1
Klausa Pasif Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
(Suatu Analisis Morfosintaksis)
Muhammad Surip, Mulyadi
Mahasiswa Program Doktor Linguistik Universitas Sumatera Utara,
Dosen Universitas Negeri Medan
[email protected]/
[email protected]
Abstrak
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan perbandingan klausa pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa beserta pola-pola kalimatnya. Data dalam penelitian ini berupa segala bentuk klausa pasif bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Data diperoleh dengan menggunakan teknik pustaka, yaitu mempergunakan sumber-sumber tertulis yang berupa buku dan wawancara.
Hasil penelitiannya adalah Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga tipe klausa pasif, yaitu (1) tipe kanonis, (2) tipe pengedepanan objek, dan (3) tipe bentuk lain. Sedangkan dalam bahasa Jawa kalimat pasif dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat pasif tak berpelaku dan kalimat pasif berpelaku. Kalimat pasif tak berpelaku adalah kalimat pasif yang tidak mengandung konstituen pelaku. Klausa pasif bahasa Indonesia yang terbentuk pengedepanan objek akan selalu menjadi pasif tak berpelaku dalam bahasa Jawa. Fungsi pelengkap dalam kalimat pasif bahasa Indonesia terletak di sebelah kanan predikat, sedangkan dalam bahasa Jawa pelengkap itu dapat diubah-ubah letaknya
Kata kunci : klausa pasif, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
1. Pendahuluan
Kajian klausa/kalimat pasif dalam berbagai bahasa merupakan lahan yang menantang untuk dianalisis, termasuk dalam bahasa jawa yang menjadi bahasa ibu dan telah menjadi bahasa pendamping bagi masyarakat jawa. Tidak satu pun kajian bahasa yang melewatkan begitu saja masalah klausa pasif ini. Begitu juga halnya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, konstruksi pasif juga merupakan lahan yang menarik untuk diselidiki lebih mendalam. Dalam bahasa Indonesia telaah pasif telah banyak dibahas oleh para pakar dalam dan luar negeri. Verhaar (1988), Sudaryanto (1991), Subiyati (2016), Wedhawati (2005), dan Suprapto (2012), misalnya, merupakan para pakar yang telah banyak membicarakan tentang kalimat pasif dalam bahasa itu.
Klausa pasif dalam pandangan aliran linguistik tradisional adalah kalimat yang subjeknya menjadi sasaran perbuatan atau peristiwa. Klausa pasif kalimat yang subjeknya diisi oleh peran penderita atau pasien. Dalam bahasa Jawa, klausa pasif dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni klausa pasif tak berpelaku dan kalimat pasif berpelaku. Klausa pasif tak berpelaku adalah klausa pasif yang tidak mengandung konstiruen pelaku. Seperti contoh : "mamakku kelangan dhuwit" 'Ibu saya kehilangan uang'. Sedangkan klausa pasif berpelaku yakni kalimat pasif yang mengandung konstituen pelaku, yang dimaksud konstituen pelaku dapat berpelaku orang atau persona dan dapat berpelaku bukan orang. Contohnya : "ubine wis takonceki," 'ubinya sudah saya kupas'. dan "sekele kelindes pit" 'kakinya terlindas sepeda".
Begitu juga dengan bahasa Jawa, kajian kalimat pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa telah diungkapkan oleh pakar-pakar bahasa Jawa, antara lain: Poedjosoedarmo (1979), Sudaryanto (1991), Subroto (1994), Arifin dkk (1996) dan Wedhawati dkk (2001), meskipun pembahasannya tidak begitu terperinci seperti halnya di dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sehubungan kajian tersebut, penulis bermaksud mendeskripsikan klausa pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, serta bahasa Inggris sebagai pembanding. Meskipun penelitian klausa pasif dalam berbagai bahasa telah beberapa bentuk telah dilakukan oleh para pakar, namun penelitian kalimat pasif dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan dibandingkan juga dengan bahasa Inggris masih sedikit dikalukan kajian. Padahal bahasa Jawa merupakan bahasa yang masih banyak penuturnya, karena diseluruh daerah di Indonesia penutur bahasa Jawa masih mudah didapatkan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Inggris sebagai pendamdingnya, beserta pola-pola klausa pasifnya.
Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga tipe klausa pasif, yaitu (1) tipe kanonis, (2) tipe pengedepanan objek, dan (3) tipe bentuk lain. Sedangkan dalam bahasa Jawa hanya ada dua tipe, yaitu (1) tipe pasif kanonis dan (2) tipe pasif lain. Pasif pengedepanan objek tidak terdapat dalam bahasa Jawa. Klausa pasif bahasa Indonesia yang terbentuk pengedepanan objek akan selalu menjadi pasif kanonis dalam bahasa Jawa. Selain itu, pelengkap dalam kalimat pasif bahasa Indonesia terletak di belakang predikat. Sedangkan dalam bahasa Jawa pelengkap bersifat dinamis. Tipe kalimat pasif kanonis bahasa Indonesia adalah (1) S-P-Pel dan (2) S-P-Pel-K. Dalam bahasa Jawa tipe pertama itu memiliki variasi, yakni S-P-Pel dan S-P-Pel-K. Dalam bahasa Jawa tipe pertama itu mempunyai variasi, yaitu S-P-Pel, S-Pel-P, dan Pel-S-P, sedangkan tipe kedua mempunyai variasi S-P-Pel-K, S-Pel-P-K dan Pel-S-P-K. Sementara, verba pasif berafiks ka- dan/atau ti- dalam bahasa Jawa sepadan maknanya dengan verba pasif berafiks ter- dalam bahasa Indonesia.
2. Landasan teori
2.1 Klausa Pasif Bahasa Indonesia
Klausa pasif dalam bahasa Indonesia sering dipersepsikan oleh kebanyakan orang bahwa klausa pasif merupakan kalimat yang berasal dari kalimat aktif. Sugono (1997:33) mengungkapkan pengertian aktif dan pasif dalam kalimat menyangkut beberapa hal, yaitu : 1) macam verba yang menjadi predikat, 2) subjek dan objek, 3) bentuk verba yang dipakai. Menurut Mess (1971), kalimat aktif adalah kalimat yang sebjeknya berperan sebagai pelaku/actor. Sedangkan kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita. Contohnya 'aku wes nyuci balbalku' "saya sudah mencuci bolaku" dan 'balbalku iku wes ku cuci' atau "bolaku itu uwes ku cuci".
Dardjowidjojo (1986:59) mengatakan suatu kalimat dianggap sebagai kalimat pasif apabila dalam struktur batinnya (deep structure) si penderita perbuatan (patient) mengandung informasi lama. Tipe yang menyatakan kesengajaan suatu perbuatan, verbanya biasanya ditandai oleh prefiks di-. Meskipun tidak harus, si penderita biasanya diletakkan di muka verba. Apabila pelaku perbuatan dipisahkan dari verba oleh elemen apa pun, pelaku itu harus didahului pemarkah oleh. Namun, pemarkah dan pelakunya adalah manusia. Misalnya : "rumah pak Ujang dibakar (oleh mereka), atau "tumpukan koran itu telah dijual (oleh pak Darma).
Kaidah pembentukan klausa pasif menurut Chafe (1970) yaitu : a) perubahan kalimat transitif menjadi intrasitif, b) perubahan argumen objek menjadi subjek intransitif, c) perubahan argumen A menjadi argumen periferal, dan d) pemarkahan pasif pada klausa yang bersangkutan. Dalam konsep bahasa Indonesia, klausa pasif dan aktif dapat dilihat dari pandangan yang berbeda. Konsep yang pertama berasal dari pandangan tradisional, dan kedua berdasarkan pandangan tatabahasa transformatif.
Menurut Comri (1988) kontruksi pasif paling tidak memberikan ciri kesubjekan terhadap pasien. Selain itu, konstruksi pasif biasanya bermarkah. Sementara itu, menurut Kaswanti (1991) pasif dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pasif kanonis (canonical passive) dan pasif pengedepanan objek (passive which has the surface form of on object tapicalization). Pasif kanonis ini merupakan diatesis aktif. Predikat verba pasif kanonis dimarkahi oleh afiks di-, di-i, dan di-kan, sedangkan pasif pengedepanan objek predikatnya tidak bermarkah, tetapi ditandai oleh prono-mina persona (pronomina diri). Misalnya :
(a) novel itu dibaca (oleh) Syawal
(b) Hamid dipukul (oleh) orang itu.
(c) novel itu saya baca.
(d) Hamid saya pukul
Kalimat (a) dan (b) merupakan pasif kanonis yang berasal dari kalimat (c) dan (d), sedangkan kalimat (c) dan (d) merupakan pasif pengedepanan objek sebab objek kalimat (e) dan (f) merupakan objek kalimat aktif (i) dan (j) yang dikedepankan. Misalnya :
(e) Syawal membaca buku itu.
(f) orang itu memukul Hamid
(g) saya membaca buku itu.
(h) saya memukul Hamid
Comrie (1976) berpendapat bahwa pada umumnya pasif mempunyai padanan aktif dan demikian pula sebaliknya, tetapi ada beberapa pengecualian. Ia mengatakan bahwa pasif bahasa Indonesia sepenuhnya dianggap gramatikal oleh penutur asli bahasa Indonesia jika agen berupa nomina, kalimat itu diduga bukan pasif, melainkan kalimat aktif. Misalnya :
(i) pintu pagar kampus Unimed tempat ribuan mahasiswa belajar, telah digembok oleh petugas keamanan
(j) 1. rumah reok di pinggir jalan itu telah kami renovasi ?
2. telah kami renovasi rumah reok di pinggir jalan itu ?
Kalimat (i) termasuk kalimat pasif sebab agen pada kalimat tersebut berupa nomina, yaitu petugas keamanan. Sementara itu, kalimat (j1) dan (j2) bukan kalimat pasif sebab agen kalimat tersebut bukan nomina tetapi pronomina, yaitu kami. Lain halnya dengan pendapat Kridalaksana (1993:112), ia menyatakan bahwa konstruksi pasif akan terjadi bila subjeknya merupakan sasaran dari perbuatan sebagaimana disebutkan dalam predikat verbalnya. Verba yang menjadi predikat pada konstruksi pasif biasanya bermarkah prefiks di- dan ter-. Misalnya:
(k) Masyarakat yang tempat tinggalnya di tepi sungai deli diintai bahaya banjir karena aktivitas hujan meningkat.
(l) Diperempatan jalan putri hijau sepeda gadis itu terserempet angkot yang melintas di depannya.
Kridalaksana melihat pasif dari sudut subjek sebagai sasaran perbuatan, agen atau pasien tidak begitu dipentingkan. Asal subjek menjadi sasaran perbuatan, kalimat itu disebut pasif. Sementara itu, Alwi et al (1988:345-349) memberikan ciri-ciri kalimat pasif, yaitu menggunakan verba berprefiks di- dan menggunakan verba tanpa prefiks di-. Kehadiran bentuk oleh pada kalimat pasif bersifat manasuka. Namun, jika verba predikat tidak diikuti langsung oleh pelengkap pelaku (yang sebelumnya merupakan subjek kalimat aktif), bentuk oleh wajib hadir.
2.2 Klausa Pasif Bahasa Jawa
Kalimat pasif dalam bahasa Jawa ditandai dengan pemarkah di-, tak-, atau ke dan hanya terbentuk dari verba transitif, adapula pemarkah ke yang termasuk verba intransitif bermakna pasif tidak dapat diubah ke dalam bentuk aktif.
Berikut ini dikemukakan contoh kalimat pasif dan kalimat aktif dalam bahasa Jawa.
(a) Pitike wis didol dening simbok. 'Ayamnya sudah dijual oleh Ibu.' S P Ket
(b) Simbok wis ngedol pitike. 'Ibu sudah menjual ayamnya.' SPO
Data (a) merupakan contoh kalimat pasif karena subjek diisi oleh peran penderita, yaitu pitike 'ayamnya'. Data (b) merupakan contoh kalimat aktif karena subjeknya diisi oleh peran pelaku, yaitu simbok 'ibu'.
Berdasarkan ada tidaknya konstituen pelaku, kalimat pasif dalam bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat pasif tak berpelaku dan kalimat pasif berpelaku. Kalimat pasif tak berpelaku adalah kalimat pasif yang tidak mengandung konstituen pelaku. misalnya ;
(c) adiku kelangan dhuwit. 'Adik saya kehilangan uang.' S P Pel
(d) telane wis takonceki. 'ketelanya sudah saya kupas.'
(e) tangane kesiram jarang. 'tangannya tersiram air panas.'
Data (d) merupakan kalimat pasif berpelaku persona, yaitu persona pertama tak- , sedangkan data (e) merupakan kalimat pasif berpelaku bukan persona, yaitu jarang 'air panas'. Dalam tulisan ini pembicaraan dibatasi pada kalimat pasif berpelaku persona atau selanjutnya disebut kalimat pasif persona. Setidaknya ada tiga masalah yang berkenaan dengan kalimat pasif persona dalam bahasa Jawa. Masalah pertama berkaitan dengan masalah sintaktis. Masalah sintaktis ini mencakup pemarkah pelaku persona dan struktur kalimatnya. Untuk melihat persoalan tersebut lebih jelas lihat contoh dibawah ini ;
(f) bukune wis tak waca. 'Bukunya sudah saya baca.'
(g) wacanen bukune! 'Bacalah bukunya.'
(h) bukune wis kok waca? 'Bukunya sudah kaubaca?'
(i) bukune wis di waca dening Parno. 'Bukunya sudah dibaca oleh Parno.'
Pada contoh (f-g) tampak bahwa pemarkah pelaku persona berbeda-beda. Pada contoh (f) awalan tak- menunjuk pelaku persona pertama. Contoh (g) merupakan kalimat pasif imperatif (yang dimarkahi dengan akhiran -en) yang jelas-jelas pelakunya adalah persona kedua, namun tidak diwujudkan dalam satuan lingual. Pada contoh (h) awalan kok- adalah pelaku persona kedua. Pada contoh (i) verba diwaca 'dibaca' menuntut pelaku persona ketiga dening Parno 'oleh Parno'.
Selain itu, tampak bahwa pada contoh (f), (h), dan (i) konstituen subjek-penderita berada di sebelah kiri predikat, sedangkan pada contoh (g) konstituen subjek-penderita berada di sebelah kanan predikat. Masalah kedua terkait dengan makna yang dinyatakan oleh kalimat pasif persona. Ada berbagai tipe kalimat pasif persona berdasarkan makna yang dinyatakannya. misalnya ;
(j) wedange wis takiling ana ing gelas. 'minumnya sudah saya tuang di gelas.'
(k) wedange takilingane ana ing gelas. 'saya yang akan menuangi minumnya di dalam gelas.'
(l) bapak takilingake wedang ing gelas. 'saya menuangkan minum untuk ayah.'
Masalah ketiga berkenaan dengan maksud penutur menggunakan kalimat pasif persona. Tentu saja ada maksud tertentu mengapa penutur menggunakan kalimat pasif persona dan bukan menggunakan kalimat aktif. Maksud itu jelas terkait dengan struktur kalimat pasif itu sendiri, sebagaimana terlihat pada contoh berikut ; (m) Berase takgawane. 'Saya saja yang membawa berasnya.' (n) Takgawane berase. 'Berasnya saya saja yang membawanya.'
Kalimat (n) dan (m) memiliki struktur yang berbeda dan tentu saja mengandung maksud yang berbeda. Kalimat (n) yang penderitanya terletak di depan bermaksud menonjolkan penderita, sedangkan kalimat (o) yang verbanya terletak di depan bermaksud menonjolkan perbuatannya.
2.3 Klausa Parif Bahasa Inggris
Klausa pasif dalam bahasa inggris disebut passive voice merupakan sebuah kalimat di mana subjek dikenai oleh objek. Dengan kata lain, subjek di kalimat aktif berubah menjadi objek pada kalimat pasif begitu pula dengan objek di kalimat aktif akan menjadi subjek di kalimat pasif. Passive voise merupakan suatu bentuk kata kerja transitif dimana secara tata Bahasa Inggris subjek dari kalimat berperilaku sebagai 'pasien' yaitu yang menerima aksi dari sebuah pekerjaan. Dalam kalimat pasif objek dari kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Kata kerja dalam kalimat pasif dalam Bahasa inggris selalu menggunakan to be dengan past pasrtisiple (kata kerja bentuk ketiga ; to do – did- done).
Klausa pasif dalam bahasa Inggris selalu menggunakan to be dengan past pasticiple + kata kerja bentuk ketiga : to do – did – done. Bentuk kata kerja ini digunakan dalam semua kalimat pasif dalam bahasa Inggris. Be dapat berubah bentuk sesuai dengan tenses : as, is, are, were, has been, have been, will be, dan sebagainya. Beberapa rumus bentuk pasif menurut tenses adalah :
present tense : am/is/are + past participle, misalnya ; is translated
past tense : was/were + past pasticiple, misalnya ; was written
present paerfect tense : have/has + been + past participle, misalnya ; has been promoted
past perfect tense : had + been + past pasticiple, misalnya ; had been decreased
present future tense : will+shall + be + past participle, misalnya ; will be taught
present continuous tense : am/is/are + being + past participle, misalnya ; is being taught
past continuous tense : was/were + being + past participle, misalnya ; was being thrown
modal auxiliaries : modals + be + past participle, misalnya ; can be understood, should be studied, may be omitted, must be transferred.
Ada beberapa jenis kalimat pasif dalam bahasa Inggris, diantaranya yaitu :
kalimat pasif yang pelakunya (doer, agent) tidak dikenal, misal ; one of our windows was broken
kalimat pasif yang pelakunya tidak jelas atau tidak penting, misalnya ; english is spoken all over the world
kalimat pasif yang pelakunya diketahui atau diberi tekanan, misalnya ; the fish is being eaten by the cat
kalimat pasif yang berarti keadaan
Bentuk kata kerja to be- verb -ed yang dikenal sebagai bentuk kalimat pasif tidak selalu menunjukkan suatu perbuatan, akan tetapi ada yang menunjukkan suatu keadaan. Misalnya kalimat pasif yang menunjukkan perbuatan ; the door was opened by a thief by force. Kalimat pasif yang berarti keadaan disebut juga stative passive (penggunaan past pasticiple sebagai adjective/kata sifat). Be dapat diikuti oleh adjectiva. Adjektiva ini mendeskripsikan atau memberi informasi tentang subjek kalimat. Be dapat diikuti dengan sebuah past pasticiple (bentuk pasif). Past pasticiple tersebut sering berupa adjectiva. Past participle ini mendeskripsikan tentang subjek kalimat. Past participle digunakan sebagai adjectiva dalam beberapa hal umum dan dalam ungkapan sehari-hari. Kadang-kadang past participle ini diikuti kata depan (preposisi) tertentu dan objek. Contohnya ; (1) ann is married to Alex dan (2) the windows is broken.
3. Tinjauan pustaka
Maryono (2004) meneliti dengan judul 'kata kerja pasif bahasa Jawa' yang mengungkap bentuk dasar, makna dan perilaku sintaksis bahasa Jawa. Wuwadji (1991) meneliti tentang 'perbandingan sistem morfologi verba bahasa Indonesia dengan sistem morfologi verba bahasa Jawa'. Penelitian ini membandingkan sistem morfologi verba kedua bahasa tersebut yang meliputi masalah proses pembentukan kata, makna pembentukan verba dan sistem morfologi fonemiknya. Kemudian Sudaryanto (1991) meneliti 'diatesis dalam bahasa Jawa', dan mengungkap ada tiga belas kemungkinan bentuk morfemis verba pasif, yakni verba berafiks di+D, di+D+I, ke+D+an, di+D+ake, ka+D+ake, ke+D, -in-+D+an, O+D+ake, tak+D+I, mbok+D+I, mbok+D+I, O+D+I, dan tak+D+ake. Surono (1990) mengkaji 'perbandingan prefiks meng- dalam bahasa Indonesia dengan prefiks basal bahasa Jawa'. Penelitian ini mengkaji persamaan dan perbedaan daya gabung, penyengaun atau natalisasi, pengaruh sintaksis, dan makna prefiks meng- dalam bahasa Indonesia dengan prefiks nasal dalam bahasa Jawa.
4. Metode Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kalimat pasif baik bentuk tata bahasa dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Inggris sebagai pembanding. Kedua bentuk dan makna kalimat pasif tersebut dibandingkan dan dianalisis perbedaannya. Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif komparatif kontras yang bertujuan memberikan gambaran tentang bentuk kalimat pasif serta menemukan perbedaannya.
Sumber data penelitian adalah sumber data kualitatif dari contoh-contoh kalimat bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Inggris sebagai pembanding. Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis konstratif yang berguna untuk menemukan perbedaan antara ketiga bahasa tersebut dalam kaitan dengan bentuk dan fungsi. Bentuk analisisnya yakni ; a) mengumpulkan data, yaitu tiga bahasa yang akan dianalisis, b) mengidentifikasi dan mengklasifikasi perbedaan kalimat pasif tersebut.
5. Pembahasan
5.1 Klausa Pasif Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
Dalam klausa pasif bahasa Indonesia ada konsep pasif kanonis yaitu diatesis aktif. Predikat pasif kanonis dimarkahi oleh afiks di-, di--i, dan di--kan yang merupakan pemasifan bentuk aktif meng-, meng-, meng-kan. Dalam bahasa Indonesia pasif jenis ini tampak seperti contoh berikut:
No Data
Klausa Pasif Bahasa Indonesia
1
karena sering mengumbar pernyataan LGBT yang kontroversial, Zulkifli Hasan dikritik (oleh) Ketua DPR
2
para polisi dilempari (oleh) pengunjuk rasa dengan botol mineral dan batu
3
dalam sidang interpelasi itu Zulkifli Hasan dijatuhkan (oleh) anggota dewan
Ketiga klausa pasif seperti yang tampak pada (1-3) di atas berasal dari kalimat aktif (4-5) berikut ini.
No Data
Klausa Aktif Bahasa Indonesia
4
karena sering mengumbar pernyataan LGBT yang kontroversial, Ketua DPR mengkritik Zulkifli Hasan
5
pengunjuk rasa melempari para polisi dengan botol mineral dan batu
6
dalam sidang interpelasi itu anggota dewan menjatuhkan Zulkifli Hasan
Dalam bahasa Jawa kalimat pasif jenis ini ditandai dengan verba berafiks di-, tak- dan ke-. Berikut disajikan beberapa contoh :
No Data
Klausa Pasif Bahasa Jawa
Bahasa Indonesia
7
watu ring Joko ora di jupuk karo kang Adit
batu cincin Joko tidak diambil oleh bang Adit
celonoku di gosok karo yuk Ipah
celanaku disetrika oleh kak Ipah
bocah iku dijiwit karo bak yuk mu
adik itu dicubit oleh kakakmu
8
wong iku digebugin bandit karo broti
orang itu dipukuli preman dengan kayu
Rosmaini uwes dipinang karo Icang
Rosmaini sudah dilamar oleh Icang
Junaidi disambit watu karo kawan dolanan
Junaidi dilempar batu oleh teman
Mainnya
9
Jono ditukukke romo hape anyar
Jono dibelikan bapak HP baru
pulpen iku disambitke karo Yuni ke mbak yu ne
pena itu dilemparkan oleh Yuni kepada kakaknya
sing nyolong hape iku dilaporin worgo karo polisi
yang mencuri HP itu dilaporkan warga kepada polisi
Ketiga pasif seperti tampak pada (7-10) tersebut berasal dari bentuk aktif (10-12) berikut.
No Data
Klausa Aktif Bahasa Jawa
Bahasa Indonesia
10
kang Adit ora njupuk watu ring Joko
bang Adit tidak mengambil batu cincinnya Joko
yuk Ipah menggosok celonoku
kak Ipah menyetrika celanaku
mbak yu mu menjiwit bocah iku
kakakmu mencubit adik itu
11
Preman menggebugin wong iku karo broti
Preman memukuli orang itu dengan kayu
Icang uwes meminang Rosmaini
Icang sudah melamar Rosmaini
kawan dolanan menyambit watu Junaidi
teman mainnya melempari batu Junaidi
12
romone nukukke Jono hape anyar
bapak membelikan Jono HP baru
Yuni menyambitke pulpen iku karo mbak yu ne
Yuni melemparkan pena itu kepada kakaknya
worgo ngelaporin sing nyolong hape iku karo polisi
warga melaporkan yang mencuri HP itu kepada polisi
Dalam bahasa Jawa, kalimat pasif pada (7-9) tersebut urutannya dapat diubah menjadi seperti berikut.
(7) a1. watu ring iku neng kang Ali ora dijukuk.
"batu cincin itu oleh bang Ali tidak diambil". 'batu cincin itu tidak diambil oleh bang
Ali'
a2. karo kang Ali watu ring iku ora dijukuk.
"oleh bang Ali batu cincin tidak diambil", 'batu cincin itu tidak diambil oleh bang Ali'.
b1. celono digosok karo mbak Ipah.
"celana disetrika oleh kak Ipah". 'celana disetrika oleh kak Ipah'.
c1. bocah iku karo mbak yu ne dijiwit.
"Adiknya oleh kakaknya dicubit". 'Adiknya oleh kakaknya dicubit'.
(8) a1. wong iku karo preman digebugin karo broti.
"Orang itu oleh preman dipukuli dengan kayu".'orang itu dipukuli preman dengan kayu'
a2. karo preman wong iku digebugin karo broti.
"oleh preman orang itu dipukuli dengan kayu , 'orang itu dipukuli preman dengan
kayu'.
b1. Icang kue Rosmaini uwes dipinang.
"Icang ku Rosmaini sudah dilamar". 'Rosmaini sudah dilamar oleh Icang.
b2. karoIcang, Rosmaini uwes dipinang.
"oleh Icang, Rosmaini sudah dilamar", 'Rosmaini sudah dilamar oleh Icang'.
(9) al. Jono karo romone ditukukke hape anyar.
"Jono oleh bapak dibelikan HP baru". 'Saya dibelikan Bapak sepeda motor.
a2. karo romone Jono ditukokke hape anyar.
"oleh bapak Jono dibelikan HP baru". "Saya dibelikan Bapak sepeda motor.
b1. pulpen iku disambitke Yuni karo mbak yu ne .
"pena itu dilemparkan oleh Yuni kepada kakaknya".
b2. pulpen iku disambitke Yuni karo mbak yu ne.
"pena itu dilemparkan oleh Yuni kepada kakaknya".
c1. neng nyolong hape iku diadukke worgo karo polisi.
"yang mencuri HP itu dilaporkan warga kepada polisi".
c2. neng nyolong hape iku diadukke worgo karo polisi.
"yang mencuri HP itu dilaporkan warga kepada polisi".
Sementara itu, urutan kalimat pasif bahasa Indonesia tidak dapat diubah seperti urutan kalimat pasif bahasa Jawa di atas. Kalimat yang terdapat pada (1-3) tersebut tidak dapat diubah menjadi berikut.
(1) a. karena sering mengumbar pernyataan LGBT yang kontroversial, Zulkifli Hasan
oleh ketua DPR dikritik.
b. karena sering mengumbar pernyataan LGBT yang kontroversial, oleh ketua DPR
Zulkifli Hasan dikritik.
(2) a. para polisi oleh demonstran dilempari dengan botol mineral dan batu.
b. oleh demonstran para petugas dilempari dengan botol mineral dan batu.
(3) b. dalam sidang istimewa itu Zulkifli Hasan oleh anggota dewan dijatuhkan.
b. dalam sidang istimewa itu oleh anggota dewan Habibie dijatuhkan.
Jika contoh tersebut diamati, tampak bahwa pasif kanonis bahasa Indonesia dan bahasa Jawa pola dasarnya adalah sama, yaitu (1) S-P-Pel dan (2) S-P-Pel-K. Dalam bahasa Jawa pola pasif pertama dapat berubah menjadi S-Pel-P dan Pel-S-P, sedangkan urutan pasif kedua dapat berubah menjadi S-Pel-P-K dan Pel-S-P-K. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia urutan S-P-Pel dan S-P-Pel-K tidak dapat mengalami variasi bentuk atau tidak dapat berubah menjadi S-Pel-P-K dan Pel-S-P-K sepert contoh (1 a-b) s.d (3 a-b) tersebut.
Kalimat pasif dalam bahasa Jawa dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat pasif tak berpelaku dan kalimat pasif berpelaku. Kalimat pasif tak berpelaku adalah kalimat pasif yang tidak mengandung konstituen pelaku. Berikut ini dikemukakan contohnya : Adikku kelangan dhuwit, "Adik saya kehilangan uang"
Kalimat pasif berpelaku adalah kalimat pasif yang mengandung konstituen pelaku. Kalimat pasif berpelaku dalam bahasa Jawa dibagi menjadi tiga yaitu kalimat pasif persona pertama, kalimat pasif persona kedua dan kalimat pasif persona ketiga (Praptomo, 2005:172).
Kalimat pasif persona pertama adalah kalimat pasif yang pelakunya diwujudkan dengan awalan tak- (yang memiliki varian dak-). Bentuk-bentuk verba dalam kalimat pasif persona pertama adalah tak-D, tak-D-i, tak-D-(n)e, tak-D-ane, tak-D-(a)ke, tak-D-(a)na sebagaimana terlihat pada contoh dibawah ini.
Wedange wis tak ombe, "minumnya sudah saya minum".
Kalimat persona kedua adalah kalimat pasif yang pelakunya diwujudkan dengan awalan kok-atau variasinya mbok- sehingga verba pengisi predikatnya berbentuk kok-/mbok-D, kok-mbok-D-i, kok-/mbok-D-(a)ke, kok-/mbok-D-na dan kalimat pasif yang pengisi predikatnya berbentuk D-en, D-i, D-na, Dana. Berikut contohnya :
Jarene bukune wis kokgawa, : katanya bukunya sudah anda bawa".
Kalimat pasif persona ketiga adalah kalimat pasif yang pelakunya itu orang ketiga seperti dheweke, panjenengane, nama orang, nama profesi, nama kekerabatan, dan sebagainya. Kalimat pasif persona ketiga ditandai dengan verba yang berawalan di-, yaitu di-D, D-i, D-(a)ke, dan D-(a)na. Pelaku biasanya dimarkahi dengan preposisi dening "oleh" yang berada di sebelah kiri persona ketiga. Contohnya : Buncise lagi dipetiki (dening) Ibu, "Buncisnya sedang dipetik oleh Ibu".
3.2 Klausa Pasif dalam Bahasa Inggris
Kalimat pasif dalam bahasa Inggris objek dari kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Kata kerja dalam kalimat pasif dalam bahasa Inggris selalu menggunakan to be dengan past participle (V3). Berikut ini adalah beberapa jenis kalimat pasif dalam bahasa Inggris.
No Data
Klausa Pasif Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
13
one of our glasses was broken
14
english is spoken all over the world
15
the bread is being eaten by my brother
astrawberry cake is made by Liana
a short story is written by Roswita
Kalimat pasif (13) merupakan kalimat pasif yang pelakunya (doer, agent) tidak dikenal, kalimat pasif (14) yang pelakunya tidak jelas atau tidak penting. Sedangkan kalimat pasif (15.a, b, c) kalimat pasif yang pelakunya diketahui atau diberi tekanan.
Kalimat pasif juga dapat dibuat sejumlah tenses yang ada. Apabila kita mengubah kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya, kita tidak boleh mengubah tenses-nya. Tenses kalimat aktif dan pasif harus tetap sama. Dalam bahasa Inggris ada beberapa kata kerja yang tidak bisa dijadikan kalimat pasif atau yang sering kita sebut dengan passive voice. Berikut ini adalah kata kerja yang tidak bisa dirubah dalam bentuk pasif/passive voice di dalam bahasa Inggris.
Kata kerja Intransitif adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek. Kalimat intransitif verbs tidak dapat dijadikan kalimat pasif. Kalimat-kalimat berikut ini tidak bisa kita pasifkan, diantaranya ; a). an accident happened. b). she laughed. c). he arrived. d). I don't cry.
Selanjutnya state verb adalah kata kerja yang tidak bisa digunakan dalam bentuk verb ing yang biasanya kita gunakan di dalam countinuous tense, misalnya kata kerja seperti di ini, yaitu ; a). I have two brothers. b). the bag does not belong to me. c). she hates me.
Kata kerja-kata kerja tersebut tidak bisa kita ubah menjadi bentuk pasif. State verb biasanya berhubungan dengan like/dislike dan yang berhubungan dengan feeling/perasaan. Dalam bentuk lain ada beberapa kata kerja justru lebih sering digunakan dalam bentuk pasif, misalnya dua kata kerja ini:
I was born in Bandung.
The victims were hospitalised immediately.
Selain itu ada beberapa kata kerja aktif memiliki arti pasif, misalnya pada contoh kalimat di bawah ini:
No Data
Klausa Pasif Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
16
the sign on the door read "No entry"
tanda di atas pintu dibaca dilarang masuk
17
the hole doesn't show
lubang tersebut tidak terlihat
18
the walls need painting
dinding tersebut perlu dicat
Biasanya kalimat passive dalam bahasa Inggris tanpa menggunakan "by phrase". Kalimat pasif paling sering digunakan ketika tidak diketahui atau tidak penting untuk tahu persis siapa yang melakukan tindakan, misalnya :
No Data
Klausa Pasif Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
19
rice is grown in India
20
our house was built in 1890
21
this olive oil was imported from Spain
22
the work is not repaired by her immediately
Dari contoh di atas rice is grown in India by people, by farmers by someone. Ini tidak penting untuk mengetahui siapa yang menanam padi di India. Frasa "by" dituliskan hanya jika itu penting untuk mengetahui yang melakukan tindakan, seperti: life on the mississppi was written by Mark Twain. By Mark Twain penting dituliskan untuk memberikan informasi penting.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembahasan mengenai tipe kalimat pasif tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan mengenai verba pasif dan hal ini sebenarnya hanya dapat dikenali di dalam kerangka sintaksis, yaitu dalam konstruksi kalimat pasif. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga tipe klausa pasif, yaitu (1) tipe kanonis, (2) tipe pengedepanan objek, dan (3) tipe bentuk lain. Sedangkan dalam bahasa Jawa kalimat pasif dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat pasif tak berpelaku dan kalimat pasif berpelaku. Kalimat pasif tak berpelaku adalah kalimat pasif yang tidak mengandung konstituen pelaku. Klausa pasif bahasa Indonesia yang terbentuk pengedepanan objek akan selalu menjadi pasif tak berpelaku dalam bahasa Jawa. Fungsi pelengkap dalam kalimat pasif bahasa Indonesia terletak di sebelah kanan predikat, sedangkan dalam bahasa Jawa pelengkap itu dapat diubah-ubah letaknya. Tipe kalimat pasif kanonis bahasa Indonesia adalah (1) S-P-Pel dan (2) S-P-Pel-K. Dalam bahasa Jawa pola pasif pertama dapat berubah menjadi S-Pel-P dan Pel-S-P, sedangkan urutan pasif kedua dapat berubah menjadi S-Pel-P-K dan Pel-S-P-K.
5. Daftar Pustaka
Alwi, Hasan et al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Syamsul dkk. 1996/1997. Kalimat Pasif dalam Bahasa Jawa. Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Chafe, Wallace. 1970. Meaning and The Structure of Language. Chicago: The University of Chicago Press.
Comrie, B. 1976.Aspect: An Introduction to The Study of Verbal Aspect and Related Problem. Cambridge: University Press.
Dardjawidjaja, Soenjono. 1956. "Bentuk Pasif sebagai Cermin Pikiran Bangsa Indonesia". dalam Bambang Kaswanti Purwo (Ed.). Pusparagam Linguistik & Pengjaran Bahasa. Jakarta: Penerbit Arcan, Hlm. 57-70
Efendi, dkk. (2015). Tata Bahasa Dasar Bahasa Indonesia. Bandung: Rosda.
Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Moeliono. Anton M. (1992). Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mees, C.A. 1954. Tatabahasa Indonesia. Djakarta: J.B. Wolters.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
____________, 1987. "Pasif Berbagai Bahasa dan Bahasa Indonesia" Dalam MLI Komisariat Universitas Gadjah Mada.
____________, (1987). Serpih-Serpih Telaah Pasif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Poedjosoedarmo, Soepomo dkk. 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
____________,1988. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Ramlan, M. (2001). Sintaksis Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: CV.Karyono.
Subroto, D. Edi dkk. 1994. Konstruksi Verba Aktif-Pasif dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Slametmuljana. 1969. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Sudaryanto. 1983. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan Pola-Urutan. Jakarta: Djambatan.
____________, 1985. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Masyarakat Linguistik Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Subiyati. (2016). Kalimat Pasif dalam Bahasa Inggris Peranan dan Pengajarannya. Cakrawala Pendidikan, Edisi 1,1992,Th.XII: 107-120.
Soejono Dardjowidjojo (ed.). 1989. Serpih-Serpih Telaah Pasif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
____________,1982. Beberapa Aspek Linguistik Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Suprato, Djuria. (2012). Analisis Kontrastif kalimat Pasif Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Journal Humaniora. Vol.3 No.1 April 2012: 290-298.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wedhawati dkk. 2001. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.