KumpulanpuisiSapardiDjokoDarmono

AIR SELOKAN Oleh : Sapardi Djoko Damono "Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit," katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalanjalan bersama istrimu yang sedang mengandung -- ia hampir muntah karena bau sengit itu. Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: ampur darah dan amis baunya. !abarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati. Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: "ore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu -- alangkah indahnya#" $api kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali. %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().

Create PDF by [email protected]

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.













AKU INGIN Oleh : Sapardi Djoko Damono Aku ingin menintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diuapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin menintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

AKULAH SI TELAGA Oleh : Sapardi Djoko Damono akulah si telaga: berlayarlah di atasnya* berlayarlah menyibakkan riak-riak keil yang menggerakkan bunga-bunga padma* berlayarlah sambil memandang harumnya ahaya* sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja -- perahumu biar aku yang menjaganya %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().















ANGIN, 1 Oleh : Sapardi Djoko Damono

angin yang diiptakan untuk senantiasa bergerak dari sudut ke sudut dunia ini pernah pada suatu hari berhenti ketika mendengar suara nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, "hei siapa ini yang mendadak di depanku+" angin itu tersentak kembali ketika kemudian terdengar jerit wanita untuk pertama kali, sejak itu ia terus bertiup tak pernah menoleh lagi -- sampai pagi tadi: ketika kau bagai terpesona sebab tiba-tiba merasa sorang diri di tengah bising-bising ini tanpa awa %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().

ANGIN, 2 Oleh : Sapardi Djoko Damono Angin pagi menerbangkan sisa-sisa unggun api yang terbakar semalaman. Seekor ular lewat, menghindar. elaki itu masih tidur. a bermimpi bahwa perigi tua yang tertutup ilalang panjang di pekarangan belakang rumah itu tiba-tiba berair kembali.















ANGIN, 3 Oleh : Sapardi Djoko Damono "Seandainya aku bukan...... $api kau angin# $api kau harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut kamar, menyusup elah-elah jendela, berkelebat di pundak bukit itu. "Seandainya aku . . . ., ." $api kau angin# a/asmu tersengal setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang perselisihan antara ahaya matahari dan warna-warna bunga. "Seandainya ...... $api kau angin# 0angan menjerit: semerbakmu memekakkanku. %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().















ATAS KEMERDEKAAN Oleh : Sapardi Djoo Da!o"o

kita berkata : jadilah dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut di atasnya : langit dan badai tak hentihenti di tepinya akrawala terjerat juga akhirnya kita, kemudian adalah sibuk mengusut rahasia angka-angka sebelum ari yang ketujuh tiba sebelum kita iptakan pula 1irdaus dari segenap mimpi kita sementara seekor ular melilit pohon itu : inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah orison $hn , o. ( Agustus &'2( Saja#$aja %erj&a"'a" da" N(a"(ia" Ta"ah Air















)ER*ALAN KE )ARAT +AKTU %AGI HARI Oleh : Sapardi Djoko Damono waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah meniptakan bayang-bayang aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan

















)UNGA, 1 Oleh : Sapardi Djoko Damono

3i4 5ahkan bunga rumput itu pun berdusta. a rekah di tepi padangwaktu hening pagi terbit* siangnya uaa berdenyut ketikanampak sekawanan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu* malam hari ia mendengar seru serigala. $api katanya, "$akut+ !ata itu milik kalian saja, para manusia. Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata#" 3ii4 5ahkan bunga rumput itu pun berdusta. a kembang di sela-selageraham batu-batu gua pada suatu pagi, dan malamnya menyadari bahwa tak nampak apa pun dalam gua itu dan udara ternyata sangat pekat dan terium bau sisa bangm dan terdengar seperti ada embik terpatah dan ia membayangkan hutan terbakar dan setelah api .... $eriaknya, "tu semua pemandangan bagi kalian saja, para manusia# Aku ini si bunga rumput: pilihan dewata#" %erahu !ertas,















)UNGA, 2 Oleh : Sapardi Djoko Damono

mawar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemilik taman memetiknya hari ini* tak ada alasan kenapa ia ingin berkata jangan sebab toh wanita itu tak mengenal isaratnya -tak ada alasan untuk memahami kenapa wanita yang selama ini rajin menyiraminya dan selalu menatapnya dengan pandangan inta itu kini wajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan menjelma pendar-pendar di permukaan kolam %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().















)UNGA, 3 Oleh : Sapardi Djoko Damono seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah berwarna oklat ketika terium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu tak ada sahutan seuntai kuntum melati itu sudah kering: wanginya mengeras di empat penjuru dan menjelma kristal-kristal di udara ketika terdengar ada yang memaksa membuka pintu lalu terdengar seperti gema "hai, siapa gerangan yang telah membawa pergi jasadku+" %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().

ARA MEM)UNUH )URUNG Oleh : Sapardi Djoko Damono bagaimanakah ara membunuh burung yang suka berkukuk bersama teng-teng jam dinding yang tergantung sejak kita belum dilahirkan itu+ soalnya ia bukan seperti burung-burung yang suka berkiau setiap pagi melonat dari ahaya ke ahaya di sela-sela ranting pohon jambu 3ah dunia di antara bingkai jendela#4















ERMIN, 1 Oleh : Sapardi Djoko Damono ermin tak pernah berteriak* ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terhisak, meski apa pun jadi terbalik di dalamnya* barangkali ia hanya bisa bertanya: mengapa kau seperti kehabisan suara+ %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().

ERMIN, 2 Oleh : Sapardi Djoko Damono mendadak kau mengabut dalam kamar, menari dalam ermin* tapi ermin buram kalau kau entah di mana, kalau kau mengembun dan menempel di kaa, kalau kau mendadak menetes dan teperik ke mana-mana* dan ermin menangkapmu sia-sia















DI ATAS )ATU Oleh : Sapardi Djoko Damono ia duduk di atas batu dan melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali ia gerak-gerakkan kaki-kakinya di air sehingga memerik ke sana ke mari ia pandang sekeliling : matahari yang hilang - timbul di sela goyang daun-daunan, jalan setapak yang mendaki tebing kali, beberapa ekor apung -- ia ingin yakin bahwa benar-benar berada di sini %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().

DI SE)UAH HALTE )IS Oleh : Sapardi Djoko Damono ujan tengah malam membimbingmu ke sebuah halte bis dan membaringkanmu di sana. !au memang tak pernah berumah, dan hujan tua itu kedengaran terengah batuk-batuk dan tampak putih. %agi harinya anak-anak sekolah yang menunggu di halte bis itu

















DI TANGAN ANAK#ANAK Oleh : Sapardi Djoko Damono Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang, menjelma burung . yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan* di mulut anak-anak, kata menjelma !itab Sui. "$uan, jangan kauganggu permainanku ini." %erahu !ertas, !umpulan Sajak, &'().

DUA %ERISTI+A DALAM SATU SA*AK DUA )AGIAN

Oleh : Sapardi Djoko Damono & sehabis langkah-langkah kaki: hening















sajak-sajak sapardi djoko damono

TENTANG MATAHARI 6atahari yang di atas kepalamu itu adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu waktu kau keil, adalah bola lampu yang di atas meja ketika ketika kau menjawab surat-surat surat-surat yang teratur kau terima terima dari sebuah Alamat, Alamat, adalah jam weker yang berdering sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan yang dituding dituding anak keil itu sambil berkata: berkata: "ni matahari# ni matahari#" 6atahari itu+ a memang di atas sana supaya selamanya kau menghela bayang-bayanganmu bayang-bayanganmu itu.

)ER*ALAN KE )ARAT +AKTU %AGI HARI

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah















AKU INGIN Aku ingin menintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diuapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin menintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

MATA %ISAU mata pisau itu tak berkejap menatapmu kau yang baru saja mengasahnya ber/ikir: ia tajam untuk mengiris apel yang tersedia di atas atas meja sehabis makan malam* ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu

GONGGONG AN*ING untuk 7i8ki















KE%OM%ONG ITU Oleh : Sapardi Djoko Damono

kepompong yang tergantung di daun jambu itu mendengar kutukmu yang kaau terhadap hawa lembab ketika kau menutup jendela waktu hari hujan kepompong itu juga mendengar rohmu yang bermimpi dan meninggalkan tubuhmu: melepaskan diri lewat elah pintu, melayang di udara dingin sambil bernyanyi dengan suara bening dan bermuatan bau bunga dan kepompong itu hanya bisa menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan-kiri, belum saatnya ia menjelma kupu-kupu* dan, kau tahu , ia tak berhak bermimpi %erahu !ertas, !umpulan Sajak,















KETIKA MENUNGGU )IS KOTA, MALAM#MALAM Oleh : Sapardi Djoko Damono

"us, itu bukan anjing* itu apung#" katanya. $api apung tak pernah terbang malam, bukan+ 9apung tak suka ke tempat sampah -- biasanya ia hinggap di ujung daun rumput waktu pagi hari, dan kalau ada gadis keil akan menangkapnya ia pun terbang ke balik pagar sambil mendengarkan mendengarkan suara "aahh#" $ubuhnya mungil, bukan+ Sedangkan yang kulihat tadi jelas anjing kampung yang kampung yang ekornya buntung, menjilatjilat tempat sampah yang di seberang halte itu, mengelilinginya, lalu kening di sudutnya. anya saja, aku memang tak melihat ke mana gaibnya. "tu apung#" katanya. Sayang sekali bahwa kau merasa tak melihat apa pun di seberang sana tadi.

















KISAH Oleh : Sapardi Djoko Damono !au pergi, sehabis menutup pintu pagar sambil sekilas menoleh namamu sendiri yang teretak di plat alumunium itu. ari itu musim hujan yang panjang dan sejak itu mereka tak pernah melihatmu lagi. Sehabis penghujan reda, plat nama itu ditumbuhi lumut sehingga tak bisa terbaa lagi. ari ini seorang yang mirip denganmu nampak berhenti di depan pintu pagar rumahmu, seperti menari sesuatu. la bersihkan lumut dari plat itu, alu dibaanya namamu nyaring-nyaring. !emudian ia berkisah padaku tentang pengembaraanmu.















KUTERKA GERIMIS Oleh : Sapardi Djoko Damono !uterka gerimis mulai gugur !aukah yang melintas di antara korek api dan ujung rokokku sambil melepaskan isarat yang sudah sejak lama kulupakan kuninya itu Seperti nanah yang meleleh dari ujung-ujung jarum jam dinding yang berhimpit ke atas itu Seperti badai rintik-rintik yang di luar itu %erahu !ertas, !umpulan Sajak,















%ERAHU KERTAS Oleh : Sapardi Djoko Damono Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali* alirnya Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. "a akan singgah di bandar-bandar besar," kata seorang lelaki tua. !au sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warnawarni di kepala. Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindu-mu itu.















%ERISTI+A %AGI TADI kepada ;6

Oleh : Sapardi Djoko Damono %agi tadi seorang sopir oplet bererita kepada pesuruh kantor tentang lelaki yang terlanggar motor waktu menyeberang. Siang tadi pesuruh kantor bererita kepada tukang warung tentang sahabatmu yang terlanggar motor waktu menyeberang, membentur aspal, alu beramai-ramai diangkat ke tepi jalan. Sore tadi tukang warung bererita kepadamu tentang aku yang terlanggar motor waktu menyeberang, membentur aspal, lalu















%ESAN Oleh : Sapardi Djoko Damono $olong sampaikan kepada abangku, 7aden Sumantri, bahwa memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya. !ami saling meninta, dan antara disengaja dan tidak disengaja sama sekali tidak ada pembatasnya. !alau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku tidak menaruh dendam padanya, dan nanti apabila perang itu tiba, aku hanya akan ..... %erahu !ertas,

















%UISI AT AIR UNTUK RI-KI Oleh : Sapardi Djoko Damono angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon itu, "aku rindu, aku ingin mempermainkanmu# "















bukanlah pujian-pujian kosong yang mesti dinyanyikan bukanlah upaara-upaara palsu yang mesti dilaksanakan tapi siapa yang sanggup berakap-akap dengan kami siapa yang bisa paham makna kehendak kami kami yang telah lahir dari ibu-ibu yang baik dan sederhana ibu-ibu yang rela melepaskan seluruh anaknya sekaligus tanpa diatat namanya kepada bu yang lebih besar dan agung :















tanpa tahu siapa kami ini tiada mereka dengarkan uapan terimakasih kami yang tulus tiada mereka dengarkan salam kami bagi yang tinggal tiada mereka lihatkah senyum kami yang erah dan sudah itu : mati siapa berkata bahwa kami telah musnah siapa berkata















jawab lagi : ya sudah kau dengarkah suara sepatu kami tengah malam hari datang untuk memberkati anak-anak yang tidur sebab merekalah yang kelak harus bisa mempergunakan bahasa dan kehendak kami sudah kau kau dengarkah dengarkah suara napas napas kami kami menyusup ke dalam setiap rahim bunda yang subur sebab kami selalu dan selalu lahir kembali















lahir dari para ibu yang mengerti untuk apa kami lahir di sini hidup di bumi yang mengerti semangat yang menjalankan kami kami telah berkelahi* dan mati tapi siapakah yang bisa menterjemahkan bahasa hati kami dan mengatakannya kepada siapa pun tapi siapakah yang bisa menangkap bahasa jiwa kami yang telah mati pagi pagi sekali dan berjalan tanpa nama dan tanda dalam satu lobang kubur

















SA*AK SU)UH















SELAMAT %AGI INDONESIA















Saja#$aja %erj&a"'a" da" N(a"(ia Ta"ah















SIHIR HU*AN















TEKUKUR







































KumpulanpuisiSapardiDjokoDarmono

Recommend Documents