LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN NILAI DARAH
OLEH
KELOMPOK: 1V GANJIL 1. SELFIA ANWAR
(0910422029)
2. MELINDA PURNAMASARI
(0910422035)
3. HADI KURNIAWAN
(0910422037)
4. DERA SATRIA FITRI
(0910422039)
5. USWATUL HASANAH
(0910422045)
LABORATORIUM TEACHING II JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Darah merupakan salah satu komponen fisiologis yang sangat esensial bagi keberlangsungan hidup hewan. Darah berperan penting dalam transportasi gas dan senyawa lain, menjaga stabilitas tubuh seperti distribusi nutrisi, termoregulasi, pengantaran hormon. Dinamika perubahan yang terjadi pada komponen darah merupakan cerminan bagi kondisi fisiologis suatu individu hewan (Abbas, Nilla Djuita dan Putra Santoso, 2009). Darah merupakan suatu jaringan yang bersifat cair terdiri dari sel-sel (pigmen pigmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, yaitu plasma. Sel-sel dari pigmen-pigmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3 tipe unsur jadi yaitu sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit). Diantara ketiga tipe tersebut unsur-unsur jadi tersebut sel darah merah merupakan unsur yang paling banyak jumlahnya (Kimball, 1998). Darah juga merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah. Beberapa cairan tubuh yang lain adalah (1) cairan jaringan, merupakan cairan tubuh yang terdapat diruang antar sel; (2) cairan limf, merupakan cairan tubuh yang terdapat didalam pembuluh limf dan organ limfatikus. Organ limfatikus meliputi nodus limfatikus, tonsil, timus dan limpa; cairan serebrospinal, merupakan cairan tubuh yang terdapat di ruang-ruang otak (ventriculus otak) dan di kanal sentral dari sumsum tulang belakang; (3) sinovial, merupakan cairan tubuh yang terdapat di ruang-ruang antar persendian; (4) aqueous humor, merupaka cairan tubuh yang terdapat dalam bola mata; (5) endolimf, merupakan cairan tubuh yang terdapat di telinga bagian dalam yang mengisi membran labirin; (6) perilimf, merupakan cairan tubuh yang juga terdapat di telinga bagian dalam yaitu di dalam tulang labirin (Wulangi, 1993). Menurut Nurdin (1997), menyatakan bahwa fungsi dan peranan darah bagi manusia antara lain: sebagai alat pengangkut bermacam-macam substansi O2, CO2, nutrisi, garam-garam, hormon dan enzim. Memilki kemampuan koagulasi dan
komposisi kimia darah. Sebagai tempat terlarut bahan yang diangkut, transpor hormon dan metabolisme, mengatur suhu tubuh dan sebagainya. Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan ( packed cell volume, PCV ) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah (Anonimous, 2009). Hemoglobin adalah konyugasi protein yang mempunyai berat molekul 6800. Hemoglobin terdiri dari protein globin yang berkombinasi dengan heme. Heme ini mengandung Fe. Keistimewaan hemoglobin berikatan dengan O 2 membentuk oksihemoglobin dimana ikatan ini bisa lepas apabila O 2 menurun. Pembentukan heme pada manusia terjadi di ribosom dan reticulosit. Sintesisnya dimulai dari sel eritroblast , tetapi kadang-kadang masih dilanjutkan untuk beberapa hari dalam sel darah merah yang baru dilepaskan dari sum-sum tulang ke dalam peredaran darah. Hemoglobin dapat mengikat oksigen. Dalam satu gramnya dapat mengikat O 2 sebanyak 1,34 ml (Dahelmi, 1991).
1.2 Tujuan Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui metode dan teknik pengukuran nilai darah (blood value) standar yang meliputi nilai hematokrit dan kadar Hb darah. Selain itu juga untuk dapat memahami dan menginterpretasikan nilai darah sesuai konsep-konsep fisiologis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Analisa kuantitatif terhadap komposisi komponen – komponen darah dikenal dengan analisa nilai darah (blood value). Dalam analisa tersebut, komposisi komponen – komponen darah disajikan dalam bentuk parameter kuantitatif yang disebut nilai darah. Parameter – parameter utama yang diukur meliputi kuantitas eritrosit dan leukosit, trombosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, konsentrasi protein total, dan indeks absolut darah. Indeks absolut darah terdiri atas MCV (ukuran volume rata – rata eritrosit), MCH (berat hemoglobin rata – rata per unit eritrosit), dan MCHC (konsentrasi hemoglobin per satuan volume eritrosit) (Santoso, 2011). Nilai
hematokrit
atau
PCV
dapat
ditetapkan
secara
automatic
menggunakanhematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu: Metode makrohematokrit, Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 010 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %. Metode mikrohematokrit, Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Metode
mikrohematokrit
lebih
banyak
digunakan karena selain waktunya cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung (Anonimous, 2009). Hemoglobin
merupakan
pigmen
dari
eritrosit
yang
sangat
kompleks.
Hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O 2 dan CO 2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu (Anonimous, 2011c). Menurut Wulangi (1993) penentuan kadar Hemoglobin dalam darah dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1) metoda hematin asam (metoda sahli). Pada metoda ini dilakukan dengan mencampurkan HCl 0,1 N, maka Hemoglobin akan berubah menjadi hematin asam berwarna coklat. Reaksinya dilakukan dalam sebuah tabung. Dari tingginya kolom campuran dalam tabung dapat ditentukan kadar Hb. 2). Metoda kimia. Pada metoda ini kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan cara menetukan jumlah Fe yang ada dalam darah terlebih dahulu. Fe dan Hb dipisahkan dengan H 2SO4. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar (Anonimous, 2011). Alat cek Hemoglobin HB Sahli Haemometer Superior atau hemoglobinometer atau Haemoglobinometer adalah instrument laboratorium untuk menentukan kadar hemoglobin dalam darah berdasarkan satuan warna (colorimetric). Metode yang digunakan adalah membandingkan warna sample darah dengan warna merah standard. Warna sample darah didapatkan pada pemisahan globin dari hemoglobin dengan penambahan HCL (Asam Klorida) untuk menghasilkan asam hematin yang warnanya diukur oleh colorimetry (Anonimous, 2011b). Hemoglobin mempunyai derivat yang terdiri dari Oksihemoglobin yang merupoakan penggabvungan antara hemoglobin dengan oksigen, hemoglobin tereduksi disebut juga ferohemoglobin merupakanmolekul yang telah melepaskan oksigen, methemoglobin disebut juga dengan ferihemoglobin, molekul ini didapat dari oksidasi oksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi, karboksihemoglobin terjadi apabila darah dicampur dengan gas CO sehingga Hb akan mengikat Co menjadi HbCO, sianmethemoglobin, dapat terbentuk apabila Cn dicampur dengan Methemoglobin dan
sulfhemoglobin terbentuk apabila ferohemoglobin dicampur dengan H 2S (Walungi, 1990). Informasi
dari nilai darah sangat penting terutama dalam diagnosa status
kesehatan individu pada manusia atau merupakan parameter yang penting dalam risetriset berkenaan dengan efek toksik berbagai substansi terhadap hewan. Dinamika yang ditunjukkan oleh nilai darah saling terkait satu sama lainnya, misalnya kekurangan jumlah eritrosit akan menurunkan kadar hemoglobin sehingga muncul anemia. Perubahan proporsi kadar eritrosit dalam satuan volume darah atau lebih dikenal dengan hematokrit (packed cell volume) juga memberikan gambaran penting pada kasus dehidrasi atau untuk diagnosa abnormalitas sintesis darah (Santoso, 2011).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Nilai Darah ini dilakasanakan pada hari Rabu, 9 November 2011 jam 14.0017.00 WIB di Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1
Menghitung Nilai Hematokrit (Packed Cell Volume, PCV)
Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu tabung hematokrit, sentrifus hematokrit, skala standar hematokrit, sumbat tabung hematokrit, hewan percobaan vertebrata (mencit dan katak).
3.2.2
Menghitung Kadar Hemoglobin dengan Metode Sahli
Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu tabung sampel darah, kit hemometer sahli lengkap, pipet tetes, sampel darah, EDTA 10%, HCl 0.1 N, aquadest.
3.3 Prosedur Kerja 3.3.1
Menghitung Nilai Hematokrit (Packed Cell Volume, PCV)
Pengambilan sampel darah dilakukan dengan memipetkan tabung hematokrit dengan jari pada bagian pembuluh darah atau jantung hewan yang telah ditentukan atau dapat juga dengan memipet sampel darah yang telah ditampung dalam tabung sampel darah. Tabung hematokrit diisi hingga lebih dari setengahnya, tetapi jangan sampai penuh. Selanjutnya tutup salah satu lubang tabung dengan penutupnya dan tempatkan pada sentrifus secara tepat (ujung yang ditutup mengarah keluar). Lakukan sentrifugasi terhadap sampel darah dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit. Setelah disentrifus, tabung diangkat secara cermat dan hitung kadar hematokrit dengan menggunakan skala hematokrit dan nyatakan dalam persen. Kemudian, data disajikan dalam bentuk grafik perbandingan antar spesies.
3.3.2
Menghitung Kadar Hemoglobin dengan Metode Sahli
a. Sampel darah hewan disediakan dan ditampung dalam tabung sampel darah yang
telah dibilas EDTA 10%. Kemudian 5 tetes HCl 0.1 N dimasukkan ke dalam tabung pengencer hemometer. b. Selanjutnya sampel darah diisap dengan menggunakan pipet hemoglobin sampai
garis tanda 20 ul (0,002 ml) dan sisa darah yang melekat di luar ujung pipet dihapus. c. Sampel darah dialirkan ke dalam tabung hemometer dan jangan sampai ada
gelembung udara. Catat waktu pertama memasukkan sampel ke dalam tabung. Pipet tersebut secara cermat dibilas dengan HCl yang ada di dalam tabung untuk membersihkan sisa sampel darah yang masih ada di dalamnya. d. Campuran darah tersebut diaduk hingga homogen dan larutan menjadi coklat tua.
Setelah itu tambahakan aquades setetes demi setetes dan aduk dengan batang pengaduk dengan terus memperhatikan warna larutan hingga tercapai kesamaan warna dengan warna standar yang ada pada hemometer Sahli. Persamaan warna larutan dengan warna standar harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl bercampur (saat memasukkan sampel darah ke dalam tabung). e. Bacalah kadar hemoglobin darah dengan menggunakan skala yang ada pada
tabung dalam satuan g/dl. Kemudian data disajikan dalam bentuk grafik perbandingan antar spesies.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Menghitung Nilai Hematokrit (Packed Cell Volume, PCV) Dari pengamatan yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel1. Nilai Hematokrit Hewan Katak
Nilai Darah (% eritrosit)
Mencit
= 11%
21%
4.1.2 Menghitung Kadar Hemoglobin dengan Metode Sahli Tabel2. Kadar Hemoglobin Hewan Katak Mencit
Kadar Hb 2,3 g/dl
Waktu -
5,8 g/dl
158 s
Grafik 1: Nilai Hematokrit Vertebrata
Kadar Hematokrit 30% 20% Kadar Hematokrit
10% 0% Katak
Mencit
Grafik 2: Kadar Hemoglobin Vertebrata
Kadar Hemoglobin 10 5 0 Katak
Mencit Kadar Hemoglobin
4.2 Pembahasan Praktikum nilai darah ini, kami menggunakan hewan uji dari kelas vertebrata yaitu katak dan mencit. Didapatkan hasil untuk nilai hematokrit (persen eritrosit yang dimampatkan) pada pengambilan 2 buah sampel darah katak masing-masing yaitu 15% dan 7% dengan rata-rata yaitu 11%, sedangkan untuk 2 buah sampel darah tikus didapat 21% (satu sampel lagi tidak dapat diamati dikarenakan pada saat dicentrifuse sumbat pipet hematokrit terlepas). Sedangkan pada pengukuran kadar hemoglobin dengan menggunakan metode Sahli didapatkan hasil untuk katak yaitu 2,3 g/dl (g/100 ml darah) tanpa penambahan aquadest dikarenakan warna sampel darah sudah sama dengan warna standar pada haemometer Sahli dan pada mencit didapat kadar hemoglobin sebesar 5,8 gr/dl dengan penambahan 20 tetes aquadest, warna menjadi sama dengan standar setelah 2 menit 36 detik. Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa mencit memiliki nilai hematokrit yang lebih tinggi dari pada katak, diikuti dengan kadar hemoglobin mencit yang juga lebih tinggi dari pada katak. Hasil yang didapat pada praktikum kali ini menunjukkan nilai yang lebih rendah dari pada nilai standar normalnya. Putra Santoso (2011) menuliskan pada tikus dengan kuantitas eritrosit normal 6,8 juta/mm3 dan kadar hemoglobinnya yaitu 13 g/ml darah. Dituliskan juga kapasitas angkut darah pada kelompok hewan mamalia terestrial dan aves yaitu 15-20 ml O 2/100 ml darah. Rendahnya nilai hematokrit yang didapatkan bisa juga disebabkan oleh lokasi pengambilan sampel darah. Pada praktikum kali ini darah langsung diambil dari daerah jantung, bisa jadi karena tusukan yang kurang tajam sehingga yang banyak terbawa adalah bagian plasma darah yang komponennya sebagain besar terdiri atas ai r. Menurut Anonimous (2009), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium: Jika sampel darah diambil pada daerah lengan yang terpasang jalur intravena, nilai hematokrit cenderung rendah karena terjadi hemodilusi. Pemasangan tali turniket yang terlalu lama berpotensi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga nilai hematokrit bisa meningkat. Pengambilan darah kapiler: tusukan kurang dalam sehingga volume yang diperoleh sedikit dan darah harus diperas-peras keluar, kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol sehingga darah terencerkan, terjadi bekuan dalam tetes darah karena lambat dalam bekerja.
Rendahnya kadar hemoglobin yang kami dapatkan pada sampel darah mencit bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya bisa jadi memang rendah Hb mencit dikarenakan mencit yang dipakai baru berumur 1 bulan. Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin memegang peranan penting dalam diagnosa suatu penyakit seperti anemia (Anonimous, 2011c). Selain itu, dalam mencocokkan warna sampel darah dengan standar warna pada haematometer juga akan dipengaruhi oleh kemampuan ketajaman mata individu yang mengamati, ini berarti dalam pengukurannya lebih bersifat subjektif. Factor ketidakakuratan lainnya seperti tidak semua Hb bisa diubah menjadi hematin. Cara Sahli banyak dipakai di Indonesia, walau cara ini tidak tepat 100%, mengalami kurang darah atau darahnya masih normal, pada pemeriksaan ini factor kesalahan kira-kira 10%, kelemahan cara ini berdasarkan kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan larutan sejati dan juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak semua macam hemoglobin dapat diubah hematin misalnya; karboxyhemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin (Anonimous, 2011c).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai hematokrit pada katak yaitu 11% dan pada mencit 21% 2. Kadar hemoglobin pada katak yaitu 2,3 g/dl sementara pada mencit yaitu 5,8 g/dl 3. Nilai hematokrit dan kadar hemoglobin pada mencit lebih tinggi dari pada katak. 4. Kadar hemoglobin pada hewan uji lebih rendah dari kadar standar normal hemoglobin pada hewan tersebut, hal ini bisa disebabkan oleh faktor hewan itu sendiri (baru berumur 1 bulan pada mencit dan kataknya tidak diberi makan selama beberapa hari).
5.2 Saran Praktikan untuk lebih memahami prinsip kerja dari alat yang digunakan untuk menghitung nilai hematocrit dan kadar hemoglobin, selain itu jangan lupa untuk menghitung berapa tetes aquadest yang ditambahkan pada sampel darah dalam menghitung hemoglobin. Pastikan sumbar pipet hematokrit sempurna agar darah tidak keluar ketika dicentrifuse.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Nilla Djuita dan Putra Santoso. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas Andalas. Padang Anonimous. 2009. Penetapan Nilai Hematokrit . http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/hematokrit_30.html. Diakses 13 November 2011 Anonimous. 2011. Bab II Tinjauan Pustaka. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20481/4/Chapter%20II.pdf Diakses 13 November 2011 Anonimous. 2011b. Alat cek Hemoglobin HB Sahli Haemometer Superior . http://alatkedokteran.hostoi.com/alat-kedokteran/alat-cek-test-analisa-darah/hbsahli-haemometer-superior.htm. Diakses 13 November 2011 Anonimous. 2011c. Penentuan Kadar Hemoglobin. http://katahatimutiara.wordpress.com/2011/05/23/penentuan-kadar-hemoglobin/. Diakses 13 November 2011 Dahelmi, 1991. Fisiologi Hewan. Universitas Andalas. Padang Kartolo, W. S. 1990. Prinsi- Prisip Fisiologi Hewan. Erlangga. Jakarta Kimball, 1998. Biologi. Jilid II . Erlangga. Jakarta Nurdin, MS. 1997. Histologi. Universitas Andalas. Padang. Wulangi, S.K. 1990. Fisiologi Peredaran. Institute Teknologi Bandung. Bandung Wulangi, S.K. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Institute Teknologi Bandung. Bandung