerti kondisi match dan mis-match, antara beban pada ujung saluran koaksial dan antenna pemancar. 1.3 Mengerti dasar-dasar antenna pemancar yang digunakan sebagai beban 1.4 Mengenal hubungan asymmetric, antenna batang setengah gelombang (rod antenna) dan antenna dipole symetric setengah gelombang, menggunakan rangkaian simetri dengan saluran koaksial. 1.5 Mengenal kualitas dan efektivitas rangkaian simetri ini, saat antenna matching. 1.6 Mengukur distribusi arus dan tegangan sepanjang setengah gelombang dipole dan sepanjang rod antenna 1.7 Menentukan dengan pengukuran, polarisasi gelombang yang diradiasikan 1.8 Mengerti
perubahan
pada
cirri-ciri
antenna,
menghasilkan
perubahan
perbandingan yang baik. baik.
2. Alat dan instrument yang digunakan
1 Pemancar UHF 1 Antena 2-elemen 1 Setengah gelombang, folded dipole (dari antenna Yagi) 1 kabel koaks (50 ohm), panjang 50 cm 1 hand probe untuk indikasi arus 1 hand probe untuk indikasi tegangan
3. Set-up perangkat
a. Siapkan alat dan instrument yang digunakan b. Pasang kabel power pada pemancar UHF c. Hubungkan antenna folded dipole dengan pemancar UHF menggunakan kabel kabel koaksial (50Ω). d. Nyalakan saklar listrik e. Nyalakan power pemancar UHF f. Atur Pout pemancar 0,5W a. Antena Pemancar
S1 1 S2 0 P
Out
Sensitivitas
b. Pengukuran pemancar dan antena
S1 1
S1 1
S2 0
S2 0
P
Sensitivitas
Out
Out
c. Pengukuran polarisasi
S1 1 S2 0 P
Sensitivitas
Out
S1 1 S2 0 P
Out
P
Sensitivitas
d. Pengukuran distribusi arus dan tegangan
Sensitivitas
Distribusi Arus
Distribusi Tegangan
4. Prosedur percobaan 4.1 Pemancar
4.1.1
Pengoperasian Pemancar membangkitkan frekuensi 434 MHz. Daya keluaran dapat diatur dengan control 1 (P out) antara 0 sampai 2 Watt.
S1 1 S2 0 P
Out
Sensitivitas
Meter menunjukkan daya yang dibangkitkan oleh pemancar, saat switch S1 ke atas untuk mengatur “Pout”. Untuk pengukuran matching, dihubungkan secara langsung didalamnya antara unit pemancar dengan output BNC socket, dengan salah satu penunjukkan : a.
Tegangan maju (forward voltage), switch S1 ke “SWR” (Standing Wave Ratio) dan S2 ke “UF” (Forward Voltage).
b. Untuk keadaan mis-match, tegangan balik (reflected voltage), ketika
S2 diatur ke “UR” Control 2 (sensitivity), digunakan untuk mengatur sensitivitas meter untuk pengukuran SWR Contoh, control ini diatur penunjukan jarum 100 % (f.s.f) untuk forward voltage, dengan mengatur S2 pada “UR” reflection factor dapat dibaca langsung dari skala meter.
=
+ −
dengan r =
Antenna dapat dipasang a pada bahan dielektrik, secara langsung pada pemancar. 4.1.2
Pengukuran pemancar Hubungkan folded dipole dengan kabel koaksial ke output pemancar. S1 ke posisi “P out” dan S2 pada “U F”, amati perubahan daya output dengan mengatur control 1 antara 0 sampai 2 Watt. Amati daya pemancar untuk perubahan saat obyek logam di bawa mendekati antenna. Hindari hal ini, agar pengoperasianya dalam kondisi normal. Hitung panjang gelombang pada frekuensi 434 MHz, menggunakan persamaan,
=
dengan c = 300.000 km/sec kecepatan cahaya
4.2 Antena pemancar
Antenna yang dimaksud adalah dua jenis antenna yang dipergunakanbdalam percobaan : a. Folded dipole, dimatch dengan kabel koaksial 50 Ω yang menggunakan stub λ /2 seperti gambar 16, dan b. Double antenna, terdiri dari 2 dipole lurus yang menurut aturan kopling induktif parsial dan transformasi impedansi feeder, dapat juga dihubungakan dengan kabel koaksial. Susunan antenna ini, satu dipole dengan panjang lurus terhadap yang lain dan antenna ini diarahkan sesuai yang diinginkan, seperti pada bagian sebelumnya.
4.3 Pengukuran Pemancar dan Antena
4.3.1
Mengukur matching antenna a. Hubungkan folded dipole dengan kabel koaksial pada pada output pemancar dan atur daya output 2W. set switch pada SWR, set tegangan Uf pada 100% b. Dalam Pensetingan switch “UR ”, presentase reflected forward voltage dapat langsung dibaca pada meter. c. Tentukan factor refleksi dari antenna : R=
R F
d. Hitung reflected power, PR PR = r 2 . Pout e. Hitung daya yang diradiasikan uleh antenna, P P = Pout - PR = Pout. (1-r 2) f.
Hitung SWR antenna SWR = 1+r 1-r Tunjukkan bagaimana besar tegangan fluktuasi yang direfleksikan ketika obyek logam yang menimbulkan pengaruh pada antenna. Ini harus dihindari dalam pemakaian praktek.
g. Ulangi pengukuran dan perhitungan diatas, menggunakan antenna double dipole. 4.3.2
Pengukuran polarisasi a. Pasang folded dipole pada tiang pemancar dan cari polarisasi horizontal b. Atur daya output pemancar mendekati 0.5 W c. Gunakan hand probe untuk indikasi tegangan dan pada jarak kurang lebih 1cm, tunjukkan bidang polarisasi, periksa tegangan yang ditunjukkan hand probe saat probe diputar hingga 90 derajat pada bidang polarisasi. d. Ulangi pengukuran, dengan menggunakan antenna double dipole e. Putar tiang, bersama dengan double dipole 180 derajat dan amati hand probe, perbedaan dalam radiasi pada posisi depan dan belakang antenna.
f. 4.3.3
Amati juga bidang polarisasi.
Pengukuran distribusi arus dan tegangan a. Untuk tujuan pengetesan, double dipole lurus digunakan secara inisial. Atur daya pemancar mendekati 0.5 W. Gerakkan hand probe untuk indikasi tegangan sepanjang antenna, pada jarak mendekati 1 cm dari antenna b. Amati respon probe (dengan mengatur sensitivitas probe pada level yang sesuai), pada kuat medan E dan bandingkan dengan medan E. Ulangi pengukuran dengan folded dipole, distribusi arus diukur dengan hand probe indikasi arus. c. Kurangi daya pemancar kurang lebih 0.1 W. gerakkan hand probe indikasi arus sepanjang dipole. Amati penyimpangan pada probe meter dan bandingkan distribusi arus.
5. Hasil Percobaan
3 × 108
= = = 0,691 434 × 10
5.1 Pengukuran Matching Antena Antena Folded dipole Pout (Watt) 2W
UF 100%
UR 10%
r=
0.1
2
PR = r .Pout
Pτ = P o-PR atau
0.02 W
Po. (1- r 2)
1.98 W
SWR=
+ −
1.222
Antena Double dipole Pout (Watt) 2W
UF 100%
UR 13%
r=
0.13
2
PR = r .Pout
Pτ = P o-PR atau
0.338 W
Po. (1- r 2)
1,9662 W
SWR=
+ −
1.298
5.2 Pengukuran Distribusi Arus Double Dipole
Folded Dipole
Jarak
Arus
Jarak
Arus
0
4
0
4
3
3
3
3
6
2
6
2
9
2
9
1
12
1
12
1
15
1
15
1
18
1
18
1
21
2
21
1
24
3,5
24
2
27
4
27
4,5
Double Dipole 5
4
4 3.5
4
3
3
2
2
2
2 1
1
1
12
15
18
1 0 0
3
6
9
21
24
27
Folded Dipole 5
4.5 4
4
3
3
2
2
2 1
1
1
1
1
9
12
15
18
21
1 0 0
3
6
24
27
ANTENA PENERIMA 1.
Tujuan
a.
Mengetahui matching polarisasi antena pemancar dan penerima
b.
Mengetahui hambatan dalam transmisi antara pemancar dan penerima, dapat menyebabkan interferensi pada sinyal.
c.
Mengenal kemungkinan isolasi sinyal oleh pengoperasian sistem yang menggunakan diversi polarisasi.
d. Menghitung pelemahan ruang bebas ( free space ) antara pemancar dan penerima. e.
Menentukan perbedaan level sinyal dan pelemahan dalam “ decibel “ (dB ).
f.
Mengukur penurunan kuat medan sinyal, dengan bertambahnya jarak antena penerima.
2.
Alat dan Instrumen yang digunakan
a.
1 pemancar UHF dengan antenna
b.
1 penerima UHF dengan antenna
c.
1 antena 2 elemen
d. 1 folded dipole setengah – gelombang, dari antenna Yagi e.
2 kabel koaksial dengan konektor BNC ( 50Ω )
f.
1 handprobe untuk indikasi tegangan
g. 1 tiang pemasangan dengan beberapa elemen director ( dari antena Yagi )
3.
Set up Perangkat
a. Siapkan alat dan instrument yang digunakan b. Pasang kabel power pada pemancar dan penerima UHF c. Letakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m d. Pasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna double dipole pada penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antenna bergantian) e. Pasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar atau penerima UHF f. Nyalakan saklar listrik g. Nyalakan power pemancar dan penerima UHF
Rangkaian Percobaan
a. Antena pemancar dan penerima dalam posisi Horisontal Antena Double Dipole
Antena Folded Dipole
D= 0,5
RF
S1
DETECTOR
In
1
1 S2
0
0 P
Sensitivitas
SENS
UHF RECEIVER
Out
b. Antena pemancar dalam posisi horizontal dan antenna penerima dalam posisi
vertical
Antena Double Dipole Antena Folded Dipole
D= 0,5 m
1
S2
0
0 P
DETECTOR
RF In
S1 1
Sensitivitas
SENS
UHF RECEIVER
Out
c. Cross-Polarisasi
Antena Double Dipole
Antena Folded Dipole
Elemen Director Antena Yagi
RF In
S1
DETECTOR
1
1 S2 0 P Out
Sensitivitas
0
SENS
UHF RECEIVER
d. Co-Polarisasi Antena Double Dipole
Antena Folded Dipole
Elemen Director Antena Yagi
RF In
S1 S2
0
0 P
Sensitivitas
SENS
UHF RECEIVER
Out
4.
DETECTOR
1
1
Prosedur Percobaan
a. Unit Penerima
Pemancar
Penerima
Gambar1. Unit Pemancar dan Penerima Pemancar diletakkan berjauhan dengan penerima 1. Frekuensi tinggi, melalui detector HF dan mengatur penguatan d.c, dapat dihubungkan ke test meter pada socket BNC “ Penerima UHF “. 2. Antena penerima dipasang pada tiang yang telah disediakan pada unit penerima, tiang dapat diputar dan sudutnya dapat dirubah atau diatur sesuai dengan pembacaan pada skala yang ada untuk pengaturan antena. 3. Jarak antena pemancar dan penerima , dalam praktek, lebih kecil 10 kali dari panjang gelombang signal yang ditransmisikan. 4. Tidak boleh ada bahan logam yang sifatnya memantulkan dalam ruang atau daerah pengukuran. Hal ini menyebabkan terjadinya gelombang berdiri ( standing wave ).
b. Co – Polarisasi dan Cross – Polarisasi
Gambar 2. Polarisasi Horisontal dan Vertical 1. Memasang Folded dipole horizontal pada pemancar dan atur daya pemancar 0,1 W 2. Memasang antena 2 elemen pada penerima, juga horisontal, dengan dipole yang lebih pendek diarahkan ke pemancar. Hubungkan input penerima dan atur kontrol “ Sensitivity “ untuk penyimpangan jarum yang besar. 3. Mengamati Pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya. 4. Memasang antena 2 elemen pada penerima dengan posisi vertikal. 5. Mengamati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya. Apa yang terjadi pada pembacaan meter penerima, bila daya pemancar dinaikkan. Perkirakan pelemahan yang dihasilkan oleh pemilihan polarisasi yang salah, misalnya apakah dengan adanya polarisasi isolasi tersebut lebih besar ( atau cross – polarisasi ) dapat dicapai ? c. Pengukuran dan Perhitungan untuk pelemahan antara Antena Pemancar dan Penerima. 1. Menggunakan Nomograph , tentukan pelemahan ruang bebas pada frekuensi 434 MHz, untuk jarak transmisi seperti dalam tabel :
Jarak
3m
30 m
300 m
3 km
30 km
Perhitungan
34,74
54,74
74,74
94,74
-
[ Pelemahan Ruang Bebas ]
dB
dB
dB
dB
2. Menempatkan pemancar dan penerima sekitar 1 m 3. Mengurangi daya pemancar kurang lebih 0,1 W untuk penyimpangan skala tengah pada meter penerima. 4. Menambahkan jarak antena pemancar dan penerima sekitar 1 m. 5. Menaikkan daya pemancar, sehingga diperoleh pembacaan meter yang sama pada penerima sebelumnya.
6. Bandingkan, berapa daya pemancar yang dinaikkan antara kedua antena, sehingga diperoleh sinyal penerimaan yang sama sebelum jarak dinaikkan. 7. Bila memungkinkan, naikkan jarak antena dari 1 m sampai 2 m. Sekali lagi, amati daya pemancar, bila perlu, pertahankan penerimaan signal konstan. 8. Pertahankan handprobe untuk indikasi tegangan di tengah, antara antena pemancar dan penerima, pada posisi co – polarisasi dan cross – polarisasi. Apa pengaruh pada meter penerima. 9. Menempatkan elemen director antena Yagi, dalam sumbu radiasi antara antena pemancar dan penerima, juga dalam posisi co – polarisasi dan cross – polarisasi. Amati apa pengaruhnya? 5.
Hasil Percobaan
5.1 Co-Polarisasi dan Cross Polarisasi
Antenna pemancar Folded Dipole Polarisasi Ppemancar (Watt) Co-Polarisasi (H) 0.1 Watt Cross-Polarisasi (V) 0.1 Watt
RFin 100% 10%
Bila daya pemancar dinaikkan, maka nilai RF in juga meningkat (antenna dalam posisi Cross-Polarisasi (V) ). Ppemancar (Watt) RFin 0.1 Watt 10% 0.25 Watt 30% Pelemahan akan semakin besar apabila pemilihan polarisasi salah. RFin Pelemahan : () = 10 log
100% 10%
0 dB -10 dB
5.2 Pengukuran dan Perhitungan untuk pelemahan antara antenna pemancar dan penerima Pelemahan Antena Menggunakan Nomograph Jarak 3m 30 m 300 m 3 km 30 km Pelemahan Ruang Bebas
35 dB
54 dB
74 dB
94 dB
Perhitungan Pelemahan Antena Menggunakan rumus : N = 20 log (
)
Jarak
3m
30 m
300 m
3 km
30 km
Pelemahan Ruang Bebas
34 dB
54 dB
74 dB
94 dB
-
Pengukuran daya pemancar dengan berdasarkan jarak yang ditentukan Jarak
Rf in
Daya Pemancar
0,5 m
50 %
0.1 watt
1m
50 %
0.2 watt
Tabel pengukuran tanpa yagi dengan jarak 1 meter Polarisasi
Rf in
Daya Pemancar
Co-polarisasi
50 %
0.2 watt
Cross Polarisasi
20 %
0.2 watt
Tabel pengukuran dengan yagi posisi horisontal pada penerima Polarisasi
Rf in
Daya Pemancar
Co-polarisasi
100 %
0.2 watt
Cross Polarisasi
25 %
0.2 watt
Tabel pengukuran dengan yagi posisi vertikal pada penerima Polarisasi
Rf in
Daya Pemancar
Co-polarisasi
10 %
0.2 watt
Cross Polarisasi
40 %
0.2 watt
Tabel perbandingan P.transmitter dan P.receiver P. Transmitter
Polarisasi
P. Receiver
Dengan yagi
Tanpa yagi
Dengan yagi
Tanpa yagi
Co-polarisasi
2 Watt
2 watt
100 %
40 %
Cross Polarisasi
2 Watt
2 watt
40 %
20 %
Apa pengaruh pada meter penerima? RFin Hand probe tegangan pada posisi Co-Polarisasi (H) lebih besar dari RFin hand probe tegangan pada posisi Cross-Polarisasi (V) Pengukuran RFin dengan elemen director antena yagi dalam sumbu radiasi antara antena pemancar dan antena penerima (RFin awal 50%, jarak antena 2m). Polarisasi RFin Elemen director antena yagi Co-Polarisasi (H)
100%
Cross-Polarisasi (V)
10%
Apa pengaruhnya pada meter penerima? RFin Elemen director antena yagi pada posisi Co-Polarisasi (H) lebih besar dari RFin hand probe tegangan pada posisi Cross-Polarisasi (V). Hal tersebut dikarenakan jika Elemen director antena yagi pada posisi Co-Polarisasi (H) maka polarisasi Elemen sama dengan antena pemancar dan penerima, sedangkan jika Elemen director antena yagi pada posisi Cross-Polarisasi (V) maka polarisasi Elemen tidak sama dengan antena pemancar dan penerima.
DIAGRAM POLAR ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN A. TUJUAN
1. Menentukan karakteristik pengarahan, celah antenna atau jarak antara elemen dan lebar arahan setengah gelombang (half wave beam width) antenna. 2. Menggambarkan diagram polar horizontal dan vertical antenna dari pengukuran yang dilakukan pada linier atau koordinat polar. 3. Mengartikan gambar diagram polar, sehingga menerti bentuk “Side-lobe”, “Zero point”, dan “Front-to- back ratio”. 4. Mengenal hubungan antara maksud pengarahan dan penguatan antenna. 5. Menentukan penguatan antenna dengan dengan perhitungan atau pengukuran.
B. ALAT DAN INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN
1. 1 pemancar UHF, dengan antenna 2. 1 penerima UHF, dengan antenna yang dapat diputar 3. 1 antena double dipole 4. 1 antena folded dipole 5. 2 kabel koaksial dengan konektor BNC (50Ω)
C. SET UP PERANGKAT
1. Siapkan alat dan instrument yang digunakan 2. Pasang kabel power pada pemancar dan penerima UHF 3. Letakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m 4. Pasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna double dipole pada penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antenna bergantian) 5. Pasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar atau penerima UHF 6. Nyalakan saklar listrik 7. Nyalakan power pemancar dan penerima UHF 8. Atur Pout pemancar 0,5W 9. Atur sensitivity pada penerima UHF sehingga diperoleh RF in maksimal D. PROSEDUR PERCOBAAN
Polar Horisontal
Diagram polar antena horizontal, antena dua elemen dan dipole folded
RF
In
DETECTOR
S1
1 0
1 S2
SENS
0 P
UHF RECEIVER
Sensitivitas
Out
Gambar Layout percobaan Pemancar dan Penerima
1. Pertama menggunakan folded dipole pada pemancar, dipasang pada tiang dielektrik, secara horizontal. 2. Sebagai antenna tes, antenna 2-elemen dipasang pada tiang penerima, juga secara horizontal. 3. Pemasangan kedua antena dengan jarak 0,5 m dan atur daya sebesar 0,5 W untuk pembacaan maksimum pada meter penerima. 4. Putar antena penerima 1800, perstep 100, searah jarum jam; perhatikan nilai pada meter penerima setiap step dan semua nilai sesuai dengan pengaturan sudut, pada diagram koordinat polar. 5. Sekarang ganti dua antena dengan yang lain dan ulangi pengukuran untuk folded dipole pada penerima.
Polar Vertikal
Diagram polar antena vertical, antena dua elemen dan dipole folded
RF
In
DETECTOR
1 0
S1 1
SENS
UHF RECEIVER
S2 0 P
Sensitivitas
Out
1. Pertama menggunakan folded dipole pada pemancar, dipasang pada tiang dielektrik, secara vertical. 2. Sebagai antenna tes, antenna 2-elemen dipasang pada tiang penerima, juga secara vertical.
3. Pemasangan kedua antena dengan jarak 0,5 m dan atur daya sebesar 0,5 W untuk pembacaan maksimum pada meter penerima. 4. Putar antena penerima 1800, perstep 100, searah jarum jam; perhatikan nilai pada meter penerima setiap step dan semua nilai sesuai dengan pengaturan sudut, pada diagram koordinat polar. 5. Sekarang ganti dua antena dengan yang lain dan ulangi pengukuran untuk folded dipole pada penerima.
Diagram polar antena horizontal, dipole folded dan antenna dua elemen
RF
In
DETECTOR
S1
1 0
1 S2
SENS
0 P
UHF RECEIVER
Sensitivitas
Out
Diagram polar antena vertikal, dipole folded dan antenna dua elemen
RF In
DETECTOR
1 0
S1 1
SENS
UHF RECEIVER
S2 0 P Out
Sensitivitas
E. HASIL PERCOBAAN
5.1. Diagram Koordinat Polar
Polarisasi Horisontal Antena Folded Dipole Pemancar Derajat Rfin 0°
100%
10°
100%
20°
100%
30°
100%
40°
20%
50°
10%
60°
10%
70°
10%
80°
10%
90°
10%
100°
10%
110°
10%
120°
10%
130°
10%
140°
10%
150°
10%
160°
10%
170°
15%
180°
20%
Antena 2 Elemen Pemancar Derajat
Rfin
0°
100%
10°
100%
20°
100%
30°
70%
40°
70%
50°
60%
60°
60%
70°
55%
80°
50%
90°
40%
100°
30%
110°
30%
120°
15%
130°
10%
140°
5%
150°
0%
160°
0%
170°
0%
180°
0%
Folded Dipole sebagai Pemancar (horizontal) 360° 100% 350° 340° 330° 80% 320° 60% 310° 40% 300°
0°
10°20° 30° 40° 50° 60° 70°
290°
20%
80°
280°
0%
90°
260°
100°
250° 240° 230° 220° 210° 200° 190°
110°
180°
120° 130° 140° 150° 160° 170°
Double Dipole sebagai Pemancar (horizontal) 360° 100% 350° 340° 330° 80% 320° 60% 310° 40% 300°
0°
10°20° 30° 40° 50° 60° 70°
290°
20%
80°
280°
0%
90°
260°
100°
250° 240° 230° 220° 210° 200° 190°
110°
180°
120° 130° 140° 150° 160° 170°
Polarisasi Vertical Antena Folded Dipole Penerima Derajat Rfin 100% 0° 100% 10° 100% 20° 80% 30° 80% 40° 75% 50° 70% 60° 60% 70° 60% 80° 50% 90° 50% 100° 30% 110° 30% 120° 15% 130° 10% 140° 0% 150° 0% 160° 0% 170° 0% 180°
Antena 2 Elemen Penerima Derajat Rfin 100% 0° 100% 10° 95% 20° 90% 30° 80% 40° 80% 50° 60% 60° 60% 70° 50% 80° 40% 90° 40% 100° 25% 110° 25% 120° 15% 130° 10% 140° 10% 150° 0% 160° 0% 170° 0% 180°
Folded Dipole sebagai Pemancar (vertical) 360° 350°100% 340° 330° 80% 320° 60% 310° 40% 300°
0°
10°
20°
30° 40° 50° 60° 70°
290°
20%
80°
280°
0%
90°
260°
100°
250°
110°
240° 230° 220° 210° 200° 190°
120°
180°
130° 140° 150° 160° 170°
Double Dipole sebagai Pemancar (vertical) 360° 350°100% 340° 330° 80% 320° 60% 310° 40% 300°
0°
10°
20°
30° 40° 50° 60° 70°
290°
20%
80°
280°
0%
90°
260°
100°
250°
110°
240° 230° 220° 210° 200° 190°
120°
180°
130° 140° 150° 160° 170°