HIPOPIGMENTASI HIPOPIGMENTASI PASCA INFLAMASI
DEFINISI DAN ETIOLOGI Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hipopigmentasi yang terjadi setelah atau berhubungan dengan dermatosis yang disertai inflamasi. Keadaan ini biasanya terjadi pada dermatitis atopik, dermatitis eksematosa, dan psoriasis. Selain itu dapat juga terjadi pada parapsoriasis, pitiriasis likenoides kronik, alopesia musinosa, mikosis fungoides, lupus eritematosus diskoid, liken planus, liken striatus, dan dermatitis seboroik. Berbagai proses inflamasi pada penyakit kulit dapat pula menyebabkan hipopigmentasi misalnya lupus eritematosus diskoid, dermatitis atopik, psoriasis, parapsoriasis gutata kronis, dan lain-lain. Predileksi dan bentuk kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesuai dengan lesi primernya. Hal ini khas pada kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesudah menderita psoriasis.
PATOGENESIS Hipopigmentasi pasca inflamasi terjadi karena hambatan penyebaran melanosom. Gambaran klinis berupa makula berwarna keputihan dengan batas yang difus pada tempat terjadinya kelainan kulit primer. Hipomelanosis terjadi segera setelah resolusi penyakit primer dan mulai menghilang setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan terutama pada area yang terpapar matahari. Patogenesis proses ini dianggap sebagai hasil dari gangguan transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit. Pada dermatitis hipopigmentasi mungkin merupakan akibat dari edema sedangkan pada psoriasis mungkin akibat meningkatnya epidermal turnover. Melanosit dapat bereaksi dengan normal, meningkat atau menurun dalam produksi melanin ketika menanggapi peradangan kulit atau trauma. Kecenderungan kromatik ini ditentukan secara genetik,dan diwariskan secara autosomal dominan. Orang dengan melanosit yang lemah, yang memiliki kerentanan tinggi terhadap kerusakan, lebih mungkin untuk menderita hipopigmentasi, sedangkan mereka dengan melanosit yang kuat cenderung untuk menderita hiperpigmentasi. Melanogenesis adalah proses yang kompleks, yang mencakup sintesis melanin, transportasi dan pelepasan ke keratinosit. Hal ini dikendalikan oleh beberapa mediator (misalnya, faktor pertumbuhan, sitokin) yang bekerja pada melanosit, keratinosit dan fibroblast. Melalui pelepasan mediator ini, peradangan kulit dapat menyebabkan penyimpangan melanogenesis. Sebuah
studi
dikatakan
bahwa
hipopigmentasi
lebih diakibatkan
oleh
penghambatan
melanogenesis daripada kehancuran melanosit. Namun, peradangan parah dapat menyebabkan hilangnya melanosit atau bahkan kematian melanosit, dan mengakibatkan perubahan pigmen permanen.
DIAGNOSIS Diagnosis umumnya dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ukuran dan bentuk lesi hipopigmentasi biasanya berkorelasi dengan distribusi dan konfigurasi dermatosis inflamasi asli, dan warna berkisar dari hipopigmentasi ke depigmentasi.Namun, dalam beberapa kondisi, inflamasi pasien yang mengalami perubahan pigmen yang sama, digambarkan sebagai cincin hiperpigmentasi , diikuti oleh kerak seperti wafer, hipopigmentasi dan akhirnya resolusi