KERANGKA ACUAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENYAKIT DBD PUSKESMAS PANGKAJENE TAHUN 2015 I.
PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang penularannya melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Nyamuk Aedes Aegypty banyak berkembang biak di tempat – tempat yg tergenang air sehingga penyakit DBD banyak terdapat di musim penghujan dan daerah-daerah perkotaan dan pemukiman kumuh. Biasanya penyakit ini menyerang pada pagi hari dan sore hari. Prevalensi penyakit DBD lebih banyak terjadi pada anak usia sekolah, dan penyakit ini termasuk penyakit menular melalui gigitan nyamuk dari penderita kepada orang yg sakit.
II.
Latar Belakang Di Sulawesi Selatan, menurut laporan dari Subdin P2&PL tahun 2003, jumlah kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada 26 kab./kota sebanyak 2.636 penderita dengan kematian 39 orang (CFR= 1,48 %), disamping itu pula jumlah kejadian luar biasa (KLB) sebanyak 82 kejadian dengan jumlah kasus sebanyak 495 penderita dan kematian 19 orang (CFR=3,84%). Bila dibandingkan dengan kejadian KLB Demam Berdarah Dengue Tahun 2002 maka jumlah kejadian mengalami peningkatan sebesar 1,60 kali, jumlah penderita meningkat sebesar 4,21 kali dan jumlah kematian meningkat 1,97%.Kasus DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 kategori tinggi pada Kab. Bone, Bulukumba, Pinrang, Makassar dan Gowa (217-668 kasus), sedangkan kabupaten/ kota yang tidak terdapat kasus DBD yaitu Kab. Luwu Utara, Tator, Enrekang, Maros, Jeneponto dan Selayar,. CFR DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebesar 0,83. Sedangkan pada Kab./ kota tertinggi yaitu di Luwu Utara (14,29), menyusul Maros (13,33), Pinrang (3,42), Sidrap (1,61), kemudian Wajo, Makassar, Parepare, Gowa dan Bone masing-masing di bawah 1,5. Kasus DBD di Kecamatan Maritengngae merupakan kasus yg endemis karena setiap tahun terjadi kejadian Kasus DBD. Pada Tahun 2012 terdapat 15 kasus DBD, pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus sebanyak 49 kasus.pada tahun 2014 terjadi penurunan sebanyak 22 kasus dan pada tahun 2015 januari sampai september terjadi penurunan,ada 9 kasus. Penemuan dan penanganan kasus DBD di Kecamatan Maritengngae sejalan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) tingkat puskesmas dilaksananakan untuk menurunkan prevalensi Kasus DBD. III. Tujuan kegiatan 1. Umum Menurunkan Prevalensi penyakit DBD di Kec. Maritengngae 2. Khusus a. Meningkatkan Angka Bebas Jentik. b. Mencegah terjadinya penularan Kasus DBD. c. Menentukan jenis tindakan penanggulangan fokus yang akan dilakukan.
IV. No.
Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Pokok
Rincian Kegiatan
1.
PE DBD
2.
PENANGULANGAN DBD
3.
JUMANTIK
Melakukan Pemeriksaan Jentik di lokasi kejadian Mencari penderita / tersangka DBD lain disekitar rumah penderita Pemberian Bubuk Abate
-
Melakukan Penyuluhan Setiap melaksanakan Penjelidikan Epidemologi dirumah penderita dan sekitar rumah penderita / tersangka DBD.
-
Melakukan pemeriksan / pemantauan jentik di Kelurahan Rijang Pittu
V.
Cara melaksanakan kegiatan dan sasaran A. Cara melaksanakan kegiatan 1.Pelaksanaan kegiatan PE dilakukan melalui kunjungan rumah sejauh 100 m dari rumah penderita. -Pemberian bubuk abate dirumah penderita dan sekitar rumah penderita 2.Penyuluhan dilaksanakan pada saat melaksanakan kegiatan PE dirumah penderita. 3.Jumantik dilaksanakan di Kelurahan Rijang Pittu B. Sasaran 1. Masyarakat 2. Rumah 3. Tidak ditemukan penderita baru DBD atau suspek DBD
C. Rincian Kegiatan, Sasaran Khusus, Cara melaksanakan Kegiatan VI No .
Jadwal pelaksanaan kegiatan Kegiatan Pokok
Sasaran
1
2
3
4
5
B U LAN 6 7 8
9
10
11
1
1.
PE DBD
MASYARAKAT
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
2.
PENYULUHAN DBD
MASYARAKAT
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
3.
JUMANTIK
v
v
VII
RUMAH
Evaluasi pelaksaan kegiatan dan pelaporan -Evaluasi dilaksanakan setelah melaksanakan kegiatan PE dengan pelaporan hasil-hasil yg dicapai pada bulan tersebut. -Kegiatan penyuluhan dilaksanakan setiap melaksanakan PE DBD. -Jumantik dilaksanakan untuk menurunkan kasus penderita DBD.
VIII. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dan pelaporan Kasus DBD di laksanakan setiap minggu dan setiap bulan sesuai dengan Lap. Mingguan dan laporan bulanan sesuai jadwal pelaksanaan kegiatan.