ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. “S” DENGAN DIAGNOSA MEDIS SEPSIS NEUNATORUM DI RUANG NICU RSUD WATES Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan Anak I
Disusun Oleh :
1. Nurul Dian Rahmalia Ikawati
(P07120112068) (P07120112068)
2. Palupi Fitri Kusumaningtyas Kusumaningtyas
(P07120112069) (P07120112069)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2014
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. “S” DENGAN DIAGNOSA MEDIS SEPSIS NEUNATORUM DI RUANG RUANG NICU RSUD RSUD WATES Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan Anak I
Disusun Oleh : Kelompok XII
1. Nurul Dian Rahmalia I
(P07120112068) (P0712011206 8)
2. Palupi Fitri K
(P07120112069) (P07120112069)
Tingkat 2 Reguler B Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal
Juli 2014
Oleh : Pembimbing Lapangan,
Pembimbing Pendidikan,
LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS NEUNATORUM
A.
DEFINISI Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi
pada bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E, 2005). Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005) Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Surasmi, Asrining, 2003). Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.(http://www.indonesiaindonesia.com/f/12912-sepsisneonatorum) Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000) Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar. Pembagian Sepsis: 1. Sepsis dini terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
B.
ETIOLOGI 1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis.
2. Zat-zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab
paling
sering
dari
sepsis
Escherichia
Coli
dan
Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %. (http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-bayi-sepsis.html) diikuti dengan malaria, sifilis, dan t oksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. 3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan. 4. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain : 1. Perdarahan 2. Demam yang terjadi pada ibu 3. Infeksi pada uterus atau plasenta 4. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) 5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) 6. Proses kelahiran yang lama dan sulit
C.
PATOFISIOLOGI Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005) Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu : 1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih. b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun c. Kurangnya perawatan prenatal. d. Ketuban pecah dini (KPD) e. Prosedur selama persalinan. 2. Faktor Neonatatal a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi. c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan. 3. Faktor Lingkungan a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun
kateter
nutrisi
parenteral
merupakan
tempat
masuk
bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. d. Pada bayi yang minum ASI, spesies
Lactbacillus
dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu : a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma. b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terk ontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea). c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea,
infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.
Pohon Masalah Zat-zat patogen (bakteri,virus,jamur)
Rangsangan endo/eksotoksin
sistem imunologi
aktivasi magrofag
sekresi berbagai
Aktivasi komplemen&
sitokinin& mediator
neutrofil
disfungsi&kerusakan endotel
aktivasi sistem koagulasi&trombosit
Gangguan perfusi ke berbagai jaringan & disfungsi organ multiple
Sepsis
Pathway
D.
MANIFESTASI KLINIS 1.
Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran
cerna
:
distensi
abdomen,
anoreksia,
muntah,
diare,
hepatomegali 3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis. 4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia. 5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry 6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan. (Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya: 1.
Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
2.
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
3.
Infeksi
pada
tulang
(osteomielitis)
menyebabkan
terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena 4.
Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
5.
Infeksi pada selaput perut ( peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah
E.
F.
KOMPLIKASI 1.
Meningitis
2.
Hipoglikemia, asidosis metabolik
3.
Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
4.
ikterus/kernikterus
PEMERIKSAAN PENUNJANG Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2). 1. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab. 2. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme. 3. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
4. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.
G.
PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Suportif a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa b. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia c. Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic. e. Awasi adanya hiperbilirubinemia f. Lakukan transfuse tukar bila perlu g. Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.
2. Kausatif Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial
biasanya
diberikan
vankomisin
dan
aminoglikosida
atau
sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.
H.
PENCEGAHAN 1.
Pada masa Antenatal Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
2.
Pada masa Persalinan Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3.
Pada masa pasca Persalinan Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
I.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Identitas Pasien 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit Sekarang Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran b. Riwayat Prenatal Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan c. Riwayat Persalinan Cara persalinan, trauma persalinan 3. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum 1)
Kesadaran
2)
Vital sign
3)
Antropometri
b. Kepala Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep
- Mata Apakah
ada
Katarak
congenital,
blenorhoe,
ikterik
pada
sclera,
konjungtiva perdarahan dan anemis.
-
Sistem Gastrointestinal Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.
-
Sistem Pernapasan Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas
-
Tali Pusat Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
-
Sistem Genitourinaria Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
- Ekstremitas Apakah
ada
cacat
bawaan,
posisi/postur, normal/abnormal.
kelainan
bentuk,
jumlah,
bengkak,
- Muskuloskletal Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris
- Kulit Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.
B. PEMERIKSAAN SPESIFIK
-
Apgar Score
-
Frekuensi kardiovaskuler Apakah ada takikardi, bradikardi, normal
-
Sistem Neurologis
- Refleks moro
: tidak ada, asimetris/hiperaktif
- Refleks menghisap
: kuat, lemah
- Refleks menjejak
: baik, buruk
- Koordinasi refleks menghisap dan menelan C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
-
Sampel darah tali pusat
-
Fenil ketonuria
- Hematokrit D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
-
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan system imun
-
Hipertermi
berhubungan
dengan
peningkatan
tingkat
metabolisme
penyakit
-
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi aliran darah.
-
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
-
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
- Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien - Batasi penggunaan alat/prosedur invasive jika memungkinkan - Gunakan sarung tangan/pakai kain steril pada waktu perawatan - Buang balutan/bahan yang kotor dalam kantong ganda 1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi a. Kriteria Hasil 1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5 o-37o C) 2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 3060x/menit) b. Intervensi dan Rasional INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap
Perubahan
dua jam dan pantau warna kulit
tanda-tanda
vital
yang
signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi
adanya
kejang
dan
dehidrasi
Hipertermi
sangat
menyebabkan
potensial
kejang
yang
untuk akan
semakin memperburuk kondisi pasien serta
dapat
menyebabkan
kehilangan
banyak
evaporasi
yang
cairan tidak
pasien secara diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk
ke
dalam
kondisi
dehidrasi. 3. Berikan kompres denga air hangat
Kompres pada aksila, leher dan lipatan
pada aksila, leher dan lipatan paha,
paha
terdapat
pembuluh-pembuluh
hindari penggunaan alcohol untuk
dasar besar yang akan membantu
kompres.
menurunkan
demam.
Penggunaan
alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan
dan
peningkatan panas secara drastis. Kolaborasi
Pemberian antipiretik juga diperlukan
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan
untuk
jika panas tidak turun.
menurunkan
panas
dengan
segera.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam a. Kriteria Hasil 1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5 o-37o C) 2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 3060x/menit) 3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam b. Intervensi dan Rasional INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap
Perubahan
dua jam dan pantau warna kulit
tanda-tanda
vital
yang
signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, kejang dan dehidrasi.
Hipertermi
sangat
menyebabkan
potensial
kejang
yang
untuk akan
semakin memperburuk kondisi pasien serta
dapat
menyebabkan
kehilangan
banyak
evaporasi
yang
pasien
cairan tidak
secara diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk
ke
dalam
kondisi
dehidrasi. 3. Berikan kompres hangat jika terjadi hipertermi,
dan
Kompres
air
hangat
lebih
cocok
pertimbangkan
digunakan pada anak dibawah usia 1
untuk langkah kolaborasi dengan
tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak
memberikan antipiretik.
terjadi
hipotermi
secara
tiba-tiba.
Hipertermi yang terlalu lama tidak baik untuk
tubuh
bayi
oleh
karena
itu
pemberian antipiretik diperlukan untuk segera
menurunkan
panas,
misal
dengan asetaminofen. 4. Berikan dengan
ASI/PASI jumlah
sesuai
jadwal
Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
yang
diperlukan untuk mencegah bayi dari
pemberian
telah ditentukan
kondisi lapar dan haus yang berlebih.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume bersirkulasi akibat dehidrasi a. Kriteria Hasil 1. Tercapai
keseimbangan
ai
dalam
suang
interselular
dan
ekstraselular 2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan 3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi jaringan b. Intervensi dan Rasional INTERVENSI
RASIONAL
1. perawatan periksa
sirkulasi nadi
(misalnya
perifer,edema,
1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
pengisian perifer, warna, dan suhu ekstremitas) 2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan panas/dingin
2. mengetahui
sensasi
perifer,
kemungkinan parestesia
3. pantau status cairan
3. mengetahui keseimbangan antara asupan dan haluaran
4. PK: Trombositopenia a. Tujuan Perawat akan menangandi dan mengurangi komplikasi penurunan trombosit. b. Intervensi dan Rasional INTERVENSI 1. Pantau
JDL,
RASIONAL hemoglobin,
koagulasi dan jumlah trombosit
tes
Nilai
ini
membantu
mengevaluasi
respon klien terhadap pengobatan dan resiko terhadap pendarahan akibat dari
sepsis. 2. Pantau tanda tau gejala pendarahan
Pemantauan secara konstan sangat
spontan atau perdarahan hebat :
dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini
ptekie,
ekimosis,
adanya episode perdarahan
spontan,
perubahan
hematoma tanda-tanda
vital. 3. Pantau tanda perdarahan sisemik atau
hipovolemia,
seperti
peningkatan frekuensi nadi, napas dan
tekanan
darah,
Perubahan pada oksigen sirkulasi akan mempengaruhi fungsi jantung, vascular dan fungsi neurologis
perubahan
status neurologis
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi malas minum Kriteria hasil: Bayi tidak kehilangan berat badan, Bayi mampu mempertahankan/menunjukkan peningkatan berat badan
1. Berikan cairan parenteral sesuai
1. Mengurangi dehidrasi
terapi
2. Ukur masukan dan haluaran
2. Mencegah pengeluaran atau pemasukan cairan yang berlebihan
3. Timbang berat badan bayi setiap hari 4. Berikan makanan melalui sonde sesuai terapi
3. Mengetahui perubahan berat badan yang signifikan
4. Sonde sebagai pengganti agar pasien tidak kekurangan nutrisi
5. Catat aktifitas bayi dan perilaku makan secara akurat
6. Observasi koordinasi reflek menghisap/menelan
5. Mengetahui perubahan yang lebih baik
6. Refleks menelan yang baik membantu penyembuhan pasien
7. Sebagai pengganti sementara 7. Berikan kebutuhan menghisap pada
agar bayi tidak dehidrasi
botol sesuai indikasi
6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi sehubungan dengan : kurangnya informasi tentang perawatan bayi. Kriteria hasil: Ibu mampu memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bayi dgn mendemonstrasikan cara-cara merawat bayi
1. Kaji pengetahuan klien ttg
1. Membantu ortu utk mengerti
kebutuhan fisiologis bayi dan
cara pemenuhan kebut. fisi-
adaptasi
ologis
dengan
lingkungan
bayi
:
mencegah
baru spt : mempertahankan
hilangnya
panas,pemenuhan
suhu tubuh, nutrisi. Berikan
nutrisi,kondisi sal kencing dan
koreksi bila melakukan tin-
pencernaan.
dakan yang salah dgn cara mendiskusikan.
2. Diskusikan ttg kondisi bayi dan reaktifity.
2. untuk mengetahui prilaku bayi setelah 30 menit lahir, biasanya bayi tidur pulas ,kemudian bangun, muntah, regurgitasi & pengeluaran mekonium.
3. Membantu ortu ttg variasi yg 3. Berikan
informasi
keadaan
yang umum terjadi pada bayi &ibu
:
normal pada bayi utk mengurangi kecemasan.
pseudomensturasi,
mamaebengkak,joundice,capu tsucedaneum,cephalhematuo ma dan milia.
4. Berikan infaormasi ttg pola tidur
normal
dan
cara
meningkatkan tidur.
5. Demonstrasikan
merlukan waktu tidur 17 jam.
5. Meningkatkan
pengetahuan
cara
prinsip-prinsip perawatan bayi baru lahir.
menyusui,
memegang
bayi,
mengganti
popok
dan
perawatan talipusat.
4. Bayi normal biasanya me-
6. Berikan informasi ttg tanda-
6. utk mendeteksi dini adanya
tanda emergensi pada bayi
penyakit dan siapa yg harus
dan tempat-tempat yg harus di
dihubungi.
hubungi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6 .Jakarta : EGC. Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Doengoes, Marylin. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Guntur H. 2007. Sepsis. In : Sudoyo, Aru (et all). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Mansjoer Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta: FKUI. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal . Jakarta : Bina Pustaka Pusdiknakes. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta: Depkes RI. Anonim.
2007.
Sepsis.
Akses
internet
di http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/200602201uyr3qilmiahpopular.doc Bukhori dan Prihatini. 2006. Diagnosis Sepsis Menggunakan Procalcitonin. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/IJCPML-12-3-06.pdf. Harianto,
Agus.
2008.
Sepsis
Neonatorum.
Akses
internet
dihttp://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadismelayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html Vietha.
2008.
Askep
pada
Sepsi
Neonatorum.
Akses
internet
dihttp://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/